BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000
|
|
- Agus Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000 Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan kurang lebih dua bulan, pengumpulan data pada penelitian ini didapat melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Wawancara dengan responden yaitu staff Pembiayaan Yang Diberikan (PYD) KJKS BMT Bahtera dan nasabah pembiayaan Bina Agrobisnis menggunakan akad ijarah. Lembar akad pembiayaan merupakan salah satu dokumentasi yang diperoleh. Berdasarkan hasil data terhadap analisis penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis dalam perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 9/ DSN-MUI/ IV/ 2000, berikut analisisnya: A. Rukun dan Syarat Ijarah 1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. Rukun dan syarat ijarah pada sighat ijarah dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis kurang sesuai dengan fatwa DSN. Saat serah terima objek sewa, hanya dibuktikan dengan nota barang. Pada saat serah terima merupakan niat dari 67
2 68 kedua belah pihak dan tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang. Ijab dan qabul berupa pernyataan kedua belah pihak yang berkontrak. Namun pernyataan kedua belah pihak tidak dibacakan secara terperinci dan hanya dilakukan secara tertulis di lembar akad yang terdiri dari 19 pasal, sehingga kurangnya pemahaman nasabah terhadap akad yang tertera pada lembar akad. Lembar akad pembiayaan berfungsi sebagai bukti otentik dari kerjasama yang dilakukan apabila ada perselisihan atau suatu kelalaian di kemudian hari. 2. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak): terdiri atas pemberi sewa/ pemberi jasa, dan penyewa/ pengguna jasa. Rukun dan syarat ijarah pada pihak-pihak yang berakad dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis kurang sesuai dengan fatwa DSN. Hal ini dibuktikan dengan adanya pihak lain yang menyediakan barang sewa. Namun pihak lain tersebut hanya berhubungan langsung dengan nasabah atau penyewa barang. Seharusnya, pihak yang terlibat yaitu pihak yang berakad yaitu penyewa dan pemilik barang yang disewa.
3 69 3. Objek akad Ijarah, yaitu: a. Manfaat barang dan sewa, atau b. Manfaat jasa dan upah. Rukun dan syarat ijarah pada objek akad ijarah dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Objek akad ijarah berupa alat-alat pertanian seperti traktor, diesel pengairan (genset), semprotan hama serta berupa lahan pertanian. Masing-masing dari objek akad ijarah tersebut mempunyai manfaat. Alat-alat pertanian bermanfaat untuk membantu proses kerja petani dalam mengolah lahan pertaniannya sedangkan lahan pertanian bermanfaat sebagai tempat mananam benih padi. Pada lembar akad menyebutkan bahwa objek yang diakadkan yaitu objek yang disewakan dan harga sewa yang disepakati kedua belah pihak. Syarat objek ijarah adalah manfaat (penggunaan asset dan sewa), barang yang disewa bukan barang haram serta harga sewa harus terukur. B. Ketentuan Objek Ijarah 1. Objek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/ atau jasa. Ketentuan objek ijarah mengenai objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang/ atau jasa dalam pelaksanaan akad
4 70 ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Objek ijarah yang disewakan KJKS BMT Bahtera adalah manfaat dari penggunaan barang. 2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Ketentuan objek ijarah mengenai manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Manfaat barang sewa bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Pada lembar akad telah dijelaskan pada pasal 4 dengan mencantumkan biaya sewa dari manfaat barang sewa. 3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). Ketentuan objek ijarah mengenai manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan) dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN, karena barang modal yang disewa oleh nasabah bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).
5 71 4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. Ketentuan objek ijarah mengenai kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Objek sewa ijarah mempunyai kesanggupan memenuhi manfaat. misalnya berupa alat-alat pertanian yang bermanfaat untuk membantu kinerja petani dalam mengolah sawah atau lahan pertaniannya. Pemenuhan manfaat juga sudah sesuai syariah, dibuktikan dengan objek sewa bukan barang yang dilarang dalam syara serta jelas spesifikasinya. 5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. Ketentuan objek ijarah mengenai manfaat harus dikenali spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Objek ijarah berupa alat-alat pertanian dan lahan pertanian yang secara jelas sudah diketahui oleh anggota. Pada lembar akad juga dijelaskan mengenai manfaat secara spesifik, dalam hal manfaat guna usaha, penyerahan barang modal,
6 72 jangka waktu dan biaya sewa, pembayaran, dan lain sebagainya yang tertuang dalam pasal-pasal dalam akad. Hal tersebut dijelaskan untuk menghilangkan ketidaktahuan dari kedua belah pihak yang kelak bisa saja menimbulkan sengketa. 6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. Ketentuan objek ijarah mengenai spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya atau identifikasi fisik dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Jangka waktu sewa yang diterapkan dalam akad ijarah pada pembiayaan Bina Agrobisnis yaitu selama empat bulan. Pada lembar akad, jangka waktu sewa serta spesifikasi objek sewa telah dijelaskan di lembar akad pasal 4. Spesifikasi objek sewa dijelaskan dengan menyebutkan barang sewa berupa alat pertanian atau lahan pertanian. Bila berupa alat pertanian maka disebutkan pula nama alat, jenis, serta kondisi barang sewa. Sedangkan bila berupa lahan pertanian maka disebutkan luas dan kondisi lahan.
7 73 7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (tsaman) dalam jual-beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. Ketentuan objek ijarah mengenai sewa atau upah dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Nasabah membayar biaya sewa kepada pihak BMT. Hal tersebut tertuang dalam lembar akad pasal 4 mengenai jangka waktu dan biaya sewa. Pihak Pertama atau BMT dan Pihak Kedua atau Anggota sepakat, dan dengan ini saling mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa biaya sewa adalah sebesar.... Maksudnya bahwa sesuatu yang dijadikan harga dalam jual beli dijadikan sebagai biaya sewa dalam ijarah sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal ini, biaya sewa atau ujrah yang ditetapkan pada pembiayaan Bina Agrobisnis sebesar dua puluh lima ribu rupiah tiap satu juta rupiah. Misalkan nasabah menyewa alat pertanian seharga lima juta rupiah. Ujrah yang dibayarkan tiap satu juta rupiah adalah dua puluh lima ribu rupiah. Jadi anggota membayar biaya sewa tiap bulan adalah dua puluh lima ribu dikali
8 74 8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak. Ketentuan objek ijarah mengenai pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis kurang sesuai dengan fatwa DSN. Karena pada pelaksanaan akad ijarah, tidak dijelaskan secara pasti apakah pembayaran sewa boleh berbentuk jasa. Namun dalam lembar akad pasal 4 hanya menyebutkan mengenai pembayaran sewa dalam bentuk nilai mata uang. 9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak. Ketentuan objek ijarah mengenai kelenturan dalam menentukan sewa atau upah dalam pelaksanaan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis sudah sesuai dengan fatwa DSN. Pada praktik di lapangan, penentuan sewa diwujudkan dalam ukuran waktu, contohnya jangka waktu sewa. Sedangkan dalam ukuran tempat, contohnya luas area lahan pertanian yang disewakan. Penentukan sewa, pada lembar akad pembiayaan ijarah pasal 4 dinyatakan dalam ukuran jangka waktu pemanfaatan guna usaha (sewa-menyewa), yang berbunyi:...untuk jangka waktu
9 75 pemanfaatan guna usaha (sewa-menyewa) atas barang modal selama... C. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah 1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan. b. Menanggung biaya pemeliharaan barang. c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. Kewajiban KJKS BMT Bahtera sebagai pemberi manfaat barang yaitu menyediakan barang yang disewakan kurang dengan fatwa DSN. Hal tersebut terbukti dengan adanya pihak lain yang menyediakan barang sewa. BMT hanya menyediakan pembiayaan untuk penyewaan. Kewajiban KJKS BMT Bahtera untuk menanggung biaya pemeliharaan barang tidak sesuai dengan fatwa DSN. Hal tersebut terbukti dari hasil peneliti mewawancarai nasabah yang mengunakan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis. Beliau berkata bahwa pemeliharaan traktor yang disewa dari BMT menjadi tanggung jawab beliau sepenuhnya. 69 Penanggungan biaya pemeliharaan barang ditanggung oleh anggota namun tetap dalam 69 Wawancara dengan Bapak Rozak, Nasabah Pengguna Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Bina Agrobisnis di KJKS BMT Bahtera Kantor Unit Warungasem, Senin 4 Mei 2015 Pukul
10 76 pengawasan dari pihak BMT. Hal itu dijelaskan dalam lembar akad pasal 7. Sedangkan bilamana barang yang disewakan pada saat serah terima terdapat kecacatan, maka pihak BMT menjaminnya dengan cara mengganti objek sewa dengan yang baik (tidak cacat). Sehingga kewajiban KJKS BMT Bahtera untuk menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan, sudah sesuai dengan fatwa DSN. 2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak). b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiel). c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Menurut peneliti, sudah sesuai dengan fatwa DSN mengenai kewajiban anggota KJKS BMT Bahtera sebagai penerima manfaat barang atau jasa dengan cara membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta
11 77 menggunakannya sesuai akad. Dalam pelaksanaannya, anggota KJKS BMT Bahtera membayar sewa barang tiap bulan selama jangka waktu sewa yaitu empat bulan. Beliau juga bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang dengan cara pemeliharaan, perbaikan atau pemeriksaan secara berkala. Anggota juga menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan, misalnya dengan membersihkan bagian dari barang sewa yang terlihat kotor sekali. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, anggota tetap bertanggung jawab atas kerusakan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam lembar akad pasal 8b: Menanggung risiko dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan barang modal serta berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membebaskan BMT dari beban atau kerugian apapun juga yang disebabkan karena kerusakan, gangguan, atau berkurangnya kemanfaatan barang modal, termasuk dan tidak terbatas yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian anggota atau orang lain. Sehingga kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut, tidak sesuai dengan Fatwa DSN.
12 78 D. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Menurut peneliti, mengenai hal tersebut sudah sesuai dengan Fatwa DSN. Dibuktikan pada lembar akad pasal 17 mengenai penyelesaian perselisihan menjelaskan bahwa apabila musyawarah untuk mufakat telah diupayakan namun perbedaan pendapat, perselisihan atau sengketa tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak yang berakad, maka penyelesaiannya melalui Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) menurut prosedur acara yang berlaku di dalam Badan Arbitrase tersebut, atau melalui Pengadilan Agama (PA). Para pihak sepakat bahwa pendapat hukum (legal opinion) atau putusan yang ditetapkan oleh Badan Arbitrase Muamalat Indonesia tersebut bersifat final dan mengikat (final and binding). E. Dewan Pengawas Syariah di KJKS BMT Bahtera KJKS BMT Bahtera mempunyai tiga posisi Dewan Pengawas Syariah. Dua diantaranya ditempati oleh ulama Pekalongan dan satu posisi DPS yang lain ditempati oleh dosen syariah dari STAIN Pekalongan yaitu Bapak Sam ani, M.A. DPS adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan
13 79 keputusan DSN di lembaga keuangan syariah. Salah satu yang menjadi tugas dan wewenang DSN ialah mengeluarkan fatwa. Tujuan pembentukan DPS ialah untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap aspek syariah yang ada di dalam Lembaga Keuangan Syariah. Dengan adanya DPS, sebenarnya KJKS BMT Bahtera sudah menjalankan usahanya sesuai dengan anjuran DPS. Namun pada pelaksanaannya, masih terdapat ketidaksesuaian dengan syariah. Agar mempermudah pemahaman mengenai kesesuaian penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis dalam perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000, berikut ringkasannya:
14 80 Tabel 4.1 Tabel Indikator Point Indikator Analisis A. Rukun dan Syarat Ijarah 1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. 2. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak): terdiri atas pemberi sewa/ pemberi jasa, dan penyewa/ pengguna jasa. Sesuai Dengan Fatwa DSN Penilaian Kurang Sesuai Dengan Fatwa DSN Tidak Sesuai Dengan Fatwa DSN 3. Objek akad Ijarah, yaitu: a. Manfaat barang dan sewa, atau b. Manfaat jasa dan upah. B. Ketentuan Objek Ijarah 1. Objek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/ atau jasa. 2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. 3. Manfaat barang atau
15 81 jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). 4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. 5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. 6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. 7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (tsaman) dalam jualbeli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. 8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak.
16 82 9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak. C. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah 1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan. b. Menanggung biaya pemeliharaan barang. c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. 2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak). b. Menanggung biaya
17 83 pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiel). c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. D. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. F. Ketentuan Ujrah Dalam Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Bina Agrobisnis 70 KJKS BMT Bahtera dalam menetapkan ujrah pada pembiayaan Bina Agrobisnis terdapat ketentuan-ketentuan antara lain: 70 Wawancara dengan Bapak Anfal Assahiq, Staff PYD (Pembiayaan Yang Diberikan) KJKS BMT Bahtera Cabang Warungasem, Senin 4 Mei 2015 Pukul WIB.
18 84 Pembiayaan yang disetujui semisal Rp ,00 dengan jangka waktu empat bulan. 1. Pokok angsuran pembiayaan perbulan =Rp ,00 : 4 = Rp ,00 2. Ujrah perbulan (tiap pembiayaan Rp ,00 dikenakan ujrah Rp ,00) = (Rp ,00 : Rp ,00) x Rp ,00 = Rp ,00 Total angsuran perbulan = Rp ,00 Berdasarkan hasil analisis peneliti mengenai penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan Bina Agrobisnis, baik dari akad, rukun dan syarat, prosedur serta proses yang dilakukan sebagian besar sudah sesuai dengan fatwa DSN, namun ada beberapa point yang kurang sesuai dan tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nomor 9/ DSN- MUI/ IV/ Point yang kurang sesuai dengan fatwa DSN yaitu point A1 pada sighat ijarah, A2 mengenai pihak-pihak yang berakad, B8 mengenai pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain), serta C1a mengenai kewajiban LKS untuk menyediakan barang. Point yang tidak sesuai dengan fatwa DSN yaitu pada point C1b kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa menyebutkan bahwa LKS menanggung biaya pemeliharaan barang. Namun dalam pelaksanaannya, biaya pemeliharaan barang ditanggung oleh anggota
19 85 dengan pengawasan dari pihak KJKS BMT Bahtera. Sedangkan pada point C2c kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa, menyebutkan bahwa jika terdapat kerusakan barang sewa bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, nasabah tetap menanggung risiko kerusakan dalam bentuk apapun baik dikarenakan kelalaian pemakaian ataupun tidak.
PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA
PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro (Yad
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.
1 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen. Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik mulai
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo
BAB V PEMBAHASAN A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo Musyarakah mutanaqisah (decreasing participation) adalah nasabah dan bank berkongsi
Lebih terperinciProsiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 Analisis Fatwa DSN terhadap Pelaksanaan Akad Ijarah pada Pembiayaan BMT Itqan Bandung Analysis of Implementation DSN Akad Ijarah Financing BMT Itqan
Lebih terperinciSESI : 07 ACHMAD ZAKY
SESI : 07 ACHMAD ZAKY akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (MUI,2000)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA A. Analisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di KJKS BMT Al-Fath Pati BMT Al-Fath merupakan salah satu Lembaga Keungan Syariah bukan bank
Lebih terperinciDealin Mahaputri Leonika
Analisis Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik Berdasarkan PSAK 107 dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27 Pada Bank Muamalat dan Bank DKI Syariah Dealin Mahaputri Leonika-21210718 Analisis Pembiayaan
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciMusha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya
BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 08/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP PENANGGUNGAN RISIKO OLEH NASABAH DALAM AKAD PEMBIAYAAN MUSHᾹRAKAH DI BMT MUDA KEDINDING SURABAYA A. Analisis Aplikasi Penanggungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat tamwil Surya Parama Arta. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta a. Menjadi anggota BMT Surya Parama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ibadah Haji sesungguhnya menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam. Ibadah ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran dan Sunnah.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal
BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Penerapan Akad Rahn dan Ijarah dalam Transaksi Gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung Mendiskusikan sub tema ini secara gamblang, maka tidak ubahnya
Lebih terperinciBAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1
BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga
Lebih terperinciMuza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama
BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis terhadap Praktik Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL
Nomor : Kep-131/BL/2006 PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Ijarah adalah perjanjian (akad) dimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Praktik Transaksi Pulpulan Antara Pemilik Kapal dan Nelayan di Desa Paloh Kecamatan Paciran
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Dasar Pertimbangan Bank Muamalat sebelum dikeluarkan Produk
116 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu 1. Dasar Pertimbangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada Bank DKI Syariah.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.404, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Penerbitan Efek Syariah. Akad. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5822) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda
Lebih terperinciBAB III DANA TALANGAN HAJI
BAB III DANA TALANGAN HAJI A. Pengertian Dana Talangan Haji Pembiayaan Dana Talangan Haji Perbankan Syariah merupakan pembiayaan dalam bentuk konsumtif yang ditujukan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut
Lebih terperinciNisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN NISBAH PEMBIAYAAN AKAD MUḌĀRABAH KHUSUS DI PT. BPRS BAKTI ARTHA SEJAHTERA CABANG BANYUATES SAMPANG MADURA A. Analisis Aplikasi Pengambilan Nisbah Pembiayaan
Lebih terperinciRESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN
BAB IV ANALISIS PENENTUAN PEMBAYARAN MARGIN PADA PROSES RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciLAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL
LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : DRAFT PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL 1. Definisi a. Ijarah adalah
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 131/BL/2006 TENTANG AKAD-AKAD
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keberadaaan prinsip indemnitas pada asuransi syariah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Hal ini berdasarkan fatwa-fatwa yang terkait dengan asuransi syariah yaitu Fatwa
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.
1 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS. Akad Ar-Rahn yang diterapkan dalam perbankan syari ah atau lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
52 BAB IV IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Akad Ijārah dalam BNI ib Pembiayaan Haji di BNI Syariah Cabang Pekalongan Secara umum
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai emas Kospin Jasa Syariah adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga berupa emas lantakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera ( UMS ). 1. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Prosedur pengajuan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.
PERBANKAN SYARIAH Modul ke: IJARAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id 12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Ijarah 1) Pengertian Ijarah Al- Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al- iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya ialah ganti dan upah. 1 Secara
Lebih terperinciKAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT SIDOGIRI CAPEM SUKOREJO KOTA BLITAR Pembiayaan take over merupakan pembiayaan yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI
55 BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI A. Analisis Penetapan Margin Pada Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO A. Analisis Terhadap Praktek Hutang-Piutang Transaksi Multijasa
Lebih terperinciBAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.
BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012
BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012 A. Analisis terhadap Bisnis Biro perjalanan Haji dan Umroh di PT. Arminareka Perdana
Lebih terperinciBAB VI AKUNTANSI IJARAH
BAB VI AKUNTANSI IJARAH A. Ijarah Atas Aset Berwujud 1. Pengertian Ijarah atas Aset Berwujud Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data
BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan mengintegrasikan hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AKAD IJARAH MULTIJASA PADA PEMBIAYAAN PERNIKAHAN DI KJKS BTM KEDUNGWUNI
53 BAB IV PENERAPAN AKAD IJARAH MULTIJASA PADA PEMBIAYAAN PERNIKAHAN DI KJKS BTM KEDUNGWUNI A. Penerapan Ijarah Multijasa Pada Pembiayaan Pernikahan di KJKS BTM Kedungwuni. KJKS BTM Kedungwuni merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank
Lebih terperinciAKAD JUAL-BELI MURABAHAH
BAB I MURABAHAH AKAD JUAL-BELI MURABAHAH No. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku (QS. Adz-Dzaariyaat: 56) Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
Lebih terperinciCreated by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia berpanduan pada DSN-MUI dan PSAK. 1. Akuntansi Syariah Murabahah (PSAK 102)
Lebih terperinciI. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :
Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, telah dikembangkan
Lebih terperinciPada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUSHA@RAKAH MUTANA@QIS}AH SEBAGAI SOLUSI AKAD PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA Pada hakikatnya pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh Penerapan akad ijarah pada pembiayaan multiguna untuk biaya umroh di Bank Syariah Mandiri KCP Katamso dilakukan dengan menjelaskan
Lebih terperinciFATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.
FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA A. Analisis Transaksi Derivatif Syariah Perdagangan Berjangka dan Komoditi
Lebih terperinciDOKUMENTASI WAWANCARA
LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA BROSUR KPR ib Tampak bagian depan dan belakang brosur Tampak bagian dalam brosur Yang ada di Cabang STRUKTUR ORGANISASI Tabel Angsuran Pembiayaan Rumah (KPR ib Muamalat)
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembiayaan kendaraan bermotor berdasarkan akad murabahah di
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 30/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah
Lebih terperinciBAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERSAMAAN DAN PERBEDAAN APLIKASI PRODUK TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN NUSANTARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG SIDOARJO A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha
50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.
Lebih terperinciMUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN AKAD PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG A. Analisis penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Modal Kerja di BMT AL-Fataa Ulujami,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )
BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Murabahah Di KSPPS BMT Al Hikmah Ungaran Kantor Cabang Gunungpati II Ada dua akad yang digunakan dalam produk pembiayaan di KSPPS BMT Al Hikmah kantor cabang Gunungpati
Lebih terperinciProduk Talangan Haji Perbankan Syariah
Produk Talangan Haji Perbankan Syariah Dr. Setiawan Budi Utomo Seminar Sehari Kebijakan Penyelenggaraan Haji Oleh Pemerintah dan Masalah Dana Talangan Haji Pada Perbankan Syariah Majelis Tarjih dan Tajdid
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi. Adapun akad yang digunakan pada produk Gadai Emas ib BSM adalah akad Qardh dalam rangka rahn, artinya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO
59 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO A. Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada Simpanan Serbaguna di BMT Bismillah Sukorejo 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan istialah pinjaman dalam pembiayaan murabahah melalui jual beli emas di Baitul Maal Wat Tamwil
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA
BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisa Hukum Islam tentang Aplikasi Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bond) di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN
52 BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN TERSEBUT DENGAN FATWA DSN-MUI NO. 15/ DSN-MUI/ IX/ 2000 TENTANG PRINSIP DISTRIBUSI HASIL
Lebih terperinciNo. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN
71 BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN A. Kebijakan Besar Potongan Pelunasan Dalam Pembiayaan Murabahah Dalam
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN 3.1 PENGERTIAN, DASAR HUKUM, RUKUN DAN SYARAT IJARAH. Dalam transaksi pembiayaan multijasa di BMT Al Hikmah akad yang
BAB III PEMBAHASAN 3.1 PENGERTIAN, DASAR HUKUM, RUKUN DAN SYARAT IJARAH 1. Pengertian ijarah Dalam transaksi pembiayaan multijasa di BMT Al Hikmah akad yang digunakan adalah akad ijarah, Menurut Fatwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara
Lebih terperinciBAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP KLAUSUL PERJANJIAN KERJA ANTARA BANK DENGAN PEGAWAI DI BANK JATIM SYARIAH CABANG SURABAYA A. Mekanisme
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan sindikasi yang dilakukan BPRS Madina Mandiri. Sejahtera, BPRS Bangun Drajat Warga dan BPRS Mitra Amal Mulia
91 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Proses pelaksanaan sindikasi yang dilakukan BPRS Madina Mandiri Sejahtera, BPRS Bangun Drajat Warga dan BPRS Mitra Amal Mulia secara umum sudah sesuai dengan Fatwa DSN
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah untuk mengeluarkan
Lebih terperinciApriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FATWA DSN NO.47/DSN-MUI/II/2005 (STUDI KASUS PADA BMT KARISMA KOTA MAGELANG) Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna menetapakan pilihan dalam pembiayaan disektor riil. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pegadaian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi data ini merupakan penjabaran hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terkait dengan pemahaman anggota dan SDM BMT Surya Asa Artha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perkembangan bentuk usaha kecil dan menengah, menyebabkan semakin tingginya taraf kemakmuran perekonomian masyarakat. Namun, perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Jual Beli Akad Istishna Pada Produk SEMBAKO
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Jual Beli Akad Istishna Pada Produk SEMBAKO Berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam menyediakan sembako saat Lebaran, serta menambah keragaman produk
Lebih terperinciA. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga berupa emas lantakan atau emas
Lebih terperinciBAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan
BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO.04/DSN-MUI/IV/2000 DAN PERATURAN BANK INDONESIA NO.7/46/PBI/2005 TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 430/BL/2012 TENTANG AKAD-AKAD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI
50 BAB IV Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI A. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah Pengelolaan pembiayaan mudharabah modal kerja adalah usaha yang
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK TERCANTUM PADA AKAD MUSHArakah di KSPPS BMT Harapan Ummat Sidoarjo
Lebih terperinciElis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS
BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS Pringgodani Lembaga Keuangan Syariah merupakan lembaga Islam yang memiliki kegiatan pembiayaan yang
Lebih terperinci