BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
|
|
- Leony Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan fungsi desentralisasi dan demokratisasi pada tingkat lokal (Otonomi Daerah), pemerintah melakukan upaya-upaya yang signifikan melalui penataan sistem perencanaan pembangunan nasional. Paskah Suzetta (2007) mengatakan bahwa, dalam rangka menata pembangunan nasional, pemerintah melakukan upaya-upaya yang terencana, terkoordinasi, konsisten, dan berkelanjutan, melalui peran pemerintah bersama masyarakat, dengan memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan sosial-politik, perkembangan sosialbudaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan dunia internasional atau globalisasi. Upaya ini didorong oleh perubahan mendasar dalam tata kelola pemerintahan, yang lebih menekankan pada interaksi antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, mengacu pada pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Tujuan dari penataan sistem perencanaan pembangunan nasional tersebut pada prinsipnya adalah agar penyelenggaraan pembangunan berbasis pada prinsip pelaksanaan otonomi daerah, yakni, pertama, demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan, kedua, usaha meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan ketiga, terwujudnya pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Suwondo, 2005: 21-22). Pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan yang terukur. Agar perubahan tingkat kesejahteraan dapat dilakukakn secara terukur, maka diperlukan perencanaan. Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pasal 1, telah termuat tentang hubungan antara pembangunan dan perencanaan, yakni; Ayat (1) Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia; 1
2 Ayat (2) Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara; Dan ayat (3) tertulis, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Dari peraturan tersebut, dapat dikatakan bahwa pembangunan yang terencana merupakan sebuah kesatuan tata cara dan proses menentukan tindakan yang tepat, berdasarkan jangka waktu tertentu, yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan bernegara. 1 Sebuah proses perencanaan pembangunan akan bermuara pada proses penentuan kebijakan-kebijakan maupun program-program pembangunan (Salam, 2002; 14). Jika pengertian ini dikontekskan pada pembangunan desa, maka setiap perencanaan pembangunan desa merupakan proses penentuan kebijakan dan program yang bertujuan untuk pembangunan desa. Menurut Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, Pasal 63 ayat 2, perencanaan pembangunan desa diwajibkan agar dilakukan secara partisipatif oleh pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya. Hasil dari perencanaan pembangunan desa ini adalah dokumen kebijakan perencanaan pembangunan jangka menengah di desa disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). RPJMDes merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat strategi dan arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa dan program prioritas kewilayahan, yang disertai dengan rencana kerja dan RPJMDes tersebut merupakan dokumen perencanaan yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota, (Pasal 63 ayat 1 PP No 72/2005). 1 Tujuan bernegara seperti temuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945, pada alinea keempat, yakni; Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 2
3 Dalam konteks pembangunan wilayah, desa merupakan basis pembangunan masyarakat terkecil. Jumlah penduduk desa hampir mencapai 60% dari total penduduk Indonesia (Jayadinata dan Pramandika, 2006; 1), dan hal ini berarti prioritas pembangunan mestinya dititik-beratkan pada pembangunan desa. Namun kenyataannya, masalah pembangunan yang paling menunjukkan ketimpangan adalah pada pembangunan desa. Jika menilik jumlah penduduk miskin di Indonesia, jumlah penduduk miskin di desa lebih besar 18,935 juta jiwa (15,59%), dibandingkan penduduk miskin di perkotaan yang berjumlah 10,954 juta jiwa (9,09%) (BPS, 2011). Data tersebut ingin menyatakan bahwa, desa (dalam konteks pembangunan) sangat membutuhkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang terencana dan sistematis untuk menanggulangi persoalanpersoalan pembangunan, dan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Kualitas pembangunan suatu daerah (kabupaten/kota) sangat dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya kualitas pembangunan dari tingkat desa. Akan tetapi, menilik pada persoalan pembangunan desa di atas, bahwa jumlah penduduk miskin masih banyak di desa, mengartikan bahwa perencanaan pembangunan suatu daerah belum memprioritaskan pada kualitas perencanaan yang dimulai dari perencanaan pembangunan desa, atau dapat diasumsikan dalam logika terbalik bahwa, masalah utamanya adalah adalah belum tuntasnya kualitas perencanaan pembangunan desa itu sendiri, sehingga mempengaruhi perencanaan pembangunan daerah pada umumnya. Lemah atau kuatnya kualitas perencanaan pembangunan di tingkat desa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang merencanakan pembangunan tersebut. Menurut Asmara, H. (2001), lemahnya kualitas perencanaan pembangunan di tingkat desa disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu; Pertama, lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani perencanaan; Kedua, kelemahan identifikasi masalah pembangunan; Ketiga, dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah; Keempat, kualitas sumber daya manusia, khususnya di desa yang lemah; Kelima, lemahnya dukungan pendampingan dalam kegiatan perencanaan; dan Keenam, lemahnya dukungan 3
4 pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan di desa. Dari kelima faktor tersebut, menunjukkan bahwa persoalan kualitas perencanaan pembangunan desa terletak pada aktor-aktor perencananya yang belum memiliki kapasitas perencana, sehingga hal ini pula mempengaruhi intitusi perencana di tingkat desa untuk merumuskan kebijakan pembangunan di tingkat desa. Secara sosiologis, penyusunan dan perumusan sebuah kebijakan dalam skala apapun, peranan aktor sangat diperlukan. Jika dapat disederhanakan, peran ini dapat diartikan sebagai Siapa, melakukan apa, untuk memperoleh apa, atau dengan kata lain, kebijakan diartikan sebagai sekumpulan aktivitas yang terjadi dalam sebuah proses yang dilahirkan dari berbagai kegiatan (tindakan/praktik) aktor-aktor untuk mencapai tujuan tertentu (Kusumanegara, 2010; 53). Dalam kaitannya dengan penyusunan kebijakan RPJMDes, peran-peran yang dilakukan oleh aktor-aktor sangat berpengaruh pada hasil penyusunan dari RPJMDes itu sendiri. Aktor-aktor ini biasanya mempunyai latar belakang yang berbeda, sehingga motif dan tujuan ingin dicapai juga berbeda-beda. Aktor tersebut diantaranya yaitu, aparatur desa, kelompok kepentingan, kelompok intelektual kampus (akademisi), kelompok yang mewakili Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain. Peran aktor-aktor tersebut sangat menentukan dalam perumusan, pelaksanaan maupun pada saat mempertimbangkan konsekuensi dari kebijakan yang dibuat (Kusumanegara, 2010; 53). Desa Polobogo merupakan salah satu dari 12 desa yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah administrasi Desa Polobogo diapit oleh dua pemerintahan, yakni Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Pada akhir tahun 2010, pemerintahan Desa Polobogo melaksanakan salah satu tugas dan fungsinya secara administratif, yaitu penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Polobogo (selanjutnya disebut RPJMDes Polobogo) tahun Tugas dan fungsi tersebut mengacu pada pelaksanaan penerjemahan dan penjabaran dari peraturan daerah kabupaten Semarang Nomor 7 Tahun 2011 yang disahkan pada tanggal 13 Mei 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang tahun
5 Pada pelaksanaannya, ditemui persoalan mendasar yaitu, Pertama, RPJMDes Polobogo belum diakomodir sebagai dokumen kebijakan desa. Kedua, pada tingkatan praktis, kebijakan dan program yang tercantum dalam RPJMDes Polobogo belum memperoleh alokasi anggaran dari Kabupaten Semarang karena RPJMDes Polobogo belum menjadi dokumen kebijakan daerah (kabupaten). Berdasarkan kedua hal tersebut, pemerintah Desa Polobogo kemudian melakukan komunikasi dengan pemerintah Kabupaten Semarang untuk menyelesaikan benturan (persoalan) tersebut di atas. Sehingga pada bulan Oktober 2011, melalui berbagai inisiasi dilakukan kembali upaya untuk melakukan penyusunan RPJMDes Polobogo bekerja sama dengan Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Trukajaya. 3 Atas kerjasama tersebut, dihasilkanlah RPJMDes Polobogo yang baru, yang kemudian disampaikan pada Lokakarya RPJMDes Polobogo pada tanggal 7 Desember Dalam kegiatan Lokakarya RPJMDes Polobogo itu, berbagai masukan, harapan dan evaluasi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Semarang (BAPPEDA) terhadap RPJMDes Polobogo yang baru diselesaikan itu. Tercatat dalam sambutan Kepala Desa Polobogo menyampaikan harapan agar RPJMDes yang disampaikan ini, dapat memecahkan masalah dan benturan-benturan pembangunan yang selama ini terjadi. Selanjutnya, evaluasi yang disampaikan oleh BAPPEDA Kabupaten Semarang terhadap perubahan RPJMDes Polobogo itu, yang adalah sebagai berikut: Pertama, penyusunan RPJMDes sebelumnya belum melalui mekanisme yang seharusnya (meninjau RPJMDes Polobogo yang diajukan sebelumnya). Kedua, peraturan desa tentang RPJMDes yang disusun, belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketiga, belum memuat perencanaan pembangunan tahunan. Keempat, visi desa (yang 3 Diskusi pertama antara Pemerintah Desa Polobogo (termasuk Tim Penyusun RPJMDes Polobogo sebelumnya) bersama dengan mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (FISKOM UKSW) serta perwakilan dari LSM Trukajaya. Kantor Desa Polobogo, 13 Oktober Berdasarkan pada Notulensi Lokakarya RPJMDes Polobogo tanggal 7 Desember
6 termuat dalam RPJMDes masih meniru visi kabupaten. Namun demikian, berdasarkan lokakarya tersebut, RPJMDes Polobogo yang baru ini diterima (juga diapresiasi) oleh pihak pemerintah kabupaten dan disarankan agar diajukan segera menjadi masukan bagi dokumen pembangunan daerah dalam lingkup kerja administratif desa Polobogo. Menilik dinamika dan perkembangan dari penyusunan RPJMDes Polobogo, terdapat beberapa pertanyaan mendasar, siapa sajakah aktor yang berperan penting dalam penyusunan RPJMDes tersebut? Apakah peran yang dilakukan oleh aktor-aktor dalam penyusunan RPJMDes Polobogo tersebut? Dan, apakah tujuan yang ingin dicapai oleh para aktor tersebut dalam penyusunan RPJMDes Polobogo? Ketiga pertanyaan sederhana ini tentu terlihat mudah untuk dijawab. Namun demikian dalam konteks sosiologis, yang perlu dicermati lebih jauh adalah apa dan bagaimanakah kegiatan (tindakan/praktik) dari pada aktoraktor dalam menyusun RPJMDes Polobogo, atau apakah motif yang melatarbelakangi para aktor dalam menyusun RPJMDes Polobogo, yang tentu menjadi pertanyaan yang mendasar. Dalam pendekatan sosiologi, Pierre Bourdieu (dalam Haryatmoko, 2003;8) mengemukakan bahwa fenomena sosial apa pun merupakan produk dari tindakantindakan individual, oleh karena itu, logika tindakan harus dilihat (dicari) pada sisi rasionalitas pelakunya. Pierre Bourdieu juga mengemukakan bahwa (dalam Adib, 2012) praktik (secara sosial) merupakan hubungan relasional yakni struktur objektif dan representasi subjektif, agen dan pelaku, terjalin secara dialektik. Dalam konteks penyusunan RPJMDes Polobogo, dapat diasumsikan bahwa terdapat rasionalitas tindakan antar aktor-aktor dalam sebuah struktur obyektif, yaitu proses penyusunan RPJMDes Polobogo itu sendiri. Dari beberapa uraian di atas, peran aktor menjadi signifikan untuk diteliti lebih lanjut. Jika proses perencanaan pembangunan (desa) adalah (1) untuk mendorong partisipasi, (2) pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dan (3) mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka menjadi menarik untuk diteliti tentang peranan aktor-aktor dalam mencapai ketiga tujuan prinsip tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan berupaya mencermati tentang 6
7 peran aktor dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran aktor dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Polobogo , di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang? 1.3. Pokok Persoalan Penelitian 1. Bagaimanakah proses penyusunan RPJMDes Polobogo ? 2. Bagaimanakah peran aktor dalam penyusunan RPJMDes Polobogo ? 1.4. Tujuan Penelitian Dari persoalan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan proses penyusunan RPJMDes Polobogo Menjelaskan peran aktor dalam penyusunan RPJMDes Polobogo Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan konsep perencanaan pembangunan khususnya di tingkat desa. 2. Hasil dari penelitian ini lebih diutamakan sebagai masukkan bagi aparatur Pemerintahan Desa dan masyarakat di Desa Polobogo. 3. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya di bidang perencanaan pembangunan desa dan institusi perguruan tinggi yang memiliki tanggung jawab pengabdian masyarakat. 7
8 1.6. Konsep-Konsep Yang Digunakan Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Peran Aktor Peran aktor yang menjadi alat analisa teoritis terhadap hasil penelitian ini menggunakan konsep tindakan aktor Pierre Bourdieu. Dalam kaitannya dengan konsep Bourdieu, maka peran aktor yang ingin dimaksudkan adalah sekumpulan tindakan individual atau kolektif antar aktor atau individu berdasarkan rasionalitas atau pengalamannya yang digunakan dalam mempengaruhi struktur obyektif (Bourdieu, 1977; 86), yakni arena kekuasaan/perjuangan, dengan memanfaatkan, atau bahkan dengan maksud ingin merebut modal-modal yang ada dalam struktur obyektif tersebut (Ritzer dan Goodman, 2010; 583). 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat strategi dan arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa dan program prioritas desa, yang disertai dengan rencana kerja. RPJMDes disusun untuk menjadi panduan atau pedoman bagi komunitas desa dan supradesa, untuk mengelola potensi maupun persoalan di desa dalam rangka pembangunan di desa. (Hanapiah, 2011) 8
BAB V PERAN AKTOR DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDES)
BAB V PERAN AKTOR DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDES) Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian tentang peran aktor dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut
Lebih terperinciPembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN
LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciBUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 1 TAHUN 2016
BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI UTARA
GUBERNUR SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA BANDI 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN 1 MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA (MKN) MKN meliputi antara lain: 1. Sistem Administrasi Keuangan Negara (SAKN) 2. Sistem Penganggaran 3. Sistem Pelaporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara hukum. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan ke dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan desentralisasi tercatat mengalami sejarah panjang di Indonesia. Semenjak tahun 1903, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Desentralisatie wet yang menjadi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALINAU
PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN MALINAU TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciAssalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI HASIL KONSULTASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL 2005-2009 DAN PRIORITAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2005 DALAM RAPAT PARIPURNA Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Maka dari itu dikatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan
Lebih terperinciBerkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental
Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperincipelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciKEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017
KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 5
Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciTRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito
TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA Arie Sujito Apa pelajaran berharga yang dibisa dipetik dari perubahan desa sejak UU No. 6/ 2014? Apa tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 027 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 027 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik menganut asas desentralisasi, asas desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah
Lebih terperinciPancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)
Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Dasar2
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2014 PENGESAHAN. Persetujuan. Kerja Sama. Industri Pertahanan. Republik Indonesia. Republik Turki. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Sebagai Negara Kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempatyang berisi
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA)
RENCANA KERJA (RENJA) KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMETASI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Kita ucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kesempatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Peran Aktor Dalam Konsep Pierre Bourdieu Istilah peran 1 pada awalnya merupakan terjemahan dari kata function, job, atau work. Adapun makna dari kata peran dapat dijelaskan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA DESA
SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPolicy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru
Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet 2014-2019 : Meretas Jalan Pemerintahan Baru Konstitusi mengamanatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 UUD 1945). Dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era reformasi ini, upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berwibawa telah menjadi prioritas utama bagi rakyat dan pemerintahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep pemerintahan yang baik merupakan rangkaian konsep yang kesemuanya bermuara pada peningkatan aparatur
Lebih terperinciKEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN Salah satu diantara negara-negara yang sedang berkembang adalah Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang
Lebih terperincimencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN Globalisasi telah memicu peningkatan kesadaran secara global di semua sektor kehidupan masyarakat dunia yang mewujud dalam bentuk pergeseran cara berpikir dan bertindak sehingga memengaruhi
Lebih terperinciUndang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang
BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memajukan
Lebih terperinciKegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011-2015 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam upaya menciptakan kehidupan bangsa Indonesia yang aman, damai dan sejahtera. Tanpa adanya penegakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 028 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 028 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sebagai negara berkembang, indonesia sedang giat- giatnya melakukan pembangunan baik dikota maupun di pedesaan. Pembangunan yang dilakukan merupakan rangkaian gerakan
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2005 2025 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera lahir dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera lahir dan batin. Sebagai upaya mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinamika yang harus dimainkan dalam ranah yang terus berubah tadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menggunakan logika irisan himpunan, maka desa adalah irisan dari dunia, sebuah negara, dan irisan desa itu sendiri. Artinya, wajah desa sekarang ini adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold I. PEMOHON Partai Nasional Indonesia (PNI) KUASA HUKUM Bambang Suroso, S.H.,
Lebih terperinciNo.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,
No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai negara berkembang, pembangunan sarana maupun prasarana untuk menunjang kehidupan perekonomian dan pelayanan masyarakat di Indonesia merupakan kebutuhan penting
Lebih terperinciRANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPeraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 P e m e r i n t a h K a b u p a t e n B i m a [ J. S o e k a r n o - H a t t a R a b a - B i m a ] Tentang [Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah] [ T
Lebih terperinciHASIL-HASIL PENELITIAN/KAJIAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena kita masih diberikan kesempatan, kekuatan dan kesehatan untuk terus mengabdi Nusa, Bangsa dan Tanah Air dan Provinsi Nusa Tenggara
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN Program adalah kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN TATA CARA KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH ANTAR KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai masyarakat yang terjadi di Indonesia saat ini sangat rumit dan beragam, seperti keadaan ekonomi yang sulit, supremasi hukum yang terabaikan,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB II ASAS DAN TUJUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinci