BAB 3 METODOLOGI. di lapangan yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI. di lapangan yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Konfigurasi Uji Sistem Konfigurasi uji sistem ini dilakukan untuk memahami performa atau kinerja dari sistem GEPON Alloptic dan untuk menganalisa masalah implementasi di lapangan yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium Pada percobaan pertama akan dilakukan tiga konfigurasi uji sistem untuk mengetahui pengaruh splitting pada sistem GEPON Alloptic. Konfigurasi uji sistem ini dimaksudkan untuk mengetahui range spesifik optical power budget, berupa batas atas maupun batas bawah optical power (daya optikal) input oleh ONU (Optical Network Unit Alloptic Home 4000) yang diterima dari OLT (Optical Line Terminal Alloptic Edge 200). Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk menentukan seberapa besar optical power budget yang dibutuhkan. Dalam aplikasinya, optical power input pada ONU merupakan optical power yang dapat diterima setelah terjadi atenuasi (redaman) pada saluran transmisi serat optik. Berikut adalah konfigurasinya: Konfigurasi perangkat GEPON yang terhubung langsung tanpa ada peredaman karena splitter : 72

2 73 Gambar 3.1 Diagram Blok Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter rasio 5/95 : Konfigurasi perangkat GEPON menggunakan splitter 1x2 dengan Gambar 3.2 Diagram Blok Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95 Konfigurasi ini menunjukan adanya power loss atau berkurangnya optical power karena atenuasi (redaman) oleh splitter ke masing-masing ONU dari optical power yang dihasilkan OLT. Pada ONU A dengan split ratio 5% memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 13.6 db dan pada ONU B dengan split ratio 95% memiliki spesifikasi nilai insertion loss sebesar 0.5 db. Insertion loss yang dimaksud adalah loss yang terdapat pada tiap splitter.

3 Konfigurasi perangkat GEPON menggunakan splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dan splitter 1x16 dengan rasio 6.25/line : 74 Gambar 3.3 Diagram Blok Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25%/line Konfigurasi ini menunjukan adanya power loss atau berkurangnya optical power karena atenuasi (redaman) oleh splitter ke masing-masing ONU dari optical power yang dihasilkan OLT. Pada ONU A dengan split ratio 50% memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 3.6 db sedangkan pada ONU B mengalami atenuasi (redaman) yang lebih besar oleh splitter, yaitu 3.1 db pada split ratio 50% kemudian ditambah dengan split ratio 6.25% yang memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 13 db Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan Pada percobaan kedua ini akan dilakukan perbandingan antara konfigurasi uji sistem yang dilakukan di laboratorium dengan konfigurasi sistem di lapangan yang telah dilakukan oleh PT. INFOKOM INTERNUSA. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan hasil optical power

4 75 yang didapat pada saat konfigurasi di laboratorium dengan hasil pengukuran di lapangan, di mana ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh seperti pemilihan splitter yang digunakan serta faktor jarak yang disubstitusi dengan menambahkan optical attenuator pada ujung connector kabel serat optik sesuai dengan nilai atenuasi yang dihasilkan pada jarak tertentu. Konfigurasi sistem di lapangan tersebut dapat dilihat pada blok diagram di bawah ini: Gambar 3.4 Diagram Blok Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan 3.2 Perangkat Keras Untuk konfigurasi uji sistem ini kami menggunakan beberapa perangkat keras yang ada pada PT. INFOKOM INTERNUSA yang mana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi dan merupakan salah satu

5 authorized supplier produk Alloptic yang berbasis serat optik. Perangkat keras yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut: Switch Manageable Gambar 3.5 Switch Manageable Loop Type IG7216 Switch yang digunakan adalah Loop IG7216. Switch ini memiliki 16 port 10/100/1000M UTP dan untuk port 13 sampai dengan port 16 memiliki dua fungsi karena merupakan kombinasi dengan 4 port Small Form-factor Pluggable (SFP) 1000M. Pada port-port tersebut jika ingin menggunakan fastethernet, maka yang aktif adalah adalah port Ethernet, sedangkan jika ingin menggunakan SFP maka yang akan aktif adalah port GE (Gigabit Ethernet). Fungsi switch ini adalah untuk menerima data yang dikirimkan server dari salah satu port-nya kemudian dengan port yang lain data diteruskan menuju Optical Line Terminal (OLT) Alloptic Edge 200 menggunakan VLAN trunking (VLAN antar network device). Port yang

6 77 digunakan pada switch ini adalah salah satu port GE 1000M yang memerlukan modul Small Form-factor Pluggable (SFP) kemudian dilanjutkan ke port Gigabit Ethernet dari Optical Line Terminal Alloptic Edge Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 Gambar 3.6 Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 Optical Line Terminal (OLT) merupakan salah satu komponen utama dari PON. Pada konfigurasi yang dilakukan Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 akan menerima data melalui port 1-Gigabit Ethernet (GE) yang memerlukan modul Small Form-factor Pluggable (SFP) kemudian akan meneruskan data-data tersebut dari port PON (PON-1) menuju Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000.

7 Optical Network Unit Alloptic Home 4000 Gambar 3.7 Optical Network Unit Alloptic Home 4000 Optical Network Unit Alloptic Home 4000 digunakan untuk menerima data yang dikirimkan oleh Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 kemudian diteruskan ke client (pelanggan). Optical Network Unit Alloptic Home 4000 memiliki empat port fastethernet yang digunakan oleh client untuk mengambil data dan dua port lainnya digunakan untuk voice, serta satu port untuk PON yang digunakan untuk menerima data dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Jumlah port fastethernet, voice, maupun PON bergantung pada tipe dari Optical Network Unit Alloptic-nya.

8 Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 Gambar 3.8 Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 sama seperti Optical Network Unit Alloptic Home 4000 di mana berfungsi menerima data dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 ini hanya memiliki empat port fastethernet tanpa ada port untuk voice, tetapi memiliki dua port PON di mana salah satu port-nya bisa digunakan sebagai cadangan apabila di port yang satu mengalami kerusakan atau terputus. Jumlah port dari Optical Network Unit ini juga bergantung pada tipenya masing-masing.

9 Serat Optik Gambar 3.9 Serat Optik Kabel serat optik ini digunakan sebagai media transmisi data yang diterima Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 untuk diteruskan Optical Network Unit Alloptic Home 4000 maupun Optical Network Unit Alloptic Xgen Pada konfigurasi uji sistem yang dilakukan, kabel serat optik yang digunakan memiliki connector tipe SC/APC (Subscriber Connector /Angle Polished Connector) dan dapat membawa tiga panjang gelombang sekaligus, yaitu panjang gelombang 1310 nm, 1490 nm, dan 1550 nm.

10 Optical Splitter Gambar 3.10 Optical Splitter Optical splitter atau biasa disebut splitter ini digunakan sebagai pembagi atau pencerai serat optik agar bisa digunakan pada lebih dari satu Optical Network Unit. Optical splitter yang digunakan dalam konfigurasi uji sistem ini yaitu splitter 1x2 rasio 5/95, 1x2 rasio 10/90, 1x2 rasio 20/80, 1x2 rasio 50/50, dan 1x16 rasio 6,25/line di mana tiap rasio memiliki insertion loss-nya masing-masing Optical Attenuator Gambar 3.11 Optical Attenuator

11 82 Optical attenuator merupakan suatu komponen yang digunakan untuk mengurangi optical power atau sebagai penambah atenuasi (redaman) pada serat optik. Pada tiga konfigurasi uji sistem yang dilakukan di laboratorium, optical attenuator ini digunakan sebagai atenuasi (redaman) untuk menentukan batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit. Sedangkan untuk perbandingan dari konfigurasi sistem pada implementasi di lapangan, digunakan sebagai atenuasi (redaman) dari jarak (substitusi atenuasi (redaman) akibat jarak), sehingga optical power yang diterima oleh Optical Network Unit akan mengalami peredaman. Nilai dari optical attenuator yang digunakan adalah 1 db, 2 db, 5 db, 7 db, dan 10 db Optical Power Meter Gambar 3.12 Optical Power Meter

12 83 Optical Power Meter (OPM) dipergunakan untuk mengukur optical power pada serat optik dengan satuan dbm. Pengukuran yang dapat dilakukan pada Optical Power Meter (OPM) terbatas pada -50 dbm sampai +26 dbm. Pada proses pengukuran, optical power yang diukur hanya pada panjang gelombang 1490 nm (jalur downstream) Spesifikasi PC/Notebook PC/Notebook Server dengan spesifikasi sebagai berikut : Intel Pentium dual-core processor T2130 (1.86 GHz, 533 MHz FSB, 1 MB L2 cache) Intel Graphics Media Accelerator MB DDR2 80GB HDD b/g WLAN Ethernet 10/100 PC/Notebook Client(A) dengan spesifikasi sebagai berikut : Intel Core 2 Duo processor P8700 (2.53Ghz, 3MB L2 cache, 1066Mhz FSB) 3 GB of DDR MHz memory Intel GMA 4500MHD (64 MB of dedicated video memory, up to 1695 MB of shared system memory) 320 GB HDD

13 84 Ethernet 10/100 PC/Notebook Client(B) dengan spesifikasi sebagai berikut : Intel Core 2 Duo Processor T6400 (2M Cache, 2.00 GHz, 800 MHz FSB) 2 GB of DDR2 800 MHz memory Intel GMA 4500MHD (796MB of shared system memory) 500 GB HDD Ethernet 10/ Perangkat Lunak Untuk konfigurasi uji sistem, kami menggunakan perangkat lunak sebagai berikut: VLC Media Player Gambar 3.13 VLC Media Player VLC Media Player ini merupakan video media player yang memiliki fasilitas untuk streaming video. Fasilitas streaming ini yang digunakan oleh PC/Notebook Server dan PC/Notebook Client untuk melakukan video

14 85 streaming. Streaming yang dilakukan menggunakan metode multicast, yaitu video ditransmisikan ke sekelompok penerima yang sebelumnya telah ditentukan, dengan IP address multicast yang digunakan yaitu Integrated Program Loop Gambar 3.14 Integrated Program Loop Integrated Program Loop merupakan aplikasi pada switch yang digunakan untuk melakukan konfigurasi seperti membuat VLAN pada setiap port dan mengatur port tersebut sebagai access ataupun trunk. Port yang diatur sebagai access digunakan untuk mengambil atau mengirimkan data ke switch, sedangkan port yang diatur sebagai trunk digunakan untuk mengakses Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Oleh karena itu, data dari server dapat dikirimkan menuju Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dan data tersebut dapat diterima oleh Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000.

15 Alloptic GigaVu Gambar 3.15 Alloptic GigaVu GigaVu Element Manager merupakan aplikasi built-in pada setiap perangkat keras Alloptic. Aplikasi ini digunakan untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 seperti mengaktifkan port baik port Ethernet pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 maupun pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000, mengaktifkan port PON, dan mengatur bandwidth sehingga data dapat diterima pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen Gigavu ini diakses melalui web browser (karena berbasis web).

16 Fraps Gambar 3.16 Fraps Aplikasi ini untuk mengetahui kualitas dari hasil video di mana parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas video tersebut adalah adalah frame yang diambil tiap detiknya. Untuk bisa mendapatkan hasil dari penggunaan aplikasi ini, ada beberapa bagian yang harus diatur, yaitu sebagai berikut : Folder to save benchmarks, digunakan untuk menentukan lokasi hasil capture yang disimpan. Benchmark Setting, digunakan untuk menentukan jenis variabel yang akan di-capture misalnya FPS, Frametimes, atau MinMaxAvg. Stop benchmark untuk menentukan waktu selesainya capture atau untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk meng-capture.

17 Skematik Konfigurasi Uji Sistem Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter \ Gambar 3.17 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter Pada konfigurasi uji sistem pertama digunakan sistem jaringan akses GEPON. Optical power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 langsung dihubungkan one-to-one ke Optical Network Unit Alloptic Home Gambar 3.17 adalah skematik yang digunakan untuk aplikasi video streaming pada teknologi serat optik.

18 89 Pada gambar 3.17, konfigurasi dirancang menggunakan satu PC server yang dihubungkan ke port 12 switch (LOOP TELECOM IG7216) kemudian melalui port 16 GE switch dengan VLAN trunking (VLAN antar network device) diteruskan ke port GE Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Kemudian hasil generate optical power dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dikeluarkan pada port PON-1 dengan nilai optical power sebesar 2,18 dbm untuk jalur downstream (panjang gelombang 1490 nm). Penyaluran power ini menggunakan kabel serat optik one-to-one menuju Optical Network Unit Alloptic Home Pada proses transmisi dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000, kami melakukan pengukuran optical power dengan menggunakan optical power meter. Selain itu, juga dilakukan pengukuran setelah optical attenuator dihubungkan pada kabel serat optik yang masuk ke Optical Network Unit Alloptic Home Hal ini dilakukan karena nilai optical power yang diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000 akan berkurang akibat atenuasi (redaman) karena optical attenuator. Dari konfigurasi inilah dapat diketahui range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000 serta dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas data atau video yang didapat oleh PC client. Pada akhirnya, output diteruskan ke PC Client melalui port fastethernet dari Optical Network Unit Alloptic Home 4000.

19 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95 Gambar 3.18 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95 Pada konfigurasi uji sistem kedua digunakan sistem jaringan akses GEPON. Power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan ke sebuah splitter 1x2 dengan rasio 5/95 yang artinya cabang splitter satu dan dua memiliki rasio 5% dan 95% dengan insertion

20 91 loss yang diketahui masing-masing 13.6 db dan 0.5 db. Cabang splitter yang 5% dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(A), sedangkan cabang splitter yang 95% dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(B). Proses awal dari konfigurasi ini hampir sama dengan konfigurasi pertama, yaitu PC server akan melakukan streaming video secara multicast kemudian data dikirim ke switch melalui port 12 dan diteruskan melalui port 16 GE switch dengan VLAN trunking (VLAN antar network device) masuk ke port GE Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Kemudian data akan dikirim menggunakan splitter 1x2 yang dibagi menjadi dua cabang dengan rasio 5% dan rasio 95% sehingga atenuasi (redaman) yang dihasilkan tiap cabang menjadi berbeda. Pemasangan optical attenuator dilakukan hampir sama dengan percobaan sebelumnya di mana ditambahkan pada setiap connector kabel serat optik yang masuk ke Optical Network Unit Alloptic Home Besarnya variasi nilai optical attenuator yang ditambahkan sesuai dengan kebutuhan yang mana untuk mengetahui range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000.

21 3.4.3 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25/line 92 Gambar 3.19 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25%/line Pada konfigurasi uji sistem ketiga digunakan sistem jaringan akses GEPON di mana power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan ke sebuah splitter 1x2 dengan rasio 50/50. Ini berarti

22 93 masing-masing cabang splitter memiliki rasio 50% namun terdapat perbedaan pada insertion loss yang dihasilkan yaitu antara 3.1 db dan 3.6 db. Pada cabang splitter yang memiliki insertion loss 3.6 db dihubungkan langsung pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000(A) yang telah terhubung dengan PC Client(A). Sedangkan pada cabang splitter yang memiliki insertion loss 3.1 db dihubungkan lagi dengan splitter 1x16 dengan rasio 6.25%/ line, artinya setiap cabang dari splitter 16 cabang memiliki insertion loss sebesar 13 db. Kemudian dari salah satu cabang dari splitter 1x16, dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(B) yang terhubung ke PC Client(B). Untuk menentukan range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Home 4000(A) ataupun Optical Network Unit Home 4000(B), digunakan optical attenuator yang akan dipasang secara seri pada ujung connector kabel serat optik. Besarnya variasi nilai optical attenuator yang ditambahkan, disesuaikan dengan kebutuhan untuk menentukan range optical power budget tersebut.

23 3.4.4 Skematik Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan 94 Gambar 3.20 Skematik Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem pada Implementasi di Lapangan Pada bagian ini merupakan perbandingan antara konfigurasi uji sistem di laboratorium dengan konfigurasi sistem di lapangan yang merupakan contoh proyek (implementasi) dari PT.INFOKOM INTERNUSA. Gambar 3.20 merupakan skematik contoh proyek yang telah dilakukan oleh

24 95 PT.INFOKOM INTERNUSA untuk PT. Chevron Pasific Indonesia di Duri Pungut dan Sintong, Pekan Baru, Kepulauan Riau. Sistem jaringan akses GEPON yang diimplementasikan menggunakan dua buah jalur yaitu jalur main dan jalur protect. Jalur main adalah jalur utama yang digunakan dalam transmisi data, sedangkan jalur protect adalah jalur yang digunakan sebagai pengamanan atau cadangan pada koneksi jaringan untuk transmisi jika terdapat technical failure seperti putusnya jaringan kabel serat optik pada sistem. Pada sistem ini menggunakan satu buah Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 (Duri Tower) dengan menggunakan port PON-1 sebagai port optical power output di mana kemudian dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur main dan protect menggunakan splitter 1x2 dengan rasio 50/50 (insertion loss: 3.1/3.6). Pada end line terdapat tiga site tempat ONU berada, yaitu KM125, CGS A3, dan CGS A5. Pada jalur main hasil optical power output dari pembagian salah satu cabang splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dilakukan pembagian lagi untuk masing-masing site ONU di mana semua splitter yang digunakan menggunakan splitter 1x2 dengan rasio masing-masing 5/95 (insertion loss: 13.6/0.5) dan 10/90 (insertion loss: 10/0.7). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.20 di mana yang masuk pada site ONU KM125 menggunakan cabang splitter 1x2 dengan rasio 5%, kemudian cabang splitter dengan rasio 95% dihubungkan dengan splitter 1x2 dengan rasio 10/90 dan cabang splitter yang rasio 10% diteruskan pada site ONU CGS A3 ditambah optical attenuator 1

25 96 db, serta cabang splitter yang 90% diteruskan pada site ONU CGS A5 dan ditambah dengan optical attenuator 10 db. Selain itu, pada gambar 3.20 terlihat adanya atenuasi (redaman) diakibatkan jarak di mana nilai atenuasi (redaman) dalam 1 km jarak berkisar antara 0,25 db sampai dengan 0,3 db. Oleh karena itu, pada konfigurasi sistem di laboratorium jarak ini disubstitusikan dengan optical attenuator, dan diasumsikan 1 km pada konfigurasi mengalami atenuasi sebesar 0,3 db (nilai optical attenuator yang digunakan disesuaikan dengan loss akibat panjangnya jarak). Maka dari itu, sesuai gambar 3.20 pada jalur main-nya digunakan optical attenuator 3 db pada jarak 9 km dan optical attenuator 1 db pada jarak 4 km. Pada jalur protect hasil optical power output dari salah satu cabang lain splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dihubungkan ke splitter 1x2 dengan rasio 10/90, di mana pada cabang splitter 1x2 dengan rasio 10% masuk pada site ONU CGS A5 yang ditambahkan optical attenuator sebesar 1 db. Kemudian pada cabang splitter rasio 90% dihubungkan dengan splitter 1x2 dengan rasio 20/80 (insertion loss: 7.1/1.3). Pada cabang splitter dengan rasio 20% akan ditambahkan optical attenuator sebesar 2 db dan dihubungkan dengan site ONU CGS A3. Untuk cabang splitter dengan rasio 80% akan ditambahkan optical attenuator sebesar 7 db dan dihubungkan ke site ONU KM125.

26 Konfigurasi Pada Perangkat Keras Berikut ini akan dijelaskan konfigurasi yang harus dilakukan pada perangkat Switch Manageable Loop Type IG7216 dan Optical Line Terminal Alloptic Edge Konfigurasi Perangkat Switch Manageable Loop Type IG7216 Pada switch ini, kami menggunakan port 7 sebagai port management untuk melakukan konfigurasi switch di mana menggunakan IP address pada PC yaitu dengan subnet mask Penggunaan IP address ini disesuaikan dengan IP address default dari switch itu sendiri agar berada dalam satu network yang sama sehingga dapat diakses. Konfigurasi switch ini berbasis web, yaitu menggunakan web browser pada PC untuk mengaksesnya. Tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan konfigurasi pada perangkat switch ini adalah sebagai berikut : Gambar 3.21 Tampilan Login Konfigurasi Switch Manageable Loop Type IG7216

27 98 Gambar 3.22 Tampilan System Configuration 1. Buka web browser (Internet Explorer/Mozilla/Google Chrome) dan ketik pada bagian address Akan terlihat tampilan untuk log-in, di mana meminta untuk memasukkan user name ADMIN dan password LOOP. Ini merupakan username default dan password default dari switch tersebut.

28 99 Gambar 3.23 Tampilan Port Configuration 3. Pada menu aplikasi, pilih port port configuration Auto Mode: Auto detect apply. Auto detect digunakan untuk mendeteksi secara otomatis port yang sedang aktif. Gambar 3.24 Tampilan 802.1Q Virtual LAN

29 Untuk penggunaan VLAN. Yang harus diaktifkan terlebih dahulu dengan cara pilih VLAN 802.1Q VLAN 802.1Q VLAN aktifkan 802.1Q VLAN apply. Gambar 3.25 Tampilan Tag Rule Configuration 5. Setiap port mempunyai peran masing-masing dan bisa ditentukan untuk digunakan sebagai port trunk (port penghubung antara perangkat interface Ethernet/ network device) atau port access (port penghubung antara perangkat interface Ethernet/network device dengan perangkat Ethernet client). Pada konfigurasi, kami menggunakan port 16 sebagai trunk dan port 12 sebagai access. Untuk mengatur peran port pada switch Pilih VLAN 802.1Q VLAN VLAN Tag Rules port 16 : Trunk Apply.

30 101 Gambar 3.26 Tampilan VLAN Stacking 6. Pilih VLAN 802.1Q VLAN VLAN Stacking port 12 : SPVID(PVID) adalah 200. Untuk SPVID(PVID) adalah VLAN ID yang digunakan untuk berkomunikasi dengan OLT pada port 12 yaitu 200. Gambar 3.27 Tampilan 802.1Q Static VLAN Setting

31 Untuk membuat VLAN ID pilih VLAN 802.1Q VLAN Static 1Q VLAN create VLAN dengan ID 200 create pilihlah port yang akan dijadikan member pada VLAN ID 200 yaitu port 12 dan port 16 yang kami pergunakan untuk konfigurasi ini. Gambar 3.28 Tampilan Active 802.1Q VLAN Table 8. Untuk melihat hasil konfigurasi VLAN yang telah dibuat maka pilih VLAN 802.1Q VLAN VLAN Table.

32 103 Gambar 3.29 Tampilan Trunk 9. Pilih Trunk Trunk Information Trunk : Enable apply Konfigurasi Perangkat Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 Port Management (port MGMT) yang ada di Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan dengan PC yang akan digunakan untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Untuk IP address pada PC tersebut menggunakan dengan subnet mask dan default gateway adalah , di mana IP address yang digunakan disesuaikan dengan IP address default dari OLT agar berada dalam satu network yang sama sehingga dapat diakses. Konfigurasi Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 ini berbasis web, yaitu menggunakan web browser untuk mengaksesnya. Tahap-tahap yang dilakukan

33 104 untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 sebagai berikut: Gambar 3.30 Tampilan Login Alloptic GigaVu 1. Buka web browser (Internet Explorer/Mozilla/Google Chrome) dan ketik pada bagian address Akan terlihat tampilan untuk log-in, di mana meminta untuk memasukkan user name admin123 dan password admin123. Ini merupakan username default dan password default dari OLT.

34 105 Gambar 3.31 Tampilan Port Configuration Gambar 3.32 Tampilan Saat Memilih Port PON

35 Pada konfigurasi ini kami menggunakan PON1 untuk mengirimkan data ke ONU. Untuk mengaktifkannya pilih System Provisioning chassis configuration klik PON 1 Admin State : Enable Submit. Gambar 3.33 Tampilan Saat Memilih Port Ethernet 4. Untuk mengaktifkan GE-1 maka pilih System Provisioning chassis configuration klik 1GE 1 Gig Ethernet 1 : Enable submit.

36 107 Gambar 3.34 Tampilan Pengaktifan Optical Network Unit 5. Untuk mengaktifkan ONU yang digunakan pilih System Provisioning ONU configuration Admin state : Enable submit. Gambar 3.35 Tampilan Pengaktifan Port Ethernet Pada Optical Network Unit

37 Untuk mengaktifkan port 1 ONU sebagai IPVideo maka klik port Ethernet Port 1 : Enable dan interface : IPVideo submit. Gambar 3.36 Tampilan Konfigurasi Port Ethernet Pada Optical Network Unit 7. Mengatur bandwidth pada port 1 ONU maka pilih System Provisioning ONU configuration IP Video Port Configuration Port 1: Enable, fast leave : no, channel alarm threshold: 3, max channel : 5, Secure STB: no, dan upstream BW: 100Mbps submit.

38 109 Gambar 3.37 Tampilan VLAN Configuration Untuk IP Video 8. Pilih System Provisioning IP Video Service untuk VLAN ID : 200, IP Address: , IGMP diaktifkan dengan konfigurasi default, VLAN : Enable submit. Gambar 3.38 Tampilan PON Port Configuration Untuk IP Video

39 Untuk mengatur bandwidth pada PON-1 pilih System Provisioning IP Video PON port PON ID - 1 : Enabled, downstream BW: 90 Mbps, alarm threshold : 5, max channel: 7 submit. Gambar 3.39 Tampilan Network Port Configuration Untuk IP Video 10. Untuk mengatur bandwidth pada Gigabit Ethernet port 1 pilih System Provisioning IP Video Network Port Gig Port 1: Enabled, downstream: 500 Mbps, upstream: 500 Mbps submit.

40 111 Gambar 3.40 Tampilan Membuat IP Video Multicast Address 11. Untuk membuat IPVideo multicast address maka pilih System Provisioning IP Video multicast address Multicast address: , Status : Enable, type: video -> submit. Gambar 3.41 Tampilan Penyimpanan Configuration File.

41 Konfigurasi Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 yang telah kita buat haruslah disimpan sebelum dimatikan agar konfigurasi tersebut tersimpan pada flash memori. Untuk menyimpannya pilih File Services save/erase save 3.6 Konfigurasi Pada Perangkat Lunak Berikut ini adalah konfigurasi untuk VLC Media Player pada PC Server dan pada PC Client Konfigurasi VLC Media Player Pada PC Server Gambar 3.42 Tampilan VLC Media Player Pada Menu Open Media 1. Buka VLC media player. 2. Pilih Media Streaming, maka akan muncul tampilan seperti gambar Pilih Add dan pilihlah video yang ingin distream dan klik Stream.

42 113 Gambar 3.43 Tampilan Stream Output Pada Destinations 4. Akan muncul konfigurasi untuk Source, kemudian klik Next. 5. Untuk konfigurasi Destinations pilih mode UDP (legacy) Add. 6. Untuk Address : dan Port : 1234 kemudian klik Next. Gambar 3.44 Tampilan Stream Output Pada Option

43 Ganti Time-To-Live (TTL) menjadi 64 dan klik Stream 3.6.2Konfigurasi VLC Media Player Pada PC Client Gambar 3.45 Tampilan Open Network Stream 1. Buka VLC media player 2. Pilih Media Open Network Streaming, maka akan muncul tampilan seperti gambar Pada network URL ketik : udp://@ :1234 dan klik Play

VIDEO STREAMING WITH GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK TECHNOLOGY

VIDEO STREAMING WITH GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK TECHNOLOGY VIDEO STREAMING WITH GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK TECHNOLOGY Dian Sulayman; Glorius Kusuma; Aditya Pratama Purnomo; Robby Saleh Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University

Lebih terperinci

BAB III. Pada tugas akhir ini dilakukan perbandingan video streaming dengan

BAB III. Pada tugas akhir ini dilakukan perbandingan video streaming dengan BAB III SCENARIO TESTING 3.1. Rancangan Sistem Pada tugas akhir ini dilakukan perbandingan video streaming dengan menggunakan teknologi Ethernet dan Gigabit Passive Optical Network (GPON). Perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN BAB III METEODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Analisis Gangguan Gambar 3.1 Flowchart alur analisis gangguan Dalam menganalisis gangguan triple play, penulis menggunakan standart system konfigurasi dan standart

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Sistem Jaringan LAN di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

BAB IV PEMBAHASAN Sistem Jaringan LAN di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Sistem Jaringan LAN di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Jaringan komputer LAN digunakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat terutama pada bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Rancangan Topologi 4.1.1. Topologi Jaringan Pada Bagian Umum dan Pengadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Desain topologi jaringan komputer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN IM PLEMENTASI. terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi di dalam

BAB 3 ANALISIS DAN IM PLEMENTASI. terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi di dalam BAB 3 ANALISIS DAN IM PLEMENTASI 3.1 Umum Jaringan komputer bukanlah yang baru pada saat ini, hampir di setiap perusahaan terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi di dalam perusahaan

Lebih terperinci

Perangkat pendukung dan tools yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tools Laptop Kabel Ethernet sebagai media Logi

Perangkat pendukung dan tools yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tools Laptop Kabel Ethernet sebagai media Logi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Peneltian Pengukuran dan observasi yang dilakukan penulis di lapangan menggunakan bantuan tools aplikasi yang dilakukan secara aktual. Pada metode penelitian

Lebih terperinci

Lampiran A : Hasil Wawancara. Hasil wawancara dengan Bapak Setiawan Soetopo, manager Internet Service

Lampiran A : Hasil Wawancara. Hasil wawancara dengan Bapak Setiawan Soetopo, manager Internet Service L1 Lampiran A : Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan Bapak Setiawan Soetopo, manager Internet Service Provider (ISP) Kingkongznet untuk mendapatkan informasi mengenai sistem yang sedang berjalan. Berikut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sarana Simulasi Uji coba dilakukan untuk membuktikan apakah sistem jaringan yang sudah dirancang dapat berjalan dengan baik. Namun, dikarenakan pihak kantor PT Synergy Adhi

Lebih terperinci

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami dan mampu melakukan konfigurasi jaringan wireless menggunakan router wireless atau access point (AP). 2. Memahami dan mampu melakukan konfigurasi jaringan wireless menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Sistem yang penulis usulkan adalah sebuah sistem berbasis web yang berfungsi

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Sistem yang penulis usulkan adalah sebuah sistem berbasis web yang berfungsi BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1 Gambaran umum sistem yang diusulkan Sistem yang penulis usulkan adalah sebuah sistem berbasis web yang berfungsi sebagai interface pengamatan dari output video

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE 4.1 Analisa Konfigurasi Konfigurasi pada Gigabit Passive Optical Network (GPON) terbagi menjadi 2, yaitu Konfigurasi Logic dan Konfigurasi Fisik

Lebih terperinci

Tutorial Cisco Packet Tracer: Konfigurasi VLAN Pada Switch

Tutorial Cisco Packet Tracer: Konfigurasi VLAN Pada Switch Tutorial Cisco Packet Tracer: Konfigurasi VLAN Pada Switch Kepanjangan dari VLAN adalah Virtual LAN. Konsep VLAN itu sendiri adalah membuat jaringan di dalam sebuah jaringan, dengan kata lain VLAN dapat

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN - PAKET 2

UJI KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN - PAKET 2 MODUL PEMBAHASAN MATERI UJI KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN - PAKET 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 SMK TARUNA PEKANBARU Jl.Rajawali Sakti No.90 Panam (0761) 566947 Pekanbaru 28293 email: www.smktaruna98_pku@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab ini dibahas mengenai beberapa parameter-parameter yang menjadi tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan DSLAM (Digital Subscriber

Lebih terperinci

Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing

Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing Setelah dari Bab 1 sampai dengan Bab 4 kita belajar membuat serta menggunakan jaringan lokal (LAN), marilah pada bab ini kita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan 2 router yang

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan 2 router yang BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Dalam sistem perancangan ini awal mula dibuat perancangan topologi jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Switch dengan 36 port 2. Dua Krimping Tools meter kabel UTP Konektor RJ Lan Tester

BAB III PEMBAHASAN Switch dengan 36 port 2. Dua Krimping Tools meter kabel UTP Konektor RJ Lan Tester BAB III PEMBAHASAN 3.1. Analisis Analisa dibutuhkan untuk mengevaluasi masalah jaringan yang ada agar dapat berjalan dengan baik dan benar. Analisis merupakan bagian terpenting karena merupakan inti dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Jaringan VLAN Berdasarkan analisis terhadap sistem jaringan yang sedang berjalan dan permasalahan jaringan yang sedang dihadapi oleh PT. Mitra Sejati Mulia Industri,

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM BAB 4. PERANCANGAN SISTEM 4.1. Diagram Alur Perancangan. Langkah awal dari analisa perancangan jaringan adalah lokasi. Setelah lokasi ditentukan, lakukan pengumpulan data data yang diperlukan dalam perancangan

Lebih terperinci

RIP dan Static Routing

RIP dan Static Routing MODUL PRAKTIKUM RIP dan Static Routing A. Uraian Materi A.1 Komponen-komponen dari Router 1. CPU (Central Processing Unit) Berfungsi untuk mengeksekusi instruksi pada Operating System. Fungsi yang lain

Lebih terperinci

BAB 4 KONFIGURASI DAN UJI COBA. jaringan dapat menerima IP address dari DHCP server pada PC router.

BAB 4 KONFIGURASI DAN UJI COBA. jaringan dapat menerima IP address dari DHCP server pada PC router. BAB 4 KONFIGURASI DAN UJI COBA 4.1 Konfigurasi Sistem Jaringan Konfigurasi sistem jaringan ini dilakukan pada PC router, access point dan komputer/laptop pengguna. Konfigurasi pada PC router bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The 54 BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The Home baru di suatu lokasi yang ditentukan dengan menggunakkan teknologi GPON yang ada di PT. Telkom,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA JARINGAN KOMPUTER 4.1. Umum Jaringan komputer LAN digunakan oleh PT.CEO SUITE, terutama pada gedung kantor mempunyai sistem jaringan komputer yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Setelah melakukan perancangan sistem serta tampilan antarmuka, maka langkah selanjutnya ialah penginstalan server server yang akan digunakan dalam sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahap Pembangunan Sistem 4.1.1. Implementasi Windows Server 2012 R2 Pada tahap pertama, penulis menggunakan Windows Server 2012 R2 sebagai sistem operasi pada server utama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Secara konvensional, data dikirimkam melalui partikel elektron yang merambat pada medium yang bersifat konduktor. Kecepatan rambat elektron pada media konduktor terbilang

Lebih terperinci

CARA MEMASANG WIFI ACCESS POINT DENGAN MODEM

CARA MEMASANG WIFI ACCESS POINT DENGAN MODEM CARA MEMASANG WIFI ACCESS POINT DENGAN MODEM Menggunakan Wifi Access Point (WAP) sebenarnya gampang-gampang susah. Jika anda menggunakan modem dan WAP yang berbeda misalnya modem merek TP Link dan WAP

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir proses perancangan dan pembuatan Live Video Streaming menggunakan jaringan internet, WLAN dan Wireless IP camera 40 3.2 Topologi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Processor Intel Core 2 GHz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Processor Intel Core 2 GHz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Aplikasi ini telah diimplementasikan pada komputer dengan spesifikasi hardware sebagai berikut : 1. Processor Intel Core 2 Duo @2,8 GHz 2. 2 GB RAM 3. 2

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Pada subbab ini akan dijelaskan spesifikasi perangkat jaringan yang meliputi spesifikasi sistem perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Analisa Analisa yang penulis lakukan adalah memberikan ilustrasi berupa gambaan umum, keadaan saat ini dan kendala yang dihadapi sebagai berikut: 3.1.1 Gambaran

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT) BAB 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1 Spesifikasi Sistem GPON 1. Optical Line Termination (OLT) Berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan media transmisi fiber optic. Gambar 4.1 OLT ZTE ZXA10 C220

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, aktivitas bertukar informasi menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini kemudian membutuhkan

Lebih terperinci

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut : 51 Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dikarenakan biaya, waktu dan tempat yang tidak memungkinkan untuk dapat mengimplementasikan perancangan penulis secara langsung, maka penulis mensimulasikan jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan dalam rancangan jaringan sesuai acuan topologi external network perusahaan.

Lebih terperinci

TUTORIAL CISCO PACKET TRACER 5

TUTORIAL CISCO PACKET TRACER 5 TUTORIAL CISCO PACKET TRACER 5 I. Pengantar Cisco Packet Tracer merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Cisco Company, bertujuan untuk melakukan simulasi jaringan komputer dan untuk melakukan monitoring

Lebih terperinci

MODUL III Membuat Server HTTP Pada Jaringan

MODUL III Membuat Server HTTP Pada Jaringan MODUL III Membuat Server HTTP Pada Jaringan PERSIAPAN Persiapan simulasi server HTTP dalam contoh ini adalah dengan menggunakan 1 buah workstation dan 1 server yang terhubung langsung dengan kabel --tipe

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan File Server Menggunakan Cloud Perancangan layanan file server menggunakan cloud pada PT Mugi Cipta Perkasa dilakukan dengan menggunakan sebuah server yang akan

Lebih terperinci

Lab 1. VLAN (virtual LAN)

Lab 1. VLAN (virtual LAN) Lab 1. VLAN (virtual LAN) Digunakan untuk membuat segmentasi network Vlan 1 merupakan vlan default Masing-masing vlan memiliki alamat network sendiri-sendiri 1a. Network Topologi VLAN 10 VLAN 20 A C B

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. CV. Setia Mandiri. Sesuai dengan keperluan di CV. Setia Mandiri, penempatan access point

BAB IV IMPLEMENTASI. CV. Setia Mandiri. Sesuai dengan keperluan di CV. Setia Mandiri, penempatan access point BAB IV IMPLEMENTASI 4.1 Perancangan WLAN di CV. Setia Mandiri Perancangan dilakukan berdasarkan observasi lapangan dan permintaan dari pihak CV. Setia Mandiri. Sesuai dengan keperluan di CV. Setia Mandiri,

Lebih terperinci

Web Portal Bagi User. Gambar 4.28 Halaman Menu Utama (Home) User. Pada halaman menu utama User tersedia menu untuk CDR,

Web Portal Bagi User. Gambar 4.28 Halaman Menu Utama (Home) User. Pada halaman menu utama User tersedia menu untuk CDR, 199 4.3.3.2 Web Portal Bagi User Gambar 4.28 Halaman Menu Utama (Home) User Pada halaman menu utama User tersedia menu untuk CDR, Billing, dan Contact Us. User bisa memilih fitur yang ingin diakses melalui

Lebih terperinci

TOPOLOGI DAN IMPLEMENTASI VLAN DENGAN CISCO SWITCH 3750

TOPOLOGI DAN IMPLEMENTASI VLAN DENGAN CISCO SWITCH 3750 TOPOLOGI DAN IMPLEMENTASI VLAN DENGAN CISCO SWITCH 3750 Oleh : Muhammad Fadlan (14111011) Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 1. Pendahuluan Jaringan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. terhadap hasil konfigurasi yang telah diimplementasikan. Adapun evaluasi yang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. terhadap hasil konfigurasi yang telah diimplementasikan. Adapun evaluasi yang BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini akan membahas secara rinci mengenai langkah-langkah yang dilakukan terhadap rancangan infrastruktur yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah proses implementasi

Lebih terperinci

Diagram skematik dari dua aplikasi pada wireless LAN dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini :

Diagram skematik dari dua aplikasi pada wireless LAN dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini : MODUL 12 WIRELESS NETWORK TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mahasiswa mampu memahami system enkripsi di jaringan wireless 2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan system sekuriti di jaringan wireless 3. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Metodologi Analisis yang digunakan Pada penganalisisan ini menggunakan metodologi analisis Ex Post Facto dimana memiliki pengertian yaitu melakukan analisis peristiwa yang telah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) Wireless LAN - AP O L E H Nama : Wahyudi Rahmat NIM : 0506021286 Fak/Jur : F S T/Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi System Setelah melalui tahap analisis dan perancangan, selanjutnya aplikasi yang dibuat diharapkan dapat menjadi solusi dalam proses pelacakan pengiriman

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dilakukan analisis kebutuhan dan perancangan dalam pembuatan proyek akhir Implementasi load balancer dan fail over pada email server. Berikut adalah analisis

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK 33 BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Bab ini membahas tentang proses setting untuk VPN pada Mikrotik dan menampilkan foto-foto hasil yang telah dikerjakan. 4.1 INSTALASI DAN PENGGUNAAN MIKROTIK 4.1.1 Prosedur

Lebih terperinci

Konsep Virtual LAN (VLAN)

Konsep Virtual LAN (VLAN) Konsep Virtual LAN (VLAN) Prinsip utama sebuah LAN adalah, semua device yang berada pada satu LAN berarti berada pada satu broadcast domain. Sebuah broadcast domain mencakup semua device yang terhubung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pembuatan VLAN, pengujian terhadap pembuatan monitoring bandwith dan

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pembuatan VLAN, pengujian terhadap pembuatan monitoring bandwith dan BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap aplikasi pada PC Router yang telah selesai dibuat. Dimulai dari Pengujian terhadap authentifikasi, pengujian terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. HP Pro 3500 Microtower PC (D5S76EA) Processor family: Intel Core i3 processor

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. HP Pro 3500 Microtower PC (D5S76EA) Processor family: Intel Core i3 processor BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 CPU HP Pro 3500 Microtower PC (D5S76EA) System Processor family: Intel Core i3 processor Processor: Intel Core i3-3240 with Intel HD Graphics 2500

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 80 BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, solusi yang diberikan untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Solusi Corporindo Teknologi adalah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Prosesor Intel CPU GHZ. 3. HDD Seagate 80 Gb SATA. 4. Satu interface ke jaringan local (IP privat).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Prosesor Intel CPU GHZ. 3. HDD Seagate 80 Gb SATA. 4. Satu interface ke jaringan local (IP privat). 52 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Sistem Server Spesifikasi dari perangkat keras yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Prosesor Intel CPU 2140 1.6 GHZ. 2. Memory DDR

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk dapat melakukan implementasi maka diperlukan perangkat Hardware dan Software yang digunakan. Hardware - Router Wifi Mikrotik RB951 - Modem ISP Utama

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi minimum sebagai berikut: Server yang dibutuhkan sebagai Internet gateway di PT.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi minimum sebagai berikut: Server yang dibutuhkan sebagai Internet gateway di PT. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Sumber Daya yang Dibutuhkan 4.1.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras Dalam membangun sistem ini, dibutuhkan kebutuhan perangkat keras dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Setelah melalui proses perancangan sistem, kini saatnya mengimplementasikan apa yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Implementasi sistem Video

Lebih terperinci

Choirul Amri. I. Pendahuluan.

Choirul Amri. I. Pendahuluan. Konfigurasi Internet Sharing dengan WinRoute Pro Choirul Amri choirul@bsmdaemon.com http://bsmdaemon.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

BAB IV KEGIATAN PRAKERIN

BAB IV KEGIATAN PRAKERIN BAB IV KEGIATAN PRAKERIN 4.1 Judul : Pemasangan Baru Telepon dan Speedy beserta WiFi 4.2 Prosedure : Gambar 4..1 Skema Pemasangan Speedy 1) Entri Data Entri Data merupakan suatu proses penginputan data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI

BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI 4.1 HASIL DESAIN APLIKASI Pada peta yang ada, baik yang merupakan model maupun diagram sebenarnya pada RA dan RAV, akan diberikan parameter awal Q (Max

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Topologi Jaringan Hotspot Perancangan arsitektur jaringan hotspot secara fisik dapat dilihat seperti Gambar 3.1. Gambar 3.1 Skema rancangan jaringan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi sistem Dalam membangun jaringan pada PT. BERKAH KARYA MANDIRI dibutuhkan beberapa pendukung baik perangkat keras maupun perangkat lunak. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. System Integrator yang bergerak di beberapa bidang komputer salah satunya adalah

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. System Integrator yang bergerak di beberapa bidang komputer salah satunya adalah BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan PT. Mastersystem Infotama merupakan salah satu perusahaan System Integrator yang bergerak di beberapa bidang komputer salah satunya

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Kegiatan Kerja Praktek

BAB III PEMBAHASAN Kegiatan Kerja Praktek BAB III PEMBAHASAN 3.1. Kegiatan Kerja Praktek Tempat dari kerja praktek ini berada di PT. JalaWave Cakrawala tepatnya di kantor cabang Kosambi yang berlokasi di Kompleks Segitiga Emas jalan Jend. A. Yani

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI KEAHLIAN

UJI KOMPETENSI KEAHLIAN WORKSHOP PEMBAHASAN MATERI UJI KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN - PAKET 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 STT ATLAS NUSANTARA MALANG Jalan Teluk Pacitan 14, Arjosari Malang 65126 Telp. (0341) 475898,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN SISTEM. dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara

BAB 4 PENGUJIAN SISTEM. dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara BAB 4 PENGUJIAN SISTEM 4.1 Persiapan Simulasi Dikarenakan untuk mengimplementasikan sistem jaringan VPN dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara langsung ke dalam sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan internet Spesifikasi dan Implementasi Perangkat Keras

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan internet Spesifikasi dan Implementasi Perangkat Keras BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Spesifikasi dan Implementasi Sistem Implementasi sistem yang telah dirancang, baik rancangan jaringan maupun rancangan database meliputi 3 (tiga) komponen utama yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Implementasi Sistem Jaringan Diskless 4.1.1. Implementasi Rangkaian Perangkat Jaringan a. Rangkaian menggunakan port ethernet card Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sistem jaringan

Lebih terperinci

Mengeset IP Address Switch DLINK DES 3526 Oleh Happy Chandraleka (a.k.a. ÇäkrabiRâwÄ)

Mengeset IP Address Switch DLINK DES 3526 Oleh Happy Chandraleka (a.k.a. ÇäkrabiRâwÄ) Mengeset IP Address Switch DLINK DES 3526 Oleh Happy Chandraleka (a.k.a. ÇäkrabiRâwÄ) cakrabirawa@mail.ru Switch merupakan suatu perangkat jaringan yang digunakan untuk menghubungkan banyak komputer ke

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi yang Diperlukan 4.1.1 Spesifikasi Piranti Keras Spesifikasi piranti keras yang digunakan saat pengujian aplikasi The Perfect Novel adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN Pada tahap ini dilakukan implementasi sistem yang meliputi spesifikasi sistem untuk perangkat keras dan perangkat lunak pada sistem jaringan

Lebih terperinci

Resume. Pelatihan Membuat PC Router Menggunakan ClearOS. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah. Lab. Hardware

Resume. Pelatihan Membuat PC Router Menggunakan ClearOS. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah. Lab. Hardware Resume Pelatihan Membuat PC Router Menggunakan ClearOS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Lab. Hardware Nama : Andrian Ramadhan F. NIM : 10512318 Kelas : Sistem Informasi 8 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Skenario Uji Coba Dengan rancangan jaringan yang telah dibuat, perlu dilakukan uji coba untuk membuktikan bahwa rancangan load balancing dan failover tersebut dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI. Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI. Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi 55 BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam implementasi simulasi rt/rw wireless net pada Perumahan Sunter Agung Podomoro : 1 buah

Lebih terperinci

Gambar 1 Sebuah jaringan flat menggunakan 4 buah switch 1

Gambar 1 Sebuah jaringan flat menggunakan 4 buah switch 1 INTRODUCTION TO VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DAN HANDS-ON SIMULATION CONFIGURASI SWITCH MULTILAYER CISCO CATALYST 3550 A. Pengantar VLAN Salah satu permasalahan pada komponen jaringan yang hanya bekerja

Lebih terperinci

PENGATURAN BANDWIDTH DI PT. IFORTE SOLUSI INFOTEK DENGAN MIKROTIK ROUTER BOARD 951Ui-2HnD

PENGATURAN BANDWIDTH DI PT. IFORTE SOLUSI INFOTEK DENGAN MIKROTIK ROUTER BOARD 951Ui-2HnD BAB IV PENGATURAN BANDWIDTH DI PT. IFORTE SOLUSI INFOTEK DENGAN MIKROTIK ROUTER BOARD 951Ui-2HnD 4.1 Menginstal Aplikasi WinBox Sebelum memulai mengkonfigurasi Mikrotik, pastikan PC sudah terinstal aplikasi

Lebih terperinci

Access Control System. Cara Menambahkan Device dan mendaftarkan user Ke ivms P a g e

Access Control System. Cara Menambahkan Device dan mendaftarkan user Ke ivms P a g e Access Control System Cara Menambahkan Device dan mendaftarkan user Ke ivms-4200 1 P a g e Fingerprint Access Control Terminal DS-K1T803MF AKtivasi Perangkat Berikut adalah cara mendaftarkan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi yang telah direncanakan bekerja dengan baik atau tidak. Pengujian sistem juga berguna untuk mengetahui

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan. Persiapan

Ringkasan. Kebijakan. Persiapan Ringkasan Hik-Connect adalah fitur baru yang diperkenalkan oleh Hikvision yang terintegrasi dengan fitur dynamic domain name service berikut dengan fitur alarm push notification. Yang memberikan kemudahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pada simulasi ini penulis menggunakan GNS3 versi yang merupakan versi terbaru pada

LAMPIRAN. Pada simulasi ini penulis menggunakan GNS3 versi yang merupakan versi terbaru pada LAMPIRAN Hardware yang digunakan dalam simulasi: Router Version : Cisco Router 2961 Platform : Cisco Pada simulasi ini penulis menggunakan GNS3 versi 0.7.2 yang merupakan versi terbaru pada saat kami mengunduhnya

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Perancangan Sistem

Gambar 3.1 Perancangan Sistem BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem monitoring yang terbagi menjadi dua bagian, sistem bagian pertama adalah objek yang akan dimonitor, sistem bagian kedua merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. pelaksanaan kerja praktek ada sebagai berikut : WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT DIVISI SISKOHAT yang beralamat di

BAB III PEMBAHASAN. pelaksanaan kerja praktek ada sebagai berikut : WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT DIVISI SISKOHAT yang beralamat di BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jadwal Kerja Praktek Jadwal kerja praktek yang dilaksanakan meliputi lokasi dan waktu pelaksanaan kerja praktek ada sebagai berikut : a. Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek Tempat kerja

Lebih terperinci

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar-dasar GPON GPON atau Gigabit Passive Optical Network merupakan sebuah arsitektur point-to-multipoint yang menggunakan media transmisi berupa fiber optik. GPON mampu mendukung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. piranti lunak (software), kebutuhan perangkat keras (hardware) dan kebutuhan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. piranti lunak (software), kebutuhan perangkat keras (hardware) dan kebutuhan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Pengembangan Sistem Pada tahap implementasi sistem, hal-hal yang dibutuhkan dalam implementasi sistem aplikasi Call Center berbasis web terdiri atas kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perancangan yang dilakukan pada penelitian ini bersifat simulasi, karena jaringan Cloud

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perancangan yang dilakukan pada penelitian ini bersifat simulasi, karena jaringan Cloud BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Simulasi Jaringan Cloud Computing Perancangan yang dilakukan pada penelitian ini bersifat simulasi, karena jaringan Cloud Computing yang dirancang belum pasti akan diimplementasikan.

Lebih terperinci

Konfigurasi Awal Router Mikrotik

Konfigurasi Awal Router Mikrotik 4.4.2 Implementasi Perangkat Lunak 4.4.2.1 Konfigurasi Awal Router Mikrotik Perangkat lunak menggunakan mikrotik yang telah terinstall di dalam router RB751U-2HnD. Sebelum melakukan konfigurasi pada router

Lebih terperinci

Percobaan VLAN. Konfigurasi VLAN

Percobaan VLAN. Konfigurasi VLAN Percobaan VLAN Digunakan 2 switch pada jaringan VLAN. Untuk jaringan 192.168.10.0/24 menggunakan VLAN10 dan 192.168.30.0/24 menggunakan VLAN30. Konfigurasi VLAN Buat VLAN baru, VLAN 10 dan VLAN 30. Lakukan

Lebih terperinci

MEMBUAT JARINGAN WIFI ACCESS POINT-REPEATER WDS MENGGUNAKAN TP-LINK TL-WA801ND

MEMBUAT JARINGAN WIFI ACCESS POINT-REPEATER WDS MENGGUNAKAN TP-LINK TL-WA801ND SERIAL TUTORIAL MEMBUAT JARINGAN WIFI ACCESS POINT-REPEATER WDS MENGGUNAKAN TP-LINK TL-WA801ND Dibuat untuk Bahan Ajar kkelas XI Teknik Komputer dan Jaringan pada Mata Diklat Melakukan Perbaikan dan Setting

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA KABEL USB NETWORK BRIDGE

BAB IV UJI COBA KABEL USB NETWORK BRIDGE BAB IV UJI COBA KABEL USB NETWORK BRIDGE 4.1 Uji Coba Koneksi Jaringan Dalam uji coba koneksi jaringan antara dua komputer ini, penulis membandingkan koneksi jaringan menggunakan kabel USB Network/Bridge

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) Wireless LAN AP Cient O L E H Nama : Wahyudi Rahmat NIM : 0506021286 Fak/Jur : F S T/Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Topologi Jaringan Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer satu dengan komputer yang lainnya maupun perangkat sehingga membentuk sebuah jaringan dan dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 77 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap sistem. Implementasi merupakan penerapan dari proses sebelumnya yakni

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 65 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 KONFIGURASI 4.1.1 KONFIGURASI MANAGEMENT BANDWIDTH Pada tahapan ini, bandwidth akan dikonfigurasi menggunakan front-end webmin HTB melalui webmin, berikut merupakan

Lebih terperinci

Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka. utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini:

Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka. utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini: Prosedur Menjalankan Program Winbox Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini: Gambar 1 Tampilan Login Winbox Sebagai langkah

Lebih terperinci

Membuat File Server Sederhana Dengan Turnkey File Server

Membuat File Server Sederhana Dengan Turnkey File Server Membuat File Server Sederhana Dengan Turnkey File Server Kenapa saya harus memakai file server? Apakah harddisk PC saya penuh? Apakah khawatir file-file saya rusak karena virus? Pertama, Management file

Lebih terperinci

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM Dian Ratna Kumala Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom kumaladianratna@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA 4.1 Implementasi Perangkat Lunak Dalam implementasi aplikasi alat pengendali rumah jarak jauh (smart home) penulis tidak mengunakan ip public/vpn melainkan menggunakan

Lebih terperinci