BAB II LANDASAN TEORI. individu mendapat umpan yang dapat berupa reward dan punishment. Individu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. individu mendapat umpan yang dapat berupa reward dan punishment. Individu"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam interaksinya, individu mendapat umpan yang dapat berupa reward dan punishment. Individu yang mempunyai rasa kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab. Kepercayaan diri menurut Bandura (dalam Martani dan Adiyanti,1991) merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Kepercayaan diri menurut Branden (Walgito, 1993) adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada di dalam dirinya. Hambly (1989) menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu dalam menangani segala situasi. Frieda, (Jatman,2000) menerangkan kepercayaan diri adalah seseorang yang tidak meyakini bahwa ia mempunyai kelebihan disemua hal, akan tetapi ia juga tau mengenai kekurangan yang ada tetapi tidak terganggu, sehingga ia dapat menerima kelebihan dan kekurangan tersebut sebagai bagian dari dirinya yang utuh. Breneche dan Amich (1991)menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup dan aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain. Angelis (2003) menjelaskan bahwa 10

2 kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam hati bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Hakim (2002) menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang tentang segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut mampu mencapai berbagi tujuan di dalam hidupnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang dimilikinya, dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya, sehingga ia tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri Sobur (1985) menyatakan individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah yang berani menghadapi resiko dan bertanggungjawab yang harus diterima dari tindakan yang dilakukan yaitu kemungkinan mengalami kegagalan.anthony (Irawati, 2002) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri meliputi: a. Bertanggungjawab berarti mau menerima dan menanggung resiko dari perbuatannya. b. Rasa aman berarti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yang menghambat kepercayaan dirinya. c. Harga diri berarti mampu menyadari kekurangan dan kelebihan sehingga tidak memiliki perasaan rendah diri. d. Mandiri berarti tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat mengembangkan atau mengerjakan sesuatu tanpa menunggu bantuan orang lain. e. Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan berusaha untuk memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya. f. Tidak mudah putus asa berarti memiliki mental yang kuat untuk dapat menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani mencoba lagi setelah mengalami kegagalan. Guilford (1959) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai rasa percaya diri adalah: 11

3 a. Merasa yakin terhadap apa yang individu lakukan b. Merasa dapat menerima oleh kelompoknya c. Percaya pada diri sendiri serta memilki ketenangan sikap ( tidak merasa gugup bila melakukan sesuatu ) Lauster ( dalam Afiatin dan Martinah 1998) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah optimis, bertanggungjawab atas keputusan dan perbuatannya, Menurut Lauster (1978) rasa percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin terhadap kemampuan diri sehingga individu yang bersangkutan tidak akan berhenti-hentis secara berlebihan, yakin terhadap kebebasan/kemandiriannya, tidak mementingkan diri secara berlebihan, cenderung menjadi toleren dan ambisinya normal. Aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1978) adalah: a. Memiliki rasa aman: perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya b. Yakin pada kemampuan diri sendiri: yakin pada kemampuan diri sendiri adalah merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah untuk terpengaruh dengan orang lain c. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleransi: tidak mementingkan diri sendiri dan toleransi adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya dan dapat menerima pandangan dari orang lain d. Ambisi normal: ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, tidak ada kompensasi dan ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggungjawab e. Mandiri: mandiri adalah tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu. 12

4 f. Optimis: optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya. Suryanto (2000) mengatakan bahwa remaja atau orang dewasa yang memiliki rasa percaya diri yang kuat biasanya populer dalam lingkungan keluarga maupun pergaulannya. Individu tersebut sering diminta menjadi pemimpin kelompok yang bersikap mawas diri. Proyeksi ambisinya ke arah keberhasilan, sehingga masa depannya akan penuh dengan keberhasilan. Rasa percaya diri dapat berpengaruh pada hasil prestasi belajar, penerimaan oleh lingkungan, penampilan dan budi pekerti. Sebaliknya pada individu yang gagal, rasa percaya dirinya rendah, individu kurang populer dalam pergaulan, lebih sering mengucilkan diri atau jadi pembuat keributan. Individu tersebut mengalami kesulitan untuk berperan dalam lingkungan, bahkan mungkin seolah-olah dikucilkan di lingkungannya. Individu dengan kepercayaan diri yang rendah sering bersikap menyalahkan orang lain atas kegagalannya, prestasi akademiknya menurun dan akhirnya menjadi individu yang mudah mengalami frustasi, agresif, murung dan bingung. Aziz (1988) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya diri diantaranya adalah merasa tidak aman, ada rasa takut, tidak bebas, raguragu, dihadapan orang lain lidah seperti terkunci, murung, pemalu dan kurang berani, pengecut, cenderung menyalahkan suasana luar sebagai penyebab masalah yang dihadapi. Individu yang memiliki rasa percaya diri akan percaya pada kemampuan yang dimiliki, sanggup bekerja sendiri, bersikap optimis dan dinamis. 13

5 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memberikan penekanan pada keenam ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Anthony (2002) yaitu bertanggungjawab, rasa aman, harga diri, mandiri, optimis, dan tidak mudah putus asa Faktor- faktor yang membentuk Kepercayaan Diri Faktor-faktor yang membentuk kepercayaan diri adalah: a. Keadaan Fisik Suryabrata (1984) berpendapat bahwa keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan tidak enak terhadap diri sendiri, karena marasa ada yang kurang dalam dirinya dibandingkan yang lainnya. Keadaan ini membuat individu merasa kurang percaya diri dan kurang berharga. b. Konsep diri Ada perbedaan sumber konsep diri antara laki-laki dan perempuan. Konsep diri laki-laki bersumber dari keberhasilan kerja, persaingan dan kekuasaan, yang mana laki-laki pada dasarnya dituntut untuk berperan di luar rumah sejak kanak-kanak, sehingga laki-laki menjadi lebih berani dalam menghadapi tantangan dan hal-hal baru. Sedangkan pada perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, sehingga perhatian di luar dirinya kurang dominan dibandingkan perhatian terhadap diri dan lingkungan sekitar rumah saja. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir dan keinginankeinginan perempuan. Perempuan cenderung menjadi seseorang yang perasa 14

6 dan kurang berani menunjukkan kemampuan serta kurang yakin dalam menghadapi hal-hal baru (Pudjijogyanti,1988). Hal ini didukung pendapat Dagun (1992) yang menyatakan ada beberapa karakteristik yang dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki sifat feminine seperti cenderung pasif, tidak terus terang, tidak percaya diri dan cenderung lemah lembut. Sedangkan laki-laki memiliki sifat maskulin seperti sangat agresif, sangat bebas, sangat dominan, sering menggunakan logika dan sangat percaya diri. c. Usia Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang sejalan dengan tumbuh kembang individu. Pada waktu masih muda kepercayaan diri begitu rapuh, karena pada masih muda suatu penolakan atau kegagalan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan (Hambly, 1989). d. Pendidikan (Monks, 1984). menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak yang telah dipelajari dan ini berarti semakin individu dapat menentukan standar sendiri keberhasilannya. Individu yang dapat demikian ini mempunyai kepercayaan dalam menagani sesuatu tanpa perasaan takut dan khawatir mengalami kegagalan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kepercayaan dirinya. 15

7 Sebuah artikel di surat kabar Pikiran Rakyat tertanggal 16 Agustus 1998 oleh Evie Lirpandhari (dalam Nurul, 2005) menyatakan faktor penyebab timbulnya rendah diri yang mengakibatkan rasa tidak percaya diri antar lain: 1. Perlakuan keluarga yang keras, yang lebih banyak mencela daripada memuji 2. Kurangnya pergaulan, sejak kecil tidak pernah bergaul dengan orang lain. Misalnya karena lingkungan rumah terpencil 3. Sejak kecil sudah salah teman yang tidak sebaya, sehingga menyerap nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan usia 4. Selalu mempunyai rasa ingin menyaingi ( mengungguli ) orang lain ( iri, dengki ) terutama dari segi materi dan penampilan, padahal kemampuan dirinya tidak memungkinkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada faktorfaktor yang membentuk kepercayaan diri, yaitu keadaan fisik. Konsep diri,usia dan tingkat pendidikan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putra di Panti Asuhan Bandura (1991) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mana dalam masa remaja terjadi perubahan-perubahan seperti fisik, emosi dan sosial (Hurlock, 1991). Menurut Irwanto (1990) masa remaja dibagi menjadi 2 golongan yaitu remaja awal yang berlangsung dari usia tahun dan remaja akhir yaitu usia Erickson (dalam Gunarso, 1991) mendefinisikan remaja sebagai masa timbulnya perasaan baru tentang identitas. Pada fase ini terbentuk gaya hidup yang khas sehubungan dengan penempatan dirinya. Calon (dalam Monks, 1995) 16

8 menyatakan bahwa remaja sebagai masa yang menunjukkan dengan jelas sifatsifat masa transisi/ peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa tetapi tidak lagi memperoleh status kanak-kanak. Pada masa remaja perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, (Sarwono dalam Pudjianto,2000). Pada masa transisi ini remaja mempunyai mempunyai tugas-tugas perkembangan antra lain: 1. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa 2. Memperoleh kebebasan 3. Bergaul dengan teman lawan jenis 4. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru 5. Memiliki citra diri yang realitas. Bagi remaja yang tinggal di rumah dengan keluarga mereka, tugas perkembangan ini dapat mereka lalui tanpa ada hambatan yang berarti. Namun untuk remaja yang tinggal di Panti Asuhan, khususnya remaja putra, tugas-tugas perkembangan tersebut tidak dapat dengan mudah dilakukan kerena mereka terikat dengan peraturan-peraturan yang diterapkan di Panti Asuhan. Masa transisi ini harus dilalui oleh remaja putra termasuk remaja putra di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahtraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai tapi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional ( Dinas Kesejahtraan Sosial, 2002 ). 17

9 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri pada remaja putra di panti asuhan adalah keyakinan yang dimiliki remaja putra yang berusia tahun yang berada dalam suatu lembaga yang berfungsi memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial sehingga individu tersebut mampu berperilaku sesuai yang diharapkan Dukungan Sosial Pengertian Dukungan sosial Manusia merupakan makhluk sosial; dua kebutuhan sosial dasar manusia adalah kebersamaan atau marasa memiliki dan dimiliki, dan kebutuhan untuk memperoleh dukungan satu sama lainnya. Walgito (1985) menyatakan bahwa hubungan antara individu dengan lingkungan sosial bersifat timbal balik. Lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi perkembangan lingkungan. Selain mengadakan kontak-kontak sosial, manusia membutuhkan dukungan dari orang lain dalam mengantisipasi dan menghadapi suatu masalah. Yusuf dan Nurihsan (2006) menyatakan dukungan sosial dpat diartiakan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang yang mengalami stress dari orang lain yang memiliki hubungan dekat (saudara atau teman.) Menurut Chaplin (1999) dalam kamus psikologi, support atau dukungan adalah memberikan dorongan atau pemberian semangat dan nasehat kepada orang lain dalam suatu situasi pembuatan keputusan atau mengadakan atau menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. 18

10 Sorenson dkk ( dalam Rohman dan Prihartanti, 1991 ) mengemukakan bahwa dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Norris dan Kaniasty (1996) menyatakan dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan kepada orang lain seperti kasih sayang dan perhatian kepada orang lain, yang diperoleh dari orang lain yang dipercaya. House ( Rohman dan Prihartanti, 1991 ) menyatakan dukungan sosial sebagai suatu bentuk transaksi antar pribadi yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan adanya penelitian. Sarafino (2001) mendefinisikan dukungan sosial sebagai faktor sosial yang berada di luar individu yang dapat meningkatkan kemampuan menghadapi stress akibat konflik. Dukungan sosial adalah adanya orang yang memperhatiakan, menghargai, dan mencintai. Gibson dkk (1989) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kesenagan, bantuan, atau ketenangan yang diterima seseorang melalui hubungan formal maupun nonformal dengan yang lain atau kelompok. Kreither dan Kinirki (1995) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Menurut Effendi dan Tjahjono (1991) dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang ditunjukan dengan memberikan bantuan kepada orang lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang berasal dari 19

11 orang-orang di sekitarnya yang dipercayai, menghargai, dan menyayanginya dalam bentuk perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi, dan adanya penilaian. Pada remaja Panti Asuhan, dukungan sosial terutama diperoleh dari pengasuh panti asuhan, teman sebaya di Panti Asuhan, teman sekolah dan keluarga Jenis-jenis Dukungan Sosial Menurut Effendi dan Thahjono (1999) dukungan sosial dapat berupa perhatian emosional, dukungan instrument (peyediaan sarana), dukungan informasi, dan penilaian positif ( penghargaan ). House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial menjadi empat jenis antara lain: a. Dukungan Emosional ( Emotional Support ) Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b.dukungan Pengharapan ( Reward Support ) Terjadi lewat ungkapan hormat ( pengharapan positif ) untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang mampu atau lebih buruk keadaanya. c. Dukungan Instrumental (Tangible Support) Mencakup bantuan secara langsung seperti kalau orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang lain atau menolong dengan pekerjaan pada mengalami stress. 20

12 d.dukungan Informatif ( Infornational Support ) Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik. sejalan dengan pendapat tersebut, Sarafino (1998) mengatakan ada beberapa aspek yang dilibatkan dalam dukungan sosial dan setiap aspek mempunyai ciriciri tertentu seperti: a. Emosional: individu membutuhkan empati, cinta, kepercayaan, kebutuhan untuk didengarkan dari orang-orang disekelilingnya. individu juga ingin dihargai sebagai pribadi dan membutuhkan orang lain untuk berdiskusi mengenai perencanaan hidupnya. b. Penilaian: Hal ini dapat berupa pemberian penghargaan, memberikan timbal balik terhadap apa saja yang telah dilakukan dan dapat pula berwujud perbandingan sosial. c. Informasi: dapat berupa dukungan sosial secara tidak langsung terhadap perilaku individu, memberikan informasi yang dibutuhkannya ataupun nasehat-nasehat yang berguna bagi individu-individu tersebut. d. Instrumental: memberikan sarana unruk mempermudah individu dalam berperilaku yang bertujuan positif, dapat berupa uang, benda ataupun pekerjaan. Menurut Curtrona dan Orford (dalam Utaminingsih, 2002) ada lima jenis dukungan sosial, yaitu: a. Dukungan materi: adalah dukungan yang disebut juga bantuan nyata atau bantuan alat. 21

13 b. Dukungan emosi: jenis dukungan ini berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, ekspresi atau eksperi. c. Dukungan penghargaan: terjadi apabila ada eksperi penilaian yang positif terhadap individu. d. Dukungan informasi: berupa pengetahuan untuk mengatasi masalah e. Integritas sosial: dapat diartikan sebagai perasaan individu sebagai bagian dari suatu kelompok yang memiliki minat dan pemikiran yang sama. Barrera, Sandler dan Ramsay (dalam Watson, 1984) mengemukakan setidaknya ada enam tipe dukungan sosial yaitu: a. Material Aid: yaitu dukungan berupa bantuan dalam bentuk materi seperti meminjamkan uang. b. Physical Assistance: yaitu bantuan yang diberikan secara fisik. c. Intimate Interactions: yaitu keintiman interaksi yang timbal balik seperti memberikan kasih sayang dan mendengarkan masalah. d. Guidance: yaitu memberikan bimbingan seperti memberikan nasehat. e. Fedback: yaitu umpan balik seperti menolong seseorang untuk mengerti masalahnya dan memberikan reaksi terhadap masalah yang dihadapi. f. Social Participation: yaitu partisipasi sosial seperti membuat seseorang merasa gembira dan saling bercanda. 22

14 Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis dari dukungan sosial antara lain dukungan emosional, dukungan pengharapan, dukungan instrumental, serta dukungan informatif Sumber-sumber Dukungan Sosial Dukungan yang diperoleh individu dari sumber individu yang mempunyai kedekatan emosi akan lebih berarti dibandingkan dengan mendapatkan dukungan sosial dari individu yang tidak memiliki ikatan emosi (Martani dan Adiyanti, 1991). Thoits (dalam Utamingsih, 2002) mengatakan bahwa dukungan sosial yang bersumber dari orang-orang yang yang memiliki hubungan berarti dengan individu, misalnya keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, saudara dan tetangga akan sangat membantu. Significant others menurut House ( dalam Smet, 1994 ) adalah pasangan teman, teman dekat, kerabat, teman kerja, tetangga dan supervesior, serta profesioanal (dokter, psikolog, dan pekerja sosial ). Pentingnya sumber dukungan sosial ini dikemukakan oleh Cohen dan Syme (1985) yang menyatakan bahwa ada tiga sumber dukungan sosial yang merupakan pendukung dalam lingkungan tumbuh kembangnya remaja, yaitu: a. Dukungan dari orangtua Schtter, Folkman dan Lazarus ( dalam Lazarus, 1987 ) mengatakan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan sosial. Karena dalam keluarga keluarga tercipta hubungann yang saling mempercayai. Hubungan dan dorongan keluarga memegang peranan penting dalam kesuksesan akademis (Conger dalam 23

15 Utaminingsih, 2002). Di Panti Asuhan, pengasuh sebagai pengganti orangtua juga berperan penting di dalam memberikan dukungan sosial kepada anak asuhnya. b. Dukungan dari teman Pada masa remaja kehidupan bersama dalam kelompok teman sebaya akan mempunyai arti tersendiri. Bila ia mendapat dukungan dari teman kelompoknya ia akan merasa bahwa dirinya diterima denga baik, akan tetapi ia tidak mendapat dukungan maka perasaan tertolaklah yang ada dalam dirinya. Peranan teman dekat juga sangat penting dalam memberikan dukungan karena ketika seorang anak mulai memasuki masa remaja, ia biasanya akan mencari teman dekat sebagai tempat ia berbagi dan saling percaya. Dikatakan lebih lanjut teman sebaya adalah sumber dukungan karena teman memberikan rasa senang dan dukungan sewaktu stres ( Kail dan Nelson dalam Utaminingsih, 2002 ). c. Dukungan dari guru Dukungan yang diperoleh dari guru membantu mengarahkan tujuan siswa, mendengarkan masalah yang dihadapai, baik masalah pribadi, maupun masalah akademik dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber dukungan sosial yang mempunyai peran sangat penting bagi seorang remaja dalam menjalani kehidupan dan sebagai pendukung dalam lingkungan belajarnya ada tiga hal, yaitu orangtua, guru dan teman. 2.3 Pengertian Panti Asuhan Tanggungjawab pemerintah dan Negara terhadap anak-anak terlantar secara yuridis formal telah tertuang dalam UUD Sebagai perwujudan dan tanggungjawab pemerintah tersebut untuk anak-anak terlantar, maka didirikan panti 24

16 asuhan. Panti Asuhan menurut pedoman Panti Asuhan, adalah lembaga sosial yang bertanggungjawab memberikan pelayanan pengganti alam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan ( Hartini, 2002 ). Menurut Purwadarminta (1983) Panti Asuhan adalah tempat memelihara anak yatim (piatu). Bandura dan Zain (1994) mendefinisikan Panti Asuhan sebagai rumah bagus tempat memelihara anak-anak yatim piatu. Sedangkan kamus Besar Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999 ) mengartikan Panti Asuhan sebagai rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu, dan sebagainya. Menurut Depsos RI (2004:4) mengemukakan Panti Asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar yang melaksanakan penyantunan dan pengentasan pada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadahi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan nasional. Dari pengertian Panti Asuhan merupakan sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi anak-anak terlantar dan memiliki tanggung jawab dan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar terutama kebutuhan fisik, 25

17 mental, dan sosial pada anak asuh supaya mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan menjadi generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan nasional. Sedangkan menurut Gospor Nabor (Bardawi Barzan 1995:5) menjelaskan bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelo mpok, masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. Berdasakan pengetian di atas panti asuhan sebagai lembaga sosial yang didirikan secara sengaja oleh pemerintah ataupun masyarakat guna membantu individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai wujud upaya terwujudnya kesejahteraan sosial. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara sengaja oleh pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab dalam melakukan pelayanan, penyantunan, dan pengentasan anak terlantar dan memiliki fungsi sebagai pengganti peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan yang luas untuk mengalami pertumbuhan fisik dan mengembangkan pemikiran hingga ia mencapai tingkat kedewasaan yang matang dan mampu melaksanakan peran-perannya sebagai individu dan warga Negara didalam bermasyarakat. panti asuhan merupakan sebuah lembaga yang menampung anak-anak yatim, dan anak-anak terlantar baik itu dikelola secara mandiri (swasta) maupun pemerintah, dimana anak-anak tersebut dididik dan dikembangkan potensi yang mereka miliki untuk bekal mereka mengarungi bekal hidup. 26

18 Sebenarnya untuk masalah anak-anak terlantar Negara mempunyai tanggung jawab dalam mengurusnya seperti yang tertuang dalam UUD 1945, pasal 34 disebutkan bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara namun buruk kinerja pemerintah sekarang ini seolah-olah Negara tidak cuci tangan dalam mengurusi masalah panti asuhan tersebut, yang kini masalah panti asuhan lebih didominasi oleh pihak yayasan yang berdikari dalam mencari dana. Untuk kriteria dan katagori umur yang berhak untuk masuk kedalam pengertian panti asuhan itu sendiri sebernarnya tergantung kebijakan dari pengelola panti asuhan itu sendiri ada yang menghuni panti semenjak dilahirkan ada pula sudah besar baru masuk panti asuhan, namun rata-rata yang masuk dalam pengertian panti asuhan ini adalah mereka anak-anak yatim dan anak terlantar dengan kisaran umur 5-16 tahun Mereka Anak-anak yatim dan anak terlantar yang hidupnya di jalanan, yakni anak yang telah putus hubungan dengan orang tuanya dan tidak sekolahterlebih bagi mereka yang anak yatim yang keluarganya tidak mampu. ( mengenal- makna-dari-pantiasuhan.html) 2.4. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putra di Panti Asuhan Kepercayaan diri adalah suatu keyakiaan seorang terhadaap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya (Hakim, 2002). Kepercayaan diri sangat diperlukan bagi remaja putra di panti asuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini didukung pendapat Hurlock (1999) bahwa remaja yang memiliki kepercayaan diri tidak akan mengalami 27

19 hambatan dalam berinterkasi, karena mampu menilai teman-temannya dengan lebih baik dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi sosial. Namun untuk memiliki kepercayaan diri bagi remaja putra di Panti Asuhan tidaklah mudah jika dibandingkan dengan remaja putra yang tinggal dengan keluarganya. Remaja putra yang tinggal di Panti Asuhan seringkali kurang mendapat kasih saya ng dan perhatian dari pengasuh secara maksimal, karena pengasuh dalam memberikan kasih sayang dan perhatian harus terbagi dengan remaja putri lainnya. Keadaan ini dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya, karena remaja putra tersebut merasa tidak diterima oleh orangtuanya yang seharusnya memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap anaknya. Hal ini didukung oleh pendapat Walgito (1993) mengatakan bahwa orang tua sebagai peletak dasar bagi pembentukan pribadi anak, termasuk kepercayaan diri. Salah satu faktor yang membentuk kepercayaan dirinya adalah dukungan sosial. dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dipercaya ( Sarason dalam rohman dan Prihatanti, 1997). Menurut Natawidjaja (dalam Martinah dan Afiatin, 1998 ) bahwa untuk meningkatkan kepercayaan diri, remaja membutuhkan pihak lain yang dipercayainya untuk mendorong keberaniannya dalam mengambil keputusan. Hal ini didukung pendapat Loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri pada individu dipengaruhi dalam hubungan dengan orang-orang yang dianggap penting, lingkuangan dan kehidupannya sehari-hari. Dukungan sosial pada remaja putra di Panti Asuhan didapat dari orang-orang yang dekat dengan remaja putra tersebut seperti pengasuh, teman-teman di panti 28

20 asuhan, teman-teman di sekolah, atau guru di sekolah. Dukungan sosial yang diberikan pada remaja putra dipanti asuhan misalnya menghibur jika sedih, menghargai pendapat yang dikemukakannya, memberikan dorongan agar selalu rajin belajar sehingga mendapat prestasi yang baik, meminjamkan buku catatan apabila mereka tidak masuk sekolah karena sakit atau memberikan saran ketika mengambil keputusan. Dengan adanya dukungan sosial, remaja putra yang tinggal di panti asuhan akan memiliki pandangan yang positif tentang dirinya, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Hal ini didukung pendapat Sarason ( dalam Effendi dan Tjahjono, 1999 ) bahwa dukungan sosial bermanfaat bagi individu, karena individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatiakan, menghargai, dan mencintai dirinya Kajian yang relevan Berbagai penelitan dilakukan untuk megetahui ada atau tidaknya hubungan dukungan sosial yang diperoleh dari pengasuh Panti Asuhan dengan kepercayaan diri pada anak asuh. Pratiwi (2000) mengadakan penelitian mengenai dukngan sosial dengan kepercayaan diri di Panti Asuhan SOS Semarang dan diketemukan hasil tidak ada hbungan yang signifikan. Dukungan sosial yang diperoleh dari pengasuh dikategorikan tinggi. Akan tetapi hasil data kepercayaan diri menunjkkan tingkat kepercayaan diri anak asuh di Panti Asuhan SOS Semarang tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dukungan sosial yang diperoleh dari pihak luar khususnya lingkngan sekolah yang menyebabkan kepercayaan diri mereka rendah walapun sudah mendapat dukngan sosial dari pengasuh mereka. 29

21 Soethiono (2002) juga mengadakan penelitian dengan variabel yang sama di Panti Asuhan Suko Mulyo Tegal. Hasilnya didapatkan hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang diperoleh dari pengasuh panti asuhan dengan kepercayaan diri pada remaja putra di Panti Asuhan Salib Putih 30

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan untuk mengisolasi diri ataupun saling mengekang diri, melainkan untuk berhubungan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum upaya pelayanan kesejahteraan sosisal bagi anakanak terlantar diatas menjadi patokan dalam membentuk suatu lembaga pengganti peran dan fungsi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah suatu proses atau usaha yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan merupakan pemaparan mengenai dasar dilakukannya penelitian, yaitu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), siswa berarti seorang anak yang sedang belajar dan bersekolah dan salah satu komponen dalam pengajaran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Menurut Lauster (2012) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Optimisme 2.1.1 Definisi Optimisme Optimisme merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kegagalan sosial dalam kehidupannya (Myers, 2008). Dalam keadaan yang memicu stress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah-tengah masyarakat masih sangat sedikit yang memiliki perhatian pada pengasuhan dan pendidikan anak yatim adalah organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

!"!! ' ) ) +&,---.' ' +/ &,---.$ ) ' ) ) ) ' +& ' ) ) ) +/ 1221.

!!! ' ) ) +&,---.' ' +/ &,---.$ ) ' ) ) ) ' +& ' ) ) ) +/ 1221. !"!! +&,---. +/ &,---.$ 0 +1234. +& 12256173. 8 +/ 1221. 17 & & # +/ 1221. ( +& 9 $ 1232614 1:. +,--:6,. $ ; +1222. 6 6 6 18 12216 1?,--764. #! & +1225. @ +1225. 19 & 0 +1225. +,--7.& +1222.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia panti asuhan adalah rumah tempat (kediaman) untuk memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Pengertian

Lebih terperinci

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia diperoleh jika remaja tersebut berada pada keluarga bagi remaja memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian

Lebih terperinci

Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah. masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan

Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah. masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan fondasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci