BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 1 Tingkat Penggunaan Kuesioner Keterangan
|
|
- Teguh Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Satuan Analisis Pada tabel 1 disajikan informasi tentang tingkat penggunaan kuesioner dalam penelitian: Tabel 1 Tingkat Penggunaan Kuesioner Keterangan Jumlah Kuesioner Kuesioner yang dibagikan 30 Kuesioner kembali 23 Kuesioner yang tidak dapat digunakan 11 Kuesioner yang dapat digunakan 12 Sumber : Data primer diolah, 2014 Terdapat kuesioner yang tidak dikembalikan, dikarenakan adanya pegawai yang cuti dan ada pegawai yang dinas keluar kota pada saat penyebaran kuesioner, akibatnya perantara tidak dapat mengambil dan mengembalikan kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan. Kuesioner yang tidak dapat dipergunakan, disebabkan karena menyebaran kuesioner tersebut yang tidak tepat sasaran oleh perantara. Berikut ini ditampilkan adalah karakteristik satuan analisis dalam penelitian ini yang dapat dalam tabel 2: Tabel 2 Karakteristik Satuan Analisis Jumlah Keterangan Auditor Internal Jenis Kelamin Pria Wanita 4 8 Presentasi (%) 33,3% 66,6% 18
2 Usia < 30 tahun tahun tahun > 50 tahun Pendidikan S1 SMA Masa Kerja < 5 tahun 6-10tahun >11 tahun Jabatan Anggota Tim Ketua Tim Golongan III/a III/b III/c III/d IV/a Pengendali Teknis ,6% 33,3% 41,6% 8,3% 83,3% 16,6% 25% 33,3% 41,6% 50% 41,6% 8,3% 25% 8,3% 25% 33,3% 8,3% Sumber : Data primer 2014 diolah Pada tabel 2 menunjukan bahwa auditor internal mayoritas adalah wanita dan sisanya adalah pria. Sebagian besar auditor internal dalam penelitian ini berpendidikan S1, diikuti dengan berpendidikan SMA. Dari kelompok golongan terdapat auditor internal dengan golongan III/a terbanyak, golongan terbanyak kedua yaitu III/b, III/c, III/d, IV/a. Dilihat dari lamanya masa kerja sebagian besar auditor telah bekerja lebih dari 11 tahun dan masa kerja auditor diantara 6 sampai 10 tahun. Dari kelompok jabatan auditor internal, terdapat 6 orang auditor yang berperan sebagai anggota tim dalam pelaksanaan pemeriksaan, terdapat 5 orang auditor merupakan auditor muda yang berperan sebagai ketua tim, dan 1 orang auditor sebagai pengendali teknis (auditor madya) dalam pemeriksaan. 19
3 4.2 Pemahaman Auditor Internal Mengenai Good Governance Dapat diketahui bahwa, secara umum auditor internal dalam mencapai dan menciptakan good governance harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami tentang good governance itu sendiri, maka auditor internal dapat menjalankan fungsi pemeriksaan. Dari hasil penelitian secara keseluruhan auditor internal telah memahami dengan baik konsep good governence, maka untuk mencapai good governance tersebut auditor harus memaksimalkan kinerja mereka (terlampir pada hal 40). Hal ini diungkapkan oleh salah seorang auditor internal, Pemerintah saat ini berupaya untuk menciptakan good governance, langkah awal yaitu pemerintah harus terlebih dahulu memahami dan mengerti dengan saksama good governance itu sendiri, sehingga dengan mudah pemerintah melaksanakannya dan dapat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu asas penyelenggaran pemerintahaan dalam rangka menciptakan good governance tertuang dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) adalah asas keterbukaan. Keterbukaan dalam hal ini dimaknai sebagai wujud transparansi penyelenggaraan pemerintahan terhadap masyarakat, khususnya terkait dengan segala informasi berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan (UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik). Menunjukan bahwa, auditor internal telah melaksanakan salah satu konsep good governance dengan menyajikan segala informasi secara jelas, akurat, dan tepat waktu 20
4 bagi masyarakat dan pihak swasta (terlampir pada hal 40). Saat ini transparansi merupakan kewajiban baik pemerintah maupun masyarakat dalam mencapai kesejahteraan. Hal ini sesuai yang ditutarakan oleh salah seorang auditor, Transparansi saat ini sangat berguna untuk mengembalikan rasa percaya masyarakat kepada pemerintah. Pemerintah harus melaporkan kepada masyarakat selaku pemegang kedaulatan tertinggi, seluruh dana yang dipergunakan, serta melakukan audit atas penggunaan dana yang bersumber dari APBD/APBN oleh inspektorat selaku auditor internal dan BPK selaku auditor eksternal. Terjalin partisipasi antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat dalam optimalisasi pelayanan publik mendukung tercapainya tujuan besar yaitu good governance. Partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan merupakan perwujudan rill good governance. Masyarakat akan solit dan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah serta menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah (terlampir pada hal 40). Hal ini diutarakn oleh salah seorang auditor internal, Pemerintah dalam mengeluarkan aturan serta kebijakan yang berhubungan dengan pihak swasta, baiknya tidak menyulitkan mereka, dan pemerintah malakukan investasi yang mendukung dunia usaha (pemerintah selaku regulator, operator, dan fasilitator). Selain itu masyarakat berperan aktif mengawasi jalannya pelaksanaan pemerintahan dan melakukan pengaduan jika terdapat kecurangan. 21
5 Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pelayanan pemerintah kepada masyarakat, dimulai dari individu dan unit kerja yang paling kecil, sampai dengan instansi atau lembaga puncak atas pelaksanaan kebijakan ekonomi, sosial, politik, dan keuangan. Dalam hubungannya dengan auditor internal, auditor harus bertanggungjawab penuh atas hasil pemeriksaan dimana mulai dari awal proses pemeriksaan sampai pelaporan hasil pemeriksaan dengan ditunjang tingkat pengetahuan auditor yang memadai (terlampir pada hal 40). Hal ini disampaikan oleh salah seorang auditor, Dalam melaksanakan pemeriksaan, kami auditor internal melakukannya secara maksimal, karena marupakan bentuk pelayanan kami kepada masyarakat dengan menelusuri semua data-data yang dibutuhkan, sebab ini merupakan kewajiban kami yang harus dipertanggungjawabkan dan menjadi bahan evaluasi kami kedepannya. Penerapan good governance di era reformasi yaitu untuk menjamin terciptanya pemerintahan yang jujur, bersih, dan transparan. Penerapan good governance, pemerintah dihadapkan dengan kendala-kendala baik dari dalam maupun dari luar. Maka dari itu dibutuhkannya semua pihak untuk bersama-sama berpartisipasi aktif dalam mewujudkan good governance (terlampir pada hal 40). Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal, Pada dasarnya pemerintah telah berusaha untuk menerapkan good governance secara makasimal, memberikan pelayanan yang dibutukan oleh masyarakat, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi ada saja kendala yang 22
6 dihadapi pemerintah dan menghambat proses good governance ini, baik dari dalam maupun dari luar oleh pemerintah. Sikap dan karakter personal auditor internal dalam melakukan pemeriksaan yang tujuan akhirnya menciptakan good governance dapat dikatakan bahwa pemahaman auditor internal berhubungan langsung dengan tindakan atau ide yang dilakukan, dipengaruhi oleh faktor internal auditor yaitu bersumber dari dalam diri auditor berupa persepsi diri dan motivasi. Terlihat dari pelaksanaan transparansi dalam pengelolaan keuangan oleh pemerintah, pelaksanaan akuntabilitas dimana pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kebijakan dan pertanggungjawaban keuangan, serta partisipasi (pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan yang demokratis. 4.3 Pemahaman Auditor Internal Mengenai Independensi Auditor internal telah memahami secara keseluruhan dengan baik tentang independensi dalam proses pemeriksaan. Hal ini menjadi sangat penting bagi seorang auditor, sebab berhubungan langsung profesional dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak pun. Semua ini berpulang kembali kepada pribadi masing-masing auditor dalam mengemban tugas pemeriksaan (terlampir pada hal 42). Hal ini disampaikan oleh salah seorang auditor internal, Berbicara mengenai independensi merupakan mahkota seorang auditor, jika seorang auditor tidak memiliki independensi dipastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan tidak 23
7 berkualitas dan menunjukan buruknya kinerja auditor internal. Dalam menjalankan tugas, auditor harus mengetahui dan menguasai standar, prosedur, dan aturan yang berhubungan dengan pemeriksaan. Sehingga independensi seorang auditor dalam program audit dapat dipertahankan, serta tidak mudah dipengaruhi oleh pihak menejerial. Selain itu pemeriksaan pada bidang yang sama atau pernah menjabat, merupakan keadaan yang sangat mempengaruhi independensi auditor dalam program audit. Maka auditor harus memiliki pegangan yang kaut agar menghindari resiko yang mungkin terjadi. (Terlampir pada hal 42). Hal ini diungkapkan oleh seorang auditor internal, Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan harus menguasai standar, prosedur, serta aturan yang menjadi modal dalam pemeriksaan. Dengan dasar yang kuat maka auditor tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun, auditor mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan jika memeriksa pada tempat atau bidang yang dulu pernah menjabat. Dengan tingkat pengetahuan seorang auditor internal yang memadai, maka auditor dengan mudah dapat menelusuri semua catatan, memeriksa aktiva, dan menganalisis sampai diangkat menjadi temuan. Selain itu auditor dapat menyelesaikan semua masalah yang tak terduga dilapangan. Keadaan ini dapat menciptakan independensi auditor dalam verifikasi. Dimana tidak ada tekanan dari pihak menejerial maupun dari dalam diri auditor (terlampir pada hal 42). Selain itu auditor harus menolak pemberian 24
8 fasilitas dari auditee. Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal, Tingkat pengetahuan yang memadai oleh seorang auditor, akan membuat independensi auditor tersebut semakin kokoh. Sebab auditor mampu melaksanakan proses pemeriksaan dengan baik. Selain itu menolak pemberian fasilitas yang sangat menggoyahkan sikap independensi auditor itu dalam melaporkan temuan-temuan audit. Independensi dalam pelaporan akan menjadi masalah ketika, auditor melakukan pemeriksaan pada auditee yang memiliki hubungan kekerabatan, baik hubungan darah, sahabat, dan mantan atasan. Terkadang hubungan kekerabatan ini membuat mengendornya sikap independensi auditor. Bagi auditor yang profesional dan menjungjung sikap independensi, akan mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan, atau auditor tetap melakukan pemeriksaan dengan semestinya tetapi auditor dipantau oleh atasan. (Tabel 4 poin 4 terlampir pada hal 42). Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal, Kami tidak akan melakukan pemeriksaan pada auditee yang memiliki hubungan kekerabatan dengan jalan mengundurkan diri. Karena akan mempengaruhi independensi kami sebagai auditor. Pada keadaan tertentu saja, baru kami harus melakukan pemeriksaan. Seorang auditor internal dalam mempertahankan sikap independensi dapat dilihat dengan perilaku dari audior tersebut yang bersumber dari internal atau eksternal. Penyebab dibalik sikap auditor yang independen yaitu bersumber dari internal dimana 25
9 berasal dari dalam diri berupa kepribadain, kemampuan, serta usaha untuk bersikap independen. Independensi didalam program audit, yang dilaksanakan oleh auditor telah dilakukan berdasarkan pada program pemeriksaan, sehingga independensi auditor dapat dijaga dan dipertahankan. Independensi dalam verifikasi, keterbukaan akses informasi bagi auditor menjadi faktor utama dalam melakukan verifikasi. Dalam melaporkan hasil audit, independensi auditor tetap dipertahankan, sehingga semua bukti dan temuan audit benar-benar dilaporkan. 4.4 Usaha Auditor Internal Untuk Mewujudkan Independensi Dalam pendekatan teori atribusi, data dari hasil penelitian menunjukan bahwa kecenderungan auditor internal dalam mengusahakan sikap independensi lebih kepada abillity. Terlihat pada hasil penelitian (terlampir pada halaman 44), auditor mengusahakan independensi dalam program audit, dengan bersumber dari dalam diri berupa kemampuan yang dimiliki, bersifat stabil sehinga auditor dapat memprediksi hasil di waktu yang akan datang, namun auditor tidak dapat mengendalikannya. Pada sisi lain terdapat auditor yang memilih effort, hal ini bisa dikatakan bahwa kemampuan, pengetahuan, dan persepsi dari masing-masing auditor berbeda-beda. Untuk task difficulty, sedikit auditor yang memilih sebab bersumber dari luar diri auditor yaitu lingkungan sekitar yang tidak dapat diprediksi, meskipun auditor dapat mengendalikannya, keadaan ini harus ditunjang dengan tingkat kemampuan yang dimiliki auditor. Luck bagi auditor yang mengusahakan 26
10 independensi dalam program audit, tidak memberikan dampak sama sekali, sebab semua hal bersumber dari luar diri auditor yaitu lingkungan yang tidak dapat diprediksi sehingga bersifat tidak stabil, serta tidak dapat dikendalikan oleh auditor. Usaha auditor mewujudkan independensi dalam verifikasi, hasil penelitian menunjukan bahwa (terlampir pada halaman 45), auditor memilih abillity. Hal ini terlihat pada kemampuan dan kreativitas yang bersumber dari dalam diri auditor untuk menyelesaikan masalah dilapangan jika terjadi kesulitan dalam mengakses informasi. Terdapat auditor yang mengusahakan independensi dalam verifikasi audit memilih task difficulty, dimana lingkungan sekitar yang lebih mempengaruhi auditor, karena menurut mereka lingkungan dapat dikendalikan dan bersifat stabil, sehingga resiko yang mungkin terjadi dapat diminimalisasikan. Ada auditor yang memilih effort, dengan berusaha menelusuri semua data-data dan diangkat menjadi temuan, hal ini bersumber dari dalam diri auditor, dapat dikontrol oleh auditor, meskipun tidak bersifat stabil. Faktor luck, hasil penelitian menunjukan bahwa auditor pada kondisi ini sangat jarang terjadi, sehingga menurut mereka luck sangat sedikit diusahakan untuk independensi dalam verivikasi audit. Sikap independensi dalam pelaporan yang diusahakan oleh auditor, pada hasil penelitian menunjukan bahwa (terlampir pada halaman 45), abilitty menjadi pilihan auditor. Auditor dengan kemampuan yang dimiliki melaporkan semua hasil audit, tanpa adanya modifikasi. Karena dalam pelaporan tercermin hasil kerja dari auditor secara keseluruhan. Terdapat task difficulty yang dipilih 27
11 oleh auditor, kemungkinan yang terjadi auditor lebih berpatokan pada lingkungan sekitar untuk mengusahakan independensi dalam pelaporan. Effort bagi auditor sangat sedikit dipertimbangkan dalam pelaporan hasil akhir audit. Fakor luck, auditor tidak terlalu diperhatikan oleh auditor untuk mengusahakan independensi dalam pelaporan. Karena audior berangapan bahwa semua hal yang berasal dari luar diri auditor tidak dapat mengusahakan independensi dalam pelaporan audit. Perilaku auditor internal yang melakukan kegiatan pemeriksaan berhubungan langsung dengan karakter dan sikap pribadi auditor dalam mengusahakan sikap independensi. Perilaku profesionalisme merupakan cermin dari sikap profesionalisme, demikian sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang profesional (Yendrawati, 2008 dalam Kristianti 2012). Semakin auditor mengusahakan sikap independensi dengan memilih abillity baik independensi dalam program, independensi dalam verifikasi, dan independensi dalam pelaporan, maka semakain cepatnya terwujudnyan good governance bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 28
LAMPIRAN. Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. Kepada Yth. Bapak/Ibu Di tempat
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kepada Yth. Bapak/Ibu Di tempat LAMPIRAN Dengan Hormat, Saya Ribka S.F Bonara adalah mahasiswa S2 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciPelaksanaan pemeriksaan baik yang dilakukan oleh auditor eksternal dan auditor internal dikalangan pemerintah terdapat persamaan terutama dalam
BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang bersih, adil, akuntabel, dan transparan, menjadi isu penting dalam era reformasi. Hal ini timbul karena adanya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pemahaman Good Governance Menutur pandangan United National Development Program (UNDP) karakteristik governance yaitu legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik di Indonesia sangatlah diperlukan bagi terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan
Lebih terperinciPERSEPSI KARAKTERISTIK INDIVIDU TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN. (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta) SKRIPSI
PERSEPSI KARAKTERISTIK INDIVIDU TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini akuntabilitas atas kinerja suatu lembaga milik pemerintah menjadi hal yang sangat penting. Dalam setiap instansi yang mengelola dana dan menaungi hajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang ada
Lebih terperinciinternal khususnya di lingkungan pemerintah daerah dan kota Magelang.
BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di semua waktu. Kekecewaan masyarakat itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini Pemerintah memerlukan biaya yang sangat besar dalam mengelola Negara. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini wajar, karena beberapa penelitian
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendesak khususnya pada masa reformasi sekarang. lagi dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan pengawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan pemerintah daerah, maka partisipasi semua pihak sangat dibutuhkan bagi masyarakat terlebih dari pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas telah mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa Orde Baru, harapan yang besar dari pemerintah daerah untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak sendiri ternyata semakin jauh dari kenyataan,
Lebih terperinciJABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR (JFA)
JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR (JFA) Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan (independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi politik yang bergulir sejak Tahun 1998 merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pemerintahan yang berkeadilan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum Inspektorat Provinsi Jawa Tengah Kota Semarang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah, visi misi, tugas pokok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harapan masyarakat akan terwujudnya good corporate governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration sampai pada new public service atau yang dikenal good governance menuntut pemerintah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya aparatur negara menjadi faktor kunci bagi terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG
RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT RANCANGAN UNDANG UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparansi kinerja akan pengelolaan lembaga-lembaga publik, baik pusat maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia adalah meningkatnya keinginan adanya akuntabilitas dan transparansi kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi di bidang keuangan pada sektor pemerintah dan sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Karena itu masyarakat mengharapkan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengambil berbagai langkah penting dalam meuwujudkan
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah melewati perjalanan panjang dalam mewujudkan suatu sistem desentralisasi. Sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap negara. Era globalisasi yang muncul di Indonesia menuntut pemerintah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan yang dilakukan lembaga pengawasan internal pemerintah merupakan bagian dari fungsi manajemen pemerintahan. Untuk itu dibentuk lembaga yang bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan wewenang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi, sehingga
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap profesi harus mampu membangun kepervayaan masyarakat agar martabat dan kualitas jasa professionalnya dapat terjaga. Untuk membangun kepercayaan masyarakat, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil dan harus memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG U ntuk mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang baik (Good Governance) dan bersih (Clean Government) juga untuk memenuhi tuntutan
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Lebih terperinciPembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk
A. Latar Belakang Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan. Pemerintah daerah diwajibkan menerbitkan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan Campos yang dikutip Thoha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana
BAB V PENUTUP Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana hasil penelitian keseluruhan secara ringkas. Pada bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sebagai titik tolak pembenahan sistem sosial politik di tanah air semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP 60 Tahun 2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
Lebih terperinciLAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN
LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah berlangsung lama dan mendapat pembenaran
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama
Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang terjadi di Indonesia, maka diberlakukan otonomi daerah melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting sejak dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu sejak Januari 2001. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah harus dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. Sebagai wujud pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari hasil rumusan kebijakan dan program yang cermat dan tepat. Salah satu upaya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan dimasa demokrasi seperti saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Tuntutan masyarakat
Lebih terperinciINSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RESPONDEN. Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3 Lainnya. Jabatan di KAP : Senior Auditor Manajer Supervisor Partner.
KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama Nama KAP : : Jenis Kelamin : Pria Wanita Usia :... Tahun Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3 Lainnya Lama Bekerja : 3 Tahun 4-5 Tahun 3 4 Tahun > 5 Tahun Jabatan di KAP : Senior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Renstra Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, perencanaan
Lebih terperinci