Draft Voluntary National Review (VNR) Tujuan 17:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Draft Voluntary National Review (VNR) Tujuan 17:"

Transkripsi

1 Draft Voluntary National Review (VNR) Tujuan 17: Menguatkan Sarana Pelaksanaan dan Merevitalisasi Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan (Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan) Terdapat dua isu yang dilaporkan oleh Indonesia untuk Tujuan 17, yaitu isu tentang Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) serta Data dan Statistik dalam upaya pelaksanaan pencapaian SDGs. Kedua pembahasan ini ditampilkan pada review nasional kali ini karena memiliki arti penting bagi Indonesia dalam pelaksanaan politik bebas aktif sebagai prinsip kerjasama internasional Indonesia. Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk mewujudkan pencapaian Tujuan 17 dalam kedua isu tersebut dengan melakukan upaya konkrit dan terukur. Dalam isu KSST, Indonesia telah menunjukkan upaya pencapaian dan sebagai dasar peningkatan kerjasama selanjutnya yang penting dari Tujuan 17. Indonesia juga sudah melakukan persiapan penyediaan data dengan telah dikeluarkannya potret awal data SDGs Indonesia sebagai angka dasar (baseline) data SDGs berdasar pada metadata SDGs Indonesia yang telah disusun. Metadata ini disusun dengan menerapkan prinsip inklusif dan no-one left behind yang melibatkan semua pihak dan menerapkan konsultasi publik secara aktif. I. ANALISIS TREN DAN KEBERHASILAN A. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan peran KSST, sebagaimana telah tertuang dalam Nawacita dan RPJMN Komitmen Indonesia ini sejalan dengan perwujudan Tujuan 17 SDGs terkait dengan revitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan peningkatan KSST ini, Indonesia berkontribusi untuk membantu negara-negara berkembang lain dalam mewujudkan SDGs dan memastikan no-one left behind di negara Selatan-Selatan. KSST dilaksanakan untuk lebih memperjuangkan kepentingan sesama negara-negara Selatan dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan sejajar dan saling menguntungkan, termasuk dalam mendorong diplomasi ekonomi tanpa menghilangkan esensi solidaritas sesama negara berkembang. Kerjasama pembangunan antara Indonesia dan negara-negara berkembang di Asia dan Afrika telah dimulai sejak pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 yang menghasilkan komitmen politik untuk mempromosikan perdamaian dunia dan kerjasama internasional antarnegara berkembang. Dalam perkembangannya, Indonesia mulai berpartisipasi aktif dalam berbagai program Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sejak tahun Berbagai kegiatan dalam kerangka KSST telah diberikan Indonesia kepada negara-negara berkembang lainnya dalam bentuk pelatihan, workshop, pemagangan, pengiriman tenaga ahli (expert dispatch), beasiswa, pemberian bantuan peralatan, dan sebagainya. Namun demikan, dalam pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan yang tersebar di berbagai Kementerian/Lembaga/instansi lainnya tersebut belum terstruktur serta belum 1

2 Jumlah Kegiatan KSST Versi 30 Maret 2017 memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan, sehingga dinilai kurang memberikan manfaat bagi pembangunan Indonesia. Sebagai upaya meningkatkan koordinasi pelaksanaan kegiatan KSST, pada tahun 2010 dibentuk Tim Koordinasi Nasional (Tim Kornas) KSST. Tim Kornas KSST terdiri dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan dan Kementerian Sekretariat Negara. Pembentukan Tim Kornas KSST merupakan upaya untuk meningkatkan koordinasi pelaksanaan KSST yang sejalan dengan amanat RPJMN Pembentukan Tim Kornas KSST ini dimaksudkan agar pelaksanaan KSST Indonesia dapat berjalan dengan optimal, berkelanjutan dan berkontribusi terhadap pembangunan nasional dan global. Dalam rangka pelaksanaan KSST yang inklusif sehingga dapat berjalan dengan efektif, efisien dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia telah melibatkan berbagai stakeholders antara lain akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan pihak swasta. Pelaksanaan KSST Indonesia juga diarahkan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan dalam konteks yang lebih luas baik di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya. Beberapa program KSST yang mendukung pengentasan kemiskinan antara lain dukungan program ketahanan pangan untuk petani, peternak dan nelayan, bantuan peralatan dan mesin pertanian, pendampingan tenaga ahli bidang pertanian tanaman pangan dan knowledge sharing program pengentasan kemiskinan seperti PNPM dan PKH. Kementerian PPN/Bappenas juga melakukan koordinasi program Reverse Linkage yang antara lain difokuskan pada pengentasan kemiskinan melalui model pemberdayaan masyarakat. Program Reverse Linkage adalah kerjasama Triangular yang melibatkan Indonesia, IDB dan negara-negara anggota IDB. Berikut adalah indikator SDGs Indonesia yang menjadi prioritas pembangunan terkait KSST: 1. Jumlah Kegiatan Saling Berbagi Pengetahuan dalam Kerangka Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular Tren untuk jumlah kegiatan saling berbagi pengetahuan dalam kerangka KSST dapat ditampilkan dalam tiga tahun terakhir dari tahun 2014 hingga Gambar 1. Jumlah Kegiatan KSST

3 Berdasarkan laporan Tim Koordinasi Nasional KSST, kegiatan KSST mengalami peningkatan yang signifikan. Selama periode jumlah kegiatan KSST meningkat lebih dari tiga kali lipat. Peningkatan jumlah kegiatan KSST tersebut memperlihatkan komitmen Indonesia yang makin meningkat dalam pelaksanaan KSST. Pencapaian program KSST dapat diukur salah satunya dengan data tentang jenis program atau modalitas yang telah dilaksanakan. Berikut adalah persentase capaian dari setiap jenis program atau modalitas yang diberikan dalam KSST oleh Indonesia kepada negara penerima selama tahun 2014 hingga Tabel 1. Jenis Program atau Modalitas KSST Tahun Jenis Program Training 63% 51% 49% Workshop/Seminar 7% 12% 23% Expert Dispatch 15% 12% 10% Scholarship*) 7% 2% 4% Multi-event activities 8% 19% 13% Knowledge sharing - 4% 2% Catatan: *) termasuk internship Secara umum, kegiatan training mendominasi jenis program atau modalitas dalam kegiatan KSST pada periode , diikuti dengan jenis program seperti workshop/seminar, expert dispatch dan multi-event activities. Meningkatnya jumlah kegiatan KSST dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa semakin diakuinya kapasitas Indonesia untuk berbagi pengetahuan dengan negara-negara Selatan lainnya. Beberapa program training yang telah dilakukan diantaranya adalah program triangular antara Pemerintah Indonesia, Timor-Leste dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk peningkatan kapasitas bagi insinyur jalan Timor Leste pada tahun Contoh kegiatan lain adalah pelatihan pengembangan strategi kemitraan antara organisasi berbasis keagamaan dengan pimpinan umat Muslim dalam hal Keluarga Berencana di tahun 2014 dan 2015 yang melibatkan negara-negara seperti Afghanistan, Bangladesh, Ethiopia, Ghana, Nepal, Nigeria, Pakistan dan Filipina. 2. Jumlah Indikasi Pendanaan untuk Pembangunan Kapasitas dalam Kerangka KSST Indonesia. 3

4 Indikasi Pendanaan (milyar Rupiah) Versi 30 Maret 2017 Gambar 2. Jumlah Indikasi Pendanaan KSST Selain jumlah kegiatan KSST yang meningkat, Indonesia juga memiliki komitmen untuk meningkatkan jumlah pendanaan yang mendukung program KSST khususnya sejak tahun Diharapkan peningkatan jumlah anggaran ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi demand dari negara mitra yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai contoh pada Agustus 2016, Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri menerima 296 permintaan bantuan teknik dari 41 negara. Selain dari capaian yang ditunjukkan pada analisis tren di atas, keberhasilan dalam pencapaian kemajuan program KSST Indonesia juga terlihat pada sejumlah ukuran lain yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Tim Koordinasi Nasional KSST telah mengembangkan Standard Operation Procedures (SOP) pelaksanaan koordinasi KSST yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja Kementerian/Lembaga dalam pemberian bantuan. 2. Dalam kurun waktu , Indonesia telah menyelenggarakan program KSST untuk negara-negara Asia, Afrika, Pasifik dan Amerika Latin dengan mengalokasikan anggaran sebesar USD 49,8 juta. Pada tahun 2015, teridentifikasi 57 program KSST untuk 652 peserta di berbagai bidang seperti inseminasi buatan, disaster risk management, family planning, perencanaan dan penganggaran dan pemberdayaan masyarakat. Pada tahun 2016, teridentifikasi 84 program KSST di berbagai bidang dengan jumlah peserta yang kurang lebih sama. Indonesa juga berhasil berbagi pengetahuan dan melakukan pelatihan di bidang pengamanan pemilu, pendidikan vokasi, perawatan jalan nasional, transportasi, usaha-kecil menengah, pendidikan untuk perdagangan, industri kerajinan dan kearsipan. Output yang dihasilkan bermanfaat bagi negara-negara penerima karena bidang tersebut sesuai dengan permintaan. 3. Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam program KSST meningkat dari tahun 2014 (451 peserta) ke tahun 2015 (652 peserta). Jumlah data peserta KSST Indonesia di sepanjang tahun 2016 saat ini masih dikalkulasi dari beragam proyek KSST yang telah dilakukan oleh Kementerian/Lembaga. Di tahun-tahun mendatang jumlahnya direncanakan akan meningkat seiring dengan peningkatan alokasi anggaran KSST. 4. Pelibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan KSST, termasuk swasta, akademisi dan CSO. Salah satu contoh pelibatan pihak swasta adalah kerjasama pada tahun 2014 antara 4

5 Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Pertanian Sudan yang melibatkan produsen traktor di Indonesia. Dalam hal ini, pihak swasta memberikan pelatihan terkait mekanisasi pertanian. Selain di bidang pertanian, bidang lain yang melibatkan swasta diantaranya dalam bidang perbankan untuk pelatihan pembiayaan mikro (microfinance) dengan melakukan expert dispatch dari pihak perbankan Indonesia dalam pelatihan microfinance di Myanmar. 5. Sejauh ini, KSST juga memberikan manfaat bagi Indonesia, baik manfaat ekonomi maupun politik. Salah satu contoh manfaat ekonomi adalah kerjasama perdagangan komoditas frozen semen dengan Kyrgyzstan maupun peralatan dan mesin pertanian dengan Sudan, Madagaskar, dan Namibia. B. Data dan Statistik Penyediaan data dan statistik menjadi salah satu pembahasan utama yang disampaikan pada VNR tahun ini karena Indonesia telah melakukan persiapan, pengumpulan, dan pengukuran angka dasar (baseline) untuk sebagian besar indikator SDGs baik indikator nasional yang telah sesuai dengan indikator global maupun indikator proksi. Di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, BPS (Badan Pusat Statistik/Statistics Indonesia) yang diberi mandat untuk penyediaan data statistik pembangunan telah menyusun angka dasar SDGs sebagai potret awal indikator SDGs di Indonesia. Meskipun tidak semua indikator global yang terkait dengan data Tujuan 17 diukur pada potret awal SDGs Indonesia, namun Indonesia telah menetapkan beberapa indikator proksi yang relevan dengan konteks nasional serta mendekati pengukuran indikator global. Di dalam sub bagian ini, akan dibahas tren beberapa indikator terkait data baik yang sudah sesuai dengan global maupun yang merupakan proksi untuk menggambarkan kesiapan Indonesia dalam penyediaan data baik dari segi kapasitas sumber daya manusia, tingkat pelayanan, dan penggunaan data untuk perencanaan. Sub bagian ini juga membahas tentang keberhasilan yang telah dicapai Indonesia di tahun pertama pelaksanaan SDGs terkait penyediaan data, tantangan yang dihadapi, inovasi yang sedang dan akan dikembangkan, serta pembelajaran yang dapat dibagikan di tingkat global. 1. Persentase Konsumen Badan Pusat Statistik (BPS) yang Merasa Puas dengan Kualitas Data Statistik Gambar 3. Persentase Konsumen yang Merasa Puas dengan Kualitas Data Statistik, % Puas 89.30% Sumber: Survei Kebutuhan Data BPS, 2016 Data tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen (80%) merasa puas dengan kualitas data BPS sedang data kepuasan konsumen pada tahun 2015 tidak mencakup 5

6 kepuasan konsumen akan kualitas data BPS melainkan kepuasan konsumen terhadap layanan. Tingkat kepuasan konsumen akan kualitas data BPS pada tahun 2016 meningkat menjadi 89.3%, yang mencerminkan adanya peningkatan upaya dari BPS sebagai penyedia data yang berkualitas dan dapat diandalkan oleh pengguna data. Indikator ini merupakan ukuran terhadap tingkat kepuasan pengguna terhadap kualitas data BPS serta sebagai bentuk pengawasan dan evaluasi untuk penyempurnaan dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen. Dari tahun-ke-tahun diharapkan tingkat kepuasan ini akan semakin meningkat sehingga data yang dihasilkan BPS semakin memenuhi prinsip-prinsip fundamental dari statistik resmi yang berkualitas. 2. Persentase Konsumen yang Menjadikan Data dan Informasi Statistik BPS sebagai Rujukan Utama Gambar 4. Persentase konsumen yang selalu menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai rujukan utama, % Rujukan Utama Bukan Rujukan Utama 91.35% Sumber: Survei Kebutuhan Data BPS, 2016 Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepercayan pengguna terhadap data BPS.Tingginya persentase pengguna data yang menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai rujukan utama menunjukkan adanya tingkat kepercayaan konsumen yang tinggi terhadap data dan informasi statistik yang disediakan dan dihasilkan oleh BPS. Sebagai lembaga yang diperintahkan menjadi rujukan utama data pembangunan maka BPS harus dapat meningkatkan tingkat kepercayaan ini sehingga menjadi rujukan utama untuk data pembangunan oleh berbagai pemangku kepentingan. Terjadi peningkatan persentase konsumen yang menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai rujukan utama pada tahun 2016 sebesar 1,35% yaitu dari 90% pada tahun 2015 menjadi 91,35% di tahun Jumlah Metadata Kegiatan Statistik Dasar, Sektoral, Dan Khusus yang Terdapat dalam Sistem Informasi Rujukan Statistik (SIRuSa) 6

7 Gambar 5. Jumlah metadata kegiatan statistik dasar, sektoral, dan khusus yang terdapat dalam Sistem Informasi Rujukan Statistik (SIRuSa), Sumber: Sistem Informasi Rujukan Statistik, BPS Indikator ini menampilkan banyaknya jumlah kegiatan statistik dasar, sektoral, dan khusus yang metadatanya berhasil dikompilasi dan disajikan dalam Sistem Informasi Rujukan Statistik BPS. Indikator ini merupakan salah satu indikator penting dalam rangka menunjang Sistem Statistik Nasional (SSN) karena dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan lembaga statistik dalam menghimpun metadata dari ketiga kegiatan statistik tersebut. Jumlahnya berfluktuasi dari tahun 2013 hingga ke tahun 2016, terjadi penurunan jumlah metadata kegiatan statistik tahun 2015 namun pada tahun 2016 jumlah ini kembali bertambah seiring dengan banyaknya permintaan kegiatan statistik sektoral. 4. Jumlah Negara yang Memiliki Undang-Undang Statistik Nasional yang Tunduk pada Prinsip-Prinsip Fundamental Statistik Resmi Indonesia telah memiliki UU No. 16 tahun 1997 tentang Statistik yang mengatur tentang jenis statistik dan cara pengumpulan data dari ketiga jenis statistik yang terdiri dari statistik dasar, statistik sektoral dan statistik khusus; penyelenggara statistik dari setiap jenis statistik; diseminasi, serta hak dan kewajiban dari penyelengara statistik. 5. Jumlah Pejabat Fungsional Statistisi dan Pranata Komputer pada Kementerian/Lembaga (K/L) Tahun 2016 Tabel 2. Jumlah Pejabat Fungsional Statistisi dan Pranata Komputer K/L Tahun 2016 Jumlah No. Nama Instansi Pranata Komputer Fungsional Statistisi 1. Badan Pusat Statistik Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pertahanan Kementerian Agama Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Keuangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan 38 - Tinggi 8. Kementerian Kesehatan Kementerian Sosial 32-7

8 Jumlah No. Nama Instansi Pranata Komputer Fungsional Statistisi 10. Kementerian Ketenagakerjaan Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Energi dan Sumber Daya 15 1 Mineral 14. Kementerian Pekerjaan Umum dan 23 - Perumahan Rakyat 15. Kementerian Perhubungan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pertanian Kementerian Lingkungan Hidup dan 49 - Kehutanan 19. Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Sekretariat Negara Arsip Nasional Republik Indonesia Badan Kepegawaian Negara Badan Kependudukan dan Keluarga 39 6 Berencana Nasional (BKKBN) 24. Badan Informasi Geospasial 5 1 (BAKOSURTANAL) 25. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 12 4 (BNPB) 26. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan 10 - Tenaga Kerja Indonesia 27. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lembaga Ketahanan Nasional Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Badan SAR Nasional Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi Sekretariat Jenderal DPR 18 - JUMLAH Sumber: Bagian Jabatan Fungsional, Badan Pusat Statistik Data tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah pejabat fungsional statistisi dari seluruh Kementerian/Lembaga adalah sebanyak orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 98% (3.672 orang) berada di kantor BPS, sementara sisanya tersebar di duabelas (12) instansi pemerintahan lainnya. Informasi ini memperlihatkan masih banyaknya Kementerian/Lembaga yang belum memiliki pejabat fungsional statistisi, padahal ketersediaan pejabat fungsional statistisi ini sangat diperlukan agar Kementerian/Lembaga dapat menyediakan data sektoral yang lebih berkualitas. Selanjutnya untuk pejabat pranata komputer hampir semua Kementerian/Lembaga telah memiliki tenaga pranata komputer untuk pengolahan data dan informasi statistik. 8

9 6. Jumlah Pengunjung Eksternal yang Mengakses Data dan Informasi Statistik melalui Website Gambar 6. Jumlah pengunjung eksternal yang mengakses data dan informasi statistik melalui website, , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Sumber: Seksi Pengemasan Informasi Statistik, Badan Pusat Statistik Website BPS setiap bulan rata-rata dikunjungi oleh pengunjung. Selama periode Januari Desember 2016, total jumlah pengunjung mencapai orang. Pada periode tersebut, jumlah pengunjung terbanyak tercatat pada bulan Februari dan Oktober dengan jumlah pengunjung yang mencapai lebih dari 140 ribu orang. Tujuan indikator proksi ini adalah untuk mengetahui pengguna eksternal yang dapat mengakses data melalui website BPS, sehingga dapat menggambarkan banyaknya pengguna yang menjadikan data BPS sebagai rujukan karena data dan informasi statistik BPS yang cepat tersedia, mudah diakses serta dapat dipertanggungjawabkan. 7. Persentase Konsumen yang Puas terhadap Akses Data Badan Pusat Statistik (BPS) 100% 80% Gambar 7. Persentase Konsumen yang Puas terhadap Akses Data BPS, % 23,62% 26,35% 16,53% 60% 40% 20% 73% 76,38% 73,65% 83,47% Tidak Puas Puas 0% Sumber: Survei Kepuasan Konsumen, Badan Pusat Statistik Selain tingkat kepuasan terhadap kualitas data yang dihasilkan BPS, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan penggunan data BPS adalah tingkat kepuasan pengguna terhadap akses data. Indikator ini mengukur kemampuan BPS dalam memberikan 9

10 kemudahan mengkases data dan informasi statistik bagi konsumen data. Selama empat tahun terakhir dari tahun 2013 hingga 2016, jumlah penggunaan data yang merasa puas dengan akses data BPS berkisar antara 73 persen hingga lebih dari 83 persen. 8. Persentase Konsumen yang Menggunakan Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Nasional Gambar 8. Persentase konsumen yang menggunakan data BPS dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan nasional, % 4.14% 1.27% 14.97% 50.80% 11.46% Penyebaran Informasi Perencanaan Penelitian Skripsi/Tesis/Disertasi Tugas sekolah/tugas Kuliah Evaluasi Sumber: Survei Kebutuhan Data, Badan Pusat Statistik Hal lain yang menarik untuk dilihat adalah terkait dengan pemanfaatan data yang diakses oleh pengguna data. Hasil Survei Kebutuhan Data 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna data memanfaatkan data untuk perencanaan (36 persen) dan monitoring dan evaluasi (27 persen). Namun jumlah ini menurun pada tahun 2016 menjadi hanya 11,46% konsumen yang menggunakan data BPS untuk perencanaan dan lebih banyak jumlah konsumen yang menggunakan data dan informasi BPS untuk penulisan skripsi/tesis/disertasi. Penurunan jumlah konsumen yang menggunakan data untuk perencanaan ini karena sesuai dengan periode penyusunan perencanaan pembangunan jangka menengah khususnya dalam rangka penyusunan RPJMN. Walaupun demikian, penyusunan perencanaan pembangunan tahunan tetap dilaksanakan di setiap tahunnya, dimana data yang digunakan oleh Kementerian/Lembaga sebagian besar adalah data sektoral. Hasil survei ini secara langsung juga menunjukkan kontribusi yang besar dari BPS terhadap penyediaan data dan informasi statistik untuk proses penyusunan perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan. Selain dari hasil yang disebutkan di atas berdasarkan indikator-indikator capaian di tingkat nasional yang terkait dengan ketersediaan dan kualitas data dan informasi statistik, maka dalam tahun pertama pelaksanaan SDGs, Indonesia telah menampilkan beberapa capaian lainnya, yaitu: 1. Disusunnya potret awal data indikator SDGs Indonesia yang dilakukan oleh BPS, bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang telah menghasilkan dokumen metadata SDGs Indonesia sebagai dasar dari potret awal indikator tersebut. Dokumen metadata SDGs Indonesia disusun dengan menerapkan prinsip inklusif dan no-one left behind, yang melibatkan keempat platform partisipatif di Indonesia. Terdapat 134 indikator dari 321 indikator SDGs 10

11 Indonesia yang bersumber dari data BPS. BPS melakukan inventarisasi dan validasi data yang menjadi baseline dan potret awal SDGs Indonesia tersebut. 2. Prestasi dan peran BPS Indonesia telah mendapat pengakuan di tingkat internasional. Ketua BPS terpilih sebagai Ketua Komite Statistik di UN-ESCAP untuk periode selama dua tahun dari , hal ini merupakan pengakuan negara-negara Asia Pasifik atas kredibilitas kemampuan BPS. BPS juga berperan aktif dalam memberikan masukan terhadap pembahasan indikator-indikator SDGs di tingkat global melalui UNSD. BPS Indonesia juga terlibat dalam pembahasan beberapa indikator SDGs seperti indikator pada goal Dalam kaitan dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, maka BPS Indonesia menjadi salah satu rujukan oleh negara Asia Pasifik lainnya, diantaranya berbagi pengetahuan tentang Sensus Ekonomi yang dilakukan BPS tahun Nepal adalah salah satu negara yang belajar tentang sensus ekonomi di Indonesia. II. TANTANGAN DAN UPAYA MENGATASI TANTANGAN A. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) Sejak dibentuk pada tahun 2010, telah cukup banyak capaian dan keberhasilan dari Tim Koordinasi Nasional (Tim Kornas) KSST. Peran Indonesia dalam KSST pun mulai mendapat pengakuan dari negara-negara Selatan-Selatan lainnya dan juga oleh stakeholders di dalam negeri sendiri. Meskipun demikian berbagai upaya yang dilakukan masih menemui berbagai tantangan, sebagaimana di bawah ini. 1. Dalam upaya mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan KSST di berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) agar lebih terstruktur, efektif dan efisien, Tim Kornas KSST mengembangkan Standard Operation Procedures (SOP) yang mengatur mekanisme kerja antar masing-masing Working Group. Pengembangan SOP ini dilakukan sebagai upaya penguatan koordinasi pelaksanaan KSST yang mengatur hubungan antara Tim Kornas KSST yang menjalankan fungsi koordinasi dengan berbagai stakeholders dalam pelaksanaan KSST. 2. Salah satu tantangan yang dihadapi Tim Kornas KSST adalah menghitung secara akurat total alokasi anggaran dalam pelaksanaan KSST. Untuk mengatasi hal tersebut, Tim Kornas memasukkan KSST sebagai salah satu anggaran tematik yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan No.143/PMK.02/2015 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan. Dengan demikian, dalam proses perencanaan dan penganggaran, alokasi anggaran untuk kegiatan KSST dapat diidentifikasi di berbagai Kementerian/Lembaga. 3. Evaluasi pelaksanaan kegiatan KSST belum dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku. Untuk mendorong pelaksanaan evaluasi tersebut, Tim Kornas KSST menyusun panduan evaluasi yang meliputi pelaksanaan ex-ante, on going dan expost evaluation. Panduan evaluasi tersebut dikembangkan berdasarkan lima kriteria yaitu Relevansi, Efektifitas, Efisiensi, Dampak dan Keberlanjutan. 4. Keterlibatan Indonesia dalam KSST terus meningkat dari waktu ke waktu, tetapi belum diikuti dengan peningkatan awareness publik terhadap KSST Indonesia itu sendiri. Hal ini disebabkan belum adanya strategi komunikasi yang komprehensif (aktivitas promosi 11

12 dan public relations) baik secara internal maupun eksternal untuk meningkatkan exposure KSST Indonesia. Hal ini lah yang melatarbelakangi Tim Kornas KSST mengembangkan strategi komunikasi (strakom) KSST. Upaya peningkatan exposure KSST Indonesia dilakukan dengan mempromosikan kegiatan KSST Indonesia kepada masyarakat luas melalui website, newsletter, serta forum-forum publik. 5. Terbatasnya sumber pendanaan dalam negeri untuk implementasi kegiatan KSST. Untuk itu, Tim Kornas KSST telah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk mitra pembangunan (development partners). Pelibatan mitra pembangunan diharapkan dapat mendukung pelaksanaan KSST Indonesia dengan lebih efektif dan berkesinambungan, tidak hanya dalam hal pendanaan, namun juga di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan, pelaksanaan pilot projects, dan pengembangan modalitas kerjasama triangular yang inovatif. B. Data dan Statistik 1. Penyediaan disagregasi data dengan menganut prinsip no-one left behind masih menjadi tantangan. Upaya yang dilakukan dalam waktu dekat adalah dengan melaksanakan review survei-survei yang telah ada yang memungkinkan untuk didisagregasikan hingga level kabupaten/kota. 2. Sebagai negara yang menerapkan sistem desentralisasi, maka ketersediaan data yang meliputi seluruh wilayah menjadi sebuah tantangan. Desentralisasi menyebabkan munculnya daerah administrasi baru yang juga membutuhkan ketersediaan berbagai jenis data dan informasi statistik untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi dan permasalahan yang dihadapi di setiap daerah. Indikator SDGs Indonesia tidak semua dapat didisagregasikan hingga level kabupaten/kota khususnya wilayah baru, sehingga perlu ditetapkan proksi indikatornya yang dapat diperbandingkan dengan wilayah lain yang setingkat serta menampilkan capaian SDGs di tingkat kabupaten/kota. 3. Belum maksimalnya pemanfaatan sistem Teknologi, Informasi dan Teknologi (TIK) pada saat ini menghambat proses pengolahan data hasil kegiatan statistik terutama dari Kementerian/Lembaga lain. 4. Belum tersedianya data untuk beberapa indikator global SDGs karena belum pernah dilakukan pengumpulan datanya dan/ atau data yang tersebar di beberapa tempat. Dari 241 indikator global, Indonesia sudah mengidentifikasi 87 indikator (35,7%) yang sesuai dengan indikator global dan data tersedia, 76 indikator global (31,5%) yang diukur dengan menggunakan proksi di tingkat nasional dan nantinya akan dikembangkan dan diukur sesuai dengan metadata di tingkat global, 73 indikator global (30,7%) yang akan dikembangkan karena Indonesia belum memiliki metode pengukuran atau data tersebar di beberapa sumber data dan harus dilakukan pengumpulan data, serta 5 indikator global (2,1%) yang tidak relevan dengan konteks Indonesia sehingga untuk saat ini belum akan diukur. 12

13 Gambar 9. Pengelompokan 241 Indikator SDGs Global Berdasar Ketersediaan Data 5. Banyaknya kegiatan statistik sektor di Kementerian/Lembaga yang membutuhkan dukungan BPS, sehingga BPS mengalami kesulitan untuk menangani dan memberikan dukungannya. BPS harus didudukkan sebagai koordinator Sistem Statistik Nasional dan sebagai jembatan dalam pembuatan metadata. III. INOVASI DAN UPAYA PENTING UNTUK PENCAPAIAN TUJUAN A. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) 1. Dalam upaya untuk mengoptimalkan potensi dukungan swasta terhadap KSST, Tim Kornas KSST sedang merancang model insentif untuk pelibatan pihak swasta. Hal ini juga sejalan dengan salah satu strategi kebijakan pembangunan untuk meningkatkan peran Indonesia dalam KSST yang dicantumkan dalam RPMNJ Model insentif ini diharapkan dapat meningkatkan pelibatan pihak swasta dalam kegiatan KSST mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program. 2. Pelaksanaan KSST berupa knowledge sharing, merupakan salah satu modalitas utama Indonesia dalam pemberian bantuan ke negara-nagara Selatan. Pada tahun 2012, Indonesia telah mendeklarasikan sebagai Country-Led Knowledge Hub (CLKH). Pelaksanaan knowledge sharing berfokus pada tiga area yang menjadi flagship yaitu isu pembangunan (development issues), tata kelola pemerintahan yang baik dan penciptaan perdamaian (good governance & peace building), serta isu ekonomi (economic issues). B. Data dan Statistik 1. Indonesia sedang berupaya untuk mengembangkan mekanisme satu pintu untuk keluar masuk data secara nasional atau disebut dengan Satu Data (onedata). BPS akan menjadi koordinator dan pusat kebijakan Satu Data tersebut. 13

14 Gambar 10. Portal Satudata dan Platform Visualisasi Data SDGs 2. Indonesia telah berupaya mengembangkan metadata SDGs Indonesia dengan menghasilkan sebanyak 321 indikator dari 87 indikator nasional yang telah sesuai dengan indikator global dan 76 indikator global yang memiliki proksi di tingkat nasional yang jumlahnya 234 indikator proksi. Pengembangan metadata SDGs Indonesia ini bertujuan untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi baik tingkat nasional maupun daerah yang menerapkan prinsip inklusif dan no-one left behind. 3. Usulan Indonesia untuk pembaruan 10 Indikator SDGs yang akan dibahas pada Inter Agency Experts Group (IAEG). 4. Standardisasi data juga telah dilakukan dengan melalui penguatan terhadap lembaga pengelola data yang dimiliki Kementerian/Lembaga. IV. EMERGING ISSUES A. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) 1. Pelaksanaan KSST memerlukan penguatan kerangka regulasi khususnya pada bisnis proses. Penyusunan kerangka regulasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas hasil pelaksanaan kegiatan KSST dan efisiensi penggunaan sumber daya anggaran. Selain itu, diperlukan penyusunan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemberian hibah oleh Pemerintah Indonesia kepada pihak asing. Hal ini bertujuan untuk mendorong peran Indonesia yang hanya berperan sebagai penerima bantuan (recipient) tetapi juga sebagai penyedia bantuan (provider) kepada sesama negara berkembang. 2. Dalam rangka penguatan kelembagaan, maka koordinasi diarahkan menuju one gate policy, yang pada masa mendatang akan dilakukan oleh suatu single agency. Saat ini, Tim Kornas KSST sedang memformulasikan bentuk kelembagaan yang paling tepat untuk single agency tersebut. Salah satu opsi bentuk kelembagaan yang sedang dijajaki adalah lembaga yang dapat mengelola mekanisme pooling of fund. 14

15 3. Selain itu diperlukan penguatan kerangka pendanaan program KSST. Pendanaan program KSST diupayakan untuk terus ditingkatkan baik melalui pendanaan dari Pemerintah (termasuk pemerintah daerah), swasta, filantropi maupun dari development partners. B. Data dan Statistik 1. Indonesia akan melakukan review atas UU no.16 tahun 1997 tentang Statistik sehingga UU dapat lebih mengikuti prinsip-prinsip fundamental statistik resmi. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lembaga statistik (BPS) dalam memonitor perkembangan kebutuhan statistik nasional. 2. UU No. 23 tahun 2014 (bagian matriks lampiran berisikan Pembagian Urusan pemerintahan bidang statistik) menjadi dasar pembentukan dinas statistik di tingkat daerah, dengan tugas dan pembagian yang tidak jelas dan cenderung tumpang tindih. Dengan demikian, perlu dikaji kembali atas lampiran UU No. 23/2014 tersebut, mengingat pembagian tugas antara dinas statistik dengan BPS di tingkat kab/kota belum sesuai dengan kaidah-kaidah penting kegiatan statistik. Kondisi ini dapat mempengaruhi proses dan kualitas pengumpulan data SDGs di daerah, dan kesulitan dalam proses koordinasi pengumpulan dan analisis data SDGs antar unit statistik di daerah. V. PEMBELAJARAN A. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) 1. Sebagai salah satu emerging countries yang berada dalam level lower middle income country, Indonesia disamping negara recipient, juga mulai berperan sebagai negara provider yang memberi bantuan untuk negara Selatan lainnya. Hal ini sebagai wujud dari penerapan politik bebas aktif Indonesia dalam ikut memperjuangkan kepentingan bersama negara Selatan-Selatan dalam upaya menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan sejajar. 2. Praktek KSST yang menekankan pada knowledge sharing memberi manfaat bagi Indonesia, tidak hanya dalam hal berbagi pengetahuan dengan negara lain, namun Indonesia juga memperoleh pembelajaran dari negara penerima bantuan (proses secara dua arah). 3. KSST menjadi instrumen untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia di fora internasional, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. B. Data dan Statistik 1. Peningkatan penggunaan IT dalam pelaksanaan survei-survei yang dilakukan BPS, yaitu antara lain dalam pelaksanaan Survei Kesehatan dan Pengalaman hidup di Papua 2. Meningkatnya peran BPS dan staf BPS di fora internasional. 3. Proses penyediaan data SDGs telah menciptakan wadah komunikasi yang baik antar pelaku kepentingan, terutama dalam proses pengumpulan data, pemanfaatan data, dan analisis data yang melibatkan semua pihak. Proses penyediaan data SDGs ini pun telah membantu para pemangku kepentingan untuk memahami dan memberikan arah pembangunan secara lebih terintegrasi dan lebih jelas. 15

16 4. Pengembangan metadata SDGs Indonesia memberikan pembelajaran tentang pentingnya metadata indikator sehingga indikator yang ada dapat dioperasionalisasikan dan menjadi rujukan dalam perencanaan pembangunan. Proses pengembangan data dan penyusunan metadata yang melibatkan semua pihak merupakan salah satu penerapan dari prinsip-prinsip utama SDGs yang inklusif dan no-one left behind. Dokumen metadata yang telah disusun tersebut akan menjadi rujukan penting dalam pelaksanaan SDGs di Indonesia, karena dokumen tersebut berisi hasil identifikasi ketersediaan indikator SDGs yang mencakup sumber data dan cara perhitungannya, identifikasi data yang perlu dikembangkan lebih lanjut, serta kebutuhan terhadap pengembangan indikator yang saat ini belum dimiliki oleh Indonesia. 16

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) ARIFIN RUDIYANTO Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Setyo Budiantoro Manager Pilar Pembangunan Ekonomi, Sekretariat TPB/SDGs Kementerian PPN/Bappenas Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs

Lebih terperinci

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Arifin Rudiyanto Deputi Menteri Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif 12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas MEMBANGUN

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KAJIAN PENDANAAN BIDANG KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL

LAPORAN PENDAHULUAN KAJIAN PENDANAAN BIDANG KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL KAJIAN PENDANAAN BIDANG KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan nasional/bappenas Juli 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN R I

MENTERI KEUANGAN R I MENTERI KEUANGAN R I Yth. 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 2. Jaksa Agung RI 3. Kepala Kepolisian RI 4. Para Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen 5. Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN

Lebih terperinci

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017 URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017 Prolog 1 2 Komitmen Indonesia dalam pelaksanaan SDGs Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPS KOTA PALOPO Tahun 2015-2019 Rancangan Teknokratik Renstra BPS Kota Palopo Tahun 2015-2019 ii Kata Pengantar Undang-undang No. 16 tahun 1997 dan Peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 281.961.663 34.630.463 0 337.698.323 10.833.500

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGIATAN KSST UNTUK PENYUSUNAN STANDAR BIAYA

IDENTIFIKASI KEGIATAN KSST UNTUK PENYUSUNAN STANDAR BIAYA MIDTERM REPORT IDENTIFIKASI KEGIATAN KSST UNTUK PENYUSUNAN STANDAR BIAYA dalam rangka KAJIAN PENDANAAN BIDANG KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan

Lebih terperinci

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51 BELANJA PEGAWAI 52 BELANJA BARANG 53 BELANJA MODAL 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA, UNIT PAGU REALISASI PAGU

Lebih terperinci

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia?

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia? PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia? Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran SEKNAS FITRA Bekerjasama dengan KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK KETERBUKAAN

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN DAN PEMOTONGAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2007 ditetapkan BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota merupakan instansi vertikal BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI RANGKUMAN HASIL KONFERENSI Memberikan Pelayanan Terbaik Bagi Masyarakat Miskin: Isu Strategis dan Rekomendasi Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas Jakarta, 28 April 2005 KONFERENSI NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5887 PEMERINTAH DAERAH. Daerah. Perangkat. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-1 1.3. GAMBARAN UMUM JAWA BARAT... I-4 1.3.1.

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 RAPAT MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2016 Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 Agenda Pagu dan Realisasi s.d. 29 Juli 2016 Upaya pengoptimalan Capaian Realisasi Anggaran dan Kinerja Tahun 2016

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 305.536.058 24.747.625 0 351.389.880 13.550.500

Lebih terperinci

Revisi ke 06 Tanggal : 08 Desember 2016

Revisi ke 06 Tanggal : 08 Desember 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr. Wb. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 mengamanatkan kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota untuk melakukan pemantauan terhadap

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 81.406.623 88.821.300 25.893.402 0 196.121.325 14.349.217

Lebih terperinci

KUALIFIKASI TENAGA AHLI PERENCANAAN PERUMAHAN (TAPP) PROVINSI JAWA TENGAH

KUALIFIKASI TENAGA AHLI PERENCANAAN PERUMAHAN (TAPP) PROVINSI JAWA TENGAH LAMPIRAN I KUALIFIKASI TENAGA AHLI PERENCANAAN PERUMAHAN (TAPP) PROVINSI JAWA TENGAH 1. Tenaga Ahli Perencanaan Perumahan (Kode TAPP 01); Tenaga Ahli Perencanaan Perumahan harus memenuhi syarat sebagai

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tolitoli adalah perwakilan BPS di daerah Kabupaten yang bertugas menyelenggarakan tugas dan fungsi BPS dan berada dibawah BPS Propinsi

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 79.185.200 117.232.724 20.703.396 0 217.121.320 13.993.473

Lebih terperinci

Revisi ke 08 Tanggal : 30 November 2016

Revisi ke 08 Tanggal : 30 November 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN GEDUNG PRIJADI PRAPTOSUHARDJO III, LANTAI1, JL. BUDI UTOMO NO.6 JAKARTA 10710 TELEPON:

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIKKA TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIKKA TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIKKA TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 DAFTAR ISI Kata Pengantar...... i Daftar Isi...... ii Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.571, 2015 OMBUDSMAN. Tata Kerja. Susunan Organisasi. Pecabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016 KATA PENGANTAR Pada era reformasi birokrasi sebagaimana telah dicanangkan pemerintah, serta dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

SINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017

SINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017 SINERGI PENGELOLAAN APBN DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017 YANG LEBIH BERKUALITAS 1 OUTLINE 01 PENGANTAR SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PUSAT DAN DAERAH 02 03 DUKUNGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 205 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 205 Tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah) 2 A. Pendapatan Negara dan Hibah 995.271,5 1.210.599,7 1.338.109,6 1.438.891,1 1.635.378,5 1.762.296,0 I. Pendapatan Dalam Negeri 992.248,5 1.205.345,7 1.332.322,9 1.432.058,6 1.633.053,4 1.758.864,2 1.

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2015 KEUANGAN. BPK. Organisasi. Tugas. Wewenang. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAGIAN TUGAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs SIARAN PERS Jakarta, 7 Oktober 2015 Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs Jakarta, 7 Oktober 2015 Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia menagih komitmen pemerintah melaksanakan Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 203 BADAN PUSAT STATISTIK 203 PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU PENETAPAN KINERJA TAHUN 203 Dalam rangka

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN PADA ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 SELASA, 15 NOVEMBER 2016 RABU, 16 NOVEMBER 2016 KAMIS, 17 NOVEMBER 2016 JUM AT, 18 NOVEMBER 2016 RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 -

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO ii KATA PENGANTAR Pada era reformasi birokrasi sebagaimana telah dicanangkan

Lebih terperinci

Strategi UKM Indonesia

Strategi UKM Indonesia Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mempunyai tugas menyediakan data statistik dan informasi yang berkualitas, lengkap, akurat, mutakhir, berelanjutan dan relevan

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja

Lebih terperinci

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN GEDUNG PRIJADI PRAPTOSUHARDJO I, LANTAII, JALAN LAPANGAN BANTENG TIMUR NOMOR 2-4. JAKARTA 10710 TELEPON 021-3449230 FAKSIMILE

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Revisi ke 07 Tanggal : 16 Februari 2017

Revisi ke 07 Tanggal : 16 Februari 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci