EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD NASIR BENUNUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengan) Oleh Muhammad Nasir Benunur NRP. P Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

3 ABSTRAK MUHAMMAD NASIR BENUNUR. Evektifitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama PBK pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah). Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO DAN GARDJITO. Faktor geografis dan terbatasnya tenaga penyuluh, menyebabkan penyebaran informasi inovasi pertanian kepada petani terbatas dan tidak merata. Video Instruksional dengan bentuk yang ringkas dan praktis, apakah efektif digunakan sebaga i media penyebaran informasi pertanian. Penelitian ini untuk menjelaskan efek keragaan pesan pada video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan, dan korelasinya dengan persepsi, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi.. Penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok eksperimen yang diacak dari 60 petani kakao. Dua kelompok diberi perlakuan video instruksional dan demonstrasi cara sebagai pembanding, dan satu kelompok sebagai kontrol. Desainnya menggunakan Separate sample pretest-postes. Data dianalisis dengan prosedur analisis kovarians dan korelasi spearmean. Hasil penelitian mengungkapkan, keragaan pesan dengan video instruksional berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan petani, sama efektifnya dengan kebiasaan petani menerima informasi melalui demonstrasi cara, oleh penyuluh. Pengaruh tersebut, berkorelasi dengan persepsi petani tentang video instruksional, tetapi tidak berkorelasi dengan karakteristik personal dan perilaku komunikasi. Dengan demikian, keefektifan video instruksional dalam diseminasi informasi pertanian, ditentukan oleh persepsi petani, dan efektif dapat digunakan oleh petani yang berbeda karakteristik personal dan perilaku komunikasi.

4 ABSTRACT MUHAMMAD NASIR BENUNUR. Effectiveness of Instructional Video in the Dissemination of Agricultural Information (Field Experimental: Control of PBK Pest in Cacao Farming in Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah). Under the supervision of SUTISNA RIYANTO AND GARDJITO. Factor of geography and limited agricultural communication channels made the dissemination of agricultural information limited and unequally distributed. The question is whether the brief and practical form of instructional video and its capability in exposing message could be used as an effective information channel. This research had the objective to clarify the performance effects of message of instructional video in increasing farmers knowledge and its correlation to perception indicator, personal characteristics, and communication behavior. The research was conducted on three experimental groups taken randomly from 60 cacao farmers. Two groups were treated with instructional video and demonstrative method, while the third group was treated as control. Separate pre-test and pos-test conducted on the samples was used as the design. ANCOVA and Spearman correlation method were used in analyzing the data. The results indicated that the message performance of the instructional video and demonstration method had the same effectiveness in influencing the increase in knowledge. The effect had the correlation to the perception about the instructional video, but had no correlation to the personal characteristics and communication behavior. Therefore, the effectiveness of the instructio n video in the dissemination of agricultural information was determined by the perception of the farmers, and it was effective for use by farmers with different personal characteristics and communication behavior. Keywords: instructional media, message performance, effectiveness, dissemination, agricultural information.

5 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, penulisan Tesis dengan judul Evektifitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama PBK pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah), dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan rangkaian kegiatan kurikuler pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Dengan berakhirnya masa studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanaian Bogor, penulis haturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada : Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS dan Bapak Ir. Gardjito, M.Sc, atas segala arahan (bimbingan) mulai dari penulisan proposal sampai penulisan hasil penelitian ; Bapak Dr. Ir. Sumardjo, baik selaku penguji, maupun Ketua Program Studi Komunikasu Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, beserta seluruh staf Pengajar. Kepada keluarga tercinta, penulis haturkan rasa terima kasih yang mendalam atas doa restu dan dukungan morilnya. Kepada Bapak Rektor Universitas Darussalam Ambon dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Darussalam, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas bantuan dan dukungannya. Kepada Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Daerah Maluku Tengah dan Dinas Terkait, penulis haturkan rasa terima kasih atas bantuan yang diberikan. Khusus pada rekan-rekan Mahasiswa KMP IPB angkatan 2003 dan 2004, penulis tak lupa haturkan terima kasih atas bantuan pemikirannya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Bogor, Maret 2006 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Passo (Ambon) pada tanggal 13 Agustus 1961 dari Ayah H. Benunur dan Ibu H. Boki Pulu. Penulis adalah putra pertama dari tujuh bersaudara. Tahun 1981 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah Ujung Pandang dan pada tahun 1984 masuk Universitas Muhammadiyah Malang, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun Tahun 1990 penulis pengabdi sebagai tenaga pengajar tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon hingga saat ini. Pada bulan Pebruari tahun 2004 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian (KMP) dengan sponsor beasiswa BPPS dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

7 Judul Tesis : Efektivitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapanagan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) Nama : Muhammad Nasir Benunur NRP : P Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Sutisna Riyanto, MS Ketua Komisi Ir. Gardjito, M.Sc Anggota Diketahui Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Dekan Sekolah Pascasarjana Dekan (Dr. Ir. Sumardjo, MS) (Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS) Tanggal Ujian : 20 Maret 2006.

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang.. 1 Perumusan Masalah Penelitian. 4 Tujuan Penelitian.. 6 Kegunaan Penelitian. 6 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan. 7 Kefektivan Komunikasi Instruksional.. 9 Pengertian Komunikasi Instruskional. 9 Video Instruksional : Pengertian dan Implikasi.. 9 Format Pesan Video Instruskional Media dan Pengaruhnya Pengertian Karakteristik Personak, Perilaku Komunikasi, dan Persepsi KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran.. 19 Hipotesis 20 MATERI DAN METODE PENELITIAN 21 Materi Video Instruksional Materi Demonstrasi Cara. 21 Metode Penelitian. 22 Lokasi Desain Penelitian.. 22 Subyek dan Prosedur Penelitian. 23 Pengumpulan Data. 24 Defenisi Operasional dan Pengukurannya.. 26 Validitas dan Reliabilitas 27 Uji Coba dan Evaluasi Media. 28 Pengolahan Data, Analisa Data, dan Pengujian Hipotesis... 28

9 HASIL DAN PEMBAHASAN Diskripsi Umum Lokasi Penelitian Keefektivan Video Instruksional Pengetahuan Awal Petani Peningkatan Pengetahuan Petani Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan 41 Pengetahuan... Deskripsi Persepsi Video Instruksional Kontribusi masing-masing Peubah Persepsi (1) Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional (2) Kontribusi Pemahaman Video Instruksional (3) Kontribusi Penerimaan Video Instruksional (4) Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan Deskripsi Karakteristik Personal Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan Deskripsi Perilaku Komunikasi Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi Tentang Video Instruksional... Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional... Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 60 LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Data dan Sumber Data Penelitian Luas Wilayah, Deskripsi Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Penghasil Cacao Kabupaten Maluku Tengah Luas Areal dan Produksi Tanaman Cacao dan Tanaman Perkebunan Lainnya di Kabupaten Maluku Tengah Tahun Jumlah Petani, Penyuluh, dan Rasio per kecamatan Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama PBK Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal Antar Kelompok Eksperimen Deskripsi Peningkatan Pengetahuan Petani Hasil Perhitungan Variasi Peningkatan Pengetahuan Antar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok kontrol Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan Deskripsi Karakteristik Personal Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan Deskripsi Perilaku Komunikasi Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka Berpikir Tahapan Penelitian Grafik Perkembangan Cacao Grafik Sebaran Skor Pengetahuan Awal Grafik Sebaran Skor Peningkatan Pengetahuan Grafik Sebaran Persepsi tentang Video Instruksional Grafik Sebaran Data Karasteristik Respo nden Kelompok Video Instruksional Grafik Sebaran Data Perilaku Komunikasi Kelompok Video Instruksional 50

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian Naskah video Naskah Demonstrasi Cara Data Skor Pengetahuan Awal dan Akhir Kelompok Eksperimen video Instruksional dan Demonstrasi Cara dan Kelompok Kontrolnya Data Persepsi Kelompok Eksperimen Video Instruksional dan Demonstrasi cara Data Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi Kelompok Eksperimen Video Instruksional Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Karateristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional Uji Reliabilitas dan Uji Media Daftar Pertanyaan... 81

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan gerakan massal dalam memperkenalkan dan menerapkan berbagai inovasi baru untuk setiap program pembangunan pertanian. Tugas ini jelas bukanlah tugas yang ringan, karena gerakan massal yang melibatkan masyarakat tani di pedesaan dengan berbagai karakteristik dan latar belakang sosial-ekonomi dan budaya, dihadapkan pada hambatan yang cukup banyak dan rumit. Keadaan ini merupakan tantangan yang semakin kompleks, dan menuntut peranan yang semakin besar dari tiap unsur yang bergerak dalam bidang penyuluhan pertanian. Penyuluh lapangan menjadi menonjol dalam proses penyebaran informasi pertanian saat ini, tidak saja karena mereka merupakan saluran utama dalam menyebarkan informasi pertanian di kalangan petani, tetapi juga kedudukan dan peranannya dalam mengaplikasikan teknologi kepada para petani. Kebutuhan akan penyuluh lapangan tersebut bukan kebutuhan sesaat, tetapi kontinyu sepanjang proses pengembangan usaha pertanian masih berlangsung. Kepulauan Maluku umumnya dan Maluku Tengah khususnya merupakan wilayah yang dibentuk oleh gugus pulau besar dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan penyebaran penduduknya, sebagian besar bertempat tinggal di wilayah-wilayah pesisir pantai, dengan tingkat kepadatan penduduk 196,125 orang/km (BPS Maluku Tengah, 2004). Sarana dan prasarana perhubungan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya, menggunakan transportasi darat dan laut. Diantara gugusan kepulauan Maluku Tengah, jumlah penduduk dan potensi pertanian terbesar adalah di Pulau Seram. Konsentrasi penduduk umumnya berada di wilayah pesisir utara dan pesisir selatan, sehingga hubungan antar kedua wilayah tersebut masih mengalami hambatan (Peta wilayah pada lampiran 1). Kondisi geografis tersebut cukup mempengaruhi kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian.

14 2 Pengaruh ini cukup memberikan dampak kepada para petani di kedua wilayah pesisir tersebut dan para petani di pulau-pulau kecil lainnya. Dampak yang paling dirasakan adalah penerimaan informasi-informasi pertanian masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut merupakan akumulasi dari kondisi geografis dan demografis, serta ketersediaan jumlah penyuluh, frekwensi kegiatannya di lapangan, dan jangkauan penyuluh di lapangan. Hal ini tentunya berpengaruh pada pemerataan pengetahuan petani, terutama teknologi baru yang hanya di ketahui oleh sebagian petani. Maluku Tengah merupakan salah satu daerah yang cukup potensial dalam mengembangkan komoditi pertanian dalam arti luas. Salah satu komoditas andalannya adalah kakao. Luas areal perkebunan kakao yang ada saat ini adalah ha (BPS Maluku Tengah, 2002). Berdasarkan luasan tersebut, produksinya kian waktu semakin menurun. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah akibat dari serangan hama PBK (penggerek buah kakao). Depparaba (2002), memperkirakan luas areal tanaman kakao di Maluku yang terserang hama PBK adalah 70 persen atau ± 2.653,8 ha. Mengingat Maluku Tengah merupakan salah satu daerah pengembangan kakao, maka diindikasikan daerah penyebarannya termasuk daerah ini. Pengendalian hama PBK tersebut telah dilakukan oleh petani sesuai pengetahuan yang mereka miliki, namun belum menunjukkan hasil sesuai yang diharapkan. Salah satu cara yang telah diterapkan di Sulawesi Tenggara adalah penggunaan pupuk X yang merupakan produk baru dalam mengendalikan hama PBK. Penggunaan produk tersebut, ternyata cukup efektif dalam mengatasi permasalahan hama PBK. Penggunaan inovasi baru seperti pupuk tersebut, bila diterapkan pada petani yang belum pernah mengenalinya, seperti di Maluku Tengah tentu akan dihadapkan dengan permasalahan karakteristik inovasi tersebut, seperti Relative avantage, Compatibility, Complexity, Triability, dan Observability. Hal ini karena produk tersebut merupakan suatu ide yang nantinya akan melalui suatu proses mengkomunikasikannya melalui saluran-saluran tertentu dalam saat tertentu diantara anggota-anggota suatu sistem sosial (para petani).

15 3 Permasalahannya, bila inovasi tersebut disebarkan kepada para petani di Maluku Tengah, akan dihadapkan pada keterbatasan saluran-saluran komunikasi, dan kondisi geografis. Untuk itu diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan inovasi tersebut kepada para petani. Suatu ide baru ketika diperkenalkan kepada para petani, pendekatan komunikasi yang efektif adalah menggunakan media massa. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat atau perhatian. Paket-paket informasi praktis yang siap pakai seperti video instruksional, merupakan saluran informasi yang sangat membantu menyebarkan informasi teknologi pertanian. Bentuknya yang ringkas dan kemampuannya untuk mendedah ( expose ) secara berulang-ulang, antara lain merupakan keunggulan media ini, sehingga para petani dapat menyimpannya untuk kemudian menonton kembali sewaktu-waktu bila perlukan. Kehadiran media video seperti itu dapat menggantikan sementara fungsi penyuluh lapangan. Sesuai yang dikemukakan oleh Roger (1995), suatu inovasi akan menimbulkan ketidakpastian dalam derajat tertentu yang dapat dikurangi dengan adanya informasi, dan penggunaan saluran mass media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang inovasi. Kebiasaan petani menerima informasi dari para penyuluh pertanian, telah membuktikan bahwa, dengan metode demonstratif telah memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat pengetahuan petani. Walaupun hanya terbatas pada petani di wilayah-wilayah percontohan. Penyajian informasi tentang pengendalian hama PBK dengan pupuk X tersebut, akan menimbulkan reaksi yang beragam. Keragaman reaksi tersebut, dapat disebabkan oleh : kebiasaannya menerima informasi, efek keterdedahan terhadap sumber-sumber informasi dari media informasi maupun interpersonal, dan karakteristik personal. Agar media video instruksional dapat menggantikan fungsi sementara penyuluh pertanian, dengan kerakteristik dan keunggulannya, desain pesannya disesuaikan dengan kebiasaan petani menerima informasi. Hasil identifikasi awal, diperkirakan paling sedikit tujuh puluh lima persen (75%) petani kakao yang tersebar di Kecamatan Amahai, pada setiap rumah tangga memiliki sarana hiburan televisi dan CD player, dengan berbagai merk dan ukuran. Perkembangan stasiun-stasiun televisi swasta yang menyajikan

16 4 berbagai ragam acara, serta penjualan CD lagu dan film dengan harga yang relatif murah telah pula memberikan dampak terhadap keterdedahan masyarakat. Kehadiran sarana informasi dan hiburan, dan penyajian beragam acara oleh stasiun-stasiun televisi swasta khususnya selama dua puluh empat (24) jam, dan tersedianya film dan lagu yang dikemas dalam cd (video), diperkiranakan dapat memberikan efek terhadap perilaku komunikasi masyarakat (petani), yang berkaitan dengan penelitian ini. Terkait dengan kondisi para petani di Kecamatan Amahai, ketersediaan media informasi dan hiburan, kebiasaan petani menerima informasi, keterbatasan tenaga penyuluh dan jangkauan penyuluh merupakan alasan utama, mengapa penelitian ini menggunakan media video instruksional. Agar dapat diketahui keefektivan media video instruksional dalam diseminasi (penyebaran) informasi pertanian, penelitian ini juga menggunakan media atau metode penyuluhan yang lazim digunakan selama ini, yaitu demonstrasi cara sebagai pembanding. Uraian di atas mengungkapkan keterkaitan penting antara penggunaan media video instruksional dalam penyebaran informasi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) kepada petani kakao di Kecamatan Amahai Maluku Tengah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah penggunaan media video instruksional dapat mentransfer informasi secara efektif kepada petani? Suatu penelitian yang menguji efektivitas penggunaan media ini diharapkan dapat mengungkapkan jawaban pertanyaan tersebut. Perumusan Masalah Penelitian Hambatan komunikasi, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diupayakan dengan memperkecil kesenjangan informasi antara komunikator (penyuluh) dengan komunikan (petani), antara lain dengan menyebarkan informasi yang dikemas khusus, batas penerimaan informasi oleh petani. Desain pesan dengan video instruksional dalam penelitian ini, merupakan metode komunikasi audio-visual. Agar dapat memberikan efek terhadap pengetahuan petani, produksi struktur pesannya didesain secara terstruktur. Unsur-unsur teknis, seperti tampilan gambar secara long shoot, medium shoot,

17 5 dan close up, digunakan untuk memudahkan petani menerima informasi secara lebih efektif. Perpaduan gambar, suara, dan teks pada video instruksional, dimaksudkan untuk menambah daya tarik, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif, dan meningkatkan partisipasi petani dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian. Permasalahannya, apakah desain materi video instruksional tersebut efektif digunakan sebagai media penyebaran informasi pertanian?, dan apakah para petani akan memperlihatkan efek peningkatan pengetahuan yang sama apabila mereka menonton secara mandiri dalam kondisi sehari-hari?. Perbedaan kondisi petani dengan kondisi eksperimen sangat mungkin memunculkan efek yang berbeda dalam penerimaan informasi dari media video instruksional. Kebiasaan petani menerima informasi dengan cara yang berbeda dengan cara video instruksional menyajikan informasi, akan menimbulkan tanggapan yang beragam. Keragaman tersebut dapat ditimbulkan oleh tingkat variasi pandangan atau interpretasi (persepsi) petani tentang video instruksional, dan variasi faktor-faktor personal seperti karakteristik personal dan perilaku komunikasi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bermaksud menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah penyajian materi pesan (informasi) melalui video instruksional mampu menimbulkan efek pada peningkatan pengetahuan petani? 2. Apakah penyajian materi pesan (informasi) melalui video instruksional sama efektifnya dengan demonstrasi cara oleh penyuluh pertanian? 3. Apakah faktor-faktor personal : persepsi tentang video instruksional, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, menentukan peningkatan pengetahuan petani? 4. Apakah keefektivan video instruksional ditentukan oleh faktor-faktor personal : persepsi tentang video instruksional, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi?

18 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan keefektivan video instruksional dalam penyebaran informasi pertanian. Secara lebih terinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji keefektivan penerimaan pesan melalui video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani ; 2. Mengetahui hubungan persepsi tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan petani ; 3. Mengetahui hubungan karakteristik personal dan perilaku komunikasi personal dengan peningkatan pengetahuan petani ; dan 4. Mengetahui hubungan karakteristik personal dan perilaku komunikasi, dengan persepsi tentang video instruksional. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mencoba keberhasilan potensi video instruksional sebagai media penyuluhan pertanian yang dapat menggantikan penyuluh beserta lembaga pelayanan yang berhubungan dengan aspek pemanfaatannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kegunaan sebagai berikut : 1. Masukan bagi perencana dan praktisi penyuluhan dalam menggabungkan metode dan teknik penyuluhan yang efektif, serta memproduksi bahan informasi bagi penyuluhan pertanian ; 2. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi, dalam rangka membantu penyuluh dan lembaga pelayanan (instansi terkait) menyebarkan informasi kepada petani. 3. Pemerataan penyebaran informasi ke wilayah-wilayah binaan yang masih sulit dijangkau oleh penyuluh.

19 7 TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan Penyuluhan pertanian adalah sistim pendidikan informal, dimana petani dan keluarganya sebagai peserta didik, dan penyuluh sebagai guru dan rekan untuk mengahantarkan petani dalam mencapai tingkatan pengetahuan tertentu, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku. van den Ban dan Howkins (2003) menyarankan bahwa untuk merubah perilaku petani dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu diantaranya, mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani secara terbuka. Uraian singkat ini, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi, kemudian memprosesnya menjadi pengetahuan tentang adanya kesempatan-kesempatan bagi dirinya, melatih dirinya agar mampu berbuat, dan termotivasi, agar mau benar-benar bertindak. Pentingnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian, dimaksudkan untuk membantu, menganalisis, menentukan pilihan, menginformasikan, dan memantau pihak-pihak yang terkait dengan penyuluhan. Untuk itu para penyuluh dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan Roger (1995) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan membangun dan berbagi informasi satu sama lain dalam usaha mencapai pengertian timbal balik. Pengertian di atas telah dijelaskan oleh Berlo (1960) bahwa fungsi komunikasi adalah mempengaruhi orang, terutama mendorong orang untuk berbuat. Demikian halnya dengan pendapat Devito (1997) bahwa komunikasi adalah tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

20 8 Pendapat tersebut di atas menggambarkan bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian. Menurut Roger (1976) komunikasi pembangunan saat ini yang melibatkan pengerahan massa, seperti penyuluhan pertanian dapat menyebabkan kesenjangan sosial-ekonomi di antara petani, untuk itu diperlukan metode komunikasi yang efektif. Dicontohkan pada kasus media massa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengerahan massa, bila memperhatikan : (a) kebutuhan khalayak, (b) strategi perencanaan komunikasi yang tepat, (c) pesan-pesan disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi khalayak, (d) sistem penyebaran informasi hendaknya dalam suatu jaringan informasi, (e) interelasi unsur-unsur komunikasi, dan (f) ada umpan balik. Hal ini dimungkinkan karena, pengenalan terhadap khalayak dalam kegiatan komunikasi massa merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan apabila kita menghendaki keefektivan komunikasi Dijelaskan oleh Slamet (2003) bahwa di era informasi ini, dengan terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan pertanian dan pranata sosial masyarakat, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian sudah saatnya ditata dalam suatu paradigma baru penyuluhan pertanian, sehingga dalam melaksanakan profesinya sebagai petani, memerlukan informasi-informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh James Deane (2004) bahwa strategi pembangunan yang menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat, dapat mengubah sikap khalayak (masyarakat) dan menambah pengetahuan dan ketrampilan baru. Pendekatan teknik komunikasi melalui media, berguna untuk perubahan pengalaman dan bahkan untuk menuntunnya berubah. van den Ban dan Howkins (2003) mengemukakan, sebelum diputuskan penggunaan media masa (televisi dan video misalnya) dalam penyuluhan pertanian perlu diamati pengaruhnya.

21 9 Keefektivan Komunikasi Instruksional Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau ketrampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syam dan Sugiana, 2001). Oleh karena itu, komunikasi instruksional sering disebut komunikasi pendidikan atau pengajaran. Metode pengajaran disesuaikan dengan peserta didik (khalayak). Pada pendidikan formal, metode yang seringkali digunakan adalah metode interpersonal, dengan tambahan alat peraga. Akhir-akhir ini, dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pada beberapa lembaga pendidikan, telah digunakan media-media instruksional, seperti multi media, dan lain-lain. Selain itu metode pengajaran pada pendidikan informal seperti penyuluhan pertanian, pendekatan interpersonal merupakan komunikasi instruksional yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani. Hal ini merupakan gambaran bahwa, penyuluh dan metode pengajaran merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan petani (khalayak). Video Instruksional : Pengertian dan Implikasinya Menurut McQuail (1987) video merupakan suatu media cangkokan (seperti halnya televisi) yang meminjam beberapa unsur penting dari film dan televisi untuk kepentingan isi dan bentuknya. Inovasi video yang saat ini disebut videodisk merupakan perangkat yang menggunakan teknologi laser dan ditandai oleh kejelasan gambar dan suara yang sangat baik, serta kelenturan penggunaan dan kemudahan memperolehnya, merupakan media dengan kemampuan yang sangat mengagumkan. Secara fisik, Ghozalli (1986) mengemukakan bahwa video merupakan unit peralatan elektronik yang dapat merekam informasi gambar dqan suara dari sumber-sumber sinyal video, ke dalam pulsa-pulsa pita magnetik berlapis oksida.

22 10 Gaerlach dan Ely (1972) meengemukakan, sekitar tahun 1960-an, pada awalnya video hanya digunakan untuk keperluan siaran program televisi. Teknologi video semakin berkembang, sehingga menghasilkan peralatan yang makin ringkas dan canggih, dari format VTR berubah semakin kecil menjadi ¾ inchi dan ½ inchi. Medium yang semula berupa open-reel atau reel to reel berubah menjadi catridge kemudian menjadi ringkas lagi berupa kaset (casette) yang dibungkus dengan plastik ringan (Bensiger, 1981). Perkembangan teknologi video semakin pesat, dari medium kaset, dan medium piringan (laser disc, compac disc, dan dvd). Implikasinya juga semakin meluas sebagai media hiburan (entertainment), pendidikan, penyuluhan, informasi, dan penelitian. Menurut Griffith dapat difungsikan untuk kegiatan belajar-mengajar melalui bentuk teknologi video disc interaktif (Syam dan Sugiana, 2001). Video instruksional merupakan salah satu medium komunikasi pendidikan yang memiliki daya pikat tersendiri, hal ini karena karakteristiknya. Seperti yang dijelaskan oleh Padmo (2003) secara umum karakteristik video dapat menyajikan gambar yang realistik dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi perspektif ruang dan waktu. dan karakteristik khusus adalah ; (a) mampu menambah atau mengurangi waktu sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengamati sesuatu kejadian, (b) memiliki kemampuan mengkompresi waktu yang dibutuhkan dalam mengamati suatu kejadian, (c) kemampuan untuk memperpanjang gerakan dengan cara melambatkan gerakan, sehingga dapat ditangkap oleh mata, (d) mampu menghidupkan kembali suatu peristiwa masa lalu, (e) penguasaan ketrampilan fisik memerlukan pengamatan berulang dan latihan, dan dapat ditiru, (f) kemampuan potensial terhadap aspek emosional, dapat digunakan untuk mengasah kepribadian dan sikap social, dan (g) penyajian dramatisasi yang berakhir terbuka akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi mengenai akhir segmen. Menurut Foltz suatu komunikasi akan dianggap efektif atau berhasil, jika seluruh khalayak yang dilibatkan itu dapat menunjukkan pemahaman mereka tentang subjek yang disampaikan, setelah persentas berakhir (Jahi, 2003).

23 11 Pendapat lain dari Suparman (1997) bahwa, kemampuan media instruksional, paling tidak ; (a) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih besar, (b) menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh, (c) menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana, dan (d) dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian. Disamping kelebihannya, media video (vcd) juga memiliki keterbatasan diantaranya adalah (a) tempo program tetap (fixed pace), (b) untuk materi tertentu yang membutuhkan detail tetap perlu disajikan gambar yang diam (still phenomena), dan salah interpretasi dapat terjadi karena adegan dramatisasi atau dokumentasi (misinterpretation). Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan video tersebut, penelitian ini bermaksud menjadikan media video sebagai medium komunikasi penyebaran informasi pertanian. Format video untuk mempersentasekan pesan kepada khalayak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya format talk/ceramah, format diskusi, format wawancara/interview, format feature, format majalah, dan format drama (Siswosumarto, 1999). Sesuai dengan maksud penelitian ini, format yang digunakan adalah format talk/ceramah yaitu menggunakan presenter sebagai titik sentral. Variasi format ini nampak dalam sajian, presenter dibantu dengan obyek, caption, alat peraga, peragaan, dan peraga. Pemanfaatan media video dalam kegiatan penyampaian informasiinformasi penyuluhan pertanian, sampai saat ini masih sangat terbatas. Bahkan hasil-hasil penelitian yang mengungkapkan pemanfaatannya pada petani masih sangat terbatas. van den Ban (2003) mengemukakan bahwa film dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani pada masaalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional).

24 12 Implikasinya seperti yang dikemukakan oleh Slamet (2003) televisi dan video pada umumnya merupakan media yang sangat efektif untuk masyarakat sasaran yang telah mampu berkomunikasi secara impersonal dan prasarananya telah tersedia dalam bentuk saluran-saluran televisi. Berbagai hasil penelitian, seperti yang dikemukakan Dwyer dalam Sadiman (2003) bahwa tayangan televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat lima puluh persen (50%) dari apa yang mereka lihat dan dengar di layer televisi walaupun hanya sekali di tayangkan. Atau secara umum orang akan mengingat delapan puluh lima persen (85%) dari apa yang mereka lihat di televisi, setelah tiga jam kemudian, kemudian enam puluh lima persen (65%) setelah tiga hari kemudian. Pendapat lain yang mendukung keberhasilan komunikasi bermedia atau multimedia dari Kemp (1963) adalah : (a) dapat meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap suatu topik, (b) meningkatkan daya tarik bagi khalayak, (c) mengajarkan keahlian lebih efektif, (d) merangsang khalayak untuk bertindak, (e) berperan dalam menumbuhkan sikap yang diiningkan terhadap materi yang dibicarakan, (f) memperpanjang waktu penyimpanan informasi, dan (g) memberikan perolehan pengalaman yang tidak mudah melalui berbagai cara. Hasil-hasil penelitian lain yang dikumpulkan oleh Schramm dalam Syam dan Sugiana (2001) memberikan bukti-bukti bahwa : (a) kombinasi media audio visual memberikan hasil yang jauh lebih besar dalam mempengaruhi khalayak, (b) penggunaan gambar hidup memberikan hasil 24 persen lebih tinggi dalam tes mengenai materi yang disajikan, dibandingkan dengan khalayak yang belajar hanya lewat peta, model, gambar, dan karyawisata, dan (c) persentase menggunakan kombinasi pengajaran berprogram, film bicara, tape slide, tape latihan (multimedia), memberikan hasil belajar yang signifikan dari pada belajar lewat bantuan seorang guru. Agar video instruksional efektif digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayaknya, maka perencanaan pesan merupakan bagian penting. Penulisan naskah, merupakan bagian perencanaan pesan yang diperlukan agar program yang dibuat sesuai dengan hasil yang diinginkan. Naskah menyediakan informasi kepada seluruh kerabat kerja produksi tentang pekerjaan yang harus dilakukan sebelum dan selama kegiatan produksi berlangsung. Secara umum

25 13 naskah video instruksional dinilai telah siap diproduksi apabila naskah tersebut mengandung isi pesan yang merupakan penjelmaan dari ide atau gagasan dalam bentuk dua komponen yaitu visual dan audio (Soesilowaty, 2003). Langkahlangkah dalam penulisan naskah menurut Arifin (1999) dimulai dengan penulisan sinopsis dan treatment. Format Pesan Video Instruksional Fungsi pesan mempunyai arti penting dalam berkomunikasi, sehingga dalam merencanakan pesan, Kemp menyarankan agar membatasi diri pada satu atau dua tujuan yang dapat dicapai saja, yang dinyatakan secara ringkas (Jahi, 2003). Dalam mendesain pesan, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pesan seperti kondisi psiko-sosial pengirim dan penerima, lingkungan, dan instrumen-instrumen harus diketahui (Devito, 1997). Selain faktor-faktor tersebut, proses penyampaian pesan dapat terdistorsi oleh gangguan. Cangara (2003) membedakan gangguan komunikasi atas tujuh macam yaitu ; (1) gangguan teknis (channel noise), (2) gangguan semantik, (3) rintangan fisik (4) gangguan status (5) gangguan kerangka berpikir, (6) gangguan psikologis, dan (7) gangguan budaya. Untuk itu suatu pesan hendaknya direncanakan dan mempresentasikan gagasannya berdasarkan format organisasi pesan tertentu sesuai dengan kondisi khalayak yang dihadapi. Berbagai hasil penelitian seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (2001) bahwa pesan komunikasi yang di terorganisasikan, lebih mudah dimengerti, memudahkan pengingatan, dan mempermudah terjadinya perubahan sikap khalayak. Larson dalam Syam dan Sugiana (2001) menyatakan bahwa, ada beberapa cara mengorganisasikan pesan komunikasi yang membantu khalayak untuk mengingat secara mudah dan menerima pesan tersebut, antara lain ; format kronologis (disusun berdasarkan urutan kejadian), format spasial (disusun berdasarkan ukuran masaalah dan pemecahannya), format topikal (disusun berdasarkan topik yang dibicarakan), format kausal (disusun berdasarkan hubungan sebab akibat), format pemecahan masalah (disusun secara berurutan, mulai dari diagnosis masaalah sampai pemecahan masaalah), dan format pengembangan motivasional (disusun berdasarkan sekuen-sekuen motif untuk

26 14 membujuk khalayak untuk melakukan tindakan tertentu). Selain itu, format yang dikembangkan oleh Monroe meliputi lima langkah yang berurutan dalam menyajikan pesan sebuah gagasan yaitu ; perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, sampai tindakan (Rakhmat, 2001). Untuk itu Beaudin dan Quick mengingatkan agar tidak melupakan 3 (tiga) ciri isi pesan berikut : akurat (isi pesan haruslah benar dan sesuai dengan perkembangan saat ini), berguna (menstimuli, memotivasi dan memberi informasi khalayak untuk bertindak sesuai dengan isi pesan tersebut), dan bebas dari bias (Jahi, 2003). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mulyana (2002) bahwa, jika komunikasi direncanakan untuk menimbulkan perubahan, maka isi pesan harus mengandung unsur psikologis dan sosiologis, yaitu ; (i) Isi pesan harus dipahami khalayak dengan pengertian yang berdasarkan pengalamannya di masa lampau dan (ii) Isi pesan dapat memberi keuntungan dan nilai praktis yang besar dari tujuan yang dikemukakan. Supaya pesan dibuat menarik, Jahi (2003) menyebutkan bahwa penyajian unsur gerak dan dinamik pada video berdampak besar pada pesan, karena menjadi daya tarik dan pemikat perhatian orang. Selain itu pandangan Siregar (2001) bahwa gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual (vidio/televisi). Ketrampilan komunikasi ditandai dengan kemampuan mewujudkan simbol di satu pihak, dan pengertian makna simbol dipihak lain. Simbol-simbol visual dapat menjadi pesan komunikasi sepanjang sudah terbentuk kesepakatan antara penyampai dan penerima. Untuk menangkap makna ini awalnya adalah ketrampilan komunikasi, dan yang lebih jauh adalah pengetahuan yang dimiliki oleh penerima. Pengembangan pesan untuk televisi/video instruksional, menurut Kemp, semuanya berawal dari suatu gagasan atau ide (Jahi, 2003). Kemudian Ide-ide tersebut dapat divisualisasikan atau digagas dalam bentuk naskah (script). Visualisasi ide, menurut Siswosumarto (1999) adalah suatu upaya untuk menterjemahkan lambang-lambang verbal berupa ; sebuah ide, konsep, ataupun deskripsi yang masih bersifat abstrak menjadi sebuah tontonan visual yang dapat dimengerti maknanya. Untuk itu dikemukakan oleh Rinaldi (2003) terdapat tiga pengelompokan pokok bentuk visual yang dideskripsikan ke dalam bentuk

27 15 simbol-simbol visual yakni ; simbol piktorial (penyajian gambaran yang realistik), symbol grafis (penggambaran pesan dengan menggunakan gambar yang lebih sederhana), dan symbol verbal (penyederhanaan symbol visual dalam bentuk keterangan/kata). Media dan Pengaruhnya Menurut Winkel dalam Nazariah (2001) penyampaian pesan dengan menggunakan media komunikasi, dalam batasan wilayah kognitif meliputi : pemahaman mencakup kemampuan (menguraikan isi pokok dari suatu materi pesan) untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, dan penerapan, mencakup kemampuan mengaplikasikan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Chu dan Schramm (1979) melaporkan hasil studi metaanalisis, bahwa betapa televisi mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar manusia, serta meningkatkan daya retensi siswa. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Bohari (1999) betapa televisi dapat mengubah perilaku sebagian penduduk Tg. Karang (Kualalumpur) dari perokok berat menjadi berhenti merokok (32,4%), bertahap selama 6 bulan berhenti merokok (51,4%) dan sisanya berjanji akan mengurangi porsi rokoknya. Pengaruh unsur gerakan dan kesimpulan pesan dalam presentase multimedia, dilaporkan oleh Ticoalu (2004) bahwa terdapat hubungan yang kuat (r = 0,769) setelah 3 jam antara kemampuan memahami prosedur terhadap ketrampilan. Penelitian tentang pengaruh terpaan informasi kesehatan di televisi terhadap sikap hidup sehat keluarga, oleh Mulyana (2002) bahwa intensitas penayangan informasi kesehatan, isi pesan, dan kredibilitas komunikator, berpengaruh terhadap sikap ibu-ibu rumah tangga mengenai hidup sehat dalam keluarga. Menurut Reymond A. Bauer dalam Rakhmat (2001), betapapun kuatnya pengaruh media massa, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor-faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka.

28 16 Pengertian Karakteristik Personal, Perilaku Komunikasi, dan Persepsi Karakteristik secara umum terdiri dari faktor personal seperti umur, pendidikan formal dan non formal, pengalaman, jenis kelamin, pekerjaan, pemilikan media, dan lain-lain. Beberapa diantaranya seperti umur, pendidikan formal, dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan penelitian ini. Persepsi menurut Rakhmat (2001) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Kemudian perilaku komunikasi merupakan aktifitas komunikasi dalam mencari dan menerima informasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention) yang merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2001). Perhatian merupakan salah satu faktor eksternal meliputi : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan (novelty), dan perulangan. Sedangkan menurut Devito (1997) persepsi mempengaruhi ransangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan makna apa yang kita berikan kepada mereka untuk mencapai kesadaran. Persepsi dalam komunikasi intrapersonal sangat berkaitan dengan sensasi dan memori. Rakhmat (2001) menjelaskan dalam sistim pengolahan informasi secara intrapersonal pada manusia, tahap paling awal adalah sensasi, dimana alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Informasi yang diterima, mula-mula disimpan pada gudang inderawi (memory storage), kemudian masuk ke short-term memory, lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan ke dalam long-term memory. Ada dua macam memori yaitu memori ikonis untuk materi yang diperoleh secara visual, dan memori ekonis yang diperoleh secara auditif (Rakhmat, 2001). Dalam komunikasi intrapersonal memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi. Obyek yang disensasi melalui alat indera, disimpan

29 17 dalam memori untuk kemudian dipanggil kembali akan mempengaruhi persepsinya terhadap obyek tersebut. Sebab kemampuan sensasi dan memori orang berbeda-beda, sehingga persepsi terhadap obyekpun berbeda. Hasil-hasil penelitian yang mengungkapkan keterkaitan hubungan antara karakteristik, persepsi, dan perilaku komunikasi petani dengan kemampuan kognitif dalam menerima informasi dari media video instruksional belum banyak di ungkapkan. Beberapa hasil penelitian yang dapat memberikan gambaran hubungan persepsi, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh Adi, dkk (2003) bahwa karakteristik petani seperti : (i) tingkat umur dan pengalaman petani berhubungan sangat nyata negatif dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi, dan (ii) pendidikan formal berhubungan sangat nyata positif dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi. Bahwa perilaku komunikasi petani seperti : keterdedahan pada media komunikasi dan keterdedahan pada saluran komunikasi interpersonal berhubungan sangat nyata dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi. Hasil penelitian tentang persepsi, seperti yang dilaporkan Sementara Riyanto, dkk (1991) melaporkan bahwa keterdedahan televisi tidak mempunyai kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang teknologi INTAB, keterdedahan tersebut lebih banyak dalam hal acara-acara hiburan yang tidak ada kaitannya dengan teknologi INTAB. Kemudian dari hasil penelitian Yusmasari (2003) dapat disimpulkan bahwa keterdedahan terhadap saluran interpersonal, media cetak dan media elektronik berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang mangrove. Hasil lain dari penelitian Riyanto, dkk (1991) bahwa kontak dengan penyuluh tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang INTAB. Tetapi laporan hasil penelitin lainnya, bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari karakteristik individu petani (umur, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status lahan), perilaku komunikasinya, dan penggunaan jenis media, menyebabkan pemahamannya tentang program Kredit Ketahanan Pangan berbeda-beda. Terkait dengan pesan dan kemampuan kognitif, hasil penelitian Ticaolu (2004), bahwa penggunaan gambar gerak yang di kombinasikan kesimpulan tersurat pada persentase multimedia berpengaruh nyata terhadap ketrampilan yang

30 18 berhubungan dengan kemampuan kognitif, bila di bandingkan dengan gambar diam. Penjelasan tentang hasil-hasil penelitian diatas, telah memberikan gambaran yang cukup jelas untuk digunakan sebagai argumentasi dalam penelitian ini.

31 19 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kefektivan video instruksional dalam menyampaikan pesan ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan pengetahuan petani (khalayak). Efek tersebut diamati, melalui hubungan faktor-faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video, penerimaan materi, pemahaman materi, dan keterlibatan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi petani (khalayak), dengan peningkatan pengetahuan ; hubungan karakteristik personal : pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani, dengan peningkatan pengetahuan ; hubungan perilaku komunikasi : frekwensi menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan sesama petani, dengan peningkatan pengetahuan ; dan hubungan karakteristik personal dengan persepsi, dan hubungan perilaku komunikasi dengan persepsi. Terkait dengan pengukuran hubungan-hubungan tersebut, peningkatan pengetahuan adalah sebagai peubah terikat (Y), karakteristik personal (X 1 ), perilaku komunikasi (X 2 ), dan Persepsi (X 3 ) adalah sebagai peubah bebas. Keterkaitan peubah-peubah tersebut, diilustrasikan sebagai berikut : Karakteristik Personal (X 1 ) : - Pendidikan Formal - Umur - Pengalaman Bertani Perilaku Komunikasi (X 2 ) : - Menonton TV - Mendengar Radio - Membaca Koran - Kontak dengan Penyuluh - Kontak dengan Petani Video Instruksional Demonstrasi Persepsi tentang Video (X 3 ) : - Daya Tarik - Pemahaman - Penerimaan - Keterlibatan Peningkatan Pengetahuan (Y) Gambar 1 Kerangka Pemikiran

32 20 Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka untuk membuktikan keefektivan video instruksional dalam diseminasi informasi pertanian, dilakukan melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : 1. : Penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektif dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan petani. 2. : Terdapat hubungan persepsi petani tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan. 3. : Terdapat hubungan karakteristik personal dengan peningkatan pengetahuan petani 4. : Terdapat hubungan perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan petani

33 21 MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Bahan eksperimen untuk video instruksional dan demonstrasi cara berupa materi tentang pesan pengendalian hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang teridiri dari : permasalahan hama buah kakao, ciri-ciri hama PBK, petunjuk penggunaan pupuk dan cara pengendalian hama PBK. Materi Video Instruksional Materi video instruksional, di kemas dalam campact disc (CD) standar. Materi didesain menggunakan format kronologis, metode ceramah oleh presenter (Koordinator PPL Salahutu) yang dibantu dengan bahan peraga, alat peraga, dan peraga. Materi tersebut disusun dalam bentuk naskah (shoting script) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan gambar dilakukan di areal tanaman kakao milik petani yang berlokasi di Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Maluku Tengah, menggunakan kamera produksi standar. Penyuntingan gambar menggunakan personal komputer (PC) dan software video editing standar adobe premier pro 6.5. Instrumen (alat bantu) eksperimen menggunakan compact disc player dan televisi 20 inci. Selengkapnya materi video instruksional dalam bentuk naskah dan kemasan compact disc pada lampiran 2. Materi Demonstrasi Cara Demonstrasi cara adalah metode/cara penyampaian informasi oleh presenter, dimana presenter merupakan titik sentral dan dibantu alat peraga, dan petani sebagai audiensnya. Metode ini seringkali digunakan untuk memperagakan inovasi pertanian sebagai proyek percontohan. Materi demonstrasi cara disiapkan dalam bentuk naskah, yang disampaikan oleh presenter (Koordinator PPL Maluku Tengah) yang dibantu dengan bahan peraga, alat peraga, dan peraga. Selengkapnya naskah demonstrasi cara pada lampiran 3.

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan 7 TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan Penyuluhan pertanian adalah sistim pendidikan informal, dimana petani dan keluarganya sebagai peserta didik, dan penyuluh sebagai guru

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 21 MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Bahan eksperimen untuk video instruksional dan demonstrasi cara berupa materi tentang pesan pengendalian hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang teridiri dari : permasalahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diseminasi informasi kepada masyarakat pedesaan dilaksanakan melalui berbagai macam media komunikasi. Dengan semakin banyaknya media komunikasi yang tersedia akan semakin rumit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : who says what in

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI Modul 7 Perencanaan Pesan dan Media MENGGUNAKAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK ATAU PRESENTASI Kegiatan Belajar 1 MENGAPA MENGGUNAKAN MEDIA? Curtis, dkk: Media visual

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Mengapa media pembelajaran diperlukan? PEMBELAJARAN BELAJAR MEMBELAJARKAN Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk

Lebih terperinci

Irnin Agustina Dwi Astuti

Irnin Agustina Dwi Astuti Irnin Agustina Dwi Astuti 1. ARTI BAHAN AJAR AUDIO Modalitas audio, modalitas visual, modalitas kinestetik Bahan ajar audio adalah bahan ajar non cetak yang didalamnya mengandung sistem yang menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI Modul ke: KOMUNIKASI MASSA Pengertian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhamad, MA Program Studi ILMU KOMUNIKASI Pengertian Komunikasi KOMUNIKASI Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris dikenal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA 2013 Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung Mendengarkan merupakan suatu proses rumit yang melibatkan 4 unsur, yaitu: - Mendengar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mata kuliah : Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Dosen Pengampu : Tabah Subekti, M.Pd Nama Kelompok : 1. Dodo Prastyoko 2. Anggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR Arrofa Acesta *Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kuningan arrofa.acesta@uniku.ac.id Abstrak Media pembelajaran yang dikemas dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar,

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian 34 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Riset khalayak ini dilakukan di SMAN 1 Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa SMA tersebut berlokasi di daerah Bogor (Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

Teknologi & Media Pembelajaran

Teknologi & Media Pembelajaran Teknologi & Media Pembelajaran Oleh: Khairul Umam dkk 1.1 Pengertian Secara etimologi, kata "media" merupakan bentuk jamak dari "medium", yang berasal dan Bahasa Latin "medius" yang berarti tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta era globalisasi, menuntut para pebelajar dapat mengikuti semua perkembangan saat ini dan masa yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 30 PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1 Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 ABSTRAK Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena menyangkut banyak aspek yang ada didalamnya. Kemajuan itu terjadi pada

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan

Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan KOMUNIKASI YANG BERHASIL F F F MEDIA F Media Kata jamak dari medium (dari bahasa latin) yang artinya perantara (between). Makna umumnya adalah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi riil di kalangan siswa SMP, pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang sulit dipahami. Untuk menyampaikan materi pada umumnya guru menggunakan buku buku

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENGEMBANGAN CD INTERAKTIF LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS SEBAGAI MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh: Ni Ketut Kertiasih Jurusan Manajemen Informatika, FTK Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA 345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATARBELAKANG MASALAH Tujuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah secara umum adalah mentransfer ilmu dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era globalisasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era globalisasi ini khususnya di bidang komunikasi dan informasi, membuat semakin cepat akses informasi yang bisa di peroleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah susatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan masyarakat, pemahamanan cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan informasi memberi arti tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) 17 KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan

Lebih terperinci

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan suatu produk bisa diproduksi secara massal, cepat, dan berkualitas. Konsumen menjadi penting disini karena merekalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan Khusus : Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan akan mampu: menjelaskan pentingnya teori-teori belajar dalam kaitannya dengan pemilihan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 28 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pesan tentang penyakit Chikungunya yang dikemas dalam bentuk media video, dirancang untuk mengungkapkan berbagai aspek video yang dapat

Lebih terperinci

Merinda Solikhah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel :

Merinda Solikhah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel : PENGGUNAAN MEDIA TAYANGAN REPORTASE INVESTIGASI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI (Studi Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Merinda Solikhah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian awal bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian dilanjutkan dengan uraian tentang karakteristik responden, pengukuran pengetahuan awal (pretest), pengetahuan akhir (posttest)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Johannes Jefria Gultom Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dipilih

Lebih terperinci

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Komunikasi massa adalah komunikasi yang terdiri dari media cetak dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA 8 PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Andriana Johari 1, Syamsuri Hasan 2, Maman Rakhman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengembangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (2008: 414)

Lebih terperinci

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar. MEDIA PEMBELAJARAN Anak Berkebutuhan Khusus Pengertian Media Pembelajaran Media Pembelajaran Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Mengapa Media Penting bagi ABK? Kegunaan media Kontribusi media pembelajaran

Lebih terperinci