ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan tetap memenuhi syarat kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai pola pengadaan telah dikembangkan, baik melalui sektor pemerintah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun pihak swasta. Salah satu sarana untuk mendukung program penyediaan rumah bagi rakyat adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya, harga, jumlah dan mutunya, serta penguasaan teknologi pembangunan perumahan oleh masyarakat. Sementara itu, kemajuan teknologi dan industri jasa konstruksi untuk pembangunan rumah sederhana belum mengalami banyak kemajuan, baik dari segi arsitektural, teknik pembangunan, maupun harganya. Dalam proses pembangunan perlu dikembangkan berbagai sistem dan teknologi untuk mengurangi biaya pembangunan, sesuai dengan sasaran pembangunan dan kemampuan masyarakat. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan sistem komponen yang menunjang kecepatan membangun. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan teknologi komponen yang menunjang kecepatan membangun. Analisis dari hal kecepatan membangun merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari segi labour (tenaga kerja) dimana semakin cepat proses konstruksi, berarti waktu jam kerja dapat dikurangi. 67

2 Tabel 4. Prosentase Besaran Komponen Pekerjaan terhadap Komposisi Biaya Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Komponen Komposisi (%) Pondasi 3 7 Struktur Lantai Dinding Plafond 8 10 Atap Utilitas 8 10 Finishing Apabila melihat dari prosentase komponen-komponen pekerjaan terhadap komposisi biaya konstruksinya, dinding memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keseluruhan biaya pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dikembangkan sistem dinding prefabrikasi yang dimaksudkan untuk pembangunan secara massal Kelebihan dan Kekurangan Sistem Prefabrikasi yang telah Dikembangkan di Indonesia Sebelum dilakukan analisis terhadap kecepatan membangun masing- masing sistem, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan hasil survey mengenai sistem prefabrikasi yang telah ada di Indonesia dan diuraikan keseluruhan elemen pembentuknya, mulai dari pondasi hingga atap. Untuk menerapkan sistem industrialisasi melalui sistem prefabrikasi, beberapa evaluasi terhadap sistem yang digunakan perlu dilakukan. Parameter evaluasi adalah aspek struktural dan kecepatan membangun. Konsep sistem prefabrikasi yang akan dikembangkan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dan memanfaatkan kelebihan dari pengembangan sistem prefabrikasi yang telah dilakukan, seperti RISHA, Smart Modula, dan Solusi Rumah. 68

3 Tabel 5. Sistem Prefabrikasi yang telah Dikembangkan 69

4 Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif berupa penguraian kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem prefabrikasi tersebut dari segi struktur, aplikasi arsitektural, aspek industrialisasi, transportasi dan ereksi dan assembly. Analisis ini lebih ditekankan kepada hubungannya dengan aspek kecepatan membangun. Pada Smart Modula kelebihannya adalah sistem ini menggunakan struktur rangka serta memiliki struktur yang ringan, karena terbuat dari rangka baja ringan, tahan gempa dan umur pemakaian yang cukup panjang. Proses konstruksi cepat yaitu 12 hari, karena penggunaan konsep prefabrikasi, dimana komponen telah diproduksi terlebih dahulu di pabrik. Selain itu yang menunjang kecepatan membangunnya adalah peralatan yang sederhana, bobot komponen yang ringan, dan dimensi yang cukup ideal untuk mempermudah proses handling. Kekurangannya adalah jenis sambungan yang digunakan cukup banyak, jenis komponen terlalu banyak, dan material sulit didapat di beberapa daerah tertentu. Tabel 6. Smart Modula Struktur Aplikasi Arsitektural Proses industrialisasi Transportasi Erection dan assembly Kesamaan dengan Keuntungan (+) sistem lain Kerugian ( ) Ringan, struktur pendukung ada pada rangka, tahan gempa, sistem sambungan kering Fleksibel, dapat dikembangkan dan dimodifikasi Proses cepat, tidak terlalu banyak masalah dalam fabrikasi penggunaan semi skilled labor Mudah, komponen dapat ditumpuk, tidak ada batasan jarak Diperlukan peralatan yang sederhana untuk pemasangan, pemasangan cepat (12 Hari) Umur pemakaian cukup Jenis sambungan panjang yang digunakan terlalu banyak Aplikasinya terbatas pada Dapat didirikan dimana saja low rise building Sistem tertutup, terlalu banyak komponen, dapat terjadi salah pasang, material sulit didapat pada beberapa daerah tertentu Terlalu banyak komponen, dapat tertukar Padat karya, mahal, diperlukan personel ahli dalam pemasangan, Pada RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang dikembangkan oleh Puslitbangkim, kelebihannya adalah dari segi struktur RISHA memiliki struktur yang tahan gempa dan menggunakan sistem rangka sebagai sistem pendukung serta penerapan sistem sambungan kering. 70

5 RISHA bersifat fleksibel, dalam arti dapat dikembangkan apabila penghuni membutuhkan tambahan ruang. Berdasarkan data yang didapat, proses pembuatan komponen RISHA di workshop memakan waktu sekitar 1 minggu dan untuk pemasangannya dibutuhkan low skilled labour. Tabel 7. RISHA Keuntungan (+) Tahan Gempa, struktur pendukung ada pada rangka, Struktur menggunakan sistem sambungan kering Umur pemakaian cukup panjang Aplikasi Arsitektural Fleksibel, dapat dikembangkan dapat didirikan dimana saja Cukup cepat, sekitar 1 minggu untuk pembuatan komponennya, diperlukan semi Proses industrialisasi skilled labor Transportasi Komponen dapat ditumpuk Proses pembangunan cepat Erection dan assembly (1 2 hari), pemasangan mudah Kesamaan dengan sistem lain Kerugian ( ) Sistem sambungan banyak sistem tertutup, padat modal untuk mendirikan industri industri pembuat komponennya Mobilitas rendah, karena komponen berat, serta ukuran komponen besar Diperlukan peralatan khusus untuk pemasangan, padat karya Proses pembangunan RISHA termasuk cepat dimana waktu pemasangan komponen-komponen bangunan dalam percobaan lapangan rata-rata waktu yang diperlukan unutk merakit satu modul Risha adalah sekitar 9 jam, dengan jumlah tenaga kerja 3 orang yang terdiri dari satu laden, satu tukang dan satu kepala tukang merangkap mandor. Waktu tersebut terpenuhi bilamana seluruh komponen yang diproduksi di pabrik sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan serta dibangun di atas lahan dengan tanah keras. Ketentuan tersebut berlaku untuk satu modul, yaitu Risha dengan ukuran 3 x 3 meter persegi termasuk dengan kelengkapan bangunan diantaranya kamar mandi dengan ukuran 1.20 x 1.50 m. sehingga bilamana untuk mengerjakan satu unit RIT-1 dengan luas 21 m 2, maka diperlukan 6 orang dengan waktu yang kurang lebih sama dengan pengerjaan satu modul. Kekurangan sistem RISHA adalah dari proses industrialisasinya karena padat modal, diperlukan modal yang cukup besar untuk mendirikan industri pembuat 71

6 komponen, dari segi transportasi adalah mobilitas rendah karena komponen berat dan ukuran komponen cukup besar sehingga dari segi ereksi dan perakitan membutuhkan peralatan khusus untuk memasang. Pada Solusi Rumah Holcim, menggunakan dua buah sistem, yaitu sistem rangka dengan dinding pengisi dan sistem dinding pendukung beban. Pada sistem rangka dengan dinding pengisi, beban disalurkan pada rangka bangunan. Hal ini memberikan kemudahan untuk pengembangan bangunan lebih lanjut. Solusi Rumah Holcim memiliki tingkat industrialisasi yang tinggi, dimana pembuatan blok bata sepenuhnya merupakan hasil industri pabrik, bukan workshop skala kecil maupun menengah. Kecepatan pembuatan komponen adalah 3000 buah perharinya. Tabel 8. Solusi Rumah Holcim dengan Dinding Pendukung Beban Proses transportasi amat mudah, karena komponen berukuran kecil, dan ringan. Karena kedua sifat tersebut maka mobilitas menjadi tinggi. Selain itu keuntungan lain adalah kemudahan dalam pemasangan dan tidak diperlukan peralatan khusus untuk pemasangan. 72

7 Tabel 9. Solusi Rumah Holcim Sistem Rangka dan Dinding Pengisi Sama halnya dengan Solusi Rumah Holcim dengan dinding pendukung beban, karena menggunakan sistem load bearing wall, beban mati yang didukung oleh dinding dapat dikurangi. Kelebihan lain dari sistem ini sama dengan sistem rangka dengan dinding pengisi. Kekurangan kedua sistem tersebut adalah dari segi struktur masih diperlukannya wet joint dengan mortar, yang mengakibatkan proses konstruksi relatif lebih lama daripada sistem lain, yaitu sekitar 1 bulan tanpa finishing. Dari segi ereksi dan perakitan, untuk membangun Solusi Rumah, tukang harus memiliki lisensi khusus dari PT. Holcim Indonesia, sehingga tidak bisa dibangun oleh low skilled labour. Selain itu ada kemungkinan tertukarnya komponen, karen jumlah komponen yang relatif banyak. Karena sifatnya merupakan industrialisasi tinggi, diperlukan modal yang banyak untuk membangun industri komponen ini karena PT. Holcim Indonesia memberlakukan sistem franchise dalam pembentukan industri komponennya. 73

8 Tabel 10. Perumahan Gempol Sistem selanjutnya adalah Perumahan Gempol. Sistem ini menggunakan sistem panel bambu plaster. Kelebihan dari Perumahan Gempol ini adalah penggunaan sistem panel dengan rangka. Penggunaan sistem panel dapat meningkatkan produktivitas di lapangan dan mempersingkat waktu penyelesaian unit-unit bangunan. Sistem sambungan yang digunakan adalah sistem sambungan kering dengan sambungan plus minus yang dapat mempercepat proses konstruksi. Dari segi arsitektural, kelebihannya adalah sifatnya yang fleksibel, sehingga dapat dimodifikasi dan dikembangkan. Tingkat industrialisasi adalah industri menengah, tidak diperlukan terlalu banyak modal untuk pembuatan komponen serta pemanfaatan bahan lokal yaitu bambu yang banyak terdapat di Indonesia. Kelebihan dari segi transportasi adalah tidak adanya batasan jarak untuk pengangkutan dan mudah untuk mengangkutnya. Dari segi proses konstruksi, pembangunan relatif cepat karena ukuran komponen yang relatif kecil dan tidak terlalu berat, serta item pekerjaan sedikit. Kekurangan dari sistem yang digunakan oleh Perumahan Gempol adalah karena sistem sambungan menggunakan sistem sambungan plus minus, sistem sambungan harus kuat untuk mengantisipasi beban yang terjadi. Selain itu sistem 74

9 ini hanya untuk low rise building, serta dibutuhkan tenaga terampil dalam pemasangan. Tabel 11. Perumahan Jl. Rebab Sistem yang digunakan oleh rumah di Jl. Rebab adalah juga sistem panel bambu plaster. Perbedaannya terletak pada ukuran panel dan sistem sambungan. Ukuran panel adalah 60 x 240 cm dan menggunakan sistem sambungan kering dengan paku dan baut. Kelebihan sistem ini adalah panel berfungsi sebagai sistem pendukung beban. Ukuran panel yang relatif besar dan kemudahan pemasangan menyebabkan pembangunan relatif cepat. Panel prefabrikasi memberikan sifat fleksibel pada bentuk ruang, sehingga ruang mudah dimodifikasi dan dikembangkan. Merupakan industrialisasi tingkat menengah dengan pemanfaatan komponen lokal, yaitu bambu. Kekurangan sistem ini adalah masih diperlukannya pemakaian pasangan bata sebagai pemisah antara komponen dinding dengan sloof, ukuran komponen yang terlalu besar dan berat, sehingga diperlukan peralatan khusus dan tenaga terampil dalam proses pemasangan serta kesulitan dalam proses transportasi. 75

10 Tabel 12. Sistem Konvensional Sebagai pembanding dilakukan pula analisis terhadap sistem konvensional dengan menggunakan pasangan bata. Kelebihan dari pasangan bata ini adalah bata dapat digunakan pada sistem rangka sebagai dinding pengisi dan dapat pula digunakan sebagai dinding pendukung (load bearing wall). Penggunaan sistem wet joint dapat memberikan sifat monolitik. Bata sangat fleksibel, dapat diterapkan pada berbagai bangunan, dan cocok untuk perumahan. Selain itu industri bata dapat mencakup berbagai skala industri, mulai industri kecil dengan bata rakyat hingga industri besar. Karena ukurannya kecil, mobilitas bata tinggi, kemudahan dalam handling dan mudah dipasang. Kekurangannya adalah masih diperlukannya wet joint, tetap diperlukan finishing, jumlah komponen yang digunakan pada sistem konvensional banyak serta item pekerjaan banyak. Faktor ini yang mempengaruhi dalam kecepatan membangun, pembangunan dengan menggunakan sistem konvensional relatif lama. 76

11 4.2. Analisis Kecepatan Membangun Untuk mendapatkan kriteria perancangan, pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap kecepatan membangun dari masing-masing sistem yang dijadikan acuan. Sistem-sistem tersebut dianalisis kecepatan membangunnya setiap bagian pekerjaan, mulai pekerjaan kolom; pekerjaan balok, sloof dan ringbalok serta pekerjaan dinding. Kemudian analisis pula berat dan dimensi serta sistem sambungan masing-masing komponen kemudian dicari korelasi dengan kecepatan membangun. Selain itu dibandingkan pula dengan metoda konvensional dengan menggunakan dinding pasangan bata. Tabel 13. Kolom (berat-kecepatan) SMART MODULA Tabel 14. Kolom (dimensi-kecepatan) SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi kolom (m2) Kecepatan (m2/jam) Melalui tabel diatas dapat terlihat bahwa konstruksi kolom yang digunakan Smart Modula merupakan yang tercepat. Smart Modula menggunakan sistem rangka dengan bahan baja ringan dengan dinding penutup berupa dinding campuran semen dan styrofoam. Berat kolom yang ringan serta dimensi kolom yang kecil mempengaruhi kecepatan membangun. Sistem tercepat kedua adalah RISHA dengan bobot kolom yang relatif besar dan dimensi kolom yang lebih besar pula dari Smart Modula. Akan tetapi pada Solusi Rumah Holcim dimensi komponen kolom yang digunakan relatif kecil dan bobot komponen relatif besar, tidak berpengaruh pada 77

12 kecepatan konstruksi kolom. Hal ini disebabkan sistem prefabrikasi dengan precast kolom, sehingga tidak diperlukan lagi pekerjaan bekisting. Hal yang berpengaruh pada kecepatan membangun kolom adalah bobot dan penggunaan sistem prefabrikasi. Tabel 15. Sloof (berat-kecepatan) SMART SOLUSI RUMAH PERUMAHAN JL. PERUMAHAN SOLUSI RUMAH MODULA RISHA HOLCIM I REBAB GEMPOL HOLCIM II BATA Berat sloof Kecepatan (m2/jam) Tabel 16. Sloof (dimensi-kecepatan) SMART MODULA SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi sloof (m2) Kecepatan (m2/jam) Pada pekerjaan sloof, dapat dilihat bahwa penggunaan sloof dengan sistem konvensional seperti yang digunakan oleh Perumahan Jl. Rebab dan sistem konvensional bata memakan waktu. Selain karena bobotnya yang relatif besar, jenis pekerjaan yang dilakukan banyak. Hal utama yang berpengaruh pada kecepatan membangun sloof adalah bobot komponen. Tabel 17. Ringbalk (berat-kecepatan) SMART SOLUSI RUMAH PERUMAHAN JL. PERUMAHAN SOLUSI RUMAH MODULA RISHA HOLCIM I REBAB GEMPOL HOLCIM II BATA Berat ringbalk Kecepatan (m2/jam)

13 Tabel 18. Ringbalk (dimensi-kecepatan) SMART MODULA SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi ringbalk (m2) Kecepatan (m2/jam) Pada dinding, kecepatan membangun dipengaruhi oleh dimensi. Dimensi yang besar, seperti RISHA dan Perumahan Jl. Rebab, memiliki kecepatan membangun yang relatif besar. Akan tetapi, Perumahan Gempol, yang dimensinya lebih kecil daripada Perumahan Jl. Rebab, proses membangunnya lebih cepat. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beratnya yang relatif lebih ringan. Tabel 19. Dinding (berat-kecepatan) Tabel 20. Dinding (dimensi-kecepatan) 79

14 Tabel 21. Sistem Sambungan Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa sistem sambungan kering (dry joint) merupakan sistem sambungan yang paling cepat pengerjaannya. Dalam hal ini, sistem sambungan yang digunakan oleh RISHA, yaitu baut dan plat merupakan yang paling cepat, diikuti oleh sistem sambungan yang digunakan oleh Smart Modula dan sistem sambungan yang digunakan oleh Perumahan Gempol (sambungan plus minus). Pada dinding, RISHA merupakan yang tercepat, dengan dimensi komponen dinding yaitu 120 x 240 cm. Akan tetapi, Perumahan Gempol yang memiliki dimensi komponen yang lebih kecil daripada Perumahan Jl. Rebab yang dikembangkan oleh Puslitbangkim lebih cepat proses konstruksinya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemudahan pemasangan serta bobotnya yang lebih ringan dan kesederhanaan bentuk komponen. Berat komponen dinding juga mempengaruhi produktivitas dari masing-masing sistem. Pada dinding bambu plaster pracetak yang digunakan oleh Puslitbangkim 80

15 yang memiliki bobot cukup besar terbukti produktivitasnya rendah. Akan tetapi, pada sistem yang memiliki berat yang relatif ringan seperti Solusi Rumah dan sistem konvensional memiliki kecepatan membangun yang rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sistem sambungan yang digunakan serta karakter dimensi dari sistem tersebut. Begitu pula dengan ring balk, sloof dan kolom. Bobot dan karakter dimensi mempengaruhi kecepatan membangun sistem. Sistem sambungan yang digunakan serta kemudahan pemasangan juga mempengaruhi kecepatan membangun. Keragaman jenis pekerjaan juga mempengaruhi kecepatan membangun. Hal ini terlihat dari Perumahan Gempol dan Smart Modula. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan Solusi Rumah, Perumahan Jl. Rebab, maupun sistem konvensional. Sedangkan RISHA dipengaruhi oleh kesederhanaan jenis komponen. Jumlah komponennya yang sedikit dan dapat digunakan untuk berbagai sistem menyebabkan proses konstruksinya menjadi jauh lebih cepat daripada sistem yang lain Analisis Gaya Agar komponen dapat mengatasi gaya-gaya yang terjadi, perlu dilakukan analisis terhadap gaya-gaya yang terjadi pada komponen tersebut. Gaya-gaya yang terjadi antara lain gaya geser lateral, gaya geser vertikal, dan gaya guling. Gaya lateral yang terjadi pada bangunan dapat menyebabkan bangunan mengalami geser. Gaya geser dapat terjadi pada struktur bangunan, baik pada pondasi maupun struktur atap. 81

16 Gambar 49. Perpindahan akibat gaya lateral Sumber : Design For Earthquakes (Ambrose, 1999) Cara untuk mengatasi geser akibat gaya lateral adalah dengan memberikan bracing diagonal, dinding geser (shear wall) atau dengan sambungan yang kaku (rigid). Gambar 50. Tiga metoda dasar untuk mencapai kestabilan lateral, yaitu dengan diagonal bracing, shear planes,dan rigid joint. Sumber : Structures (Schodeck, 1980) Pada rancangan komponen dinding ini untuk mengatasi gaya geser yang terjadi, digunakan sistem dinding geser dan diperlukan adanya sambungan pada arah vertikal dan horizontal. Gambar 51. Gaya Lateral

17 Sistem dinding geser (shear wall) dengan rangka pengaku diterapkan pada komponen panel, rangka (kolom dan balok) diterapkan pada rangka komponen, sementara dinding geser diterapkan pada dinding panel. Beban lain yang bekerja adalah beban horizontal. Salah satu akibat dari beban horizontal adalah terjadinya gaya guling pada bangunan. Massa bangunan memiliki berperan ganda, yaitu sebagai sumber gaya momentum horizontal dan stabilitas penahan terhadap gaya guling. Sifat kritis dari gaya guling ini adalah bentuk vertikal bangunan. Semakin lebar bangunan semakin kecil kemungkinannya untuk mengalami gaya guling dibandingkan dengan bangunan yang tinggi dan ramping. Gambar 52. Pengaruh gaya guling pada bangunan Sumber : Design For Earthquakes (Ambrose, 1999) Untuk mengatasi gaya guling akibat beban horizontal, diperlukan adanya suatu sambungan pada arah horizontal dan agar menjadi lebih kaku diperlukan adanya suatu tambahan sistem kunci dengan mur-baut. 83

18 Gambar 53. Gaya Guling Gaya vertikal yang terjadi dapat mengakibatkan bangunan mengalami geser vertikal, yang mengakibatkan bangunan mengalami deformasi. Untuk mengatasi gaya tersebut, diperlukan adanya sistem sambungan pada arah vertikal. Gambar 54. Gaya Vertikal 84

19 4.4. Kriteria Perancangan Tabel 22. Elaborasi Kecepatan Dimensi Berat 85

20 Dari hasil elaborasi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yang menjadi kriteria dalam usulan rancangan komponen berikutnya, yang diuraikan sebagai berikut : Dimensi Komponen Karakter dimensi komponen yang dapat menunjang kecepatan membangun, adalah seperti yang digunakan oleh RISHA dan Smart Modula. RISHA menggunakan dimensi komponen dinding panel 120 x 240 m dan komponen rangka adalah 120 x 30 cm. Smart Modula menggunakan dimensi komponen dinding adalah 90 x 70 cm Aspek Arsitektural Dimensi dan Modul Ruang 1. SOLUSI RUMAH HOLCIM 2. SMART MODULA 3. RISHA 86

21 4. PERUMAHAN GEMPOL 5. PERUMAHAN JL. REBAB PUSLITBANGKIM Dari uraian di atas terlihat bahwa dimensi ruang yang pada masing-masing sistem adalah 3.00 x 3.00 m dengan menggunakan modul terkecil adalah modul 30 cm. Perkecualian ada pada Perumahan Gempol yang menggunakan modul 20 cm, baik untuk modul vertikal maupun horizontal. Untuk modul vertikal yang digunakan pada ketinggian bangunan, semua sistem menggunakan modul 30 cm atau 20 cm seperti yang digunakan pada Solusi Rumah Holcim. Apabila mengacu pada modul ruang yang terdapat pada Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (2002), maka dimensi ruang 3.00 x 3.00 m dengan modul terkecil (vertikal dan horizontal) adalah 20 cm dan 30 cm sudah sesuai. Tentunya modul dan dimensi ruang tersebut telah diperhitungkan terhadap kebutuhan minimal penghuninya Konfigurasi dan Tampilan Kesederhanaan item pekerjaan merupakan salah satu hal yang dapat mempercepat proses konstruksi. Hal ini terlihat pada Perumahan Gempol, yaitu dengan tidak adanya sloof dan pekerjaan dinding yang dirangkap oleh rangka. 87

22 Oleh karena itu dinding panel ini harus dapat menampung berbagai macam fungsi, seperti halnya sistem yang digunakan oleh RISHA. Pada sistem RISHA, selain sebagai komponen pembentuk rangka, dapat digunakan untuk pondasi, rangka atap, kanstin, bahkan meja dan kursi taman. Karena ditujukan untuk pembangunan rumah sehat dan sederhana, komponen harus dapat berfungsi sebagai meja dapur, bak mandi bahkan tangga apabila memungkinkan. Selain itu dinding panel harus dapat memberikan kebebasan dalam rancangan dan bentuk ruang. Dinding panel harus dapat mudah dibongkar dan dipasang kembali apabila diperlukan perluasan pada bangunan. Dari segi tampilan, pola pemasangan dilakukan seperti pemasangan bata yang saling bersilang Berat Komponen Untuk menunjang kecepatan membangun, bentuk komponen sederhana dan memiliki bobot relatif ringan, karena bobot mempengaruhi kecepatan membangun, seperti yang ditunjukan oleh RISHA dan Smart Modula. Menurut ISO berat maksimum yang dapat diangkat oleh 95 % laki-laki dan 70 % wanita adalah 25 kg sedangkan dalam MMH (Manual Materials Handling) adalah 27 kg dimana berat ini dapat diangkat oleh 90 % laki-laki. Sedangkan berat maksimum yang dapat diangkat oleh wanita menurut MMH adalah 20 kg. Bobot diantara kg masih dapat diangkat oleh satu orang pekerja, namun bobot di atas 55 kg harus diangkat dengan menggunakan alat bantu dan team work. (Patenaude, 2004) Konsep Prefabrikasi Pemilihan konsep sistem prefabrikasi berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain : 1. Untuk menunjang konsep pembangunan massal dan proses konstruksi yang cepat 2. Mutu komponen terjamin. 3. Diperlukan komponen yang sederhana dan ukuran yang tidak terlalu besar sehingga mempermudah proses pemasangan dan pengangkatan. 88

23 4. Dibutuhkan jenis komponen sesedikit mungkin sehingga didapat kemudahan dalam transportasi, mobilitas komponen tinggi, dengan sistem sambungan sederhana Sistem Sambungan (Joint) Dari hasil analisis, dapat terlihat sistem sambungan yang dapat menunjang kecepatan membangun adalah sistem sambungan kering (dry joint). Sistem sambungan kering tersebut adalah sistem sambungan dengan baut dan plat yang digunakan oleh RISHA dan Smart Modula serta sistem sambungan plus-minus yang digunakan oleh Perumahan Gempol. Selain itu hal yang dapat mempercepat proses konstruksi adalah kemudahan sistem pemasangan komponen, seperti yang terdapat pada Smart Modula, RISHA dan Perumahan Gempol Material yang digunakan Material yang digunakan harus bersifat ringan, mudah untuk dipelihara, mudah dalam pemasangan dan transportasi, dan dapat mengurangi beban pada bearing structure. Selain itu material harus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan-bahan kimia, termasuk polusi dan garam-garaman. Material harus memiliki akustik yang baik dan tahan terhadap noda, busuk, korosi dan api. 89

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari interpretasi hasil kajian yang dilakukan sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai penelitian ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK KECEPATAN DALAM TEKNOLOGI MEMBANGUN GEDUNG DI INDONESIA Studi Kasus : Perumahan

KAJIAN ASPEK KECEPATAN DALAM TEKNOLOGI MEMBANGUN GEDUNG DI INDONESIA Studi Kasus : Perumahan KAJIAN ASPEK KECEPATAN DALAM TEKNOLOGI MEMBANGUN GEDUNG DI INDONESIA Studi Kasus : Perumahan Dina Olivia Surjamanto Wonorahardjo Suwardi Tedja Benedictus Edward KK Teknologi Bangunan - Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pembangunan perumahan secara massal dilakukan melalui sistem industrialisasi. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, industrialisasi mulai berkembang

Lebih terperinci

Pengembangan Kerangka Model

Pengembangan Kerangka Model Bab V Pengembangan Kerangka Model Model ini merupakan pengembangan dari kerangka model yang merupakan hasil studi sebelumnya. Kerangka tersebut disusun dan dikembangkan menjadi Model Proses Produksi Rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terbatasnya lahan perkantoran saat ini menjadi salah satu kendala suatu perusahaan untuk memperluas serta menambah lapangan pekerjaan di Jakarta. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak terkecuali pada bangunan rumah tinggal sederhana. Balok merupakan bagian struktur yang fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipilih oleh para ahli struktur. Banyaknya pemakaian beton disebabkan beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh,

Lebih terperinci

STUDI DESAIN DINDING PREFABRIKASI RUMAH MASSAL DARI ASPEK KECEPATAN MEMBANGUN TESIS. DINA OLIVIA NIM Program Studi Arsitektur

STUDI DESAIN DINDING PREFABRIKASI RUMAH MASSAL DARI ASPEK KECEPATAN MEMBANGUN TESIS. DINA OLIVIA NIM Program Studi Arsitektur STUDI DESAIN DINDING PREFABRIKASI RUMAH MASSAL DARI ASPEK KECEPATAN MEMBANGUN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh DINA OLIVIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota yang meliputi kepadatan penduduk, lahan yang semakin sempit serta perkembangan gaya hidup dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU. PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU Nama Mahasiswa : Bagus Darmawan NRP : 3109.106.003 Jurusan : Teknik Sipil

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL Oleh : Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Padang fajar_nugroho17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA Oleh : A.A.M DINDING Menurut fungsinya dinding dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Dinding Struktural : Yaitu dinding yang berfungsi untuk ikut menahan beban struktur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL Mahasiswa : ADE ROSE RAHMAWATI 3111 105 001 Dosen Pembimbing : BAMBANG PISCESA, ST. MT.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa

Lebih terperinci

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh: PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL Disusun Oleh: HAFIZH FADLA NIM. 105060107111002-61 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki ancaman gempa bumi yang cukup tinggi. Peristiwa tersebut menimbulkan dampak negatif yaitu dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS

PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS Ferdinandus Eddy Handoyo 1, Johan 2, Sentosa Limanto 3, dan Johanes Indrojono Suwono 4 ABSTRAK : Perkembangan teknologi pembuatan konstruksi

Lebih terperinci

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE Beton Pracetak adalah beton yang dibuat dibawah pengawasan pabrik/factory, dan dipasang /install kelapangan/site setelah beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai kota besar di dunia, diantaranya adalah akibat bertambahnya permintaan dan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

PRECAST CONCRETE WALL

PRECAST CONCRETE WALL PRECAST CONCRETE WALL 27/05/2013 Erwin Rommel-FT UMM 1 PERAN & FUNGSI DINDING PRACETAK Dinding pracetak memiliki 2 (dua) fungsi pada bangunan : Menambah stabilitas pada portal gedung Sebagai barrier pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, 6

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Beton Pracetak Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal

Lebih terperinci

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM MOH. YUSUF HASBI AVISSENA NRP. 3110100128 DOSEN PEMBIMBING: Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D Prof. Dr. Ir. I Gusti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan BAB III METODOLOGI 3.1 Dasar-dasar Perancangan Struktur gedung beton komposit masih jarang digunakan pada gedunggedung bertingkat tinggi terutama di indonesia karena material ini masih tergolong baru bila

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S)

KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S) KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S) Sentosa Limanto 1, Johanes I. Suwono 2, Danny Wuisan 3 dan Christian Raharjo 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada bidang konstruksi yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu struktur yang digunakan

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) SESUAI SNI 03-2847- 2002 DAN SNI 03-1726- 201X

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Alur berpikir MULAI PENGUMPULAN DATA PRELIMINARY DESIGN : - Menentukan layout struktur - Menentukan property material - Pembebanan layout MODELISASI STRUKTUR DENGAN BEBAN TIDAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lantai.satu keuntungan tambahan dari system rangka baja Staggered Truss ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lantai.satu keuntungan tambahan dari system rangka baja Staggered Truss ini adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sistem Rangka Baja Staggered Truss Sistem struktur rangka baja Staggered Truss ini terdiri dari beberapa rangka yang ditempatkan pada baris kolom secara bergantian di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu sistem struktur yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya dinding bata hanya difungsikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

PENGARUH PENEMPATAN CORE WALL DENGAN EKSENTRISITAS TERTENTU TERHADAP TITIK BERAT BANGUNAN PADA BANGUNAN TINGGI DI BAWAH PENGARUH BEBAN GEMPA

PENGARUH PENEMPATAN CORE WALL DENGAN EKSENTRISITAS TERTENTU TERHADAP TITIK BERAT BANGUNAN PADA BANGUNAN TINGGI DI BAWAH PENGARUH BEBAN GEMPA PENGARUH PENEMPATAN CORE WALL DENGAN EKSENTRISITAS TERTENTU TERHADAP TITIK BERAT BANGUNAN PADA BANGUNAN TINGGI DI BAWAH PENGARUH BEBAN GEMPA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada Gedung Bertingkat. (www.ilmusipil.com/tower-crane-proyek-gedung) Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, tower

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB DAN SHEARWALL PADA ZONA GEMPA MENENGAH SEBAGAI PENGGANTI SISTEM KONVENSIONAL MUHAMMAD HADID 3109.106.002 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan gedung bertingkat saat ini semakin pesat dan dalam pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), sehingga dalam pengerjaan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON 7.1 Uraian Umum Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT PT. Kinarya Beton Indonesia Permata Niaga Sukajadi Blok B No. 3 Batam Indonesia Telp.(0778) 451 804 Fax. (0778) 428 728 Email :info@flyslab.com,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material

Lebih terperinci

SISTEM INTERLOCKING PONDASI TAPAK PADA RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI

SISTEM INTERLOCKING PONDASI TAPAK PADA RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI SISTEM INTERLOCKING PONDASI TAPAK PADA RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI Alesandro 1, Rangga 2, Sentosa Limanto 3, JohanesSuwono 4 ABSTRAK: Pondasi merupakan suatu bagian penting dalam proses pembangunan rumah

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah tinggal rakyat atau sering juga disebut rumah tinggal sederhana di Indonesia merupakan bangunan struktur yang dalam pembangunannya umumnya tidak melalui suatu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pengembangan Profesi Berkelanjutan Ahli Pracetak TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: GAMBIRO Jakarta, 15 Agustus 2016 KOMPONEN GEDUNG PRACETAK Lantai Tangga

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL 7.1. Uraian umum. Pada setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

RANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR RANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR 2006 2007 NO MATA KULIAH SEM SKS DOSEN CONTENT TUGAS 1. KONSTRUKSI 1 o Cornellia Rimba Definisi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email: nugrafindo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Untuk mengetahui penelitian mengenai pengaruh pengekangan untuk menambah kekuatan dan kekakuan dari sebuah kolom. Perubahan yang akan di lakukan dari

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM : PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 8 LANTAI DENGAN 1 BASEMENT DI WILAYAH GEMPA 3 MENGGUNAKAN PRINSIP DAKTILITAS TINGKAT III Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring kemajuan pada bidang konstruksi yang bertujuan untuk mendapatkan struktur yang efisien, kuat atau aman dan murah. Salah satunya adalah penggunaan struktur baja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka kebutuhan akan bangunan sebagai tempat usaha dan hunian akan semakin meningkat. Akan tetapi karena lahan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29 BAB III PENDEKATAN METODE 3.1 PENDAHULUAN Metodologi adalah tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI

BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Mulai Studi Literatur Konstruksi Baja Untuk Struktur Atas bangunan Spesifikasi Bangunan - Pembebanan - Data-data fisik - Data-data struktur Konfigurasi

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang 62 BAB III METODOLOGI Proses penyusunan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Struktur Menara Masjid Agung Jawa Tengah ini meliputi langkah langkah sebagai berikut : 3.1. Pengumpulan Data Lapangan Jenis

Lebih terperinci

menggunakan ketebalan 300 mm.

menggunakan ketebalan 300 mm. 1 PERENCANAAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM FLAT SLAB DAN DINDING GESER Auramauliddia, Bambang Piscesa ST MT,Aman Subekti Ir MS Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tenik Sipil

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Konsep rumah tahan gempa, dari analisa data Kementrian Ristek Indonesia: Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Indonesia terletak diantara pertemuan 4 lempeng tektonik yaitu, lempeng Filipina, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan Lempeng Hindia-Australia. Akibat letaknya

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di era sekarang ini, kian marak perkembangan teknologi konstruksi yang menawarkan beberapa keuntungan, baik dari segi kemudahan pelaksanaan maupun segi ekonomis. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : ELVAN GIRIWANA 3107100026 1 Dosen Pembimbing : TAVIO, ST. MT. Ph.D Ir. IMAN WIMBADI, MS 2 I. PENDAHULUAN I.1 LATAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beton pracetak adalah struktur beton yang dibuat dengan metode percetakan sub elemen struktur (sub assemblage) secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop

Lebih terperinci

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK) NOMOR : TANGGAL : NOMOR URAIAN KEGIATAN Koef. A BANGUNAN GEDUNG 24.01 Pekerjaan Persiapan & Tanah 24.01.01.01 Pembuatan Bouwplank /Titik Titik 23.02.04.01.01.F Mandor 0.0045 Orang Hari 158,000.00 711.00

Lebih terperinci