A. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN REASURANSI
|
|
- Teguh Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB XIII REASURANSI Dalam bab-bab sebelumnya telah dipaparkan secara mendalam tentang asuransi jiwa,asuransi kerugian,dan asuransi aneka. Berikut ini akan dipaparkan juga produk jasa reasuransi dan karakternya yang mencangkup pengertian,prinsip,dan tujuan reasuransi;polis dan premi reasuransi;dan cara pelaksanaan reasuransi. A. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN REASURANSI Sebagaimana dengan penjelasan asuransi yang di muka, berikut ini diuraikan pengertian, prinsip, serta tujuan reasuransi. 1. Pengertian Reasuransi Sudah menjadi kebiasan para penanggung untuk selalu membagi setiap risiko yang diperoleh kepada penanggung lain,agar risiko yang menjadi bebannya lebih ringan danteman penanggung lainnya mendapat keuntungan.biasanya perbuatan saling memberi ini didasarkan pada suatu perjanjian tertulis yang disebut pertanggungan ulang atau perjanjian reasuransi. Sebagai contoh,apabila penanggung A mendapat objek pertanggungan,maka sebagian dari objek tersebut diberikan kepada temannya penanggung B,dan sebaliknyaapabila penanggung B mendapat objek pertanggungan,maka sebagian diberikan kepada penanggung A,sehingga penanggung A mendapat sebagian dari risiko penanggung B,dan penanggung Bmendapat sebagian dari risiko penanggung A. Selain itu masih ada bentuk lain,yaitu mempertanggungkan lagi benda pertanggungannya kepada perusahaan reasuransi,baik swasta maupun negara.yang dimaksud dengan perusahaan reasuransi adalah perusahaan reasuransi yang khusus hanya menjalankan pertanggungan ulang (reasuransi) secara professional saja,dan tidak menerima tawaran dari penaggung pertama yang akan mereasuransikan objek pertanggungannya kepada perusahaan reasuransi.
2 Bentuk lain dari perbuatan pertanggungan ulang adalah perbuatan perusahaan reasuransi professional itu untuk membuang sisa risikonya ke perusahaan reasurasi professional luar negeri. 2. Prinsip Reasuransi Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam reasuransi. Prisip-prinsip tersebut meliputi:prinsip itikad baik,prinsip insurable interest,prinsip idemnitas,prinsip subrogasi,dan prinsip follow the fortunes. 2.1 Prinsip Itikad Baik Prinsip itikad baik merupakan kemauan berbuat baik dari setiap pihak untuk melakukan perbuatan hukum agar akibat dari kehendak atau perbuatan hokum itu dapat tercapai dengan baik. Dalam bidang perjanjian reasuransi,maka penanggung pertama / tertanggung kedua harus memberitahukan kepada penanggung ulang / penanggung kedua segala sesuatu mengenairisiko yang akan dilimpahkan kepadanya dan sebaliknya sipenanggung ulang tidak boleh mencari -cari alasan yang tidak masuk akal dengan maksud untuk menghindari kewjibannya membayar ganti rugi yang menurut hukum harus dilasanakan. 2.2 Prinsip Insurable Interest Insurale interest (kepentingan yang dipertanggungkan) merupakan hak atau kewajiban tertanggung terhadap benda pertanggungan.kkepentingan dalam reasuransi adalah kewajiban penanggung pertama untuk mengganti kerugian terhadap tertanggung pertama Prinsip Idemnitas Isi dari prinsip idemnitas adalah keseimbangan. Keseimbangan tersebut mencangkup antara jumlah ganti kerugian dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung dan kesimbangan antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya dari benda pertanggungan. Reasuransi dalam hal asuransi kerugian, prinsip idemnitas berlaku sepenuhnya. Pembagian premi dan penggatian jumlah ganti rugi kerugian antara penanggung pertama dengan penanggung kedua ( penanggung ulang ) adalah seimbang dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam perjanjian reasuransi.
3 2.4. Prinsip Subrogasi Subrogasi adalah penyerahan hak menuntut dari tertanggung kepada penanggung, manakala jumlah ganti kerugian sepenuhnya sudah diganti oleh penanggung.dalam reasuransi, penanggun ulang yangsudah membayar ganti kerugian kepada penanggung pertama berhak atas subrogasi itu.jadi, jika penanggung pertama menerima subrogasi, maka penanggung ulang pun mendapat subrogasi dari penanggungpertama sebanding dengan jumlah penyertaannya. Dalam hal ini penanggung ulang memperoleh recovery (perolehan kembali ) Prinsip Follow the Fortunes Prinsip follow the fortunes adalah prinsip yang menyatakan bahwa penanggung ulang akan mengikuti suka duka penanggung pertama. Prinsip ini hanya berlaku khusus bagi reasuransi. Prinsip ini menghendaki penanggung ulang tidak boleh mempertimbangkan secara tersendiri terhadap objek pertanggungan. Akibatnya,segala sesuatu, termasuk peraturan perjanjian yang berlaku bagi penanggung pertama, berlaku pula bagi penanggung ulang. 3. Tujuan Reasuransi Berdasarkan pengertian reasurasi, maka dapatlah diketahui apa tujuan dari program ini. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan reasuransi adalahmelemparkan kembali risikko suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan lain untuk mengurangi beban yang kemungkinan akan ditanggungnya. B. POLIS DAN PREMI ASURANSI Pada tahap akhir dari prosedur penutupan reasurasi, yaitu apabila kedua belah pihak merasa sudah cukup memenuhi persyaratan, maka dapat dikeluarkan polis asuransi. Adapun fungsi polis reasuransi paada dasarnya sama dengan fungsi polis asuransi, yaitu: sebagai perjanjian pertanggungan ; sebagai bukti jaminan dari penanggung ulang kepada penanggung petama untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung, sebagai bukti premi reasuransi oleh penanggung pertama kepada penanggung ulang sebagai balas jasa atas jaminan dari penanggung ulang.
4 Besarnya premi yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian reasuransi seperti yang tertera dalam polis. Apabila perjanjian reasueansi itu memerintahkan suatu perbuatan hukum tertentu kepada penanggung pertama, misalnya harus membuat laporan mengenai pembagian premi dan lain-lain yang erhubungan dengan hal tersebut, maka dalam kolom Bordeaux pada perjanjian reasuransi harus diberi keterangantentang syarat-syarat yang harus dilakukan oleh penanggungpertama yang bersifat reporting atau non-reporting. Apabila bordeaux disyaratkan reporting maka harus dinyatakan kapan laporan tersebut harus dibuat dan apa syarat-syarat yang harus dilakukan.tetapi jika bordeaux disyaratkan non-reporting maka laporan tidak dilakukansecara tertib dan terinci. Laporan yang dimaksudadalah pendek, mengenai jumlah-jumlah premi yang ditahan penanggung pertama dan jumlah-jumlah premi yang disetor kepada penanggung ulang. C. CARA PELAKSANAAN REASURANSI Ada berbagai macam cara atau metode pelaksanaan reasuransi. Beberapametode / cara pelaksanaan reasuransi antara lain reasuransi fakultatif dan reasuransi wajib (berdasarkan perjanjian ). 1. Reasuransi Fakultatif Reasuransi fakultatif pada dasarnya memberikan kebebasan kepada penanggung pertama agar tidak terikat mengalihkan dan penanggung ulang juga tidak terikat untuk menerima penawaran dan peralihan risiko. Pada satu pihak, penanggung pertama mempunyai kebebasan. Artinya tidak terikat untuk menawarkan atau memindahkan tanggung jawabnya (Resiko yang ada padanya karena ditutup perjanjian asuransi) atau tidak kepada siapapun. Sedangkan pihak lain yaitu penanggung ulang juga tidak terikat untuk menerima suatu atau setiap penawaran atau pemindahtanganan apapun dari penanggung pertama. Jadi, reasurasi fakultatif memberikan kebebasan bertindak atas dasar kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pihak yang akan mengadakan perjanjian. Reasuransi fakultatif biasanya ditutup dengan metode proporsional atau menurut perbandingan. Dalam hal ini penanggung pertama telah memegang untuk dirinya sendiri suatu bagian tertentu dari
5 suatu resiko yang telah disetujui dan sisanya direasuransikan dengan pembayaran berdasarkan premi semula dikurangi dengan komisi. 2. Reasuransi berdasarkan perjanjian atau reasuransi wajib Reasuransi berdasarkan perjanjian, merupakan suatu perjanjian dasar yang mengatur hubungan reasuransi antara penanggung pertama dengan penanggung ulang secara terus menerus sampai perjanjian yang bersangkutan diputuskan oleh para pihak. Perjanjian yang terjadi diantara para pihak secara mendasar pada hakikatnya mengatur hal-hal sebagai berikut. Bahwa semua usaha/kegiatan yang dilakukan oleh penanggung pertama direasuransikan atau akan direasuransikan kepada penanggung ulang, sepanjang penanggung pertama sudah memenuhi syarat-syarat. Sebagai konsekuiensinya penanggung ulang tidak dapat menolak permintaan reasuransi dari penanggung pertama. Oleh karena itu reasuransi berdasarkan perjanjian ini, menciptakan adanya hubungan timbal balik antara penanggung pertama dengan penanggung ulang. Jadi, perjanjian ini mempunyai sifat otomatis yang penuh, semua kelebihan dari retensi penanggung pertama sampai pada waktu batas akngka maksimum tertentu harus direasuransikan oleh penanggung pertama kepada penanggung ulang. Penanggung ulang wajib menerima sampai batas yang sudah disepakati. Setiap kelebihan dari jumlah tersebut akan direasuransikan secara fakultatif. Reasuransi berdasarkan perjanjian ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : reasuransi dengan perjanjian berdasarkan atas perbandingan dan reasuransi dengan perjanjian yang tidak berdasarkan atas perbandingan Reasuransi dengan perjanjian berdasarkan atas perbandingan. Sifat dasar dan cirri umum dari semua reasuransi dengan perjanjian yang proporsional adalah penanggung ulang wajib untuk menerima suatu bagian tertentu (sudah ditentukan terlebih dahulu) dari penanggung pertama pada setiap pelimpahan. Perbandingan yang sama berlaku juga untuk premi. Reasuransi dengan perjanjian proporsional ini dapat berbentuk quota share atau surplus. Reasuransi quota share
6 Reasuransi quota share adalah suatu perjanjian reasuransi dengan suatu persentase tertentu dari masing-masing dan setiap resiko yang diterima oleh penanggung pertama harus dialokasikan kepada penanggung ulang. Mengenai berapa jumlah yang akan dialokasikan, tergantung dari jumlah maksimum berapa yang akan disetujui. Dengan demikian, penanggung pertama terikat untuk memindahtangankan/mengalihkan setiap sekian persen sesuai dengan persetujuan resiko resiko dan dalam batas perjanjian kepada penanggung ulang. Sedang penanggung ulang terikat untuk menerima pemindahan resiko tersebut. Dalam hal ini, penanggung pertama tidak boleh mengecualikan resiko yang telah ia terima dari tertanggung. Artinya dia akan tetap menahannya sendiri apabila baik atau ia hanya akan melimpahkan apabila jelek. Oleh karena itu, ia tidak memilikikebebasan untuk melimpahkan atau tidak atas resiko berdasarkan taksiran teknisnya sendiri. Reasuransi Surplus Reasuransi Surplus adalah suatu perjanjian reasuransi yang mewajibkan penanggung pertam untuk mengalihakan suatu resiko dengan segera, apabila resiko yang bersangkutan melebihi batas/nilai yang sudah disetujui terlebih dahulu dan penanggung ulang terikat untuk menerima resiko perjanjian tersebut. Artinya apabila dalam perkiraan teknis suatu resiko itu adalah aman, atau dengankata lain menurut perkiraan teknis kerugian yang terjadi adalah tipis, maka resiko semacam itu disebut resiko yang baik. Jadi, dalam hal ini dapat terjadi adanya suatu kemungkinan bahwa banyaknya jenis retensi pada penanggung pertama sama banyaknya dengan jenis resiko yang diasuransikan. Karena banyaknya jenis resiko, maka diperlukan daftar dari jumlah-jumlah maksimal yang tetap dipegang oleh penanggung pertama sebagai beban sendiri yang biasa disebut daftar batas atau daftar limit. Sedangkan penanggung ulang hanya bertanggung jawab sampai batas tertentu untuk setiap resiko. Oleh karena itu, penanggung pertam mempunyai beban untuk mengadakan analisis untuk setiap resiko, dan diberitahukan kepada penanggung ulang berapa yang direasuransikan dan premi yang bersangkutan.
7 2.2. Reasuransi dengan perjanjian yang tidak berdasarkan atas perbandingan Reasuransi dengan perjanjian yang tidak proporsional dapat diadakan melalui suatu perjanjian. Dalam pernjanjian yang dibuat, oleh para pihak dengan jelas diatur bahwa penanggung ulang berkewajiban membayar ganti rugi kerugian yang melebihi batas tertentu. Batas tertentu adalah jumlah kerugian tertentu yang dengan tegas telah diperjanjikan, tetap menjadi tanggung jawab penanggung pertama. Jadi penanggung ulang tidak berkewajiban membayar, kecuali kerugian yang melebih batas tertentu/ prioritas sebagaimana telah diperjanjikan terlebih dahulu. Oleh karena itu, tanggungjawab penanggung ulang menjadi sangat bervariasi tergantung pada kerugian riil. Besarnya premi bisanya ditentukan/berdasarkan suatu taksiran dari penanggung ulang, daengan mengadakan analisis terhadap setiap resiko yang bersangkutan. Reasuransi dengan pernjanjian yang non proporsional, dibagi menjadi dua jenis, yaitu: kelebihan kerugian dan penghentian kerugian. Kelebihan kerugian (excess of loss) Reasuransi non proporsional excess of loss, merupakan jenis reasuransi yang lazim dipergunakan, karena pertimbangan praktis dan ekonomis. Reasuransi ini memberikan proteksi kepada penanggung pertama untuk setiap peristiwa. Pada reasuransi non proporsional excess of loss, terdapat tiga hal pokok yang harus dipenuhi, yaitu : kerugian bersih terakhir, satu peristiwa, dan retensi yang tetap. Kerugian bersih terakhir artinya, kerugian dari penanggung pertama haruslah suatu kerugian yang actual. Atau dengan kata lain merupakan suatu kerugian riil yang diderita setalah dikurangi dari pembayaran apapun, termasuk dari penanggung ulang, atas dasar reasuransi yang proporsional. Jadi, hanya kerugian bersih yang dibayar oleh penanggung ulang. Suatu peristiwa dianggap sebagai suatu peristiwa tunggal, karena sulit untuk menentukan suatu rangkaian peristiwa itu tunggal atau tidak, sehingga dipergunakan pedoman dengan jumlah jam yang pada umumnya berkisar antara 48 jam atau 72 jam. Jadi, peristiwa yang terjadi pada suatu waktu dalam batas waktu secara berturut turut, atau tidak terjadi selama waktu yang ditentukan dapat dianggap sebagai suatu peristiwa tunggal.
8 Sedangkan suatu retensi tetap dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara retensi penanggung pertama dengan penanggung ulang. Penghentian Kerugian (stop loss) Reasurasnsi non proporsional stop loss ini bertujuan untuk membatasi tanggung jawab penanggung pertama pada satu periode/tenggang waktu, biasanya satu tahun. Reasuransi ini bermaksud memberikan proteksi kepada penanggung jawab pertama bukan atas peristiwa tunggal, tetapi atas kerugian keseluruhan yang diderita selama jangka waktu tertentu. Apabila jumlah keseluruhan melebihi suatu batas perioritas tertentu maka penanggung ulang akan membayar kelebihannya sampai pada jumlah maksimum tertentu. Prioritas atau batas dapat dinyatakan berdasarkan persentase penghasilan premi dari satu waktu (misalnya 1 tahun) atau berdasarkan sautu angka mutlak, atau juga berdasarkan kedua cara tersebut.
9 DAFTAR PUSTAKA Mashudi, M dan Moch. Chidir Ali. Hukum Asuransi, Bandung : Penerbit Mandar Maju, Prihantoro, M. Wahyu. Aneka Produk Asuransi dan Karakteristiknya, Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha Asuransi, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, Aneka Program Asuransi Sosial dan Penyelesaiannya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, Prawoto, Agus. Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, Yogyakarta : BPFE, Purba, Radiks. Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Jakarta : Penerbit Djambatan, Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi Di Indonesia, Jakarta : Penerbit Intermasa, 1996 Sastrawidjaja, M. Suparman, Aspek Aspek Hukum Asuransi dan surat Berharga, Bandung : Alumni Bandung, Subekti, R dan R Tjitrosudibio. Kitab Undang Undang Hukum dagang dan Undang Undang Kepailitan, Jakarta : PT Pradnya Paramita, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT Pradnya Paramita, 1974
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pada hakikatnya setiap kegiatan manusia selalu menghadapi berbagai macam kemungkinan atau dengan kata lain setiap manusia selalu menghadapi ketidakpastian
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP /LK/ 2004 TENTANG DUKUNGAN REASURANSI OTOMATIS DALAM NEGERI DAN RETENSI SENDIRI
SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP - 5443/LK/ 2004 TENTANG DUKUNGAN REASURANSI OTOMATIS DALAM NEGERI DAN RETENSI SENDIRI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD
17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi
142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia Kata asuransi dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Insurance yang artinya jaminan atau pertanggungan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
Lebih terperinciDAPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL LEMBAGA KEUANGAN
DAPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP 5443/LK/ 2004 TENTANG DUKUNGAN REASURANSI OTOMATIS DALAM NEGRI DAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan
BAB I PENDAHULUAN Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan alternatif lain dari Bank Garansi. Surety Bond diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi ditujukan untuk membantu pengusaha
Lebih terperinciPRINSIP DAN PRAKTEK REASURANSI JIWA
PRINSIP DAN PRAKTEK REASURANSI JIWA In House Training Nasional Re Reasuransi Jiwa Konvensional dan Syariah Jakarta, 13 Mei 2016 Oleh : Faried Susanto, SE, AAAIJ, FSAI, AIIS, CRMP 1 Pengertian Reasuransi
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya : 1. Kedudukan para pihak : a. Hubungan hukum antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di
Lebih terperinciALAT BUKTI ASURANSI AKIBAT HILANGNYA POLIS DALAM PERJANJIAN ASURANSI
ALAT BUKTI ASURANSI AKIBAT HILANGNYA POLIS DALAM PERJANJIAN ASURANSI (Studi Di PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Malang Regional Office) Disusun Oleh: DEWI KRESNANINGSIH 00400345 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi rasa cemas yang timbul sebagai akibat dari kecelakaan tersebut maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk selalu beraktivitas untuk mencari nafkah untuk menjalani kehidupan, setiap aktivitas yang dilakukan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI I. UMUM Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.
BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan
Lebih terperinciASPEK HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI 1 Oleh : Irius Yikwa 2
ASPEK HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI 1 Oleh : Irius Yikwa 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aspek hukum dalam pelaksanaan perjanjian asuransi dan apa saja
Lebih terperinciASPEK HUKUM PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PADA PERJANJIAN ASURANSI MUH. ZULFIKAR S. KAMAH / D
ASPEK HUKUM PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PADA PERJANJIAN ASURANSI MUH. ZULFIKAR S. KAMAH / D 101 07 331 ABSTRAK Pengalihan pertanggung jawaban Hukum dalam Asuransi biasa di kenal dengan nama Reasuransi
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM/SKRIPSI. Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM ASURANSI KECELAKAAN DIRI DAN UPAYA PENCEGAHANNYA (Studi di PT Asuransi Jasaraharja Putera Malang) PENULISAN HUKUM/SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal
Lebih terperinciBAB VI POLIS ASURANSI
BAB VI POLIS ASURANSI A. Pengertian Polis Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya selalu dihadapkan dalam dua hal, yaitu hal-hal baik dan hal-hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan dan kebutuhan setiap manusia makin bertambah setiap hari, dan manusia selalu memiliki hasrat untuk mewujudkannya. Keinginan dan kebutuhan itu mencakup kebutuhan
Lebih terperinciASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1
ASURANSI 1 Pengertian Asuransi adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang
Lebih terperinciBAB II ASURANSI PADA UMUMNYA. Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti
BAB II ASURANSI PADA UMUMNYA A. Pengertian Asuransi Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance 20. Ada 2 (dua)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya resiko yang harus dihadapi. Resiko semakin dekat dengan hidup manusia, baik resiko
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 422/KMK.06/2003 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
Lebih terperinciDokumen Perjanjian Asuransi
1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai
Lebih terperinciOleh : Ni Putu Eni Sulistyawati I Ketut Sudantra. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK KETIGA DALAM PERJANJIAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RENT A CAR DI KOTA DENPASAR (Studi Kasus pada PT. Asuransi Wahana Tata dan PT. Asuransi Astra Buana) Oleh : Ni Putu Eni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi
Lebih terperinciSOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015
SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI Jakarta, Februari 2015 Pengertian Asuransi Pasal 1 angka 1 UU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN Asuransi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan. pertanggungan atas resiko atau kerugian yang dialami oleh tertanggung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi merupakan sarana keuangan dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Verzekering (bahasa Belanda) berarti pertanggungan dalam suatu asuransi
29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Asuransi Verzekering (bahasa Belanda) berarti pertanggungan dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu orang yang satu sanggup menanggung atau menjamin,
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Luas lingkup perlindungan asuransi Hull And Machineries (H/M) kapal
66 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Luas lingkup perlindungan asuransi Hull And Machineries (H/M) kapal berbendera Indonesia di PT. PAL Surabaya meliputi suatu bagian, materiil, permesinan, perlengkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan
Lebih terperinciJurnal Panorama Hukum
PEMAKNAAN PRINSIP KEPENTINGAN DALAM HUKUM ASURANSI DI INDONESIA Retno Wulansari 1 Email: retnowulansari19@gmail.com Abstract The insurable interest principle in Indonesia s insurance system is governed
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang
Lebih terperinciAde Hari Siswanto 1, Fenni Indah Sari 1 1 Kantor Advokat Harisiswanto, Co. Jln. Kayu Manis II No. 14 Jakarta Timur
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ABANDONEMEN (PENYERAHAN HAK MILIK ATAS BENDA PERTANGGUNGAN) DALAM HAL PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI RANGKA KAPAL (MARINE HULL INSURANCE) Ade Hari Siswanto 1, Fenni Indah Sari 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meminjam uang. Dalam hal ini orang yang menyimpan uang disebut nasabah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering berhubungan dengan lembaga perbankan, baik untuk keperluan menyimpan uang maupun untuk keperluan meminjam uang.
Lebih terperincihttp://www.hadiborneo.wordpress.com/ Secara bahasa Berasal dari kata assurantie dari bahasa Belanda yang berakar dari bahasa latin yaitu assecurare yang berarti meyakinkan orang. Menurut UU No. 2 Tahun
Lebih terperinciPERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)
PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) Oleh Anak Agung Gede Agung Ngakan Ketut Dunia I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa
BAB I PENDAHULUAN Salah satu perwujudan dari adanya hubungan antar manusia adalah dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling percaya satu dengan lainnya. Perjanjian
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Hukum Penanggung atas Penolakan Klaim Asuransi Jiwa. Tertanggung sudah sesual dengan peraturan perundang-undangan
61 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tanggung Jawab Hukum Penanggung atas Penolakan Klaim Asuransi Jiwa Tertanggung sudah sesual dengan peraturan perundang-undangan perasuransian. Penolakan klaim asuransi
Lebih terperinciMAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8
MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI
BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI A. Defenisi Perjanjian Asuransi dan Tujuan Asuransi 1. Defenisi Perjanjian Asuransi Terdapat beberapa batasan dan perbedaan dari pengertian asuransi hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB III KETENTUAN ASURANSI JIWA TAKAFUL DALAM. KUH Dagang Pasal ( ) A. Dasar Hukum Asuransi Jiwa dalam KUH Dagang Pasal ( )
BAB III KETENTUAN ASURANSI JIWA TAKAFUL DALAM KUH Dagang Pasal (302-308) A. Dasar Hukum Asuransi Jiwa dalam KUH Dagang Pasal (302-308) Asuransi jiwa adalah suatu bentuk asuransi paling penting untuk keluarga,
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI
15 BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI A. Perjanjian Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN Asuransi atau pertanggungan timbul karena adanya kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini manusia selalu dihadapan kepada suatu masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA 2.1 Asuransi Jiwa 2.1.1 Pengertian asuransi jiwa Manusia sepanjang hidupnya selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya. 1. kelancaran aktifitas dalam dunia perdagangan pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa asuransi makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beragam suku bangsa dan terdiri dari beribu ribu pulau. Untuk memudahkan hubungan atau interaksi antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,
Lebih terperinciPELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA
PELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA Oleh : ALIS YULIA, S.H., M.H. *) ABSTRACT Based on the facts and realities that occur in the field
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA 5000. Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA 5000 Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH Dalam Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Perorangan ini yang dimaksud dengan : 1. Asuransi : adalah Asuransi Jiwa 5000. 2.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
KEPASTIAN HUKUM PEMBAYARAN POLIS ASURANSI NASABAH YANG SUDAH JATUH TEMPO PADA PERUSAHAAN ASURANSI BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2014 1 Oleh : Febri Repi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
Lebih terperinciABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.
Deny Guntara ASURANSI DAN KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG MENGATURNYA Oleh: Deny Guntara Universitas Buana Perjuangan Karawang Email : deny.guntara@ubpkarawang.ac.id ABSTRACT In this paper outlined the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang cukup pesat karena kebutuhan setiap orang tidak terlepas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah
Lebih terperinciSISTEM PERUSAHAAN ASURANSI
SISTEM PERUSAHAAN ASURANSI Dalam suatu Perusahaan Asuransi sebagai Penanggung risiko, secara umum pembagian tugas, wewenang dan tanggung-jawab para fungsionarisnya dalam struktur Organisasi, dengan pembagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan, oleh karena itu dapat dikatakan hukum tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti
26 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI 2.1. Pengertian dan Unsur unsur Asuransi 2.1.1. Pengertian Asuransi. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti pertanggungan. Dalam pasal 246
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat yang alamiah, mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dulu secara tepat. Dengan demikian keadaan termaksud
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau
BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi
Lebih terperinciKONSORSIUM ASURANSI RISIKO KHUSUS (KARK) Frequently Asked Questions (FAQ) KOSMIK Edisi I 26 Januari 2016
UMUM 1. Apa definisi atau batasan masyarakat ekonomi menengah bawah yang Di dalam Grand Design Asuransi Mikro yang dikeluarkan oleh OJK, bisa membeli produk KOSMIK? disebutkan bahwa sasaran asuransi mikro
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN Veteran Jawa Timur.
IMPLEMENTASI UU NOMER 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DALAM PENYELESAIAN KLAIM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DI AIA FINANCIAL CABANG MALANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan
Lebih terperinciKEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1
KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA Oleh : Revy S.M.Korah 1 A. PENDAHULUAN Lelang di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan suatu masalah yang baru, karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, POLIS ASURANSI DAN INVESTASI. asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life
21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, POLIS ASURANSI DAN INVESTASI 2.1 Tentang Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk memindahkan risiko, dimana apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 hingga sekarang, banyak hal telah terjadi dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bangsa Indonesia menjadi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk
Lebih terperinciPEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA)
31 PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA) Oleh Hilda Yunita Sabrie * Abstrak Pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia mengalami peningkatan yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 BW adalah suatu perbuatan dengan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. PERJANJIAN 1. Pengertian Definisi Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 BW adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih.
Lebih terperinciHUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa
HUKUM ASURANSI Lecture: Andri B Santosa 1 Pengaturan Asuransi O KUHPerdata O KUHD (Ps. 246 s/d 308) O UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha Perasuransian O Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.36 Tentang Akuntansi Asuransi Jiwa.
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan
BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
Lebih terperinciPERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG
PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENGENALAN ASURANSI
BAB I PENGENALAN ASURANSI A. Pengertian Asuransi Asuransi ialah: suatu kemauan untuk menetapkan keruguan-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar
Lebih terperinciPERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/
PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
Lebih terperinciDASAR & HUKUM ASURANSI KESEHATAN BAB 4
DASAR & HUKUM ASURANSI KESEHATAN BAB 4 Oleh : Erlina Puspitaloka Mahadewi, SE, MM, MBL PERBEDAAN ASURANSI KERUGIAN DENGAN JIWA 1. MENGENAI PARA PIHAK a. Asuransi Kerugian Ada 2 pihak yaitu pihak penanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLAMPIRAN VI SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI
LAMPIRAN VI SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI -1- DESKRIPSI PRODUK ASURANSI 1/12 -2- A. ASURANSI UMUM Bagian A.I No
Lebih terperinci