!"!! ' ) ) +&,---.' ' +/ &,---.$ ) ' ) ) ) ' +& ' ) ) ) +/ 1221.
|
|
- Widyawati Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 !"!! +&,---. +/ &,---.$ & /
2 & & # +/ ( +& 9 $ :. +,--:6,. $ ;
3 12216<- + # =(> 1?, #! &
4 & ,--7.& ,--5.6 & A +,
5 " # $! "! $ +122:. 6 $%" * 6 1 # # &, &# & & 5 21
6 7 & ; $ * 6 1 (, 6 7 & & 22
7 ! ; & $" * 6 1 B! (, & 7 & 5 % %! < 23
8 $ +C,--7. ; " $! * 6 1 $ $, & 7 # 5 24
9 & & ; $" * 6 1, 7 ;
10 $!! * 6 1,! 7 " +@
11 5 < & & & & $ $""(" * 6 1 & , $ $ 76 $ $ 27
12 $ # 7 ( 5 & & $ < % 28
13 % & $! * 6 1 # #, < 6 " 29
14 " $" * 6 1 #, 7 & 30
15 *+ * & 31
16 $ # 6? 32
17 , + $ +123:. 6 & $ ( & & 0 9 # + &, ( ;
18 # +123:. -! / +123<. $ +122:. # +6 D,--:1--< 1. # + / 123<..!!"! +,--,. 34
19 !" $ +, & +,--,. /!
20 @+,---.? %& " 1 * a. Pengertian Percaya Diri Menurut Angelis (1997 kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam hati bahwa segala tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Pendapat tersebut didukung oleh Hambly (1987 yang mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu dalam menangani segala situasi. Ada ungkapan bahwa kepecayaan diri adalah keyakinan seseorang tentang adanya kemampuan dalam diri mereka. Kurangnya keyakinan diri dapat timbul dari ketakutan untuk mencoba. Kekurangan akan terlihat dari wajah pada suatu peristiwa dan juga kurang mengenal diri sendiri. Pendapat ini disampaikan oleh Rubin 1989:14 (dalam Walgito,2003 hal Self confidence is somebody beleve of exiting ability in them self. Lack of self believe can arising from haunted to feel incapable of trying, lack of streght bounce in face of an event and also recognition less at ownself Sementara itu Walgito, (1991 mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya. 36
21 Kurangnya kepercayaan diri dapat timbul karena dihantui rasa tidak mampu untuk mencoba, kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu peristiwa serta kurang pengenalan pada diri sendiri (Rubin, Hal yang sama dikemukakan oleh Darajat, (1990 yang menyatakan bahwa seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung pesimis dalam menghadapi kesukaran, karena setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus dihadapi sudah terbayang kegagalan sebelum mencoba untuk menghadapi. Kepercayaan diri dapat timbul bila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses. Selanjutnya Loekmono, (1983 mengatakan bahwa percaya diri merupakan milik pribadi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu yang ikut menentukan kebahagiaan dan kesehatan individu tersebut. Kepercayaan diri akan menyingkirkan semua kesukaran, masalah dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari Bremen, (dalam Kustiawan, Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang inidividu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya (Rini, Menurut Bandura, (1997, kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sementara itu Lauster, (1987 mengatakan bahwa kepercayaan adalah keyakinan akan kempuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh orang lain (dalam Kristiani, Sebaliknya Hakim, (2002 memberi pengertian 37
22 secara sederhana kepercayaan diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Ada sebuah pendapat bahwa jika di dalam hidupnya, seseorang mampu untuk menghargai dirinya sendiri maka orang lain akan menghargainya. Hal ini sangat penting untuk menghasilkan rasa percaya diri. Orang lain juga mengklaim untuk menerima keadaan sebagai manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini dikemukakan oleh Rubin (1989, (dalam Arumingtyas If in their life, somebody can respect their around environtment and with them self, so other people will respecting. This is very important to make someone feel convidence. Others somebody also claimed to accept circumtance as humanbeng owning excess and insuffiency Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup (Walgito, Serta keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002 sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain Lauster (dalam Kristiani,
23 2. Karakteristik atau Ciri-Ciri Kepercayaan Diri Menurut Rini (2002, karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai berikut: " # +. $ +. $ $ Selanjutnya menurut Hakim (2002, memaparkan ciri-ciri orang yang percaya diri dalam 12 hal, tetapi ciri-ciri yang dikemukakan tersebut tidak dibedakan antara faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang dapat mempunyai kepercayaan diri dengan ciri-ciri orang yang percaya diri. Ciri-ciri orang yang percaya diri adalah sebagai berikut: 39
24 a. Selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagi situasi d. Mampu menyesuaikan dan berkomunikasi di berbagai situasi. e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya. f. Memiliki kecerdasan yang cukup. g. Memiliki tingkat formal yang cukup. h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang hidupnya. i. Memiliki kemampuan bersosialisasi. j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik. k. Memiliki pengalaman hidup yang mampu menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai coban hidup. Dari kajian tersebut nampak bahwa ciri-ciri orang yang punya kepercayan diri yang dikemukakan oleh Rini, (2002, adalah juga masuk dalam ciri-ciri orang yang percaya diri yang dikemukakan oleh Lavator, ( Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri Banyak hal yang mempengaruhi rasa percaya diri yang dimiliki oleh individu. Dapat dikatakan rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain 40
25 disekitar lingkungannya dan semua itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri (Darajat, Ada banyak faktor yang membentuk atau menghambat rasa percaya diri seseorang, seperti pengalaman, lingkungan, tradisi, kebiasaan dan tempat dimana individu tinggal (Loekmono, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a. Konsep Diri Konsep diri sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Konsep diri yang positif akan membantu individu untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi tanpa merasa takut untuk mengalami kegagalan. Bisa menerima tanpa merusak kepercayaan diri yang dimiliki, Allport (dalam Sarwono, b. Kondisi Fisik Keadaan fisik inividu mempengaruhi kepercayaan diri individu. Individu yang memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain, akan merasa tidak enak karena ada yang berbeda pada dirinya dengan orang lain. Keadaan ini akan membuat individu menjadi tidak percaya diri (Surwabrata, c. Pengalaman Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang sejalan dengan berjalannya waktu. Pada waktu masih muda, percaya diri seseorang bergitu rapuh, karena pada waktu muda suatu penolakan atau 41
26 kegagalsn akan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitksn. Namun semakin dewasa orang akan terbiasa dengan penolakan dan kegagalan dan kemudian belajar menerima kegagalan sebagai suatu resiko dari sebuah usaha (Hambly, d. Jenis Kelamin Myers (dalam Sudardjo dan Purnamaningsih, 2003 mengatakan jenis kelamin mempengaruhi rasa kepercayaan diri individu. Perempuan akan merasa lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih eksploratif, lebih agresif, sangat bebas, sangat dominan, sering menggunakan logika dan sangatr percaya diri, sedangkan perempan lebih sensitif, cenderung pasif, tidak terus terang, tidak percaya diri dan cenderung lemah lembut. e. Dukungan Sosial Menurut Loekmono (1983, bahwa rasa percaya diri pada individu dipengaruhi dalamnya hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Pendapat ini didukung Nata Widjaya, (dikutip Afiatin dan Martiniah, 1998 untuk meningkatkan rasa perrcaya diri seorang remaja membutuhkan pihak lain ang dipercayainya untuk mendorong keberaniannya dalam mengambil keputusan. f. Pendidikan Monks (dikutip Muljiati, 2002 menyatakan bahwa tingkat pendidikan 42
27 mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin banyak yang telah dipelajari dan ini berarti semakin individu mengenal diri baik kelebihan dan kekurangan, semakin individu dapat menentukan standart sendiri keberhasilannya. Individu yang demikian ini mempunyai kepercayaan dalam menangani segala sesuatu tanpa rasa takut dan khawatir mengalami kegagalan, semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi pula kepercayaan dirinya. Jadi dapat dimpulkan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi kepercayaan diri adalah keadaan konsep diri, keadaan diri, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dan pendidikan. 4. Aspek-Aspek Kepercayaan diri Rasa kurang percaya diri dapat terjadi karena dihantui rasa tidak mampu sebelum mencoba serta kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu peristiwa (Rubin, Menurut Angelis, (1997 seseorang yang memiliki percaya diri tidak takut akan kegagalan. Kegagalan baginya bukan merupakan hal-hal yang sangat memalukan, sebaliknya kegagalan dapat merupakan bukti bahwa individu telah berbuat sesuatu, karena itu yang penting adalah usaha sebaik-baiknya. Sementara itu Loekmono (1983 menyatakan bahwa seseorang yang percaya diri memiliki sifat sportif, artinya sanggup menerima kenyataan bahwa semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Seseorang memiliki 43
28 rasa percaya diri biasanya optimis dalam menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu setiap persoalan akan dihadapi dengan tenang (Darajat, Gie (dalam Jatmiko, 2002 mengatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah biasanya adalah orang yang selalu diliputi keraguan mengenai kemampuannya sendiri sehingga dalam dirinya selalu diliputi rasa takut. Menutut Vallet (dalam Jatmiko, 2002 kepercayaan diri dihasilkan oleh suatu keyakinan untuk menentukan hidupnya sendiri. Kenyataan itu dapat menjadikan pendorong untuk dapat lebih bertanggung jawab. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri mempunyai sikap mandiri atau tidak terpengaruh orang lain (Langter dalam Kustiawan, Selanjutnya menurut Lauster, seseorang yang memiliki rasa percaya diri (dikutip dalam Kristiani, 2004 dapat dilihat dari 4 aspek yaitu: a. Cinta Diri Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta diri ini bukanlah sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri. b. Menghargai Diri Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan perilaku sendiri. orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. c. Tujuan Hidup Yang Jelas 44
29 Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan punya pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang bisa diharapkan. d. Berfikir Positif Orang yang perrcaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Tidak jauh beda dengan aspek yang dikemukakan oleh Lauster (dikutip dalam Kristiani, 2004, Rini, (2002 juga mengungkapkan bahwa ada beberapa aspek pembentuk kepercayaan diri yaitu : a. Cinta diri Cinta diri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri. b. Pemahaman diri Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetensi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang mengetahui tujuan hidupnya karena mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang 45
30 bisa diharapkannya. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis, demi diterima oleh orang lain atau kelompok, memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dari diriya dan situasi yang terjadi. d. Selalu berfikir optimis Orang yang dapat melihat kehidupan dari sisi cerah serta mencari pengalaman dari hasil yang baik (tidak moodi dan emosinya stabil, memiliki internal locus os central (Memenadang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usahsa sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, serta tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang lain, mempunyai cara pandang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi diluar dirinya. Berdasarkan aspek-aspek pembentuk kepercayaan diri, maka penulis menggunakan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Rini, (2002 yang menyebutkan beberapa aspek yaitu cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas dan selalu berpikir optimis. 5. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia 18 tahun.yaitu usia kematangan yang resmi. Ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat di mana 46
31 individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistik dan ambang dewasa Hurlock, (1980. Menurut Hurlock (1980 juga menyatakan bahwa pada masa remaja perubahan sosial yang penting pada masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial Selanjutnya Piaget (dalam Hurlock, 1993 mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia pada saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat (dewasa mempunyai banyak aspek afektif termasuk juga dalam perubahan intelektual yang mencolok. Definisi remaja menurut WHO, adalah suatu masa seorang individu berkembang dan saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Kepada keadaan yang relatif adolesence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti remaja, yang mengandung arti tumbuh memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,
32 Sedangkan Kartono (2002 dalam kamus psikologi, adolescece merupakan periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan tahun untuk anak gadis, yang lebih matang daripada anak laki-laki antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki. Sementara itu Gunarsa (1988 mengartikan adolesensia merupakan lebih mandiri. Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan emosional, sosial dan fisik pada saat usia remaja berkisar antara usia 12 tahun sampai dengan 22 tahun. 6. Pengertian Remaja Akhir Batasan usia remaja menurut Mappiare (1982 yaitu usia tahun bagi wanita dan tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun 17/18 tahun dan remaja akhir dalam rentang usia 17/18 tahun 21/22 tahun. Sementara itu, Monks (1998 mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur tahun dengan pembagian tahun sebagai masa remaja awal tahun sebagaimasa remaja tengah dan tahun sebagai masa remaja akhir. Periode remaja akhir umumnya dialami oleh orang muda yang berada pada tingkat akhir SMU dan mahasiswa perguruan tinggi tingkat awal. 7. Pengertian Kepercayaan Diri pada Remaja Akhir Kepercayaan diri pada masa remaja akhir adalah keyakinan seseorang 48
33 khususnya pada orang muda (dalam kasus ini, khususnya seseorang yang berada ditingkat SMU dan mahasiswa perguruan tinggi tingkat awal akan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup (Walgito, Serta keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002 sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain (Lauster dalam Kristiani, D. Hasil Penelitian yang Mendukung Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni mah dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kecenderungan membeli produk, biasanya berorientasi pada tujuan. Dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, biasanya berorientasi pada tujuan. Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk, seseorang cenderung mempertimbangkan terlebih dahulu faktor faktor yang ada pada dirinya serta menimbang keuntungan yang didapat setelah membeli dan kemudian mengkonsumsi produk yang sudah dibelinya. Dalam studi kasus yang dilaksanakan oleh Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni mah ini menyebutkan bahwa kepercayaan diri menjadi salah satu keuntungan yang didapatkan setelah konsumen membeli dan mengkonsumsi produk ponds. (dirangkum dalam jurnal ekonomi, 2003 Faktor- Faktor yang Memepengaruhi Perilaku Membeli Produk Kosmetik Ponds. 49
34 E. Hipotesis 6 Ada hubungan antara faktor yang mendorong perilaku membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada Siswi Kelas XI Jurusan Sekertaris, SMK Kristen 1 Salatiga. 50
BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Menurut Lauster (2012) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semata melainkan sebagai pendongkrak kepercayaan diri (Tinambunan, 2006)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam pernak-pernik aksesoris mewabah dikalangan anak muda dengan adanya modernisasi disegala bidang termasuk didalamnya bidang ketertarikan remaja akan dunia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abiatin, T.,Martaniah, S. M Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika No. 6 Tahun III.
DAFTAR PUSTAKA Abiatin, T.,Martaniah, S. M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika No. 6 Tahun III. Ajayi. 1991. Buletin Psikologi, Tahun XI, No 1-6 Juni 2003.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciKONSEP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA PUTRI
p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO, Hlm 43-52 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) Info Artikel:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan hidupnya sejahtera dan orang selalu berusaha untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut tetapi pandangan seseorang mengenai hidup sejahtera
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja di harapkan dapat berkembang secara optimal agar tugas-tugas perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja dapat diselesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder 1. Citra Diri a. Pengertian Penilaian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli dinamakan citra diri (Tilaar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Faktanya orang tidak bisa hidup sendiri. Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada persoalan, pengajar/ dosen, sarana prasarana serta media pembelajaran. Masalah pembelajaran jauh lebih kompleks
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk tindakan negatif yang dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran adalah menyontek. Menyontek merupakan salah satu perbuatan curang dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial.secara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciTAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi, atau masa peralihan dari anak menuju dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah bukanlah sekedar tempat untuk meraih keterampilan kognitif dan sikap saja, sekolah juga merupakan tempat berlangsungnya perkembangan kepribadian siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan mengunakan bahasa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Shatte dan Reivich (2002) mneyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan
BAB II LANDASAN TEORI II.A Resilience II.A.1 Pengertian Resilience Shatte dan Reivich (2002) mneyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan untuk berespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi rintangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri adalah keyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alatalat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat kelamin khususnya dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinci