Studi Perencanaan dan Uji Model Hidrolika Fishway Pada Bendung Gerak Sembayat. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)
|
|
- Yenny Yuliana Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Studi Perencanaan dan Uji Model Hidrolika Fishway Pada Bendung Gerak Sembayat Mona Is Aziza, Nadjadji Anwar, Danayanti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya monaisaziza@gmail.com Abstrak Bendung adalah bangunan air yang dibuat melintang sungai, membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air di bagian hulu. Konstruksi bendung menyebabkan sifat kemenerusan (flow) sungai akan terinterupsi. Akibatnya, sungai menjadi alur aliran yang terpotong-potong. Alur yang terpotong ini menyebabkan perubahan keseimbangan alam, baik abiotik (fisik) maupun biotik (bioekologis). Keseimbangan abiotik akan terganggu, misalnya sedimen akan tertahan di bagian hulu dan erosi terjadi di bagian hilir dan terjadi defisit air di bagian hilir. Keseimbangan biotik juga terganggu, misalnya dengan terputusnya alur nutrisi dan jalur migrasi fauna air sungai. Dengan permasalahan yang ada maka diharapkan ikan dan habitat akuatik lainnya dapat melalui rintangan tersebut (tubuh bendung). Fishway didesain sesuai kapasitas ekologi serta kapasitas kriteria bendung itu sendiri. Dari hasil analisa,desain vertical slot dengan bentuk saluran bersekat dianggap memenuhi kriteriakriteria tersebut. Sesuai kebutuhan migrasi ikan dan kesesuaian deesain maka didapatkan saluran fishway dengan ukuran panjang 23,75 m, lebar 1,5 m dan tinggi sekat bervariasi secara berjenjang dari ukuran 1 m hingga 1,35 (terdapat 20 sekat). Fishway ini memiliki debit aliran sebesar 0,115 m 3 /det sehingga dapat dilalui oleh ikan-ikan jenis perenang sedang hingga cepat. Keyword : Bendung, Bendung Gerak, Ekosistem, Fishway, Pool Passage 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Bengawan Solo merupakan sungai terbesar nomor satu di Pulau Jawa, dan bagian hilir sungai tersebut melewati beberapa Kabupaten di antaranya adalah sebelah utara kabupaten Gresik hingga kabupaten Lamongan,seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Sungai Bengawan Solo hilir ini memiliki daerah aliran sepanjang km serta mengaliri wilayah utara kabupaten Gresik dan beberapa kecamatan di Kabupaten Lamongan dengan debit rata-rata 391,7 m 3 /det. Akan tetapi, jika musim kemarau, debit andalan tersebut tidak dapat terpenuhi dan mengakibatkan sungaisungai di sekitarnya mengalami kekeringan. Mengingat bahwa kawasan gresik utara hingga lamongan ini dekat dengan pantai, maka pada musim kemarau,air laut akan mengisi sungaisungai yang kering tersebut. Sehingga pasokan air bersih dan air tawar menjadi sulit. SUNGAI BENGAWAN Gambar 1.1 Wilayah Gresik bagian utara dan Kabupaten Lamongan yang dilalui Sungai Bengawan Solo hilir (Sumber: Google Earth) Berdasarkan studi sebelumnya telah direncanakan pembangunan Bendung Gerak Sembayat yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan air bersih dan tawar saat musim kemarau, meminimalisasi bahaya banjir saat musim hujan dan untuk perbaikan sistem irigasi bagi petani. Rencana pembuatan bendung gerak ini berada pada DAS Bengawan Solo hilir yang terdapat berbagai ekosistem ikan lokal yang bernilai ekonomis penting seperti Wagal (Pangasius polyuranodon),tawes (Barbodes gonionotus), Tagih (Mystus nemurus), Jambal (Pangasius nasutus), Lumbet (Cryptopterus spp), Lemper (Notopterus notopterus), Bendol (Barbichthys laevis), Seren (Cyclocheilichthys sp), Betutu (Oxyeleotris marmorata), Kutuk (Channa striata), Sepat (Trichogaster trichopterus), Sili (Macrognathus aculeatus) [1]. Jenis ikan besar antara lain Jambal dan Tagih banyak ditemukan di lubuk sungai terutama saat musim kemarau. Sedangkan perairan di daerah Lamongan dan Gresik sudah banyak dipengaruhi pasang surut air laut, sehingga banyak pertambakan yang membudidayakan ikan Bandeng dan Mujair karena sering kali ikan tersebut lepas ke perairan umum. Bendung adalah bangunan air yang dibuat melintang sungai, membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air di bagian hulu. Konstruksi bendung umumnya dibuat dari urukan tanah, pasangan batu kali, atau beton. Bendung
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) tidak didesain untuk menampung air. Namun, hanya menaikkan level muka air. Dengan naiknya level muka air, air sungai dapat dimanfaatkan untuk irigasi di bagian hilir. Dengan dibangunnya bendung ini, sifat kemenerusan (flow) sungai akan terinterupsi. Akibatnya, sungai menjadi alur aliran yang terpotong-potong. Alur yang terpotong ini menyebabkan perubahan keseimbangan alam, baik abiotik (fisik) maupun biotik (bio-ekologis). Keseimbangan abiotik akan terganggu, misalnya sedimen akan tertahan di bagian hulu dan erosi terjadi di bagian hilir, defisit air di bagian hilir. Keseimbangan biotik juga terganggu, misalnya dengan terputusnya alur nutrisi dan jalur migrasi fauna air sungai [2]. Pembangunan Bendung Gerak Sembayat pada Sungai Bengawan Solo Hilir yang terletak di Kecamatan Sembayat, Gresik ini juga dapat menyebabkan populasi ikan di daerah DAS Bengawan Solo Hilir terancam kelangsungan ekosistemnya. Air di hulu sungai akan berubah dari air payau ke air tawar setelah terbangunnya konstruksi bendung. Oleh karena itu, ekologi ikan akan berubah. Ikan yang hidup di air payau tidak bisa hidup hanya di hilir bendung tersebut. Tangga ikan akan diperlukan untuk ikan-ikan disana (bendung gerak sembayat) karena mereka tidak dapat hidup di reservoir [3]. Konstruksi fisik hidraulis lainya yang tidak memperhatikan kelestarian berbagai jenis ikan-ikan yang memanfaatkan sungai sebagai habitat asli ataupun bagian dari siklus hidup ikan-ikan di perairan tersebut. Bendung-bendung yang ada di Indonesia umumnya sama sekali tidak atau belum dilengkapi dengan tangga ikan atau fishtrack atau fishpassage atau fishway. Desain seperti itu mengakibatkan ikan-ikan dan fauna sungai lainnya akan punah, daur hidupnya terputus karena pada umunya ikan-ikan ini tidak mampu melewati mercu bendung yang tingginya rata-rata 1-10 meter. Kondisi seperti itu merupakan sebagian dari bukti pembangunan sungai selama ini masih menggunakan konsep hidraulis murni tanpa pertimbangan ekologi. Dengan kondisi seperti itu diharapkan ikan dan habitat aquatik lainnya dapat melewati rintangan tersebut. Tangga ikan dapat didesain secara sederhana dengan parit kecil, bangunan tangga, atau secara modern dengan bangunan lift naik turun. Gambar 1.2 Macam-macam bentuk Fishway (Sumber: 2.1 Diagram Alir 2. METODOLOGI Gambar 2.1 Diagram Alir
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) PEMBAHASAN 3.1 Debit Andalan Dalam perhitungan debit andalan ini,digunakan Metode Debit Rata-rata Minimum sebagai dasar perhitungannya. Metode ini sesuai dengan daerah penelitian yaitu daerah aliran sungainya memilikifluktuasi debit maksimum dan debit minimum yang tidak terlalu besar daru tahun ke tahun serta kebutuhannya relatif konstan sepanjang tahun [4]. Tabel 4.1. Debit rata-rata bulanan dari Stasiun Babat Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Sumber : Appendix design BGS Diketahui debit maksimum harian yang masuk ke Bendung Gerak Sembayat adalah : n = 24 tahun = 8760 hari R = Q max Q min = 1687,20 0 = 1687,20 m3/dt K = 1 +3,3322 log n = 14, Interval = R / K = 119 Dari perhitungan di atas maka didapat hasil frekuensi dan frekuensi kumulatif seperti pada table dibawah ini. Tabel 4.2. Tabel perhitungan frekuensi kumulatif Interval (m3/dt) Titik Tengah Frekuensi Frekuensi kumulatif Prosentase Dari hasil Tabel 4.2 di atas maka didapatkan hasil duration curve yang kemudian diplotkan ke dalam grafik linear antara debit dan persentase frekuensi kumulatif Debit (m3/dt) Duration Curve 0 0,00 20,00 Persentase 40,00 Kumulatif 60,00 (% 80,00 ) 100,00 Gambar 4.1. grafik duration curve untuk debit andalan Perhitungan debit andalan dengan grafik yang didapat : Untuk 50%, maka nilai debit andalan : 986 m 3 /dt (harian) [5] 3.2 Analisa Kebutuhan Air (outflow) Kebutuhan Irigasi Bendung Gerak Sembayat ini direncanakan dapat mengairi sistem irrigasi persawahan pada Jero Swamp area sebesar ha dan sawah-sawah yang telah ditanami padi di bagian kiri tepi sungai hilir sebesar ha 1. Luas Lahan yang ditanami/yang diairi = ha ha = ha 2. Debit yang dibutuhkan = 1,75 liter per detik per hektar sawah ( estimasi-kebutuhan-debit-air-untuk.html) [6] 3. Debit yang dibutuhkan = ha x 1,75 l/detik/ha = ,75 l/detik Kebutuhan domestik dan industrial Air yang mengalir dari Bendung Gerak Sembayat (BGS) juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air domestik (rumah tangga) dan kebutuhan air untuk industri yang ada di sekitarnya. Untuk menghasilkan air bersih bagi : 1) Kabupaten Gresik = 2,13 m 3 /sec 2) Kota Surabaya bagian utara = 2,07 m 3 /sec 3) Kabupaten Bangkalan di Pulau Madura = 2,80 m 3 /sec Kebutuhan Perikanan Bendung Gerak Sembayat ini juga akan difungsikan untuk mengairi tambak ikan pada Kecamatan Bungah sebesar ha. Sedangkan kebutuhan air untuk perikanan ialah 15 l/dt/ha [7].
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Keb.air perikanan : ha x 15 l/dt/ha = l/dt = m 3 /dt Tabel 4.3. Tabel jenis dan jumlah kebutuhan air yang harus disediakan Bendung Gerak Sembayat No. Jenis Kebutuhan Air Jumlah Satuan 1 Irigasi m3/detik 2 domestik m3/detik 3 industri 7.00 m3/detik 4 perikanan m3/detik TOTAL KEBUTUHAN AIR m3/detik Sumber : Hasil perhitungan 3.3 Analisa Ketersediaan Air Analisa ini dilakukan untuk mengecek apakah outflow yaitu debit air andalan yang keluar dari bendung gerak Sembayat mencukupi untuk memenuhi debit kebutuhan irigasi, domestic, industrial dan perikanan. Dari selisih debit ketersediaan yang dihasilkan ini akan digunakan untuk mengecek ketersediaannya untuk mengairi fishway [8]. Ketersediaan Air = jumlah debit andalan kebutuhan air = 986 m 3 /det m 3 /det = m 3 /det Dari jumlah ketersediaan air yang ada maka dapat disimpulkan bahwa masih ada ketersediaan air untuk mengairi saluran fishway. 3.4 Pre-Eliminary Design Bendung Gerak Sembayat Pre-eliminary desain pada Bendung Gerak Sembayat perlu diketahui untuk memahami karakteristik bangunan bendung serta mengetahui ketersediaan lahan untuk Fishway. 3.5 Penentuan Fishway Karakteristik Habitat Ikan Telah terdapat beberapa studi tentang ekosistem ikan yang ada pada sungai bengawan solo bagian hilir. Penelitian Pada stasiun pengamatan didesa Nga`blak dan Simorejo (Tuban, Jawa Timur) banyak terdapat ikan local yang bernilai ekonomis penting yaitu Wagal (Pangasius polyuranodon), Tawes (Barbodes gonionotus), Tagih (Mystusnemurus), Jambal (Pangasius nasutus), Lumbet (Cryptopterus spp), Lemper (Notopterus notopterus), Bendol (Barbichthys laevis), Seren (Cyclocheilichthys sp), Betutu (Oxyeleotris marmorata), Kutuk (Channastriata), Sepat (Trichogaster trichopterus), Sili (Macrognathus aculeatus). Jenis ikan besar antara lain Jambal dan Tagih banyak ditemukan di Lubuk sungai terutama saat musim kemarau. Sedangkan di daerah Lamongan dan Gresik perairan sudah banyak dipengsaruhi pasang surut air laut, banyak pertambakan yang dipelihara ikan Bandeng dan Mujair sering kali ikan tersebut lepas ke perairan umum. Berikut adalah mikrohabitat beberapa spesies ikan yang terdapat pada Sungai Bengawan solo bagian Hilir : Tabel 4.4. Data jenis ikan yang terdapat pada Sungai Bengawan solo Hilir No. Nama Ikan Migrasi Ya Tidak 1 Bandeng (Chanos chanos) + 2 Belanak (Mugil cephalus) + 3 Bendol (Barbichthys laevis) - 4 Betutu (Oxyeleotris marmorata) - 5 Jambal (Pangasius nasutus) - 6 Kutuk (Channa striata) + 7 Lele (Clarias batrachus) + 8 Lemper (Notopterus notopterus) - 9 Lumbet (Cryptopterus spp) - 10 Sepat (Trichogaster trichopterus) + 11 Seren (Cyclocheilichthys sp) - 12 Sili (Macrognathus aculeatus) - 13 Tagih (Mystus nemurus) - 14 Tawes (Barbonymus gonionotus) + 15 Wagal (Pangasius polyuranodon) - Dari beberapa jenis tersebut maka dilakukan penelitian serta pengambilan sampel pada jenisjenis ikan yang melakukan migrasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Desember 2004 di Bengawan Solo Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data jenis ikan di Bengawan Solo. Dilakukan survei ke lapangan sebanyak lima kali yaitu bulan Mei, Agustus, September, Oktober dan Desember Stasiun pengamatan dipilih meliputi bagian hulu sampai hilir yaitu bagian hulu meliputi Waduk Gajah Mungkur dan sekitarnya, Bendung Colo (Sukaharja). Bagian Tengah meliputi Jurug (Solo), Tenggak (Sragen), Cemeng (Sragen). Bagian hilir meliputi Ngablak, Karang Binangun dan Ujung Pangkah Pengumpulan specimen ikan diambil dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap (Jaring, Jala, Strom, Cerok, Pancing). Dari beberapa jenis tersebut maka dilakukan penelitian serta pengambilan sampel pada jenisjenis ikan yang melakukan migrasi saja, maka didapat data anatomi seperti berikut yang selanjutnya bias digunakan sebagai acuan perencanaan :
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) N o. Tabel 4.5. Kriteria microhabitat beberapa spesies ikan pada Sungai Bengawan Solo Hilir Ikan Berimigrasi Yang 1 Bandeng (Chanos chanos) 2 Belanak (Mugil cephalus) 3 Kutuk (Channa striata) 4 Lele (Clarias batrachus) 5 Sepat (Trichogaster trichopterus) 6 Tawes (Barbonymus gonionotus) *diambil ukuran yang terbesar Ukuran Anatomi Kemampuan Berenang Ikan P* (c m) L* (c m) T* (c m) 30 6 pip ih pip ih 43 5 bul at 40 3 bul at 10 4 pip ih pip ih Kuat / Lemah /sedan g Ked alam an Air (m) sedang Kece patan Air (m/dt ) kuat sedang sedang kuat lemah Fishway Tipe Pool Passes Konsep Dasar Prinsip fishway tipe ini adalah dengan metode membagi-bagi head secara bertingkat dan meredam energy pada setiap tingkat, sehingga energi potensial air dapat terdisipasi secara bertahap selama mengalir melalui kolam kolam kecil pada saluran fishway ini. Migrasi ikan dari satu kolam menuju kolam berikutnya dilakukan dengan cara melewati lubang bukaan pada sekat melintang yang membatasi kolam satu dengan kolam berikutnya. Lubang bukaan dibuat di bagian bawah dan bagian atas. Kecepatan aliran yang cukup tinggi hanya terjadi pada lubang bukaan tersebut, dan ikan dapat beristirahat pada kolam setelah berenang menembus lubang bukaan. 3.7 Perencanaan dan Dimensi Tampak Atas Saluran fishway tipe pool passes ini bisanya berupa sauran memanjang yang berada di sisi bendung dengan sekat sekat yang membagi sehingga terlihat seperti kumpulan kolam-kolam kecil. Atau bisa juga berupa kurva yang berbelok hingga 180 derajat atau berbelok-belok sesuai kondisi topografi yang ada. Perencanaan inlet perlu didesain menghindari sudut mati (dead angles atau dead ends) yang dapat menyebabkan ikan terperangkap karena tidak ada air yang mengalir atau terjadi turbulen sehingga ikan tidak dapat naik ke hulu Tampak Memanjang Perbedaan tinggi muka air pada kolam satu dan kolam berikutnya menyeabkan terjadinya kecepatan aliran. Kecepatan aliran maksimum tidak boleh melebihi 2m/dt. Beda tinggi antar kolam maksimum adalah 0.20 m, namun disarankan untuk memakai beda tinggi 0.15 m. Kemiringan memanjang yang ideal untuk kolam fishway ini dapat dihitung berdasarkan beda tinggi antar muka air hulu dan hilir (h tot) dan panjang fishway (lb) I = h llll I = 2.92m m = Maka kemiringan memanjangnya 1: Untuk nilai lb = 1,00 s.d 2.25 meter, maka kemiringan memanjang fishway adalah antara I = 1:7 s.d 1:15 Kemiringan saluran fishway yang tinggi dapat dibuat dengan memendekkan fishway. Namun dengan kemiringan yang tinggi akan timbul turbulensi aliran yang tinggi pula. Turbulensi pada fishway yang pendek ini perlu diminimalisir. Jumlah kolam pada fishway tipe pool passes (n) dihitung berdasarkan beda tinggi antara muka air maksimum di hulu (pada areal genangan bendung) dengan muka air minimum di hilir (htot) dibagi dengan beda tinggi antar kolam ( h) yang diisyaratkan (0.15 meter). n = htttttt - 1 (5.9) h n = = kolam, dibulatkan 0.15 menjadi 19 kolam Perencanaan Hidrolik Fishway 1. Beda tinggi muka air antara muka air di hulu (reservoir) dan hilir berfluktuasi anatara htot1 = 2.92 m dan htot2 = 2.41 m. 2. Lebar kolam b = 1.5 m (berdasarkan rekomendasi untuk zona ikat trout) 3. Kedalaman air minimal (h) = 0.6 m 4. Permukaan dasar kolam dibuat kasar dengan meggunakan kerakal besar dari sungai setempat. 5. Sekat melintang didesain memiliki lubng bukaan bawah saja dengan dimensi bs = hs = 0.3 m
6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Jumlah kolam dihitung dengan beda tinggi antar kolam 0.15 m, maka menurut persamaan 5.9, maka Digunakan 19 kolam 7. Jika Kondisi muka air di hilir tinggi, maka dipakai h tot 2 dengan menggunakan 19 kolam diperoleh beda tinggi antar kolam h min = htttttt 2 n n= h tttttt h n= = kolam = = Berdasarkan rumus 5.10, kecepatan aliran yang melalui lubang bukaan bawah dihitung untuk h= 0.15 m (pada kondisi muka air di hilir rendah) Vs = 2ggh = 2 xx 9.81 xx = m/dt dan untuk h = 0.15 m (pada kondisi muka air hilir tinggi) Vs = 2ggh = 2 xx 9.81 xx 0.15 = m/dt Dengan demikian kecepatan aliran yang melalui lubang bukaan bawah masih lebih rendah dari Vmax = 2 m/dt 9. Berdasarkan persamaan 5.11 dengan koefisien debit Ψ = 0.75, maka debit aliran yang melalui lubang bukaan bawah Pada kondisi muka air di hilir rendah QQQQ max = ΨΨ. AAAA. 2gg. h = 0.75 xx 0.9 xx 0.15 = mm/dddd 11. Panjang kolam (menurut persamaan 5.14) Dengan tebal plank (d) = 0.1 m ρρ. gg. h. QQ (llll dd) = EE. bb. hmm Maka digunakan panjang tiap kolam 1.25 m = 1000 xx 9.81 xx 0.15 xx xx 1.5 xx llll = = 1.22 mm 12. Pada Kedalaman air di hilir 1,0 m, ketebalan lapisan dasar kolam 20 cm, dan beda tinggi muka air h = 0.15,maka tinggi sekat melintang bagian hilir hw = = 1.35 m,maka tinggi sekat bagian hulu hw = = 1 m Gambar 4.3. Penampang memanjang fishway tipe pool passes (gambar lengkap terdapat pada Lampiran 5.1) Gambar 4.4. Bagian-bagian fishway tipe pool passes Pada kondisi muka air di hilir tinggi QQQQ min = ΨΨ. AAAA. 2gg. h = 0.75 xx 0.9 xx = mm/dddd 10. Tinggi muka air minimum pada setiap kolam adalah hmm = h + h 2 = = mm Penempatan Fishway Pada Bendung Fishway pada umumnya terletak di sisi bendung. Pada studi perencanaan kali ini fishway diletakkan di bagian kanan bendung dari muka hulu. Fishway ini direncanakan menmpati area kosong dekat water channel milik Bendung Gerak Sembayat. Adapun rencana \penempatannya adalah sebagai berikut :
7 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Sebangun kinematis, yaitu sebangun gerakan. Perbandingan yang digunakan adalah Waktu, Kecepatan dan Debit. 3. Sebangun dinamis, yaitu kesebangunan gaya-gaya yang terjadi bila gerakannya sebangun kinematis, dan rasio dari massa yang bergerak serta gaya penyebabnya sudah homolog besarnya. Lp Skala n L = 15 = = 15 Lp = 15 Lmm Fr = Vm g.hm = Vp g.hp Lm nv = Vp = g.hp = 15 = 3,87 Vm g.hm 1 Qm Am = Qp Ap g.hm g.hp Gambar 4.5. Layout rencana lokasi fishway pada sisi bendung (Sumber : Perencanaan) QQmm QQp gg. Hp = gg. Hmm AAmm AAp Qp n Q = = Ap g.hp = (15)2 Qm Am g.hm 1 15 = 870,75 1 Gambar 4.6. Potongan memanjang rencana lokasi fishway pada sisi bendung (Sumber : Perencanaan) 3.8 Flow Similiarity pada Model Tes Hidrolika Berskala Yang dimaksudkan dengan kesebangunan tersebut adalah : 1. Sebangun geometris, disebut juga dengan sebangun bentuk. Yaitu perbandingan antara ukuran analog prototipe dengan model harus sama besarnya. Perbandingan yang digunakan adalah Panjang, Luas dan Volume. nll = Lp ukuran ddi proddoddype = Lmm ukuran ddi mmoddell Semua ukuran pada titik sembaran di model dan prototipe harus mempunyai skala yang sama. Sebangun geometris sempurna tidak selalu mudah dicapai, sehingga kekasaran permukaan dari model yang kecil tidak mungkin merupakan hasil dari skala model, tetapi hanya dibuat permukaan yang lebih licin daripada prototipe. Gambar 4.7. Model test hidrolika fishway berskala (Sumber : Hasil Percobaan) Gambar 4.8. Model test hidrolika fishway berskala (Sumber : Hasil Percobaan)
8 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Pada percobaan ini dilakukan dua tahapan analisa yaitu : 1. Kesinambungan ekologi dengan rancangan fishway yang dibuat. Percobaan ini memberikan gambaran tentang perilaku ikan dalam kolam fishway serta kemampuan berenang ikan. Debit yang dipakai untuk mengaliri fishway telah disesuaikan dengan metode flow similiarity. Debit actual = m3/det = 115 l/det Debit pada model test = 115 = ll = mmll Debit yang mengalir pada model test ternyata dapat dilalui oleh ikan.. yang memiliki kemampuan renang sedang. Hal ini menjadi referensi tentang keadaan di lapangan dalam penggunaan fishway tersebut. 2. Pengamatan aliran air yang melewati lubanglubang sekat yang dibuat. Untuk menajdikan aliran air ini mudah diamati maka diberi cairan KMnO4. Gambar 4.9. Percobaan Aliran air pada fishway menggunakan cairan KMnO4 (Sumber : Hasil Percobaan) Dari percobaan model tes hidrolika ini dilakukan pengamatan terhadap tinggi muka air pada tiap sekat. Tinggi muka air di tiap sekat ini diukur di bagian hulu sekat dan hilir sekat. Bagian Bagian Gambar Bagian hulu dan hilir pada sekat fishway yang diamati dan diukur Maka, didapat hasil pengamatan tinggi muka air di sekat dan volume tiap kolam sebagai berikut : Tabel 4.8. Tinggi Muka Air pada Sekat Fishway saat pengamatan Nomer Sekat Hulu Hilir Datum Tinggi Muka Air Hulu Tinggi Muka Air Hilir cm cm cm cm cm Sumber : Hasil pengamatan dan pengukuran Tabel 4.9. Volume tiap-tiap kolam pada fishway saat pengamatan Kolam Volume cm Sumber : Hasil perhitungan
9 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) KESIMPULAN Dari tahap-tahap analisa,penentuan desain, perhitungan hingga pengamatan percobaan pada perencanaan fishway ini maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan debit andalan, maka didapatkan debit andalan 50% dari Bendung Gerak Sembayat (BGS) sebesar 986 m 3 /det. Debit yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan domestik-non domestik,irigasi serta perikanan sebesar 92,3942 m 3 /det. Serta dari perhitungan fishway tipe vertical slot didapatkan debit aliran sebesar m 3 /det. Dari analisa neraca air maka pemenuhan kebutuhan air di Bendung Gerak Sembayat adalah cukup. 2. Bendung Gerak sembayat memiliki tubuh bendung yang terdiri dari 7 pintu dengan lebar 20 m masing-masing pintu dan panjang keseluruhan bendung adalah 205 m. Berdasarkan analisa ekologi dari berbagai sumber,bangunan bedung gerak ini memerlukan fishway untuk mengendalikan laju migrasi ikan dari hilir ke hulu akibat pembangunan bendung yang melintang sungai ini. 3. Berdasarkan kebutuhan ekologinya,ditentukan desain yang dipakai ialah pool passes. Saluran yang berupa rangkaian sekat hingga membentuk kolam-kolam ini sesuai dengan kebutuhan serta kemudahan penerapannya di lapangan. 4. Saluran fishway ini memiliki 19 kolam yang dirangkai oleh sekat-sekat dengan dimensi panjang 23,75 m, lebar 1,5 m dan tinggi sekat bervariasi secara berjenjang dari 1 m hingga 1,35 m sebanyak 20 sekat. Sekat-sekat tersebut memiliki lubang bukaan bawah sebagai lintasan ikan serta bukaan bawah yang lebih umum berfungsi sebagai pelimpah. 5. Untuk melihat fungsi fishway secara dekat, maka dilakukan percobaan model tes hidrolika berskala di Laboratorium Hidrolika Juruan Teknik Sipil FTSP ITS. Skala fisik yang dipakai untuk membuat model tes fishway ini ialah 1:15 dan skala debit yang digunakan ialah 1:870,75 sesuai analisa flow similiarity DAFTAR PUSTAKA [1] Maryono, Agus Rekayasa Fishway (Tangga Ikan). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. [2] Katopodis, Chris Introduction To Fishway Design, pdf. [3] Appendix Design Criteria BGS. Sembayat. [4] Aziza, Mona Is Studi Perencanaan Dan Uji Model Hidrolika Fishway Pada Bendung Gerak Sembayat. Surabaya. [5] Soewarno Hidrologi Operasional Jilid Ke2 [6] estimasi-kebutuhan-debit-air-untuk.html) [7] Chay Asdak Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jakarta: Gadjah Mada University Press. [8] I Gede A, I Nyoman G W, Analisis Spasial Normal Ketersediaan Air Tanah Bulanan di Provinsi Bali. Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Volume 5 no. 2 Juni 2009
STUDI PERENCANAAN DAN PEMODELAN TES HIDROLIKA FISHWAY (TANGGA IKAN) PADA BENDUNG GERAK SEMBAYAT
STUDI PERENCANAAN DAN PEMODELAN TES HIDROLIKA FISHWAY (TANGGA IKAN) PADA BENDUNG GERAK SEMBAYAT MONA IS AZIZA 3110100043 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. Danayanti, ST, MT 1 Jurusan
Lebih terperinciHASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO
HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO PK-16 Susilo Adjie Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang Abstrak Penelitian hasil tangkapan beberapa alat tangkap dan kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.
Perencanaan Embung Tambak Pocok Kabupaten Bangkalan PERENCANAAN EMBUNG TAMBAK POCOK KABUPATEN BANGKALAN Abdus Salam, Umboro Lasminto, dan Nastasia Festy Margini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciPerencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo, Abdullah Hidayat dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciOptimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana
Lebih terperinciPerencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-82 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan
Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :
BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah
Lebih terperinciBab IV Analisis Data
Bab IV Analisis Data IV.1. Neraca Air Hasil perhitungan neraca air dengan debit andalan Q 8 menghasilkan tidak terpenuhi kebutuhan air irigasi, yaitu hanya 1. ha pada musim tanam I (Nopember-Februari)
Lebih terperinciStudi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) 1-1 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik Gemma Galgani T. D., Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciPROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI
PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI Disusun Oleh : PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009
Lebih terperinciPENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan
Lebih terperinciStudi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (1) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) C-35 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik Gemma Galgani Tunjung Dewandaru, dan Umboro Lasminto
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi
Lebih terperinciSTUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)
STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) Yedida Yosananto 1, Rini Ratnayanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciABSTRAK Faris Afif.O,
ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,
Lebih terperinciKAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU
KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPERENCANAAN EMBUNG SEMAR KABUPATEN REMBANG. Muchammad Chusni Irfany, Satriyo Pandu Wicaksono, Suripin *), Sri Eko Wahyuni *)
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 685 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 685 694 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai
Lebih terperinciStudi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan
Lebih terperinciPERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :
PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP Oleh : M YUNUS NRP : 3107100543 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI ANALISA HIDROLOGI ANALISA HIDROLIKA
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK
OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciPerencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep Muhammad Naviranggi, Abdullah Hidayat Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir
III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK
1 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK Virda Illiyinawati, Nadjadji Anwar, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciTabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi
Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51
Lebih terperinciANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI
Analisis Debit DI Daerah Aliran Sungai Batanghari Propinsi Jambi (Tikno) 11 ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Sunu Tikno 1 INTISARI Ketersediaan data debit (aliran sungai)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
Lebih terperinciBAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI
BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI Metode Mann-Kendall merupakan salah satu model statistik yang banyak digunakan dalam analisis perhitungan pola kecenderungan (trend) dari parameter alam
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI
STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI Alwafi Pujiraharjo, Suroso, Agus Suharyanto, Faris Afif Octavio Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciJurnal Rancang Bangun 3(1)
STUDI KELAYAKAN KAPASITAS TAMPUNG DRAINASE JALAN FRANS KAISEPO KELURAHAN MALAINGKEDI KOTA SORONG Ahmad Fauzan 1), Hendrik Pristianto ) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna Bendungan Selorejo : III-1 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini
Lebih terperinci9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.
SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning
Lebih terperinciStudi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
Tugas Akhir Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Oleh : Sezar Yudo Pratama 3106 100 095 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciSTUDI ALTERNATIF PERENCANAAN FISHWAY PADA BENDUNG WELULANG DI DESA WELULANG KECAMATAN LUMBANG KABUPATEN PASURUAN JURNAL
STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN FISHWAY PADA BENDUNG WELULANG DI DESA WELULANG KECAMATAN LUMBANG KABUPATEN PASURUAN JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun
Lebih terperinciSTUDI ALTERNATIF PERENCANAAN FISHWAY PADA BENDUNG TEMPURAN DI DESA TEMPURAN KECAMATAN PASREPAN KABUPATEN PASURUAN JURNAL ILMIAH
STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN FISHWAY PADA BENDUNG TEMPURAN DI DESA TEMPURAN KECAMATAN PASREPAN KABUPATEN PASURUAN JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus
ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan
Lebih terperinciBAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta
Lebih terperinciGENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA
PROYEK AKIHR TUGAS AKHIR ANALISA PENANGGULANGAN SISTEM DRAINASE BANJIR SALURAN KALI LAMONG KUPANG TERHADAP JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN GENANGAN DI KABUPATEN APARTEMEN GRESIK PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA
Lebih terperinciPILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE
PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE Wesli Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: ir_wesli@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinci4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI
83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :
PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR DISAMPAIKAN OLEH : KHAIRUL RAHMAN HARKO PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA Vika Febriyani 1) Kartini 2) Nasrullah 3) ABSTRAK Sukadana merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA
ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian
Lebih terperinciPerencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2720 (201928X Print) C82 Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur Aninda Rahmaningtyas, Umboro Lasminto, Bambang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA
BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan normalisasi sungai, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-7 PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO Bachtiar Riyanto, Dr. Techn. Umboro Lasminto, ST., M.Sc. Jurusan Teknik
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya
1 Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya Agil Hijriansyah, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciBerfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.
4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa
Lebih terperinciANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal
08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,
Lebih terperinciANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 ANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA Reza Febrivia Luciana, Edijatno,Fifi Sofia Teknik
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383
Lebih terperinciBIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI
BIOFISIK DAS LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI SUNGAI Air yang mengalir di sungai berasal dari : ALIRAN PERMUKAAN ( (surface runoff) ) ALIRAN BAWAH PERMUKAAN ( (interflow = subsurface flow) ALIRAN AIR TANAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi
Lebih terperinciPENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU
ISSN 197-877 Terbit sekali 2 bulan Volume Nomor. Juni 29 PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU Curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu singkat menyebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI
STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI Pudyono, IGN. Adipa dan Khoirul Azhar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Daerah Aliran Sungai 1. Wilayah Administrasi Sub-DAS Serayu untuk bendungan ini mencakup wilayah yang cukup luas, meliputi sub-das kali Klawing, kali Merawu, Kali Tulis
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP
TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Leachate Tempat Pembuangan Akhir Piyungan Yogyakarta, dapat diambil beberapa kesimpulan:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya
Lebih terperinciAplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-27 Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (04) -6 Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo Yusman Rusyda Habibie, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciRt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam
EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono
Lebih terperinciCara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran
Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bendung Juwero adalah bendung tetap yang dibangun untuk memenuhi keperluan air irigasi. Bendung Juwero di sungai Bodri memiliki luas DAS ± 554 km 2 dan terletak ±
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung Memanjang dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap
Lebih terperinciKata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.
REKAYASA NILAI PERENCANAAN PEMBANGUNAN WADUK DIPONEGORO KOTA SEMARANG Value Engineering of Construction Design of Diponegoro Reservoir Semarang City Binar Satriyo Dwika Lazuardi, Septianto Ganda Nugraha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1
I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR
ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah
Lebih terperinciFeasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi
Feasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu dari beberapa daerah
Lebih terperinciTATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN
1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) 7608201,7608342, 7608621, 7608408 S E M A R A N G 5 0 1 4 4 Website : www.psda.jatengprov..gp.id Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi
Lebih terperincitidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).
batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA
BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 1. PENGERTIAN Waduk dibangun dengan membendung ( Impounding ) sebagian dari aliran permukaan (run-off) pada daerah pengaliran
Lebih terperinciAnalisa Mercu Bendung Daerah irigasi Namurambe
Laporan Penelitian Analisa Mercu Bendung Daerah irigasi Namurambe Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2009 KATA PENGANTAR Pertama
Lebih terperinciHASIL TANGKAPAN BEBERAPA JENIS ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO
Hasil Tangkapan Beberapa Jenis Alat Tangkap di Sungai Bengawan Solo (Adjie, S. & A.D. Utomo) HASIL TANGKAPAN BEBERAPA JENIS ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie dan Agus Djoko Utomo Peneliti
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA
Perencanaan Sistem Drainase Perumahan The Greenlake Surabaya PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Riska Wulansari, Edijatno, dan Yang Ratri Savitri. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciGALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT
PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data 5.1.1 Analisis Curah Hujan Hasil pengolahan data curah hujan di lokasi penelitian Sub-DAS Cibengang sangat berfluktuasi dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu
Lebih terperinci