INTRODUKSI TEKNOLOGI KACANG HIJAU UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM PADA LAHAN KERING IKLIM KERING DI WILAYAH TIMOR BARAT

Transkripsi

1 INTRODUKSI TEKNOLOGI KACANG HIJAU UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM PADA LAHAN KERING IKLIM KERING DI WILAYAH TIMOR BARAT Helena da Silva dan Bambang Murdolelono BPTP Nusa Tenggara Timur Jl. Timor Raya Km. 32 Kupang Telp. (0380) ABSTRAK Perubahan iklim telah menyebabkan gagal tanam dan gagal panen keluarga petani lahan kering Timor Barat pada MT 2010/2011. Strategi yang dinilai efektif menghadapi perubahan iklim adalah penganekaragaman jenis dan varietas tanaman. Untuk itu, dilakukan penelitian di lahan petani dengan introduksi kacang hijau seluas 70 ha yang melibatkan 216 keluarga petani di Timor Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari Juni Lokasi penelitian diprioritaskan pada lahan tidur dan lahan yang gagal tanam, sehingga introduksi yang dilakukan tidak mengganggu sistem usahatani yang sudah ada. Introduksi kacang hijau dilakukan dengan sistem TOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi kacang hijau memberikan tambahan hasil sebanyak 180,9 klg/kk. Pendapatan keluarga tani pada saat iklim normal adalah Rp /KK, diperoleh dari jagung. Pola perbaikan mendatangkan pendapatan Rp /KK yang diperoleh dari jagung Rp dan kacang hijau Rp Dengan demikian introduksi kacang hijau pada iklim ekstrim dapat mempertahankan pendapatan petani. Kata kunci: perubahan iklim, teknologi kacang hijau, pola tanam, Timor Barat ABSTRACT Introduction of mungbean crop at drylands for anticipating the incidence of climate change. The global climate change has resulted in planting as well as harvesting failure of maize which was experienced hundred thousands of farmers at West Timor in year 2010/2011. One effective strategy for anticipating climate change is crop and variety diversification. Based on that strategy, an introduction of mungbean crop at 70 ha of farmers fields belong to 216 farmers at West Timor was undertaken. The assessment was done from February-June The activity was ultimately located at sleeping areas and the lands that experienced with crop failure, so that this activity did not interference the existing cropping system. The mungbean cultivation was done by non tillage method. The result indicated that introduction of mungbean gave additional kg seed yield per farmer. Farmer s income during the normal climate (with normal rainfall) was IDR 3,015,000/farmer obtained from maize. Introduction of mungbean increased farmer s income by IDR so that the total income with maize and mungbean crops was IDR /farmer. The result showed that improving farmer s cultivation during extreme climate had maintained farmer s income. Key words: climate change, cropping pattern, mungbean, dryland PENDAHULUAN Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di NTT dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni September arus angin berasal dari Australia, tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember Maret, arus angin berasal dari Asia dan Samudera Pasifik yang banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

2 setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April Mei dan Oktober November. NTT merupakan wilayah yang tergolong kering, hanya 4 bulan (Desember Maret) relatif basah dan 8 bulan relatif kering (BPS NTT dalam angka 2010) Pada MT 2010/2011 terjadi La-Nina dan El-Nino di wilayah timur Indonesia (Godilano, 2008). Perubahan iklim tersebut telah menyebabkan gagal panen jagung di Timor Barat. Perubahan curah hujan menyebabkan petani "tidak dapat tanam" dan tidak dapat panen. Oleh karena itu, perubahan iklim tersebut perlu diantisipasi untuk mencegah stok pangan, salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan keragaman tanaman dan varietas. Aplikasi strategi ini adalah modifikasi pola tanam: jagung + labu + kacang nasi, diperbaiki menjadi jagung + labu + kacang nasi + kacang hijau (Gambar 1), kacang hijau ditanam pada akhir musim hujan (Februari) terutama pada lahan tidur. Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperbaiki sistem usaha tani lahan kering di Timor Barat dengan mengintroduksikan kacang hijau dalam rangka antisipasi anomali iklim 2010/2011. METODOLOGI Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari Juni 2011 di Dusun Enokaka, Desa Ekateta dan Desa Oebola, Kecamatan Fatuleu, Kab. Kupang, melibatkan 216 KK dari 9 kelompok tani dengan luas lahan sebesar 66,5 ha. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah demonstrasi lapangan, dilakukan oleh petani pada lahan tidur dan lahan bekas tanaman jagung. Pendampingan teknologi dilakukan oleh penyuluh pertanian. Teknologi budidaya kacang hijau adalah tanpa olah tanah, menggunakan herbisida. Gambar 1. Introduksi kacang hijau ke dalam sistem usahatani eksisting petani di Timor Barat 484 da Silva dan Murdolelono: Introduksi Teknologi Kacang Hijau Pada Lahan Kering

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hujan 2010/2011 Data dari 26 stasiun klimatologi di Timor Barat menunjukkan curah hujan normal 1689 mm/tahun dengan 157 hari hujan, sementara pada tahun 2010/2011 tercatat 2170 mm/ tahun dengan 122 hari hujan (Gambar 2). Curah hujan yang lebih tinggi dan hari hujan yang lebih rendah membingungkan petani Timor Barat. Pada musim kemarau banyak lahan yang sudah dipersiapkan untuk menanam jagung, tetapi tidak jadi ditanami sehingga terdapat banyak lahan yang gagal tanam. Banyak juga petani yang memaksakan tanam jagung, dan ternyata pertumbuhan tanaman tidak normal. Bahkan pada bulan Januari Pebruari 2011, curah hujan sangat tinggi sehingga banyak lahan yang tergenang sehingga menghambat pertumbuhan tanaman jagung (Gambar 2). Gambar 2. Curah hujan dan hari hujan pada tahun 2010/2011 dari 26 stasiun klimatologi di Timor Barat. Introduksi Kacang Hijau untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim Lokasi demonstrasi lapangan mempunyai kondisi tanah kritis, berbatu dan bersolum dangkal. Namun, pertumbuhan tanaman kacang hijau cukup baik. Diduga hal tersebut berkaitan dengan sifat kacang hijau yang perakarannya mampu masuk ke sela-sela bebatuan dan mampu membentuk bintil akar yang mampu menfiksasi N dari udara sehingga kacang hijau masih bisa berproduksi pada lahan kritis sementara tanaman lain tidak bisa. Beberapa jenis hama yang sangat mengganggu pada awal pertumbuhan tanaman sampai pada masa produksi adalah bekicot (Achatina fulica) menyerang pada awal pertumbuhan, Mylabris yang menyerang bunga kacang hijau, aphis dan penggerek polong Etiela. Gangguan lain yang terjadi adalah ternak sapi. Kendati sudah ada pemisahan antara wilayah ternak dan wilayah pangan, namun seringkali pada malam hari sapi bisa melewati pagar. Masalah utama dalam pengembangan kacang hijau Vima-1 pada musim hujan adalah panen yang tidak serempak dan kesulitan dalam melakukan penjemuran (pasca panen), dimana pada saat pembungaan tidak serempak sehingga menyebabkan masaknya polong pun tidak seragam. Akibatnya panen bisa dilakukan 2 3 kali. Di samping itu kesulitan lain adalah petani tidak mempunyai tempat penjemuran khusus, sehingga proses pengeringan Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

4 yang dilakukan dengan terpal dan mengandalkan matahari akan terganggu karena harus menghindari hujan. Produksi dan Produktivitas Jagung dan Kacang Hijau Hasil wawancara menunjukkan bahwa hasil jagung pada iklim normal rata-rata kg/kk, sementara pada MH 2010/2011 hanya 293,1 kg/kk, ditambah hasil kacang hijau rata-rata 181 kg/kk (Gambar 3). Apabila hasil tersebut dinilai dengan uang maka pendapatan petani pada iklim normal yang hanya berasal dari jagung nilainya sebesar Rp /KK. Ketika terjadi perubahan iklim, pendapatan petani dari jagung hanya sebesar Rp Petani kooperator yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai pendapatan tetap tinggi, yaitu Rp , meskipun terjadi anomali iklim. Angka ini berasal dari hasil jagung Rp , dan dari hasil kacang hijau Rp Berarti bahwa introduksi kacang hijau ke dalam sistem usahatani petani dapat mempertahankan pendapatan kendatipun terjadi anomali iklim. Gambar 3. Hasil jagung dan kacang hijau pada kondisi iklim normal dan perubahan iklim. Respon Petani terhadap Introduksi Kacang Hijau Introduksi kacang hijau mendapat respon positif dari petani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa alasan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu: a) tanah yang digunakan untuk tanaman kacang hijau adalah lahan tidur yang tidak dapat ditanami jagung, b) tidak mengganggu sistem pertanian yang ada, karena kacang hijau dibudidayakan pada bulan Februari hingga Mei ketika tidak ada aktivitas pertanian di lahan petani, dan (c) di beberapa lokasi kacang hijau ditanam pada lahan marjinal. Berdasarkan alasan tersebut maka introduksi kacang hijau bermanfaat dan bisa menggantikan kerugian ekonomi keluarga yang disebabkan oleh perubahan iklim. KESIMPULAN 1. Introduksi kacang hijau pada saat anomali iklim pada tahun 2010/2011 dapat mempertahankan pendapatan, sebab petani memperoleh tambahan hasil dari kacang hijau 181 kg/kk setara dengan Rp ,- 2. Perbaikan usahatani pada keadaan iklim ekstrim (curah hujan lebih tinggi dan hari hujan lebih rendah dari normal) dapat mempertahankan pendapatan petani lahan 486 da Silva dan Murdolelono: Introduksi Teknologi Kacang Hijau Pada Lahan Kering

5 kering di Timor Barat. Pendapatan petani pada saat iklim normal Rp /KK yang diperoleh dari jagung. Pada saat terjadi anomali iklim pada tahun 2010/2011, pendapatan petani hanya Rp /KK. Perbaikan usahatani dengan mengintroduksikan kacang hijau dapat mempertahankan pendapatan petani sebesar Rp /KK (dari jagung Rp kacang hijau Rp ) kendati terjadi anomali iklim. DAFTAR PUSTAKA ADB. (2009). The economic of climate change in Southwest Asia: A regional review. ADB, Manila, Philippines. BPS, NTT Nusa Tenggara Timur Dalam Angka Ekaya, N.W. (2008). Strategies for Developing Dryland Agriculture: Role of Knowledge College of Agriculture and Veterinary Sciences, Department of Land Resource Management and Agricultural Technology. Search for the Internet: 10 March en/content/view/full/4042. Godilano, E.C. and J. Bennet. (2004). Capitalizing on New Technologies for Improving Crop Water Productivity: Space Technologies, Short and Long-term Weather Forecasting. In Press: Journal of Environment & Development. Graduate School of International Relations and Pacific Studies. University of California at San Diego, USA. Godilano, E.C. (2008). Global Warming Consequences in the Philippines. Challenges and Opportunities. Policy paper presented to the Secretary of Agriculture Philippines. June IPCC. (2007). Climate Change 2007: Impacts, Adaptation, and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate IPCC, (2007). Working Group II Report, Summary for Policymakers. "Impacts, Adaptation and Vulnerability": IPCC, International Federation of Organic Agriculture Movements. (2004) The role of organic agriculture in mitigating climate change. Downloaded from the Internet 06 June press/positions/pdfs/role_of_oa_migitating_climate_change.pdf. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi