BAB I PENDAHULUAN. Revolusi Indonesia memiliki beberapa panggilan lain, salah satunya adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Revolusi Indonesia memiliki beberapa panggilan lain, salah satunya adalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi Indonesia memiliki beberapa panggilan lain, salah satunya adalah perang kemerdekaan yang sering digunakan oleh negera dunia ketiga untuk menyebut suatu perlawanan kepada negara penjajah. 1 Nama lain tersebut menandakan bahwa adanya penafsiran berbeda dari istilah revolusi. Untuk itu, beberapa peneliti mencoba mengartikan makna dari kata revolusi tersebut. Anthony Reid mengartikan revolusi sebagai sebuah restrukturasi fundamental dari suatu sitem politik dengan kekerasan dalam jangka waktu yang relatif singkat. 2 Sartono Kartodirdjo mengartikan Revolusi Indonesia sebagai masa gegeran (pergolakan) yang ditandai oleh srobotan atau gedoran (pendaulatan), disamping sebagai masa perjuangan. 3 Dari dua definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa revolusi adalah suatu gejala yang secara spontan dan diiringi dengan suatu gejala-gejala kekerasan. 1 Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve). 2 Reid, Anthony, Revolusi Sosial: Revolusi Nasional, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981 hlm Sartono Kartodirdjo, Wajah Revolusi Indonesia Dipandang dari Prespektivisme Struktural, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981, hlm. 3.

2 2 Dalam kasus yang terjadi di kebanyakan daerah tingkat lokal, Reid menggunakan istilah revolusi sosial untuk mengkhususkan gerakan-gerakan dari bawah yang menggulingkan pejabat-pejabat Indonesia yang memegang kekuasaan yang diberikan baik oleh Jepang maupun Belanda. Ia juga menegaskan bahwa kekerasan yang terjadi disebabkan oleh pemahaman yang berbeda antara realisasi revolusi di daerah satu dengan yang lainya, sehingga suatu daerah mengambil contoh dari gerakan di daerah tetangganya tanpa mengetahui sesuatu yang telah mendahuluinya. 4 Gerakan-gerakan pemuda di Jakarta menurunkan bendera Jepang pasca proklamasi ditafsirkan oleh daerah sekelilingnya sebagai bentuk perang terhadap kekuasaan asing. Akibatnya aksi-aksi selanjutnya berbentuk penolakan terhadap sistem yang diberlakukan oleh pemerintahan asing, yang berlanjut kepada upaya penghapusan unsur asing dalam suatu jabatan kepemerintahan, termasuk di dalamnya adalah para pejabat asing dan pejabat lokal yang menerima jabatannya dari pemerintah Belanda maupun Jepang. Dalam literature lain juga dijelaskan bahwa revolusi sosial adalah sebuah gerakan yang keberadaannya tidak bisa dielakan selama berlangsungnya revolusi Indonesia. 5 4 Reid, Anthony, op. cit., hlm Julianto Ibrahim, Revolusi Sosial dan Konflik Politik: Kekerasan di Surakarta pada Masa Revolusi ( ), Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 2004, hlm. 18.

3 3 Sebagai salah satu daerah di Indonesia, Banten juga ikut berpartisipasi dalam sebuah remembered history 6 ini. Letak Banten yang yang masih satu jalur dengan pesisir utara pulau Jawa menjadi pemicu utama pentingnya kajian tentang masa revolusi di Banten. Hal ini sejalan dengan pernyataan Anthony Reid yang mengatakan bahwa gerakan-gerakan revolusi dimulai dari daerah-daerah yang terletak di pesisir utara pulau Jawa. 7 Terlebih lagi jika dilihat mengenai karakteristik masyarakat Banten yang masih cenderung tertutup dan susah diatur, 8 dan kemudian berpotensi menimbulkan persaingan antara kelompok sosial. Peristiwa 1888 yang terjadi di Banten memberikan bukti bahwa persaingan antara kelompok sosial telah berlangsung lama sebelum masa revolusi. Berbicara mengenai struktur sosial, klasifikasi masyarakat Banten didasarkan atas kepemilikan tanah, mengingat daerahnya yang cenderung agraris. Oleh karena itu, penduduk setempat memiliki matapencaharian rata-rata sebagai petani. Di luar itu, ada yang bekerja sebagai nelayan, tukang, pekerja industri dan pedagang. 9 Mereka ini (selain nelayan) disebut juga perantau dan dalam masa 6 Istilah yang digunakan oleh Sartono untuk menyebut sejarah yang diingat, atau yang masih dalam ingatan orang-orang. Lihat Sartono Kartodirdjo, op. cit., hlm Reid, Anthony, op. cit., hlm. 36. Lihat juga Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm Rosian Anwar, Sejarah Kecil, Petite Histoire Indonesia (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004), hlm Reid, Anthony, op. cit., hlm. 57.

4 4 selanjutnya disebut sebagai golongan semi-intelektual. 10 Pada abad ke-19, terjadi pengelompokan terhadap penduduk Banten, yaitu mereka yang disebut jalma leutik dan priyayi. Mereka yang dimaksud jalma leutik adalah kaum mayoritas, yaitu petani, tukang, pedagang dan buruh, sedangkan priyayi diperuntukan kepada mereka yang memiliki darah bangsawan dan para elit birokrasi. Para elit birokrasi berada di bawah para bangsawan, namun masih lebih tinggi dari para jalma leutik. Asumsi mengenai hubungan yang tidak baik antara para elit birokrasi dengan masyarakat bawah dalam sejarah Indonesia rupanya juga dialami oleh masyarakat Banten. Dimulai dari pergerakan pada tahun 1888 sebagai akibat dari kesemena-menaan para pejabat di Banten, lalu pada tahun 1926 menjadi ladang pergerakan komunis yang memberikan luka mendalam bagi orang-orang yang diasingkan ke Digul setelahnya, hingga puncaknya pada masa revolusi. Pada masa revolusi, Banten mengalami fase yang disebut oleh Anthony Reid sebagai Revolusi Sosial. 11 Hal ini digambarkan dalam aksi main hakim sendiri yang dilakukan pemuda seeiring dengan aksi penyambutan proklamasi kemerdekaan. Mulanya para pemuda memulai aksinya dengan menurunkan bendera Jepang di 10 Disebut golongan semi-intelektual karena mereka melakukan aktivitas merantau yang pada umumnya tidak dilakukan oleh para masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dari pengalaman merantau ini akhirnya mereka mendapatkan sesuatu yang dinilai lebih dalam masyarakatnya ketika mereka kembali ke kampung halamannya. Lihat Williams, Michael C., Arit dan Bulan Sabit: Pemberontakan Komunis 1926 di Banten (Yogyakarta: Syarikat Indonesia, 2003), hlm. 2 dan Istilah yang digunakan untuk membedakan dengan revolusi politik. Lihat Reid, Anthony, op. cit., hlm. 35.

5 5 Hotel Vos, disusul dengan penurunan bendera Jepang di kantor-kantor pemerintah Jepang, hingga penurunan pejabat kolonial yang dilakukan secara seiphak. Salah satu contoh menarik dari aksi revolusi sosial yang terjadi di Banten adalah kosongnya jabatan syū 12 karena ditinggal kabur oleh pejabatnya, Raden Tirtasuyatna. Pada 29 September Raden Tirtasuyatna (fuku syūcōkan) 13 ditunjuk sebagai syūcōkan Banten setelah menerima pengalihan jabatan dari syūcōkan sebelumnya, Yuki Yoshii yang pergi meninggalkan Banten karena dianggap sudah tidak aman lagi. Tidak lama setelahnya Ia juga ikut kabur, mengingat dirinya yang bukan putra Banten, dan memang pada saat itu para kaum revolusioner juga telah gusar dengannya. Atas dasar kekosongan jabatan tersebut, diadakan perundingan yang dipelopori oleh para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Pemuda Indonesia (API) cabang Banten dan memilih Ahmad Chatib untuk menjadi residen di Banten. 14 Beberapa peristiwa lain yang berhubungan dengan dengan pemuda dan revolusi sosial adalah gerakan Dewan Rakyat yang dipimpin oleh Ce Mamat. Aksi pertamanya dimulai ketika Ahmad Chatib sebagai orang yang ditunjuk untuk 12 Istilah zaman Jepang untuk menyebut residen pada masa Belanda. Lihat Marwati D. Poesponegoro, dkk., Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, ± (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2008), hlm Sebutan untuk jabatn tertinggi di tingkat syū. Lihat Marwati D. Poesponegoro, dkk., op. cit., hlm Meskipun baru disahkan oleh pemerintah RI pada 6 Oktober Lihat Suharto, Revolusi Sosial di Banten, : Kondisi, Jalan Peristiwa, dan Dampaknya, Laporan Hasil Penelitian (Naskah Publikasi), Lembaga Penelitian Universitas Indonesia Depok, hlm 9-10.

6 6 mengisi jabatan residen, mengangkat kembali pejabat lama untuk mengisi jabatan yang kosong. Keputusan Ahmad Chatib menimbulkan ketidakpuasan di sebagian kalangan pemuda. Ketidakpuasan ini akhirnya berujung kepada teror pemuda melalui Dewan Rakyat kepada residen untuk membatalkan surat pengangkatan tersebut. Permintaan tersebut dikabulkan, dan keesokan harinya diumumkan dihadapan para pejabat sekaligus mengumumkan bahwa kekuasaan di seluruh Karisidenan Banten diambil alih oleh Dewan Rakyat yang dipimpin oleh Ce Mamat. 15 Gerakan-gerakan lain yang mencirikan dari sebuah proses revolusi sosial masih terus muncul, bahkan setelah organisasi yang dianggap mewadahinya yaitu Dewan Rakyat, berhasil dihancurkan pada tahun Hanya saja perbedaannya terletak pada yang menjadi target perlawanan. Setelah hancurnya Dewan Rakyat, Pemerintah RI mencoba mebatasi peran ulama dalam bidang politik, dengan cara menggantikan para ulama yang menjabat dengan orang-orang pilihan pemerintah yang lagi-lagi kebanyakan berasal dari Jawa Barat. 17 Hal ini tentu saja memicu perlawanan, dan kebanyakan datang dari para aktivis bawah tanah. 18 Salah satu 15 Suharto, op. cit., hlm ibid, hlm Pejabat yang digantikan adalah Buupati Pandeglang, Kyai Abdulhalim oleh Mas Sudibja, bupati sebelumnya pada tahun Lihat Williams, Michael C. Banten: Rice Debts will be Repaid with Rice, Blood Debts with Blood, dalam Kahin, Audrey R. (ed.), Regional Dynamics of the Indonesian Revoluition: Unity from Diversity (USA: University of Hawai Press, 1985), hlm ibid, hlm. 74.

7 7 yang terjadi adalah peristiwa di Cibaliung yang mengatasnamakan gerombolan Bambu Runcing, setidaknya merenggut nyawa pejabat setempat pada saat itu. 19 Bukan sebuah kebetulan jika berasumsi bahwa kelompok pemuda menjadi bagian penting dalam berlangsungnya revolusi sosial di Banten. Hal tersebut terbukti jika melihat kenggotaan dari para kaum revolusioner, khususnya mereka yang tidak masuk dalam jajaran ulama. Terlebih telah Peranan kelompok pemuda sebagai pencetus ide bukan hanya sebuah gosip belaka, namun sudah menjadi asumsi umum bahwa keterlibatan mereka tidak bisa lepas dengan jalannya peristiwa revolusi. Dari sini dapat dilihat bahwa ada peran dari elemen pemuda ketika revolusi di Banten. Dari sektor politik misalnya, pemuda menjadi perintis diadakannya perundingan untuk memilih residen Banten yang baru. Dari segi militer, pemuda bersama komponen masyarakat lainnya turut serta dalam menjalankan aksi pelucutan senjata dari tentara Jepang. 20 Beberapa penelitian juga menjelaskan pemuda menjadi bagian dari kelompok-kelompok pentng ketika revolusi di Banten, yang secara tidak langsung juga malah tidak mementingkan penjelasan mengenai elemen pemuda yang turut andil dalam kelompok tersebut. Peneletian ini disusun atas dasar untuk mengisi kekosongan tersebut, sehingga 19 Lihat Himpunan Sejarah Perjuangan Rakyat Banten, (Serang: Markas Daerah Legiun Veteran Republik Indonesia Provinsi Banten, 1980), hlm Tindakan nyatanya adalah dengan menyerang markas kenpeitai di Serang dan berhasil setelah mendapatkan bantuan dari Laskar Rakyat dibawah pimpinan Muhaimin. Lihat Ensering, Else, Banten in Times of Revolution, dalam Archipel, 1995, hlm

8 8 didapatkan informasi yang lebih spesifik mengenai eksistensi pemuda pada saat itu. Ada beberapa versi mengenai mereka yang disebut pemuda. Sudjarwo menggunakan istilah pemuda untuk mengkhususkan orang-orang yang belum mapan kedudukan sosial, ekonomi, maupun politiknya. 21 Riyadi Gunawan menyebut usia muda sebagai usia yang ada diantara 30 sampai 40 tahun. 22 Penjelasan yang lebih umum diberikan oleh Benedict R.O.G. Anderson sebagai suatu tahap tersendiri dalam garis busur kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang mana dari situ mereka membedakan dirinya dari masyarakat tradisional melalui penentangan yang sistematis. Dalam penjelasan selanjutnya, Anderson juga menjelaskan status pemuda yang biasa saja dalam masyarakat. 23 Dari sini kemudian penuelitian ini beranjak untuk mengklasifikasikan elemen pemuda dalam peristiwa revolusi yang terjadi di Banten, dan juga untuk melacak peran mereka sebelum, pada masa, dan setelah revolusi. B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah untuk menjelaskan sosok dari para pemuda Banten sebelum, pada masa, dan setelah revolusi. Asumsi yang bisa menjelaskan 21 Sudjarwo, Potret Diri Pemuda dalam Revolusi Kita, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981, hlm Lihat Riyadi Gunawan, Jagoan dalam Revolusi Kita, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981, hlm Anderson, Benedict R.O.G., Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa (terj. Jiman Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), hlm

9 9 adanya hubungan diantara pemuda dan revolusi adalah karena masa revolusi merupakan masa yang kacau dan penuh peperangan. Hal ini sejalan dengan sikap pemuda yang revolusioner dan menyukai tantangan. Terlebih penjelasan Abdurrachman mengenai adanya potensi pemahaman berbeda dari revolusi di setiap daerah, 24 dan Banten memiliki potensi tersebut jika kembali kepada pernyataan Anthony Reid mengenai pesisir utara yang menjadi tempat lahirnya revolusi. 25 Dari sini muncul pertanyaan mengenai eksistensi pemuda sebelum masa revolusi, posisi dan peran mereka dalam revolusi tersebut, serta perkembangan mereka selanjutnya dalam masyarakat pasca revolusi. Adapun wilayah yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Banten dalam konteks geografis dan kultural, atau dapat diartikan sebagai masyarakat Banten yang tinggal di wilayah provinsi Banten yang dikenal pada saat ini, kecuali daerah Tangerang yang memang pada masa sebelumnya belum menjadi bagian dari Banten. Karena konteks yang diambil adalah kultural, maka dampakdampak yang dibahas adalah dampak yang dialami oleh masyarakat Banten secara umum, tanpa harus dibatasi oleh wilayah tertentu. Namun, jika dilihat dari segi historisnya, wilayah Serang menjadi pembahsan utama dalam penulisan ini. Akan tetapi hal tersebut tetap diartikan sebagai peristiwa berskala regional jika hal tersebut masih bersangkutan dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Misalnya ditemukan adanya peran pemuda dalam membentuk pengurus pemerintahan di 24 Abdurrachman Surjomihardjo, Peristiwa Tiga Daerah: Suatu Intepretasi Sejarah: Revolusi Sosial Menyambut Proklamasi Kemerdekaan, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981), hlm Reid, Anthony, op. cit, hlm. 38.

10 10 tingkat karesidenan, dan dari kelompok pemuda tersebut diketahui pemuda Serang yang mendominasi. Dalam penjelasaanya, peristiwa-peristiwa yang terjadi dinilai mewakili masyarakat Banten secara keseluruhan, dan istilah pemuda Banten lebih sering dimunculkan ketimbang pemuda Serang, Lebak ataupun Pandeglang. Namun, terlepas dari itu juga diberikan contoh ke tingkat yang lebih khusus (kabupaten). Meskipun jumlah faktanya tidak seimbang antara kabupaten yang ada pada masa tersebut (atau mungkin tidak ditemukan sama sekali pada suatu kabupaten tertentu), tetapi yang terpenting adalah rekonstruksi dari fakta-fakta baru yang dapat menggambarkan Banten secara utuh. Batasan mengenai kelompok pemuda diambil dari penjelasan yang telah dilakukan oleh beberapa ahli. Dalam hal ini misalnya, Sudjarwo menggunakan istilah pemuda untuk mengkhususkan orang-orang yang belum mapan kedudukan sosial, ekonomi, maupun politiknya. 26 Riyadi Gunawan menyebut usia muda sebagai usia yang ada diantara 30 sampai 40 tahun. 27 Benedict R.O.G. Anderson menjelaskan pemuda sebagai suatu tahap tersendiri dalam garis busur kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang mana dari situ mereka membedakan dirinya dari masyarakat tradisional melalui penentangan yang sistematis. Dalam penjelasan selanjutnya, Anderson juga menjelaskan status pemuda yang biasa 26 Sudjarwo, Potret Diri Pemuda dalam Revolusi Kita, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981, hlm Lihat Riyadi Gunawan, Jagoan dalam Revolusi Kita, dalam Prisma, No. 8 Agustus 1981, hlm. 46.

11 11 saja dalam masyarakat. 28 Ketiga pengertian ini yang kemudian digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Cakupan waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah dan lebih dikhususkan ketika masa revolusi. Pengambilahan angka tahun 1926 dimaksudkan kepada peristiwa pergerakan komunis di Banten pada tahun tersebut, yang dianggap memiliki keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi ketika masa revolusi. Batas akhr tahun 1955 sebenarnya ditujukan kepada reaksi pemuda setelah masa revolusi dengan perkembangan politik Indonesia selanjutnya. Terutama pada tahun tersebut, Indonesia tengah mengalami proses demokrasi yang pertama kali, yaitu pemilihan umum tahun C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan kehidupan para pemuda Banten sebelum hingga setelah masa revolusi. Terlebih sedikitnya mengenai tulisan yang menjelaskan tentang pemuda Banten, dan peran mereka pada periode tersebut. Adapun tujuan lainnya antara lain mendokumentasikan mengenai sejarah masyarakat Banten pada masa revolusi, mengingat masa tersebut adalah masa rekonstruksi Negara Indonesia dan penjelasan dari sudut pandang lain diperlukan untuk menggambarkan keadaan tersebut secara utuh. Untuk itu peran pemuda Banten yang hidup pada zaman tersebut perlu diteliti agar mendapatkan jawaban yang lebih kritis dari istilah 28 Anderson, Benedict R.O.G., Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa (terj. Jiman Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), hlm

12 12 revolusi sosial di Banten, dan lebih jauh lagi dampak selanjutnya dari revolusi dalam hal kaitannya dengan situasi di Banten saat ini. D. Tinjauan Pustaka Dalam prakteknya, penelitian ini dilandasi atas beberapa buku maupun karya ilmiah yang sudah ada sebelumnya, terutama karya-karya yang membahas mengenai Banten. Tulisan Kiyai dan Jawara di Banten: Studi tentang Agama, Magi, dan Kepemimpinan di Desa Pasanggrahan Serang, Banten, 29 karangan M.A. Tihami yang diajukan sebagai tesis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, memberikan sudut pandang yang serupa dengan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai peranan Jawara dalam bidang politik dan sosial. Dalam tulisan karangan Tihami, Jawara termasuk ke dalam kelompok yang turut serta menjadi pembentuk elit sosial di Banten. Pemanfaatan fungsi Jawara dalam penelitian ini karena penjelasan mengenai keterlibatan kaum Jawara yang telah turut andil dalam perkembangan kaum pemuda. Kekurangan dari tulisan ini yang sekaligus menjadi pembeda darinya adalah penjelasan mengenai pemuda yang kurang, dan memang periodisasi yang tidak memungkinkan untuk menjelaskan pemuda sebagai kaum yang berpengaruh. Tulisan karangan Tihami setidaknya memberikan salah satu gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat Banten. 29 M.A. Tihami, Kiyai dan Jawara di Banten: Studi tentang Agama, Magi, dan Kepemimpinan di Desa Pasanggrahan Serang, Banten, Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok.

13 13 Selanjutnya Laporan hasil penelitian dari Suharto berjudul Revolusi Sosial di Banten, : Kondisi, Jalan Peristiwa, dan Dampaknya. 30 Secara tidak langsung, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap untuk menggambarkan kondisi Banten pada masa revolusi. Perbedaan diantara keduanya antara lain, pertama dari segi isi, Suharto cenderung lebih menekankan pada peristiwa politik sekitar tahun Kedua, dalam tulisan Suharto aspek sosial tidak begitu ditekankan, dan kalaupun ada maka aspek tersebut hanya tersirat saja. Dalam penelitian ini peneliti membahas kekosongan itu, yaitu aspek sosial yang tidak terlalu dibahas pada tulisan tersebut, khususnya terhadap kelompok pemuda yang sering kali muncul sebagai perintis dalam tulisan Suharto. 31 Tema mengenai pemuda pada masa Revolusi Indonesia memang belum banyak yang muncul sebagai sebuah judul buku, tetapi beberapa diantaranya muncul secara rinci sebagai jurnal penelitian yang terbit di sebuah artikel ilmiah. Tulian karangan Sudjarwo tentang Potret Diri Pemuda dalam Revolusi Kita 32 memberikan gambaran umum sekaligus menarik dari kelompok pemuda masa revolusi dengan skala nasional. Gagasan utamanya adalah bahwa kelompok pemuda muncul sebagai kelompok yang baru, yang dapat berperan sebagai 30 Suharto, Revolusi Sosial di Banten, : Kondisi, Jalan Peristiwa, dan Dampaknya, Laporan Hasil Penelitian (Naskah Publikasi), Lembaga Penelitian Universitas Indonesia Depok, Lihat Suharto, op. cit., hlm Sudjarwo, op. cit. hlm

14 14 kekuatan militer-politik. Salah satu penelitian yang memberikan kata pemuda dalam judul bukunya adalah milik Benedict R.O.G. Anderson, Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa Buku ini memberikan uraian terperinci mengenai istilah pemuda dalam masyarakat Jawa. Buku inilah yang menjelaskan mengenai sejarah pemuda Indonesia hingga perannya di masa Revolusi. Kekurangan dari buku ini adalah terlalu terpusatnya kajian dalam lingkup yang memiliki banyaknya gerakan pemuda (dalam hal ini Bandung dan Jakarta), 34 sehingga penjelasan mengenai daerah sekitarnya kurang dimunculkan. Penelitian ini menjelaskan mengenai salah satu daerah yang bersinggungan secara geografis maupun administratif dengan Jakarta, sehingga dimungkinkan pengaruh-pengaruh dari Jakarta juga turut berperan dalam pergerakan pemuda di Banten. Tulisan yang meyinggung tentang pemuda Banten dapat dilihat dari tulisan Nina Herlina Lubis, Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. 35 Dalam buku ini Nina sebenarnya memberikan penjelasan mengenai sejarah panjang dari Banten, mulai masa kesultanan hingga Banten berdiri sebagai sebuah provinsi. Dalam pertengahan bab-nya yang berkaitan dengan masa 33 Anderson, Benedict R.O.G., Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa (terj. Jiman Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988). 34 Anderson menyebut hal itu mungkin karena banyaknya lembaga pendidikan di dua kota tersebut. Lihat Anderson, Benedict R.O.G., op. cit., hlm Nina H. Lubis, Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara (Jakarta: LP3ES, 2004).

15 15 revolusi, Nina menggambarkan sedikit mengenai peran pemuda Banten, namun masih terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tulisan milik Suharto. Hal tersebut terjadi karena rentang waktu yang diambil begitu panjang, sehingga buku ini memiliki fokus yang banyak. Penelitian yang dilakukan penulis mencoba fokus terhadap satu aspek dan satu periode tertentu, sehingga keberadaannya diharapkan dapat melengkapi serangkaian sejarah Banten yang ditulis sebelumnya. Kajian yang meneiliti mengenai proses revolusi di Banten lebih lengkap dijelaskan oleh Michael C. Williams, Banten: Rice Debts will be Repaid with Rice, Blood Debts with Blood, dalam buku Regional Dynamics of the Indonesian Revoluition: Unity from Diversity yang diedit oleh Audrey R. Kahin. 36 Tulisan ini adalah mirip dengan tulisan Suharto yang juga menjadi landasan dalam penelitian ini. Beberapa yang menonjol dari tulisan ini adalah penjelasannya yang mendalam bila dibandingkan dengan tulisan lain yang menjelaskan mengenai revolusi di Banten. Terlebih dijelaskan pula mengenai peristiwa-peristiwa sebelumnya, seperti peristiwa tahun 1926 yang kemudian dihubungkan dengan penjelasan dan fakta yang kaya. Namun lagi-lagi seperti kebanyakan kajian lainnya, penjelasan mengenai pemuda di Banten pada masa tersebut masih menjadi peran figuran dan hanya disinggung sedikit, dan tentu saja hal ini yang membedakan tulisan Williams dengan kajian ini. 36 Williams, Michael C., Banten: Rice Debts will be Repaid with Rice, Blood Debts with Blood, dalam Kahin, Audrey R. (ed.), Regional Dynamics of the Indonesian Revoluition: Unity from Diversity (USA: University of Hawai Press, 1985).

16 16 Dari beberapa tinjauan pustaka diatas, penulisan ini menjadi penting mengingat tidak ditemukannya suatu penelitian yang khusus membicarakan mengenai kelompok pemuda di Banten. Pembahasan pemuda di tingkat lokal selama ini hanya muncul sebagai penjelas dari tema-tema yang lebih besar. Sejarah harus mampu mengangkat masalah yang kecil, karena secara tidak langsung hal ini akan menjadi tumpuan bagi masalah yang lebih besar. Dengan sudut pandang seperti ini, maka kiranya penelitian ini menjadi pelengkap bagi sejarah pemuda di tingkat lokal. E. Metode Penelitian dan Sumber Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang terdiri dari lima tahap. Pertama adalah pemilihan topik, tahap kedua adalah pengumpulan sumber atau heuristik, tahap ketiga yaitu verifikasi yang didalamnya termasuk kritik sejarah, kemudian tahap intepretasi yang berupa analisis dan sintesis, dan terakhir adalah tahap penulisan. 37 Pemilihan metode sejarah didasari aspek historis yang ditonjolkan dalam penelitian ini dan juga kebutuhan teknik untuk mengumpulkan sumber-sumber masa lampau. Tahap pertama adalah pemilihan topik yang sudah terlaksana sebelumnya. Alasan mengapa diambil tema tentang pemuda adalah karena pemuda memiliki peranan yang cukup penting dalam sejarah revolusi Indonesia. Hal ini ditunjukan dalam beberapa penelitian mengenai Revolusi Indonesia (meskipun hanya sedikit sekali penelitian yang bertujuan khusus untuk menulis tentang pemuda) yang hlm Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005),

17 17 dalam penjelesannya, selalu diperlihatkan mengenai sosok peranan dari kelompok pemuda. Misalnya dalam Peristiwa Tiga Daerah, peran pemuda di Brebes digambarkan sebagai pembangkit semangat daerahnya dengan menjalankan aksi penurunan bendera Jepang, setelah mendengar berita mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 38 Di Banten, pemuda memiliki peranan penting dalam bidang politik, seperti peranan mereka sebagai pengusul diadakannya perundingan mengenai kepengurusan karesidenan Banten, atau turut aktif dalam organisasi pemuda yang ada saat itu (API). 39 Sudjarwo menggambarkan pemuda Indonesia pada masa revolusi sebagai kelompok militer-politik, 40 dan ini juga terjadi di Banten. Dalam kaitannya dengan tokoh nasional, pemuda Banten juga turut berperan dalam pertemuan rahasia di Rangkasbitung yang diadakan oleh Tan Malaka. 41 Dari semua ini, belum banyak penelitian mengenai pemuda sebagai objek pertama dalam sebuah tulisan sejarah Banten, maka dari itu penulis mengambil kesempatan ini. 38 Abdurrachman Surjomihardjo, op. cit., hlm API merupakan singkatan dari Angkatan Pemuda Indonesia, API cabang Banten dipimpin oleh Ali Amangku. Lihat Ensering, Else, op. cit, hlm Julukan militer-politik yang dinyatakan Sudjarwo dimaksudkan terhadap kelompok pemuda yang mampu masuk dalam aspek militer maupun politik. Dalam hal ini Sudjarwo percaya bahwa pemuda mapu menggunakan sisi ideologi maupun militer. Lihat Sudjarwo, op. cit., hlm Sebuah pertemuan rahasia yang diselenggarakan untuk membahas tindak lanjut dari proklamasi Indonesia merdeka dan dipelopori oleh Tan Malaka. Dalam pelaksanaannya, Tan Malaka mengundang lima perwakilan dari pemuda seluruh Banten. Lihat Ensering, Else, op. cit., hlm

18 18 Suatu hal unik yang terjadi dalam pemuda adalah yang dimaksud Benedict Anderson sebagai masa ketika pemuda harus mengabdikan dirinya kepada seorang guru. 42 Proses ini tentu saja menjadi menarik jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat tempat tinggal pemuda tersebut, dalam hal ini Banten yang masyarakatnya digambarkan oleh orang Belanda sebagai masyarakat yang fanatik dalam hal agama, bersikap agresif dan bersemangat memberontak. 43 Jika saja para orang tua Banten seperti itu, maka para pemuda yang mendapat pelajaran dari orang tua juga bersikap sama. Inilah yang kemudian inti permasalahan mengapa penelitian tentang pemuda Banten perlu. Tahap kedua yaitu heuristik atau pengumpulan sumber berupa jejak-jejak sejarah yang mampu menjelaskan masalah dalam penelitian ini. Perlu diakui bahwa penelitian ini banyak mengambil data-data serupa dari penelitian yang sudah ada. Namun tidak semuanya diambil, hanya sebagian saja yang sekiranya dapat membantu dalam menjawab permasalahan di penelitian ini. Koleksi arsip yang digunakan antara lain berupa arsip Kementrian Sosial dan Kementrian Perburuhan ( ), arsip Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat ( ), arsip Kementrian Penerangan ( ) ditambah dengan data kependudukan dari Volksteling 1930 serta kumpulan surat kabar dari Pikiran 42 Anderson berpendapat bahwa setelah mencapai usia yang cukup, para pemuda wajib untuk menuntut ilmu di luar orang tuanya. Mungkin pada zaman sekarang hal tersebut serupa dengan pendidikan formal yang diterima anak sekolah. Ia juga menyatakan bahwa sang guru tersebut bermacam-macam, bisa dari seorang anggota keluarga yang lebih tua, Kyai terkenal, maupun seorang Jago atau ahli ilmu gaib. Lihat Anderson, Benedict R.O.G., op. cit., hlm Suharto, op. cit., hlm. 7. Lihat juga Rosian Anwar, op. cit.,, hlm. 130.

19 19 Rakyat dan Suara Merdeka terbitan tahun Sumber wawancara tidak banyak didapat, mengingat usia para pelaku yang sudah sangat tua bahkan sudah meninggal. Dalam prakteknya, banyak sumber yang sudah hilang maupun rusak, salah satunya adalah kumpulan majalah tahun 1940 yang berbicara langsung mengenai Banten. Banten Bode juga tidak digunakan mengingat kondisinya yang sudah rusak dan juga rentan waktu yang sangat berbeda jauh dari kajian penelitian. Dalam proses pengumpulan data, penulis juga kesulitan dalam mencari sumbersumber yang berasal dari daerah Banten sendiri, terutama koleksi Perpustakaan Daerah Banten yang masih dalam penataan ulang. Tahapan ketiga adalah verivikasi atau kritik sumber. Dalam tahapan ini penulis menguji keabsahan sumber baik dari segi otensititas, maupun dari segi kredibilitas. Dari segi otensititas digunakan kritik ekstern, berupa pengujian berdasarkan ciri fisik. Dalam hal ini dilakukan pengecekan terhadap jenis kertas (dokumen). Akan tetapi, karena arsip yang diperoleh berasal dari Arsip Nasional Indonesia, maka kegiatan kritik ini kurang dilakukan karena hal tersebut sudah dilakukan oleh badan pengurusnya. Kritik intern digunakan untuk menguji tingkat kredibilitas atau substansi dari sumber tersebut. Dalam hal ini, meskipun kebanyakan sumber yang diambil juga merupakan sumber arsip, tetapi tetap dilakukan perbandingan dengan sumber lainnya. Tahapan keempat adalah intepretasi dari sumber-sumber yang telah diuji kebenarannya. Tahap ini merupakan penggabungan antara sumber-sumber yang

20 20 didapat dengan teori-teori yang mendukung beserta pendapat penulis mengenai aspek yang dikaji. Tahap terakhir adalah penulisan, yaitu penuangan ide-ide, teoriteori, beserta fakta-fakta yang dihasilkan dari proses intepretasi. Tahapan ini kemudian menjadi tahapan akhir, hingga nantinya penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu wujud dari konsep history as written. F. Sistematika Penulisan Setelah melalui tahapan metode, penelitian ini menjelaskan hasilnya ke dalam sistematika berikut; bab pertama berjudul Pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitan, tinjauan pustaka yang menjadi landasan teori serta metode dan sumber dengan kendala-kendalanya di lapangan. Bab kedua berjudul Pemuda Banten Sebelum Masa Revolusi ( ), terdiri dari dari empat sub-bab. Sub-bab pertama berjudul Struktur Sosial Masyarakat Banten yang membahas mengenai gambaran umum masyarakat Banten, termasuk didalamnya penggambaran struktur sosial masyrakat Banten dan juga data kependudukan sebelum masa revolusi. Sub-bab kedua dan ketiga secara berturut-turut berjudul Pemuda Banten dalam Konteks Demografi dan Kultural serta Kondisi Pendidikan di Banten, keduanya secara umum menjelaskan tentang kedudukan pemuda dalam masyarakat beserta pendidikan pemuda di Banten sebelum revolusi. Sub-bab keempat berjudul Akar Radikalisme Pemuda Banten menjelasklan sejarah singkat pemuda Banten dalam kaitannya dengan sejarah Banten sebelum masa revolusi.

21 21 Bab ketiga berjudul Pemuda Banten Ditengah Revolusi ( ) yang menjelaskan mengenai inti dari penelitian ini, terutama kaitan antara pemuda dengan pergeseran pemerintahan yang terjadi di Banten. Untuk itu dibuat satu sub-bab diawal yang berjudul Periode Awal Revolusi, serta satu sub-bab di akhir yang berjudul Banten di Bawah Kendali Pemerintahan Indonesia. Dua sub-bab khusus dibuat untuk menjelaskan posisi dan peranan Dewan Rakyat yang dnilai sangat berpengaruh terhadap pergerakan revolusi pemuda secara keseluruhan. Kedua sub-bab tersebut yang pertama berjudul Dewan Rakyat dan Peran Pemuda Banten di Dalamnya yang lebih membahas masa ketika berjayanya Dewan Rakyat, serta pengaruhnya terhadap pergerakan pemuda. Sub-bab kedua yang dimaksud berjudul Pemuda Banten di Luar Dewan Rakyat yang lebih memfokuskan kepada kelompok-kelompok militer dan juga kelompok yang kemudian terpecah ketika Dewan Rakyat runtuh. Dalam penjelasannya mengenai status pemuda, cenderung dibaur dengan kelompok mayoritas yang ada karena alasan tertentu, seperti kurangnya data yang mampu membedakan antara pemuda dengan orang tua. Maka dari itu, pemahaman pemuda dalam segi ekonomi-sosial akan sangat membantu untuk memahami pemuda Banten pada masa itu Bab keempat berjudul Pemuda Banten Setelah Revolusi ( ) yang menjelaskan mengenai dampak yang muncul setelah peristiwa-peristiwa di Banten pada periode revolusi. Dalam bab ini dibagi menjadi tiga sub-bab, yang pertama berjudul Pemerintahan di Banten Setelah Revolusi yang akan membahas keadaan politik di Banten pasca revolusi. Kedua, berjudul Demobilisasi Pemuda Revolusioner Perkembangan Pasca Revolusi yang secara umum membicarakan

22 22 mengenai dampak revolusi terhadap perkembangan dalam beberapa sector lain di Banten, serta usaha-usaha untuk mengembalikan mantan pejuang kembali ke masyrakat. Ketiga berjudul Pemilihan Umum Tahun 1955 yang akan menjelaskan sedikit tentang proses pemilu di Banten serta tanggapan para pemuda terhadapnya. Bab kelima adalah penutup, yang berisi kesimpulan dari rumusan masalah yang dibuat. Dalam penelitian ini, didapatkan kesimpulan dampak dari revolusi di Banten bukan terletak dari para pemuda yang aktif pada masa revolusi dan masih hidup pada masa selanjutnya, melainkan nilai yang dibawa oleh kelompok besar pada saat itu yang kemudian secara tidak sadar menjadi sarat diterimanya seseorang menjadi tokoh sebuah masyarakat. Selanjutnya, adalah lembaran Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran yang dibutuhkan.

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita 102 BAB V KESIMPULAN Periode Revolusi merupakan masa-masa yang sulit bagi Banten untuk beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita untuk menjadikan Banten yang diperintah

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2013), p Nina H.Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2013), p Nina H.Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Naskah Proklamasi yang selesai disusun menjelang subuh tanggal 17 Agustus 1945, kemudian pukul 10.00 waktu Indonesia bagian barat teks proklamasi kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia, ditinjau dari perspektif histories, adalah tepat jika disebut dengan istilah revolusi. Revolus Indonesia, menurut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Keberhasilan Jepang menghancurkan pangkalan laut Amerika di Pearl Harbour merupakan awal keterlibatan Jepang di Perang Dunia Kedua. Pecahnya Perang Dunia Kedua yaitu

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benedict Anderson (2000) seorang Indonesianis yang diakui secara luas sebagai pakar sejarah Indonesia abad ke-20, mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd Lampiran 2 SILABUS Tgl Efektif : No. Dokumen :FM-AKM-03-002 No.Revisi : 00 FAKULTAS PROGRAM STUDI MATA KULIAH KELAS/SKS WAKTU DOSEN : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : PENDIDIKAN SEJARAH : SEJARAH

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. Secara umum etnis Tionghoa adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, persepektif sejarah selalu menampilkan ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu menampilkan tiga unsur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau

Lebih terperinci

PERJUANGAN TNI DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI JAMBI Skripsi

PERJUANGAN TNI DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI JAMBI Skripsi PERJUANGAN TNI DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI JAMBI 1947-1949 Skripsi Disusunoleh : Andry Anggiat M.H I1A113004 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSISTAS JAMBI 2017 Abstrak Andry Anggiat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu 11 Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu runtutan peristiwa yang didalamnya terdapat bagian- bagian tertentu yang saling berhubungan dalam suatu perubahan. Pengambilalihan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tokoh perjuangan lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. tokoh perjuangan lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Soetan Sjahrir merupakan tokoh yang kontroversial pada masa itu, ia mempunyai ciri khas yang kompleks, pemikirannya sering kali berbeda dengan tokoh perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika perkembangan Boedi Oetomo sampai akhir sejarah perjalanannya pada tahun 1935 umumnya memperlihatkan kecenderungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman manusia Indonesia hidup bertani dan menetap, dimulai pola penguasaan tanah secara adat dan berlangsung turun temurun tanpa memiliki tanda bukti kepemilikan.

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. DAFTAR PUSTAKA Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama memiliki pengaruh, yaitu kepemimpinan kiai dan jawara. Kiai merupakan gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penulisan sejarah (historiografi) merupakan fase atau langkah yang penting dari beberapa fase yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai sejarah bangsa Indonesia, terdapat suatu masa yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga Indonesia menjadi seperti sekarang

Lebih terperinci