EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 0 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NUR ALFIAWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 05

2

3 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 0 EVALUATION USING DRUG IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER DISEASE IN RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN 0 Nur Alfiawati*, dan Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 570 * nuralfiawati@gmail.com ABSTRAK Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung. Rokok, minuman beralkohol, NSAID, dan H. pylory merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit tukak. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dan kerasionalan terapi penggunaan obat pada pasien tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat non eksperimental, dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan dalam data rekam medis pasien tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0. Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang mengevaluasi kerasionalan pengobatan tukak peptik. Dari 5 pasien menunjukkan bahwa obatobat tukak peptik yang digunakan yaitu omeprazol (68%), lansoprazol (8%), ranitidin (56%), sukralfat (56%), dan antasida (). Hasil analisis dari parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis berdasarkan standar literatur Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach 7th Edition tahun 008, diperoleh tepat indikasi sebesar 00%, tepat obat 88%, tepat pasien 76%, dan tepat dosis. Kata kunci: tukak peptik, kerasionalan terapi, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ABSTRACT Peptic ulcer disease is a diseasecaused by upper gastrointestinal tract disorders, because secretion of acid and pepsin are excess by gastric mucosa.cigarette, alcohol, NSAID, and H.pylori are factors that can lead peptic ulcer. This study was aimed to know about describing and rationality of treatment in patients with peptic ulcer diseaseat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 0. This research was qualitative design and nonexperimental, and it was done by tracing on history record of patients with peptic ulcer disease at RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 0. Sampling technique was done by purposive sampling. The data was descriptively analized to evaluate rationalitytreatment of peptic ulcer. From 5 patients showed that the drugs used of peptic ulcerwere omeprazol (68%), ranitidine (56%), sucralfate (56%). The result of right indication, right drugs, right patient, and right dosage based on the standard literature Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach 7th Edition 008, acquired right indication was 00%, the right drugs was 00%, right patient 76%, and right dosage was %. Key words: peptic ulcer, rational treatment, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

4 PENDAHULUAN Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung (Avunduk, 008). Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung, selain NSAID dan penyebab yang jarang adalah Syndrome Zollinger Ellison dan penyakit Chron disease(sanusi, 0). Bakteri tersebut terdapat di mukosa lambung dan juga banyak ditemukan pada permukaan epitel di antrum lambung (Hadi, 0). Studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan antara tingkat sanitasi lingkungan terhadap prevalensi infeksi H. pylory dan diperkirakan 66, % populasi telah terinfeksi H. pylory(rani & Fauzi, 006). Pengobatan tukak peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi (Sanusi, 0). Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit tukak peptik tergantung pada penyebabnya. Terapi kombinasi obat diperlukan untuk penyakit tukak peptik. Kombinasi dua jenis antibiotik dengan PPI (Proton Pump Inhibitor) atau bismuth digunakan untuk terapi eradikasi H. pylory, sedangkan kombinasi H reseptor antagonis, PPI atau sukralfat dapat digunakan untuk terapi yang disebabkan NSAID. Penggunaan obat yang tidak rasional masih sering dijumpai di pusatpusat kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Ketidaktepatan indikasi, obat, pasien, dan dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi. Gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, konsumsi makanan dan minuman cepat saji serta minuman beralkohol dapat meningkatkan terjadinya angka kekambuhan dan komplikasi perdarahan pada saluran cerna, kanker bahkan kematian (Sanusi, 0). Menurut Putri (00), hasil penelitian kerasionalan pengobatan tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 008 menunjukkan bahwa ketepatan indikasi sebesar 00%, ketepatan obat 96,%, ketepatan pasien 00%, dan ketepatan dosis 6,9%. Angka kejadian tukak peptik menempati nomor ke7 dari 0 penyakit terbanyak dirsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, selain itu adanya kombinasi obat pada terapi tukak peptik, mendorong penulis untuk meneliti tentang kerasionalan penggunaan obat penyakit tukak peptik di rumah sakit tersebut. Evaluasi terhadap antibiotik terkait dengan terapi eradikasi H.pylori tidak dilakukan pada penelitian ini dikarenakan tidak adanya pemeriksaan identifikasi bakteri tersebut pada data rekam medis. Penyakit tukak peptik tidak bisa dianggap remeh, sebab dapat menyebabkan kekambuhan, dan komplikasi yang lebih parah seperti kanker lambung, perdarahan, bahkan kematian. Diharapkan penelitian

5 evaluasi kerasionalan penggunaan obat pada pasien tukak peptik ini dapat menjadi pertimbangan penting bagi tenaga kesehatan sehingga tingkat kekambuhan, efek samping, dan komplikasi dapat dicegah, serta keberhasilan terapi dapat dicapai secara optimal. METODE PENELITIAN A. Kategori dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan kategori rancangan penelitian kualitatif dan bersifat non eksperimental. Jenis data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan pasien tukak peptik yang terdapat dalam rekam medis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang mengevaluasi kerasionalan pengobatan tukak peptik.alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach 7th edition tahun 008, British National Formulary58 tahun 009 dan Drug Information Handbook 9th Edition tahun 00. B. Penentuan Jumlah Sampel Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi tersebut yaitu:. Pasien terdiagnosa tukak peptik tahun 0.. Pasien tukak peptik yang menjalani rawat inap tahun 0.. Pasien yang mendapat terapi obat tukak peptik.. Data pasien lengkap, meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan data pemeriksaan laboratorium (Serum kreatinin, BUN, AST, ALT). Hasil setelah dilakukan kriteria inklusi diatas dari 5 pasien, hanya 5 pasien yang memenuhi kriteria tersebut karena data rekam medis pada 0 pasien tidak lengkap, dan hilang. C. Analisa Data Data pasien yang diperoleh dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur, dan terapinya. Kemudian dianalisis secara deskriptif meliputi parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis, dimana pemilihan obat (first line dan second line therapy) disesuaikan dengan Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach 7th edition tahun 008, sedangkan informasi obat (indikasi, kontraindikasi, dosis dan frekuensi pemberian) disesuaikan dengan British National Formulary 58 tahun 009 dan Drug Information Handbook 9th Edition tahun 00 yang ditinjau dari ketepatan indikasi, obat, pasien dan dosis.

6 D. Jalannya Penelitian. Perijinan penelitian Perijinan penelitian dilakukan dengan mengajukan surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS kepada Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang disertai degnan proposal penelitian.. Observasi Observasi dilakukan dengan mencatat nomor rekam medik pasien melalui unit bagian rekam medik rumah sakit untuk mengetahui jumlah pasien tukak peptik yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 0.. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan berdasarkan nomor rekam medik dan informasi penting lainnya, seperti karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, dan data pemeriksaan laboratorium), diagnosa, terapi pengobatan (dosis, frekuensi pemberian, jenis obat tukak peptik), dan keadaan klinis pasien. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah pasien terdiagnosa tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 0 sebanyak 5 pasien. Berdasarkan kriteria inklusi, jumlah sampel yang dapat diambil yaitu sebanyak 5 sampel. A. Karakteristik Pasien Tukak Peptik. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan jenis kelamin dan umur Data diperoleh kasus pada pria sebanyak 5 kasus dengan presentase 60% dan pada wanita sebanyak 0 kasus dengan presentase 0%. Umur yang paling banyak terkena tukak peptik yaitu pada umur >6 tahun sebanyak pasien (8 %) (Tabel ).. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan tanda & gejala penyakit Dari data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa pasien di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang mengalami mual sebanyak 7 kasus dengan presentase 68% dan yang mengalami muntah sebanyak 8 kasus dengan presentase 7%.. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan diagnosis penyakit Diagnosis pasien di RSUP Dr. Soeradji terdiri atas tukak peptik (8%), tukak duodenum (), tukak stress (%), gastritis (8%), dan dispepsia (). Hasil menunjukkan bahwa tukak peptik lebih mendominasi daripada tukak stress, tukak duodenum, gastritis, dan dyspepsia

7 Tabel. Karakteristik Pasien Tukak Peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 Umur (th) >6 Keterangan Jumlah % (N = 5) Jenis Kelamin Pria Wanita Tanda & gejala Mual Muntah Nyeri ulu hati Berak hitam Diagnosis Tukak peptik Tukak duodenum Tukak Stress Gastritis Dispepsia Kondisi Keluar Sembuh dan diijinkan pulang Belum sembuh dan pulang paksa Meninggal dunia Lamanya Perawatan 5 hari 60 hari 5 hari 60 hari 5 hari % 0% % % 8% 60% 0% 68% 7% % 8% 7% % 8% 56% 0% 5% % 8% Penyakit Penyerta Anemia Hipertensi CHF Stroke Hepatitis Akut Diabetes Mellitus Gagal Ginjal Akut CKD Hiponatremi CVA BPH Sepsis Ca Paru Metastase Hematomesis Melena Depresi Hipotensi Epilepsi Intracerebral Hemorrhagae GERD Lupus Tumor otak Myelodysplasia Syndrome Sepsis Hipoglikemi Sepsis Contusio Cerebri 6 6% 6% 6% 6% % 8% 8% 8%. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan lamanya rawat inap & keadaan keluar Dari data yang diperoleh, keadaan keluar pasien yang sembuh dan diijinkan pulang yaitu sebanyak pasien dengan presentase sebesar 56%, belum sembuh dan pulang paksa sebanyak pasien dengan presentase, sedangkan untuk pasien yang meninggal dunia sebanyak 0 pasien dengan presentase sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya 5

8 terapi atau perawatan tidak terlalu mempengaruhi kesembuhan pasien, tetapi keberhasilan terapi tergantung pada kondisi tiap pasien. Tabel. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan penggunaan terapi lain di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Jumlah Obat tiap KelasTerapi Antibiotik Nitroimidazol Sefalosporin Makrolida Penisilin Aminoglikosida Metronidazol Cefotaksim Ceftriakson Ceftazidim Cefiksim Klaritromisin Amoksisilin Amikasin 7 Elektrolit Infus NaCl Infus RL 6 8 Glukosa Infus D 0 Infus D 0 Antihipertensi Furosemid Valsartan Amlodipin Spironolakton 5 Antiemetik Ondansentron Metoklopramid 7 8 Antidiare Attapulgit Laksatif Bisachodil Phenolphthalein Kortikosteroid Dexamethason Metil Prednisolon Analgesik antipiretik Parasetamol Tramadol 8 Ketorolac Hepatic Protector Nacetylcysteine Hemostatik Ferosulfat Asam Traneksamat 5 6 Antidiabetes Sedativ Metformin Insulin Aspart Diazepam Aprazolam Antiplatelet Clopidrogel Vasodilator cerebral Citicoline 5 5 Dopaminergik Dopamin Anti Epilepsi Fenitoin Glikosida Jantung Digoksin Anti Jamur Flukonazol Mukolitik Ambroksol Diuretik osmotik Mannitol Suplemen & terapi penunjang Vitamin K Asam Folat Kalium Laspartat CaCO Vit B, B6, B Kurkumin, Vit B, B, B6, B 6 7 6

9 5. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan penyakit penyerta Deskripsi pasien tukak peptik dengan penyakit penyerta berdasarkan catatan rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yaitu sebanyak 5 pasien. Kasus penyakit penyerta yang terbanyak adalah anemia, yakni sebanyak 6 kasus (). 6. Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan penggunaan terapi lain Berdasarkan tabel, penyakit penyerta yang terbanyak adalah anemia, oleh karena itu terapi yang dapat diberikan pada pasien adalah asam traneksamatdan vitamin K.Asam traneksamat berperan sebagai koagulan atau penggumpalan darah, dan vitamin K diperlukan sebagai produksi faktor pembekuan darah sekaligus produksi protein yang dibutuhkan tulang (BNF, 009). B. Karakteristik Pengobatan Tukak Peptik. Penggunaan obat tukak peptik Tabel. Penggunaan Obat Tukak Peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 Golongan Nama Obat Jumlah % (N=5) Proton Pump inhibitor (PPI) Omeprazol 7 68% Proton Pump inhibitor (PPI) Lansoprazol 7 8% Antagonis reseptor H histamin Ranitidin 56% Sukralfat 56% Antasida Berdasarkan data yang diperoleh, obat tukak peptik yang paling banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah Omeprazol (68%). Selain Omeprazol, obat golongan PPI yang digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ialah Lansoprazol (8%) Golongan Antagonis reseptor H histamin yang digunakan adalah Ranitidin dengan kasus sebanyak (56%). Obat lain yang digunakan adalah Sukralfat, yaitu sebanyak kasus dengan persentase 56%, dan Antasida sebanyak kasus ().. Penggunaan obat tukak peptik tunggal dan kombinasi Data penggunaan obat tukak peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro meliputi penggunaan obat tunggal dan kombinasi. Menurut data yang diperoleh, penggunaan obat tunggal Proton Pump Inhibitor dan Antagonis Reseptor H Histamin, keduanya didapat jumlah yang sama yaitu sebanyak kasus (%). 7

10 Tabel. Penggunaan Obat Tukak Peptik Tunggal & Kombinasi Nama Obat Jumlah % (N=5) Proton Pump Inhibitor % Antagonis Reseptor H Histamin % Proton Pump Inhibitor + Antagonis Reseptor H Histamin 5 0% Proton Pump Inhibitor + Sukralfat 8 % Antagonis Reseptor H Histamin + Sukralfat Proton Pump Inhibitor + Antagonis Reseptor H Histamin + Sukralfat 6% Proton Pump Inhibitor + Antagonis Reseptor H Histamin + Sukralfat +Antasida Kemudian untuk penggunaan obat tukak peptik kombinasi yang paling banyak digunakan adalah Proton Pump Inhibitor+ Sukralfat, yakni sebanyak 8 kasus dengan persentase %. Penggunaan terapi bersamaan, seperti golongan ARH + sukralfat atau ARH + PPI tidak direkomendasikan, karena dapat menambah biaya pengobatan tanpa mendapat keefektifan yang maksimal dari pengobatan tersebut (Berardi & Welage, 008). C. Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat. Tepat Indikasi Terapi pengobatan dapat dikatakan tepat indikasi jika pemberian obat sesuai dengan diagnosis berdasarkan tanda dan gejala yang timbul pada pasien. Beberapa macam obat tukak peptik, yaitu Antasida, Proton Pump Inhibitor (Esomeprazol, Lansoprazol, Omeprazol, Pantoprazol, Rabeprazol), Antagonis Reseptor H Histamin (Simetidin, Famotidin, Nizatidin, Ranitidin), Sukralfat, dan Analog Prostaglandin (Misoprostol) (Lacy et al., 00). Menurut data yang diperoleh, ketepatan indikasi pengobatan tukak peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yaitu sebesar 00%. 8

11 Tabel 5. Tepat Indikasi pada Pasien Tukak Peptik Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 No. Gejala & Tanda Ketepatan Diagnosis Terapi Tukak Peptik Kasus (Indikasi) TI TTI. Mual, muntah, disfagia Tukak peptik Ranitidin. Mual, muntah Tukak peptik Omeprazol, sukralfat, ranitidin. Nyeri ulu hati Tukak peptik Omeprazol, sukralfat. Muntah darah, BAB hitam Tukak peptik Omeprazol, sukralfat 5. Mual, muntah, abdominal pain Dispepsia Ranitidin, omeprazol 6. Muntah, disfagia Tukak peptik Ranitidin, omeprazol 7. BAB hitam, perut mulas, nyeri ulu hati Tukak stress Lansoprazol, sukralfat, omeprazol 8. Mual Tukak peptik Lansoprazol, sukralfat 9. Mual, muntah Tukak peptik Ranitidin, omeprazol 0. Muntah, nyeri ulu hati Tukak peptik Omeprazol, sukralfat. Ulu hati panas, abdominal pain Gastritis Lansoprazol, sukralfat. Muntah, nyeri ulu hati Tukak peptik Sukralfat, omeprazol. Mual, muntah Tukak peptik Ranitidin, sukralfat. Mual, muntah Tukak peptik Omeprazol 5. Mual, muntah, nyeri ulu hati Tukak peptik Omeprazol, sukralfat, ranitidin 6. Mual, nyeri ulu hati Tukak peptik Ranitidin, sukralfat, lansoprazol 7. Mual, muntah nyeri ulu hati Tukak stress Omeprazol, sukralfat, lansoprazol 8. Mual, muntah Gastrointestinal Omeprazol, antasida, bleeding ranitidin, sukralfat 9. Nyeri ulu hati, mual, disfagia Ulkus Omeprazol, sukralfat, gastroduodenal lansoprazol 0. Mual, muntah Tukak peptik Ranitidin, omeprazol, sukralfat. Mual, muntah, Tukak peptik Ranitidin,. Muntah, disfagia Tukak peptik Ranitidin, omeprazol. Mual, muntah Tukak peptik Ranitidin. Mual Tukak peptik Lansoprazol 5. Mual, muntah Gastritis Ranitidin, lansoprazol Total 5 Presentase 00%. Tepat Obat Pilihan pengobatan yang paling tepat tergantung pada penyebabnya, dan keputusan untuk penggunaan obat dilakukan setelah adanya diagnosis yang tepat (Truter, 009). Ketepatan penggunaan obat pada terapi tukak peptik menggunakan standar literatur Pharmacotherapy A Pathopsycologic Approach 7th Edition tahun 008.Dari analisis data yang diperoleh, ketepatan obat pada terapi tukak peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 mencapai persentase 88%. 9

12 Tabel 6. Tepat Obat pada PasienTukak Peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 No. Ketepatan % (N=5) Terapi Tukak Peptik Kasus TO TTO. Ranitidin. Omeprazol + sukralfat* Ranitidin**. Omeprazol + sukralfat. Omeprazol + sukralfat 5. Ranitidin* Omeprazol** 6. Ranitidin + omeprazol 7. Lansoprazol + sukralfat + omeprazol 8. Lansoprazol* Sukralfat** 9. Ranitidin + omeprazol 0. Omeprazol* Sukralfat**. Lansoprazol + sukralfat. Sukralfat* Omeprazol**. Ranitidin* Sukralfat**. Omeprazol 5. Omeprazol + sukralfat + ranitidin 6. Ranitidin + sukralfat + lansoprazol 7. Omeprazol + sukralfat* Lansoprazol** 8. Omeprazol + antasida + ranitidin* Sukralfat** 9. Omeprazol + sukralfat* Lansoprazol** 0. Ranitidin* Omeprazol + sukralfat**. Ranitidin. Ranitidin + omeprazol. Ranitidin. Lansoprazol 5. Ranitidin* Lansoprazol** Total Persentase 88% 56% *Pemberian obat pada episode I **Pemberian obat pada episode II Obat obat golongan PPI (Proton Pump Inhibitor) dapat menghambat sekresi asam lambung dengan cara memblok H + /K + ATPase (Adenosine Triphosphatase) yang terdapat di sel parietal lambung (BNF, 009). Omeprazol, dan lansoprazol termasuk dalam golongan obat PPI, serta sesuai untuk terapi tukak peptik, maka dapat dikatakan tepat obat. Golongan Antagonis reseptor H histamin dapat memblok kerja histamin pada sel parietal lambung dan mengurangi sekresi asam, sekaligus dapat meningkatkan ph lambung (Huanget al., 00). Ranitidin merupakan obat golongan Antagonis reseptor H histamin yang dapat digunakan untuk terapi tukak peptik, sehingga dapat dikatakan tepat obat. Sukralfat merupakan agen pelindung mukosa yang melindungi ulkus epitel dari zat ulcerogenic, seperti asam lambung, pepsin dan empedu. Hal ini juga secara langsung 0

13 mengadsorbsi empedu dan pepsin (Neal, 007). Sukralfat adalah salah satu terapi yang dapat digunakan untuk penyakit tukak peptik, maka sukralfat dapat dikatakan sebagai tepat obat. Antasida dapat meningkatkan ph lumen lambung, sehingga dapat menetralkan asam lambung serta meningkatkan kecepatan pengosongan lambung (Neal, 007). Antasida merupakan salah satu obat yang dapat digunakan untuk terapi penyembuhan tukak peptik, sehingga dapat dikatakan tepat obat. Dari analisis data yang diperoleh, ketepatan obat pada terapi tukak peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 mencapai persentase 88%.. Tepat Pasien Tepat pasien yaitu ketepatan pemilihan obat yang tidak mempunyai kontraindikasi terhadap pasien tukak peptik yang disesuaikan dengan British National Formulary 58 tahun 009 dan Drug Information Handbook 9th Edition tahun 00. Pada penggunaan jangka panjang aluminium dalam sukralfat dapat terakumulasi dalam otak dan tulang, hal ini menyebabkan kelemahan tulang. Penggunaan ranitidin pada pasien gangguan ginjal dapat mengurangi ekskresi obat di ginjal dan dapat menurunkan angka clearence. Pada pasien dengan gangguan hati, waktu paruh omeprazol dan lansoprazol diperpanjang sehingga efek obat dalam tubuh lebih lama, serta dapat meningkatkan bioavailabilitas. Kandungan aluminium dalam sukralfat dapat terabsorbsi dan dapat terakumulasi, sehingga perlu dihindari penggunaannya pada pasien gangguan ginjal (Subramanianet al, 009). Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 7, ketepatan pasien terhadap pasien tukak peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 mencapai 76% (9 kasus) dan ketidaktepatan pasien sebesar (6 kasus).

14 No. Kasus Tabel 7. Tepat Pasien pada Pasien Tukak Peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 Ketepatan Pasien Nama Obat Penyakit Penyerta TP TTP. Ranitidin ARF. Sukralfat CKD. Omeprazol, sukralfat BPH. Omeprazol, sukralfat Hematomesis melena 5. Ranitidin, omeprazol CKD 6. Ranitidin, omeprazol Depresi 7. Lansoprazol Hepatitis akut 8. Lansoprazol, sukralfat Stroke, anemia 9. Ranitidin, omeprazol Stroke 0. Omeprazol, sukralfat Hipertensi. Lansoprazol, sukralfat GERD. Omeprazol, sukralfat Stroke, CHF. Ranitidin, sukralfat Hepatitis akut. Omeprazol Tumor otak 5. Omeprazol Hepatitis akut 6. Ranitidin, sukralfat, lansoprazol CHF 7. Omeprazol, sukralfat, lansoprazol Anemia 8. Omeprazol, antasida, sukralfat Myelodisplasia 9. Omeprazol, sukralfat, lansoprazol Anemia 0. Ranitidin, omeprazol, sukralfat Hipoglikemia. Ranitidin Hepatitis akut. Ranitidin, omeprazol Confusio cerebri. Ranitidin ARF. Omeprazol DM, CHF 5. Ranitidin, lansoprazol Anemia Total 9 6 Persentase 76%. Tepat Dosis Tepat dosis merupakan pemilihan dosis dan frekuensi pemberian obat yang tepat berdasarkan standar British National Formulary 58 tahun 009 dan Drug Information Handbook 9th Edition tahun 00. Ketepatan dosis tersebut dianalisis menurut frekuensi penggunaan, dosis obat yang digunakan, dan data laboratorium yang mencakup nilai serum kreatinin. Nilai serum kreatinin merupakan standar penanda untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi ginjal pasien. Pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal maka diperlukan penyesuain dosis dan frekuensi pemberian obat (Dowling, 008). Seperti pada penggunaan ranitidin, pasien dengan nilai ClCr <50 ml/menit perlu penyesuaian dosis ranitidin, yaitu per hari (oral), dan setiap 8 jam (intravena) (Lacy et al., 00). Menurut tabel 8, ketepatan dosis sebanyak kasus dengan persentase dan ketidaktepatan dosis sebanyak kasus dengan persentase 96%. Adanya pasien yang meninggal sehingga durasi terapi tidak dinilai pada penelitian ini, karena dapat menyebabkan hasil yang bias. Pada data tersebut, frekuensi pemberian obat yang kurang atau berlebih menyebabkan terjadinya ketidaktepatan dosis.

15 Tabel 8. Tepat Dosis pada Pasien Tukak Peptik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 No. Dosis Pemakaian Dosis BNF & DIH Nilai ClCr Ketepatan Nama Obat Keterangan Kasus x hari x hari (ml/mnt) TD TTD. Ranitidin po 00 mg, 88 Dosis lebih. Omeprazol iv Ranitidin iv 0 mg g g 00 mg g,98 Dosis lebih. Omeprazol iv 0 mg 0 mg 5 g g g. Omeprazol iv 0 mg, g g g 5. Ranitidin iv 00 mg Dosis lebih,95 Omeprazol iv 0 mg 6. Ranitidin iv 00 mg Dosis lebih,0 Omeprazol iv 0 mg 0 mg Lansoprazol iv Omeprazol iv Lansoprazol iv Ranitidin po Omeprazol iv Omeprazol iv g 0 mg g 0 mg 0 mg g g 60 mg g 00 mg g g g g 5000 mg 85, 9 9,67 6,8 5,7 Dosis sesuai Dosis lebih. Lansoprazol po 90, Dosis sesuai. g g g 70, Omeprazol iv 0 mg. Ranitidin iv 00 mg 5000 mg 8,9 g g g. Omeprazol iv 0 mg 9,8 5. Omeprazol iv Ranitidin po 0 mg g g 00 mg g 00 mg 8, Dosis sesuai Ranitidin po Lansoprazol po Omeprazol iv Lansoprazol po Omeprazol po Antasida po Ranitidin iv Omeprazol iv Lansoprazol po Ranitidin iv Omeprazol iv g 0 mg g 0 mg 00 mg g 0 mg g 0 mg g 00 mg g g 60 mg 0 mg, g 00 mg g g 60 mg 00 mg g g g 0 mg 00 mg g g g 00 mg 0 mg, g 5000 mg 6,8 8,85, 79, 5,6 Dosis sesuai Dosis sesuai Dosis lebih Dosis sesuai Dosis sesuai Dosis lebih Dosis lebih. Ranitidin iv 00 mg 5, Dosis lebih. Ranitidin iv 00 mg 5000 mg 78,5 Omeprazol iv 0 mg 0 mg. Ranitidin iv 00 mg,06 Dosis lebih. Omeprazol iv 0 mg 06, 5. Ranitidin iv 00 mg Dosis lebih,8 Lansoprazol po Dosis sesuai Jumlah Persentase 96% D. Kendala yang Dihadapi Selama Penelitian Selama melakukan penelitian ini peneliti mengalami beberapa kendala, yakni seperti ketidaklengkapan atau hilangnya data rekam medis pasien, tulisan dokter atau perawat yang sulit untuk dibaca.

16 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Gambaran terapi pada pasien tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 diperoleh penggunaan obat omeprazol sebesar 68%, ranitidin 56%, dan sukralfat 56%. b. Kerasionalan terapi pada pasien tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 0 diperoleh tepat indikasi 00%, tepat obat 88%, tepat pasien 76%, dan tepat dosis. B. Saran Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan, yakni :. Perlu melihat ketepatan kombinasi obat terkait penggunaan terapi tukak peptik.. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait efek samping penggunaan terapi tukak peptik. DAFTAR ACUAN Avunduk, C. (008). Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy th Edition (th ed., 56 6). Boston: Tufts University Medical School. Berardi, R. R., & Welage, L. S. (008). Peptic Ulcer Disease. In J. T. Dipiro, R. L. Tabert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey (Eds.), Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach (7th ed., ). New York: Mc. Graw Hill. British National Formulary Gastrointestinal System. 78. London: BMJ Group and RPS Publishing. Dowling, T. C. (008). Quantification of Renal Function. In J. T. Dipiro, R. L. Tabert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey (Eds.), Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach (7th ed., 7 77). New York: Mc. Graw Hill. Hadi, S. (0). Gastroenterologi (0 06). Bandung: PT Alumni. Huang, J., et al. (00). Effect of histaminereceptor antagonists versus sucralfate on stress ulcer prophylaxis in mechanically ventilated patients: a metaanalysis of 0 randomized controlled trials. Department of Colorectal and Anal Surgery, First Affiliated Hospital, Guangxi Medical University, China, (5), 9.

17 Lacy, C. F., et al. (00). Drug Information Handbook 9th Edition (876 ). Ohio: Lexi Comp. Neal, M. J. (007). At a Glance Farmakologi Medis (Edisi keli, 0 ). Jakarta: Penerbit Erlangga. Putri, D. P. W. (00). Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer Disease) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 008. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rani, A. A., & Fauzi, A. (006). Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit Gastroduodenal. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 9 ). Jakarta: FKUI. Sanusi, I. A. (0). Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.), Buku Ajar Gastroenterologi (8 5). Jakarta: Interna Publishing. Subramanian Arvind. (009). Drug Facts And Comparisons. (S. L. Schweain, Ed.) (Pocket Edi). Vancouver: Wolters Kluwer Health. Truter, I Peptic ulcer disease. SA Pharmaceutical Journal, (February),

Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014

Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 32 Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 Ranitidin 500 3x500 2x400 1. 835170 L/34 th Ulcer Metronidazol 50 /amp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak peptik merupakan penyakit akibat ketidakseimbangan fisiologis antara faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dengan faktor pelindung (pertahanan dan perbaikan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUATION OF PEPTIC ULCER MEDICATION USE IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015 POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Rinza Bagus Prakoso K100120169 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar 500.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya terkena penyakit tukak peptik, dan 70% terjadi pada usia 25 sampai 64 tahun. Biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu kasus kegawatan dibidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD SINDROMA DISPEPSIA Dr.Hermadia SpPD Pendahuluan Dispepsia merupakan keluhan klinis yg sering dijumpai Menurut studi berbasis populasi tahun 2007 peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dr 1,9% pd th

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 100110038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu

Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 126 131 ISSN : 2442-8744 (electronic) http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/galenika/index DOI : 10.22487/j24428744.2017.v3.i2.8772

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obatobatan yang dijual bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer disease) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer disease) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer disease) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : DIYAH PURBAWATI WISENO PUTRI K 100 050

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: ATIKAH DWI ERLIANA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh : GITA AYU PRADINA K 100 110 101 FAKULTAS

Lebih terperinci

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt ANTASID ANTASID adalah basa basa lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung ANTIULCER Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghambat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI 1 EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NOVITA DWI PURNAMASARI K.100090058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 2 Bantul telah ditemukan sebanyak 36 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal Disease (SRMD) pada pasien kritis pertama kali muncul lebih dari empat dekade lalu. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan

Lebih terperinci

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 Andrea Ariel Rondonuwu 1), Adeanne Wullur 1), dan Widya Astuti Lolo 1) 1) Program

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARIDESEMBER 204 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 000038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh : EVALUASI KETEPATAN OBATANTIDIABETIK DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATIDI RSUD X SURAKARTA JANUARI-JULI 0 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ELIT RIZAL FALAH K 00 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Stress ulcer merupakan ulser pada lambung dan atau duodenum yang biasanya muncul dalam konteks trauma atau penyakit sistemik atau SSP yang hebat. Ulcer secara

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: TRI SUWARNI K 100050200 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: REVTY AMELIA K100070004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2014

EVALUASI KETEPATAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2014 EVALUASI KETEPATAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 04 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015

Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015 Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015 NOMOR PASIEN DIAGNOSIS KETERANGAN MASUK RUMAH UMUR HEMODIALISIS

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI 2015 SKRIPSI Oleh: NURUL DINI SEPMAWATI K100120052 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia (Mansjoer, 2000). Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan mencatat data-data yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia kronis didefinisikan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, lebih dari 3.400 manusia di dunia meninggal di jalan setiap hari dan lebih dari 10 juta manusia mengalami cedera dan disabilitas tiap tahunnya. Anak anak,

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk obat-obat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian menggunakan data-data dari rekam medik penderita gagal ginjal kronik atau sering disebut CKD (Chronic kidney disease) yang sudah mengalami tahap hemodialisis

Lebih terperinci

Evaluasi Adverse Drug Reaction Antidiabetes... ( Woro Supadmi, dkk) 205

Evaluasi Adverse Drug Reaction Antidiabetes... ( Woro Supadmi, dkk) 205 Evaluasi Adverse Drug Reaction Antidiabetes... ( Woro Supadmi, dkk) 205 EVALUASI ADVERSE DRUG REACTION ANTIDIABETES BERDASARKAN ALGORITMA NARANJO DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN OBAT PROFILAKSIS STRESS ULCER PADA PASIEN BEDAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYa

STUDI PENGGUNAAN OBAT PROFILAKSIS STRESS ULCER PADA PASIEN BEDAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYa STUDI PENGGUNAAN OBAT PROFILAKSIS STRESS ULCER PADA PASIEN BEDAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYa DWI SUCI SUGIARTI 2443010146 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2014

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : NUVIA DHIAR SAPUTRI K100080169 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: NUR WIJAYANTI K 100 130 007 FAKULTAS

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif (non eksperimental). Pengambilan data dilakukan menggunakan metode retrospektif kemudian dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PENDERITA PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI JUNI 2015 EVALUATION OF ANTIBIOTIC USE AT CHILDRENS

Lebih terperinci

portal, ascites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP), varises esofagus, dan ensefalopati hepatik (EASL, 2010). Menurut Doubatty (2009)

portal, ascites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP), varises esofagus, dan ensefalopati hepatik (EASL, 2010). Menurut Doubatty (2009) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sirosis adalah proses difus yang ditandai oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar yang normal menjadi nodul-nodul yang abnormal (Dipiro et al., 2015). Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X TAHUN 2014

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X TAHUN 2014 EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: SABRINA AYU HAPSARI K100110070 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. AGUSTUS 017 ISSN 0-49 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: EKA KURNIA SARI K. 100 080 001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada

Lebih terperinci

OBA B T A T S I S ST S E T M

OBA B T A T S I S ST S E T M OBAT SISTEM GASTROINTESTINAL dr. Agung Biworo,M.Kes ULKUS PEPTIK Mukosa lambung dibagi menjadi tiga daerah ekskresi : Area glandula kardia mensekresi mukus dan pepsinogen. Area glandula oksintik (parietal)

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ATIKAH MUYASSAROH K 100050217

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN 92 PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN MONITORING OF DRUG THERAPY IN PATIENTS GEA ON PATIENTS IN dr. SUYOTO Satya Candra Indra Yanih dan

Lebih terperinci

PR0GHlllltG. B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE

PR0GHlllltG. B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE (DUGeM) PR0GHlllltG B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE t &' r @q; {b - * e, * S* * 4i-f,"i,# wt Saann?fu 30 S@- Sore(,Dry, "h6e O6fro4& 2Oll Peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 1 POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Nur Afifah, Eka Kartika Untari Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci