ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (FATTENING) PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI) KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (FATTENING) PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI) KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (FATTENING) PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI) KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ARIEF RIVAI H PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTE PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 RINGKASAN ARIEF RIVAI Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan terutama daging sapi. Meningkatnya permintaan pasar terhadap daging sapi maka akan memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang pasar. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, hal utama yang melatar belakangi PT Zagrotech Dafa International mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunnya, keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening). Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International, (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International. Penelitian ini dilaksanakan di PT Zagrotech Dafa International yang terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai dengan April Responden penelitian adalah pihak manajemen (karyawan) PT Zagrotech Dafa International. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada usaha fattening sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usaha fattening sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas switching value. Beberapa elemen penting pada aspek pasar yaitu adanya peluang permintaan dan penawaran. Hasil analisis aspek teknis menjelaskan bahwa PT Zagrotech Dafa International telah mempertimbangkan lokasi secara tepat dimana usaha penggemukan tersebut berada dekat dengan konsumen yang dituju, selain itu kelengkapan peralatan dan perlengkapan yang digunakan sangat memadai dan telah mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan. Aspek menajemen PT Zagrotech Dafa International memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga

3 memudahkan koordinasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan usaha penggemukan sapi potong (fattening) PT Zagrotech Dafa International memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar karena pihak manajemen mempekerjakan karyawan yang berasal dari daerah sekitar perusahaan, selain itu PT Zagrotech Dafa International juga memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, salah satu upayanya yaitu dengan melakukan proses penanganan limbah secara baik. Hasil analisis aspek finansial menunjukan bahwa kedua skenario yaitu skenario I (modal sendiri) dan skenario II (modal pinjaman) layak untuk dijalankan karena kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi, diantaranya yaitu nilai Net Present Value (NPV) lebih dari nol, nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih dari satu, Internal Rate Return (IRR) lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan Payback Period (PP) berada sebelum masa proyek berakhir. Hasil analisis sensitivitas switching value dengan dua variabel parameter yaitu peningkatan harga bakalan dan penurunan penjualan sapi potong menunjukan bahwa variabel parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif. Dari kedua skenario menunjukan bahwa skenario II (modal pinjaman) lebih sensitif (peka) terhadap perubahan perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga bakalan sapi ataupun penurunan penjualan sapi potong. iii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (FATTENING) PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI) KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR ARIEF RIVAI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTE PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor : Arief Rivai : H Disetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2009 Arief Rivai H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Desember Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Totoh Sukarma dan Ibunda Icah Rumsiah. Penulis menyelesaikan pendididkan dasar di SD Insan Kamil Bogor pada tahun 1995 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Leuwiliang Bogor diselesaikan pada tahun Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Divisi Kamar, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (ENHAII). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya pada Program Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan investasi pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening). Sehingga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan saran untuk sektor pertanian khususnya sektor penggemukan sapi potong (fattening). Namun demikian sangat disadari masih tedapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2009 Arief Rivai

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Rahmat Yanuar, SP, MSi. Selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktu untuk menyampaikan masukan dan saran. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Arief Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Pihak PT Zagrotech Dafa International atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 6. Teman teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Mei 2009 Arief Rivai

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 6 II TINJAUAN PUSTAKA Usaha Ternak Sapi Potong Sejarah Sapi Potong Jenis Jenis Sapi Potong Jenis Sapi Lokal Jenis Sapi Bukan Lokal Penggemukan Sapi Potong Pemilihan Bakalan Tatalaksana Pemeliharaan Perkandangan Pakan Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Aspek Kelayakan Proyek Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek Finansial Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Asumsi Dasar xii xiv xv

11 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Lokasi Perusahaan Tujuan Perusahaan Deskripsi Kegiatan Bisnis PT ZDI Unit Usaha Penggemukan Sapi Potong Unit Usaha Pakan Unit Usaha Pupuk Kandang VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, ASPEK TEKNIS, ASPEK MANAJEMEN, ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN Aspek Pasar Potensi Pasar (Market Potential) Pangsa Pasar (Market Share) Strategi Pemasaran Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Lokasi Proyek Sarana dan Prasarana Perusahaan Proses Produksi Penggemukan Sapi Potong Pengolahan Pupuk Kandang Hasil Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen Manajemen Pembangunan Proyek Manajemen Dalam Operasi Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Arus Kas (Cashflow) Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Neraca Daging Nasional Tahun Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun Penelitian Terdahulu yang relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Peraturan Pemerintah Tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha dan Perseroan Tahun 2000 (UU No.17 Tahun 2000) Jumlah Penduduk Jabotabek Tahun (000 jiwa) Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi Jabotabek Pada Tahun Proyeksi Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Jabotabek pada Tahun Proyeksi Pangsa Pasar (Market Share) PT Zagrotech Dafa International pada Tahun Jenis Obat obatan dan Vitamin yang Digunakan Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja di PT ZDI Proyeksi Panen Penggemukan Sapi PT ZDI pada Tahun Proyeksi Penjualan Sapi Potong PT ZDI pada Tahun Proyeksi Penjualan Pupuk Kandang PT ZDI pada Tahun Jumlah Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Pada PT ZDI Rincian Biaya Investasi Rincian Biaya Re-investasi Biaya Gaji / Kompensasi PT Zagrotech Dafa International per Tahun Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan dalam Setahun Perhitungan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Angsuran Pembayaran Pinjaman Proyeksi Pembelian Bakalan Sapi (ekor) Proyeksi Pengeluaran Pembelian Bakalan Proyeksi Pengeluaran Biaya Pakan... 84

13 Nomor Halaman 25. Proyeksi Pengeluaran Biaya Obat obatan Proyeksi Pengeluaran Biaya Surat Jalan Proyeksi Pengeluaran Biaya Transportasi Proyeksi Pengeluaran Biaya Pembelian Karung Biaya Penyusutan per Tahun Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT Zagrotech Dafa International Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan Skenario II xiii

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Tatalaksana Pemeliharaan Pengemukan Sapi Potong PT ZDI Stuktur Organisasi PT Zagrotech Dafa International... 69

15 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Neraca Daging Nasional Tahun Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun Penelitian Terdahulu yang relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Peraturan Pemerintah Tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha dan Perseroan Tahun 2000 (UU No.17 Tahun 2000) Jumlah Penduduk Jabotabek Tahun (000 jiwa) Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi Jabotabek Pada Tahun Proyeksi Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Jabotabek pada Tahun Proyeksi Pangsa Pasar (Market Share) PT Zagrotech Dafa International pada Tahun Jenis Obat obatan dan Vitamin yang Digunakan Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja di PT ZDI Proyeksi Panen Penggemukan Sapi PT ZDI pada Tahun Proyeksi Penjualan Sapi Potong PT ZDI pada Tahun Proyeksi Penjualan Pupuk Kandang PT ZDI pada Tahun Jumlah Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Pada PT ZDI Rincian Biaya Investasi Rincian Biaya Re-investasi Biaya Gaji / Kompensasi PT Zagrotech Dafa International per Tahun Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan dalam Setahun Perhitungan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Angsuran Pembayaran Pinjaman Proyeksi Pembelian Bakalan Sapi (ekor) Proyeksi Pengeluaran Pembelian Bakalan Proyeksi Pengeluaran Biaya Pakan... 84

16 Nomor Halaman 25. Proyeksi Pengeluaran Biaya Obat obatan Proyeksi Pengeluaran Biaya Surat Jalan Proyeksi Pengeluaran Biaya Transportasi Proyeksi Pengeluaran Biaya Pembelian Karung Biaya Penyusutan per Tahun Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT Zagrotech Dafa International Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan Skenario II xiii

17 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Tatalaksana Pemeliharaan Pengemukan Sapi Potong PT ZDI Stuktur Organisasi PT Zagrotech Dafa International... 69

18 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Laporan Laba Rugi Modal Sendiri (Skenario I) Laporan Cashflow Modal Sendiri (Skenario I) Laporan Laba Rugi Modal Pinjaman dari Bank (Skenario II) Laporan Cashflow Modal Pinjaman dari Bank (Skenario II) Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan Sapi Sebesar 7,88 % Modal Sendiri (Skenario I) Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi Potong Sebesar 5,26 % Modal Sendiri (Skenario I) Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan Sapi Sebesar 4,26 % Modal Pinjaman (Skenario II) Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi Potong Sebesar 2,98 % Modal Pinjaman (Skenario II)

19 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan terutama daging sapi 1. Protein yang terkandung di dalam sapi, seperti halnya susu dan telur, sangat tinggi mutunya, pada daging sapi terdapat pula beberapa jenis mineral, vitamin dan kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Keunggulan lain, protein daging sapi lebih mudah dicerna ketimbang yang berasal dari nabati. Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan 2. Daging sapi merupakan alternatif pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Menurut statistika Direktorat Jenderal Peternakan, konsumsi daging pada periode tahun mengalami peningkatan tetapi tidak diimbangi oleh produksi dalam negeri. Untuk konsumsi daging sapi sendiri pada periode tersebut mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Neraca Daging Nasional Tahun (ribu ton) 2008 (ribu ton) No Komoditi Produksi Konsumsi Produksi Konsumsi 1 Daging Sapi 203,5 242,8 211,3 250,5 2 Daging Kambing 34,5 35,1 37,6 38,2 3 Daging Ayam 683,3 687,8 716,3 720,7 4 Daging Babi 138,6 140,2 144,5 146,2 5 Total 1.059, , , ,6 Sumber : Ditjen Peternakan (2009) Maret Maret 2009

20 Meningkatnya permintaan pasar terhadap daging sapi, maka akan memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang pasar. Pertumbuhan populasi sapi potong dari tahun cencerung statis. Berdasarkan data statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Pada Tabel 2 menjelaskan tentang perkembangan populasi peternakan di Indonesia dari tahun Tabel 2. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun No Jenis Tahun (ribu ekor) *) 1 Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Sumber : Ditjen Peternakan (2009) Keterangan : *) Angka Sementara Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu ternak sapi lokal, hasil penggemukan sapi ekspor impor, dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging sapi di dalam negeri. Data menunjukan bahwa Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan akan permintaan daging sapi di dalam negeri, kenyataan ini diperkuat oleh keterangan mengenai jumlah impor sapi pada tahun yang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menjelaskan tentang perkembangan jumlah impor ternak dan hasil ternak sapi. 2

21 Tabel 3. Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun Tahun (ribu US $) No Jenis Komoditi Sapi Bibit 2.843, , , ,1 15,1 2 Sapi Bakalan , , , , ,5 3 Daging Sapi , , , , ,6 4 Hati Sapi , , , , ,5 5 Jeroan lainnya 41,5 133,8 497,8 670,5 38,8 Sumber : Ditjen Peternakan (2009) Kenyataan itulah yang mendorong Ditjen Peternakan mengeluarkan kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya yaitu sapi lokal sebagai tulang punggung, impor sapi bakalan sebagai pendukung dan impor daging sapi sebagai penyambung. Melalui kebijakan ini disusun perencanaan secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor untuk memenuhi daging sapi dalam negeri (APFINDO 2007). Dalam upaya swasembada daging sapi, sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 59/Permentan/HK.060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Dengan melalui kegiatan P2SDS tersebut diharapkan pada tahun 2010, kebutuhan daging sapi bagi masyarakat sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri minimal sebesar 90 persen. Strategi yang ditempuh dalam pencapaian swasembada daging sapi dilakukan melalui (1) Pengembangan sentra perbibitan dan penggemukan; (2) Revitalisasi kelembagaan dan SDM Fungsional di lapangan; dan (3) Dukungan sarana dan prasarana. Strategi tersebut diimplementasikan melalui langkah operasional, diantaranya yaitu perbaikan mutu bibit baik secara penambahan jumlah maupun peningkatan kualitas. Upaya perbaikan mutu bibit dilakukan dengan cara penyebaran sapi Brahman cross Jakarta. 20 Maret

22 1.2. Perumusan Masalah Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi daging nasional. Di lain pihak, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung semakin meningkat. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional dan peternakan sapi rakyat. Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri yaitu dengan upaya penggemukan sapi potong. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dan efisien, sehingga dapat diperoleh karkas dan daging dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Pengembangan sapi potong untuk mendukung program kecukupan daging pada tahun 2010 diperlukan dukungan inovasi untuk meningkatkan produktivitas ternak. Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada pemberian metode pakan, pemotongan yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong. Dalam bisnis sapi potong, banyak persoalan yang dihadapi peternak rakyat maupun pengusaha penggemukan (feedloter). Di antaranya, rendahnya tingkat pertambahan bobot badan sapi yang diusahakan. Padahal, aktivitas penting dalam usaha sapi potong itu adalah penggemukan. Di samping faktor genetis, ternyata kegiatan itu tidak dapat dilepaskan dari jaminan ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan memegang peranan 60 persen - 70 persen dalam meningkatkan produktivitas 4. Sapi potong yang berasal dari peternakan rakyat rata rata belum mencapai bobot maksimal. Untuk mencapai bobot potong ideal diperlukan perbaikan teknologi pemeliharaan. Satu diantaranya dengan menggunakan pakan tambahan yang berisi enzim atau mikroorganisme hidup yang membantu dalam mengefisienkan proses December

23 pencernaan sehingga pertambahan bobot sapi berlangsung cepat, yaitu antara 1 1,5 kg/hari. Upaya penggemukan seperti ini dapat meningkatkan mutu dan produksi daging dalam negeri sehingga akan mengurangi impor daging sapi. Akhir-akhir ini Bapak Surya Dharma Ali sebagi Menteri Koperasi dan UKM menyatakan bahwa setiap tahun Indonesia mendatangkan sapi impor sebanyak ekor pertahun dan jumlahnya meningkat pertahunnya 5. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, hal utama yang melatar belakangi PT ZDI mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunnya, keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening). Saat ini PT ZDI sedang melakukan perencanaan untuk melakukan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening). Bakalan sapi yang akan didatangkan yaitu impor dari Australia. Sapi Brahman dipilih karena mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia, khususnya Bogor. Selain itu sapi Brahman juga memiliki beberapa keistimewaan lainnya yaitu tahan terhadap gigitan caplak, mampu beradaptasi dengan pakan berkualitas rendah, dan memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Rencana ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang fluktuatif. PT ZDI memiliki alternatif pilihan dalam menggunakan modal yaitu modal pinjaman dari Bank. Berdasarkan kemungkinan penggunaan modal tersebut, perlu dirumuskan modal yang memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan dengan skenario pada modal. Perubahan perubahan yang terjadi terhadap produksi dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Perubahan perubahan yang terjadi seperti penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel Maret

24 Mengingat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan? 2) Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa International? 3) Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa International jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International. 3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International Kegunaan Penelitian PT Zagrotech Dafa International merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha agribisnis di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha fattening sapi potong, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi ketergantungan impor sapi bakalan ataupun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging sapi secara nasional dapat terpenuhi, kegunaan dari penelitian ini adalah : 6

25 1) Bagi PT Zagrotech Dafa International penelitian ini diharapkan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha fattening sapi potong, serta untuk mengetahui variabel variabel apa saja yang mempengaruhi usaha fattening sapi potong jika salah satu variabel input naik. 2) Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam usaha fattening sapi potong. 3) Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik fattening sapi potong dan bagaimana kelayakan usaha fattening sapi potong, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha fattening sapi potong. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha fattening sapi potong di Indonesia agar kebutuhan daging dapat terpenuhi. 4) Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang fattening sapi potong, diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha peternakan khususnya fattening sapi potong. 7

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Potong Usaha peternakan, khususnya peternakan sapi potong di Indonesia umumnya masih dikelola secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Soehadji dalam Saragih (2000), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan di klasifikasikan ke dalam kelompok berikut : 1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen. 2) Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak persen (semi komersial atau usaha terpadu). 3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak persen. 4) Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 persen (komoditi pilihan). Menurut Williamson dan Payne (1993), setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo (1990) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : 1) Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung.

27 2) Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain lain. 3) Usaha komersial adalah usaha yang benar benar menerapkan prinsip prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum Sejarah Sapi Potong Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis jenis primitifnya itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil penjinakan. Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu : 1) Bos sondaicus atau Bos banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti Pangandaran dan Ujung Kulon. 2) Bos indicus atau Sapi zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia. 3) Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa. Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan atau persilangan yang menunjukan bangsa bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe potong-murni Jenis Jenis Sapi Potong Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi potong lokal maupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Ongole, Peranakan Ongole, dan sapi Madura. Sedangkan 9

28 bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousine, sapi Charolais, dan sapi Brahman Jenis Sapi Lokal Jenis jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis jenis sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain : 1) Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos banteng. Sapi Bali mempunyai bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas persen (Murtijdo 1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi, daging rendah lemak, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi. 2) Sapi Ongole, merupakan keturunan Bos indicus yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak lipatan di bagian leher dan perut. 3) Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dengan sapi Madura secara keturunan hasil perkawinan yang dikawinkan kembali dengan sapi Ongole (grading up). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk. 4) Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan punuk, sapi Bali tidak berpunuk sedangkan sapi Madura berpunuk Jenis Sapi Bukan Lokal 1) Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil di kembangkan di Francis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina bisa mencapai rata rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata rata 10

29 850 Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi sehingga banyak di impor dalam bentuk bakalan. 2) Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus dan banyak dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau keputih putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan jantan dewasa dapat mencapai Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750 Kg. 3) Sapi Brahman, merupakan sapi yang termasuk dalam golongan sapi Zebu. Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan menghasilkan peranakan Amerika Brahman (Brahman Cross), dimana jenis sapi Brahman mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi yaitu 0,8 Kg 1,5 Kg/hari. Bobot badan jantan dewasa rata rata 1100 Kg dan betina dewasa 850 Kg. Jenis sapi Brahman umumnya di impor dari Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan kembali Penggemukan Sapi Potong Sugeng (2000), menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk. Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi-intensif, intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada di dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk. Selanjutnya dikatakan bahwa sapi sapi yang dipelihara secara ekstensif, dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore. Menurut Siregar (1999), penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Namun ada pula yang mengusahakan penggemukan sapi secara kelompok dalam kandang yang 11

30 berkelompok pula. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan dan ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukan. Menurut Siregar (1999) dan Sugeng (2000), sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan sistem dry lot fattening. Penggemukan sistem kereman adalah penggemukan yang memerlukan waktu penggemukan berkisar antara 3 6 bulan. Sapi bakalan yang digunakan dalam kereman umumnya sapi sapi jantan yang berumur sekitar 1 2 tahun dalam kondisi kurus dan sehat. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 kilogram per hari dengan kenaikan berat badan rata rata 0,33 kilogram per hari. Sistem pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 10 bulan, dengan sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan atau betina dengan umur minimal sekitar 2,5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif lebih singkat. Sistem dry lot fattening adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus menerus dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi sapi jantan yang telah berumur lebih dari 1 tahun dengan lama penggemukan sekitar 2 6 bulan Pemilihan Bakalan Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman 6. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah : 1) Berumur sekitar 2,5 tahun 2) Jenis kelamin jantan 3) Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm April

31 4) Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit) 5) Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus 6) Kotoran normal Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat, usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Ditjen Peternakan (2007) mengemukakan bahwa pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang (1) Asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi (umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kasitas reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak lahir dan hidup normal, umur pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan, kemampuan membesarkan anak, dan sebagainya), (4) tingkat kesejahteraan anak Tatalaksana Pemeliharaan Perkandangan Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 m X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan Pakan Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis 7 go-organik-2010.blogspot.com. 23 April

32 dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5 persen berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang alang dan rumput rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), sebagai perkiraan kebutuhan pakan sapi adalah persen bobot tubuhnya. Pakan yang diberikan setiap hari dalam penggemukan sapi berupa hijauan sebanyak 10 persen dari bobot badan dan konsentrat sebanyak 5 Kg/ekor/hari Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Putria (2008), meneliti tentang kelayakan usaha pengembangan pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam mengkaji kelayakan finansial usaha breeding sapi potong pada PT LJP berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong ini diperoleh hasil NPV sebesar Rp , Net B/C sebesar 1,48, IRR sebesar 14

33 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56 tahun. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, dan waktu pengembalian investasi yang dibawah umur proyek. Analisis sensitivitas dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan penurunan volume produksi sapi bunting muda dan sapi bunting tua sebesar 5 persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat Kg, dan variabel penurunan anak sapi dengan berat Kg. Dekayanti (2008) meneliti tentang potensi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Metode yang digunakan yaitu analisis KPPTR (Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia) dan peramalan permintaan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa sumberdaya peternakan yang mendukung upaya pengembangan usaha penggemukan sapi potong adalah populasi ternak, paternak dan kelembagaan. Berdasarkan perhitungan KPPTR kota Tanggerang memiliki nilai KPPTR 169,7 ST (Satuan Ternak) sedangkan potensi pasar daging sapi yang dilihat dari segi permintaan memberikan peluang dan prospek yang cerah untuk pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Hal ini tercermin dari permintaan daging sapi di kota Tanggerang yang akan terus meningkat setiap tahunnya. Ferdiman (2007), meneliti tentang strategi pengembangan usaha sapi potong PT Kariyana Gita Utama, Sukabumi. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT (strengths, weakness, opportunity, threat) dan QSPM (Quantitative strategic planning matrix). Berdasarkan analisis SWOT, terdapat beberapa alternatif strategi dari kombinasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat diterapkan. Berdasarkan kombinasi strengths dan opportunities, maka starteginya adalah mempertahankan kapasitas dan kualitas produksi sapi potong hasil penggemukan dan 15

34 membuka divisi Rumah Potong Hewan serta pengolahan pupuk. Berdasarkan kombinasi strengts dan threats, maka strateginya adalah menjaga loyalitas konsumen, memperkuat kerjasama dengan pemasok, dan pemanfaatan sapi lokal sebagai sapi bakalan. Berdasarkan kombinasi weeknesses dan opportunities, maka strateginya adalah adalah peningkatan modal dengan memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah dan swasta, dan perbaikan sistem mananajemen. Berdasarkan kombinasi weaknesses dan threats, maka strateginya adalah memanfaatkan teknologi yang tepat guna dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan analisis IE (Internal Eksternal), pengaruh dari faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan menempatkan PT KGU berada pada posisi pertahankan dan pelihara. Posisi ini menunjukan bahwa strategi strategi yang cocok bagi perusahaan adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar. Berdasarkan analisis QSPM dari nilai total daya tarik (TAS), maka urutan alternatif strategi yang dapat di implementasikan adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Ratniati (2007), meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI Jakarta masing masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata rata farmer s share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen (91,47 persen sampai dengan 94,79 persen) untuk wilayah Lampung. 88,47 persen (87,88 persen sampai dengan 89,06 persen) untuk wilayah Bogor. Dan 85,78 persen (84,75 persen sampai dengan 86,59 persen) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum seluruh saluran di masing masing wilayah farmer s share nya sudah cukup besar. Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total margin pemasaran yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung terdapat pada saluran I, namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka margin pemasaran yang paling besar diterima PT GLC terdapat pada saluran III. Margin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah Bogor 16

35 dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar. Sahat (2007), meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Segar di wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan variabel variabel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukan bahwa keragaman permintaan daging sapi segar dapat dijelaskan oleh model sebesar 64,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan selera dan variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil F-Hitung sebesar 6,68 dan P-Value sebesar 0,00 menunjukan bahwa variabel dalam model secara serentak signifikan terhadap permintaan daging sapi segar. Variabel yang mempengaruhi permintaan daging sapi segar secara signifikan adalah, harga daging sapi segar, harga daging ayam ras, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging kambing, harga daging babi, serta pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Variabel yang memiliki hubungan negatif dengan permintaan daging sapi segar adalah harga daging sapi segar, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging babi. Variabel yang mendekati elastis karena besaran elastisitasnya mendekati satu adalah harga daging ayam ras dan harga ikan segar. Sedangkan variabel harga daging kambing dan harga daging ayam buras bersifat inelastis. Pembentukan harga di tiap lembaga umumnya dengan metode costplus-pricing. Pada Tabel 4 menunjukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai kelayakan usaha, sistem pemasaran ternak sapi potong, dan permintaan daging sapi segar. Posisi penelitian yang dilakukan adalah memperkaya penelitian terdahulu yang relevan. 17

36 Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) N o Nama Tahun Judul Penelitian 1 Putria Dekayanti Ferdiman Ratniati Sahat 2007 kelayakan pengembangan pembibitan usaha (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Provinsi Banten Analisis Pengembangan Penggemukan Potensi Usaha Sapi Potong di Kota Tanggerang Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong PT KGU, Sukabumi. Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Lampung Tengah Analisis Company, Permintaan Daging Sapi Segar di wilayah DKI Jakarta Beda Terdahulu Objek Penelitian penelitian breeding sapi potong dan lokasi penelitian Tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian Objek penelitian sapi potong, penelitian, analisis tujuan metode yang digunakan dan lokasi penelitian Objek penelitian sapi potong, penelitian, analisis tujuan metode yang digunakan dan lokasi penelitian Objek penelitian sapi potong, penelitian, analisis tujuan metode yang digunakan dan lokasi penelitian Metode Penelitian NVP, IRR, Net B/C, Payback Period dan Analisis Sensitivitas Analisis KPPTR dan Proyeksi Permintaan Analisis SWOT dan QSPM Margin farmer s share Ekonometrika tataniaga, 18

37 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger 1986). Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan & Muhammad 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda beda. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa. Hal hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan proyek investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat suatu kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis). Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu :

38 1) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau manfaat finansial. Artinya apakah proyek tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko proyek. 2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi Negara tempat proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara. 3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat disekitar proyek. Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dari dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal) diantaranya yaitu : (1) kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, (3) kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta (5) pelaksanaan proyek yang tidak terkendalikan sehingga biaya pembangunan proyek menjadi membengkak serta penyelesaian proyek menjadi tertunda. Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika proyek akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present value dari semua social cost and benefit Aspek Kelayakan Proyek Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek aspek yang secara bersama sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu 20

39 penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986) aspek aspek tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi. Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa aspek aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak, Kadariah (2001) menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial serta aspek ekonomi Aspek Pasar Pada waktu sekarang aspek pasar menempati prioritas utama dari studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pasar potensial yang cukup terutama di negara sedang berkembang. Beberapa pertanyaan dasar yang perlu dipahami dari aspek pasar adalah berapa potensi pasar (market potential) yang tersedia dan berapa bagian (market share) daripadanya yang dapat diraih oleh proyek yang diusulkan serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan & Muhammad 2000). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler 1997). Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada pasar sasaran. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. 21

40 Perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. Selain itu perusahaan dapat membuat program komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat serta pemasaran langsung online Aspek Teknis Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan Aspek Manajemen Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek merupakan proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya. Pelaksana pembangunan proyek tersebut bisa pihak yang mempunyai ide proyek itu, bisa juga (umumnya) diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapa pun yang akan melaksanakan proyek tersebut, perusahaan (yang mempunyai ide membuat proyek) perlu mengetahui kapan proyek itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam operasional Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pertimbangan pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan arah apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup 22

41 masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek Aspek Finansial 1) Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah 2001). Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya biaya lainya seperti penelitian. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai 23

42 dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro 2002). Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian dan manfaat tidak langsung proyek. Menurut Kadariah (2001) benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. 2) Laba Rugi Menurut Gittinger (1986), laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntasi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta ke tiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi 24

43 berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3) Kriteria Kelayakan Investasi Laporan laba rugi mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun, Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan perlu dilakukan analisa aliran kas (Cashflow). Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time periods). Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan) dan salvage value (nilai sisa). Sedangkan komponen outflow di antaranya biaya barang modal, bahan bahan, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman modal. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger 1986). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria. Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang 25

44 diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal rate return, serta profitability indeks. Selain itu, Gittiger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return. a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Neto Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger 1986). Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidak cukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu (atau menginvestasikannya pada proyek lain yang lebih baik) dari pada menginvestasikan di dalam proyek tersebut. Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dan jika NPV=0, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b) Internal Rate Return (Tingkat Pengembalian Internal) Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya biaya operasi dan 26

45 investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya) Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C Ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Bila Net B/C kurang dari satu, maka manfaat sekarang biaya biaya pada tingkat diskonto tertentu akan lebih besar dari nilai sekarang manfaat dan pengeluaran pertama ditambah pengembalian untuk investasi yang ditanamkan pada proyek tidak akan dapat kembali. Nilai mutlak Net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat suku bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat suku bunganya, semakin rendah nilai Net B/C yang dihasilkan. Jika tingkat suku bunga yang dipilih cukup tinggi, maka Net B/C akan kurang dari satu. d) Payback Period (Masa Pembayaran Kembali) Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan (Gittinger 1986). 27

46 Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk di usahakan. 4) Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, proyek proyek sensitif berubah ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang neto/npv menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. 28

47 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Usaha di bidang pengemukan sapi potong (fattening) sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang, hal ini tercermin pada jumlah populasi sapi potong yang cenderung statis, tidak dapat mengimbangi jumlah konsumsi daging sapi potong yang semakin meningkat setiap tahunnya. Melihat kenyataan tersebut menunjukan peluang pasar yang sangat besar. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, berdasarkan atas kondisi pertumbuhan sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara permintaan daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini membuat manajemen PT ZDI berkeinginnan untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong (fattening). Saat ini PT ZDI sedang melakukan perencanaan untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong (fattening). Bakalan yang akan didatangkan yaitu impor dari Australia. Rencana ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga PT ZDI memilikii alternatif pilihan dalam menggunakan modal yaitu modal pinjaman dari Bank. Berdasarkan kemungkinan penggunaan modal tersebut, perlu dirumuskan modal yang memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan dengan skenario pada modal. Selain itu perusahaan juga menghadapi masalah lain yaitu dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Perubahan perubahan yang terjadi terhadap produksi dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Perubahan perubahan yang terjadi seperti penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel. Mengingat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini akan dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial. 29

48 Hasil dari analisis kelayakan usaha ini akan menjadi pedoman bagi PT ZDI untuk melakukan usaha penggemukan sapi potong (fattening). Apabila hasil analisis kelayakan usaha menunjukan bahwa pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening) tersebut layak, maka pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening) akan dijalankan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan usaha menunjukan tidak layak, maka akan menjadi bahan evaluasi bagi PT ZDI. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 1. 30

49 Konsumsi Daging Sapi Potong Yang Semakin Meningkat dan Pertumbuhan Pupulasi Sapi Potong Yang Cenderung Statis PT Zagrotech Dafa International Merencanakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen dan Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Skenario Modal Analisis Kelayakan Aspek Finansial Kriteria Kelayakan Proyek NPV, IRR, Net B/C, PP Analisis Sensitivitas Switching Value Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) Layak/Tidak Layak Untuk Dijalankan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening). 31

50 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Zagrotech Dafa International yang terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini sedang merencanakan proyek untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong (fattening). Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan Manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, Dinas Peternakan, literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, dan internet Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha fattening sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International yang dijelaskan secara deskriptif. Aspek aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Analisis kuatitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha penggemukan sapi potong (fattening) pada PT ZDI berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Data kuantitatif dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi kemudian dijelaskan secara deskriptif Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dikaji secara deskriptif untuk mengetahui berapa besar potensi pasar (market potential) untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini

51 perlu diketahui tingkat permintaan pada masa lalu, sekarang dan pada masa yang akan datang. Dan berapa bagian (market share) dari keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh PT Zagrotech Dafa International serta strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share yang telah ditetapkan Analisis Aspek Teknis Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang barang nyata dan jasa jasa. Aspek teknis berpengaruh besar terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisis ini dikaji secara kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai lokasi usaha penggemukan sapi potong (fattening), besarnya skala operasi atau luas produksi, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha penggemukan sapi potong pada PT ZDI Analisis Aspek Manajemen Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui sumber daya manusia dalam menjalankan jenis jenis pekerjaan pada usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa International. Hal hal yang akan diperhatikan dalam aspek ini diantaranya adalah bentuk badan usaha yang digunakan, struktur organisasi yang berguna dalam menentukan garis kerja untuk mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh pihak manajemen Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha penggemukan sapi potong (fattening) PT Zagrotech Dafa International terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat di sekitar perusahaan maupun manfaat manfaat yang ditimbulkan secara menyeluruh dari usaha ini. Analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan juga berfungsi untuk mengetahui dampak pada pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau tidak sedap yang muncul dari usaha ini. 33

52 Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial dikaji secara kuantitatif melalui analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi, yaitu meliputi net present value (NPV), internal rate return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback pariod (PP), dan analisis switching value. Analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama proyek dijalankan. Hasil analisis biaya dan manfaat kemudian diolah sehingga menghasilkan analisis laba rugi. Analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Untuk mencari batas maksimal suatu perubahan sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak maka analisis sensitivitas switching value perlu dilakukan. 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV adalah sebagai berikut : keterangan : Bt Ct NPV = (1 + i) B t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah) C t = Biaya (Cost) tahun ke-t (Rupiah) n = Umur ekonomis proyek (Tahun) i t = Tingkat suku bunga/discount rate (persen) = Tahun Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu : a) NPV 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. 34

53 b) NPV 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. c) NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. 2) Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat rata rata keuntungan intern tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut : Keterangan : i 1 i 2 IRR = i + NPV NPV NPV x (i i ) = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (persen) = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (persen) NPV 1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah) NPV 2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah) 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah sebagai berikut : 35

54 Keterangan : Net B/C Ratio = Bt Ct (1 + i) Bt Ct (1 + i) 0 0 B t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah) C t = Biaya (Cost) tahun ke-t (Rupiah) n = Umur ekonomis proyek (Tahun) i = Tingkat suku bunga/discount rate (persen) 4) Payback period Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Secara matematik rumus Payback period yaitu : PP = Keterangan : PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi (Tahun/bulan) I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rupiah) Ab = Manfaat bersih rata rata per tahun (Rupiah) Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. 36

55 5) Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) Informasi keuangan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yang dituangkan ke dalam cashflow hanya berlaku untuk satu harga tertentu saja tanpa mempertimbangkan perubahan yang akan terjadi. Faktor perubahan harga input, perubahan harga output dan tingkat produksi seringkali menjadi parameter utama yang mempengaruhi perubahan dalam analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) ini. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, maka dilakukan analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti). Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan yang membuat proyek tidak layak untuk diusahakan dengan melakukan perubahan pada sesuatu variabel. Keseluruhan asumsi asumsi tersebut tidak terjadi secara bersamaan (cateris paribus) dengan kata lain jika asumsi pertama terjadi maka faktor yang lain tidak berubah. Kriteria kelayakan investasi yang tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang neto / NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto yang berlaku dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. 37

56 4.4. Asumsi Dasar Asumsi dasar ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan PT ZDI dan informasi informasi yang didapatkan dari pihak luar (literatur, instansi instansi terkait dll). Asumsi dasar yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1) Lahan yang digunakan adalah milik Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, luas lahan yang disewa adalah 3 Ha dengan biaya sewa sebesar Rp /M 2 /tahun. 2) Sumber modal yang digunakan berdasarkan pada dua skenario. Skenario I, modal yang digunakan adalah seluruhnya modal sendiri. Sedangkan skenario II adalah sumber modal dengan mendapatkan pinjaman dari bank. Besarnya pinjaman berdasarkan atas besarnya total investasi. 3) Biaya investasi yang dikeluarkan pada skenario I (modal sendiri) merupakan komponen penerimaan (inflow) pada aliran arus kas (cashflow). 4) Nilai sisa dari dari investasi sama dengan nol, kecuali barang barang yang masih memiliki umur ekonomis. 5) Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu berdasarkan tingkat suku bunga di Bank BCA pada saat ini yaitu sebesar 7 persen untuk suku bunga deposito dan 13 persen untuk suku bunga pinjaman. 6) Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur ekonomis konstruksi bangunan kandang yang terbuat dari konstruksi besi. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang merupakan asset penting dalam usaha ini. 7) Kapasitas kandang yaitu 500 ekor sapi. 8) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada bulan Mei Harga beli bakalan sapi yaitu sebesar Rp /Kg, sedangkan harga jual sapi potong hasil penggemukan yaitu sebesar Rp /Kg. 9) Lamanya penggemukan yaitu selama 120 hari (4 bulan), bobot bakalan sapi pada saat beli yaitu 250 Kg/ekor. 38

57 10) Tingkat mortalitas sapi yaitu sebesar 5 persen (sapi mati 5 ekor dari ekor populasi). 11) Perhitungan pajak melalui analisis laba rugi. Besarnya pajak berdasarkan atas Undang Undang No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha yang akan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Peraturan Pemerintah Tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha dan Perseroan Tahun 2000 (UU No.17 Tahun 2000) No Keterangan Pendapatan Ketentuan Pajak 1 Rugi Tidak dikenakan pajak 2 Laba kurang dari Rp 50 juta Dikenakan pajak 10 % 3 Laba Rp 50 juta Rp 100 juta Rp 50 juta dikenakan pajak 10 %, ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp 50 juta dikenakan pajak 15 % 4 Laba lebih dari Rp 100 juta Rp 50 juta dikenakan pajak 10 %, ditambah Rp 50 juta dikenakan pajak 15 %, ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp 100 juta dikenakan pajak 30 % 39

58 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan PT Zagrotech Dafa International merupakan perusahaan patungan (joint venture) yang terdiri dari beberapa pemilik, mulai dari perseorangan dan Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah. Perusahaan ini didirikan pada bulan Maret Para pemilik PT ZDI merupakan orang yang telah lama berkecimpung di dunia agribisnis, khususnya dibidang peternakan Lokasi Perusahaan Lokasi PT Zagrotech Dafa International terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor Ciampea, atau 2 km dari Kampus IPB Darmaga. Perusaaan ini berdiri dalam areal Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, Bogor Jawa Barat. Areal luas lahan yang di sewa PT Zagrotech Dafa International yaitu seluas 3 Ha yang digunakan untuk kandang, kantor, mess, gudang pakan, lahan hijauan dan fasilitas penunjang lainnya Tujuan Perusahaan PT ZDI merupakan salah satu perusahaan peternakan intensif, yang melatarbelakangi PT ZDI mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu memenuhi konsumsi daging sapi potong khususnya di wilayah Jabotabek, dan mengantisipasi penurunan populasi sapi potong yang disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap daging sapi akan tetapi hal ini tidak diimbangi oleh peningkatan populasi ternak sapi dari dalam negeri. Untuk mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi potong maupun daging sapi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara penggemukan. Dengan usaha ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging sapi yang berkualitas sehingga ketahanan pangan nasional dapat terjaga Deskripsi Kegiatan Bisnis PT ZDI Kegiatan bisnis pada PT ZDI terdiri dari tiga unit usaha, unit usaha yang ada yaitu unit usaha penggemukan sapi potong (fattening), unit usaha pakan (feed mill), unit usaha pupuk kandang. Penelitian ini hanya mengkaji unit bisnis usaha

59 penggemukan sapi potong (fattening), sedangkan unit usaha lainnya hanya dijelaskan secara umum Unit Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Usaha penggemukan sapi potong (fattening) merupakan kegiatan bisnis yang utama dilakukan oleh PT ZDI. Untuk menghasilkan sapi potong yang baik diperlukan bakalan yang berkualitas. Bakalan yang akan digunakan yaitu jenis Brahman yang di impor dari Negara Australia yang didatangkan melalui Tanjung Priok, Jakarta. Sapi sapi ini dipelihara secara intensif selama ± 120 hari (4 bulan). Pemeliharaan sistem intensif disertai pemberian pakan ternak bernutrisi tinggi, akan diperoleh kenaikan berat badan sapi sebesar 1,2 1,5 Kg/hari, selama masa pemeliharaan hingga dijual. Grade sapi fattening yang dijual oleh perusahaan yaitu jenis sapi Brahman steer dengan harga jual Rp /Kg Unit Usaha Pakan (feed mill) PT ZDI mempunyai unit usaha feed mill yang berfungsi untuk menangani penyediaan pakan, pada saat ini usaha feed mill di PT ZDI belum untuk dikomersialkan, tetapi pihak manajemen sudah merencanakan untuk melakukan pengembangan di bidang usaha feed mill sehingga usaha ini bisa menjadi unit usaha komersial. Suatu usaha peternakan harus memperhatikan ketersediaan makanan yang baik disertai manajemen yang baik serta keadaan lingkungan yang sesuai akan mempengaruhi pengaruh yang baik sehingga pertumbuhan optimal sapi dapat tercapai. Pakan konsentrat diproduksi sendiri oleh perusahaan dimana bahan baku pakan berasal dari sisa produksi pengolahan hasil pertanian atau perkebunan namun masih mengandung nilai nutrisi yang baik. Pemberian pakan pada usaha fattening PT ZDI didasarkan pada prinsip pemberian pakan konsentrat dan hijauan. Konsentrat adalah makanan ternak yang mengandung zat gizi dalam kadar tinggi yang mudah dicerna. Bahan baku diformulasikan secara khusus dan diolah dengan pengawasan ketat oleh nutrisionist yang berpengalaman. Konsentrat yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda. Pembuatan pakan dilakukan di unit feed mill. Unit feed mill 41

60 digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses produksi ransum konsentrat, penyediaan dan penyimpanan bahan baku ransum konsentrat Unit Usaha Pupuk Kandang Limbah sapi potong dikelola dengan baik supaya tidak mencemari lingkungan masyarakat sekitar perusahaan, terutama bau yang ditimbulkan dari kotoran sapi. Limbah kotoran tersebut dapat dijual sehingga menambah pendapatan perusahaan. PT ZDI mengelola limbah kotoran sapi secara baik dimana limbah kotoran sapi tersebut ditampung dan dikumpulkan kedalam kolam penampungan limbah yang disebut dengan holding pond. Kemudian limbah ini dialirkan ke kolam penyaringan (filtration pond) yang berfungsi sebagai kolam penyaring limbah untuk diendapkan lebih lama sehingga dihasilkan limbah atau pupuk sedangkan limbah cair dialirkan ke kolam penetralisir (facultative pond) untuk menetralisir dan mematikan zat zat yang berbahaya supaya limbah aman untuk dialirkan ke sungai. Limbah kotoran sapi tersebut dapat dijadikan bahan baku pupuk organik dan dijual dengan harga Rp per karung dengan berat 25 Kg. PT ZDI memiliki pembeli tetap dan pembeli tidak tetap yang berasal dari daerah Bogor dan sekitarnya. 42

61 6.1. Aspek Pasar VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, ASPEK TEKNIS, ASPEK MANAJEMEN, ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN Aspek pasar merupakan aspek yang mendekatkan perusahaan dengan konsumen. Sebelum memulai produksi, perusahaan harus mengetahui potensi pasar dan pangsa pasar serta strategi pemasaran yang akan diterapkan. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produksi, maka usaha yang dirintis akan mengalami kerugian Potensi Pasar (Market Potential) Target pasar sapi potong PT Zagrotech Dafa Intenational antara lain yaitu konsumen rumah tangga, rumah makan, hotel dan pedagang baso yang berada di wilayah Jabotabek. Jumlah penduduk Jabotabek pada tahun disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk Jabotabek Tahun (000 jiwa) No Wilayah SP 1961 SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP DKI Jakarta 2, , , , , KAB+Kodya Bogor 1, , , , , Tanggerang , , , , Bekasi , , , JABOTABEK 5, , , , , Sumber : BPS DKI Jakarta. 25 April 2009 Keterangan : SP (Sensus Penduduk) Pada Tabel 6 dapat diketahui laju pertumbuhan penduduk Jabotabek terus bertambah sepanjang tahun Hal tesebut memberikan peluang yang positif untuk permintaan daging sapi potong, dengan bertambahnya penduduk maka permintaan daging sapi potong akan meningkat. 1) Permintaan dan Penawaran Daging Sapi Apfindo (2008) menyebutkan bahwa 60 persen konsumsi daging sapi secara nasional dikonsumsi oleh wilayah Jabotabek. Pada Tabel 7 rata rata produksi dan konsumsi daging sapi di Jabotabek selama periode masing masing ,5 ton dan ton, sehingga terjadi excess demand

62 sebesar ,5 ton per tahun (50,20 persen dari total konsumsi) yang didatangkan dari daerah luar Jabotabek dan dengan cara mengimpor dari beberapa negara seperti Australia, Amerika, Brazil dan Selandia Baru. Tabel 7. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi Jabotabek Pada Tahun NO Tahun Produksi (ton) Konsumsi (ton) Impor Jumlah (ton) Persentase (%) , ,680 73, % , ,300 75, % Rataan 73, ,990 74, % Sumber : Data Diolah Dari Apfindo dan Ditjen Peternakan (2009) 2) Proyeksi Produksi dan Permintaan Daging Sapi Proyeksi terhadap produksi dan permintaan daging sapi penting dilakukan untuk tujuan melihat kedepan sampai seberapa jauh produksi daging sapi Jabotabek mampu memenuhi kebutuhan konsumsinya. Apakah jumlah produksi daging sapi semakin mendekati jumlah kebutuhan konsumsi Jabotabek, ataukah sebaliknya sehingga ketergantungan daging dari luar Jabotabek semakin besar. Hasil proyeksi produksi dan permintaan daging sapi di Jabotabek pada tahun menunjukkan bahwa jumlah produksi daging sapi tidak dapat memenuhi permintaan daging sapi di Jabotabek sehingga perlu dilakukan upaya pengadaan dari luar Jabotabek guna memenuhi kebutuhan konsumsi (Tabel 8). Tabel 8. Proyeksi Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Jabotabek pada Tahun No Tahun Produksi (ton) Permintaan (ton) Peluang Impor Volume (ton) Persentase (%) , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % Rataan 88, , , % 44

63 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar (market share) adalah persentase atau proporsi dari total tersedia pasar yang sedang dilayani oleh perusahaan atau proporsi (sebagian) dari keseluruhan jumlah potensi pasar yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. PT Zagrotech Dafa Intenational menghasilkan output sapi potong selama umur proyek yaitu sebesar 5.711,20 ton, dengan total market share sebesar 0,32 persen (Tabel 9). Melihat kenyataan tersebut peluang PT Zagrotech Dafa Intenational untuk mendistribusikan hasil ternak sapi potong cukup besar karena permintaan daging sapi potong di Jabotabek sangat tinggi dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Adapun rincian proyeksi produksi/panen dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 9. Proyeksi Pangsa Pasar (Market Share) PT Zagrotech Dafa Intenational pada tahun No Tahun Produksi PT ZDI (ton) Permintaan (ton) Market Share , % , % , % , % , % , % , % , % , % , % Total 5, ,794, % Strategi Pemasaran Setelah diketahui besarnya pasar potensial dan besarnya market share untuk daging sapi potong, maka langkah selanjutnya yaitu penentuan strategi pemasaran yang diperlukan untuk mencapai market share tersebut. Strategi pemasaran PT Zagrotech Dafa Intenational berdasarkan 4P yaitu (Product, Price, Place, Promotion) : 1) Produk (Product) Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen oleh perusahaan. Kualitas produk merupakan hal penting dan menentukan konsumen untuk membeli suatu produk. Hal ini disebabkan karena akan mempengaruhi 45

64 tingkat kepuasan yang diterima konsumen dari produk yang dibelinya. Kualitas dari suatu produk sangat ditentukan oleh bahan baku yang digunakan. Adapun produk yang akan ditawarkan PT ZDI yaitu : a) Sapi Potong Menurut wawancara dengan pihak manajemen, kualitas utama seekor sapi ditentukan oleh bangsa sapi dan kondisi sapi dalam keadaan sehat. Bangsa sapi yang digunakan sebagai bakalan yaitu sapi Brahman. Sapi Brahman dipilih karena mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia, khususnya Bogor. Selain itu sapi Brahman juga memiliki beberapa keistimewaan lainnya yaitu tahan terhadap gigitan caplak, mampu beradaptasi dengan pakan berkualitas rendah, dan memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi. b) Pupuk Kandang Produk ini merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi potong, pupuk kandang berasal dari sisa pakan sapi dan kotoran sapi yang telah melalui beberapa tahapan proses sehingga kotoran sapi ini menjadi bermanfaat dan memiliki nilai jual. Pupuk kandang dikemas dalam karung dengan ukuran karung sebesar 25 Kg. 2) Harga (Price) Harga merupakan suatu standar nominal yang ditetapkan perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya untuk dijual ke pasar. Strategi harga berpengaruh terhadap jumlah hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang dapat diterima perusahaan. PT ZDI menetapkan harga didasarkan pada biaya tetap ditambah biaya variabel dan ditambah dengan margin keuntungan yang ditargetkan perusahaan. Penetapan harga yang dilakukan perusahaan juga melalui perbandingan harga yang ditawarkan oleh pesaing sejenis, sehingga harga yang ditetapkan perusahaan dapat bersaing dipasar. 3) Saluran Distribusi (Place) Strategi distribusi dilakukan dengan tujuan untuk menyalurkan produk sampai pada target pasar atau konsumennya sehingga konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk tersebut. PT ZDI memilih tempat berproduksi yang memudahkan perusahaan dalam mendapatkan bahan baku, sarana dan prasarana 46

65 yang mendukung kegiatan proses produksi dan dapat menjangkau wilayah pemasaran produknya. Perusahaan memasarkan produknya di wilayah Jabotabek. Produk disalurkan ke pedagang pengecer. Selain itu, pihak PT ZDI juga melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir yang datang langsung ke kandang. Pendistribusian sapi potong ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yaitu dilakukan oleh PT ZDI sendiri karena PT ZDI memiliki truk pengangkut sapi potong. 4) Promosi Strategi promosi yang akan diterapkan yaitu jenis promosi perkenalan (introduction), promosi ini bertujuan untuk menginformasikan tentang produk baru dan membujuk konsumen untuk mencoba produk ini. Promosi dilakukan dengan cara menjalin hubungan baik dengan jaringan pemasaran (link). Adapun cara cara yang akan ditempuh pihak PT ZDI diantaranya yaitu menjalin komunikasi dengan para pedagang pengecer. Selain itu pihak manajemen akan lebih memprioritaskan pada strategi promosi dari mulut ke mulut (word of mouth), jenis promosi ini merupakan promosi yang simpel, murah, efektif, dan berjangka panjang Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis aspek pasar. Potensi pasar dan pangsa pasar dinilai memadai untuk pemasaran produk. Permintaan daging sapi di Jabotabek sangat tinggi sedangkan penawaran daging sapi sangat rendah sehingga permintaan pasar akan daging sapi belum dapat terpenuhi. Hal ini menandakan bahwa pemasaran produk daging sapi masih terbuka lebar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada aspek pasar, usaha penggemukan sapi potong (fattening) layak untuk dijalankan Aspek Teknis Aspek teknis yang akan dijalankan PT Zagrotech Dafa International sangat tergantung dari lokasi proyek, sarana dan prasarana pendukung, serta proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Secara teknis, aspek aspek tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. 47

66 Lokasi Proyek Menurut perusahaan, usaha penggemukan sapi potong perlu mempertimbangkan lokasi yang tepat seperti kondisi iklim, selain itu usaha penggemukan harus dilakukan di daerah yang mempunyai fasilitas transportasi yang baik agar pengangkutan bakalan ataupun pendistribusian output bisa dilakukan dengan cepat dan murah. Pada umumnya lokasi penggemukan berada di pinggiran kota, tujuannya yaitu untuk mendekati daerah konsumen seperti Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Kondisi iklim di Bogor sangat cocok untuk budidaya sapi Brahman karena jenis sapi ini bisa beradaptasi di daerah tropis, selain itu jenis sapi ini sudah lama dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. PT Zagrotech Dafa Intenational terletak 500 m dari jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh sarana transportasi, dan lokasi ini jauh dari pemukiman penduduk sehingga penduduk tidak akan terganggu oleh bau udara yang tidak sedap yang berasal dari kotoran sapi. Lokasi PT Zagrotech Dafa Intenational berada di KM 12 jalan raya Bogor Ciampea Sarana dan Prasarana Perusahaan PT Zagrotech Dafa Intenational berencana untuk melakukan perbaikan pada jalan dan perbaikan jembatan menuju lokasi proyek, hal ini dilakukan agar proses pendistribusian input dan output dapat berjalan dengan lancar. rencana ini merupakan bagian dari investasi dalam usaha penggemukan sapi potong yang akan dijalankan. Selain perbaikan fasilitas, PT Zagrotech Dafa Intenational juga menyediakan fasilitas lainnya, diantaranya yaitu mess karyawan, kantor, pabrik/gudang pakan, kendaraan dll. 1) Lahan PT ZDI menyewa lahan pada Darul Fallah, total luas lahan yang disewa PT ZDI yaitu sebesar 3 Ha, lahan ini digunakan untuk membangun kandang, gudang pakan, kantor, mess pegawai, parkir kendaraan, pemasangan loading yard, dan lahan hijauan untuk pakan ternak. 48

67 2) Kandang Terdapat 1 kandang tipe kandang tertutup (koloni), konstruksi bangunan terbuat dari besi. Dengan luas kandang sebesar 50 m x 23, 8 m = m 2. Kapasitas kandang yaitu sebanyak 500 ekor sapi. 3) Gudang Pakan Gudang pakan dalam proyek ini dibangun dengan luas 12 m x 25 m = 300 m 2. Bangunan ini digunakan untuk proses produksi pakan dan menyimpan pakan ternak. 4) Kantor dan Mess Karyawan Kantor berfungsi sebagai pusat segala kegiatan administrasi, sedangkan mess disediakan untuk memberikan fasilitas kepada karyawan. Jumlah mess sebanyak 3 unit dan kantor 1 unit. Luas lahan kantor sebesar 6 m x 5 m = 30 m 2 /unit. Dan luas lahan mess sebesar 3 m x 5 m = 15 m 2. 5) Kolam Pengolahan Limbah Jumlah kolam pengolahan limbah sebanyak 3 unit, kolam pengolahan limbah digunakan untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Kolam ini memiliki ukuran 4 m x 2 m = 8 m 2 /unit. 6) Instalasi Listrik Listrik diperlukan dalam proyek ini untuk keperluan perusahaan terutama untuk penerangan tempat usaha. Daya listrik yang telah terpasang yaitu sebesar 900 watt. 7) Instalasi air Air dalam proyek ini sangat diperlukan karena dalam usaha penggemukkan sapi potong berpengaruh langsung pada kehidupan ternak. Air dipergunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang. Air dalam proyek berasal dari hidrant (air sungai yang di pompa oleh mesin). 8) Telephone Telephone digunakan untuk memperlancar komunikasi dengan orang atau perusahaan lain. Pada proyek ini PT ZDI telah melakukan pemasangan Telephone dengan jaringan Telephone sebanyak 1 unit. 49

68 9) Peralatan kantor Peralataan kantor sangat dibutuhkan untuk menjalankan operasional proyek. Peralataan kantor meliputi komputer, meja, kursi, kalkulator, dan ATK. 10) Timbangan Timbangan dalam proyek diperlukan untuk menimbang bobot ternak baik pada saat ternak datang maupun pada saat ternak akan dijual. 11) Loading Yard Pemasangan loarding yard di dalam kandang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar sapi dari truk pengangkut sapi. 12) Mobil mini bus Kendaraan ini diperlukan untuk pihak manajemen dalam menjalankan operasionalnya, seperti mengurus perizinan perusahaan, melakukan kontak bisnis dengan client dan lain lain. 13) Mobil Pick-Up Kendaraan ini diperlukan untuk keperluan angkutan barang barang yang diperlukan dalam operasional penggemukan sapi potong. 14) Mobil Truk Kendaraan ini digunakan untuk keperluan pengangkutan sapi dalam proses pendistribusian sapi potong ke RPH. 15) Ear tag Ear tag digunakan untuk memberikan tanda di telinga sapi berupa nomor urut, sehingga memudahkan dalam pengechekan ternak. 16) Gerobak, cangkul, ember, sikat kandang, sosokan pakan, sepatu boot, sapu Peralatan diatas merupakan peralatan penunjang dalam operasional yang tersedia di kandang 17) Kitchen Set Kitchen Set berfungsi sebagai fasilitas pelengkap yang terdapat pada mess karyawan. 50

69 Proses Produksi Penggemukan Sapi Potong 1) Tata Laksana Pemeliharaan a) Sistem Pemeliharaan Bakalan Ada beberapa sistem pemeliharaan bakalan yang digunakan dalam usaha penggemukan sapi potong yaitu pasture fattening, dry lot fattening, kombinasi pasture fattening, dan dry lot fattening, serta kereman. Sistem pemeliharan bakalan di PT ZDI dilakukan secara intensif dengan sistem dry lot fattening, yakni bakalan berada didalam kandang secara terus menerus selama proses penggemukan berlangsung yaitu sekitar 120 hari (4 bulan). Sistem pemeliharaan ini merupakan yang terbaik karena ternak lebih mudah dikontrol serta tata laksana pemberian pakan relatif mudah dan terjamin sehingga pemanfaatan pakan lebih efisien. b) Perkandangan Perkandangan merupakan faktor penting dalam pengelolaan produksi ternak ruminansia, peran utama perkandangan yaitu memberi perlindungan pada ternak dari berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu ataupun menurunkan pruduktivitas ternak. Kandang penggemukan dilengkapi dengan kandang isolasi dan tempat penampungan sapi (cattle yard), kandang isolasi adalah kandang yang terpisah dari kandang produksi, berfungsi untuk memisahkan ternak sakit, yang mungkin dapat menular kepada ternak lain, kandang ini dilengkapi tempat makan dan minum. Disamping itu, kandang isolasi juga digunakan sebagai tempat penampungan sementara untuk ternak yang baru datang atau akan dijual. Cattle yard merupakan tempat untuk melakukan penanganan atau perlakuan, pengobatan dan sanitasi. Fasilitas yang ada pada Cattle yard terdiri dari pintu keluar masuk sapi, tempat pengumpulan ternak (collecting yard), tempat membagi ternak (funnel) untuk memudahkan penanganan sapi, lorong kandang jepit (crush atau race) untuk memudahkan pemeriksaan kesehatan, pemberian tanda telinga, penimbangan, tempat menyeleksi ternak (drafting pound) adalah tempat yang menghubungkan antara tempat membagi ternak dengan tempat penampungan, tempat penampungan ternak (holding yard) untuk menampung 51

70 ternak sementara, serta tempat bongkar muat ternak (loading yard) untuk menaikan atau menurunkan ternak dari atau ke truk. c) Pengadaan dan Pemilihan Bakalan Sebelum digemukan sapi bakalan harus memenuhi persyaratan teknis, diantaranya yaitu kondisi kurus tapi sehat dan umur relatif muda tetapi pertumbuhannya cepat. Sapi yang digemukan adalah sapi impor dari Australia yang telah diseleksi, alat trasportasi yang digunakan yaitu kapal laut, sapi diangkut dari pelabuhan di Australia ke pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, kemudian sapi dibawa dengan menggunakan truk ke feedlot PT ZDI. Bangsa sapi yang digunakan sebagai bakalan yaitu sapi Brahman. Sapi Brahman memiliki beberapa keistimewaan yaitu tahan terhadap gigitan caplak, mampu beradaptasi dengan pakan berkualitas rendah, dan memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi. d) Persiapan Sebelum Sapi Masuk Kandang Sebelum sapi tiba atau masuk di PT ZDI, perlu dilakukan persiapan kandang untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Persiapan kandang meliputi pengosongan kandang, pembersihan kandang beserta perlengkapan dan peralatannya serta penyemprotan kandang dengan desinfektan. Persiapan kandang ini dilakukan 3 hari sebelum sapi masuk agar kandang benar benar siap ketika sapi tiba. Pengosongan kandang disesuaikan dengan jumlah sapi yang akan masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga kepadatan kandang agar tidak melebihi kapasitas yang telah ditentukan, menghindari tercampurnya sapi yang baru masuk dengan sapi lama, dan memberi udara segar bagi kandang. Pengosongan kandang juga akan mempermudah dalam pembersihan kandang. Pembersihan kandang beserta perlengkapan dan peralatannya bertujuan untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkakn oleh bakteri, virus, maupun parasit. Setelah kandang bersih, bedding berupa bagas tebu ditebar dilantai, hal ini bertujuan agar sapi tidak terpeleset, luka ataupun patah tulang akibat lantai yang licin. Langkah terakhir dalam persiapan kandang adalah penyemprotan kandang dengan desinfektan agar kandang benar benar steril dari kuman. 52

71 e) Sapi Masuk Kandang Sapi masuk ke PT ZDI melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan menggunakan kapal laut yang khusus untuk mengangkut sapi. Pembongkaran sapi dilakukan di pelabuhan kemudian sapi sapi tersebut dimuat ke truk atau fuso. Kendaraan tersebut merupakan kendaraan khusus untuk mengangkut sapi yang di kelola oleh perusahaan ekspedisi. Kapasitas angkut sapi untuk truk sebanyak 9 12 ekor sedangkan fuso 18 ekor, kapasitas ini tergantung kriteria sapi. Pembongkaran sapi dari kapal dan pemuatan sapi ke dalam truk disaksikan oleh pihak PT ZDI, hal ini untuk mencegah terjadinya kecurangan atau kesalahan data yang berkaitan dengan identitas sapi yang meliputi jumlah, keadaan, dan kriteria sapi yang akan dimuat. Setelah itu truk tersebut langsung menuju PT ZDI. Selama di perjalanan, jika terjadi kecelakaan atau hal hal yang dapat merugikan pihak PT ZDI maka kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pihak perusahaan ekspedisi. Setelah sapi tiba di PT ZDI, pihak PT ZDI secara langsung meminta surat jalan yang dibawa supir truk tersebut, kemudian dilakukan pembongkaran sapi sambil mencocokkan surat jalan dengan keadaan dan jumlah sapi yang ada. Bakalan yang telah dibongkar kemudian ditempatkan dikandang yang kosong yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penempatan sapi ke kandang produksi disesuaikan dengan kapasitas kandang. Untuk mengetahui penyusutan sapi selama perjalanan dari pelabuhan ke PT ZDI maka dilakukan penimbangan sampel. Penimbangan hanya menggunakan 10 persen dari total sapi yang masuk. Penyusutan rata - rata sebesar 2,5 3 persen dari bobot sapi. Penyusutan ini dikarenakan sapi mengalami stress di perjalanan. f) Penimbangan bobot awal, pemberian ear tag, dan penimbangan bulanan Penimbangan bertujuan untuk mengetahui bobot awal sapi sebelum pengemukan. Penimbangan bobot awal dilakukan pada akhir masa adaptasi yaitu sekitar 5 hari setelah sapi masuk, hal ini dilakukan dengan asumsi sapi dalam kondisi yang baik dan telah pulih dari stress akibat perjalanan. Penimbangan bobot awal dilakukan pada seluruh sapi yang masuk. Setelah bobot awal 53

72 diketahui, sapi sapi tersebut diseleksi dan dikelompokan berdasarkan kriteria gemuk, sedang, kurus dan bobot sapi. Selain dilakukan penimbangan bobot awal, pada saat itu juga dilakukan pemberian ear tag yang bertujuan untuk mempermudah dalam tata laksana pemeliharaan karena ear tag berfungsi sebagai identitas sapi. Ear tag yang biasa diberikan terbuat dari plastik sehingga tidak akan menimbulkan karat. Pemasangan ear tag dilakukan dengan menggunakan tang khusus yang ditusukan pada daerah telinga sapi yang tidak dilalui oleh pembuluh darah besar sehingga darah tidak banyak keluar. Pemasangan ear tag dapat mencegah terjadinya kesalahan atau tertukarnya nomor penandaan antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya. Untuk mengetahui pertambahan bobot tubuh sapi yang digemukan maka PT ZDI melakukan penimbangan bulanan, penimbangan bulanan hanya menggunakan 10 persen dari total sapi yang masuk sebagai sampel untuk menghindari stress yang tinggi. Berdasarkan penimbangan bulanan tersebut dapat diketahui pertambahan bobot sapi, sehingga memudahkan evaluasi apakah bobot sapi sudah optimal atau belum. g) Pembersihan Kandang dan Penggantian Bedding Kotoran yang menumpuk di kandang yang berasal dari feses dan urine akan menghasilkan gas amoniak yang sangat menyengat yang dapat menyebabkan kesehatan sapi tergangu, terutama gangguan pernapasan. Untuk mencegah hal tersebut maka PT ZDI melakukan program pembersihan kandang. Pembersihan kandang dilakukan setiap 3 4 hari sekali atau dengan melihat kondisi kandang. Limbah kandang (kotoran sapi dan sisa pakan) yang telah dibersihkan dari kandang kemudian dikumpulkan dan diangkut ke instalasi penanganan air limbah (IPAL), setelah dibersihkan, lantai kandang ditebar dengan bagas tebu sebagai alas lantai kandang (bedding) dengan ketebalan ± 10 cm. Hal ini bertujuan agar lantai kandang tidak terlalu keras dan licin sehingga sapi tidak mudah terpeleset, luka, atau patah tulang. Selain itu, alas kandang juga berguna untuk menyerap cairan feses dan urin. 54

73 h) Pembersihan Tempat Pakan dan Minum Pembersihan tempat pakan dan minum penting dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan sapi tetap sehat. Sebaliknya, jika perlengkapan kandang tersebut kotor maka berbagai kuman baik bakteri pembusuk, virus maupun parasit akan mudah bersarang ditempat tersebut dan apabila termakan oleh ternak maka akan menimbulkan penyakit. Pembersihan tempat pakan dan minum di PT ZDI dilakukan setiap hari. Pembersihan tempat pakan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 7:30 08:00 WIB sebelum pendistribusian pakan yang pertama. Sedangkan pembersihan tempat minum dilakukan pada sore hari. i) Penanganan Panen Sapi Potong Penanganan panen sapi potong meliputi penyeleksian, penimbangan, dan penjualan sapi. Sapi yang siap jual adalah sapi yang telah digemukan selama 120 hari atau telah memasuki finisher. Pada fase ini, produksi daging telah maksimal dan kondisi sapi tidak terlalu gemuk. Penjualan sapi dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan. Kebanyakan pelanggan menginginkan sapi dengan kisaran bobot tubuh Kg. Kegiatan penjualan sapi diawali dengan penyeleksian sapi kemudian ditimbang. Jika bobot tubuhnya tercapai dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen maka sapi tersebut dipisahkan dan siap untuk diangkut. Adapun alur proses tatalaksana pemeliharaan disajikan pada gambar 2. 55

74 Sistem Pemeliharaan Bakalan Perkandangan Pengadaan dan pemilihan bakalan Persiapan sebelum sapi masuk kandang Sapi masuk kandang Penimbangan bobot awal, pemberian ear tag, penimbangan Pembersihan kandang dan penggantian bedding Pembersihan tempat pakan Penanganan panen sapi potong Sumber : Data primer (2009) Gambar 2. Tatalaksana Pemeliharaan Penggemukan Sapi Potong PT ZDI 2) Tata Laksana Pemberian Pakan dan Air Minum a) Komposisi Pakan Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh ternak yang mampu menyajikan hara atau nutrient yang penting antara lain untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, dan penggemukan. Secara garis besar, bahan pakan terbagi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat dapat berasal dari biji bijian atau butiran sedangkan bahan berserat dapat berupa jerami atau rumput yang semua itu merupakan komponen penyusun ransum. Pakan yang digunakan dalam penggemukan sapi potong di PT ZDI terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang digunakan merupakan campuran dari 56

75 beberapa bahan, yaitu dedak, onggok, kulit kopi, kopra, bungkil kedelai, bungkil kapuk, bungkil sawit, kapur, fosfat, garam dan premiks yang telah disusun dalam suatu formula. Hijauan yang digunakan yaitu rumput gajah. Beberapa fungsi hijauan dalam program penggemukan yaitu sebagai sumber Ca, P, Vitamin A, carotin, dan Vitamin D yang lebih baik dari biji bijian. Ternak yang diberi hijauan yang berkualitas baik, jarang menderita defisiensi mineral atau vitamin. Hijauan juga memegang peranan penting dalam periode awal penggemukan karena dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi. b) Distribusi Pakan Sebelum pakan didistribusikan, terlebih dahulu dilakukan pencampuran dan pengadukan pakan sampai rata. Pencampuran pakan berupa pakan konsentrat dan hijauan. Selanjutnya, campuran pakan ditempatkan ke dalam gerobak (pendistribusi pakan) untuk didistribusikan ke kandang. c) Pemberian Pakan Pemberian pakan yang dilakukan di PT ZDI sebanyak empat kali sehari. Pemberian pakan yang pertama dilakukan pada pukul 08:00 WIB, yang kedua pada pukul 11:00 WIB, ketiga 14:00 WIB dan yang terakhir diberikan pada pukul 19:00 WIB. Frekuensi pemberian pakan tersebut sangat tepat dilakukan karena semakin banyak frekuensi pemberian pakan maka konsumsi dan daya cerna serta efisiensi pakan semakin baik.dengan seringnya memberi pakan maka ternak akan bertambah baik, saliva lebih banyak, output mikroba lebih banyak, daya cerna bahan kering meningkat, keseimbangan N lebih besar, efisiensi pakan lebih baik dan penambahan bobot tubuh lebih tinggi. d) Pemberian Air Minum Air memiliki peran yang sangat besar dalam metabolisme tubuh yakni mengangkut zat zat makanan, zat zat sisa dan pelarut beberapa zat. Selain itu air juga berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Ternak akan lebih menderita jika kekurangan air dibandingkan dengan pakan. Kontrol air minum dimulai dengan memeriksa volume air minum dan apabila keadaan volume sudah dianggap tidak mencukupi lagi maka harus dilakukan pemberian air minum secukupnya. Jika pada saat pengontrolan air 57

76 minum didapatkan bak air kotor dan berbau maka segera dilakukan pengurasan bak air minum tersebut. Jika bak air minum telah dianggap bersih maka bak air dapat diisi kembali sampai bak air berisi penuh. 3) Kesehatan Ternak Kontrol kesehatan ternak dilakukan apabila semua kegiatan atau aktivitas kandang telah selesai. Kontrol kesehatan dilakukan dengan cara mengamati kondisi ternak secara umum yang meliputi pengamatan nafsu makan, pengamatan kondisi ternak dan pengamatan pada bagian bagian ternak seperti luka luka, borok ataupun rontok bulu. Apabila pada saat kontrol kesehatan melihat ada tanda tanda yang tidak sesuai dengan kondisi normal maka ternak akan dipisahkan pada kandang khusus. Agar ternak sapi yang digemukan dalam keadaan sehat dan mampu memproduksi dengan baik dan maksimal maka diperlukan adanya sanitasi. Sanitasi ditujukan sebagai usaha pencegahan suatu penyakit yang lebih baik daripada pengobatan. Membersihkan kandang secara berkala dan membuang kotoran sapi akan mencegah penyakit dan kotoran sapi. Kegiatan sanitasi kandang yang dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, selokan, tempat pakan, tempat air minum, alat alat dan juga catlle yard. Pengobatan yang lakukan meliputi pemberian vitamin, obat cacing, antibiotik, dan pemberian obat lainnya. Ternak yang kondisi dianggap menyimpang dari keadaan normal misalnya nafsu makan kurang, kurus, lesu dan kurang bergairah maka ternak tersebut dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan pada kandang isolasi. Jenis obat yang biasa digunakan di Zagrotech Dafa Intenational dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jenis Obat obatan dan Vitamin yang Digunakan No Nama Obat Kegunaan Dosis per bulan (ml) 1 Benacilin Antibiotik Oxitetracilin Antibiotik Tool pedine Obat luka Injectamin Vitamin Vitamin ADEK Vitamin

77 Pengolahan Pupuk Kandang Limbah padat yang dihasilkan dari penggemukan sapi potong diproses dikolam pengolahan limbah sehingga menjadi pupuk kandang yang memiliki nilai ekonomis sehingga dapat menjadi pemasukan tambahan untuk perusahaan. limbah kotoran sapi ditampung dan dikumpulkan kedalam kolam penampungan limbah yang disebut dengan holding pond. Kemudian limbah ini dialirkan ke kolam penyaringan (filtration pond) yang berfungsi sebagai kolam penyaring limbah untuk diendapkan lebih lama sehingga dihasilkan limbah atau pupuk sedangkan limbah cair dialirkan ke kolam penetralisir (facultative pond) untuk menetralisir dan mematikan zat zat yang berbahaya supaya limbah aman untuk dialirkan ke sungai Hasil Analsis Aspek Teknis Dari analisis aspek teknis, dapat dinilai bahwa PT Zagretech Dafa Internatonal telah memilih lokasi yang tepat karna kondisi iklim didaerah Bogor sangat cocok untuk budidaya sapi Brahman. Sarana dan prasarana pendukung yang tersedia sangat mendukung kelancaran operasional produksi. Kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam usaha penggemukan sapi potong (fattening) diatur dengan baik sehingga sapi dapat berproduksi optimal. Maka dapat disimpulkan bahwa pada aspek teknis, usaha penggemukan sapi potong ini layak untuk dijalankan Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang berhubungan dengan penetapan institusi/lembaga proyek yang harus mempertimbangkan struktur kelembagaan yang ada pada PT Zagrotech Dafa Intenational. Aspek ini meneliti sistem manajerial usaha penggemukan sapi potong di PT Zagrotech Dafa Intenational Manajemen Pembangunan Proyek Manajemen pembangunan proyek merupakan proses untuk merencanakan penyiapan saran fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang telah direncanakan bisa mulai beroperasi secara komersial tepat ada waktunya. Proyek usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa Intenational dimulai pada Oktober 2008 dan selesai pada Februari Proyek 59

78 pembangunan kandang selesai tepat pada waktunya. Proyek pembangunan di lakukan oleh pihak developer (pemborong), PT Zagrotech Dafa Intenational hanya mengawasi proses pembangunan Manajemen Dalam Operasi Bagian ini membicarakan tentang bagaimana merencanakan pengelolaan proyek penggemukan sapi potong dalam operasinya nanti, yang akan di analisis diantaranya yaitu bentuk badan usaha, jenis jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan pekerjaan tersebut dengan baik, bagaimana struktur organisasi yang akan dipergunakan, dan yang terakhir yaitu bagaimana cara mencari tenaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 1) Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha Zagrotech Dafa Intenational adalah Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas yang biasa disingkat PT, ini adalah suatu Bentuk Badan Usaha yang paling populer dan banyak digunakan oleh para pengusaha sebagai bentuk indentitas organisasi Badan Usaha di Indonesia. PT juga sangat dikenal luas oleh berbagai kalangan masyarakat umum dan mudah dikenali karena pemakaian nama perusahaan ini selaku diikuti dengan nama PT. Alasan pendirian dengan badan usaha PT adalah usaha penggemukan sapi ini menghasilkan lebih dari ekor yang sesuai dengan pasal 8 dalam Undang Undang tentang Peternakan. Dalam pasal 8 dijelaskan bahwa izin usaha ternak dibagi ke dalam tiga golongan yaitu izin peternakan rakyat, izin usaha peternakan kecil, dan izin perusahaan peternakan. Zagrotech Dafa Intenational termasuk pada golongan izin perusahaan peternakan karena memiliki lebih dari ekor sapi per tahun. Zagrotech Dafa Intenational juga melihat dari dasar hukum yaitu Undangundang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1998 tentang Pemakaian Nama, Peraturan/Undang Undang lain yang dibuat untuk mendirikan PT. dalam rangka PMA/PMDN, PT untuk Persero BUMN, PT untuk Perbankan dan PT untuk Lembaga Keuangan Non Bank, dan Peraturan/Undang undang dan atau ketentuan pemerintah yang mengatur tentang Pendirian PT dengan maksud dan tujuan usaha khusus seperti: PT 60

79 Forwarding, PT Perusahaan Bongkar Muat, PT Surveyor, PT Jasa Penilai, dan lain-lain. Syarat syarat yang harus dipenuhi dalam pendirian PT adalah sebagai berikut : a) Pendiri Perseroan i) Jumlah Pendiri minimal 2 (dua) orang ii) Pendiri harus Warga Negara Indonesia kecuali pendirian PT yang dimaksud adalah dalam rangka fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA). Para pendiri pada saat perseroan ini didirikan yaitu saat Pembuatan Akta Pendirian PT harus menjadi Pemegang Saham didalam Perseroan iii) Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama b) Nama Perseroan Terbatas i) Nama PT tidak boleh sama atau mirip sekali dengan nama PT yang sudah ada ii) Melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui Nama PT tersebut bisa digunakan atau tidak. Jika bisa sebaiknya anda langsung melakukan pemesanan untuk menghindari nama tersebut akan digunakan oleh pihak lain iii) Kedudukan perseroan harus berada di wilayah RI (sebutkan kota, tempat melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat) c) Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha d) Modal Perseroan i) Modal dasar minimal Rp (seratus juta) kecuali ditentukan lain oleh Undang undang atau Peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan usaha tertentu di Indonesia ii) Dari modal dasar tersebut minimal 25% (dua puluh lima persen) atau sebesar Rp (dua belas juta limaratus ribu) harus sudah ditempatkan/disetor penuh pada saat akan mengajukan permohonan Persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI 61

80 e) Pengurus Perseroan Menetapkan jangka waktu berdirinya perseroan selama 10 tahun, 20 tahun atau lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur hidup. Selain pendirian PT Zagrotech Dafa Intenational juga membuat Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) melalui Departemen Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Sesuai SK Memperindag No. 289/MPP/Kep/X/2001 tanggal bahwa syarat pengajuan SIUP adalah sebagai berikut : i) Urusan perizinan Pengusaha diminta mengambil formulir SPI dan menerima penjelasan yang berkaitan dengan izin usaha ii) Pengisian formulir Mengisi formulir yang tersedia dan melengkapi persyaratan. iii) Urusan perizinan Pengusaha diminta mengembalikan SPI dan kelengkapannya, apabila SPI disetujui, maka diterbitkan SPM uang jaminan dan BAP. iv) Bank Pengusaha diminta datang ke Bank untuk membayar uang jaminan dan BAP. Setelah membayar, pengusaha membawa bukti pembayaran. v) Urusan perizinan Pengusaha yang telah membayar uang jaminan, menyerahkan tanda bukti pembayaran ke urusan perizinan. Tanda bukit pembayaran yang telah diserahkan, pengusaha telah mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Kabupaten Bogor sebagai lokasi PT Zagrotech Dafa Intenational juga mengikuti peraturan pemerintah setempat dalam membangun usaha peternakan rakyat. Sesuai dengan keputusan Pemerintah Kabupaten Bogor, maka syarat utama dalam mendirikan usaha di wilayah Kabupaten Bogor adalah membuat perijinan. Bentuk perijinan adalah sebagai berikut : 62

81 a) Ijin Penggerukan Tanah Ijin penggerukan tanah digunakan untuk melegalkan lahan yang digunakan sebagai tempat usaha. syarat tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah yaitu : i) Kriteria penerbitan IPPT di Kabupaten Bogor adalah : (1) Peruntukan sesuai dengan tata ruang (2) Masyarakat sekitar, minimal tetangga terdekat tidak berkeberatan (3) Secara teknis lahan memenuhi syarat (4) Tanah tidak dalam sengketa (5) Tidak memiliki dampak lingkungan yang membahayakan (6) Tidak menimbulkan kerawanan sosial (7) Tidak menimbulkan gangguan keamanan (8) Persyaratan administrasi lengkap ii) Syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha adalah : (1) Photocopy Kartu Tanda Penduduk Pemohon (2) Surat permohonan (3) Surat kuasa bagi yang menguasakan (4) Photocopy Surat Tanah / Bukti Hak Tanah (5) Ijin tetangga (6) Denah / Peta lokasi tanah dimohon / Peta situasi lokasi (7) Surat Keterangan Tanah Tidak Sengketa (8) Untuk pembangunan strategis seperti kegiatan Akomodasi Pariwisata, Perumahan, industri dll, pemohon melampirkan proposal yang berisikan : (a) Uraian rencana kegiatan proyek (b) Akta Pendirian Perusahaan (c) NPWP (d) Keanggotaan Asosiasi iii) Prosedur pelayanan (1) Pemohon mengisi Formulir Permohonan IPPT dengan melampirkan persyaratan administrasi 63

82 (2) Petugas melakukan pemeriksaan berkas (3) Jika hasil pemeriksaaan dinyatakan memenuhi syarat maka dilakukan Rapat Pembahasan Tim Pelayanan Perijinan (4) Jika tak sesuai peruntukan maka IPPT ditolak (5) Jika sesuai peruntukan maka diadakan peninjauan lapangan (6) Hasil tinjauan lapangan dirumuskan dalam Berita Acara (7) Bupati menerbitkan Ijin Investasi dan IPPT (8) IPPT yang sudah selesai diserahkan pada pemohon b) Ijin Mendirikan Bangunan Persyaratan kedua adalah ijin mendirikan bangunan untuk usaha peternakan. Keabsahan bangunan usaha menjadikan Zagrotech Dafa Intenational legal dari aspek ijin bangunan. Pemerintah Kabupaten Bogor memiliki peraturan tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Kriteria penerbitan IMB di Kabupaten Bogor adalah Peletakan bangunan sesuai dengan ketentuan teknis : garis sempadan bangunan, Koefisien dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Ketinggian Bangunan. Setiap bangunan yang akan dibangun harus direncanakan peletakannya pada lokasi dalam bentuk Site Plan dan atau Gambar Situasi. Site Plan bangunan yang akan dibangun terlebih dahulu mendapat Pengesahan Site Plan. i) Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah : (1) Photocopy Kartu Tanda Penduduk Pemohon (2) Keterangan Batas Tanah yang diketahui Ketua RT dan Kepala Desa/Kelurahan setempat (3) Surat kuasa apabila penandatangani permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri (4) Photocopy bukti hak tanah (5) Gambar konstruksi bangunan (6) Ijin Peruntukkan Penggunaan Tanah ( IPPT ) (7) Ijin Lokasi (8) Peta Site Plan yang sudah mendapat pengesahan untuk pembangunan bangunan strategis dan kompleks, serta tetentu yang dikategorikan dengan itu. 64

83 ii) Prosedur pelayanan (1) Pemohon mengajukan surat permohonan disertai persyaratan yang harus dilampirkan (2) Petugas memeriksa ke lokasi bangunan (3) Jika telah memenuhi persyaratan, lengkap dan benar, permohonan diterima dan diberikan tanda bukti penerimaan dan ditetapkan besarnya retribusi yang harus dibayar (4) Pejabat yang berwenang mengadakan penelitiaan kelengkapan persyaratan permohonan,untuk diterbitkan IMB iii) Biaya (1) Biaya IMB = (Luas bangunan) X (Indeks Konstruksi) X (Indeks Fungsi) X (Indeks Lokasi) X (tarif Dasar) (2) Besarnya tarif dasar bervariasi tergantung klasifikasi lokasi yang ditentukan (3) Biaya lain-lain : (a) Biaya pembuatan gambar situasi skala 1:500 ; 1:1000 sebesar Rp /IMB (b) Biaya pemecahan IMB sebesar Rp /IMB (c) Biaya Pengesahan salinan / photocopy IMB Rp /IMB (d) Biaya pembuatan keterangan IMB mengenai suatu bangunan sebesar Rp /IMB (e) Balik nama IMB ditentukan sebesar 20 persen dari besarnya jumlah retribusi IMB yang berlaku c) Ijin Usaha Peternakan Syarat ketiga adalah membuat surat Ijin Usaha Peternakan. Tujuannya adalah sebagai tanda bukti bahwa Zagrotech Dafa Intenational adalah usaha legal karena memiliki ijin usaha peternakan di wilayah Kabupaten Bogor. Ketentuan umumnya adalah Kegiatan peternakan terdiri dari pembibitan dan budidaya, usaha peternakan dapat diselenggarakan dalam bentuk perusahaan peternakan baik perorangan maupun badan hukum dan masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal ditetapkan. Waktu penyelesainnya selama satu sampai lima hari kerja setelah 65

84 menerima permohonan dan mengadakan pemeriksaan lapangan ke lokasi sesuai dengan pedoman peternakan. Tidak dikenakan biaya untuk Ijin Usaha Peternakan. Lokasi pengurusan di Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. i) Prosedur pelayanan untuk mendapatkan ijin usaha peternakan : (1) Pemohon dapat mengajukan permohonan dengan terlebih dahulu mengajukan persetujuan prinsip kepada Dinas untuk dapat melakukan kegiatan persiapan fisik dan administrasi (2) Pemohon mengajukan permohonan ijin kepada Bupati c/q Dinas dan mengisi formulir yang disediakan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : (a) Photocopy Identitas diri pemohon (b) Akte Pendirian Perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum (c) Gambar situasi lokasi tanah (d) Gambar lay out penggunaan tanah (e) Photocopy status tanah (f) Ijin mendirikan bangunan (g) Ijin tempat usaha (h) Ijin tenaga kerja asing bagi perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing (i) Upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) (j) Membayar uang leges d) Ijin Lokasi Pengesahan surat ijin lokasi usaha merupakan syarat ke empat dalam pendirian usaha peternakan. Dasar hukum yang tertera adalah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1999 Tentang Ijin Lokasi dan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043). Waktu penyelesaiannya selama 14 hari kerja. Kriteria penerbitan ijin lokasi usaha yaitu telah diterbtikan IPPT dan persyaratan adminsitrasi lengkap. Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : 66

85 i) Surat permohonan ijin lokasi ii) Akta pendirian perusahaan dan pengesahan Mentri Kehakiman iii) Photocopy KTP pemohon iv) Surat keterangan NPWP v) Tanda ke anggotaan REI (bagi pembangunan perumahan) vi) Uraian rencana kegiatan pembangunan / proyek proposal vii) Surat persetujuan Presiden RI bagi PMA dan SPPM dari BKPM untuk PMDN viii) Pernyataan kesanggupan dan memberikan ganti rugi dari atau menyediakan ix) Surat Pernyataan mengenai tanah yang sudah dikuasi / dimiliki oleh perusahaan pemohon yang merupakan satu grup dengannya x) tempat penampungan bagi pemilik tanah yang berhak atas tanah xi) Gambar kasar/sketsa lokasi e) Ijin Tempat Usaha Ijin Tempat Usaha merupakan suatu legalitas bagi pengusaha yang ingin mendirikan tempat usaha yang dilindungi oleh payung hukum. Zagrotech Dafa Intenational mengajukan surat Ijin Tempat Usaha untuk melegalkan tempat usaha penggemukan sapi di Kabupaten Bogor. i) Ketentuan umum dalam pengesahan surat Ijin Tempat Usaha (1) Jangka waktu berlakunya Ijin Gangguan / Ijin tempat Usaha, ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan dan harus dilakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun sekali (2) Untuk permohonan daftar ulang dikenakan Retribusi sebesar 50 persen dari besarnya retribusi yang harus dibayar (3) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang (4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud diatas adalah pelanggaran 67

86 ii) Persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : (1) Data pemohon identitas pemohon yang dilengkapi dengan photo copy KTP dan pas photo ukuran 3 X 4 cm sebanyak 2 buah (2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)/NPWP Daerah (3) SPPT PBB tahun terakhir (4) IMB PIBM (untuk perusahaan besar dilampirkan peta situasi) (5) Status Tanah (bila sewa kontrak, harus dibuktikan dengan surat sewa kontrak) (6) Akte Pendirian bagi perusahaan dan badan hukum (7) Surat Keterangan Tidak Sengketa dari Kepala Desa/ Kelurahan dan Camat Setempat (8) Ijin Tetangga yang diketahui oleh Kepala Desa/ Kelurahan dan Camat Setempat (9) Berita Acara pemeriksaan lokasi oleh Tim Pemeriksa Tingkat Kabupaten bagi perusahaan yang tingkat gangguannya sangat besar/tinggi iii) Biaya pengesahan surat Ijin Tempat Usaha (1) Luas ruangan usaha X indeks lokasi X angka multiplikator X besarnya Tarif (2) Penetapan luas ruang usaha indeks lokasi, angka multiplikator dan tarif adalah sebagai berikut : (a) Luas ruang usaha ditetapkan berdasarkan luas ruangan yang dipergunakan untuk usaha (b) Indeks lokasi perusahaan ditetapkan sebagai berikut : (i) Indeks 3 lokasi dipinggir jalan Negara/Propinsi (ii) Indeks 4 lokasi dipinggir jalan Kabupaten (iii) Indeks 5 lokasi dipinggir jalan Desa (c) Angka Multiplikator perusahaan bagi yang menggunakan mesin atau tidak dibagi 3 (tiga) klasifikasi yaitu : (i) Angka multiplikator 5 untuk indeks Gangguan Besar (ii) Angka multiplikator 4 untuk indeks Gangguan Sedang 68

87 (iii) Angka multiplikator 3 untuk indeks Gangguan Kecil (d) Tarif dasar untuk perhitungan biaya ditetapkan sebagai berikut: (i) Luas ruang usaha sampai dengan 100 m 2 sebesar Rp 500/m 2 (ii) Selebihnya Rp 400/m2 2) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan a) Struktur Organisasi Struktur organisasi di PT Zagrotech Dafa Intenasional adalah lini atau garis, dimana perintah diberikan langsung oleh atasan kepada bawahan. Meskipun terlihat sederhana, struktur organisasi ini dinilai potensial karena dapat mengenal dan mampu mengkomunikasikan pekerjaan. Adapun alur struktur organisasi penggemukan sapi potong (fattening) pada PT Zagrotech Dafa International dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilik Direktur Utama Direktur Operasional Manajer Feedlot Asst. Manajer Unit Kandang Unit Pakan Unit Kompos & Kebun Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Zagrotech Dafa Intenasional 69

88 b) Deskripsi Pekerjaan Penggerakan manajemen di PT Zagrotech Dafa Intenational tak terlepas dari struktur organisasi. PT Zagrotech Dafa Intenational merekrut 9 orang karyawan. Jabatan tertinggi adalah pemilik, yang merencanakan, mengarahkan, mengawasi, dan mengevaluasi operasional usaha selama beroperasi. Adapun wewenang dan tanggung jawab dari masing masing jenis pekerjaan tersebut adalah : i) Direktur Utama bertugas mengelola perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat maju dan berkembang ii) Direktur Operasional bertanggung jawab atas kelancaran usaha penggemukan sapi iii) Manajer feedlot bertugas mengendalikan seluruh operasional produksi yang meliputi tata laksana pemeliharaan, pakan, minum dan kesehatan, Manajer feedlot merekrut beberapa tenaga kerja untuk melaksanakan operasional penggemukan sapi. Jumlah tenaga kerja 7 orang. Satu orang sebagai assistance manajer yang bertugas mengendalikan seluruh administrasi dan pembukuan operasional dan 6 orang sebagai tenaga kerja lapangan c) Ketenagakerjaan Kriteria utama sumberdaya manusia yang diinginkan perusahaan untuk menempati posisi direktur utama, direktur operasional dan manajer feedlot yaitu pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman dibidang peternakan sapi potong minimal 5 tahun. Sedangkan untuk menempati posisi assistance manajer yaitu pendidikan minimal D III. Adapun untuk posisi yang lainnya persyaratan khusus mengenai pendidikan dan pengalaman kerja tidak diutamakan, yang dituntut dari karyawan adalah kemauan bekerja keras. Waktu kerja yaitu 8 jam/hari. Setiap tenaga kerja dikenakan masa kerja efektif selama 6 hari kerja dalam semingu, untuk karyawan administrasi kantor, waktu kerja pada hari sabtu yaitu dari jam 08:00 12:00 WIB dan minggu merupakan hari libur. Waktu kerja diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu minggu mendapat libur satu hari. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja staff di PT ZDI dapat dilaihat pada Tabel

89 Tabel 11. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Staff di PT ZDI No Jabatan Tingkat Pendididkan Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) 1 Direktur Utama S Direktur Operasional S Manajer Feedlot S Asst. Manajer S1-1 5 Unit Kandang SMU Unit Pakan SMU Unit Kompos & Kebun SLTP - 2 Sumber : Data primer (2009) Hasil Analisis Aspek Manajemen Bentuk badan usaha yang digunakan perusahaan sangat tepat karena sudah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia. Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan. Sistem ketenagakerjaan yang diterapkan perusahaan dinilai cukup memadai. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha ini dilihat dari aspek manajemen layak untuk dilaksanakan Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Penetuan lokasi dan tata letak (layout) peternakan didasarkan pada ketentuan teknis untuk mendirikan usaha peternakan sapi potong. Oleh karena itu pihak perusahaan dituntut untuk memenuhi tata cara maupun pemilihan lokasi untuk mendirikan usaha petenakan karena selain memperlihatkan faktor faktor penunjang seperti kemudahan transportasi maupun kemudahan aspek pasar juga harus memperhatikan keberadaan lingkungan. Keberadaan PT Zagrotech Dafa Intenational berdampak baik terhadap masyarakat setempat karena keberadaan usaha dilokasi ini dapat menyerap tenaga kerja sehingga aktiftas ekonomi desa berjalan dengan baik, beberapa tenaga kerja berasal dari masyarakat sekitar sehingga memberikan masukan pendapatan bagi masyarakat sekitar, serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dampak keberadaan juga dirasakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor karena potensi diwilayah tersebut khususnya dibidang peternakan semakin 71

90 berkembang. Selain itu, pembayaran pajak dapat menambah pemasukan kepada pemerintah. Dari adanya pajak tersebut secara makro dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan. PT Zagrotech Dafa Intenational sangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan adalah dengan pengolahan limbah menjadi pupuk kandang. Kotoran ternak sapi ditampung pada masing masing kolam penampungan (holding pond) kemudian dialirkan ke kolam penyaringan (filtration pond) untuk memisahkan limbah padat dan cair. Limbah kotoran yang telah disaring diendapkan lebih lama pada kolam (facultative pond) sedangkan limbah cair dialirkan ke kolam penetralisir agar limbah cair aman dialirkan ke sungai di sekitar perusahaan. 72

91 VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan Kriteria kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback period. Untuk menganalisis dengan empat kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan PT Zagrotech Dafa International selama umur proyek. Selain itu juga dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Untuk mencari batas maksimal suatu perubahan sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak maka analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value perlu dilakukan. Berdasarkan informasi yang di dapat dari pihak manajemen bahwa umur proyek usaha penggemukan sapi potong di PT Zagrotech Dafa International yaitu selama 10 tahun, hal ini berdasarkan atas ketahanan bangunan berkisar 10 tahun, karena setelah 10 tahun bangunan banyak yang harus di renovasi. Atas dasar itu umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis bangunan, pertimbangannya adalah bangunan merupakan asset yang penting dalam pengusahaan PT Zagrotech Dafa International Arus Kas (Cashflow) Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek. Arus manfaat pada bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan sapi potong, pupuk kandang, modal sendiri, pinjaman, dan nilai sisa. 1) Penerimaan Penjualan Sapi Potong Sapi potong dijual dalam bobot Kg, Rincian penjualan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13. Bobot sapi pada saat panen yaitu 400 Kg/ekor, dengan harga jual Rp /Kg. Adapun rincian penerimaan penjualan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

92 Tabel 12. Proyeksi Panen Penggemukan Sapi PT ZDI pada Tahun No Bulan Tahun (ekor) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Panen/Tahun 846 1,492 1,492 1,492 1,492 1,492 1,493 1,493 1,493 1,493 Total Panen Selama Umur Proyek = 14,278 Proyeksi panen berdasarkan atas pembelian bakalan yang dilakukan setiap bulan, lamanya penggemukan adalah 120 hari / 4 bulan, kapasitas kandang adalah 500 ekor sapi dan tingkat mortalitas sapi adalah 0,5 persen atau setara dengan sapi mati 5 ekor dari ekor populasi. Dari hasil proyeksi panen diatas maka selanjutnya dikonversi menjadi satuan rupiah, Hasil proyeksi sepuluh tahun kedepan menujukan bahwa nilai penjualan pada tahun pertama (2009) lebih kecil dibandingkan tahun tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada awal periode kapasitas produksi belum maksimal. Total penjualan pada tahun 2009 sebesar Rp , pada tahun sebesar Rp , dan pada tahun berikutnya yaitu Rp (Tabel 13). 74

93 Tabel 13. Proyeksi Penjualan Sapi Potong PT ZDI pada Tahun Produksi Harga Jual Penerimaan No Tahun Bobot per Total (ekor) ekor (Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp) ,400 21,500 7,275,600, , ,800 21,500 12,831,200, , ,800 21,500 12,831,200, , ,800 21,500 12,831,200, , ,800 21,500 12,831,200, , ,800 21,500 12,831,200, , ,200 21,500 12,839,800, , ,200 21,500 12,839,800, , ,200 21,500 12,839,800, , ,200 21,500 12,839,800,000 2) Penerimaan Penjualan Pupuk Kandang Penerimaan penjualan pupuk kandang adalah penerimaan sampingan yang dihasilkan pada usaha penggemukan sapi potong. Pupuk kandang berasal dari kotoran sapi yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman sehingga memiliki nilai economies yang dapat dijual. Nilai jual pupuk kandang yaitu Rp 2.500/karung (25 Kg). Setiap ekor sapi menghasilkan pupuk kandang sebanyak 25 Kg/hari. Adapun total nilai penerimaan dari penjualan pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Proyeksi Penjualan Pupuk Kandang PT ZDI pada Tahun Populasi Produksi Lama Harga Penerimaan No Tahun /ekor/hari Penggemukan /karung Sapi (ekor) (Karung) (hari) (Rp) (Rp) , ,800, , , ,600, , , ,600, , , ,600, , , ,600, , , ,600, , , ,900, , , ,900, , , ,900, , , ,900,000 75

94 3) Penerimaan Pinjaman dari Bank Analisis kelayakan finansial PT Zagrotech Dafa International akan menggunakan dua skenario modal usaha yaitu skenario seluruhnya modal sendiri (skenario I) dan skenario mendapatkan pinjaman dari Bank (skenario II), besarnya modal sendiri dan pinjaman ditentukan dari besarnya investasi yang dikeluarkan (Tabel 16). Adapun biaya investasinya yaitu sebesar Rp ) Nilai Sisa Pada penelitian ini diperoleh nilai sisa invetasi pada akhir tahun kesepuluh adalah sebesar Rp Nilai sisa ini berasal dari investasi yang belum habis umur ekonomisnya pada tahun kesepuluh. Sehingga nilai sisa diperhitungkan sebagai penerimaan pada tahun kesepuluh. Rincian nilai sisa disajikan pada Tabel

95 Tabel 15. Jumlah Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi (fattening) pada PT ZDI No Investasi Nilai Beli Umur Besarnya (Rp) Teknis Nilai Sisa A Sarana&prasarana 1 Pendirian PT 8,000, Perizinan Usaha 5,000, Perbaikan Jalan 500,000, Perbaikan Jembatan 500,000, Instalasi Listrik, Air, dan Tlp 50,000, B Bangunan 1 Kandang 1,428,000, Gudang Pakan 300,000, Loading Yard 50,000, Kolam Pengolahan Limbah 9,600, Kantor 24,000, Mess 36,000, C Peralatan 1 Timbangan 50,000, Ear Tag 20,000, Gerobak 2,550, Cangkul 240, ,000 5 Ember 200, Sikat Kandang 200, Sodokan Pakan 50, Sepatu boot 400, ,666 9 Sapu Lidi 18, Kitchen Set 1,000, ,666 D Perlengkapan 1 Komputer 5,000, Meja Kantor 1,500, ,000,000 3 Kursi Kantor 900, ,000 4 Kalkulator 300, Alat Tulis Kantor 1,500, E Kendaraan 1 Mobil Truk 300,000, ,000,000 2 Mobil Mini Bus 140,000, ,000,000 3 Mobil Pick Up 90,000, ,000,000 Total Nilai Sisa 267,693,332 77

96 Arus Pengeluaran (Outflow) Komponen biaya akan dikelompokan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung. 1) Biaya Investasi Biaya investasi pada pengusahaan PT Zagrotech Dafa International dikeluarkan pada tahun kesatu. Selain untuk biaya tersebut, juga dilakukan reinvestasi untuk barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari 10 tahun. Rincian biaya investasi pengusahaan PT ZDI adalah seperti pada Tabel 16. adapun untuk rincian biaya Re-investasi dapat di lihat pada Tabel

97 Tabel 16. Rincian Biaya Investasi No Investasi Umur Harga/ Nilai Investasi Jumlah Satuan Teknis Satuan (RP) (Rp) A Sarana&Prasarana 1 Pendirian PT 8,000,000 2 Perizinan Usaha 5,000,000 3 Perbaikan Jalan 200,000,000 4 Perbaikan Jembatan 200,000,000 5 Instalasi Listrik, Air, dan Tlp Total Biaya Sarana&Prasarana 50,000, ,000,000 B Bangunan 1 Kandang m 2 1,200,000 1,428,000,000 2 Gudang Pakan m 2 800, ,000,000 3 Loading Yard 10 1 unit 40,000,000 40,000,000 4 Kolam Pengolahan Limbah m 2 400,000 9,600,000 5 Kantor m 2 600,000 18,000,000 6 Mess 10 Total Biaya Bangunan 45 m 2 600,000 27,000,000 1,762,600,000 C Peralatan 1 Timbangan 10 1 unit 50,000,000 50,000,000 2 Ear Tag unit 200,000 20,000,000 3 Gerobak 5 3 unit 850,000 2,550,000 4 Cangkul 3 8 unit 30, ,000 5 Ember 2 20 unit 10, ,000 6 Sikat Kandang 2 20 unit 10, ,000 7 Sodokan Pakan 2 10 unit 5,000 50,000 8 Sepatu Boot 3 8 unit 50, ,000 9 Sapu Lidi 1 6 Ikat 3,000 18, Kitchen Set 3 Totai Biaya Peralatan 1 Set 1,000,000 1,000,000 74,658,000 D Perlengkapan 1 Komputer 5 1 unit 5,000,000 5,000,000 2 Meja Kantor 3 3 unit 500,000 1,500,000 3 Kursi Kantor 3 6 unit 150, ,000 4 Kalkulator 5 2 unit 150, ,000 5 Alat Tulis Kantor 1 Total Biaya Perlengkapan 1 Set 1,500,000 1,500,000 9,200,000 E Kendaraan 1 Mobil Truk 20 1 unit 300,000, ,000,000 2 Mobil Mini Bus 20 1 unit 140,000, ,000,000 3 Mobil Pick Up 20 Total Biaya Kendaraan Total Biaya Investasi 1 unit 90,000,000 90,000, ,000,000 2,839,458,000 79

98 Tabel 17. Rincian Biaya Re-investasi Umur Total Biaya Re-investasi (tahun) No Investasi Teknis Nilai (tahun) (Rp) A Peralatan 1 Cangkul 3 240, , Ember 2 200, , , , ,000 3 Sikat Kandang 2 200, , , , ,000 4 Sodokan Pakan 2 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 5 Sepatu Boot 3 400, , , ,000 6 Sapu Lidi 1 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 7 Kitchen Set 3 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 Totai Biaya Re-investasi Peralatan 18, ,000 1,658, ,000 18,000 2,108,000 18, ,000 1,658,000 B Perlengkapan 1 Meja Kantor 3 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 2 Kursi Kantor 3 900, ,000 3 Alat Tulis Kantor 1 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Total Biaya Re-investasi Perlengkapan 1,500,000 1,500,000 3,900,000 1,500,000 1,500,000 3,000,000 1,500,000 1,500,000 3,000,000 2) Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel, biaya operasional dikeluarkan pada tahun kesatu sampai tahun kelima. a) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT Zagrotech Dafa International meliputi sewa tanah, gaji, telephone dan listrik, transportasi, pemeliharaan alat dan bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Angsuran pinjaman (jika menggunakan pinjaman). Adapun rincian dari biaya tetap tersebut adalah sebagai berikut : i) Biaya Sewa Tanah Luas tanah yang disewa oleh PT ZDI adalah 3 Ha = m 2, besarnya biaya sewa tanah yaitu Rp /m 2 /tahun. Sehingga total pengeluaran untuk sewa tanah pada setiap tahunnya yaitu sebesar : m 2 X Rp /m 2 = Rp /tahun. ii) Biaya Gaji Biaya gaji dikeluarkan setiap bulan dengan komponen gaji pokok ditambah uang makan dan disertai dengan tunjangan kesehatan dan kesejahteraan, besarnya tunjangan kesehatan dan kesejahteraan yaitu sebesar 5 persen dari total gaji yang diterima oleh masing masing jabatan. Total biaya gaji / kompensasi per tahun yang dikeluarkan oleh pihak manajemen disajikan pada Tabel

99 Tabel 18. Biaya Gaji / Kompensasi PT Zagrotech Dafa International per Tahun No Jabatan Jumlah Gaji Kesejahteraan Jumlah Total (orang) (per Bulan) (per Bulan) Bulan (per Tahun) 1 Direktur Utama 1 20,000,000 1,000, ,000,000 2 Direktur Operasional 1 10,000, , ,000,000 3 Manajer Feedlot 1 4,500, , ,700,000 4 Asst. Manajer 1 1,500,000 75, ,900,000 5 Unit Kandang 1 800,000 40, ,080,000 6 Senior Unit Pakan 1 850,000 42, ,710,000 7 Junior Unit Pakan 1 400,000 20, ,040,000 8 Senior Unit Kompos 1 800,000 40, ,080,000 9 Junior Unit Kompos 1 400,000 20, ,040,000 Total Biaya Gaji / Kompensasi per Tahun 494,550,000 iii) Biaya Telephone & Listrik Berdasarkan hasil wawancara besarnya total biaya Telephone dan listrik yaitu Rp /bulan. Sehingga pengeluaran untuk biaya ini pada setiap tahunnya yaitu : Rp /bulan x 12 bulan = Rp /tahun. iv) Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan Biaya pemeliharaan alat dan bangunan telah ditetapkan oleh pihak manajemen yaitu sebesar 10 persen dari total nilai beli bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta kendaraan. Total biaya pemeliharaan disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan dalam Setahun No Uraian Nilai Beli (Rp) Persentase Biaya Pemeliharaan (%) Jumlah (Rp) 1 Bangunan 1,762,600, ,260,000 2 Peralatan 74,658, ,465,800 3 Perlengkapan 9,200, ,000 4 Kendaraan 530,000, ,000,000 Total Biaya Pemeliharaan per Tahun 237,645,800 v) Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Besarnya biaya pajak bumi dan bangunan tergantung dari luas objek tanah dan bangunan yang dimiliki oleh wajib pajak, adapun besarnya PBB yang harus dibayarkan oleh pihak manajemen disajikan pada Tabel

100 Tabel 20. Perhitungan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) No Komponen Luas (m2) Harga (Rp) Total (Rp) 1 Nilai Tanah PT ZDI 30, ,000 3,000,000,000 2 Nilai Bangunan 1, , ,800,000 3 Jumlah Nilai Jual Objek Pajak 3,317,800,000 4 Nilai Jual Kena Pajak 20 % X 3,317,800, ,560,000 2,654,240,000 5 PBB per Tahun 0,05 % X 2,654,240,000 1,327,120 vi) Biaya Cicilan Pinjaman Modal Analisis finansial kelayakan usaha PT Zagrotech Dafa International akan menggunakan skenario perolehan modal pinjaman dari Bank sebesar Rp Lamanya pinjaman tersebut yaitu 10 tahun sesuai dengan umur proyek, rumus yang digunakan yaitu rumus perhitungan angsuran kredit dengan annuity (nilai angsuran tetap). Angsuran per Tahun = pinjaman x {interest x (1 + interest)^periode} {(1 + interest)^periode 1} Adapun rincian perhitungan cicilan pinjaman pokok dan bunga pinjaman dapat di lihat pada Tabel 21. Tabel 21. Angsuran Pembayaran Pinjaman Perhitungan Pembayaran Kredit No Uraian 1 Pinjaman 2 Jangka Waktu Pengembalian (tahun) 3 Tingkat Suku Bunga 4 Angsuran Kredit per Tahun Pembayaran Angsuran Pinjaman Keterangan Rp2,839,458, % Rp523,282,454 No Tahun Pokok Pinjaman Biaya Bunga Angsuran Sisa Pokok Pinjaman ,152, ,129, ,282,454 2,685,305, ,192, ,089, ,282,454 2,511,112, ,837, ,444, ,282,454 2,314,274, ,426, ,855, ,282,454 2,091,847, ,342, ,940, ,282,454 1,840,505, ,016, ,265, ,282,454 1,556,488, ,938, ,343, ,282,454 1,235,549, ,660, ,621, ,282, ,888, ,806, ,475, ,282, ,081, ,081,817 60,200, ,282,

101 b) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi berlangsung. Unsur unsur yang termasuk ke dalam biaya variabel yaitu bakalan sapi, pakan sapi, obat obatan, surat jalan, biaya tranportasi dan karung. i) Biaya Bakalan Sapi Kapasitas kandang adalah sebanyak 500 ekor, sapi bakalan akan digemukan selama 120 hari (4 bulan). Harga pembelian bakalan adalah Rp /Kg sampai ditempat (kandang PT ZDI), pembelian bakalan dilakukan setiap bulan. Rincian pembelian bakalan dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23. Tabel 22. Proyeksi Pembelian Bakalan Sapi (ekor) No Bulan Tahun (ekor) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Pembelian/Tahun Total Pembelian Bakalan Sapi Selama Umur Proyek = Dari hasil proyeksi diatas selanjutnya dikonversi menjadi satuan rupiah, pada bulan Januari dan Februari 2009 belum dilakukan pembeliaan bakalan, dikarenakan pada saat tersebut merupakan tahap persiapan dan pada bulan Oktober, November dan Desember 2018 tidak dilakukan pembelian bakalan karena bakalan yang di beli pada bulan September 2018 akan di panen pada bulan Desember Sehingga pembelian bakalan menyesuaikan dengan umur proyek yaitu 10 tahun. Besarnya pengeluaran pembelian bakalan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp , dan pada tahun sebesar Rp , sedangkan pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp (Tabel 23). 83

102 Tabel 23. Proyeksi Pengeluaran Pembelian Bakalan Pembelian Harga Beli Pengeluaran No Tahun Bobot per Total (ekor) ekor (Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp) , ,250 22,500 6,890,625, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,000 22,500 8,437,500, , ,250 22,500 6,328,125,000 ii) Biaya Pakan Pakan yang digunakan berupa pakan hijauan dan konsentrat, pakan hijauan berasal dari lahan hijauan yang dimiliki oleh PT ZDI, ketersediaan pakan hijauan merupakan tanggung jawab karyawan unit pakan sehingga tidak ada biaya untuk pakan hijauan. Adapun biaya pakan konsentrat yaitu sebesar Rp 1.676/Kg, setiap ekor sapi diberikan pakan konsentrat sebanyak 8 Kg/hari. Rincian perhitungan biaya pakan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pakan Populasi Harga Jumlah Lama Pengeluaran No Tahun Sapi Pakan Pakan Penggemukan (ekor) (Rp/Kg) (Kg/hari) (Hari) (Rp) ,225 1, ,970,976, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,500 1, ,413,440, ,125 1, ,810,080,000 84

103 iii) Biaya Obat obatan Obat obatan digunakan untuk antisipasi terhadap penyakit yang diderita oleh sapi. Biaya yang dikeluarkan berkisar sebesar Rp /ekor. Rincian biaya obat obatan per tahun disajikan pada Tabel 25 Tabel 25. Proyeksi Pengeluaran Biaya Obat - obatan Populasi Biaya Pengeluaran No Tahun Sapi Obat (ekor) (per ekor/rp) (Rp) ,225 40,000 49,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,500 40,000 60,000, ,125 40,000 45,000,000 iv) Biaya Surat Jalan Surat jalan digunakan untuk mengantar sapi ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH), setiap kali jalan harus dibawa. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp per sekali jalan. Kapasitas truk adalah 12 ekor sapi, adapun rinciannya dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Proyeksi Pengeluaran Biaya Surat Jalan* ) Populasi Kapasitas Jumlah Biaya Pengeluaran No Tahun Truk Sapi (ekor) (ekor) Keberangkatan (Rp) (Rp) ,000 3,525, , ,000 6,216, , ,000 6,216, , ,000 6,216, , ,000 6,216, , ,000 6,216, , ,000 6,220, , ,000 6,220, , ,000 6,220, , ,000 6,220,833 Keterangan : *) Dari populasi jumlah panen 85

104 v) Biaya Transportasi Untuk biaya transportasi akan dimasukan kedalam biaya variabel karena pada bisnis ini kendaraan akan diprioritaskan untuk aktivitas yang berhubungan dengan kelangsungan usaha produksi, seperti pengadaan bahan baku pakan konsentrat, pengantaran output (sapi potong) ke RPH dan lain lain. Semakin banyak populasi ternak yang dihasilkan maka kendaraan akan semakin banyak beroperasi. Konsumsi bahan bakar per keberangkatan adalah 15 liter/kendaraan. Harga solar dan bensin premium yaitu Rp 4.500/liter. Adapun rincian pengeluaran untuk biaya transportasi pada setiap tahun selama umur proyek disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Proyeksi Pengeluaran Biaya Transportasi Jumlah Harga Konsumsi Pengeluaran Total No Tahun BBM / BBM / Keberangkatan Liter keberangkatan Truk Minibus pick up Pengeluaran (Rp) (Liter) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) , ,792,500 4,792,500 4,792,500 14,377, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110, , ,370,000 8,370,000 8,370,000 25,110,000 vi) Biaya Karung Karung digunakan untuk mengemas pupuk kandang, semakin banyak populasi sapi maka jumlah karung yang dibutuhkan semakin bertambah. Harga karung adalah Rp 500/karung (25 Kg). Setiap ekor sapi menghasilkan pupuk kandang sebanyak 25 Kg/hari. Adapun biaya yang dibutuhkan untuk pembelian karung disajikan pada Tabel

105 Tabel 28. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pembelian Karung Populasi Produksi Lama Jumlah Harga Pengeluaran Sapi Pupuk Penggemukan Kebutuhan No Tahun Kandang (Rp/karung) (ekor) (hari) (Karung) (ekor/karung/hari) (Rp) , ,760, , , ,520, , , ,520, , , ,520, , , ,520, , , ,520, , , ,580, , , ,580, , , ,580, , , ,580,000 vii) Pajak Penghasilan Usaha Besarnya pajak yang dikeluarkan tergantung dari perolehan laba perusahaan setiap tahunnya. Rujukan penghitungan pajak penghasilan diperoleh dari laporan laba rugi yang dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah contoh perhitungan besarnya jumlah pajak yang harus di bayarkan jika labanya Rp : = {[Rp x 10 %] + [Rp x 15 %] + [(Rp Rp ) x 30%]} = Rp Rp Rp = Rp Analisis Laba Rugi Dalam penyusunan laporan laba rugi terdapat komponen biaya penyusutan yang didapat dari investasi, Besarnya biaya penyusutan per tahun yaitu Rp (Tabel 29). Rumus yang akan digunakan yaitu dengan metode penghitungan garis lurus. Penyusutan per Tahun = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai 87

106 Tabel 29. Biaya Penyusutan Pertahun No Jenis Investasi Nilai Beli Umur Pakai Penyusutan Nilai Sisa (Rp) (Tahun) per Tahun (Rp) 1 Pendirian PT 8,000, , Perizinan Usaha 5,000, , Perbaikan Jalan 200,000, ,000, Perbaikan Jembatan 200,000, ,000, Instalasi Listrik, Air, dan Tlp 50,000, ,000, Kandang 1,428,000, ,800, Gudang Pakan 240,000, ,000, Loading Yard 40,000, ,000, Kolam Pengolahan Limbah 9,600, , Kantor 18,000, ,800, Mess 27,000, ,700, Timbangan 50,000, ,000, Ear Tag 20,000, ,000, Gerobak 2,550, , Cangkul 240, , , Ember 200, , Sikat Kandang 200, , Sodokan Pakan 50, , Sepatu Boot 400, , , Sapu Lidi 18, , Kitchen Set 1,000, , , Komputer 5,000, ,000, Meja Kantor 1,500, ,000 1,000, Kursi Kantor 900, , , Kalkulator 300, , Alat Tulis Kantor 1,500, ,500, Mobil Truk 300,000, ,000, ,000, Mobil Mini Bus 140,000, ,000,000 70,000, Mobil Pick Up 90,000, ,500,000 45,000,000 Total Penyusutan per Tahun 259,419,667 Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan laba usaha setiap tahunnya. Rincian perhitungan laba rugi dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4, perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan berpengaruh juga terhadap Cashflow. Rata rata laba rugi per tahun yang diperoleh dari skenario I dan skenario II masing-masing yaitu Rp dan Rp Berdasarkan data terlihat bahwa dengan analisis laba rugi pada skenario I, pihak manajemen PT 88

107 ZDI mendapatkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan laba yang diperoleh dari skenario II. Hal ini dikarenakan pada skenario I tidak dibebani oleh biaya bunga pinjaman modal kepada Bank. Pada Tabel 30 terlihat perbandingan antara laba rugi skenario I dan Skenario II yang telah dikutip dari lampiran. Tabel 30. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT Zagrotech Dafa International. Nilai No Tahun Skenario I (DF 7 %) Skenario II (Df 13 %) (Rp) (Rp) ,754,806,087-3,123,935, ,949, ,586, ,949, ,438, ,949, ,350, ,949, ,591, ,949, ,463, ,134, ,494, ,134, ,699, ,134, ,701, ,592,549,106 2,550,408,661 Rataan 527,189, ,579, Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International Analisis kelayakan finansial digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan pendirian PT Zagrotech Dafa International, metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan finansial adalah metode penilaian investasi yang meliputi analisis NPV, IRR, Net B/C, serta PP. Analisis kelayakan ini menggunakan dua skenario yaitu modal sendiri dan mendapatkan pinjaman dari Bank sebesar Rp Rincian perhitungan cashflow kedua skenario tersebut dapat dilihat pada lampiran 3 (skenario I) dan lampiran 5 (skenario II). Hasil analisis kelayakan finansial pengusahaan PT Zagrotech Dafa International kedua skenario yang telah dikutip dari lampiran 3 dan 5 dapat dilihat pada Tabel

108 Tabel 31. Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian Skenario I (DF 7 %) Skenario II (DF 13 %) 1 NPV Rp4,473,018,300 Rp186,799,039 2 Net B/C IRR 37% 15% 4 PP Berdasarkan Tabel 31, terlihat bahwa hasil NPV skenario I pada tingkat diskonto 7 persen memiliki nilai yang lebih besar dari pada nol. Hal ini menunjukan bahwa pengusahaan PT Zagrotech Dafa International menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat sebesar Rp selama jangka waktu 10 tahun. Nilai Net B/C skenario I adalah 2,92 atau lebih besar dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini untuk Pengusahaan PT Zagrotech Dafa International sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 2,92. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, pengusahaan PT Zagrotech Dafa International layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh dari skenario I yaitu 37 persen. Nilai ini berada diatas nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 7 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, terlihat bahwa skenario I akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan usaha berjalan selama 3 tahun 5 bulan. Hal ini berarti menunjukan usaha ini layak karena pengembalian investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir. NPV skenario II pada tingkat diskonto 13 persen memiliki nilai yang lebih besar dari pada nol. Hal ini menunjukan bahwa pengusahaan PT Zagrotech Dafa International menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat sebesar Rp selama jangka waktu 10 tahun. Nilai Net B/C skenario II adalah 1,07 atau lebih besar dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini untuk Pengusahaan PT Zagrotech Dafa International sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan 90

109 bersih sekarang sebesar Rp 1,07. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, pengusahaan PT Zagrotech Dafa International layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh dari skenario II yaitu 15 persen. Nilai ini berada diatas nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 13 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, terlihat bahwa skenario II akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan usaha berjalan selama 8 tahun 2 bulan. Hal ini berarti menunjukan usaha ini layak karena pengembalian investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir. Kedua skenario berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, namun jika dibandingkan antara skenario I dan skenario II maka skenario I lebih layak dibandingkan dengan skenario II. Hal ini dikarenakan NPV, IRR, dan Net B/C skenario I lebih besar dibandingkan dengan skenario II dan PP pada skenario I lebih cepat dibandingkan dengan skenario II Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga output dan biaya sehingga keuntungan mendekati normal dimana NVP sama dengan nol, IRR sama dengan diskon faktor yang berlaku dan Net B/C sama dengan satu. Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan penjualan sapi potong serta peningkatan biaya pembelian bakalan sapi. Untuk mengetahui resiko mana yang lebih sensitif (peka) terhadap perubahan parameter tersebut, maka perlu dibandingkan analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value skenario I dan skenario II. Hasil analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value dapat dilihat pada Tabel

110 Tabel 32. Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan skenario II No Parameter yang Berubah Skenario I Skenario II 1 Maximum Peningkatan Harga Biaya Bakalan Sapi 7.88% 4.26% 2 Maximum Penurunan Penjualan Sapi Potong 5.26% 2.98% Pada Tabel 32 terlihat bahwa persentase maximum peningkatan harga biaya bakalan sapi untuk skenario I yaitu sebesar 7,88 persen. Sedangkan persentase maximum penurunan penjualan sapi potong yaitu sebesar 5,26 persen. Pada skenario ini perubahan parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif (peka) dibandingkan perubahan parameter peningkatan harga bakalan sapi. Persentase maximum peningkatan harga biaya bakalan sapi untuk skenario II yaitu sebesar 4,26 persen. Sedangkan persentase maximum penurunan penjualan sapi potong yaitu sebesar 2,98 persen. Pada skenario ini perubahan parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif (peka) dibandingkan perubahan parameter peningkatan harga bakalan sapi. Penilaian secara umum menunjukan bahwa skenario II lebih sensitif terhadap perubahan perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga bakalan sapi ataupun penurunan penjualan sapi potong. Persentase terhadap parameter tersebut merupakan persentase maximum yang dapat ditolelir oleh PT Zagrotech Dafa International. Apabila persentase penurunan penjualan sapi potong dan peningkatan harga bakalan sapi mengalami peningkatan lebih besar dari persentase diatas, maka PT ZDI tidak mendapatkan keuntungan. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh habis digunakan untuk menutupi seluruh biaya kegiatan usaha penggemukan sapi potong (fattening). 92

111 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI), diantaranya yaitu : 1) Hasil analisis aspek pasar menjelaskan bahwa usaha ini layak karena Potensi pasar dan pangsa pasar dinilai memadai untuk pemasaran produk. Análisis aspek teknis menjelaskan bahwa usaha ini layak karena perusahaan telah memilih lokasi yang tepat serta memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap. Pada aspek manajemen menjelaskan bahwa usaha ini layak karena bentuk badan usaha yang digunakan sangat tepat serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga memberikan kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan. Berdasarkan analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena memberikan dampak yang positif kepada masyarakat sekitar. 2) Hasil analisis aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa kedua skenario yaitu skenario I (modal sendiri) dan skenario II (modal pinjaman) layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan kedua skenario memiliki nilai NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan PP berada sebelum masa proyek berakhir. 3) Hasil analisis sensitivitas switching value dengan dua variabel parameter yaitu peningkatan harga bakalan dan penurunan penjualan sapi potong menunjukan bahwa variabel parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif (peka) terhadap perubahan harga. Dari kedua skenario menunjukan bahwa skenario II (modal pinjaman) lebih sensitif (peka) terhadap perubahan perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga bakalan sapi ataupun penurunan penjualan sapi potong. Hal ini dikarenakan besarnya persentase perubahan parameter tersebut lebih kecil dibandingkan persentase parameter lainnya.

112 8.2. Saran 1) PT Zagrotech Dafa International dalam melakukan usaha penggemukan sapi potong (fattening) sebaiknya menggunakan modal sendiri, karena berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial menggunakan modal sendiri lebih menguntungkan daripada melakukan pinjaman kepada Bank. 2) PT Zagrotech Dafa International dalam menjalankan usahanya harus selalu memperhatikan perubahan produksi dan harga bakalan sapi, karena berdasarkan perhitungan sensitivitas switching value pada kedua skenario yang dilakukan diketahui terdapat suatu kondisi yang menjadikan pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening) menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Sebaiknya perusahaan mengembangkan dan memanfaakan limbah kotoran sapi untuk diproses menjadi biogas yang berguna bagi perusahaan untuk digunakan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. 94

113 DAFTAR PUSTAKA [APFINDO] Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia Kesiapan dan Peran Asosiasi Indutri Ternak Menuju Swasembada Daging Sapi Tahun Makalah Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia. Bogor. Dekayanti Analisis Potensi Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Kota Tanggerang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Peternakan Pencapaian Swasembada Daging Sapi. Jakarta. Ferdiman Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong PT. Kariyana Gita Utama. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger, J. Price Analisa Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. Husnan S, Muhammad S. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. UPP. Yogyakarta. Kadariah et al Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta. Kotler P Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Gramedia. Jakarta. Kuntjoro Kelayakan Finansial Proyek. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Murtidjo, Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. Prawirokusumo S Ilmu Usahatani. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada. Yogyakarta. Putria R Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan pembibitan (Breeding) Sapi Potong [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ratnianti NK Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saragih B Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Studi Pembangunan. IPB Bogor.

114 Sahat SF Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di Wilayah DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siregar SB Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng YB Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Suharno B, Nazaruddin Ternak Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. Williamson, Payne Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajahmada University Press. Yogyakarta. 96

115 LAMPIRAN

116 Lampiran 1. Kuesioner A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ZDI B. Aspek Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong pada PT ZDI NO 1 Aspek Pasar : KRITERIA ASPEK KELAYAKAN Pasar Potensial Pangsa Pasar Permintaan dan Penawaran Produk : Bakalan dari mana Jenis Bakalan Umur bakalan Grading Sapi Potong PT ZDI Harga : Harga Bakalan Harga Jual/Kg/Ekor Harga Grading Saluran Distribusi/Pemasaran Strategi Perusahaan/Promosi URAIAN 98

117 Pesaing/Persaingan Perusahaan Rencana/Proyeksi Penjualan 2 Aspek Teknis : Lokasi Proyek Fasilitas Transportasi Ketersediaan Bahan Mentah (ada biaya pengangkutan/tidak) Luas Lahan PT ZDI, kandang, Gudang pakan dll Tenaga Listrik Tenaga Air Supply Tenaga Kerja Skala Produksi (Jumlah Ternak/Tahun/Periode) Bentuk Bangunan Kandang Kapasitas Kandang Jenis Kandang Jumlah Kandang Luas Kandang Mesin/alat yang digunakan (peralatan&perlengkapan) Proses Produksi (awal panen) Jadwal Kerja Teknologi Layout Lahan Lokasi Proyek, Lahan Pabrik, kandang & fasilitas fasilitas lainnya 3 Aspek Manajemen : Manajemen Pembangunan Proyek : Kapan Proyek Dimulai 99

118 Perkiraan Waktu Proyek Selesai Siapa yang melakukannya Pengawasan Manajemen Dalam Operasi : Bentuk Badan Usaha (SIUP) Jenis Jenis Pekerjaan (Job Description) Syarat syarat yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut Struktur Organisasi Penyediaan Tenaga Kerja Sistem Pembagian Kerja Sistem Kompensasi 4 Aspek Sosial : Dampak Usaha Terhadap PT ZDI Dampak Usaha Terhadap Masyarakat Dampak Usaha Terhadap Lingkungan 5 Aspek Finansial : Sumber Modal Harga Tanah per M 2 /Sewa tanah Pembuatan Jalan Pinjaman Produksi Total Biaya Peralatan Biaya Perlengkapan Biaya Tenaga Kerja 100

119 C. Biaya Investasi Penggemukan Sapi Potong (fattening) pada PT ZDI Umur Harga/ No Uraian Jumlah Ekonomis Unit (Rp) Total (Rp) 1 Biaya Pembuatan kandang Sapi 2 Biaya Pembuatan Mess & Kantor 3 Biaya Pembuatan Gudang Pakan Biaya Pembelian Peralatan 4 (erteg, pagar, loading yard, Cangkul, gerobak, tangki air dll) 5 Biaya Pembelian Perlengkapan Kolam pengolahan limbah 6 Biaya Pembelian Kendaraan 7 Biaya Perbaikan Jalan 8 Biaya Instalasi Air 9 Biaya Instalasi Listrik/ kapasitas listrik 10 Biaya Instalasi Telephone 11 Biaya Perizinan Usaha Total Biaya D. Biaya Tetap Penggemukan Sapi Potong (fattening) pada PT ZDI per Tahun No Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan Total (Rp) (Rp) 1 Gaji Karyawan 2 Telephone 3 Listrik 4 Air 5 ATK (Alat Tulis Kantor) 6 PBB (Pajak Bumi & Bangunan) 7 Asuransi Total Biaya 101

120 E. Biaya Variabel Penggemukan Sapi Potong (fattening) pada PT ZDI Harga/Satuan No Uraian Jumlah Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Bakalan Sapi 2 Pakan Sapi 3 Buruh Tidak Tetap 4 Obat obatan Ternak 5 Kompensasi Karyawan 6 Surat Jalan 7 BBM Total Biaya F. Nilai Penyusutan Barang pada PT ZDI per Tahun No Uraian Nilai Beli Nilai Sisa (Rp) (Rp) 1 Kandang 2 Gedung Kantor 3 Gudang Pakan 4 Peralatan 5 Perlengkapan 6 Kendaraan 7 Instalasi Air 8 Instalasi Listrik 9 Instalasi Telephone Total Biaya Umur Ekonomis Total Penyusutan (Rp) 102

121 Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Modal Sendiri (Skenario I) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang Total Inflow II Outflow 1) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB f) Penyusutan Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel Total Outflow III Laba Sebelum Pajak IV Pajak Pendapatan Usaha V Laba Bersih

122 Lampiran 3. Laporan Cashflow Modal Sendiri (Skenario I) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Modal Sendiri ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 7 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP Rp % , Rp ,50

123 Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Modal Pinjaman Dari Bank (Skenario II) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang Total Inflow II Outflow 2) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB f) Penyusutan Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel Total Outflow III Laba Sebelum Bunga & Pajak IV Biaya Bunga V Laba Sebelum Pajak VI Pajak Pendapatan Usaha VII Laba Bersih

124 Lampiran 5. Laporan Cashflow Modal Pinjaman Dari Bank (Skenario II) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Pinjaman ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB f) Angsuran Pinjaman Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 13 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP Rp % , Rp ,15

125 Lampiran 6. Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan Sapi Sebesar 7,88 % Modal Sendiri (Skenario I) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Modal Sendiri ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 7 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP (Rp0) 7% Rp ,27

126 Lampiran 7. Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi Potong Sebesar 5,26 % Modal Sendiri (Skenario I) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Modal Sendiri ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 7 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP Rp0 7% Rp ,29

127 Lampiran 8. Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan Sapi Sebesar 4,26 % Modal Pinjaman (Skenario II) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Pinjaman ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB f) Angsuran Pinjaman Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 13 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP Rp0 13% Rp ,05

128 Lampiran 9. Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi Potong Sebesar 2,98 % Modal Pinjaman (Skenario II) No URAIAN TAHUN I Inflow 1) Penjualan Sapi Potong ) Penjualan Pupuk Kandang ) Pinjaman ) Nilai Sisa Total Inflow II Outflow 1) Biaya Investasi a) Sarana & Prasarana b) Bangunan c) Peralatan d) Perlengkapan e) Kendaraan Total Biaya Investasi ) Biaya Tetap a) Sewa Tanah b) Gaji c) Tlp & Listrik d) Pemeliharaan Alat & Bangunan e) PBB f) Angsuran Pinjaman Total Biaya Tetap ) Biaya Variabel a) Bakalan Sapi b) Pakan c) Obat - obatan d) Surat jalan e) Transportasi f) Karung Total Biaya Variabel ) Pajak Pendapatan Usaha Total Outflow III Net Benefit DF 13 % 0, , , , , , , , , , PV per Tahun NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata - Rata / Tahun PP Rp0 13% Rp ,08

129 Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International Oleh : Arief Rivai H Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

130 Latar Belakang Kebutuhan Produk Asal Hewani Meningkat Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Protein Hewani Daging sapi Merupakan Alternatif Pilihan Masyarakat Tabel 1. Neraca Daging Nasional Tahun N o Komoditi 2007 (ribu ton) 2008 (ribu ton) Produksi Konsumsi Produksi Konsumsi 1 Daging Sapi 203,5 242,8 211,3 250,5 2 Daging Kambing 34,5 35,1 37,6 38,2 3 Daging Ayam 683,3 687,8 716,3 720,7 4 Daging Babi 138,6 140,2 144,5 146,2 5 Total 1.059, , , ,6 Sumber : Ditjen Peternakan (2009)

131 Perumusan masalah Indonesia Pada Saat Ini Masih Mengalami Kekurangan Pasokan Sapi Potong Salah Satu Upaya Peningkatan Produksi Sapi Potong Yaitu Dengan Usaha Penggemukan PT ZDI Berencana Mendirikan Usaha Di Bidang Penggemukan Sapi Potong, Bakalan Sapi Yang Akan Dibudidayakan Yaitu Impor Dari Australia Rencana Usaha Ini Membutuhkan Biaya Yang Besar Sehingga PT ZDI Memiliki Alternatif Pilihan Dalam Pengadaan Modal Usaha Yaitu Modal Pinjaman Dari Bank. Berdasarkan Kemungkinan Penggunaan Modal Tersebut, Maka Perlu Dirumuskan Modal Yang Memberikan Keuntungan Maksimum Bagi Perusahaan.

132 Lanjutan Bagaimana Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International Dilihat Dari Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Sosial? Bagaimana Kelayakan Aspek Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International? Bagaimana Sensitivitas Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International Jika Terjadi Penurunan Produksi Dan Peningkatan Biaya Harga Bakalan Sapi?

133 Tujuan Penelitian : Menganalisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International Dilihat Dari Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, Dan Aspek Sosial? Menganalisis Kelayakan Aspek Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International? Menganalisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Di PT Zagrotech Dafa International?

134 Kerangka Pemikiran Operasional Konsumsi Daging Sapi Potong Yang Semakin Meningkat dan Pertumbuhan Populasi Sapi Potong Yang Cenderung Statis PT Zagrotech Dafa International Merencanakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen dan Aspek Sosial Skenario Modal Analisis Kelayakan Aspek Finansial Kriteria Kelayakan Investasi NPV, IRR, Net B/C, PP Analisis Sensitivitas Switching Value Usaha PenggemukanSapi Potong (Fattening) Layak/Tidak Layak Untuk Dijalankan

135 Metode Analisis Data Analisis Kualitatif / Deskriptif Analisis Kuantitatif / Microsoft Excel Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial Aspek Finansial : NPV IRR Net B/C PP Analisis Sensitivitas Switching Value

136 Analisis Aspek Pasar Potensi Pasar (Market Potential) Tabel 2. Jumlah Penduduk Jabotabek (000 jiwa) No Wilayah SP 1961 SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP Jakarta 2.906, , , ,40 2 Bogor 1.257, , , , ,30 3 Tanggerang 817, , , , ,20 4 Bekasi 669,70 803, , , ,60 5 JABOTABEK 5.651, , , , ,50 Sumber : BPS DKI Jakarta Keterangan : SP (Sensus Penduduk)

137 Lanjutan Tabel 3. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi Jabotabek No Tahun Produksi (ton) Konsumsi (ton) Impor Jumlah (ton) Persentase (%) , ,0 50, , ,0 50,23 3 Rataan , ,5 50,21 Strategi Pemasaran (4 P) : Produk (Product) Harga (Price) Saluran Distribusi (Place) Promosi (Promotion)

138 Analisis Aspek Teknis Lokasi Proyek Sarana & Prasarana Proses Produksi Pemeliharaan Pemberian Pakan & Air Minum Kesehatan Ternak

139 Analisis Aspek Manajemen Manajemen Pembangunan Proyek Manajemen Dalam Operasi

140 Analisis Aspek Sosial Mencegah Terjadinya Pencemaran Lingkungan Pemkab Bogor (Potensi Peternakan Berkembang) Membuka Lapangan Pekerjaan

141 Analisis Aspek Finansial Analisis Laba Rugi Tabel 4. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT ZDI No Tahun Skenario I (DF 7%) (Rp) Nilai Skenario II (DF 13%) (Rp) Rataan

142 Lanjutan Analisis Kelayakan Finansial Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT ZDI N o Kriteria Kelayakan Skenario I (DF 7%) (Rp) Hasil Penilaian Skenario II (DF 13%) (Rp) 1 NPV Rp Rp Net B/C 2,92 1,07 3 IRR 37 % 15 % 4 PP 3,5 8,2

143 Lanjutan Analisis Switching Value Tabel 6. Hasil Analisis Switching Value Skenario I & II No Parameter Yang Berubah Skenario I Skenario II 1 Max Peningkatan Harga Bakalan Sapi 7,88 % 4,26 % 2 Max Penurunan Penjualan Sapi Potong 5,26 % 2,98 %

144 Kesimpulan Berdasarkan Hasil Analisis Kelayakan Usaha Yang Meliputi: Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek Finansial Maka Usaha Pengemukan Sapi Potong PT ZDI Layak Untuk Dijalankan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia Jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia terdiri dari sapi lokal dan sapi impor yang telah mengalami domestikasi dan sapi yang mampu beradaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi Pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa dan diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku petani yang mengusahakan. Perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Bibit ternak, dari segi usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) BAB VI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) Agung Hendriadi, Prabowo A, Nuraini, April H W, Wisri P dan Prima Luna ABSTRAK Ketersediaan daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci