Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai tujuan konseling analisis transaksional dan proses teknik konseling transaksional. Kompetensi Mampu memahami Konseling Analisis Transaksional Eric Berne.

2 Latar Belakang Pendahuluan Pendekatan analisis transaksional (transactional analysis) merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok. Pendekatan ini berbeda dengan kebanyakan terapi, baik dari segi konstraktual maupun pengambilan keputusan. Pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh klien yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas klien untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian. Disamping itu, pendekatan ini berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya (Corey, 1986). Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pengujian sesuatu secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari hasil pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang. Tahapan Perkembangan Pendekatan Analisis Transaksional Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne pada Dusay dan Dusay (1984) mengidentifikasi empat tahap perkembangan pendekatan analisis transaksional, yaitu: 1. Tahap Pertama ( ) Pada tahap ini Berne mengidentifikasi ego state yang terdiri dari orangtua (parent), dewasa (adult), dan anak-anak (child). Ego state ini memberikan perspektif dalam berpikir, merasa, dan bertingkah laku. 2. Tahap Kedua ( ) Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. Pada tahap ini, analisis transaksional menjadi lebih popular karena pendekatan ini menggunakan kosa kata yang direktif, karena individu secara langsung dapat mengetahui games yang dimainkan. Pada tahap ini analisis transaksional dikenal sebagai pendekatan kognitif dan hanya sedikit yang menyentuh afektif. 2 Agustini, M.Psi., Psikolog

3 3. Tahap Ketiga ( ) Pada tahap ini perhatian Berne pada naskah hidup (life scripts) dan analisis naskah hidup (script analysis). Naskah hidup adalah rencana internal yang menentukan arah hidup individu. Konselor mengarahkan klien untuk merasakan kembali pengalaman secara emosional (emotionally reexperience) dan menganalisis peristiwa-peristiwa penting yang mendasari pengambilan keputusan. 4. Tahap Keempat (1970-sekarang) Tahap ini dikarakteristikan sebagai tahap penggabungan teknik-teknik analisis transaksional yang baru dari pendekatan lain (Corey, 1986). Robert dan Mary Goulding adalah pionir dari pendekatan analisis transaksional yang terbaru. Pendekatan mereka berbeda dengan pendekatan analisis transaksional klasik karena mereka mengkombinasikan pendekatan analisis transaksional dengan prinsip-prinsip dan teknikteknik pendekatan gestalt dan modifikasi perilaku (Corey, 1986). Dalam tulisan Goulding, teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunctions) yang berbasis dari pesan-pesan orangtua dalam membuat pengambilan keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini bertujuan untuk menerima stroke dari orangtua (parental strokes) yang berupa penghargaan dan perhatian (recognition and attention) serta dalam memastikan pertahanan hidup yang mendasar (basic survival). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu. Rackets adalah perasaan buruk yang familiar yang biasanya disimpan oleh individu. Dalam keluarga tertentu tidak membolehkan ekspresi perasaan tertentu, seperti hanya orang-orang tertentu dalam keluarga yang diperbolehkan untuk marah, sedangkan yang lain harus mengekspresikannya dalam bentuk kesedihan. Semua elemen ini merupakan bagian dari naskah hidup (life script), yang termasuk di dalamnya adalah harapan individu tentang drama kehidupan yang dimainkan. Konstribusi Goulding adalah penekanan pada kapasitas klien untuk membuat pengambilan keputusan kembali (redecision) tentang naskah hidupnya (Corey, 1986). Pandangan tentang Manusia Analisis trnasaksional berakar dari filosofi anti deterministik. Filsafat ini menempatkan kepercayaan pada kapasitas individu untuk meningkatkan kebiasaan dan memilih tujuan dan tingkah laku baru. Pendekatan ini melihat individu dipengaruhi oleh ekspektasi dan tuntutan dari orang-orang yang signifikan baginya terutama pada pengambilan keputusan pada masa-masa dimana individu masih bergantung pada orang lain. Akan tetapi keputusan 3 Agustini, M.Psi., Psikolog

4 yang telah dibuat tersebut dapat ditinjau kembali dan dirubah apabila keputusan awal tersebut tidak lagi sesuai sehingga dapat membuat keputusan baru (Thompson, et., al, 2004). Manusia dianggap memiliki pilihan dan tidak bergantung pada masa lalu, meskipun pengalaman masa lalu yang menentukan posisi hidup tidak dapat dihapus dan individu dapat mengubah posisinya. Seperti yang dikemukakan oleh Berne (1970). Konsep Dasar Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi ego state yang dipilihnya. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil. Setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup. Pendekatan ini dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok yang melibatkan kotrak yang dikembangkan oleh klien yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selanjutnya, pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasias klien untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian dan berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga klien dapat memuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. Beberapa konsep pentig dalam pendekatan analisis transaksional yaitu: injunction dan keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision). 1. Injungsi (Injunction) dan Pengambilan Keputusan Awal (Early Decision) Salah satu konsep kunci analisis transaksional adalah injunction atau don'ts. Injunction adalah pesan yang disampaikan kepada anak oleh parents internal child out dari kondisi kesakitan orangtua seperti: kecemasan, kemarahan, frustasi, dan ketidakbahagiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku, namun sering kali pesan ini terbentuk melalui tingkah laku orangtua (Corey, 1986). Sebagai orang anak yang membutuhkan pengakuan dan stroke dari orangtua dalam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orangtua diterima oleh anak. Menurut Goulding, tidak semua injunction diterima dari pesan-pesan orangtua tetapi juga melalui penemuan anak sendiri dan misinterpretasi terhadap pesan yang diberikan oleh orangtua dan dibawa oleh anak sampai ia dewasa (Corey, 1986). 4 Agustini, M.Psi., Psikolog

5 2. Strokes Dalam analisis transaksional, strokes adalah bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokes untuk berkomunikasi dengan orang lain. Stroke dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh, dan verbalisasi (Thompson, et al., 2004). Stroke positif biasanya direpresentasikan dengan katakata: ''saya suka kamu'' dan pengakuan ini diiringi dengan sentuhan hangat, kata-kata yang menerima, dan bahasa tubuh yang penuh perhatian. Stroke negatif biasanya berkata ''saya tidak suka kamu'' dan biasanya di ekspresikan secara verbal dan non verbal. Conditional strokes berkata ''saya akan menyukai kamu bila kamu melakukan apa yang saya inginkan'', saya akan menerima kamu apa adanya dan kita bisa menegosiasikan perbedaaan yang ada diantara kita'' (Corey, 1986). Menurut teori analisis transaksional, stroke yang diterima oleh individu adalah stroke yang akan ia berikan kepada orang lain. Anak-anak membutuhkan sentuhan fisik dari orang lain di sekitarnya melalui pemberian makanan, mengganti popok, memberi bedak, mengajak berkomunikasi dan menimangnya. Apabila anak tidak mendapatkan sentuhan ini ia akan mengalami kekurangan (hunger) seperti kekurangan gizi yang dapat menghambat pertumbuhannya (James & Jongeward, 1996). Stroke baik positif maupun negatif memberikan pegaruh pada individu. Akan tetapi stroke positif merupakan bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang sehat. Stroke ini membentuk ekspresi kasih sayang (affection) dan penghargaan (appreciation). Adapun stroke negatif menghambat perkembangan individu. Stroke negatif mengambil harga diri individu dengan menghilangkan, mempermalukan, dan mempermainkan individu. Dengan pilihan yang tidak menyenangkan, lebih baik bagi individu untuk tidak mendapatkan stroke sama sekali daripada mendapat stroke negatif (Thompson, et al., 2004). Menurut Berne, setiap individu membutuhkan sentuhan dan pengakuan yang dapat dipenuhi melalui stroke. Individu yang mengalami kekurangan (hunger) akan stroke akan menggunakan waktu dan hidupnya untuk mendapatkan stroke dengan memainkan games psikologis (James & Jongeward, 1996). 3. Naskah Hidup (Life Script) Naskah hidup (life script) pertama kali dirumuskan oleh Eric Berne, kemudian dikembangkan oleh Claude Steiner pada tahun Naskah hidup (life script) adalah berbagai cara yang mirip dengan drama dengan plot. Naskah hidup dibentuk sejak awal kehidupan ketika individu belajar bahwa untuk bertahan hidup secara psikologis atau fisiologis dimana individu harus menjadi individu tertentu. Naskah hidup kita meliputi pesan 5 Agustini, M.Psi., Psikolog

6 orangtua yang diadopsi, pengambilan keputusan yang dibuat individu dalam merespon injuction, games yang dimainkan individu untuk mempertahankan keputusan tersebut, racket yang dialami untuk menjustifikasi keputusan, harapan individu terhadap drama kehidupan yang akan dimainkan, dan bagaimana akhir drama tersebut (Corey, 1986). Dengan demikian naskah hidup (life script) adalah sebuah lakon hidup yang disusun pada masa kecil. Kemudian diperkuat orangtua, lalu dibenarkan oleh pengalaman selanjutnya dan memuncak pada pilihan tertentu (De Blot, 2002). Menurut teori analisis ransaksional naskah hidup menentukan pilihan terakhir. Apabila anak menyusun lakon hidupnya, pilihan akhir ini sudah terungkap juga pada lakon ini. Seluruh proses perkembangan lakon ini dari titik mula sudah diarahkan dan dijiwai oleh titik akhirnya. Titik akhir ini oleh analisis transaksional dinamakan pay off, penyelesaian akhir dan pembulatan sandiwara yang diharapkan menjadi happy ending (De Blot, 2002). Bagaimana individu menentukan pilihan akhir ditentukan oleh stroke, injuction, games, racket yang dialaminya selama masa kecil. Menurut Berne, naskah hidup merupakan lakon hidup seseorang yang disusun sendiri pada masa kecilnya. Ia sendiri yang menyusun lakon hidupnya bukan pengaruh lingkungan, orangtua, atau orang lain yang berpengaruh. Naskah hidup disusun atas dasar penentuannya sendiri. Karena itu, anak yang dibesarkan dalam lingkungan dan keadaan yang sama dengan anak lain dapat menyusun naskah hidup yang berbeda (De Blot, 2002). Dapat dikatakan bahwa orangtua tidak menentukan naskah hidup anak tetapi ia memberikan pengaruh bagaimana anak tersebut menyusun naskah hidupnya. Pesan-pesan yang disampaikan orangtua baik verbal maupun non verbal dapat merangsang anak dalam membentuk naskah hidup tertentu sebagai tanggapan atas pesan orangtuanya (De Blot, 2002). Pembentukan naskah hidup dipengaruhi oleh: a. Injuction, yaitu pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Diterima melalui pesan orangtua, penemuan sendiri, dan mis-interpretasi atas pesan orangtua. b. Stroke, berupa penghargaan dan penerimaan baik positif maupun negatif. c. Hunger, yaitu kekurangan stroke positif. 4. Konsep Ego State Terdapat tiga jenis ego state yang secara inheren eksis dalam diri setiap individu. Ego state tersebut yaitu: ego state orangtua (parent), ego state anak-anak (child), dan ego state dewasa (adult). 6 Agustini, M.Psi., Psikolog

7 a. Ego state orangtua (parent) Bagian orangtua dalam kepribadian adalah sebuah introyeksi dari orangtua dan pengganti orangtua. Pada ego state orangtua, individu merasakan kembali pengalaman (reexperience) yang individu imajinasikan bagaimana orangtua kita merasa pada situasi tersebut dan bagaimana orangtua bertindak. Terdapat dua jenis ego state orangtua, yaitu: 1) Orangtua yang membimbing (nurturing parent) Ciri orangtua yang membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta menilai dan memberi batasan benar salah yang tegas. 2) Orangrtua yang mengkritik (critical parent) Ciri-cirinya adalah cenderung menasehati, mengkritik, dan menggurui. Nada suara tinggii dan cenderung keras. Apabila berbicara pada umumnya sambil menunjuk (Thompson, et al., 2004). b. Ego state orang Dewasa (adult) Ego state orang dewasa adalah pemroses data (the processor of data). Hal ini ditandai degan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego state orang dewasa adalah bagian objektif dari individu dimana ia menerima, menyimpan, memproses, dan mengirim informasi kembali berdasarkan fakta buka opini atau perasaan. c. Ego State anak-anak (child) Ego state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls, dan spotanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan untuk berekplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspons dengan melihat, mendengar, dan memamhami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti sikap manja, menangis, dan merajuk. 5. Posisi Hidup (Life Position) Menurut Berne, anak-anak sebelum menyusun naskah hidupnya sudah mempunyai beberapa keyakinan tentang dirinya dan orang sekitarnya yang dipertahankan seumur hidupnya. Posisi hidup ini berhubungan dengan eksistensi hidup individu karena merupakan penilaian dasar terhadap diri dan orang lain. Posisi ini merupakan titik pangkal dari setiap kegiatan individu, setiap penggunaan waktu (time structuring), game, perbuatan rencana, 7 Agustini, M.Psi., Psikolog

8 dan reaksi terhadap perencanaan dijiwai oleh posisi dasar ini (De Blot, 2002). Keyakinankeyakinan ini dinamakan posisi hidup (psychological position). 6. Membuat Keputusan Ulang (Redecisions) The Gouldings (1979) menekankan bahwa keputusan awal telah dibuat, keputusan tersebut tidak dapat diubah. Menurut mereka individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup sehingga individu dapat membuat keputusan baru yang lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami kehidupan yang baru. dalam proses membuat keputusan ulang (resecision), klien diajak untuk kembali ke masa kecil disaat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak, dan memfasiitasi klien untuk membuat keputusan baru. Dengan kegiatan ini, klien diajak untuk merasakan kembali situasi masa kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara emosional dan intelektual. 7. Games Kebanyanakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia memainkan games. Game adalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat diprediksi individu. Saat bermain games dalam transaksi biasanya diakhiri dengan perasaan tidak enak untuk salah satu pemain. Pada umumnya individu mendesain games untuk mencegah intimasi dan bertujuan untuk mendukung kepisahan asal dan bagian dari naskah hidup individu (rencana hidup atau kesimpilan tentang bagaimana harus bertindak untuk bertahan hidup). Berne (1964) percaya bahwa keuntungan game adalah fungsi stabilisasi (homeostatic). Homeostatic adalah kecenderungan individu untuk mempertahankan keseimbangan psikologis dengan mengatur proses intrapcychic. Perubahan dalam hidup tidak mudah diterima oleh individu secara otomatis terutama orang yang membutuhkan penguatan dan konfirmasi atas prasangka, nilai, pandangannya dan tidak banyak orang dapat dengan mudah menerima informasi baru. Game berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan biological, eksistensial, psikologis, area sosial internal, dan eksternal (Thomson, et al., 2004). 8. Tipe-Tipe analisis Teori analisis transaksional tentang manusia dan hubungan manusia didapat dari pengumpulan data melalui empat tipe analaisis yaitu: 8 Agustini, M.Psi., Psikolog

9 a. Analisis struktur (Structural Analysis) Menurut analisis transaksional, analisis struktural adalah dengan melihat kepribadian individu yang terdiri dari tiga ego state yaitu orangtua (parent), dewasa (adult), dan anakanak (child). Ego state mempresentasikan orang yang sebenarnya (real person) yang hidup sekarang, pernah hidup, dan memiliki identitas pribadi. Dengan demikian konflik diantara mereka seringkal disebabkan karena ketidakkonsistenan dan fleksibilitas dalam diri individu (Thompson, et al., 2004). Analisis struktur adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orangtua, dewasa, dan anak). Klien belajar mengidentfikasi ego state mereka. Analisis struktur membantu klien mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah laku sehingga klien dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya (Corey, 1986). b. Analisis Transaksi (Transactional Analysis) Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus respon antara dua orang ego state. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Apa yang terjadi antara individu dalam transaksi antara ego state, ketika pesan disampaikan dan respons diberikan. c. Analisis Naskah (Script Analysis) Naskah psiologis (psychological script) adalah program yang terjadi pada individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendikte perjalanan hidup individu, manusia secara sadar atau tidak sadar, bertingkah laku kompulsif tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup (life script) adalah rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa awal kehidupannya berdasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orangtuanya. Pembentukan naskah hidup pada awalnya terjadi dari pesan nonverbal orangtua kepada anak saat masa bayi. Ketika awal pertumbuhan, individu belajar keberhargaan dirinya sebagai individu dan posisi hidupnya (Corey, 1986). Analisis naskah (script analysis) adalah bagian dari proses terapi dimana pola-pola hidup yang diyakini individu diidentifikasi. Klien dibantu untuk mengidentifikasi naskaf hidup dan menyadari naskah hidup serta posisi hidupnya kemudian diminta untuk mengubah programnya. Analisis naskah hidup (script analysis) dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek naskah hidup (script checklist) 9 Agustini, M.Psi., Psikolog

10 yang berisi item-item yang berhubungan dengan posisi hidup, rackects, games sebagai keseluruhan fungsi kunci dari naskah hidup seseorang (Corey, 1986). d) Analisis Game (Game Analysis) Menurut analisis transaksional individu dapat memahami dialog internal antara ego state orangtua dan anak-anak. Mereka dapat mendengar dan memahami hubungan mereka dengan orang lain. individu dapat menyadari ketika mereka terbuka atau tidak jujur pada orang lain. Dengan menggunakan prinsip-prinsip analisis transaksional, individu dapat menyadari bentuk stroke yang mereka terima, mereka dapat mengganti respons stroke dari negatif ke positif (Corey, 1986). Seperti transaksi terselubung, semua games pada dasarnya tidak jujur dan bukan sebagai sarana untuk bersenang-senang. 9. Menstruktur Waktu (Structuring Times) Individu memiliki enam pilihan dalam mencari stroke melalui pengisian waktu yaitu: a. Menarik Diri (withdrawing), dimana tidak terjadi transaksi. Ini melibatkan risiko yang sedikit dan tidak terjadi stroke. b. Melakukan ritual (rituals), melibatkan transaksi sosial yang telah ditentukan seperti ''hallo'' dan ''apa kabar?'' merupakan transaksi yang tidak personal. c. Mengisi waktu luang (pastime), memberikan stroke yang dapat diterima oleh kedua belah pihak (mutually acceptable). Pastimes adalah cara untuk mengekspresikan diri (self expression) tetapi melibatkan transaksi atau percakapan yang superfisial. Misal: topik pembicaraan tentang olah raga, belanja, otomotif, dan lain-lain. d. Melakukan aktivitas (activities) adalah dimana waktu distruktur dengan berbagai tugas. Melakukan aktivitas (activities) adalah cara untuk mengatasi realitas eksternal dan mungkin melibatkan interaksi yang dalam dengan orang lain. e. Bermain games, dimana kebutuhan untuk mendapatkan stroke dipenuhi dengan cara yang tidak jujur. Dengan games individu mendapatkan stroke akan tetapi dengan cara yang tidak menyenangkan. Games juga disebut dengan sebagai trasaksi yang destruktif. f. Menjalin intimasi (intimacy), memberikan stroke tanpa syarat (uncoditional stroking), intimacy bebas dari games dan eksploitasi (Thompson, el al., 2004). 10 Agustini, M.Psi., Psikolog

11 Tujuan Konseling Tujuan utama konseling analisis transaksional adalah membantu klien untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik. Inti terapi ini adalah mengganti ke arah gaya hidup otonom yang memiliki ciri-ciri: kesadaran, spontan, intim, dengan menggunakan game dan naskah hidup. Individu juga belajar menulis kembali naskah hidup mereka sehingga memiliki kontrol atas hidup mereka (Corey, 1986). Adapun tujuan-tujuan khusus pendekatan ini adalah: 1. Konselor membantu klien untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat. 2.Klien dibantu untuk menganalisa transaksi dirinya sendiri. 3. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan. 4. Klien dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran. Peran dan Fungsi Konselor Konseling analisis transaksional didesain untuk mendapatkan insight emosional dan intelektual, tetapi fokus pada bagian rasional. Hal ini berimplikasi pada peran konselor dalam proses konseling yang lebih banyak didaktik dan fokus pada pemikiran klien. Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih, dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan klien. Sebagai guru, konselor menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktur (structural analysis), analisa transaksi (transactional analysis), analisis naskah hidup (script analysis), dan analisis game (game analysis). Konselor juga membantu klien menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya (Corey, 1986) Claude Steiner menekankan bahwa penting hubungan yang egaliter antara konselor dan klien. Konselor dan klien bekerja sebagai patner dalam konseling. Meskipun konselor memilki pengetahuan dan ketrampilan konseling yang digunakan untuk membantu klien, pengetahuan, dan ketrampilan tersebut tidak akan efektif tanpa ada inisiatif dari klien (Corey, 1986). Konselor membantu klien menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai dengan sekarang (Goulding, 1978). 11 Agustini, M.Psi., Psikolog

12 Teknik-Teknik Konseling Teknik-teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik-teknik pendekatan Gestalt. James dan Jongeward (1971) megkombinasikan konsep dan proses analisis transaksional dengan eksperimentasi Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjajikan pada self awareness dan autonomy (Corey, 1986). 1. Metode Didaktik (Didactic Methods) Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar, dan belajar merupakan dasar dari pendekatan ini. 2. Kursi Kosong (Empty Chair) Teknik ini merupakan adopsi dari pendekatan Gestalt. Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. Mc Neel (1976) mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu klien mengatasi konflik masa lalu dengan orangtua atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished business masa lalu (Corey, 1986). 3. Bermain peran (Role Play) Biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ago state yang bermasalah dengan klien. Dalam kegiatan ini klien berlatih dengan anggota kelompok untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi lain dapat dilakukan dengan melebihlebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu (Corey, 1986). 4. Penokohan Keluarga (Familiy Modeling) Family modeling adalah pendekatan untuk melakukan structural analysis yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult, atau constant child. Klien diminta untuk membayangkan episode yang berisi orang-orang penting baginya dimasa lalu. Klien bertindak sebagai sutradara, produser, dan aktor. Klien mendifinisikan situasi dan menggunakan anggota kelompok sebagai pengganti anggota keluarganya. Klien menempatkan mereka sehingga ia mengingat situasinya. Berdasarkan hasil drama ini klien dan konselor mendiskusikan, bertindak, dan mengevaluasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang masih dipegang teguh oleh klien (Corey, 1986). 12 Agustini, M.Psi., Psikolog

13 5. Analisis Ritual dan Waktu Luang (Analysis of Rituals and Pastime) Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisis waktu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time. Time structuring adalah materi penting untuk diskusi dan penilaian karena merefleksikan keputusan tentang naskah hidup bagaimana bertransaksi dengan orang lain dan bagaimana mendapatkan stroke. Individu yang memenuhi sebagian besar waktunya dengan ritual dan pastime kemungkinan mengalami kekurangan stroke dan kurang intimasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena transaksi ritual dan pastimes memiliki nilai stroke yang rendah, orang yang bertransaksi sosial mungkin akan mengeluh merasa kehampaan (emptiness), bosan, tidak memiliki kesenangan, merasa tidak dicintai dan merasa tidak berarti (Corey, 1986). 13 Agustini, M.Psi., Psikolog

14 Daftar Pustaka Palmer, S., (2011). Konseling dan Psikoterapi. Sage Publication Ltd. Komalasari, G., Wahyuni, E., Karsih (2011). Teori dan Teknik Konseling. PT. Indeks. 14 Agustini, M.Psi., Psikolog

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Analisis Transaksional (TA): Model

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt:

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM KONSELING

PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM KONSELING PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM KONSELING Lalu Abdurahman Wahid Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: abdurrachman@yahoo.com Abstract Transactional analysis examines the transaction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasional, dan tingkah laku individu.

BAB I PENDAHULUAN. rasional, dan tingkah laku individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling merupakan serangkaian alat untuk menangani masalah. Akan tetapi, konseling lebih tepat digunakan sebagai media atau upaya untuk mengatasi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Komunikasi Koseling Islam dengan Analisis Ego State. Remaja pada Teks di Beranda Media Sosial Facebook

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Komunikasi Koseling Islam dengan Analisis Ego State. Remaja pada Teks di Beranda Media Sosial Facebook BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Komunikasi Koseling Islam dengan Analisis Ego State Remaja pada Teks di Beranda Media Sosial Facebook Dalam proses konseling terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSAKSIONAL. Eric Berne ( ) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan

ANALISIS TRANSAKSIONAL. Eric Berne ( ) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan ANALISIS TRANSAKSIONAL A. BIOGRAFI TOKOH Eric Berne (1910-1970) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan gelar M. D dari MCGill University di Montreal pada tahun 1953, dan menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bimbingan dan konseling dewasa ini tidak lagi terbatas hanya pada lingkungan pendidikan sekolah, melainkan juga dalam seting luar sekolah dan kemasyarakatan. Bimbingan

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 15 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah A. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan bisa merasakan dicintai atau tidak oleh orang tuanya. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07 MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 07 A61616BB Riblita Damayanti S.Psi., M.Psi Abstract

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

KONSELING. Oleh: Muna Erawati TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

Interpersonal Skills Communications

Interpersonal Skills Communications Modul ke: Interpersonal Skills Communications Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi MARKOM & PERIKLANAN http://www.mercubuana.ac.id Interpersonal Communications (Mendengarkan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

INTERPERSONAL COMMUNICATION. Ine elyane

INTERPERSONAL COMMUNICATION. Ine elyane INTERPERSONAL COMMUNICATION Ine elyane DEFINISI INTERPERSONAL COMMUNICATION Komunikasi antarpersona adalah suatu pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok kecil orang dengan beberapa

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah

DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah proses interaksi antara individu dengan individu lain dengan cara berkomunikasi.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KKPP72118 Psikoterapi Disusun oleh: Harry Theozard Fikri, S.Psi, M.Psi PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari itu banyak timbul sikap-sikap negatif yang ada di dalam lingkungan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dari itu banyak timbul sikap-sikap negatif yang ada di dalam lingkungan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Di dalam dunia pendidikan saat ini banyak terjadi kesenjangan atas sikap sosial yang semakin lama semakin menurun.hal ini di karenakan sikap sosial setiap individu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. 1. Identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku regresi

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. 1. Identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku regresi 60 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. PENYAJIAN DATA 1. Identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku regresi Dalam penyajian data ini peneliti akan menyajikan data tentang bentuk perilaku Siswa

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA. Yohana Oktariana ABSTRAK

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA. Yohana Oktariana ABSTRAK TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA Yohana Oktariana ABSTRAK Bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional untuk mengembangakan konsep diri siswa. Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif Alberti & Emmons (1990) mendefinisikan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku kompleks yang ditunjukan oleh seseorang dalam hubungan antar pribadi, dalam mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com / 0813 140 23 148 Tim Pengembang Dukungan Psikologis Awal Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Outline

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Konseling Analisa Transaksional

Konseling Analisa Transaksional Konseling Analisa Transaksional ERIC BERNE (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor Analisis Transaksional (AT). Ia mulai mengembangkan AT ini sebagai terapi ketika ia bertugas dalam Dinas

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi Pokok Bahasan 1 Antarpribadi 1.1 Elemen pembentuk kesadaran diri 1.2 Konsep-konsep yang mempengaruhi perkembangan kesadaran diri 1.3 Teori-Teori Tentang Diri (Konsep

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah dunia yang mungkin dulu belum mereka hadapi sebelumnya di masa

BAB II KAJIAN TEORI. masalah dunia yang mungkin dulu belum mereka hadapi sebelumnya di masa 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Regresi 1. Pengertian perilaku Regresi Remaja, merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian

Lebih terperinci

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Modul ke: Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Cognitive Social Learning Psychology Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teoretikus dari pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Pada Bayi

Perkembangan Emosi Pada Bayi Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Empati 2.1.1 Definisi Empati Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain dan ikut merasakan apa yang orang lain alami. Empati tidak hanya sebatas memasuki dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Autistic Social Skill Profile (ASSP) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A. Autistic Social Skill Profile (ASSP) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN A Autistic Social Skill Profile (ASSP) RAHASIA No. SKALA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013/2014 Dengan Hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

Meningkatkan Sensitivitas Pemimpin: Menguasai Analisis Transaksi

Meningkatkan Sensitivitas Pemimpin: Menguasai Analisis Transaksi Pasal 7 KEPEMIMPIN YANG MELAYANI BAHAN PEMBINAAN PARA PEMIMPIN Meningkatkan Sensitivitas Pemimpin: Menguasai Analisis Transaksi CHRISTIAN LEADERSHIP NETWORK Kepemimpinan Yang Melayani Yuwana Lestari Indonesia

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Dasar-Dasar Interpretasi Tes Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tes Psikologis menginterprestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU Konseling sekolah merupakan kekuatan baru dalam pendidikan, sumber kontroversi, sumber inspirasi, sumber pemahaman teoritis, dan sumber keterampilan praktis. Komponen Keterampilan

Lebih terperinci

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in

Lebih terperinci