ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM RAS PETELUR PADA DIAN LAYER FARM DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN DARMAGA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM RAS PETELUR PADA DIAN LAYER FARM DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN DARMAGA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM RAS PETELUR PADA DIAN LAYER FARM DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN DARMAGA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVA CHRISTY JUNITA SIANTURI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN EVA CHRISTY JUNITA SIANTURI.H Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Skripsi.Departemen Agribisnis, Fakultan Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI). Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi dan informasi perdagangan serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan termasuk telur. Meningkatnya peluang pasar tehadap produk peternakan terutama telur memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha peternakan. Telur merupakan sumber protein hewani yang cukup banyak diminati oleh masyarakat terutama telur ayam ras. Hal ini dikarenakan harga telur yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Selain harganya terjangkau telur merupakan sumber protein yang mudah diolah menjadi sumber pangan lain. Sehingga permintaan telur meningkat sedangkan pemenuhan akan telur tidak dapat mencukupi permintaan atau masih terbatas. Kondisi tersebut yang menjadi peluang bagi para pengusaha peternakan ayam ras petelur untuk mengembangan usahanya. Dian Layer Farm adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis yang melakukan usaha peternakan telur ayam ras. Dian layer Farm terletak di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor yang masih memiliki permasalahan karena tidak dapat memenuhi permintaan pasarnya akan produk telur. Untuk mengatasi permasalahn tersebut maka Dian Layer Farm mengembangkan usahanya dengan menambah produktivitas peternakannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur tersebut layak atau tidak dijalankan sehingga peneliti melakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial lingkungan yang dilakukan secara kualitatif. Selain aspek non finansial peneliti juga menganalisis dari segi aspek finansial yang terdiri dari Net Present Value ( Net B/C ratio ), Internal Rate Return ( IRR ), Net Benefit Ratio ( Net B.C Ratio), Payback Period (PP),Laba Rugi serta menganalisis tingkat kepekaan atau sensitivitas terhadap variabel output maupun variabel input yang dilakukan secara kuantitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni Adanya potensi pasar, pangsa pasar dan permintaan yang masih lebih besar dibandingkan penawaran membuat usaha ini layak untuk dijalankan. Penilaian kelayakan aspek teknis yang terdiri dari lokasi usaha, budidaya yang dijalankan, ketersediaan bahan baku utama dan pendukung serta teknologi yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya mampu memenuhi persyaratan ideal usaha peternakan tersebut sehingga layak untuk dijalankan. Agar usaha tetap berjalan sesuai i

3 dengan aturan yang ada maka diperlukan manajemen yang dapat mengelola perusahaan dengan membagi job description serta struktur manajemen yanng jelas, adanya faktor pendukung pembagian insentif yang memberi semangat kepada para pekerja yang mendukung jalannya usaha sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Untuk mempermudah jalannya usaha dibutuhkan dukungan dari kelembagaan yang menjamin berdirinya perusahaan dari segi hukum. Selain itu perusahaan juga mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perusahaan seperti penyerapan tenaga kerja yang mempu menambah mata pencahariaan masyarakat sekitar perusahaan, adanya limbah kotoran ayam yang menguntungkan untuk petani sekitar sehingga layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm maka diperoleh pada saat kondisi awal usaha dimana belum ada penambahan produktivitas menunjukkan NPV lebih besar dari 0 yaitu sebesar Rp ,73 IRR lebih besar dari discount rate yaitu sebesar 71 persen, Net B/C sebesar 3,28 lebih besar dari satu, PP lebih pendek dari umur proyek yaitu 2 tahun 3 bulan. Analisis sensitivitas usaha ini layak untuk dijalankan karena dilihat dari penurunan jumlah produksi sebesar 26 persen, kenaikan harga DOC sebesar 28,6 persen dan kenaikan harga pakan sebesar 37 persen nilai NPV menunjukkan lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar dari 1, IRR lebih besar dari discount rate dan PP sebelum umur usaha berakhir. Pada kondisi pengembangan hasil yang diperoleh dari analisis finasial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan ketika dilakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan produktivitas ayam ras petelur. ii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM RAS PETELUR PADA DIAN LAYER FARM DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN DARMAGA KABUPATEN BOGOR EVA CHRISTY JUNITA SIANTURI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor : Eva Christy Junita Sianturi : H Menyetujui, Pembimbing Tintin Sarianti, SP, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir.Nunung Kusnadi,MS NIP Tanggal Lulus : iv

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya tulis yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Desembar 2011 Eva Christy Junita Sianturi H v

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sei Meranti (Riau) pada Tanggal 10 April 1987 sebagai putri dari pasangan Bapak Rapsenly Parluhutan Sianturi dan Ibu Armelia Tampubolon. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) PTPN IV Sei Meranti-Bagan Batu lulus tahun 1993, dilanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Yosef Arnoldi-Bagan Batu dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Assisi-Pematang Siantar, Sumatera Utara dan meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 MATAULI-Sibolga, Sumatera Utara dan lulus pada tahun Pendidikan Diploma III Program Keahlian Manajemen Agribisnis diselesaikan di Institut Pertanian Bogor pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui ujian seleksi masuk reguler pada tahun vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur Pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha ayam ras petelur baik dari segi non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan) dan segi finansial terhadap peternakan Dian Layer Farm. Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan waktu dan kendala yang dihadapi. Untuk itu saran dan kritik penulis harapkan untuk perbaikan atau koreksi pada skripsi ini, baik itu dari segi format penulisan, isi, maupun kedalaman penulisan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Desember 2011 Eva Christy Junita Sianturi H vii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan karunia-nya penelitian ini dapat terselesaikan. Peneliti menyampaikan terimaksih yang sebesar-besarnya pada Dian Layer Farm yang telah membantu, sehingga penulisan penelitian ini dapat terselesaikan. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terimaksi kepada : 1. Ibu Tintin sarianti,sp.mm sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran mulai dari persiapan penelitian sampai penulisan selesai. 2. Ibu Dr.Ratna Winandi,MS dan Yanti Nuraeni Muklif selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran pada perbaikan skripsi ini. 3. Bapak R.P Sianturi dan Ibu A.Tampubolon atas dorongan moril dan materil dalam penyelesaian penelitian ini serta kesabaran yang luar biasa. 4. Kakakku Chintya dan adik-adikku Raphel, Ivo, Paramitha,Wicke love you all serta Sr.M.Alfonsine dan Op.S.M Tampubolon keluarga adalah hal terindah yang tak terungkapkan. 5. Ellyta Tarigan, terimakasih atas bantuan dan dukungannya. 6. Bapak Hengki serta Bapak Yadi selaku pembimbing lapangan yang telah membantu dan memberikan arahan kepada peneliti selama menyelesaikan penelitian ini. 7. Teman-temanku Nanda, Junita, Rahma, Rose dan Eneng teman seperjuangan yang selalu memotivasi dan memberikan bantuan. 8. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Desember 2011 Eva Christy Junita Sianturi H viii

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Karakteristik Ayam Ras Petelur Klasifikasi Jenis-Jenis Ayam Ras Petelur Telur Ayam Kajian Penelitian Terdahulu Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi Defenisi Studi Kelayakan Aspek Kelayakan Usaha Teori Biaya dan Manfaat Analisis Kelayakan Investasi Analisis Finansial Kerangka Pemikiran Operasional ix

11 IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Finansial Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Gambaran Umum Desa Sukadamai Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya Fisik Sumberdaya Manusia Sumberdaya Modal Unit Usaha Ayam Ras Petelur Proses Produksi Produk Pelanggan VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Peluang Pasar Bauran Pemasaran Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Penentuan Lokasi Budidaya Budidaya Teknologi x

12 6.2.4 Hasil dan Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen Struktur Organisasi dan Jod Description Sistem Gaji dan Insentif Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Hukum Bentuk Badan Usaha Jenis Perizinan Hasil Analisis Aspek Hukum Aspek Sosial dan Lingkungan Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis Kelayakan Kondisi Awal Arus Penerimaan Arus Pengeluaran ( Outflow) Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis Laba Rugi Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan Usaha Kondisi Pengembangan Arus Penerimaan ( Inflow ) Arus Pengeluaran ( Outflow) Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis Switching Value VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Populasi Ternak (000 ekor) Nasional Produksi Telur (000 Ton) Nasional Produksi Ayam Petelur (000 Ton) Menurut Propinsi Produksi Telur (Butir) Pada Kabupaten Bogor Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras Performan Beberapa Strain Ayam Petelur Sumberdaya Fisik Dian Layer Farm Pelanggan Dian Layer Farm Fase Pemberian Pakan Biaya Investasi Dian Layer Farm Biaya Tetap Dian Layer Farm Biaya Variabel Dian Layer Farm Analisi Sensitivitas xii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Investasi Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Usaha Peningkatan Produksi Telur Ayam Tahapan Proses Produksi Dian Layer Farm Telur Dalam Peti (a) Bentuk Kandang Awal, (b) Kandang Baru Tray Telur Day Old Chiken Struktur Organisasi Dian Layer Farm Kotoran Ayam xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan Foto-Foto Dian Layer Farm Layout Dian Layer Farm Siklus Produksi Dian Layer Farm Biaya Investasi Dian Layer Farm Kondisi Awal Laba Rugi Dian Layer Farm Kondisi Awal Cashflow Dian Layer Farm Kondisi Awal Sensitivitas Penurunan Produksi Dian Layer Farm 26 % Kondisi Awal Sensitivitas Kenaikan DOC Dian Layer Farm 28.6 % Kondisi Awal Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Dian Layer Farm 37 % Kondisi Awal Switching Value Penurunan Produksi Dian Layer Farm 37,1 % Kondisi Awal Switching Value Kenaikan Harga Pakan Dian Layer Farm 76,2 % Kondisi Awal Laba Rugi Dian Layer Farm Kondisi Pengembangan Cashflow Dian Layer Farm Kondisi Pengembangan Switching Value Penurunan Produksi 18,5 % Dian Layer Farm Kondisi Pengembangan Switching Value Kenaikan Harga Pakan 57,3 % Dian Layer Farm Kondisis Pengembangan xiv

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi dan informasi perdagangan serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan termasuk telur (Ditjennak,2010). Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah hasil produksi yang dihasilkan maupun pertumbuhan usaha dibidang ternak. Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi ternak termasuk unggas secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah permintaan akan produk peternakan yaitu daging, susu, telur dan produk turunannya. Kondisis ini mengaakibatkan adanya kelebihan permintaan akan hasil peternakan di bandingkan penyediaan hasil ternak. Perkembangan atau perubahan pertumbuhan populasi ternak nasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang dimulai dari tahun 2005 hingga Terlihat pada tabel tersebut data adanya kenaikan dan penurunan populasi pada setiap jenis ternak yang dihasilkan secara nasional. Bahkan persentase rata-rata pertumbuhan ternak mengalami penurunan yaitu pada komoditi kerbau sebesar dua persen dan ayam buras sebesar 2,39 persen. kondisi ini menunjukkan, dikarenakan kurangnya peternakan yang mengembangkan dan membudidayakan ternak ini. Peternak yang menggembpangkan usaha ini kebanyakan adalah peternak kecil atau peternak rumah tangga. Peternak rumah tangga biasanya memelihara ternak bukan untuk tujuan menjual hasil ternak secara keseluruhan, tetapi sebagian untuk konsumsi rumah tangganya. Sedangkan pada komoditi lainnya populasi peternakan mengalami peningkatan. Peningkatan populasi ternak terbesar yaitu pada komoditi kelinci sebesar 15,62 persen, merpati sebesar 32,36 persen dan puyuh sebesar 10,86 persen. Peningkatan ini dikarenakan peluang dan prospek yang cukup menggiurkan dalam usaha ini sedangkan yang membudidayakannya masih jarang, kondisi ini mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan sehingga para peternak tertarik untuk mengusahakan dan membudidayakan ternak ini.

17 Tabel 1. Populasi Ternak (000 ekor) Nasional Ternak Rata-rata Pertumbuhan (%) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Kelinci Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik Puyuh Merpati Entok Sumber : Ditjennak,2010 Dilihat dari Tabel 1 tampak populasi ternak setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan hampir disemua jenis ternak. Kondisi ini membuktikan bahwa peluang dan potensi peternakan untuk dikembangkan masih sangat besar. Populasi ternak unggas (ayam petelur, ayam pedaging, itik, puyuh dan merpati) hampir disemua komoditi mangalami kenaikan pertumbuhan populasi. Naiknnya jumlah populasi unggas mempengaruhi pertumbuhan daging dan telur yang dihasilkan oleh ternak tersebut terutama telur, karena telur merupakan produk yang paling banyak dinikmati. Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat Indonesia. Selain telur ayam, telur itik dan telur puyuh juga digemari masyarakat Indonesia. Namun, pasokan yang sedikit di pasaran membuat harga telur itik dan telur puyuh lebih mahal dibandingkan harga telur ayam. Selain itu tingginya tingkat permintaan akan telur memberikan peluang yang sangat besar bagi para peternak untuk 2

18 mengembangkan usahanya. Pertumbuhan ekonomi di segala sektor telah memacu pula meningkatan pendapatan masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan gizinya, terutama yang bersumber dari protein hewani yang relatif murah dan mudah didapat sehingga yang berpendapatan menengah kebawah lebih banyak mengkonsumsinya dibandingkan dengan daging sapi atau susu. Salah satu penghasil hewani adalah ternak. Secara nasional, perkembangan populasi berbagai jenis ternak menunjukkan peningkatan yang besar, terutama untuk ternak unggas. Walaupun demikian, Indonesia dengan jumlah penduduk 221 juta orang masih tergolong sebagai negara yang tingkat konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah dibanding dengan kebutuhan gizi maupun konsumsi negara lain. Atas dasar ini, pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur mendapat prioritas dalam pengembangan perekonomian khususnya usaha kecil peternakan ayam ras petelur. Pertumbuhan produksi telur dapat dilihat pada Tabel 2 produksi beberapa ternak unggas yang menghasilkan telur secara nasional. Tabel 2. Produksi Telur (000 Ton) Nasional Telur Rata Rata Pertumbuhan (%) Ayam Buras Ayam Petelur Itik Sumber : Ditjennak,2010 Tabel 2 memperlihatkan perkembangan atau perubahan pertumbuhan produksi telur nasional mulai dari tahun 2005 hingga Pada komoditi ayam buras menunjukkan hasil produksi rata-rata mengalami penurunan sebesar 3.26 persen yang disebabkan oleh turunnya populasi ayam buras secara nasional sedangkan pada ayam petelur menunjukkan hasil produksi mengalami peningkatan sebesar 5,24 persen dan itik sebesar 3,54 persen. Ayam petelur mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan dua komoditi lainnya. Hal ini membuktikkan 3

19 bahwa komoditi telur ayam petelur lebih diminati dibandingkan dua komoditi lainya. Selain lebih diminati harga telur ayam petelur lebih terjangkau dan barangnya lebih mudah didapatkan serta mudah diolah untuk campuran makanan lain. Peningkatan produksi telur tidak dirasakan di semua daerah. Setiap daerah atau propinsi mengalami pertumbuhan produksi yang berbeda-beda. Ada yang mengalami peningkatan produksi dan ada juga yang mengalami penurunan produksi. Tabel 3 memperlihatkan perkembangan atau perubahan pertumbuhan produksi telur tiap propinsi di Indonesia mulai dari tahun 2005 hingga Untuk Propinsi DKI Jakarta tidak menghasilkan produksi telur karena tidak adanya peternakan telur di propinsi tersebut. DKI Jakarta yang juga berstatus sebagai ibu kota negara terletak di daerah yang strategis karena berada disekitar daerah-daerah pertanian yang berfungsi sebagai pemasok dan penyokong kebutuhan kehidupan propinsi ini seperti Bogor, Cianjur, Bandung, Tangerang, Banten dan Sukabumi. Sedangkan propinsi lainnya ada yang mengalami penurunan dan peningkatan yang cukup signifikan. Penurunan paling drastis tampak pada propinsi Sulawesi Barat sebesar 187,53 persen. Dari ton pada tahun 2006 mengalami penurunan produksi yang sangat drastis hingga tinggal 210 pada tahun 2007 dan hal ini berlanjut hingga tahun Penurunan telur diikuti oleh propinsi Papua Barat, Papua, Kalimantan Tengah, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur dan Bali. Pada propinsi ini dapat disimpulkan bahwa telur mengalami kelangkaan pasokan. Sedangkan peningkatan produksi telur tampak nyata pada propinsi Kepulauan Riau sebesar 23,21 persen. Mulai dari tahun 2005 hingga 2009 produksi telur terus mengalami peningkatan. Fakta ini menunjukkan bahwa permintaan telur di propinsi ini terus mengalami permintaan dan besarnya penyerapan pasar akan komoditi telur. Peningkatan yang tampak nyata diikuti oleh propinsi Maluku, Maluku Utara, Banten, Aceh dan Kalimantan Selatan. 4

20 Tabel 3. Produksi Ayam Petelur (000 Ton) Menurut Propinsi Provinsi Rata-rata Pertumbuhan (%) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Bangka Belitung Banten Gorontalo Maluku Utara Kepulauan Riau Papua Barat Sulawesi Barat Sumber : Ditjennak,2010 5

21 Untuk propinsi Jawa Barat peningkatan produksi telur tidak terlalu besar. Hal ini dikarenkan penurunan pasokan telur dan meningkatnya jumlah penduduk. Jawa Barat merupakan salah satu daerah pertanian yang sangat mendukung untuk pertumbuhan subsektor pertanian yaitu peternakan. Kondisi ini membuktikan bahwa masih adanya peluang dan potensi peternakan ayam petelur untuk dikembangkan sangat besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga daerahnya sendiri Jawa Barat juga memenuhi pasokan telur kebeberapa daerah yang ada disekitanya. Prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia pangsa telur ayam ras mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 53,92 persen pada tahun 2005 menjadi 62,71 persen pada tahun Tidak hanya konsumsi nasional yang meningkat. Meningkatnya konsumsi nasional berdampak pada meningkatnya produksi telur. Terutama produksi telur di daerah atau wilayah yang jumlah penduduknya banyak dan padat. Salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Bogor. Tabel 4. Produksi Telur (Butir) Pada Kabupaten Bogor Telur Rata-Rata Pertumbuhan (%) Ayam Ruras 18,423,726 15,442, Ayam Petelur 644,036, ,730, Itik 24,271,977 15,187, Sumber : Ditjennak,2010 Tabel 4 memperlihatkan pertumbuhan telur yang ada di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian secara umum termasuk subsektor peternakan. Masih banyaknya lahan kosong serta suhu yang tidak terlalu panas sangat mendukung pertumbuhan subsektor peternakan terutama unggas. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor Tahun 2007 diketahui bahwa jenis ternak ayam ras pedaging mempunyai proporsi terbesar dalam jumlah populasi dengan jumlah populasi 6

22 ekor disusul dengan ternak ayam ras petelur dengan jumlah populasi ekor. Permintaan akan telur ayam ras cukup tinggi yaitu sekitar butir perminggu sedangkan pasokan telur ayam ras hanya sekitar sehingga pemenuhan akan telur ayam ras masih kurang sekitar 22,8 persen. Untuk memenuhi kebutuhan telur tersebut pedagang mencukupi dengan mengambil telur yang berasal dari Sukabumi, Cianjur dan Jawa Tengah. Melihat kondisi permintaan serta penawaran yang ada di pasar tersebut, maka terdapat peluang pasar yang cukup berprospek bagi pengusaha untuk mengembangkan peternakan ayam ras petelur di daerah Bogor. Dari data tabel diatas tampak bahwa semua komoditi telur mengalami penurunan, penurunan tertinggi terdapat pada komoditi telur itik sebesar 13,96 persen disusul komoditi telur ayam buras sebesar 13,03 persen kemudian telur ayam petelur sebesar 0,14 persen. Hal ini diakibatkan tingginya komsumsi Kabupaten Bogor terhadap telur dan meningkatnya permintaan tiap tahun yang diakibatkan peningkatan pendapatan dan jumlah penduduk. Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan meningkatkan komoditi telur masih sangant besar di daerah ini. Kelangkaan telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Salah satu perusahaan lokal yang melakukan usaha peternakan ayam ras petelur adalah Dian Layer Farm (DLF). Dian Layer Farm merupakan peternakan ayam ras petelur yang terletak di Desa Sukadamai. Selain memiliki tempat yang strategis, DLF juga mempunyai pasar yang cukup luas. Banyaknya jumlah permintaan telur setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh DLF menjadi peluang untuk perusahaan dalam mengembangkan usahanya serta melakukan analisis kelayakan usaha telur ayam ras ketika dilakukan penambahan jumlah produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Untuk melakukan hal tersebut DLF melakukan 7

23 perubahan struktur kandang ayam agar dapat menampung lebih banyak ayam ras petelur dan dapat mengefisienkan lahan yang digunakan. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan usaha peternakan saat ini di Indonesia khususnya perunggasan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berdirinya perusahaan peternakan bagian perungasan (ayam, itik dan burung). Perusahaan perunggasan merupakan salah satu subbidang di peternakan yang menghasilkan telur dan daging yang cukup besar untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari yang mudah didapat dan harganya lebih terjangkau. Kegiatan agroindustri ayam petelur skala besar semakin menjurus pada kegiatan hilir yaitu impor dan perdagangan, dengan perputaran modal yang sangat cepat dan resiko yang lebih kecil. Aktivitas agroindustri ayam petelur saat ini belum terintegrasi dan bersinergi dengan kegiatan di sektor hulu. Sementara itu kegiatan di hulu yang merupakan usaha pembibitan dan budidaya ayam petelur, sebagian besar dilakukan oleh peternak dengan skala terbatas dan dengan margin yang kecil. Mereka harus menghadapi persaingan yang kurang seimbang, termasuk serbuan daging murah yang sebagian tidak berkualitas atau tidak terjamin. Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan ayam petelur karena pertambahan populasi ayam petelur tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi nasional. Dilain pihak kebutuhan masyarakat terhadap telur cenderung semakin meningkat. Salah satu upaya peningkatan produksi ayam petelur dalam negeri yaitu dengan upaya pengembangan usaha. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan produksi telur yang tinggi dan efisien sehingga dapat diperoleh telur dengan kualitas yang lebih baik. Salah satu perusahaan lokal yang melakukan usaha peternakan ayam ras petelur adalah Dian Layer Farm (DLF). Unit bisnis utama dari perusahaan DLF yaitu budidaya ayam ras petelur untuk dijual telurnya. Unit bisnis lainnya yaitu menjual ayam afkir dan kotoran ayam. Saat ini DLF masih menjual telurnya ke pasar Darmaga dan pedagang-pedagang telur disekitar wilayah Bogor dan belum memasarkan telur keluar wilayah Bogor. Meskipun baru didirikan pada bulan Juni 8

24 2008 namun DLF mampu menghasilkan telur ayam ras layak jual sebanyak kurang lebih butir telur per hari dari ekor ayam secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah ayam petelur yang diternakan maka DLF dapat dikategorikan ke dalam usaha besar karena jumlah ayam petelur yang dipelihara lebih dari ekor (Listyowati dan Roospitasari, 2005). Banyakanya jumlah telur yang dihasilkan oleh DLF perhari ternyata belum memenuhi semua permintaan pasar. Berdasarkan wawancara dengan pengelola DLF permintaan dari seluruh para pelanggan DLF terhadap telur ayam ras sebanyak butir perhari, namun pemenuhan permintaan hanya mampu memenuhi sekitar 78 persen dari permintaan yaitu sekitar butir per hari. Oleh karena itu DLF masih punya peluang untuk menambah produksi sekitar butir telur ayam ras per hari agar dapat memenuhi pasar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Pencapaian target produksi telur ayam ras DLF dapat tercapai apabila disertai dengan perluasan kandang dan penambahan populasi ayam petelur. Selain itu manajemen yang dilakukan oleh DLF juga masih sederhana sehingga harus diperhatikan. Pengelola DLF masih bergantung pada pemilik. Keputusan masih bergantung sepenuhnya pada pemilik. Pembukuan keuangan yang dilakukan pada perusahaan masih sederhana dan sampai saat ini belum pernah dilakukan analisis kelayakan, baik secara finansial maupun non finansial. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada usaha telur ayam ras di DLF baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun rencana usaha yang akan dikembangkan. Analisis usaha ini dilakukan untuk mengetahui apakah usaha telur ayam ras tersebut layak jika dilihat dari aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dibagi menjadi dua skenario dimana skenario satu menjelaskan tentang keadaan finansial DLF kondisi awal dan skenario dua menjelaskan keadaan finansial DLF kondisi awal dan pengembangan. Ayam ras petelur termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit. Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas ini dapat meningkatkan morbidibitas ( tingkat kesulitan hidup pada individu atau kelompok 9

25 ternak). Penyakit ayam sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis penyakit memiliki sifat dan keganasan yang berbeda. Ayam petelur yang terserang penyakit, produktivitasnya akan menurun sehingga telur yang dihasilkan akan berkurang. Jumlah telur yang menurun akan menurunkan penerimaan perusahaan dan akan mengurangi laba. Hal lain yang harus diperhatikan yaitu kenaikan harga pakan dan DOC ( ayam anakan ). Kenaikan pakan disebabkan harga jagung yang berfluktuasi akibat mahalnya harga pupuk serta mahalnya bahan komponen lain seperti konsentrat pakan. Apabila harga pakan naik maka biaya yang ditanggung oleh perusahaan akan semakin besar. Masalah ini akan turut berpengaruh pada laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Sedangkan harga telur ayam ras cenderung berfluktuatif. Untuk itu maka diperlukan analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. DLF juga berencana akan melakukan perluasan usaha dimana biaya yang akan dikeluarkan DLF terhadap usaha tersebutakan lebih besar dari sebelumnya sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk rencana perluasan DLF terhadap kemungkinan kenaikan biaya total usaha baru DLF. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: 1. Bagaimana kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm bila dikaji dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan? 2. Bagaimana kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm bila dikaji dari aspek finansial baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan? 3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan? 10

26 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisi kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan. 2. Menganalisis tingkat kelayakan secara finansial usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan. 3. Menganalisis sensitivitas kelayakan secara finansial ayam ras petelur pada Dian Layer Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian diharapakan dapat berguna bagi Dian Layer Farm sebagai bahan pertimbangan dalam pengusahaan peningkatan produksi telur ayam ras. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha ayam petelur. 11

27 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha peternakan ayam petelur ini dikarenakan jumlah permintaan telur ayam ras yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam ras petelur ini. Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts?TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaaperusahaan peternakan. Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem agribisnis peternakan yaitu hulu, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sitem budidaya ternak berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan 12

28 oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. 2.2 Karakteristik Ayam Ras Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas ini berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan. Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul. Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur 13

29 murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri atau ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya. Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya cepat habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna atau ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur. Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya, sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras akan tetapi ayam kampung tidak dapat menghasilkan telur sebanyak ayam ras petelur. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika. Perbedaan antara ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 5. 14

30 Tabel 5. Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras Keterangan Ayam Ras Ayam Buras - Produksi telur (butir/tahun) - Berat telur (gram) - Sifat mengeram - Kemampuan berproduksi hampir tidak ada tinggi ada sangat terbatas Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001 Dari Tabel 5 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang ada sebelumnya, mengalami perbaikan-perbaikan genetik yang diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain. 2.3 Klasifikasi Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan karakteristik. Pada ternak ayam, klasifikasi dapat dilakukan dengan cara yaitu: a. Taksonomi Zoologi Ternak ayam di dalam dunia hewan memiliki taksonomi sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Ordo : Galliformes Genus : Gallus Spesies : Gallus domesticus b. Klasifikasi Standar Pengelompokan ayam yang berdasarkan kelas, bangsa, varietas dan strain. 15

31 1. Kelas adalah pengelompokan ayam berdasarkan daerah pembentukkannya misalnya kelas inggris, kelas amerika, kelas asia dan kelas mediterania. 2. Bangsa adalah pengelompokkan ayam dalam satu kelas berdasarkan perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas inggris terdapat bangsa ayam sussex, orpington dan cornish. 3. Varietas adalah pengelompokkan ayam dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya white lenghorn, brown lenghorn, white plymouthrock, dan barred plymouthrock. 4. Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breederfarm melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur hyline dan arbor acres. Tabel 6. Performan Beberapa Strain Ayam Petelur Strain Umur pada Umur Awal Puncak Produksi Kematian Produksi Produksi FCR 50% (%) (minggu) (%) (minggu) Lohmann Brown MF ,3-2,4 2-6 Hisex Brown ,36 0,4-3 Bovans White ,2 5-6 Hubbard Golden Comet ,2-2,5 2-4 Dekalb Warren , ,2-2,4 2-4 Bovans Goldline , ,9 6-7 Brown Nick , ,2-2,3 4-7 Bovans Nera , ,3-2, Bovans Brown ,25-2, Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001 c. Klasifikasi berdasarkan tipe Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi: 16

32 1. Tipe petelur Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteridtik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram. 2. Tipe pedaging Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. 3. Tipe Dwiguna Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan ssedang dan kulit bewarna coklat. d. Klasifikasi ayam di Indonesia Berdasarkan kondisi perkembangan peternakan ayam di Indonesia, dapat dibuat klasifikasi yang khas untuk pengembangan perunggasan yaitu: 1. Ayam Ras Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. 2. Ayam Lokal Ayam lokal adalah jenis ayam asli Indonesia, masih alami dan belum banyak mengalami perbaikan mutu genetis. Ayam lokal disebut juga ayam bukan ras (buras), untuk membedakannya dengan ayam ras. Di beberapa daerah, dikembangkan masyarakat sehingga memiliki karakteristik yang relatif homogen, baik bentuk tubuh maupun warna bulu. Kemudian ayam tersebut diberi nama berdasarkan nama daerah atau nama tertentu. Misalnya ayam kedu, ayam sentul, dan ayam nunukan. Sementara karakteristik ayam lokal yang dipelihara oleh sebagian besar masyarakat di pedesaan masih alami. 17

33 Bentuk tubuh dan warna bulu sangat beragam yang biasanya disebut ayam kampung. 2.4 Jenis-Jenis Ayam Ras Petelur Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe: a. Tipe Ayam Petelur Ringan Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan. b. Tipe Ayam Petelur Medium Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan 18

34 produksi telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak. 2.5 Telur Ayam Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi (Ginting, 2007). Komposisi telur ayam terdiri dari 73,7 persen air, 12,9 persen protein, 11,2 persen lemak dan 0,9 persen karbohidrat, sedangkan struktur telur terdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11 persen dari total bobot telur), putih telur (57 persen dari total bobot telur) dan kuning telur (32 persen dari total bobot telur) (Purnama, 2008). Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan dengan makanan berprotein hewani lainnya, telur juga mengandung protein cukup tinggi (Sarwono, 1997). Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti besi, fosfor sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50 persen) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 persen dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat (Ginting, 2007) Telur dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, memberikan pengobatan, dan memiliki banyak kegunaan lainnya sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi telur di Indonesia rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang kini mengkonsumsi enam butir telur per orang dalam seminggu (Yudohusodo, 2003). 2.6 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan peternakan. Menurut Salmawati (2009), prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia. Dari sisi permintaan, prospek agribisnis ayam ras petelur sangat berkaitan dengan peranan telur ayarm ras dalam struktur konsumsi 19

35 telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan randah dan menengah. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, bila dilihat kecendrungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar 4,50 persen per tahun atau sekitar 709,72 ribu ton pada tahun 2005, maka peluang pasar telur ayam pada tahun ini mencapai 269,98 ribu ton. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan teluk itik yang pangsanya masing-masing 15 persen dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Penelitian Pratomo (2007) menganalisis efesiensi produksi usaha ternak ayam buras ramah lingkungan yang dilakukan di peternakan P4S Eka Jaya Jakarta Selatan untuk penggemukan ayam buras ramah lingkungan ditinjau dari konsumsi faktor dengan bobot yang dihasilkan secara menyeluruh. Efesiensi secara teknis dalam penggunaan input yang ditunjukkan dari nilai elastisitas produksi selama periode produksi yaitu sebesar 0,967 persen, belum efisiensi secara ekonomis karena nilai rasio NPM dan BKM secara keseluruhan pada masa finisher tidak sama dengan satu. Peternakan P4S Eka Jaya memperoleh keuntungan paling besar apabila ayam dipanen pada umur 12 minggu, karena nilai rasio dengan penerimaannnya dengan biaya pakan dan bibit menunjukkan nilai terbesar yaitu 2,21 dengan nilai sebesar Rp ,67/ekor. Penelitian Kusuma ( 2005) menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternakan ayam probiotik dan non-probiotik pada usaha ternak ayam ras pedaging pada perusahaan Sunan Kudus Farm. Model Yang digunakkan adalah model C0bb-Douglas, dengan faktor produksi yang digunakan antara lain bibit, pakan, pemanas, tenaga kerja dan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan respontif didalam meningkatkan produksi telur pada 20

36 peternak yang menggunakan probiotik, sedangkan tenaga kerja dan obat-obatan lebih responsif tehadap peningkatan produksi telur pada peternakan non-probiotik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada peternakan Sunan Kudus Farm belum efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya rasio perbandingan antar NPM denga BKM yang bernilai sama dengan satu. Penelitian yang dilakuakan oleh Fitrial (2009) mengenai analisis tingkat kelayakan finansial penggemukkan kambing dan domba pada Mitra Tani Farm (MTF) di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitian didapat perhitungan analisis finansial dengan memperoleh NPV sebesar Rp , IRR sebesar 11,7 persen dengan discount rate sebesar 8,5 persen, Net B/C dan Gross B/C masing-masing sebesar 2,53 dan PP diperoleh sebesar 1,5 tahun. Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan yaitu kenaikan harga input yang masih dapat ditolerir sampai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan sebesar 4,79 persen. Secara Finansial dapat disimpulkan bahwa peternakan ini layak untuk dijalankan. 2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur Dian Layer Farm yang berada di Kampung Kahuripan, Kecamatan Darmaga. Analisa kelayakan yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisa kelayakan non finansial dan analisa kelayakan finansial. Analisa kelayakan non finansial yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial, linkungan, sedangkan analisis kelayakan finansial dilakukan dengan cara menghitung kriteria invesasi seperti NPV,IRR,Net B/C dan PP serta Laba Rugi. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk menghitung sampai sejauh mana pengaruh perubahan faktor yang sangat sensitif mempengaruhi kriteria kelayakan investasi pada Dian Layer Farm. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Salmawati (2009), Pratomo (2007), Kusuma (2005) yaitu pada komoditi yang diteliti, sama-sama meneliti ayam sedangkan dengan Fitrial (2009) 21

37 mengunkan alat analisis yang sama yaitu analisis kelayakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari segi alat analisis, komoditas yang dijadikan penelitian dan lokasi penelitian. 22

38 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan Teori Investasi Investasi dapat didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Untuk memnuhi hal tersebut maka harus diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang merupakan aspek yang ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari, aspek waktu yang digunakan untuk menilai kelayakan. Investasi adalah awal dari kegiatan ekonomi di masyarakat. Investasi dapat dilakukan oleh semua pihak baik oleh masyarakat sebagai kegiatan bisnis dan pemerintah sebagai penyelenggara kegiatan untuk pelayanan kebutuhan masyarakat dimana uang menjadi tugas utamanya. Masyarakat melakukan investasi dikarenakan untuk mememnuhi kebutuhan hidup yaitu barang dan jasa, dan untuk memenuhi keinginan. i Gambar 1. Kurva Investasi I Keterangan : i : Suku Bunga I : Investasi 23

39 Kurva pada Gambar 1 menggambarkan permintaan investasi yang menunjukkan berbagai volume atau besarnya investasi yang akan dilakuken pada berbagai tingkat suku bunga. Kurva permintaan investasi berbentuk berlereng menurun dari kiri atas ke kanan bawah atau berlereng negatif. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi lebih tinggi Defenisi Studi Kelayakan Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayak bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanaknan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Menurut Gittingger (1986) proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi menurut Noor, Henry (2009). Proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang mengunakan sumbersumber untuk mendapatkan manfaat dengan harapan akan mendapatkan hasil menurut Kadariah (1999). Sedangkan menurut Umar (2005) proyek adalah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan 24

40 dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumberdaya yang ada secara independen. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil menurut Husnan dan Muhammad (2000). Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Perkiraan keberhasilkan mungkin dapat ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang menjalankan tujuan bisnis. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi bisnis yang dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain: 1. Investor Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal suatu bisnis yang lebih memperhatikan prospek usaha tersebut ( tingkat keuntungan). 2. Kreditur Pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan bisnis. 3. Permerintah Pihak yang lebih berkepentingan dengan manfaat bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan bisnis tersebut. Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi jika seseorang melihat suatu kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Menurut Husnan (2000) suatu studi kelayakan menyangkut tiga aspek yaitu : 1. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi bisnis itu sendiri atau manfaat finansial. Artinya apakah bisnis tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko bisnis. 25

41 2. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis tersebut dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis. Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dari dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan Aspek Kelayakan Usaha Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha dapat berjalan dengan baik. Menurut Kadariah (1999) terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, dan aspek ekonomis. Menurut Gittinger (1986) analisis dan persiapan proyek terbagi menjadi enam aspek yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Keenam aspek tersebut adalaha : a. Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan input proyek ( penyediaan ) dan output ( produksi ) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. b. Aspek Komersial Dalam aspek ini suatu proyek harus dihubungkan dengan permintaan dan penawaran pasar. Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar 26

42 sasaran (Kotler,2002). Aspek komersial pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan serta perkiraan penjualan dari barang atau jasa yang akan diproduksi. c. Aspek institutional-organisasi-manajerial Dalam aspek institusional memerlukan beberapa hal yang harus dipenuhi atau usaha seperti bentuk badan usaha yang digunakan, akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Aspek organisasi menganalisis mengenai bentuk organisasi, struktur organisasi, garis wewenang, alur koordinasi dan alur keputusan. Aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada study kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksanaan proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksanaan studi masing-masing aspek serta manajemen pada operasi yaitu deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan. d. Aspek Sosial Lingkungan Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri. e. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalam analisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. 27

43 f. Aspek Finansial Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut. Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan dan finasial (Nurmalina et al.2009). Menurut Umar (1999) aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Penialain untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan menurut Husnan dan Muhammad (2000). Dimana aspek-aspek analisis kelayakan dibagi menjadi: a. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan perkiraan dan peramalan dari pasar potensial. Dalam melakukan kegiatan pemasaran dibutuhkan strategi pemasaran yang terencana untuk memasuki pasar yang telah ada dan berkembang. Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi 4 P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk adalah penawaran berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu. Tempat adalah berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh 28

44 perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Hal yang mendasari dari aspek ini adalah seberapa besar orientasi pasar akan mempengaruhi kemampuan penyerapan produk. Aspek tersebut meliputi permintaan untuk mengetahui perkembangan permintaan dari setiap periode, penawaran untuk membuat prediksi jumlah produk yang akan ditawarkan pada pasar. Selain itu ketetapan harga dibutuhkan berdasarkan kemampuan daya beli pasar dan kualitas produk yang ditawarkan. b. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad,2000). Aspek ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi antara lain lokasi bisnis, skala operasional atau luas produksi, proses produksi, layout serta kriteria pemilihan teknologi dan equipment (Nurmalina et al.2009). Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan, kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan pengawasan kualitas. c. Aspek Manajemen Menurut Terry (1977) manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Manajemen merupakan hal yang paling penting dalam membuat suatu rencana yang akan dijalankan sehingga hasilnya pun akan maksimal. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang 29

45 sesuai. Pada intinya aspek manajemen digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang dibuat sudah terlaksana, terkendali dan berjalan dengan baik. Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnsi dan manajemen dalam masa operasi. Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola bisnis dan struktur organisasi yang ada. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan bisnisnya (Husnan dan Muhammad,2000). d. Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya) dan mempelajari jaminanjaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, seertifikat dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. e. Aspek Sosial dan lingkungan Aspek ini menekankan pada seberapa besar penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat sekitar lokasi bisnis. Dalam menyusun analisis kelayakan usaha diperlukan informasi diluar lingkungan perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi rencana bisnis. Selain itu aspek ini dapat mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan oleh proyek bisnis bagi lingkungan luar jika bisnis telah direalisasikan. Aspek ini terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan, devisa negara, penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi bisnis dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan bisnis. 30

46 f. Aspek Finansial Dalam mengkaji aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur bisnis berlangsung (Husnan dan Muhammad,2000). Aspek ini bertujuan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya kebutuhan investasi, dan aliran kas ( cashflow ) Teori Biaya dan Manfaat Pada analisis usaha, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan defenisis biaya-biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat dan segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger,1986). Biaya yang diperlukan dalam suatu usaha atau bisnis dikategorikan sebagai berikut: a. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin. b. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. c. Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman. Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui kondisi bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan total (Total Revenue atau TR) dan total biaya (Total Cost atau TC) yang dikeluarkan. Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu usaha atau proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi : 31

47 a. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dilaksanakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. b. Manfaat yang tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama seperti rekreasi. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek atau usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penialaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaanya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger,1986) Analisis Kelayakan Investasi Analisis kelayakan investasi diukur berdasarkan ukuran kriteri-kriteri investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek dengan cara menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaanya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis yang terdiri dari: Aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP),Laba rugi dan Analisis Sensitivitas. 32

48 a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya menurut Gittinger (1986). Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai berikut: 1) Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2) Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal menurut Gittinger (1986). Sedangkan menurut Umar (2005) metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran. 33

49 d. Payback Period (PP) Payback period (PP) digunakan dengan tujuan untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai bisnis. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam bisnis tersebut dapat dikembalikan. e. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi adalah laporan yang berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi mengandung sebuah informasi yang penting tentang suatu usaha, yaitu laba atau rugi bersih. 1) Penghasilan Penghasilan perusahaan dapat diperoleh dari penjualan total terhadap produk yang dihasilkan selama periode yang tertentu. Penjualan merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan. Penjualan bersih diperoleh dari penjualan kotor dikurangi penjualan yang dikembalikan (return). 2) Biaya Biaya mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan. Secara garis besar, macam-macam biaya yang termasuk didalamnya adalah biaya tetap, biaya variabel, pajak, rugi yang diakibatkan penjualan aktiva tetap dan penyusutan barang investasi. 3) Laba atau Rugi Bersih Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh biaya. Jika nilai selisih tersebut adalah positif, maka nilai tersebut sebagai keuntungan perusahaan, sedangkan nilai yang negatif menandakan kerugian perusahaan. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi perusahaan. f. Analisis Sensitivitas 34

50 Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruhpengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, bisnis sensitive berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Analisis sensitivitas, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa usaha yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986). Parameter harga jual produk, jumlah penjualan dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya ( cateris paribus ). Namun, dalam keadaan nyata ketiga parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penuruan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Batas-batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh misalnya persentase kenaikan harga pakan dan DOC maka menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Meningkatnya segala kebutuhan masyarakat yang diakibatkan perubahan peningkatan pendapatan membuat masyarakat ingin hidup lebih nyaman. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan penyediaan produk-produk kebutuhan salah satunya telur ayam ras. Kurangnya pasokan telur pada usaha 35

51 peternakan ayam petelur sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang apabila dilakukan pengembangan. Berdasarkan kondisi pertumbuhan ayam petelur yang cenderung statis sedangkan kebutuhan telur dalam negeri semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan telur dengan populasi ayam. Mengingat pertumbuhan ekonomi sekarang ini dan banyaknya program-program pemerintah yang menciptakan dunia agribisnis terlibat dalam program pemerintah tersebut. Program pemerintah yang menunjukkan nilai positif bagi para peternak yang mau bergerak di bidang peternakan salah satunya peternakan ayam petelur. Dian Layer Farm merupakan salah satu perusahaan swasta yang ada di daerah Darmaga yang bergerak dalam bidang agribisnis berkeinginan mengambil langkah untuk menjalankan program pemerintah sehingga dibukanya peternakan ayam petelur. Keinginan tersebut berawal dari tingkat permintaan telur dan daging serta perbaikan gizi oleh masyarakat yang membangkitkan semangat para peternak khususnya Dian Layer Farm untuk menambah produksi telur ayam. Usaha peningkatan produksi telur ini berawal pada permintaan yang telah didapatkan Dian Layer Farm mengalami peningkatan. Dian Layer Farm melakukan perubahan teknologi dengan cara merubah bentuk kandang batrei yang digunakan untuk produksi menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada produksi dan harga input juga perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Mengigat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang dibagi menjadi kondisi DLF pada awal dan kondisi DLF pada saat pengembangan. Aspek teknis mengkaji lokasi proyek, perkandangan, teknologi yang digunakan, bagaimana cara melakukan pemeliharaan dan kegiatan produksi. Aspek pasar mengkaji pasar input, bagaimana pemasaran dari produk output, bagaimana permintaan pasar, harga output dan proyeksi permintaan output kedepan. Aspek 36

52 manajemen mengkaji bentukan organisasi dari perusahaan dan struktur di perusahaan. Aspek hukum mengkaji bentuk usaha, izin dalam menjalankan usaha. Aspek finansial mengkaji NPV,IRR, Net B/C Rasio, PP, L/R dan sensitivitas. Dari keterangan tersebut dapat dilihat secara keseluruhan usaha ternak ayam ras petelur apakah layak atau tidak layak untuk dijalankan. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalanya dapat dilihat pada Gambar 2. 37

53 Prospek Usaha Dian Layer Farm Konsumsi Telur Yang Meningkat Kebutuhan Pasar Yang Belum Terpenuhi Dian Layer Farm Meningkatan Produksi Telur Ayam Ras Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansisal - Aspek teknis - Aspek pasar - Aspek manajemen - Aspek hukum - Aspek sosial dan lingkungan Aspek Finansial Awal dan Pengembangan Kriteria Kelayakan Bisnis NPV,IRR,Net B/C,PP, L/R dan sensitivitas Layak Tidak Dapat diusahakan dan dikembangkan Rekomendasi/ Perbaikan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Usaha Peningkatan Produksi Telur Ayam 38

54 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini sedang merencanakan proyek untuk melakukan usaha di bidang peningkatan produksi telur ayam. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang mana bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer didapatkan berdasarkan pada wawancara langsung dan pengamatan langsung di perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung melalui penelusuran literatur-literatur yang berhubungan dengan peternakan ayam ras petelur, pemasaran telur. Data sekunder antara lain diperoleh dari majalah, buku, electronic library, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Peternakan dan internet. 4.3 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan aspekaspek yang akan dikaji dalam analisis kelayakan usaha peningkatan produksi telur ayam pada Dian Layer Farm disertai dengan data yang mendukung. Aspek aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial,ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Data kuantitatif dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi yang kemudian dijelaskan secara deskriptif. Manfaat penggunaan metode analisis ini dapat membantu 39

55 dalam pemenuhan data dan informasi sehingga memberikan kemudahan dalam penyusunan penelitian. 4.4 Analisis Aspek Pasar Aspek pasar merupakan perkiraan dan peramalan dari pasar potensial. Dalam melakukan kegiatan pemasaran dibutuhkan strategi pemasaran yang terencana untuk memasuki pasar yang telah ada dan berkembang. Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan bisnis tersebut. Pada dasarnya analisis aspek pasar bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan market share dari produk tersebut. Hal yang mendasari dari aspek ini adalah seberapa besar orientasi pasar akan mempengaruhi kemampuan penyerapan produk. Aspek tersebut meliputi peluang pasar dari telur ayam ras milik Dian Layer Farm serta bauran pemasaran yang dilakukan meliputi produk, ketetapan harga distribusi dan promosi. 4.5 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan, kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan pengawasan kualitas yang dilakukan dalam usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm. 4.6 Analisis Aspek Manajemen Manajemen merupakan hal yang paling penting dalam membuat suatu rencana yang akan dijalankan sehingga hasilnya pun akan maksimal. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang 40

56 sesuai. Pada intinya aspek manajemen digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang dibuat sudah terlaksana, terkendali dan berjalan dengan baik dalam perusahaan Dian Layer Farm. 4.7 Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial dan lingkungan dikaji untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur pada Dian Layer Farm terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat disekitar perusahaan. Serta mengetahui manfaat-manfaat yang didapat oleh perusahaan dan masyarakat dari usaha ayam ras petelur. 4.8 Aspek Finansial Aspek keuangan atau finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Metode yang dapat digunakan dalam kajian ini adalah metode analisis kelayakan bisnis. Aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP)dan Switchings Value. a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulakan oleh investasi menurut Kadariah (1986). Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : NPV n Bt Ct t i 1 1 i) 41

57 Keterangan : NPV : Net Present Value (Rp) Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp) Ct : Biaya pada tahun ke-t(rp) n : Umur Bisnis (Tahun) i : Discount Rate (%) t : Tahun Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai berikut: 1. Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2. Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. 3. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap dimana perusahaan tidak rugi dan tidak untung. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnsi atau usaha untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol (Kadariah (1986). Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: IRR i NPV i NPV 1 NPV 2 ( i 1) Keterangan : NPV 1 : NPV yang bernilai positif (Rp) NPV 2 : NPV yang bernilai negatif (Rp) I 1 : Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%) 42

58 I 2 : Discount rate yang menghasilkan NPV negative (%) Apabila IRR = tingkat discount rate maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit positif dengan present value dari net benefit negatif (Kadariah,1986). Rumus perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut: Net B / C Ratio n t 1 n t 1 Bt 1 Ct 1 i Ct t i Bt t Bt Bt Ct Ct 0 0 Keterangan : Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp) Ct : Biaya pada tahun ke-t (Rp) i : Tingkat suku bunga diskonto (%)] n : umur ekonomis bisnis (tahun) Jika Net B/C ratio >1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran. d. Payback Period (PP) Payback period (PP) digunakan dengan tujuan untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai bisnis. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang 43

59 ditanamkan dalam bisnis tersebut dapat dikembalikan menurut Kadariah (1986). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut: PP = I Ab Keterangan : PP : Waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi (tahun/bulan) I Ab : Jumlah modal investasi yang diperlukan (Rp) : Manfaat hasil bersih rata-rata pertahun per periode (Rp) Selama usaha dapat mengembalikan modal atau investasi sebelum berakhirnya umur bisnis, berarti bisnis masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tidak dilaksanakan. e. Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi yang mengambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. f. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu bisnis apabila terjadi perubahan pada perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menyatakan bahwa analisis bisnis banyak diperlukan peramalan, sehingga perhitungan-perhitungan biaya dan manfaat mengandung banyak ketidakpastian. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kepekaan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan beberapa faktor dalam pengembangan usaha, yaitu penurunan inflow dan kenaikan outflow. Penurunan inflow disebabkan oleh 44

60 perubahan kapasitas produksi dan penurunan harga, sedangkan kenaikan nilai outflow disebabkan kenaikan biaya variabel terutama pakan dan DOC. Dengan analisis dapat membuat nilai net present value sama dengan nol (0) dan atau B/C ratio sama dengan satu (1). 4.9 Asumsi Dasar Usaha peningkatan produksi di Dian Layer Farm merupakan perusahaan milik sendiri adapun asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri. 2. Usaha peternakan hingga pembangunan instalasi menggunakan modal sendiri. 3. Umur ekonomis usaha ditetapkan 5 tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis bangunan, kandang dan instalasi. 4. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku saat ini atau pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak DLF. 5. Tingkat mortalitas ayam yaitu 2 persen ( ayam mati 2 ekor dari 100 ekor populasi) 6. Biaya tetap dan biaya operasional diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-1 dimana dimulai kegiatan produksi. 7. Biaya pemeliharaan bangunan lima persen dari biaya investasi bangunan dan diasumsikan konstan selama umur usaha. 8. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu : Penyusutan = Nilai beli nilai sisa Umur ekonomis 9. Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik IndonesiaNo. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1 b. wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. 45

61 Pasal 17 ayat 2 a. tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit (discount rate) Bank BRI pada 30 Juni 2011, yaitu sebesar 6 persen per bulan. Pemilihan suku bunga kredit pada bank BRI dikarenakan pemilik usaha mengunakan jasa Bank ini dalam menyimpan dana usahanya. 11. Pada tahun pertama, produksi hanya dilakukan selama 6 bulan dengan asumsi 6 bulan pertama digunakan untuk persiapan usaha. Dan dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. 12. Dalam analisis finansial, digunakan dua sekenario, yaitu sekenario I analsis finansial awal peternakan sebelum melakukan pengembangan, sekenario II yaitu analisis finansial peternakan setelah melakukan pengembangan dengan perubahan kandang dan penambahan ayam petelur. 13. Pada analisis sensitivitas, diasumsikan komponen lain tidak berubah (cateris peribus). 46

62 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan salah satu desa dari 10 desa yang terletak di Kecamatan Darmaga. Desa Sukadamai merupakan desa dengan wilayah kedua terkecil setelah desa Sinar Sari dengan luas wilayah yaitu sekitar 240,3 Ha. Walaupun desa ini relatif kecil, desa ini merupakan perbatasan antara Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas. Desa Sukadamai sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan pertanian yang terdiri dari tanaman, perikanan dan ternak, pengrajin sepatu dan sebagian lagi untuk pemukiman masyarakat. Adapun batas administrasi Desa Sukadamai terdiri dari : a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukawening b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya dan Kecamatan Ciomas c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Petir d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukaharja Desa Sukadamai terdiri dari 26 Rukun Tetanggan (RT) dan 6 Rukun Warga dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. 5.2 Sejarah Perusahaan Dian Layer Farm (DLF) merupakan suatu bentuk usaha perorangan ang bergerak dalam bidang agribisnis khususnya usaha ayam ras petelur. DLF didirikan oleh Bapak Dian Herman yang merupakan seorang karyawan swasta di Asia Bakrie. Ia bertempat tinggal di Jakarta tetapi memiliki lahan pertanian di Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga. DLF berdiri pada tahun Alasan beliau mendirikan usaha peternakan ayam petelur dikarenakan usaha peternakan di Indonesia masih rendah produktifitasnya dan populasi ternak masih kecil sedangkan permintaan produk hewani sangat tinggi. Dan dilihat dari daerah sekitar tempat beliau mendirikan peternakan tersebut masih jarang peternak yang mengusahakan ternak ayam ras petelur. Sehingga permintaan pasar masih tinggi dan tingkat pesaing cukup kecil. Pada awal berdirinya DLF memiliki kapasitas ternak sebanyak 5000 ekor ayam 47

63 petelur dengan dua kandang ayam baterai. Seiring dengan meningkatnya permintaan telur di daerah Darmaga, mendorong DLF melakukan perluasan usaha dengan mendirikan kandang dan menambah jumlah ternak. 5.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan tatanan suatu organisasi sehingga dengan adanya struktur organisasi yang baik maka akan semakin jelas pula setiap tanggung jawab dan wewenang pada masing-masing karyawan. Jadi struktur organisasi ini sangat diperlukan agar setiap karyawan dapat mengetahui posisinya masing-masing. Sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik karena setiap pekerjaan ataupun divisi sudah ada yang menanganinya dan bertanggung jawab. Struktur organisasi yang dimiliki DLF masih tergolong sederhana. Walaupun sederhana peternakan ini memiliki job description yang cukup jelas akan tetapi dibeberapa bagian terdapat pekerja yang memiliki pekerjaan ganda. DLF didirikan oleh Bapak Dian Herman yang menempati posisi sebagai pemilik peternakan. Pembagian kerja di DLF terdiri dari bagian pengawas atau kepala kandang, administrasi, produksi, dan supir. Secara umum job descriptions yang ada di DLF adalah sebagai berikut: a. Kepala Kandang Bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap kegiatan proses produksi di peternakan. Mengawasi kegiatan pekerjaan dan aktivitas anak kandang serta melakukan koordinasi langsung terhadap pemilik. b. Bagian Administrasi Bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan laporan laba rugi dan pencatatan arus kas. c. Bagian Produksi Bertugas mengurus kegiatan produksi, mengontrol kegiatan produksi dan bertanggung jawab atas laporan hasil produksi d. Bagian Pemasaran 48

64 Bertugas melakukan pemasaran serta bertanggung jawab atas kegiatan penjualan yang dihasilkan perusahaan e. Bagian Pengadaan Bahan Baku Bertanggung jawab atas ketersediaan dan kualitas bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Pada bagian ini terdapat bagian gudang yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan bahan baku. f. Supir Bertugas untuk mengurus transportasi hasil peternakan serta pembelian bahan baku. 5.4 Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Keberhasilan proses produksi dan pelaksanaan rencana pengembangan akan sangat bergantung kepada sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan berupa sumberdaya fisik, sumberdaya manusia dan sumberdaya modal Sumberdaya Fisik Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan terdiri dari tanah, bangunan, peralatan dan kendaraan. Luas bangunan kandang di DLF berbeda beda antara kandang yang satu dengan kandang yang lainya. DLF memiliki 11 kandang dengan kapasitas ayam ras petelur yang berbeda-beda yaitu antara 500 hingga ayam ras petelur. Saat ini DLF memiliki sekitar ekor ayam ras petelur dan akan melakukan penambahan kapasitas ayam dengan menambah dua kandang layer baru dengan kapasitas ekor ayam ras petelur. Selain bangunan kandang terdapat juga bangunan gudang penyimpanan, kantor, mes karyawan dan bangunan pembuatan pakan. Kendaraan yang dimiliki perusahaan adalah sebanyak satu unit. Kendaraan tersebut digunakan untuk memasarkan telur, mengambil pakan, mengambil peti dan sekam. Untuk lebih lengkap, jenis peralatan dan kendaraan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 7. 49

65 Tabel 7. Sumberdaya Fisik Dian Layer Farm NO Jenis Jumlah ( Unit ) 1 Timbangan Digital 1 2 Timbangan Manual 1 3 Mesin Pengiling Pakan 1 4 Mesin Diesel 1 5 Pompa air 3 6 Mobil Colt Diesel 1 7 Tangki air 3 8 Selang 1 9 Tray Telur Kulkas 2 11 Tabung Gas 3 kilogram Kompor Gas 1 tabung 4 Sumber : Dian Layer Farm, Sumberdaya Manusia Tenaga kerja atau sumberdaya manusia merupakan aspek yang sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan karena dapat menentukan arah perusahaan kedepan. Jika perusahaan tersebut memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas maka perusahaan tersebut akan terus berkembang dan jika perusahaan tersebut memiliki sumber daya manusia yang tidak berkualitas atau dengan kata lain hanya mampu bekerja maka perusahaan tersebut tidak akan berkembang. Tenaga kerja yang dibutuhkan di DLF ini berasal dari daerah sekitar perusahaan. Proses perekrutan tenaga kerja di DLF tidak begitu sulit, hanya dengan memenuhi syarat yaitu mau bekerja dengan baik sesuai dengan pekerjaan yang telah di tentukan oleh pengawas atau manajer dan mempunyai sifat ulet, disiplin, jujur, serta bertanggung jawab. Tenaga kerja yang ada di DLF saat ini berjumlah 17 orang, yaitu terdiri dari satu bagian administrasi, produksi, pengemasan, distribusi, dan bangunan. Karyawan bekerja seminggu enam hari dengan jadwal kegiatan : a) Jam kerja : WIB WIB b) Istirahat : WIB WIB c) Hari Libur : Tergantung kebutuhan tenaga kerja 50

66 5.4.3 Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang digunakan DLF berasal dari modal pribadi pemilik yaitu Bapak Dian Herman pada awal mendirikan usaha peternakan ayam ras petelur. Dian Layer Farm tidak menggunakan dana dari lembaga keuangan manapun atau tidak menggunakan dana pinjaman. 5.5 Unit Usaha Ayam Ras Petelur Proses Produksi Proses produksi merupakan serangkaian dari proses penyiapan bahan baku (input) sampai dengan produk yang akan dihasilkan (output). Hal yang harus diperhatikan pertama kali dalam tahap proses produksi adalah bahan baku. Bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting, dimana pengaturan bahan baku utama dan bahan baku pembantu untuk keperluan produksi harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Pengadaan input sangat penting dilakukan oleh perusahaan yang akan dan yang sedang menjalankan suatu produksi. Peternakan Dian Layer Farm yang ada di Desa Sukadamai dalam proses pengadaan bahan baku yaitu anakan ayam atau DOC berasal dari PT.Sierat Produce Tbk. Sedangkan bahan baku lainnya seperti pakan diambil dari beberapa daerah yaitu jagung berasal dari Majalengka, kulit kerang dan ikan dari Tanjung Periuk, Dedak dari Cianjur, kedelai dari Bandung, konsentrat dan beberapa bahan baku pendukung lainnya dari pasar sekitar Bogor sedangkan obatobatan dan vaksin berasal dari PT. SANBE Tbk yang melakukan kerja sama sdengan DLF. Proses produksi ayam ras petelur pada DLF dapat dilihat pada Gambar 2. 51

67 Periode Starter Persiapan DOC DOC Masuk Kandang Pemberian Vaksin dan Obat-Obatan Pemeliharaan Hingga Grower Periode Grower Pemeliharaan Hingga Layer Periode Layer Ayam masuk Kandang Baterai Pemeliharaan Ayam bertelur Pengemasan Gambar 3. Tahapan Proses Produksi Dian Layer Farm 52

68 Proses produksi peternakan pada DLF ini dibagi ke dalam beberapa tahapan yaitu pembibitan ( Stater ), pertumbuhan ( Grower) dan produksi ( layer ). Tahapan tahapan bagian budidaya peternakan ayam petelur di DLF adalah sebagai berikut : a. Periode stater Pada tahap stater, persiapan kandang liter merupakan hal pertama yang dilakukan dengan melaksanakan sanitasi kandang yang bertujuan untuk membersihkan kandang sehingga bebas dari hama penyakit. Kegiatan yang dilakukan berupa pencucian kandang serta peralatan menggunakan fumisid. Setelah kandang dibersihkan dan diberi kapur maka peralatan kandang dapat dipasang. Pemasangan kandang meliputi tempat pakan, tempat minum, sekatan dan pemanas. Setelah kandang dipersiapkan sebaik mungkin, dilakukan perlakuan terhadap DOC masuk. DOC dihitung dan disortir dengan tujuan untuk mengetahui apakah adanya kematian selama pengangkutan. Kemudian DOC disebar dan diberi minum air gula. Tujuan pemberian air gula adalah untuk mengurangi stress DOC selama perjalanan. Pakan yang diberikan pada umur 1-20 hari berupa AL 1 sedangkan AL 2 untuk umur hari. Pemberian vaksin harus disesuaikan dengan umur ayam. Untuk ayam usia lebih dari 12 minggu vaksin yang diberikan adalah AI, ND. ND-IB dan corryza. Pada fase layer vaksin yang diberikan adalah ND dan ND-IB yang diberikan melalui air minum. Vaksinisasi dilakukan sekali dalam satu setengah bulan dan diberikan secara bergantian. b. Periode Grower Pada masa grower, pakan yang diberikan masih berupa AL 2. Setelah ayam berusia hari pakan yang diberikan berupa campuran pakan Cal 5, jagung, storbio, katul, dan grif kerang. Pada frase ini kandang litter tetap digunakan. Setelah memasuki fase layer ayam harus dipindahkan kekandang baterai agar ayam mulai dapat belajar berproduksi. c. Periode Layer Pada masa layer, ayam yang baru dipindahkan dari kandang litter harus diperlakukan sama seperti ketika ayam ada di kandang starter. Kandang dibersihkan dua minggu sebelum ayam dimasukkan. Sanitasi juga menggunakan fumisid yang 53

69 digunakan pada masa starter. Pakan diberikan sebanyak 120 gram per hari yang berupa campuran konsentrat, vitamin, jagung, dedak, ikan, kedelai dan grif kerang. Pada fase ini ayam diberikan vitamin yang dilakukan secara bergantian dua kali dalam sebulan. Tidak ada perbedaan dalam proses produksi pada saat kondisi pengembangan dilakukan di Dian Layer Farm. Proses produksi yang dijalankan sama dengan tahap awal keadaan perusahaan Produk Produk yang dihasilkan DLF adalah telur sebagai produk utama dan beberapa produk sampingan seperti ayam afkir dan kotoran ayam. Telur yang dihasilkan biasanya dibersihkan dan dipilih antara telur yang retak atau kurang baik dan telur yang utuh. Hal ini bertujuan agar telur yang dijual kepada konsumen adalah telur yang berkualitas baik. Selain itu telur yang retak dapat dijual pada konsumen tertentu dengan harga yang lebih murah. Telur utuh adalah telur yang baik dimana telur tersebut tidak retak, cangkang telur tidak putih dan memiliki cangkang atau kerabang telur yang utuh. Telur yang retak atau kurang baik adalah telur yang kerabang atau cangkangnya retak, kerabang telur berwarna putih dan telur yang tidak memiliki kerabang yang keras. Dalam pengemasannya telur yang utuh dan telur yang retak dipisah. Selain untuk mempermudah penjualan, penyortiran ini juga bertujuan untuk melindungi telur yang utuh agar tidak terkontaminasi telur yang retak. telur yang retak apabila tidak laku dalam tiga hari akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan telur sudah tidak layak dikonsumsi Pelanggan Perusahaan DLF memiliki pelanggan tetap dan tidak tetap. Pelanggan tersebut ada yang membeli dalam jumlah besar dan ada yang sedikit sesuai dengan kebutuhan pada saat itu. Pelanggan DLF membeli telur dalam kemasan peti setiap harinya. Daftar pelanggan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8. 54

70 Tabel 8. Pelanggan Dian Layer Farm No Pelanggan Permintaan (Peti) Realisasi Permintaan (Peti) 1 Pak Haji Agus Pak Ikot Pak Odoy Pak Haji MM Pak Udin Pak Ibrahim Pak Maman Pelanggan Tidak tetap 6 2 TOTAL Sumber : Dian Layer Farm, 2011 Dari tabel tersebut tampak bahwa jumlah permintaan telur yang belum terpenuhi oleh DLF masih cukup besar yaitu sebesar 24 peti perhari, atau sama dengan sekitar butir telur. Hal ini menunjukkan tingginya peluang pasar untuk produk telur ayam ras pada DLF. DLF masih dapat mengembangkan usahanya. 55

71 VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha peternakan ayam petelur layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan. 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan suatu aspek yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Langkah awal yang harus dilakukan perusahaan adalah mengetahui peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan ditetapkan. Jika kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi sangat tinggi dan harga jual yang ditetapkan sesuai, maka akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula dengan sebaliknya jika pasar tidak menyediakan kemungkinan dalam menyerap hasil produksi maka usaha yang akan dilakukan akan mengalami kerugian Peluang Pasar Peluang pasar DLF sangat besar dan memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Sukadamai (Pemerintah Desa Sukadamai,2011). Peternakan yang ada disekitar daerah tersebut adalah peternakan ayam potong dan pedaging. Keadaan ini sangat berpotensi terhadap kelanjutan usaha ayam ras petelur pada DLF. Pasar merupakan salah satu aspek penentu yang sangat besar kaitannya dengan kesuksesan suatu usaha. Dengan jumlah permintaan yang terus meningkat, peluang pasar untuk produk DLF masih sangat besar. Untuk memperoleh informasi permintaan telur atau market share dari DLF, pendekatannya menggunakan data produksi telur ayam ras yang di Kabupaten Bogor ( Tabel 4) yaitu : 56

72 Peluang pasar untuk telur ayam ras yang dihasilkan Dian Layer Farm masih sangat besar. Karena dari total produksi yang ada pada Kabupaten Bogor DLF hanya mampu memenuhi pasar sebesar 0.66 persen. DLF masih sangat layak untuk mengembangkan produksinya Bauran Pemasaran a. Produk Perusahaan DLF sudah menghasilkan telur ayam ras yang baik. Dalam menjual hasil telurnya perusahaan telah melakukan seleksi terhadap telur yang dihasilkan. Telur yang retak atau tidak berkerabang dipisahkan dan terkadang dijual dengan harga yang lebih murah kepada pelanggan-pelanggan tertentu. Kemasan yang digunakan juga sudah standar terutama bagi pelanggan yang membeli dalam jumlah besar. Gambar 4. Telur Dalam Peti 57

73 Pada gambar 3 tampak telur yang baik dikemas dalam peti kayu yang dialasi koran dan sekam untuk mencegah telur agar tidak pecah. Dalam satu peti, berisi 15 kilogram telur atau setara dengan butir telur. Satu kilogram telur berisi butir telur. Tergantung berat satu butir telur. Sedangkan untuk telur yang tidak berkerabang atau telur pecah tidak ada penanganan secara khusus. Karena pelanggan yang membeli adalah masyarakat sekitar peternakan, sehingga telur dikemas dalam kantong plastik biasa, atau terkadang untuk beberapa pelanggan membawa wadah sendiri. b. Harga Dalam memberikan harga telur kepada pelanggan, DLF selalu mengikuti harga pasar yang berlaku. DLF dalam menjual produknya tidak menjual dalam bentuk kiloan tetapi dalam peti. Satu peti telur berisi 15 kilogram dengan harga RP ,00 per peti. Harga telur kiloan diberikan hanya untuk telur pecah atau retak dengan harga Rp ,00 per kilogram. Sedaangkan untuk harga ayam afkir DLF mematok Rp ,00 per ekor dan kotoran ayam Rp 4.500,00 per karung. Di Kabupaten Bogor banyak peternak ayam ras petelur dan peternak ayam pedaging yang menjadi saingan. Sehingga apabila perusahaan tidak mengikuti harga yang berlaku maka konsumen akan pindah ke produsen lain. c. Tempat atau saluran distribusi Saluran distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau jasa untuk dikonsumsi ataupun menjadi bahan baku produk lainnya. Saluran distribusi DLF terbagi atas pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan konsumen akhir. Pedangan pengumpul dan pedagang eceran yang dituju adalah pedagang yang ada di sekitar Darmaga dan Bogor. Dan yang langsung kepada konsumen akhir berasal dari sekitar DLF. d. Promosi Promosi adalah proses memperkenalkan suatu produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan agar konsumen mengetahui produk tersebut dan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian 58

74 kegiatan lanjutan dari proses produksi setelah panen dan pasca panen. Promosi yang dilakukan oleh DLF adalah dengan menawarkan kepada pedagang eceran dan usaha dagang dengan mendatangi tempat usaha tersebut sambil memperkenalkan DLF Hasil Analisis Aspek Pasar Pada aspek ini, yang dikaji adalah jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat mengindikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Umumnya pembeli yang datang adalah penjual eceren atau warung klontong. Bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran pemasaran, dan promosi yang telah diterapkan pada DLF turut menunjang kelayakan aspek pasar sehingga keadaan DLF dilihat dari aspek pasar layak untuk dijalankan. 6.2 Aspek Teknis Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, budidaya dan pemilihan teknologi dan perlengkapan serta proses produksi dilakukan Penentuan Lokasi Budidaya Memulai usaha peternakan perlu memperhatikan lokasi yang ideal bagi pemeliharaan ayam ras petelur. Lokasi tersebut hendaknya tidak akan mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Kesalahan menentukan lokasi tanpa memperhatikan aspek sosial akan menimbulkan masalah akibat bau limbah kotoran yang dapat mengganggu kesehatan. Sebaiknya lokasi peternakan tidak berada di lingkungan pemukiman penduduk. Oleh sebab itu perlu memperhatikan master plan pengembangan dan tata ruang wilayah. Lokasi DLF terletak di Kampung kahuripan, Desa Sukadamai, kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu : 1. Kondisi iklim dan temperatur sesuai dengan kebutuhan ideal usaha ayam ras petelur. Temperatur di lokasi adalah sekitar C, dan temperatur ideal untuk usaha ayam ras petelur adalah 32 0 C hingga Ketika malam hari 59

75 temperatur mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut DLF menggunakan pemanas tambahan untuk meningkatkan temperatur udara dengan menggunakan lampu. 2. Tidak mengganggu lingkungan masyarakat disekitarnya. 3. Berada pada kawasan yang menurut Rencana Tata Ruang diperuntukkan untuk pengembangan peternakan. 4. Memperhatikan potensi sumberdaya alam sekitarnya yang dapat dimanfaatkan. 5. Menghindari daerah-daerah yang peka terhadap kerusakan lingkungan. 6. Lokasinya terbuka, cukup luas dan tidak ada bangunan atau pun pepohonan rindang yang menghalangi peredaran udara sehingga udaranya segar. 7. Keadaan sekitarnya tenang, tidak terlalu berdekatan dengan keramaian, untuk menghindari ayam mengalami stres akibat kebisingan dan suara-suara yang menggaduhkan yang akan merugikan usaha peternakan. 8. Lokasi lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, sehingga gerakan udara bebas dan untuk menghindari air menggenang pada waktu musim hujan, sehingga tidak menimbulkan kelembaban yang tinggi yang akan mengganggu kesehatan ayam. 9. Lokasi harus dekat dengan sumber air yang bersih dan sumber listrik. 10. Lokasi tidak jauh dengan tempat pemasaran, agar biaya tataniaga dapat ditekan dan resiko terhadap kerusakan telur dalam pengangkutan dapat dihindari. Dalam hal ini DLF dekat dengan pasar Darmaga dan pasar sekitar Bogor 11. DLF dekat dengan jalan utama yang sudah diaspal dan masih dalam keadaan kondisi baik. Hal ini untuk mengurangi resiko ketika telur dipasarkan dan mempermudah pelanggan untuk datang ke DLF. 12. DLF masih memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan usahanya dengan menambah 2 blok kandang baterai yang baru Budidaya Penyiapan Sarana dan Peralatan 1. Kandang 60

76 Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60 70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan. DLF menggunakan sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage atau kandang baterai. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang baterai di DLF menggunakan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bambu atau kayu kaso dengan lubanglubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang kotoran ayam yang langsung jatuh dibawah sekitar kandang sehingga mudah dalam membersihkan. Di DLF terdapat 11 kandang layer dan satu kandang DOC. Setiap kandang layer menampung ekor ayam yang siap betelur. Pada saat pengembangan ada perubahan dalam struktur kandang. Kandang yang awal sebelum melakukan pengembangan hanya ada dua tingkatan. Sedangkan kandang yang baru diubah menjadi tiga tingkat. Hal ini sangat menguntungkan dari segi lahan. Lahan yang digunakan jadi lebih efisien dan ayam yang ditampung lebih banyak. Yang semula hanya mampu menampung 1180 ekor menjadi 1350 ekor ayam untuk setiap kandang. Kandang yang baru dibangun sebanyak dua kandang yang ditotal menjadi 2700 ekor ayam layer. Untuk memperjelas bentuk kandang dapat dilihat pada gambar. 61

77 (a) Gambar 5. (a) Bentuk Kandang Awal, (b) Kandang Baru (b) 2. Peralatan a. Litter (alas lantai) Alas lantai atau litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi atau sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3 5 cm untuk pengganti kulit padi atau sekam. b. Tempat bertelur Bentuk lantai kandang ayam dibuat miring dari bambu hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang. Pada ujung lantai kandang disediakan kayu kaso sedikit lebih tinggi dari lantai yang berfungsi untuk menahan telur agar tidak terjatuh, pecah, terinjak-injak dan dimakan. c. Tempat pakan dan minum Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup. Tempat pakan terbuat dari kayu kaso, sedangkan tempat minum terbuat dari paralon yang 62

78 cukup besar dan terletak lebih rendah dari tempat pakan. Setiap ujung tempat minum disediakan keran air yang berfungsi untuk mengalirkan air. Panjang tempat pakan dan minum disesuaikan dengan panjang kandang baterai. d. Tempat telur Tray untuk menampung telur dari kandang ke tempat pengemasan. Tray terbuat dari plastik fiber agar kuat dan awet. Tray harus sering dicuci agar tidak kotor dan menimbulkan penyakit. Sedangkat tempat telur yang digunakan dalam pengemasan terbuat dari kayu berbentuk peti atau kotak yang berukuran 50x30x20. Ketika melakukan pengemasan peti dilapisi koran kemudian ditaburi sekam padi agar telur tidak pecah ketika diangkut. Gambar 6. Tray Telur 3. Penyiapan Bibit Dian Layer Farm dalam menjalankan usahanya menggunakan ayam petelur jenis Hisex Brown ayam petelur berwana coklat yang menghasilkan telur pertahunnya 272 butir. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya. b. Pertumbuhan dan perkembangan normal c. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya 63

79 Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit atau DOC (Day Old Chicken) atau ayam umur sehari: a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara gram f. Tidak ada letakan tinja diduburnya. Pemilihan Bibit dan Calon Induk. Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut: a. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak atau lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya. b. Produksi Telur Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian utama dalam usaha peternakan ayam petelur. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap menjadi perhatian utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan. DLF menggunakan ayam jenis Hisex Brown yang menghasilkan rata-rata 272 butir telur setahun. c. Siklus Produksi Pada siklus produksi pemasukan ayam di DLF, perusahaan melakukannya sejak DOC. DOC yang diambil dari PT.Sierad berumur nol hari atau baru menetas. Tingkat kematian diperkirakan 2 persen dari 100 ekor ayam. Sehingga ketika 64

80 melakukan pengiriman DOC setiap 100 ekor ayam ditambah 2 ekor ayam sebagai ganti resiko kematian yang 2 persen. Di DLF ayam tidak dimasukkan secara bersamaan. Adapun tahapan yang digunakan oleh perusahaan, agar proses produksi tetap berlangsung. Pada kondisi awal perusahaan ada empat siklus dalam setahun yang dibagi menjadi empat triwulan. Pada Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli ) Tahun I, Triwulan II ( dimulai dari bulan Oktober) Tahun I dan Triwulan III ( dimulai dari bulan Januari ) Tahun II DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam. Pada Triwulan IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun II DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam. Ayam akan dipelihara selama 30 hari di kandang DOC, kemudian dimasukkan ke kandang Grower yang akan mulai belajar bertelur hingga saat Layer. Selama masa betelur ayam akan tetap divaksin dan diberi vitamin. Ayam mulai mengalami penurunan produksi pada saat berusia dua tahun, sehingga pada awal tahun ke tiga ayam sudah afkir dan dapat dijual.agar siklus usaha tetap berjalan dengan baik, kandang akan selalu dibersihkan sebelum masa pemasukan ayam yang baru. Hal ini untuk menjaga agar ayam bebas dari penyakit serta jamur atau bakteri yang bersarang pada kandang. Pada saat pengembangan DOC yang masuk pemeliharaanya digabung dengan kandang pada kondisi awal. Jumlah DOC yang masuk digabung dengan kondisi awal dimana penambahan ayam sebanyak ekor ditambah dengan resiko kematian 2 persen menjadi ekor. Sehingga siklus pada saat pengembangan menjadi pada Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli ) Tahun II dan Triwulan II ( dimulai dari bulan Oktober ) Tahun III DLF membeli ekor DOC masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi enam jalur kandang baterai, tiga kandang lama yang berisi ekor ayam tiap kandang dan dua kandang baru yang berisi ekor ayam tiap kandang. Triwulan III ( dimulai dari bulan Januari) Tahun III DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut dan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor 65

81 ayam. Pada Triwulan IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun III DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam.untuk lebih jelas siklus produksi dapat dilihat pada lampiran 5. Gambar 7. Day Old Chiken 4. Pemeliharaan a. Sanitasi dan Tindakan Preventif Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet atau terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup atau dokter hewan. DLF selalu melakukan tindakan preventif ini agar ayam-ayam ternak tersebut tidak terkena penyakit atau virus. b. Pemberian Pakan Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: 66

82 Tabel 9. Fase Pemberian Pakan Fase Starter Fase Finisher Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Jenis Jumlah (%) Minggu Jumlah (gr/hr/ekor) Jenis Jumlah (%) Minggu Jumlah (gr/hr/ekor) Protein Protein 18,1-21, Lemak 2, Lemak 2, serat kasar serat kasar 4, Kalsium Kalsium (Ca) (Ca) Phospor (P) 0,7-0,9% Phospor (P) 0,7-0,9 ME (energi) Kcal ME (energi) Kcal Total Pakan Hingga Umur 4 Minggu gram Total Pakan Hingga Umur 8 Minggu gram Sumber :Dian Layer Farm, 2011 Apabila fase pemberian pakan ini diterapkan sesuai ketentuan yang berlaku, maka pertumbuhan ayam akan tumbuh dengan kondisi yang maksimal. Hal ini tampak pada bobot ayam yang terus bertambah dari hari ke hari. c. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: a) Fase starter (umur 1-29 hari) Kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu yaitu: i) Minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor ii) Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor iii) Minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor iv) Minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. b) Fase finisher (umur hari) Terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu: i) Minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor ii) Minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor iii) Minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor 67

83 iv) Minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/100 ekor Jadi total air minum hari sebanyak 333,4 liter/hari/100 ekor. d. Pemberian Vaksinasi dan Obat Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: a) Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif atau pasif. b) Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit. Macam-macam vaksin: i) Vaksin NCD virus Lasota ii) Vaksin NCD virus Komarov iii) Vaksin NCD HB-1/Pestos iv) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose v) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek Persyaratan dalam vaksinasi adalah: i) Ayam yang divaksinasi harus sehat ii) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat iii) Sterilisasi alat-alat DLF melakukan vaksinisasi sesuai jadwal yang diberikan dokter hewan yang bekerja sama dengan DLF. Yang melakukan faksinisasi adalah manager peternakan sendiri atau terkadang DLF menyewa tenaga dari SANBE. e. Pemeliharaan Kandang Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga atau dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan 68

84 kandang bagi ayam yang dipelihara. DLF mempunyai satu tenaga kerja khusus yang selalu mengecek keadaan dan kondisi kandang ayam agar tetap baik. 6. Hama dan Penyakit a. Penyakit i) Berak putih (pullorum) Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab : Salmonella pullorum. Pengendalian : diobati dengan antibiotika ii) Foel typhoid Sasaran yang disering adalah ayam muda atau remaja dan dewasa. Penyebab : Salmonella gallinarum. Gejala : ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian : dengan antibiotika/preparat sulfa. iii) Parathyphoid Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab : bakteri dari genus Salmonella Pengendalian : dengan preparat sulfa/obat sejenisnya. iv) Kolera Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab : pasteurella multocida. Gejala : pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian : dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin). v) Pilek ayam (Coryza) Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab : makhluk intermediet antara bakteri dan virus. 69

85 Gejala : ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian : dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa. vi) CRD CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin). vii) Infeksi synovitis Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. Penyebab : bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian : dengan antibiotika. b. Penyakit karena Virus 1. Newcastle disease (ND) ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease. 2. Infeksi bronchitis Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40 persen. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada 70

86 ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi. 3. Infeksi laryngotracheitis Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebabnya virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat. 4. Cacar ayam (Fowl pox) Gejala yang tampak tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. Disebabkan oleh virus Borreliota avium. Pengendalian dengan vaksinasi. 5. Marek Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50 persen. Pengendalian: dengan vaksinasi. 6. Gumboro Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3 6 minggu. c. Penyakit karena Jamur dan Toksin Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah : 1. Muntah darah hitam (Gizzerosin) Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Disebabkan oleh racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang 71

87 menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Cara pengendalian belum ada untuk saat ini. 2. Racun dari bungkil kacang Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi. d. Penyakit karena Parasit 1. Cacing Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif. 2. Kutu Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif. 3. Penyakit karena Protoza Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air. 72

88 6.2.3 Teknologi Berdasarkan keragaan budidaya ayam ras petelur di DLF, pengusahaan peternakan tidak memerlukan teknologi yang canggih dan modren. Peralatan yang digunakan sama seperti pengusahaan peternakan lainya yang masih sederhana. Peralatan mesin hanya digunakan pada kegiatan pembuatan pakan. Untuk kegiatan produksi sendiri banyak digunakan peralatan sederhana yang mudah digunkana oleh para pekerja. Teknologi yang digunakan DLF yaitu mesin pembuat pakan, saluran instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi, sistem produksi yang sudah mengikuti kriteria ideal budidaya ayam ras petelur. Pada pengembangan usahanya DLF melakukan perubahan pada struktur kandang. Kandang yang baru dibangun lebih banyak menampung ayam serta menghemat lahan yang digunakan. Sedangkan pada produksi tidak ada teknologi yang berubah Hasil dan Analisis Aspek Teknis Kelayakan usaha ayam ras petelur dari aspek teknis dapat dilihat dari penentuan lokasi, budidaya dan teknologi yang diterapkanoleh DLF. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis seperti persiapan kandang yang baik, pemeliharaan, kontrol mutu dan kesehatan terhadap ayam petelur, adanya perubahan teknologi yang menambah keuntungan DLF. Berdasarkan dari kriteria tersebut DLF secara teknis layak untuk dijalankan. 6.3 Aspek Manajemen Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha ayam ras petelur dan struktur organisasi yang ada. Usaha akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung jawab mulai dari merencanakan, melaksanakan hingga hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan Struktur Organisasi dan Jod Description Usaha peternakan DLF memiliki struktur organisasi yang sederhana, yaitu dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha tersebut Bapak Dian Herman 73

89 yang mengatur dan membuat segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam ras petelur di DLF dan memiliki tenaga kerja berjumlah 17 orang. Tidak ada penambahan pekerja pada saat dilakukannya pengembangan. Hal ini di karenakan pekerjaan di Dian layer Farm tidak memerlukan waktu yang padat dalam memelihara ayam setiap kandangnya. Sehingga untuk menghemat biaya pihak perusahaan menggunakan pekerja yang ada. Adapun struktur organisasi DLF yaitu: Pemilik Administrasi Kepala Kandang Bagian Produksi Bagian Pengemasan Bagian Pendistribusian Bagian Bangunan Gambar 8. Struktur Organisasi Dian Layer Farm Sumber : Dian Layer Farm, 2011 Sistem manajemen yang ada di DLF ini belum tertata dengan rapi, hal ini dapat dilihat dari job descriptions yang ada sehingga para pekerja memiliki tanggung jawab diluar pekerjaannya. Secara umum job descriptions yang ada di DLF adalah sebagai berikut: 1. Kepala Kandang Tugasnya: a. Mengontrol proses produksi b. Memecahkan permasalahan yang ada diperusahaan c. Mencari area pemasaran d. Ikut serta dalam proses produksi 2. Administrasi Tugasnya : 74

90 a. Menyusun sistem keuangan b. Membuat laporan produksi c. Bertanggung jawab terhadap recording penjualan, pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin d. Membeli perlengkapan DLF dan peralatan yang dibutuhkan untuk produksi 3. Produksi Tugasnya yaitu bertanggung jawab dalam kebersihan kandang, pengambilan telur, pemberian pakan dan minum 4. Pengemasan Tugasnya : a. Membersihkan telur yang kotor b. Memisahkan telur yang bagus dan tidak c. Memyiapkan peti kemas d. Menimbang telur sesuai ukuran peti 5. Pendistribusian dan supir Tugasnya yaitu mendistribusikan telur kepada pelanggan dan Menbeli bahan baku pakan 6. Bangunan Tugasnya: a. Perbaikan dan perawatan kandang b. Pembuatan kandang baru Sistem Gaji dan Insentif Gaji yang diberikan kepada masing-masing pekerja disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada pemberian gaji harian di DLF. Semua pekerja di gaji setiap akhir bulan. Pemberian gaji dihitung berdasarkan jumlah hari pekerja masuk. Apabila pekerja tidak masuk dalam sehari maka gaji akan dipotong sesuai ketentuan DLF. Selain gaji pokok para pekerja juga diberi insentif tambahan. Apabila produksi bulan tersebut kurang dari 85 persen telur yang dihasilkan, maka pekerja akan memperoleh Rp ,00 sebagai tambahan. Apabila telur yang diproduksi 75

91 melebihi 85 persen maka setiap pekerja memperoleh tambahan insentif Rp ,00 per orang. Tidak hanya gaji dan insentif, para pekerja sebagian mendapatkan fasilitas tambahan yaitu mess sebagai tempat tinggal para pekerja dan keluarganya. Tidak ada sistem promosi di DLF karena sebagian besar tenaga kerja yang digunkan oleh pemilik adalah orang sekitar daerah tersebut yang memiliki keterbatasan dalam pendidikan. Dalam pengembangannya perusahaan menggunakan tenaga kerja yang sudah ada. Perusahaan tidak mengambil tenaga kerja baru dikarenakan pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja yang ada tidak membutuhkan waktu yang penuh dalam memelihara ayam. Pekerja yang ingin menambah insentif bulanannya diberi kesempatan untuk memelihara dan merawat ayam dan kandang yang baru Hasil Analisis Aspek Manajemen Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, usaha ayam ras petelur di DLF layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya struktur organisasi dan job description yang cukup jelas membantu kelancaran kegiatan operasional DLF serta mampu memberikan manfaat finansial atau keuntungan bagi peternak yang dapat memberi semangat pada pekerja dengan cara pembagian insentif. 6.4 Aspek Hukum Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin yang diperoleh perusahaan Bentuk Badan Usaha Badan usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan dan aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau dunia usaha. Usaha peternakan ayam ras petelur sejak awal pendiriannya belum memiliki penyelesaian izin usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk badan usaha yang sah dari pemerintah. Periziznan yang dilakukan hanya sebatas izin usaha pemerintah Desa Sukadamai dan Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Bentuk badan usaha akan mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. Karena usaha ini didirkan atas modal 76

92 pribadi dari pemilik dan belum ada izin usaha dari pemerintah pusat maka bentuk usaha peternakan DLF tergolong usaha perorangan karena modal tersebut berasal dari perorangan. Bentuk badan usaha adalah nama yang melekat pada satu perusahaan sementara untuk skala usaha adalah nama yang melekat untuk tiap unit bisnis. Maka jika dilihat dari badan usaha peternakan DLF merupakan badan usaha perorangan, sedangkan berdasarkan skala usahanya peternakan DLF merupakan peternakan berskala usaha besar dan wajib izin karena jumlah ayam ras petelur yang diusahakan berjumlah ( Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2010) Jenis Perizinan Usaha peternakan ayam ras petelur DLF memiliki perizinan usaha hanya sebatas lokasi usaha peternakan. Perizinan yang seharusnya dilakukan adalah perizinan lokasi usaha dan perizinan peternakan. Perizinan lokasi usaha yang telah didapatkan DLF dilakukan melalui proses birokrasi yang cukup panjang. Berbagai tahapan harus dilakukan oleh pemilik seperti membuat Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) di tingkat Kecamatan Darmaga. Setelah ada pernyataan dari kecamatan,surat keterangan tersebut digunakan sebagai bukti dalam pembuatan ijin prinsip di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Setelah ijin prinsip itu keluar, maka perijinan dilanjutkan ke instansi selanjutnya, yaitu Departemen Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan tanda bukti perusahaan. Selain itu DLF juga mengurus surat ke Dinas Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan Surat izin Usaha dan perdagangan. Dilihat dari tahapan tersebut DLF telah memiliki legalitas dari segi lokasi usaha Hasil Analisis Aspek Hukum Dilihat dari aspek hukum maka usaha ini layak untuk dijalankan, tetapi masih perlu memenuhi beberapa ketentuan persyaratan ijin usaha agar usaha tidak ada hambatan kedepannya. DLF belum memperoleh ijin-ijin lain dikarenakan belum adanya keluhan dari masyrakat sekitar peternakan akan berdirinya usaha ini. Akan tetapi untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang timbul sewaktu-waktu 77

93 sebaiknya ijin-ijin lainnya yang berkaitan dengan usaha segera diurus seperti Surat Daftar Ijin Gangguan atau ijin tetangga. 6.6 Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial yang perlu dianalisis dalam penelitian usaha ayam petelur pada DLF adalah pengaruh usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan disekitar perusahaan. Pengaruh berdirinya perusahaan DLF bagi lingkungan sekitar antara lain adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan serta analisis lingkungan mengenai dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh yang dihasilkan terhadap lingkungan sekitar lebih banyak menberikan dampak positif. Adapun dampak yang diterima oleh masyarakat yaitu: a. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha peternakan ayam ras petelur DLF menggunakan sumberdaya manusia atau tenaga kerja yang berasal dari sekitar lingkungan perusahaan yaitu Desa Sukadamai. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, membuktikan bahwa DLF membantu mengurangi pengangguran dan menambah mata pencaharian atau masyrakat yang menjadi pekerja di DLF. Hal ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Selain tenaga kerja DLF juga membeli peti, koran bekas, sekam padi yang merupakan input untuk kebutuhan peternakan dari penduduk sekitar desa tersebut yang merupakan petani dan pengrajin, yang artinya menambah pemasukkan bagi usaha-usaha warga di sekitar DLF. b. Limbah atau Kotoran Ayam Limbah yang dihasilkan kotoran ayam dari kandang ayam menghasilkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat karena menghasilkan bau yang kurang sedap. Akan tetapi keadaan ini tidak membawa dampak buruk kepada lingkungan atau masyarakat sekitar DLF. Hal ini dikarenakan lokasi DLF yang diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau. Selain itu DLF memiliki tenaga kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit. DLF 78

94 memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dengan menjualnya kepada petani-petani disekitar lokasi peternakan sebagai pupuk kandang. Gambar 9. Kotoran Ayam Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Berdasarkan dari keterangan tersebut, jika dilihat dari aspek sosial dan lingkungan usaha ayam ras peterlur pada perusahaan DLF ini layak untuk dijalankan. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar tidak ada yang menentang usaha ini. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat menganggu masyarakat sekitar perusahaan, usaha ini juga dapat menambah matapencarian atau penghasilan masyarakat dan mengurangi pengangguran. 79

95 VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan dengan menggunakan kriteria-kriteria penialaian kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period, dan Sensitivitas. Untuk menganalisis kriteria tersebut menggunakan arus kas ( cashflow). Selain itu juga akan dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. 7.1 Analisis Kelayakan Kondisi Awal Pada Kondisi Awal ini DLF mengusahakan ekor ayam ras petelur untuk dijadikan ayam peteur. Pemenuhan jumlah ayam petelur yang dilakukan diusahakan 100 persen diperoleh dengan membeli dari produsen bibit atau DOC yaitu PT.Sierat,Tbk seharga Rp 3.500,00 per ekor dengan umur DOC nol hari ( starter ). DOC dibesarkan di kandang starter sampai berumur satu bulan, kemudian dipindahkan kekandang grower. Pada kondisi ini, menunjukkan keadaan usaha ketika belum melakukan pengembangan usaha atau penambahan jumlah kapasitas ayam ras petelur Arus Penerimaan Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah bisnis. Arus manfaat bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan telur ayam ras, ayam petelur afkir dan kotoran ayam dan nilai sisa. a. Penerimaan Penjualan Telur Ayam Jumlah ayam ras petelur yang diusahakan oleh DLF sebanyak ekor dimana setiap ayam petelur mampu menghasilkan satu butir telur per hari. Telur ayam dijual dalam satuan kilogram yang dikemas dalam sebuah peti yang berisi 15 kilogram telur ayam. Bobot telur ayam ras pada saat panen sekitar gram per telur, dengan harga jual ditingkat peternak adalah Rp ,00 per kilogram (cateris paribus) dan dalam satuan peti Rp ,00 per peti. Selain telur yang baik ada 80

96 juga pendapatan dari telur yang pecah dan kurang baik ( telur dengan kerabang berwarna putih ) yang dijual Rp ,00 per kilogram. Total penerimaan dari penjualan telur ayam sebesar Rp ,00 pada tahun pertama usaha dimulai dan pada tahun kedua sebesar Rp , hingga tahun selanjutnya. Dengan perhitungan dari jumlah ayam ekor diperkirakan bertelur setiap harinya 90 persen sehingga menghasilkan ± butir. b. Penerimaan Penjualan Ayam Afkir Penerimaan penjualan ayam petelur afkir adalah penerimaan sampingan yang dihasilkan pada saat periode pemeliharaan berakhir. Penerimaan penjualan Ayam petelur afkir mulai diperoleh pada awal tahun ke-3. Pada umumnya ayam petelur afkir banyak dicari pelanggan untuk dijadikan ayam potong yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga dapat dijual. Ayam afkir DLF di jual ke Pasar Darmaga, Pasar Ciampea, Pasar Leuwiliang disetiap pasar sudah ada pedagang ayam yang menerima atau melakukan kerja sama. Nilai jual ayam petelur afkir yaitu Rp per ekor. Adapun total nilai penerimaan dari penjualan ayam afkir sebesar Rp ,00. Dari ekor ayam yang diusahakan diperkirakan hidup hingga akhit tahun kedua umur produksi ayam yaitu sekitar 80 persen atau sama dengan ekor ayam. c. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan penjualan kotoran ayam petelur juga merupakan penerimaan sampingan yang memberikan manfaat cukup besar terhadap keuntungan perusahaan. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karung dengan harga Rp 4.500,00 per karung. Kotoran ayam banyak dicari petani karena harganya yang cukup terjangkau untuk dijadikan pupuk kompos. Adapun total nilai penerimaan dari penjualan kotoran ayam sebsear Rp ,00 pada tahun pertama dan Rp ,00 tahun berikutnya. DLF dalam sebulan mampu menghasilkan lebih dari karung kotoran ayam. d. Nilai Sisa Penerimaan nilai sisa adalah penerimaan yang diperoleh dari sisa modal investasi yang tidak terpakai habis selama umur usaha. Investasi yang memberikan 81

97 nilai sisa pada usaha peternakan telur ayam ras DLF adalah nilai tanah, bangunan, mesin, dan kendaraan. Pada penelitian ini diperoleh nilai sisa investasi pada akhir tahun ke lima adalah sebesar Rp ,00 Rincian nilai sisa disajikan pada lampiran Arus Pengeluaran ( Outflow) Komponen biaya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal tahun usaha atau pada saat usaha telah berlangsung untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan agar proses produksi dapat berlangsung. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali dalam satu periode proses produksi untuk memperoleh berapa kali manfaat secara ekonomis yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan jumlahnya cukup besar. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya pembangunan yang dibayarkan pada awal periode usaha. Dalam analisis keuangan ini diasumsikan umur usaha adalah 5 tahun. Peralatan memiliki nilai ekonomis satu hingga empat tahun, sehingga dibeberapa peralatan setiap tahunnya dilakukan reinvestasi. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan adalah nilai harga beli dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai penyusutan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi dan nilai sisa dimasukkan dalam perhitungan pendapatan atau penerimaan. Jumlah biaya investasi dari usaha ini adalah sebesar Rp 694,420,000,00 dan nilai sisanya adalah Rp ,00 dengan jumlah biaya penyusutan per tahunnya adalah Rp 95,872, Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel

98 Tabel 10. Biaya Investasi Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga per Satuan Jumlah Biaya 1 Lahan Ha 1,5 Ha Kandang DOC Unit Kandang Layer Unit Perlengkapan DOC a. Kompor Gas Kecil Unit b. Tabung Gas 3 Kg Unit c. Tempat minum Pasang d. Tempat pakan Unit e. Lampu Pijar 75 watt Unit f. Terpal Penutup Lembar Peralatan produksi a. Tray Telur Unit b. Ember Plastik Buah c. Alat Penyemprot Unit d. Sekop Buah Pipa Air Unit Pompa Air 250 watt Unit Tandon Air 5100 liter Unit Tandon Air 1200 liter Unit Instalasi Listrik Unit Mobil Pick Up Unit Komputer Unit Box Kayu (Peti) Unit Timbangan Digital Unit Timbangan Pakan Unit Timbangan Manual Unit White Board Unit Kulkas Unit Mes Karyawan dan kantor Unit Gudang dan tempat 20 pengemasan Unit Tempat penggiling pakan Unit Mesin penggiling Pakan Unit Generator Unit Meja dan kursi Unit Sumber: Dian Layer Farm, 2011 TOTAL 694,420,000 83

99 2. Biaya operasional Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya variable dan biaya tetap. a. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi dan akan dikeluarkan selama usaha itu berlangsung. Biaya yang dikeluarkan oleh DLF meliputi biaya gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, bagian administrasi, supir dan bagian produksi. Pemberian gaji dilakukan sebulan sekali dimana setiap bagian berbeda jumlahnya, selain gaji ada biaya rekening listrik dan telepon yang dibayar sebulan sekali dan dihutung dalam setahun yang diasumsikan cateris paribus. Biaya alat dan bangunan atau investasi yang diasumsikan lima persen dari total investasi, alat tulis kantor yang dibeli setiap bulannya digunakan untuk keperluan selama proses produksi dan panen. Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Pajak mobil yang dibayarkan setahun sekali, BBM atau bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang digunakan diperusahaan yaitu solar dan bensin. Solar digunakan untuk mesin disel yang menjalankan mesin penggiling pakan. Dalam satu kali penggilingan pakan perusahaan menggunakan tiga liter minyak solar, dimana dalam seminggu perusahaan melakukan penggilingan pakan sebanyak tiga kali produksi, sedangkan untuk bensin digunakan untuk mobil yang diperkirakan sehari 10 liter per hari. Harga bensin dan soalar yang digunakan berlaku harga saat ini yaitu Rp 4.500,00 ( cateris paribus ). Adapun rincian biaya tetap tersebut terdapat pada Tabel

100 Tabel 11. Biaya Tetap Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga Biaya/Tahun 1 Gaji Karyawan a. Kepala Kandang Orang b. Administrasi Orang c.supir Orang d.bagian Produksi Orang ATK Rekening a. Listrik Bulan b. Telepon Bulan Pemeliharaan Investasi Tahun Penyusutan Pajak Mobil Tahun BBM Liter PBB Tahun Sumber: Dian Layer Farm, 2011 TOTAL b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi dan jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya yang dikeluarkan diantaranya yaitu DOC, sekam dan koran bekas digunakan untuk alas lantai DOC dan alas peti kayu kemasan telur, karung bekas digunakan untuk kotoran ayam, pakan yang digunakan oleh perusahaan yaitu jagung, dedak, kulit kerang, konsentrat, ikan, insentif, gas untuk penghangat DOC, vaksin, obat-obatan dan desifektan. Gas elpiji yang digunakan untuk penghangat buatan DOC dalam satu siklus produksi digunakan sebanyak 180 tabung gas atau setara dengan 540 kilogram dimana penggunaan gas dilakukan mulai dari DOC umur nol hari. Sehari gas elpiji digunakan sebanyak 6 tabung, penghangat ini digunakan hingga DOC berumur 30 hari atau satu bulan. Dalam satu tahun ada 4 kali siklus produksi sehingga gas elpiji yang digunakan sebanyak 720 tabung gas. Biaya pakan terdiri dari jagung, dedak, kulit kerang, konsentrat, ikan dimana kuantitas pakan yang digunakan dalam sebulan yaitu jagung sebesar kilogram dengan harga beli Rp 3.250,00 per kilogram, dedak kilogram dengan harga beli Rp 2.000,00 per kilogram, kulit kerang 80 karung dengan 85

101 harga beli Rp 3.000,00 per kilogram, konsentrat kilogram dengan harga beli Rp 5.000,00 per kilogram dan ikan kilogram dengan harga beli Rp 2.500,00 per kilogram. Pakan merupakan salah satu input utama, apabila salah satu campuran paka dikurangi atau ditiadakan ketika melakukan penggilingan akan mengakibatkan strss pada ayam. Selain biaya pakan, biaya obat-obatan dan vitamin sangat perlu diperhatikan. Ayam sangat mudah terserang penyakit sehingga setiap peternakan harus mengetahui jenis obat-obatan dan vitamin yang digunakan, dan untuk menjaga kebersihan lingkungan peternakan serta kandang dari bakteri maka perlu malakukan penyemprotan secara teratur dengan menggunakan desikvektan. Pada tahun pertama biaya variabel yang digunakan setengah dari jumlah biaya pada tahun ke dua dan selanjutnya. Adapun biaya variabel yang digunakan oleh DLF dalam pengembangan usahanya dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 12. Biaya Variabel Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Jumlah pertahun 1 DOC Ekor Sekam Karung Karung Bekas Buah Pakan - Jagung Kg Dedak Kg Kulit Kerang Karung Konsentrat Kg Ikan Kg Koran Bekas Kg Spidol Buah Insentif Orang Vaksin Liter Obat-Obatan Pack Desifektan dan Antiseptik Liter Gas Elpiji tabung Sumber: Dian layer farm, 2011 TOTAL

102 7.1.3 Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis cashflow merupakan analisis arus kas yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha. Adapun cashflow DLF dalam mengukur kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur adalah sebagai berikut dan perhitungan terdapat pada lampiran 8. a. NPV merupakan nilai yang menggambarkan apakah nilai yang dihasilkan dengan discount rate sama per tahunnya layak untuk dikembangkan. Nilai NPV yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh Dian Layer Farm adalah sebesar Rp ,73 atau lebih besar dari 0 maka usaha ayam petelur ini layak untuk dijalankan. b. IRR merupakan nilai yang menggambarkan tingkat pengembalian modal bagi pemilik perusahaan yang melakukan investasi selama proyek berlangsung. Nilai IRR yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 71 persen atau lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan c. Net B/C mengambarkan berapa besar keuntungan yang dapat dicapai jika mengeluarkan biaya sebesar Rp1,00. Nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 3,28 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,28. d. Payback periode menunjukkan waktu pengembalian modal yang akan digunakan untuk melaksanakan pengembalian bisnis usaha ayam ras petelur. Nilai PP yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah 2,3 berarti tingkat pengembalian modal investasi pada usia usaha 2 tahun 3 bulan. Waktu pengembalian ini lebih rendah dari umur usaha, maka pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan Analisis Laba Rugi Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. DLF tidak menggunakan bunga karena DLF 87

103 tidak meminjam uang dari lembaga keuangan manapun atau biaya sendiri. Sedangkan hitungan pajak berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan yang mengenakan pajak sebesar 25 persen per tahun. Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil perhitungan laba rugi bagian pajak dimasukkan kedalam cashflow sebagai pajak penghasilan atau PPh Analisis Sensitivitas Metode lain dalam analisis kepekaan yaitu dengan melihat perubahan pada suatu variabel untuk sampai ke hasil perhitungan yang membuat usaha tidak dapat diterima atau dijalankan. Tujuan sensitivitas adalah melihat apa yang terjadi dengan analisis usaha jika terjadi suatu perubahan pada biaya dan manfaat seperti adanya kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi. Biaya variabel pakan konsentrat pada DLF pernah mengalami kenaikan sebesar 37 persen. Harga awal dari pakan konsentrat yaitu Rp 5.000,00 menjadi Rp 6.850,00. Pada saat tersebut perusahaan masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari 0, Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount rate serta payback periode sebelum umur proyek. Kenaikan harga pakan ini disebabkan oleh kelangkaan pasokan pakan tersebut dari produsen. Apabila terjadi kondisi kenaikan harga pakan hendakya tidak lebih dari 76,2 persen dimana nilai NPV sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu dan IRR lebih kecil dari tingkat discount rate serta payback periode lebih kecil dari umur proyek. Apabila kenaikan harga pakan 76,2 persen tidak segera ditanggulangi secara cepat perusahaan akan mengalami kerugiaan yang dapat mengakibatkan kebangkrutan. Keadaan tersebut membuat perusahaan harus mencari alternatif yang dapat meminimalkan kerugiaan perusahaan. Untuk itu pada saat kenaikan harga pakan terjadi, kondisi tersebut membuat perusahaan harus mengurangi jumlah pakan yang diberi kepada ternak. Pakan merupakan salah satu input utama dalam suatu usaha peternakan dalam menjalankan kegiatan produksinya. Apabila pakan yang diberikan kepada ternak dikurangi kuantitas dalam pemberian jumlah pakan terhadap ayamnya dapat menyebabkan ayam stress, karena kuantitas yang diberikan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Apabila ayam sterss, 88

104 ayam akan lebih mudah terkena penyakit dan virus sehingga menyebabkan kematian dan penurunan produksi. Pada kondisi ini perusahaan mengalami penurunan produksi sebesar 26 persen sama dengan 31 peti atau ± 8000 butir telur perharinya. Dengan penurunan tersebut perusahaan masih mampu manjalankan usahanya, karena nilai NPV lebih 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan nilai lebih kecil dari discount rate. Jika terjadi penurunan produksi sebaiknya tidak lebih dari 37,1 persen maka perusahaan masih dapat menjalaankan usahanya tetapi jika terjasi penurunan produksi lebih dari 37,1 persen maka perusahaan akan mengalami kerugian. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV mendekati atau sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan nilai lebih kecil dari discount rate. Penurunan produksi dapat disebabkan oleh penyakit dan virus yang menyerang ayam. Penyakit dan virus dapat mengakibatkan kematian ayam dan telur yang dihasilkan menurun karena ayam tidak mau bertelur atau telur tidak berkerabang. Hal ini akan menambah biaya lainnya seperti membeli DOC tidak sesuai dengan ketentuan produksi serta selalu melakukan vaksin untuk mengurangi penyakit dan virus. Selain itu kebersihan kandang juga harus tetap terjaga dengan menyemprotkan desikfektan disekitar kandang dan peternakan, agar bakteri, virus dan penyakit dari luar tidak menyerang ayam. Kenaikan harga DOC pernah terjadi di DLF sebesar 28,6 persen atau sama dengan Rp 4.500,00. Kenaikan DOC tidak berpengaruh besar pada aktivitas perusahaan. Kenaikan DOC diakibatkan berkurangnya pasokan telur yang ada di produsen. Hal ini dikarenakan indukan ayam yang dijadikan bibit untuk menghasilkan telur DOC terserang penyakit dan virus sehingga DOC yang dihasilkan kurang memenuhi syarat. Keterbatasan jumlah produksi tersebut membuat produsen harus meningkatka harga pasaran DOC agar tidak mengalami kerugian. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada tabel berikut. 89

105 Tabel 13. Analisi Sensitivitas Hasil Analisi Sensitivitas Keterangan Besaran NPV Net B/C IRR PP (Tahun) Kondisi Normal ,73 3,28 71 % 2,3 Penurunan Produksi 26 % ,54 47 % 2,4 Kenaiakn Harga DOC 28.6 % ,25 70 % 2,7 Kenaikan Harga pakan 37 % ,3 2,34 43 % 2,7 Sumber: Dian Layer Farm, 2011 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kelangsungan usaha ayam ras petelur sangat bergantung pada keberhasilan produksi. Keberhasilan produksi didukung degan adanya kelengkapan dan kecukupan dalam memenuhi jumlah pakan dan DOC. Untuk itu perusahaan harus tetap menjaga keadaan agar kenaikan dan penurunan yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan tidak lebih dari persentase yang ada. 7.2 Analisis Kelayakan Usaha Kondisi Pengembangan Pada skenario II, DLF melakukan Pengembangan usaha atau penambahan kapasitas ayam ras petelur untuk meningkatkan produksi telur. Penambahan kapasitas yang dilakukan berjumlah ekor dengan membangun dua kandang layer atau kandang baterai baru. Untuk memenuhi kebutuhan penambahan kapasitas ayam petelur tersebut DLF menambah beberapa investasi baru Arus Penerimaan ( Inflow ) Pada pengembangan penerimaan yang diterima perusahaan diperoleh dari penjualan telur, ayam afkir, kotoran dan nilai sisa dari investasi. Pada kondisi ini jumlah yang dihasilkan 2700 ekor ayam ditambah dengan hasil pada kondisi awal. Kondisi pengembangan merupakan pola pengembangan dari kondisi awal sehingga pemenuhan ayam petelur pada pengembangan sama dengan kondisi awal. Pendapatan yang diterima dari penjualan telur ayam pada tahun pertama setelah melakukan pengembangan usaha sebesar Rp ,00 dan tahun berikutnya sebesar Rp ,00, penjualan ayam afkir sebsar Rp ,00, penerimaan penjualan kotoran ayam sebesar Rp ,00 dan 90

106 nilai sisa yang diperoleh setelah melakukan pengembangan sebesar Rp , Arus Pengeluaran ( Outflow) Arus pengeluaran pada kondisi pengembangan sama dengan kondisi awal yang terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh DLF dalam melaksanakan pengembangan bisnisnya sebesar Rp ,00. Biaya investasi ini dikeluarkan dalam penambahan kandang layer baru untuk ayam sebanyak dua kandang dan beberapa peralatan yang digunakan dalam produksi ketika pengembangan berjalan. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan DLF dalam melakukan pengembangannya usahanya dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap sebesar Rp ,00. Pada biaya tetap tidak terjadi perubahan yang sangat besar dikarenakan tidak adanya perubahan tenaga kerja dan variabel lain yang digunakan. Perubahan terjadi pada biaya penyusutan yang diakibatkan berubahnya nilai investasi serta berubanya nilai insentif. DLF tidak menambah tenaga kerja pada saat melakukan pengembangan. Perusahaan hanya memberikan insentif tambahan kepada pekerja yang melakukan pekrjaan tambahan. Selain biaya tetap perubahan biaya juga terjadi pada biaya variabel, perubahan yang terjadi diakibatkan berubahnya jumlah kuantitas setiap variabel yang digunakan pada saat produksi yang diakibatkan penambahan sebesar Rp ,00 Perubahan terbesar tampak pada biaya pakan. Karena pakan merupakan salah satu variabel utama dalam proses produksi selain DOC Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis cashflow DLF yang diperoleh pada pengembangan menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi awal bahwa usaha peternakan ayam ras petelur DLF layak untuk dijalankan dan dikembangkan dilihata dari kriteria investasi. Berdasarkan hasil perhitungan cashflow kondisi pengembangan nilai NPV sebesar Rp ,02 karena nilai tersebut lebih besar dari nol. Nilai IRR yang 91

107 diperoleh sebesar 98 persen lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 3,43 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,43. Nilai Payback Periode yang diperoleh sebesar 2,3 berarti tingkat pengembalian modal investasi pada usia usaha 2 tahun 3 bulan.waktu pengembalian ini lebih rendah dari umur usaha, maka pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan Analisis Switching Value Hasil analisis yang diperoleh dari metode switching value pada kondisi pengembangan oleh DLF ini adalah kenaikan harga biaya variabel pakan konsentrat sebesar 57,3 persen maka perusahaan berada pada kondisi tidak rugi dan tidak untung karena NPV lebih sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount rate. Jika terjadi penurunan produksi sebaiknya tidak lebih dari sebesar 18,5 persen maka perusahaan tidak untung dan tidak rugi.hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV mendekati atau sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Kenaikan harga DOC walaupun tidak berpengaruh besar terhadap kelangsungan perusahaan tetap harus diperhatikan. 92

108 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Ayam ras petelur merupakan salah satu ternak unggas penghasil telur yang sangat banyak digemari oleh masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan telur merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan harganya terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Kesimpulan yang didapat mengenai Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur dapat dilihat dari hasil analisis usaha melalui aspek non finansial dan finansial. Hasil analisis aspek pasar menjelaskan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena peluang pasar dan bauran pemasaran dinilai memadai untuk pemasaran produk. Analisis aspek teknis menjelaskan bahwa usaha ini layak karena DLF telah memiliki lokasi yang tepat serta memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan operasional. Pada aspek manajemen menjelaskan bahwa usaha ini layak karena bentuk badan usaha yang digunakan tepat serta pembagian tugas dan wewenang yang cukup jelas sehingga memberikan kemudahan dan koordinasi diantara karyawan. Pada aspek hukum perusahaan telah memiliki izin yang cukup dalam menjalankan usahanya, akan tetapi ada beberapa izin yang perlu diurus agar tidak terjadi permasalahan kelak. Untuk aspek sosial lingkungan, dengan adanya peternakan DLF ini masyarakat sekitar cukup diuntungkan. Karena pekerja yang bekerja pada DLF berasal dari masyarakat sekitar perusahaan. Hasil analisis aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan nilai NPV sebesar Rp ,73 lebih besar dari nol, nilai net B/C sebesar 3,28 lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar 71 persen lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan, dan PP berada sebelum masa proyek berakhir yaitu 2 tahun 3 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur di Dian Layer Farm masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan apabila penurunan produksi sebesar 26 persen dan tidak lebih dari 37,1 persen dimana pada kondisi ini usaha megalami titik impas. Kenaikan harga pakan konsentrat sebesar 37 93

109 persen membuat perusahaan masih tetap mendapatkan keuntungan. Kenaikan harga pakan sebaiknya tidak lebih dari 76,2 persen dimana perusahaan mengalami titik impas. Kenaikan harga DOC tidak berpengaruh besar dengan kegiatan usaha tetapi harus tetap diperhatiakan. Pada saat harga DOC mengalami kenaikan sebesar 28,6 persen DLF masih tetap mendapat keuntungan. Ketika usaha melakukan pengembangan usaha dengan menambah jumlah populasi ayam untuk meningkatkan produktivitas, dilihat dari sisi analisis finansial usaha ini masih layak untuk dijalankan. 8.2 Saran Beberapa saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari analisis yang dilakukan terhadap usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan maka Dian Layer Farm dapat melaksanakan pengembangan usahanya yaitu peningkatan produksi telur dengan menambah jumlah kandang dan ayam petelur dengan memanfaatkan lahan yang belum terpakai secara optimal oleh perusahaan, serta permintaan pasar yang masih belum terpenuhi cukup besar merupakan peluang bagi perusahaan. b. Perusahaan harus menjaga produktivitas agar produksinya tidak mengalami penurunan. Untuk itu semua pekerja harus diberi arahan yang tegas dan kepala kandang harus selalu mengecek keadaan peternakan secara rutin. Dalam hal ini koordinasi antara kepala kandang dan pekerja sangat dibutuhkan. c. Sebaiknya perusahaan tetap mengupdate informasi-informasi terbaru yang berkaitan dengan peternakan baik mengenai penyakit atau virus yang sedang terjadi serta cara penanggulangannya. Selain itu tetap mengecek perkembangan terbaru dari segi harga-harga baik harga input maupun output agar apabila ada perubahan perusahaan dapat segera mengatasi. Perkembangan teknologi baru juga perlu dipertimbangkan oleh perusahaan agar dengan adanya teknologi yang modren perusahaan dapat mengoptimalkan dan megefisienkan kegiatan usaha. 94

110 d. Perusahaan masih memiliki lahan yang cukup luas yang belum dipergunakan secara optimal, hendaknya lahan dapat dipergunakan untuk pengembangan usaha lainnya. 95

111 DAFTAR PUSTAKA Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Perkembangan Populasi Ternak ( Ekor ) Tahun Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat Kontribusi Produk Telur Jawa Barat : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. Direktorat Jendral Peternakan Statistik Peternakan. Jakarta : Direktorat Jendral Peternakan. Divisi Veteriner dan Akuakultur Katalog Obat Hewan. Bandung : PT.Sanbe. Divisi Veteriner dan Akuakultur Petunjuk Pemeliharaan Ayam Petelur Edisi I. Bandung : PT.Sanbe. Ginting N.2007.Penuntun Praktikum Teknologi Hasil Ternak.Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Gittinger,J.Price.1986.Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Satomo dan Komet Mangiri. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Herujito,Yayat. M Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo. Ibrahim, Yacob Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Kadariah, Karlina L, Gray C Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Kothler, Philip.2004.Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta : PT.Indeks. Noor,H.Faizal Investasi, Pengelolaan Keungan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Jakarta : PT. Malta Pritindo. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Pangestuti, Y.Dwi Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Departeman Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Putong, Iskanadar Ekonomi Mikro dan Makro Edisi 2. Jakarta : Ghalia Indonesia. Rasyaf, Muhammad Panduan Beternak Ayam Petelur. Jakarta : Penebar Swadaya. 96

112 Rivai, Arief Analisis Kelayakan Usaha Penggemukkan Sapi Potong ( Fattening ) pada PT. Zagrotech Dafa Internasional Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Program Sarjana Agribisnis Penyelenggara Khusus Departeman Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sarwono B Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Jakarta : Penebar Swadaya. Soeharto, Iman Manajemen Proyek. Jakarta : Penerbit Erlangga. Soeharto, Iman Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Penerbit Erlangga. Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada. Sudaryani, Titik Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Jakarta. Penebar Swadaya. Suprijatma E,Atmomarsono U, Kartasudjana R Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya Suratman Studi Kelayakan Proyek. Jakarta. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Syafendi, M. Ridho Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Buras pada Peternakan Ayam Buras CV Trias Farm, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Departeman Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Umar, Husein Study Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Yudohusodo S Pembangunan Indonesia Berbasis Pertanian. Seminar Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB. Darmaga 4 September

113 LAMPIRAN 98

114 Lampiran 1. Kuisioner A. Gambaran Umum Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 4 Kegiatan Bisnis DLF B. Aspek Kelayakan Usaha Peningkatan Produksi DLF No Kriteria Aspek Kelayakan Uraian 1 Aspek Pasar: - Pasar Potensial - Pangsa Pasar - Permintaan dan Penawaran Produk: - DOC - Jenis Ayam - Umur DOC - Telur Ayam - Ayam Petelur Afkir Harga : - Harga DOC - Harga Telur - Harga Ayam Afkir Saluran distribusi/pemasaran Strategi perusahaan /Promosi Pesaing Perusahaan 2 Aspek Teknis: Lokasi Proyek Fasilitas Transportasi Ketersediaan Bahan Mentah 99

115 Luas Lahan DLF,Kandang,Gudang,Pakan,dll Tenaga Listrik Tenaga Air Supply Tenaga Kerja Skala Produksi (Jumlah Ternak/Tahun/Periode) Bentuk Bangunan Kandang Kapasitas Kandang Jenis Kandang Jumlah Kandang Mesin/Alat Yang Digunakan (Peralatan dan Perlengkapan) Proses Produksi (Awal-Panen) Jadwal Kerja Teknologi Layout Lahan Lokasi Proyek, Lahan Pabrik, Kandang dan Fasilitas-Fasilitas Lainnya 3 Aspek Manajemen : Manajemen Dalam Operasi: - Bentuk Badan Usaha (SIUP) - Syarat-syarat yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut - Jenis-jenis pekerjaan ( Job Describtion) - Struktur Organisasi - Penyediaan Tenaga Kerja 100

116 - Sistem Pembagian Kerja - Sistem Kompensasi 4 Aspek Sosial: Dampak Usaha Terhadap DLF Dampak Usaha Terhadap Masyarakat Dampak Usaha Terhadap Lingkungan 5 Aspek Finansial: Sumber Modal Harga Tanah per M 2 / Sewa Tanah Pembuatan Jalan Pinjaman Produksi Total Biaya Peralatan Biaya Perlengkapan Biaya Tenaga Kerja C. Biaya Investasi DLF No Uraian Umur Jumlah Harga Unit Total Ekonomis (Rp) (Rp) 1 Biaya Pembuatan Kandang Ayam 2 Biaya Pembuatan Mess dan Kantor 3 Biaya Pembuatan Gudang Pakan 4 Biaya Pembelian Peralatan 5 Biaya Pembelian 101

117 Perlengkapan 6 Biaya Pembelian Kendaraan 7 Biaya Perbaikan Jalan 8 Biaya Instalasi Air 9 Biaya Instalasi Listrik 10 Biaya Instalasi Telephone 11 Biaya Perizinan Usaha TOTAL BIAYA D. Biaya Tetap DLF No Uraian Umur Jumlah Harga Total Ekonomis Unit (Rp) (Rp) 1 Gaji Karyawan 2 Telephone 3 Listrik 4 Air 5 ATK (Alat Tulis Kantor) 6 PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan) 7 Asuransi TOTAL BIAYA E. Biaya Variabel DLF No Uraian Umur Jumlah Harga Total Ekonomis Unit (Rp) (Rp) 1 DOC 2 Pakan 3 Obat-Obatan Ternak 102

118 4 Insentif 5 Surat Jalan 6 BBM TOTAL BIAYA F. Nilai Penyusutan Barang pada DLF No Uraian Nilai Beli 1 Kandang 2 Gedung Kantor 3 Gudang Pakan 4 Peralatan 5 Perlengkapan 6 Kendaraan 7 Instalasi Air 8 Instalasi Listrik 9 Instalasi Telephone (Rp) TOTAL BIAYA Nilai Sisa (Rp) Umur Ekonomis Total Penyusutan (Rp) 103

119 Lampiran 2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan Komoditi Padi-padian Umbi-umbian Ikan Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan jadi 6,44*) 5.83 *) 7,33 *) 8,36 *) 8,10 *) Minuman beralkohol Tembakau dan sirih JUMLAH

120 Lampiran 3. Foto-Foto Dian Layer Farm a. DOC b. Ayam Dalam kandang e. Ayam Petelur d. Telur di Tray e.penggilingan Pakan f.telur Tidak Berkerabang 105

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

Bab 4 P E T E R N A K A N

Bab 4 P E T E R N A K A N Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN Armiati dan Yusmasari ABSTRAK Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jln. Perintis Kemerdekaan Km.17,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Unit Usaha di Indonesia Tahun (unit) (unit) 99,99 2. Usaha Besar (unit) (orang) (orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Unit Usaha di Indonesia Tahun (unit) (unit) 99,99 2. Usaha Besar (unit) (orang) (orang) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian yang memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

Oleh: Suhardi, SPt.,MP Oleh: Suhardi, SPt.,MP Ayam Puyuh Itik Itik Manila (entok) Angsa Kalkun Merpati (semua jenis burung) Burung Unta Merak, bangau, dll Unggas atau khususnya ayam dalam sistematika taksonomi termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH : UNGGAS Secara umum termasuk dalam ternak bersayap yg secara taksonomi zoologinya tergolong dalam kelas Aves. Jenis unggas cukup banyak diantaranya adalah ayam, itik, kalkun, dan angsa. Ternak unggas adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 213 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%. Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2 pada tahun 213 mencapai Rp. 277.3

Lebih terperinci

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. ILMU PRODUKSI UNGGAS OLEH : GERMAN YOHANES SOLA, SPt, S.Pd,MM

BAHAN AJAR. ILMU PRODUKSI UNGGAS OLEH : GERMAN YOHANES SOLA, SPt, S.Pd,MM BAHAN AJAR ILMU PRODUKSI UNGGAS OLEH : GERMAN YOHANES SOLA, SPt, S.Pd,MM BAB I KLASIFIKASI DAN PENGENALAN JENIS AYAM PENDAHULUAN Ayam merupakan species/jenis burung yang telah mengalami domestikasi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sumber daya alam tersebut merupakan faktor utama untuk tumbuh kembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

BUDI DAYA AYAM PETELUR

BUDI DAYA AYAM PETELUR PROPOSAL USAHA BUDI DAYA AYAM PETELUR NAMA : SALMAWATI NIM : 10 5311 4 07 PROGRAM STUDI : S 1 JURUSAN : KURIKULUM TEK. PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk 13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci