PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK DENGAN BENTUK ATAP BERGELOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK DENGAN BENTUK ATAP BERGELOMBANG"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Bamboo Biennale 2014 Reinkarnasi Bambu dalam Kekiniah ISBN PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK DENGAN BENTUK ATAP BERGELOMBANG (Studi Kasus : Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok) Anastasia Maurina 1) Abstrak Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi material untuk si miskin dan material yang lemah. Namun sesungguhnya, kekuatan bambu dapat disetarakan dengan kekuatan baja. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Kelenturan bambu adalah salah satu potensi yang digunakan oleh para arsitek untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organic dengan bentuk atap bergelombang. Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap bergelombang yang menggunakan bambu sebagai sistem strukturnya. Untuk membuat bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang ini dapat mengaplikasikan bambu dengan sistem struktur yang berbeda-beda. Bangunan Sakti Dining Room, Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-kualitatif dan komparasi. Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil dari analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang. Hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna. Kata kunci : bambu, struktur rangka, struktur permukaan aktif, organik, bentuk atap bergelombang. I. PENDAHULUAN Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi material untuk si miskin, material yang lemah dan non-permanen. Disisi lain, bambu memiliki banyak potensi. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik sehingga bambu merupakan salah satu material konstruksi yang berlanjutan. Bambu juga memiliki properti mekanikal yang baik. Rasio yang tinggi antara kekuatan berbading dengan berat dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan 1) Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Anastasia.maurina@gmail.com 21

2 Anastasia Maurina yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Teknologi seputar bambu mulai berkembang, seperti munculnya joint-joint bambu yang menambah kekuatan bambu. Teknologi pengawetan bambu mulai berkembang, sehingga bambu dapat dijadikan material konstruksi yang lebih permanen. Bambu memiliki karakter yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk bentukbentuk lengkung (bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya). Potensi ini yang digunakan oleh para perancang untuk memanfaatkan bambu sebagai material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang. Bangunan dengan struktur yang diekspos termasuk kategori struktur adalah arsitektur. Sehingga peran struktur pada bangunan ini dalam mencapai estetika sangat besar. Fungsi struktur suatu bangunan tidak hanya sebagai sistem mekanikal yang berfungsi sebagai menyalurkan beban, tetapi juga sebagai ekspresi keindahan dari spasial arsitekturalnya. Bentuk bangunan yang serupa dapat dipecahkan dengan berbagai sistem struktur yang akan menghasilkan keindahan yang berbeda-beda. Sehingga pemilihan sistem struktur oleh perancang akan sangat berpengaruh pada bangunan hasil rancangannya. Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap bergelombang yang menggunakan material bambu sebagai material elemen strukturalnya. Kedua bangunan tersebut memiliki bentuk yang serupa namun memiliki sistem struktur yang berbeda sehingga menghasilkan spasial arsitektural yang berbeda. Bangunan Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif. Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil analisa deskriptif-kualitatif tesrebut akan menjadi data untuk analisa komparatif. Hasil dari analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang.hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna. II. BAMBU SEBAGAI MATERIAL STRUKTURAL Bambu memiliki berbagai macam jenis, tapi tidak semua jenis bambu dapat digunakan sebagai material struktural untuk bangunan. Jenis bambu yang umum digunakan sebagai material konstruksi dan dipasarkan di Indonesia: 2 1. Bambu tali/ apus 2. Bambu petung (Dendrocalamus asper). 3. Bambu duri/ ori (Bambusa blumeana). 4. Bambu wulung/ hitam (Gigantochloa verticillata). 2 Heinz Frick, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 22

3 Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang (Studi kasus: Sakti Dinding Rook, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok Mengacu pada bentuk geometrik elemen struktural serta bentuk dan sifat geometrik dari material bambu 3, maka klasifikasi sistem struktur terbagi atas: 1. Elemen garis : a. Garis lurus : struktur rangka (kolom dan balok) b. Garis lengkung : struktur busur (form active) Dengan menggunakan material bambu, struktur rangka dan struktur busur dapat terbuat dari batang tunggal, gabungan batang tunggal ataupun dengan menggunakan rangka batang (truss vector active) 2. Elemen bidang : a. Bidang lurus : struktur permukaan/pelat b. Bidang lengkung : struktur permukaan aktif (surface active) Dengan menggunakan material bambu, struktur permukaan hanya dapat terbuat dari rangka batang ruang (space frame) baik lapis tunggal (space frame single layer) maupun lapis ganda (space frame double layer). Sistem struktur merupakan gabungan dari elemen-elemen struktural yang digabungkan dan disusun sehingga dapat berfungsi sebagai penyalur beban bangunan. Elemen strukturalnya dapat menggunakan batang bambu yang lurus ataupun batang bambu yang dilengkungkan. Bambu merupakan material dengan sifat fleksibiltas yang lebih besar dibanding material kayu atau baja, namun jika menginginkan radius kelengkungan yang melebihi kemampuan naturalnya, maka diperlukan proses khusus untuk melengkungkannya. Proses melengkungkan bambu dapat terbagi atas 2 (dua), yaitu 4 : 1. Cold Bending Process. Melengkungkan bambu dengan proses ini dapat dilakukan dengan metode shaving, strips, battens and beadings, 2. Hot Bending Process. Ketika dipanaskan, bambu menjadi lunak dan bersifat plastis. Perubahan bentuk bambu bisa pararel, diagonal atau tranversal kea rah serah. Setelah pendinginan, potongan bambu ini akan mempertahankan bentuk baru. Berikut ini adalah berbagai jenis sambungan bambu yang biasa digunakan dalam konstruksi bangunan bambu 5 : 1. Friction-Tight Rope Connection. Metode sambungan ini yang umum digunakan pada bangunan. Bahan tali tradisional yang digunakan adalah ijuk, kulit pohon, strip bambu dan rotan. Selain itu, saat ini sudah menggunakan material industry seperti kawat besi atau menggunakan tali plastik. 2. Plugin/Bolt Connection. Sambungan batang yang saling bersilangan (interlocking) dan disambung dengan pasak. Pasak berfungsi untuk mentransfer beban. Selain pasak, metode ini dapat menggunakan mur-baut. 3 Schodek, Daniel, (1998), Structures, Prentice Hall 4 Kramer, Karl. (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke 5 Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23 23

4 Anastasia Maurina 3. Positive Connection. Sambungan menggunakan lubang dan duri. Sambungan ini jarang digunakan karena bentuk profil bambu yang bulat dan berlubang, serta kemungkinan pecah/retak. 4. Double post. Sambungan ini menggunakan beberapa bambu. Dengan mengunakan konstruksi ini, tidak terjadi perlemahan pada elemen strukturalnya dan memiliki keungtungan untuk mengganti salah satu batang bambunya. III. BENTUK BANGUNAN ORGANIK Arsitektur organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural (Fleming, Honour & Pevsner, 1999, Penguin Dictionary of Architecture) Bentuk bangunan Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali (gambar 1.a) dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok (gambar 1.c) termasuk kedalam bentuk bangunan organik. Kedua bangunan tersebut mengambil inspirasi dari bentuk yang ditemukan di alam, yaitu metafora dari bentuk daun pisang (gambar 1.b) pada bangunan Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan metafora dari bentuk ombak (gambar 1.d) pada Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok. (a) (b) (c) (d) Gambar 1 Sakti Dining Room, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali (a) yang merupakan metafor dari daun pisang (b) dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok (b) yang merupakan metafor dari ombak (d) sumber : (a) ; (b) ; (c) ; wavepainting.blogspot.com (d) (diakses Agustus 2014) Kedua bangunan tersebut juga memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, yaitu bentuk asimetris yang merupakan gabungan 2 (dua) kurva yang tidak sama besar yang disatukan dengan sumbu linear yang berbentuk kurva. (Gambar 2a & 2b). Perbedaan sumbu diantara keduanya adalah sumbu yang terdapat pada bangunan Sakti Dining Room memiliki kelengkungan tunggal, dan sumbu yang terdapat pada bangunan Pearl Beach Lounge memiliki kelengkungan ganda. Selain memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, kedua bangunan tersebut memiliki bentuk atap yang serupa, yaitu bentuk dasar pelana yang dikembangkan. Garis wuwung mengikuti bentuk sumbu bangunan dan membentuk kelengkungan tunggal cembung jika dilihat secara planar dari tampak muka. (Gambar 2c & 2d) 24

5 Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang (Studi kasus: Sakti Dinding Rook, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok (a) (b) (c) (d) Gambar 2 Bentuk Dasar Bangunan pada Sakti Dining Room (a) Pearl Beach Lounge (b) Bentuk Atap pada Sakti Dining Room (c) Pearl Beach Lounge (d) sumber : dokumen pribadi IV. STRUKTUR RANGKA PADA BANGUNAN SAKTI DINING ROOM, FIVE ELEMENTS PURI AHIMSA, BALI Bangunan Sakti Dining Room adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai restauran pada kompleks resort Puri Ahimsa di Bali. Bangunan ini dirancangan oleh Ketut Arthana (Arte Arsitek). Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural Bangunan ini menggunakan sistem struktur rangka (gambar 3a). Struktur rangka merupakan sistem struktur yang bentuk geometrik elemen struktural adalah garis lurus. Elemen struktural utama untuk bangunan utamanya berupa portal jepit, yang terdiri dari kolom dan balok berupa batang bambu utuh dan lurus. Dengan menggunakan sistem struktur ini, semua elemen struktur utamanya terdiri dari batang bambu utuh yang lurus. Keuntungannya adalah proses konstruksi akan lebih mudah dibandingkan jika menggunakan elemen struktural yang lengkung. Pada bangunan ini, elemen lengkung hanya digunakan pada gording, yang menggunakan bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips). Dalam menyusun portal sebagai elemen struktural utamanya, bangunan yang memiliki bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung tunggal (Gambar 3.b). Portal tersebut disusun secara linear, tegak lurus terhadap sumbu bangunan tersebut. Konfigurasi ini mengambil analogi dari tulang daun pisang. Karena memiliki bentuk yang organik, maka bentuk dan ukuran setiap portal berbeda-beda mengikuti bentuk potongan bangunan pada titik struktur tersebut. Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral Beban gravitasional bidang atap yang tersusun atas gording, kaso, dan alang-alang sebagai material penutup atapnya, disalurkan melalui portal ke pondasi. Pondasi yang digunakan pada bangunan ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof. Dalam menyalurkan beban, batang-batang pada portal menyalurkan beban secara transversal, sehingga terjadi momen lentur pada balok dan juga pada kolomnya, sehingga dimensi batang 25

6 Anastasia Maurina bambu yang diperlukan akan lebih besar dibanding dengan batang-batang yang mengalami gaya aksial. (Gambar 3.c) Dalam mengatasi beban lateral, diperlukan bracing pengikat antar struktur portal. Namun pada bangunan ini tidak ada bracing pengikat antar struktur portal, sehingga hal tersebut menyebabkan bidang atap ikut bekerja untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban lateral. Dengan bentuk bangunan dan konfigurasi portalnya yang melengkung serta bangunan yang terbuka (tanpa dinding) dapat mengurangi beban lateral pada bangunan. Hal tersebut berbeda dengan bangunan yang konfigurasi portalnya disusun dalam bentuk dan sumbu yang lurus. Namun, bidang atap dapat mengalami gaya tekan dari arah bawah akibat beban angin akibat tidak adanya dinding pada bangunan ini. (a) (b) (c) Gambar 3 Struktur Rangka pada Sakti Dining Room sumber : Sinarto, Yohanes (2014) Jenis Sambungan Jenis sambungan yang digunakan pada elemen struktur portalnya adalah gabungan jenis Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection (Gambar 4.a). Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang paling mudah dikerjakan dengan waktu pengerjaan yang lebih singkat. Kelemahan sistem sambungan ini terletak pada titik mur-baut yang bertemu dengan bambu. Sering terjadi retak pada batang bambu sehingga perlu adanya elemen lain yang membantu sambungan tersebut, biasanya digunakan adukan mortar yang diisikan pada ruas bambu dimana terdapat titik sambungan. Untuk sambungan antar elemen pada bidang atap, digunakan jenis Possitive Connection dan Plugin/Bolt Connection. Jenis Possitive Connection digunakan untuk sambungan ring balok (laminated bundled-strips) ke kolom, dimana ruas bambu pada kolom diisi dengan mortar (Gambar 4.b). Sedangkan jenis Plugin/Bolt Connection untuk sambungan gording ke balok dari portal utama. Pada titik sambungan ini, selain terjadi gaya tekan, terjadi pula gaya geser akibat dari bidang atap yang berfungsi menjaga kestabilan dari beban lateral. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan tulangan di dalam batang bambu (Gambar 4.c). Proses yang dilakukan adalah melubangi bagian buku bambu dari dasar sampai dengan ketinggian sekitar cm kemudian batang bambu diberdirikan dan tulangan tersebut dimasukan di tengah bambu, setelah tulangan masuk kemudian batang bambu dilubangi dan diisi dengan adukan mortar / beton. Adukan akan mengisi ruang dalam batang bambu, kekuatan sambungan terdapat pada profil bagian dalam batang bambu yang bergerigi sehingga adukan akan menahan batang bambu agar tidak bergerak. 26

7 Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang (Studi kasus: Sakti Dinding Rook, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok (a) (b) (c) Gambar 4 Sambungan Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection antar batang pada portal (a) ; Sambungan Ring Balok ke Kolom (b) dan Sambungan Kolom ke Pondasi (c) di Bangunan Sakti Dining Room sumber : Sinarto, Yohanes (2014) V. STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN PEARL BEACH LOUNGE, GILI TRAWANGAN Bangunan Pearl Beach Lounge adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai restauran pada di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bangunan ini dirancangan oleh Heinz Alberti, seorang arsitek dan juga pemilik dari bangunan tersebut. Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural Bangunan ini mengunakan prinsip sistem struktur permukaan aktif yaitu struktur bidang lipat dengan rangka satu lapis (space frame single layer). Bentuk struktur seperti bentuk meja dengan kontak yang seminimal mungkin dengan lantai (Gambar 5). Dengan memperbanyak titik kontak dengan bidang atap akan mengecilkan gaya geser yang terjadi pada titik tumpuan bidang atap pada kolom. Bidang atap yang bergelombang membuat bidang atap lebih kaku dibandingkan dengan bidang datar dengan ketebalan yang sama. Gambar 5 Dasar Prinsip Struktur dari Bangunan Pearl Beach Lounge sumber : Kramer, Karl. (1985) dan dokumen pribadi Elemen struktural utama terdiri dari bidang atap dan kolom penopang. Bidang atap terdiri dari paduan elemen lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips) dan batang bambu utuh (Gambar 6.a). Sedangkan kolom penopang terdiri dari batang bambu lurus dan juga kolom lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips) (Gambar 6.b). Dengan adanya elemen bambu lengkung pada struktur utama dan juga posisi kolom yang miring (tidak tegak lurus dengan lantai), membuat proses konstruksi lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Tingkat presisi pada saat proses konstruksi lebih tinggi untuk mencapai bentuk yang sesuai dengan rancangan awal. 27

8 Anastasia Maurina Dalam menyusun bidang atap dan kolom-kolom penopang, bangunan yang memiliki bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung ganda (Gambar 6.c). Cluster kolom penopang tersebut disusun secara linear terhadap sumbu bangunan tersebut. Setiap kolom memiliki panjang dan kemiringan yang berbeda-beda. Hal ini akan memperumit proses konstruksinya. (a) (b) (c) Gambar 6 Elemen strukutral utama : bidang atap (a) dan kolom lurus - lengkung (b) serta Konfigurasi Elemen Struktur Bidang Atap dan Kolom Penopang (c) pada Bangunan Pearl Beach Lounge sumber : dokumen pribadi Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral Beban gravitasional disalurkan 2 (dua) arah pada bidang atap yang tersusun atas gording, kaso, dan papan bambu (plank) sebagai material penutup atapnya, lalu disalurkan melalui kolom-kolom penopang ke pondasi (Gambar 7.a).. Pondasi yang digunakan pada bangunan ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof. Dalam mengatasi beban lateral, bidang atap berperan dalam menjaga kekakuan dan kestabilannya. Bangunan yang terbuka tidak berdinding serta lokasi bangunan yang berada di pantai akan memungkinkan terjadinya gaya hisap pada atap. Hal ini dapat diatasi dengan memberi bukaan pada atap agar angin dapat keluar dari atap dan sambungan yang digunakan antara bidang atap dan kolom penopang (Gambar 7.b). (a) (b) Gambar 7 Penyaluran Beban Gravitasional (a) dan Beban Lateral (b) pada Bangunan Pearl Beach Lounge sumber : dokumen pribadi Jenis Sambungan Jenis sambungan yang digunakan antar batang pada bidang atap adalah jenis Friction- Tight Rope Connection (Gambar 8.a). Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang paling memungkinkan untuk menyambung batang dengan laminated bundled-strips. Untuk sambungan bidang atap dengan kolom digunakan jenis Friction-Tight Rope Connection (Gambar 8.b). Tipe sambungan ini dapat mengatasi gaya hisap yang mungkin terjadi pada bidang atap. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan 28

9 Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang (Studi kasus: Sakti Dinding Rook, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok tulangan di dalam batang bambu (Gambar 8.c). Proses yang dilakukan sama dengan proses yang dilakukan pada bangunan Sakti Dining Room. (a) (b) (c) Gambar 8 Sambungan Ikat antar batang pada bidang atap (a); Sambungan Bidang Atap dengan Kolom Penopang (b); Sambungan Kolom ke Pondasi (c) di Bangunan Pearl Beach Lounge sumber : dokumen pribadi VI. KOMPARASI BENTUK ARSITEKTURAL - BENTUK STRUKTURAL ANTARA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF Berikut ini merupakan tabel hasil komparasi bentuk arsitektural dan bentuk struktural dari dua bangunan yang memiliki sistem struktur yang berbeda, yaitu struktur rangka dan struktur permukaan aktif. Sakti Dining Room, Puri Ahimsa, Bali Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan Bentuk Arsitektural Konsep Bentuk Metafor : Daun pisang Metafor : Ombak Bentuk Dasar Linear Asimetris Gabungan 2 (dua kurva) cembung. Sumbu Kurva kelengkungan tunggal Kurva kelengkungan ganda Bentuk Selubung Bidang atap bergelombang. Pengembangan bentuk pelana. Garis wuwung: kelengkungan tunggal - cembung Bentuk Struktural Sistem Struktur Sistem struktur permukaan aktif Sistem Struktur Rangka Bidang lipat dengan rangka satu lapis (space Portal - Jepit frame single layer) Bentuk Geometri Elemen Struktural Garis - Lurus Bidang - Lengkung Elemen Struktural Utama Portal : Kolom & Balok Bidang atap & Kolom Penopang Batang Bambu Lurus & Lengkung Material Batang Bambu Lurus (laminated bundled-strips) Bentuk Bentuk Setiap Portal Berbeda-beda Panjang kolom penopang berbeda-beda Tidak Tegak Lurus terhadap Bidang Lantai Posisi Tegak Lurus Terhadap Bidang Lantai (miring & berbeda ketinggian) Konfigurasi Elemen Linear Tegak Lurus terhadap Sumbu Struktur Bangunan Linear - Cluster Perilaku Struktur dalam menyalurkan Beban Tranversal Tranversal Gravitasional Penyaluran Beban Bidang Atap Portal Pondasi Bidang Atap Kolom Penopang Pondasi Gaya pada elemen struktur Setiap batang dalam portal mengalami momen. Karena posisi kolom penopang miring dan dihubungkan jepit dengan pondasi, maka kolom mengalami gaya momen yang besar ditumpuan. 29

10 Anastasia Maurina Sakti Dining Room, Puri Ahimsa, Bali Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan Penyaluran Beban Tidak ada bracing antar portal. Lateral Bidang atap yang menjaga kestabilan lateral. Jenis Sambungan Antar batang pada Plugin/Bolt Connection elemen struktural Possitive Connection utama Friction-Tight Rope Connection Bidang atap & Plugin/Bolt Connection Struktural Utama Possitive Connection Friction-Tight Rope Connection Kolom & Pondasi cor beton dan tulangan di dalam batang bambu Proses Konstruksi Tingkat Kerumitan Lebih Tidak Rumit Lebih Rumit Waktu Dapat Lebih Singkat Lebih membutuhkan waktu Lebih sulit untuk mencapai presisi sesuai Presisi Dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan dengan gambar rancangan Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Rangka Potensi dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah : - Elemen struktur utamanya adalah garis lurus, sehingga dapat menggunakan batang bambu utuh (tidak perlu dibentuk lagi). Hal ini akan mempermudah saat proses konstruksi dan dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan. - Bentuk geometri struktur portal dapat dirancang sesuai dengan gaya-gaya yang terjadi dan menghasilkan bentuk yang menarik - Struktur portal disusun tegak lurus terhadap sumbu dan lantai, akan mempermudah dan mempercepat proses konstruksi - Bidang atap tidak berfungsi sebagai penyalur beban utama, sehingga jika terjadi kegagalan struktur pada bidang atap tidak menyebabkan kegagalan pada struktur lainnya. Dengan ketentuan, adanya bracing antar portal. Kendala dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah : - Untuk mencapai bentuk atap bergelombang, portal memiliki bentuk yang berbedabeda. - Jika tidak ada bracing, maka bidang atap akan berfungsi menjaga kestabilan arah horizontal. Diperlukan sambungan yang dapat menahan gaya geser horizontal antara bidang atap dan struktur utama. Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Permukaan Aktif Potensi dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah : - Penggunaan elemen struktural yang lebih banyak menggunakan garis lengkung dapat menciptakan bangunan lebih organik - Bidang atap berfungsi sebagai struktur utama, berperan dalam menyalurkan beban vertikal dan beban horizontal, sehingga bidang atap bukan menjadi beban bagi bangunan. Dibutuhkan lebih sedikit elemen strukturalnya. Kendala dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang adalah : 30

11 Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang (Studi kasus: Sakti Dinding Rook, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, Lombok - Bentuk geometri elemen struktural utama yang merupakan garis lengkung akan memperumit proses konstruksi, karena bambu harus diproses terlebih dahulu untuk mencapai kelengkungan yang diharapkan. Dalam kasus ini digunakan bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips). - Posisi kolom yang miring serta bentuk atap yang tidak teratur ini akan membuat tingkat presisi terhadap bentuk rancangan awal lebih sulit dicapai. VII. KESIMPULAN Bangunan dengan kategori struktur adalah arsitektur, elemen struktural yang diekspos akan berdampak pada bentuk dan spasial arsitekturalnya. Dengan bentuk selubung bangunan berupa atap bergelombang yang serupa dapat menerapkan sistem struktur yang berbeda, yaitu : struktur rangka atau struktur permukaan aktif. Kedua sistem tersebut memiliki bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural utama yang berbeda, maka spasial arsitektural yang tercipta akan menjadi berbeda juga. Pemilihan sistem struktur akan mempengaruhi bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktur serta mempengaruhi perilaku elemen strukturalnya dalam menyalurkan beban yang kemudian akan mempengaruhi pemilihan dari sistem sambungan inter/antar elemen strukturalnya. Pemilihan bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural serta pemilihan sistem sambungan akan menentukan tingkat kerumitan, waktu dan tingkat presisi saat proses konstruksi berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Frick, Heinz (2004), Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Kanisius, Yogyakarta. Kramer, Karl (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke, Stuttgart. Macdonald, Angus J. (2001), Structure and Architecture. Second Edition, Reed Educational and Professional Publishing Ltd, Oxford. Minke, Gernot, (2012), Building with Bamboo: Design and Technology of a Sustainable Architecture, Birkhauser, Switzerland. Sandaker, Bjorn N. (2008), On Span and Space: Exploring Structure in Architecture, Routledge, New York Schodek, Daniel (1999), Struktur, Erlangga, Jakarta Sinarto, Yohanes (2014), Integrasi Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi Bambu pada Sakti Dining Room Puri Ahimsa, Bali, Skripsi Tidak terpublikasi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23 31

APLIKASI RANCANGAN DAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BAMBU BILAH IKAT SEBAGAI ELEMEN STRUKTURAL

APLIKASI RANCANGAN DAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BAMBU BILAH IKAT SEBAGAI ELEMEN STRUKTURAL Hibah Penelitian Dosen Muda APLIKASI RANCANGAN DAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BAMBU BILAH IKAT SEBAGAI ELEMEN STRUKTURAL Disusun Oleh: Ketua Peneliti : Anastasia Maurina, ST., MT. Tim Peneliti : Budianastas

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan tanaman dari famili rerumputan (Graminae) yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Secara tradisional bambu dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA Oleh : A.A.M DINDING Menurut fungsinya dinding dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Dinding Struktural : Yaitu dinding yang berfungsi untuk ikut menahan beban struktur,

Lebih terperinci

KOMPARASI PENGGUNAAN MATERIAL BAMBU DALAM STRUKTUR FORM-ACTIVE DAN SEMI-FORM-ACTIVE PADA BANGUNAN LENGKUNG BENTANG LEBAR

KOMPARASI PENGGUNAAN MATERIAL BAMBU DALAM STRUKTUR FORM-ACTIVE DAN SEMI-FORM-ACTIVE PADA BANGUNAN LENGKUNG BENTANG LEBAR Perjanjian No: III/LPPM/2013-03/29-P KOMPARASI PENGGUNAAN MATERIAL BAMBU DALAM STRUKTUR FORM-ACTIVE DAN SEMI-FORM-ACTIVE PADA BANGUNAN LENGKUNG BENTANG LEBAR Disusun Oleh: ANASTASIA MAURINA ST., MT. WULANI

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum 8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan, sehingga membentuk suatu jenis

Lebih terperinci

2.5.c Konsep Selembar kertas tipis dan datar tidak dapat menahan beban sendiri.

2.5.c Konsep Selembar kertas tipis dan datar tidak dapat menahan beban sendiri. Struktur Plat Lipat 2.4.a Pengertian Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya lebih kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Struktur plat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi di Jakarta BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK

Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi di Jakarta BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 Tema Sebagaimana kita ketahui struktur merupakan suatu bagian dalam bangunan yang memiliki fungsi penahan beban vertical dan horizontal tetapi bersamaan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR PLAT LIPAT AZRATIH HAIRUN FRILYA YOLANDA EFRIDA UMBU NDAKULARAK AGRIAN RIZKY RINTO HARI MOHAMMAD GIFARI A. PENGERTIAN STRUKTUR PLAT LIPAT Pelat adalah struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan konstruksi bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai struktur utama. Banyaknya penggunaan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan dan model struktur masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih terus dicari dan diusahakan

Lebih terperinci

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap {senol utku, Charles, John Benson, 1977). yaitu : 1. Tahap Perencanaan (Planning phase) Meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) Astuti Masdar 1, Zufrimar 3, Noviarti 2 dan Desi Putri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, STT-Payakumbuh, Jl.Khatib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI MUSHOLLA BAMBU BAGI KOMUNITAS P4S TANI MANDIRI DESA CIBODAS, KAB. BANDUNG

REKONSTRUKSI MUSHOLLA BAMBU BAGI KOMUNITAS P4S TANI MANDIRI DESA CIBODAS, KAB. BANDUNG Hibah Pengabdian bagi Pembangunan Masyarakat REKONSTRUKSI MUSHOLLA BAMBU BAGI KOMUNITAS P4S TANI MANDIRI DESA CIBODAS, KAB. BANDUNG Disusun Oleh: dantim Pengabdian Program Studi Arsitektur untuk Rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2. Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu sistem struktur yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya dinding bata hanya difungsikan

Lebih terperinci

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perancangan struktur suatu bangunan gedung didasarkan pada besarnya kemampuan gedung menahan beban-beban yang bekerja padanya. Disamping itu juga harus memenuhi

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG Oleh: Fajar Nugroho Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK Tri Hartanto Abstrak Membangun berarti mengatur dan aturan tersebut dapat dicerminkan dalam setiap proses tahapan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batang tekan merupakan batang yang mengalami tegangan tekan aksial. Dengan berbagai macam sebutan, tiang, tonggak dan batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan intensitas gempa yang cukup tinggi. Kondisi ini mengharuskan masyarakat Indonesia menjadi lebih selektif dalam pemilihan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Kelebihan beton bila dibandingkan dengan material lain diantaranya adalah tahan api, tahan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda

BAB I PENDAHULUAN. apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri STRUKTUR LIPATAN Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula. Karena momen energia yang didapat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber 2.1.1 Definisi Cross Laminated Timber (CLT) pertama dikembangkan di Swiss pada tahun 1970-an. Produk ini merupakan perpanjangan dari teknologi rekayasa

Lebih terperinci

Learning Outcomes. Menjelaskan berbagai macam struktur untuk bangunan bentang lebar Mengenal sifat bahan dan menerapkan dalam desain yang terintegrasi

Learning Outcomes. Menjelaskan berbagai macam struktur untuk bangunan bentang lebar Mengenal sifat bahan dan menerapkan dalam desain yang terintegrasi Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan berbagai macam struktur untuk bangunan bentang lebar Mengenal sifat bahan dan menerapkan dalam desain yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Bambu. Peralatan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Bambu. Peralatan Bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian tentang bambu sebagai bahan bangunan dalam bentuk utuh/solid maupun dalam bentuk rekayasa bambu laminasi telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN... DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN... i SURAT KETERANGAN PEMBIMBING...ii ABSTRAK...iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB 3 METODE ANALISIS BAB 3 METODE ANALISIS Perkembangan teknologi membawa perubahan yang baik dan benar terhadap kemajuan di bidang konstruksi dan pembangunan infrastruktur. Perkebangan ini sangat membantu alam dan ekosistemnya

Lebih terperinci

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga Ali Awaludin, Ph.D Laboratorium Teknik Struktur Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil C Baja adalah salah satu alternatif bahan dalam dunia konstruksi. Baja digunakan sebagai bahan konstruksi karena memiliki kekuatan dan keliatan yang tinggi. Keliatan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Metode-metode yang dipakai dalam menyusun laporan Tugas Akhir terdiri dari metode pengumpulan data, metode analisis dan perhitungan, metode penyajian laporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk satu kesatuan dengan menggunakan berbagai macam teknik penyambungan. Sambungan pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki perkembangan di bidang ekonomi, industri dan pariwisata yang sangat pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

Material Bambu sebagai Konstruksi pada Great Hall Eco Campus Outward Bound Indonesia

Material Bambu sebagai Konstruksi pada Great Hall Eco Campus Outward Bound Indonesia Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2015 Material Bambu sebagai Konstruksi pada Great Hall Eco Campus Outward Bound Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terbatasnya lahan perkantoran saat ini menjadi salah satu kendala suatu perusahaan untuk memperluas serta menambah lapangan pekerjaan di Jakarta. Oleh karena

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN PERANCIS

APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN PERANCIS Ruang Terbuka dalam Perancangan Kota APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN PERANCIS Abstraksi Struktur adalah sebuah sarana untuk menyalurkan beban ke atas tanah. Bangunan modern biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI

PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI F.X. Nurwadji Wibowo 1,Yoyong Arfiadi 2, Fransisca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan untuk berdeformasi

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB 1 PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR PERSAMAAN...xiv INTISARI...xv ABSTRACT...xvi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini BAB I PENDAHULUAN I. Umum Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan sudah sangat pesat, begitu juga dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini didukung oleh kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN

APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN APLIKASI STRUKTUR SHELL PADA ROYAN MARKET HALL, ROYAN PERANCIs Abstraksi Struktur adalah sebuah sarana untuk menyalurkan beban ke atas tanah. Bangunan modern biasanya menggunakan struktur advance untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atap merupakan salah satu bagian kontruksi yang berfungsi untuk melindungi bagian bawah bangunan dari panas matahari, hujan, angin, maupun sebagai perlindungan lainnya.

Lebih terperinci

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban BAB I Struktur Menerus : Balok A. engertian Balok merupakan struktur elemen yang dimana memiliki dimensi b dan h yang berbeda, dimensi b lebih kecil dari dimensi h. Bagian ini akan membahas mengenai balok

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

plat lengkung atau plat lipat yang tebalnya kecil dibandingkan dengan dimensi

plat lengkung atau plat lipat yang tebalnya kecil dibandingkan dengan dimensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur cangkang telah banyak dikenal dalam penggunaan untuk pesawat terbang, peti kemas dan pada bangunan (atap, pondasi dan silo). Kekuatan cangkang untuk struktur tidak

Lebih terperinci

TEATER IMAX KEONG EMAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH

TEATER IMAX KEONG EMAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH REKAYASA STRUKTUR BANGUNAN 3 TEATER IMAX KEONG EMAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH LUTFIA BRILIAN NISA I 0210029 TEATER IMAX KEONG EMAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH Teater Imax Keong Emas didirikan atas prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan konstruksi selalu terjadi hingga saat ini yang dapat dilihat dengan usaha para ahli yang selalu melalukan inovasi untuk dapat menemukan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG

STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG 1.1 PENGANTAR STRUKTUR FUNICULAR Ada jenis-jenis struktur yang telah banyak digunakan oleh perencana gedung yaitu struktur pelengkung dan struktur kabel menggantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan material bangunan, perlu dikembangkan material bambu. Banyak jenis bambu yang dapat dipergunakan sebagai material bangunan antara lain bambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas Indonesia semakin berkembang dari hari kehari. Mulai dari sumber daya manusianya yaitu dosen pengajar,

Lebih terperinci