PEMILIHAN PARAMETER PENGOLAHAN CITRA YANG OPTIMAL UNTUK PENGHITUNGAN BENIH DAN TELUR IKAN FAJAR MULYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN PARAMETER PENGOLAHAN CITRA YANG OPTIMAL UNTUK PENGHITUNGAN BENIH DAN TELUR IKAN FAJAR MULYANTI"

Transkripsi

1 PEMILIHAN PARAMETER PENGOLAHAN CITRA YANG OPTIMAL UNTUK PENGHITUNGAN BENIH DAN TELUR IKAN FAJAR MULYANTI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing Dr Ir I Wayan Astika, M.Si dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Fajar Mulyanti NIM F

4 ABSTRAK FAJAR MULYANTI. Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan. Dibimbing oleh I WAYAN ASTIKA. Tujuan penelitian ini adalah menentukan parameter pengolahan citra yaitu batas thresholding dan luasan citra bergerombol ikan yang optimal untuk melakukan penghitungan benih ikan dengan pengolahan citra. Nilai threshold ditentukan dengan dua cara yaitu: 1) Menggunakan persentil grey scale citra benih ikan dan 2) Menunjuk warna patokan citra benih ikan. Nilai persentil threshold untuk benih ikan gurame gabah adalah 75, benih lele 3-4 cm, benih nila 1 cm, dan benih patin 1" adalah 70, benih ikan mas 5 cm dan gurame kuku adalah 50, telur gurame adalah 90, dan benih nila merah adalah 25. Rasio luas benih ikan bergerombol dengan luas rata-rata satu ekor benih ikan memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap jenis ikan. Rasio telur ikan yang bergerombol cenderung lebih besar daripada rasio benih ikan yang bergerombol. Metode menentukan nilai threshold dengan persentil grey scale menghasilkan akurasi penghitungan pada benih ikan lele 90.07%, patin 1" 84.75%, gurame kuku 86.11%, gurame gabah 86.09% dan telur gurame 83.33%. Penentuan threshold dengan menunjuk warna citra ikan menghasilkan akurasi pada benih ikan nila sebesar 93.33%, patin 1" 90.00%, lele 80.65%, gurame kuku 93.29%, gurame kwaci 89.82%, gurame gabah 84.90%, dan telur gurame 91.72%. Kata kunci : penghitungan benih ikan, pengolahan citra ABSTRACT FAJAR MULYANTI. Determining Optimal Image Processing Parameters for Counting of Fish Jouveniles and Fish Eggs. Supervised by I WAYAN ASTIKA. The aim of this research is to determine the optimal image processing parameters consisting of thresholding level and ratio of fish school area in order to count the number of fish jouveniles or eggs with image processing method. The thresholding level was determined with two methods: 1) Percentile of fish image grey scale, and 2) Pointing the fish image color. The percentile threshold value for 0.5 cm gouramy was 75, 3-4 cm catfish, 1 cm tilapia, and 1 pangasius were 70, 5 cm carp and 1 cm gouramy were 50, eggs of gouramy was 90, and 3 cm red tilapia was 25. Ratio area of jouveniles fish school with average area of one jouvenile has different value depent on the fish type. Ratio of fish school eggs was bigger than fish school. Percentile of grey scale threshold showed accuracy for jouveniles of catfish was 90.07%, 1 pangasius was 84.75%, 1 cm gouramy 86.11%, 0.5 cm gouramy was 86.09%, and eggs of gouramy was 91.72%. Fish image color threshold showed accuracy for jouveniles of tilapia was 93.33%, 1 pangasius was 90.00%, catfish was 80.65%, 1 cm gouramy was 93.29%, 0.75 cm gouramy was 89.82%, 0.5 cm gouramy was 84.90%, and eggs of gouramy was 91.72%. Keywords : fish jouveniles counting, image processing

5 PEMILIHAN PARAMETER PENGOLAHAN CITRA YANG OPTIMAL UNTUK PENGHITUNGAN BENIH DAN TELUR IKAN FAJAR MULYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi: Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan Nama : Fajar Mulyanti NIM : F Disetujui oleh '"7 Dr Ir I Wayan Astika, M.Si Pembimbing Tanggal Lulus: f2 3 OCT 2013

8 Judul Skripsi : Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan Nama : Fajar Mulyanti NIM : F Disetujui oleh Dr Ir I Wayan Astika, M.Si Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, M.Eng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengolahan citra, dengan judul Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir I Wayan Astika, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran, arahan, dukungan dan bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi serta kepada Dr Ir Emmy Darmawati, M.Si dan Dr Liyantono, S.TP, M.Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adi, Aas, Satria, Anggit, Paklik AF Subagyo, Bulik Parminah, Paklik Rohmat IM, serta Ilham atas segala doa, bantuan, dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Nuzul, Naila, Wenny, Gde, Desi, Kurnia, Adit, Rusnadi, Heri, Iqbal, dan semua teman-teman TEP 46 atas dukungan, bantuan dan semangatnya. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teknisi Pak Gozali, Pak Kodir, dan Pak Andri yang telah membantu selama pengambilan data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Fajar Mulyanti

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE PENELITIAN 3 Waktu dan Tempat 3 Alat 3 Bahan 3 Prosedur Penelitian 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Karakteristik Sebaran Warna Citra 5 Penentuan Batas Thresholding 7 Rasio Luas Ikan Bergerombol 12 Pengujian Program 16 SIMPULAN DAN SARAN 23 Simpulan 23 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 30

12 DAFTAR TABEL 1 Karakteristik grey scale beberapa citra benih ikan patin 1" dan nampan 7 2 Sebaran warna grey scale benih ikan gurame 8 3 Nilai threshold pada citra benih ikan gerame gabah 11 4 Persentil nilai threshold beberapa jenis ikan 12 5 Contoh beberapa bentuk benih ikan lele bergerombol 13 6 Rasio luas benih ikan bergerombol dengan luas satu ekor benih ikan 15 7 Akurasi pengujian program penghitung ikan 19 8 Akurasi pengujian program penghitung benih ikan gurame nguku 22 DAFTAR GAMBAR 1 Nampan dengan tepi berbentuk lengkung 4 2 Contoh beberapa ikan yang bergerombol 4 3 Histogram sebaran grey scale benih ikan gurame dan nampan 5 4 Benih ikan patin ukuran 1" pada pencahayaan gelap dan terang 6 5 Histogram sebaran grey scale piksel-piksel di dalam nampan 6 6 Benih gurame ukuran gabah 8 7 Histogram sebaran grey scale benih ikan gurame 9 8 Histogram sebaran grey scale pada satu nampan 10 9 Contoh hasil thresholding pada beberapa persentil nilai threshold Tampilan program penghitungan luas benih ikan Contoh benih ikan yang bergerombol pada bagian pinggir Contoh telur gurame yang bergerombol empat dan tiga ekor Tampilan program penghitungan benih ikan Hasil penghitungan benih ikan lele Hasil penghitungan pada citra dengan ikan yang berada di pinggir nampan Tampilan program pengolahan citra 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nilai persentil threshold beberapa jenis ikan 26 2 Akurasi pengujian penghitung ikan pada bebepara jenis ikan 28

13 6

14 PENDAHULUAN 30 Latar Belakang Usaha pembenihan ikan berperan penting dalam menjamin keberlangsungan usaha pembesaran. Mutu benih yang dihasilkan merupakan hal penting dalam upaya memenangkan persaingan pasar. Harga jual benih umumnya ditentukan per ekor benih, sehingga dalam pemasaran diperlukan kegiatan penghitungan benih. Para petani ikan umumnya masih menggunakan cara manual untuk menghitung dan menentukan ukuran benih ikan. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan kelipatan lima, benih ikan dihitung setiap lima ekor. Penghitungan dan penentuan ukuran secara manual memerlukan konsentrasi yang cukup tinggi, tenaga kerja yang banyak, waktu yang lama, dan melelahkan sehingga sering menyebabkan kesalahan. Menurut Seminar (2000), perhitungan bibit ikan yang dilakukan secara manual memiliki banyak kelemahan, antara lain: subyektifitas perhitungan, waktu yang lambat, kelelahan dalam perhitungan, dan akurasi yang tidak memadai khususnya untuk menghitung bibit ikan dalam jumlah yang besar. Kesalahan penghitungan secara manual dapat mencapai 10% untuk setiap penghitungan sebanyak 1000 ekor bibit (Seminar, 1998 dalam Seminar, 2000). Seminar (2000) membuat desain alat penghitung bibit ikan dengan multisensor paralel. Desain fungsional alat penghitung bibit ikan dengan multisensor dikembangkan dari alat penghitung dengan sensor tunggal dengan mereplikasi penyaluran keluaran ikan dan sistem sensor, serta menambahkan komponen fungsional penjumlah (adder). Prinsip kerja dari alat penghitung ikan ini yaitu ikan yang akan dihitung dialirkan melalui pipa yang transparan sehingga kehadiran ikan pada pipa dapat terdeteksi satu persatu oleh sensor yang dipasang pada pipa penyaluran. Hasil dari pembacaan sensor tersebut kemudian dijumlahkan secara paralel untuk memperoleh hasil perhitungan. Pengujian performansi alat penghitung dengan multisensor paralel belum dilaksanakan sehingga belum diketahui seberapa besar akurasi, kecepatan perhitungan, dan keamanan bagi ikan. Saksanni (2008) menggunakan pengolahan citra dalam pemutuan dan perhitungan benih ikan lele pada tiga kondisi pencahayaan yaitu pada ruang terbuka, di bawah naungan sinar matahari, dan di ruang dengan pencahayaan terkondisi. Parameter panjang dan parameter luas digunakan untuk menentukan grade atau kelas dari masing-masing benih ikan lele yang terdapat dalam citra digital yang telah dianalisa. Hasil klasifikasi menggunakan parameter panjang akan dibandingkan dengan hasil klasifikasi dengan parameter luas. Nilai akurasi yang diperoleh pada pengujian di ruang terbuka dengan parameter luas sebesar 77,78 % dan menggunakan parameter panjang sebesar 61,79 %. Pengujian di naungan sinar matahari menggunakan parameter luas sebesar 86,67 % dan menggunakan parameter panjang sebesar 83,33 %. Pengujian di ruang terkondisi menggunakan parameter luas sebesar 87,78 % dan menggunakan parameter panjang sebesar 64,44 %. Kelemahan pada metode ini yaitu belum mampu mengenali bintik putih pada tubuh ikan lele akibat pemantulan sinar, belum

15 2 mampu menanggulangi cacat pada citra objek pengolahan akibat riak air, belum mampu mengenali dan memisahkan objek ikan lele yang bersinggungan. Adhi (2011) menggunakan pengolahan citra dan metode timbang untuk menghitung benih lele. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat yang terdiri dari wadah penampung ikan, kerangka meja wadah, dan dudukan kamera. Cara kerja dari alat yaitu benih dituang dalam wadah kemudian diambil gambarnya oleh kamera digital dan menyimpannya dalam bentuk JPEG. Citra tersebut kemudian dipindahkan ke komputer untuk selanjutnya diolah dengan program Visual Basic 6.0 agar didapatkan area citra benih ikan. Pengambilan citra dilakukan pada waktu 5 detik, 10 detik, dan 15 detik setelah benih dituang ke dalam wadah. Waktu yang terbaik untuk melakukan pengambilan citra yaitu saat benih berada dalam wadah dalam selang waktu 5 detik. Hasil perhitungan jumlah benih dengan pengukuran berat benih mempunyai akurasi yang cukup tinggi dengan error rata-rata 3.5%, sedangkan hasil perhitungan jumlah benih ikan melalui sistem simulasi memiliki error rata-rata 2.3%. Kelemahan pada sistem ini antara lain: masih adanya bayangan yang ikut serta dalam wadah yang tidak terhapus saat dilakukan thresholding sehingga perlu adanya pengkondisian cahaya, dan sistem belum mampu memisahkan secara detil objek yang berhimpitan. Kendala yang menyebabkan rendahnya akurasi pada penelitian sebelumnya yaitu cahaya yang menyebabkan adanya bayangan dalam wadah sehingga mempengaruhi thresholding, dan sistem belum mampu memisahkan secara detil objek yang berhimpitan. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan metode penghitungan benih ikan dengan pengolahan citra yang mampu mengatasi adanya efek bayangan dan dapat menghitung ikan yang berhimpitan atau bergerombol dengan metode penghitungan yang sesuai. Penelitian sebelumnya diterapkan pada jenis ikan lele sehingga pada penelitian ini dilakukan pengembangan dengan menerapkan metode panghitungan pada jenis ikan yang lebih beragam. Astika dkk (2013) melakukan pengembangan penelitian dengan metode pengolahan citra untuk menghitung dan menentukan ukuran telur dan benih ikan. Citra yang diambil pada telur dan benih ikan diolah dalam program Visual Basic. Proses thresholding diterapkan untuk menghilangkan bayangan objek dan nampan serta kotoran yang ada pada nampan. Setiap penghitungan didahului oleh langkah kalibrasi, sejumlah telur atau benih diproses untuk mengetahui ukuran gambar rata-rata benih ikan atau telur. Akurasi sangat tergantung pada kondisi pencahayaan objek. Kondisi pencahayaan yang berbeda membutuhkan nilai optimum yang berbeda dari parameter thresholding, sehingga sulit untuk menetapkan nilai konstan parameter. Keakuratan penghitungan telur jauh lebih baik daripada benih ikan karena ukuran, warna, dan posisi relatif konsisten. Penelitian yang dilakukan menerapkan beberapa metode yang telah dikembangkan pada penelitian yang telah dilakukan olah Astika (2013). Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menentukan parameter pengolahan citra yaitu batas thresholding dan luasan citra ikan bergerombol yang optimal untuk melakukan penghitungan benih ikan dengan pengolahan citra.

16 METODE PENELITIAN 3 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 September 2013 bertempat di Bagian Teknik Biosistem, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB, dan Desa Putat Nutug, Kecamataan Ciseeng, Bogor. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah telepon seluler, laptop, kamera digital, luxmeter, nampan, serokan ikan, ember, Microsoft Excel dan software Microsoft Visual Basic. Bahan Bahan yang digunakan berupa benih ikan lokal dengan beberapa grade, jumlah benih yang digunakan dalam sekali pengambilan citra ekor untuk setiap jenis ikan dan setiap gradenya. Beberapa jenis dan ukuran (grade) benih ikan yang digunakan adalah: 1. Benih ikan lele ukuran: 3-4 cm, 5-6 cm, dan 7-8 cm 2. Benih ikan nila ukuran: 1 cm dan 3-5 cm 3. Benih ikan mas ukuran: 5 cm 4. Benih ikan gurame ukuran: larva, gabah, kwaci, kuku 5. Telur gurame 6. Benih ikan patin ukuran: 0.5 ꞌꞌ dan 1 ꞌꞌ Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup beberapa tahapan yaitu identifikasi masalah, perancangan, dan pengambilan data. 1. Identifikasi masalah Penelitian diawali dengan melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Ukuran benih yang umum diperjualbelikan beragam mulai dari telur (ikan gurame), larva, sampai pada ukuran tertentu. Permasalahan yang ditemukan adalah penghitungan benih ikan yang dilakukan secara manual membutuhkan waktu lama dan akurasi yang rendah. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya tentang penghitungan benih ikan dengan pengolahan citra mempunyai kelemahan yaitu pengaruh cahaya yang menimbulkan bayangan pada tepi wadah dan sistem belum mampu memisahkan objek yang berhimpitan. 2. Perancangan Benih ikan yang akan diambil citranya ditempatkan pada nampan dengan ukuran disesuaikan agar ukuran ikan pada citra yang

17 4 dihasilkan tidak terlalu kecil sehingga mudah untuk dilakukan pengolahan citra. Nampan yang digunakan berwarna putih agar warna objek pada citra yang dihasilkan kontras dengan warna latar. Faktor cahaya yang menyebabkan bayangan di tepi wadah dapat diatasi dengan mendesain nampan yang lengkung pada bagian tepi (Gambar 1). Faktor cahaya yang menyebabkan kecerahan citra tidak stabil dapat diatasi dengan memainkan nilai threshold. Gambar 1 Nampan dengan tepi berbentuk lengkung Kendala berupa adanya ikan yang bergerombol (Gambar 2) dapat diatasi dengan mengetahui luas ikan per ekor dan luas ikan yang bergerombol sehingga dapat diketahui rasio luas ikan bergerombol dengan luas satu ekor ikan. Penghitungan rasio luas ikan yang bergerombol dengan jumlah satu ekor ikan dilakukan pada setiap jenis ikan agar dapat diketahui karakteristik rasio luas ikan pada setiap jenis ikan dan dapat dipilih nilai rasio luas yang optimal yang dapat digunakan untuk semua jenis ikan. Gambar 2 Contoh beberapa ikan yang bergerombol 3. Pengambilan data Pengambilan citra dilakukan pada kondisi pencahayaan alami tanpa adanya pengkondisian cahaya. Hal tersebut bertujuan agar program yang dirancang nantinya dapat diterapkan di lapangan. Pengambilan data berupa citra ikan dilakukan pada pagi hari pk dan siang hari pk dengan iluminansi cahaya berkisar antara 450 lux sampai 1400 lux. Ikan ditempatkan pada

18 nampan dan pengambilan citra dilakukan secara tampak atas dari nampan. Pengambilan citra dilakukan dengan menggunakan kamera telepon seluler dan kamera digital. Citra digital yang dihasilkan kemudian disimpan dalam format JPEG dengan ukuran 640 x HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sebaran Warna Citra Data berupa citra digital yang dihasilkan kemudian diolah dengan program Visual Basic 6.0 untuk mengetahui nilai RGB dan grey citra. Nilai RGB dan grey dari citra ikan dalam satu nampan tersebut kemudian diolah dengan program Excel untuk mengetahui sebaran warna dalam bentuk histogram sebaran grey scale. Histogram sebaran grey scale memperlihatkan sebaran grey dari dua objek yaitu warna latar (nampan) dan warna benih ikan. Contoh histogram sebaran warna citra pada benih ikan gurame ukuran kuku dan nampan dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan histogram tersebut dapat dilihat bahwa warna grey pada citra tersebar pada nilai Frekuensi tertinggi terjadi pada selang nilai grey yang merupakan piksel latar. Gambar 3 Contoh histogram sebaran grey scale citra benih ikan gurame dan nampan Setiap jenis benih ikan yang berbeda mempunyai bentuk, ukuran, dan warna yang berbeda sehingga karakteristik sebaran warna berbeda. Karakteristik sebaran warna setiap citra pada jenis ikan yang sama dapat berbeda, hal tersebut disebabkan kondisi pencahayaan dan posisi benih ikan yang berbeda. Gambar 5 menunjukkan contoh citra benih ikan patin ukuran 1" yang diambil pada kondisi iluminansi cahaya yang berbeda. Gambar 5 menunjukkan perbedaan sebaran warna grey scale pada tingkat iluminansi yang berbeda.

19 6 (a). Pencahayaan gelap (778 lux) (b). Pencahayaan terang (900 lux) Gambar 4 Benih ikan patin ukuran 1" pada pencahayaan gelap dan terang (a) Sebaran warna pada pencahayaan gelap (778 lux) (b) Sebaran warna pada pencahayaan terang (900 lux) Gambar 5 Histogram sebaran grey scale piksel-piksel di dalam nampan

20 Gambar 5 (a) diambil pada tingkat iluminansi cahaya 778 lux sedangkan Gambar 5 (b) diambil pada tingkat iluminansi cahaya 900 lux. Citra yang dihasilkan pada tingkat iluminansi yang lebih terang menyebabkan frekuensi puncak bergeser ke arah grey yang lebih besar (lebih terang). Karakteristik yang dapat digunakan sebagai acuan pada histogram sebaran warna yaitu nilai minimal, maksimal, rata-rata, dan frekuensi terbanyak. Citra yang dihasilkan dari jenis benih ikan yang sama dan kisaran intensitas cahaya yang sama menghasilkan karakteristik sebaran warna yang berbeda. Tabel 1 menunjukan karakteristik sebaran grey scale pada benih ikan patin ukuran 1" berupa nilai grey minimal, maksimal, rata-rata, dan frekuensi terbanyak. Tabel 1 Contoh karakteristik grey scale beberapa citra benih ikan patin 1" dan nampan Gambar Iluminansi cahaya (lux) Grey minimal Grey maksimal Grey rata-rata Selang frekuensi terbanyak Citra yang diambil pada tingkat iluminansi lebih besar menunjukkan grey rata-rata yang lebih besar dan frekuensi terbanyak berada pada selang nilai yang lebih besar (lebih terang). Perbedaan karakteristik sebaran grey scale disebabkan citra yang dihasilkan tidak konsisten. Citra yang tidak konsisten dipengaruhi oleh nilai iluminansi cahaya yang berubah-ubah, dan fokus dari kamera. Posisi benih yang berubah-ubah juga menyebabkan citra yang dihasilkan tidak sama. Pengambilan citra dilakukan pada pencahayaan alami yaitu di ruang terbuka dengan naungan tanpa adanya pengkondisian cahaya sehingga tingkat iluminansi pada kisaran intensitas yang sama tidak konstan. 7 Penentuan Batas Thresholding Proses thresholding diperlukan untuk memisahkan objek (benih ikan) dengan latar, sehingga dapat mengetahui luas piksel objek. Pada proses thresholding piksel benih ikan diubah menjadi hitam (grey 0) dan piksel latar diubah menjadi putih (grey 255). Nilai thresholding diprediksi menggunakan dua cara yaitu menetukan persentil grey scale dan menunjuk warna patokan citra ikan. Cara 1: Menentukan Persentil Grey Scale sebagai Batas Threshold Nilai thresholding diprediksi berdasarkan karakteristik sebaran warna benih ikan. Prediksi batas thresholding ditentukan berdasarkan batasan nilai grey scale benih yang dinyatakan dalam persentil. Contoh penentuan batas threshold

21 8 berdasarkan batas warna ikan yang diterapkan pada benih ikan gurame ukuran gabah dapat dilihat pada Gambar 6, 7, dan 8 dibawah. Gambar 6 Benih gurame ukuran gabah Sebaran warna benih gurame yang digunakan untuk menentukan batas threshold dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 8. Tabel 2. Contoh sebaran warna grey scale benih ikan gurame Selang nilai grey Frekuensi (piksel) Frekuensi kumulatif Persentil (piksel) Letak persentil (nilai grey scale) Warna grey benih ikan gurame gabah tersebar dari nilai Nilai grey menunjukkan warna bagian tubuh ikan yang paling terang. Pada ikan gurame ukuran gabah nilai grey tersebut menunjukkan warna bagian ekor dan bagian pinggiran ikan. Frekuensi terbesar menunjukkan bahwa sebagian besar warna tubuh benih ikan berada pada nilai grey 56.5 sampai Selang grey scale diakumulasikan dalam bentuk persen antara 0-100, maka frekuensi pada batas nilai 44.5 menunjukkan 5% dan frekuensi pada nilai grey 128 menunjukkan nilai 100%.

22 9 selang nilai threshold persentil 20 nilai threshold optimal persentil 75 persentil 95 GREY SCALE Gambar 7 Histogram sebaran grey scale dari citra benih ikan gurame Nilai threshold dicoba pada persentil 20, 75, dan 95. Nilai threshold pada persentil 20, 75, dan 95 diterapkan sebagai nilai threshold pada citra seluruh nampan. Untuk mengetahui persentil threshold yang paling optimal dari ketiga nilai persentil tersebut maka dilakukan pengujian proses thresholding pada citra seluruh nampan dengan nilai-nilai persentil tersebut. Nilai yang menunjukkan hasil thresholding terbaik dipilih sebagai nilai persentil thresholding yang optimal. Kriteria hasil thresholding citra benih ikan yang baik adalah setiap ekor benih dapat dikenali sebagai piksel ikan dan latar tidak ikut terbaca sebagai piksel ikan. Contoh hasil threshold dengan menggunakan nilai threshold pada persentil 20, 75, dan 95 dapat dilihat pada Gambar 8.

23 10 (a) Nilai threshold dengan persentil 20 (b) Nilai threshold dengan persentil 75 (c) Nilai threshold dengan persentil 95 Gambar 8 Contoh hasil thresholding pada beberapa persentil grey scale sebagai threshold Hasil threshold dengan persentil 20 belum optimal karena terdapat beberapa ekor piksel benih ikan yang terhapus. Nilai threshold dengan persentil 75 dianggap optimal karena piksel ikan dari setiap ekor dapat dikenali dan latar tidak ikut diproses. Nilai threshold dengan persentil 95 tidak optimal karena piksel ikan hasil threshold terlalu besar dan terdapat piksel latar yang dikenali sebagai piksel ikan. Oleh karena itu dipilih persentil 75 sebagai nilai threshold yang optimal. Nilai threshold pada persentil 75 selanjutnya digunakan sebagai batas

24 thresholding seluruh piksel termasuk piksel citra nampan dapat dilihat pada Gambar selang nilai threshold piksel ikan nilai threshold optimal piksel latar persentil 75 GREY SCALE Gambar 9 Histogram sebaran grey scale dari citra seluruh nampan Nilai threshold pada persentil 75 tersebut digunakan sebagai nilai threshold pada beberapa citra seluruh nampan sehingga menghasilkan nilai persentil citra seluruh nampan. Persentil citra seluruh nampan yang dihasilkan pada beberapa citra memiliki perbedaan (Tabel 3). Perbedaan tersebut disebabkan citra yang dihasilkan tidak konsisten pada setiap pengambilan citra. Citra yang tidak konsisten disebabkan oleh kondisi pencahayaan tidak konstan. Pada objek yang lebih cerah ikan maupun nampan menunjukkan nilai grey yang lebih besar sehingga frekuensi tertinggi berada pada selang nilai grey yang besar. Tabel 3 Nilai threshold pada citra benih ikan gurame gabah Gambar Iluminansi cahaya (lux) Persentil citra ikan Persentil citra seluruh nampan Nilai threshold citra jenis benih ikan yang lain ditentukan dengan metode yang sama seperti pada benih ikan gurame gabah. Beberapa jenis benih ikan mempunyai persentil nilai threshold yang berbeda-beda (Tabel 4). Perbedaan tersebut disebabkan oleh setiap jenis benih ikan mempunyai karakteristik warna dan bentuk yang berbeda. Persentil nilai threshold citra seluruh nampan dengan

25 12 menggunakan persentil nilai threshold citra benih ikan dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 4. Persentil nilai threshold optimal beberapa jenis ikan Jenis ikan Persentil Gurame gabah 75 Gurame kuku 50 Telur gurame 90 Lele 3-4 cm 70 Mas 5 cm 50 Nila 1cm 70 Nila merah 3 cm 25 Patin 1" 70 Telur gurame mempunyai persentil threshold yang tinggi hal tersebut disebabkan telur gurame berwarna cerah dan piksel ikan gurame berada pada nilai grey yang besar. Benih ikan lele 3-4 cm, nila 1 cm, dan patin 1" mempunyai karakteristik citra yang tidak jauh berbeda sehingga mempunyai persentil threshold yang sama. Benih ikan mas dan gurame kuku mempunyai warna yang lebih gelap dari benih ikan nila, lele, dan patin sehingga mempunyai persentil threshold yang lebih kecil. Benih ikan nila merah mempunyai warna cerah pada sebagian besar tubuhnya sehingga pada saat dilakukan thresholding sulit teridentifikasi dengan baik antara ikan dengan nampan. Oleh karena itu dipilih nilai persentil threshold 25 sehingga hasil thresholding pada benih nila merah menyisakan piksel bagian mata ikan yang berwarna hitam. Piksel mata ikan mempunyai persentase yang kecil dari seluruh citra benih nila merah sehingga berada pada persentil rendah. Cara 2: Menunjuk Warna Patokan Citra Ikan Nilai threshold ditentukan berdasarkan warna piksel citra ikan yang menjadi patokan pada proses kalibrasi. Pada proses kalibrasi citra ikan diklik sehingga diperoleh RGB piksel tersebut (R p, G p, B p ). Citra ikan berada pada selang tertentu dari piksel patokan tersebut, di luar selang tersebut maka dianggap latar belakang (nampan). Selang atau jarak patokan yang ditentukan pada program penghitungan benih ikan yang telah dibuat oleh Astika (2013) adalah Jika jarak warna (R) > jarak patokan (J p ), dianggap sebagai warna nampan. - Jika jarak warna (R) jarak patokan (J p ), dianggap sebagai warna ikan. - Jarak warna ditentukan berdasarkan persamaan : ( ) ( ) ( )... (1) Keterangan: R R i, G i, B i R p, G p, B p = jarak warna = nilai RGB piksel yang diprediksi = nilai RGB piksel patokan

26 Rasio Luas Ikan Bergerombol 13 Ikan yang bergerombol sering menyebabkan masalah pada proses penghitungan. Piksel beberapa ikan yang bergerombol menjadi satu, sehingga ketika dilakukan proses thresholding menghasilkan piksel hitam yang besar. Sedangkan piksel satu ekor ikan yang terpisah ketika dilakukan thresholding menghasilkan piksel hitam yang kecil. Tabel 5 menunjukkan beberapa contoh ikan yang bergerombol. Gerombol 1 Tabel 5. Contoh beberapa bentuk benih ikan lele bergerombol Hasil thresholding Gerombol 2 Hasil thresholding Gerombol 3 Hasil thresholding Gerombol 4 Hasil thresholding

27 14 Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Astika dkk (2013), jumlah benih dari sekelompok benih ikan yang bergerombol diprediksi berdasarkan luas dari sekelompok piksel hitam tersebut. Hasil penghitungan yaitu akumulasi dari jumlah semua kelompok piksel. Luas rata-rata dari satu ekor ikan perlu diketahui untuk menentukan rasio luas sekelompok benih ikan pada jumlah tertentu yang bergerombol dengan luas satu ekor benih ikan. Luas citra dari satu ekor benih ikan dan benih ikan yang bergerombol dapat diketahui dengan program Visual Basic. Tampilan program penghitungan luas dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Tampilan program penghitungan luas citra benih ikan Gambar di atas menunjukkan contoh program yang diterapkan untuk menghitung luas pada benih ikan lele ukuran 4-6 cm. Program pengolahan citra yang dibuat terdiri dari proses thresholding untuk kalibrasi dan proses penghitungan luas objek, keliling, dan rasio antara luas dengan keliling. Nilai threshold diinputkan secara manual. Proses thresholding dilakukan dengan mengklik tombol kalibrasi. Nilai thresholding yang digunakan berbeda untuk setiap jenis benih ikan berdasarkan dari hasil prediksi penentuan nilai thresholding pada metode yang telah dilakukan. Kalibrasi diperlukan untuk menentukan nilai threshold optimal dan rata-rata luas benih ikan yang digunakan sebagai dasar untuk penghitungan berikutnya. Nilai luas benih ikan per ekor dapat diketahui dengan mengklik koordinat benih tersebut berada kemudian mengklik perintah hitung sehingga tertera hasil penghitungan luas, keliling dan rasio luas dengan keliling satu ekor benih ikan. Ukuran satu ekor benih ikan dalam satu citra berbeda-beda, sehingga perlu diketahui rasio luas benih ikan terkecil dan benih ikan terbesar dengan luas benih ikan rata-rata. Luas benih ikan yang bergerombol dua dan tiga ekor dapat diketahui dengan metode yang sama dengan menentukan luas satu ekor pada program tersebut. Nilai luas benih ikan yang bergerombol digunakan untuk menentukan rasio antara luas benih ikan yang bergerombol dengan luas satu ekor

28 benih ikan. Nilai rasio luas benih ikan yang bergerombol dengan rata-rata luas satu ekor benih ikan dari beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 6. No Tabel 6 Rasio luas benih ikan bergerombol dengan luas satu ekor benih ikan Jenis ikan Jumlah bergerombol Jumlah ulangan Selang rasio luas dengan luas ratarata 1 ekor Rata-rata rasio luas dengan 1 ekor 15 Batasan rasio luas yang dipakai 1 Patin 1" Patin " Lele Mas Gurame kuku Gurame telur Tabel data rasio (Tabel 5) menunjukkan bahwa peningkatan rasio untuk benih bergerombol empat ekor pada benih ikan gurame nguku dan telur gurame tidak konsisten. Hal tersebut disebabkan benih ikan yang bergerombol empat ekor umumnya berada pada bagian pinggir nampan dan bercampur dengan bayangan pinggiran nampan (Gambar 11) sehingga luas piksel ikan yang bergerombol tersebut bertambah. Dalam satu citra seluruh nampan tidak selalu ditemukan adanya ikan yang bergerombol empat ekor karena posisi benih ikan yang berubahubah. Ulangan yang tidak cukup menyebabkan data nilai rasio yang dihasilkan tidak konsisten. Pada telur gurame satu butir telur mempunyai warna yang berbeda yaitu terdapat bagian yang cerah dan agak gelap. Telur yang bergerombol saling bersinggungan sehingga bayangan telur menutupi bagian telur lain yang berwarna cerah seperti pada Gambar 12. Hal tersebut menyebabkan luasan telur yang bergerombol mempunyai nilai rasio yang lebih besar.

29 16 benih ikan yang bergerombol empat ekor Gambar 11 Contoh benih ikan yang bergerombol pada bagian pinggir bergerombol empat butir bergerombol tiga butir Gambar 12 Contoh telur gurame yang bergerombol empat dan tiga ekor Pengujian Program Pengujian program dilakukan setelah mengetahui rasio luasan benih ikan. Nilai rasio luasan yang diterapkan berbeda untuk setiap jenis ikan sesuai pada Tabel 6. Program penghitung benih ikan yang telah dibuat oleh Astika (2013) terdiri dari dua jenis yaitu program A dan program B. Cara kerja kedua program tersebut berbeda mengacu pada metode penentuan nilai thresholding. Pengujian Program A Program A menggunakan cara 1 untuk menentukan nilai threshold. Thresholding ditentukan berdasarkan persentil nilai threshold citra ikan dan dilakukan pada proses kalibrasi. Program A menggunakan persentil threshold

30 yang mengacu pada nilai persentil threshold citra benih ikan (Tabel 4). Nilai rasio luas mengacu pada Tabel 6. Tampilan program penghitungan benih ikan dapat dilihat pada Gambar Gambar 13 Tampilan program penghitungan benih ikan Gambar di atas menunjukkan contoh program yang digunakan untuk menghitung benih ikan lele. Proses thresholding dilakukan dengan perintah kalibrasi. Pada citra benih ikan lele tersebut masih terdapat bayangan nampan akibat arah cahaya datang. Bagian gelap tersebut dihapus secara manual dengan hanya menghitung benih ikan yang berada di luar koordinat nampan yang berwarna gelap. Pada proses kalibrasi program akan menelusuri piksel demi piksel untuk mengetahui rata-rata luas satu ekor benih ikan dan menghitung jumlah benih yang digunakan sebagai acuan untuk penghitungan benih selanjutnya. Proses penghitungan benih dilakukan dengan mengklik tombol hitung, program akan menelusuri kembali piksel demi piksel berdasarkan hasil kalibrasi untuk menghitung jumlah benih. Hasil penghitungan jumlah benih ikan ditampilkan pada Gambar 14. Hasil penghitungan oleh program dari jumlah ikan 20 ekor adalah 18 ekor kurang dari jumlah sebenarnya. Kesalahan sebesar dua ekor disebabkan pada citra tersebut terdapat dua ekor benih yang bergerombol, namun ukuran benih tersebut lebih kecil dibandingkan ukuran benih yang dominan sehingga dua ekor benih yang bergerombol tersebut dapat dikenali sebagai satu ekor benih ikan.

31 18 Gambar 14 Hasil penghitungan benih ikan lele Posisi ikan yang berada di tepi nampan menyebabkan hasil penghitungan melebihi jumlah ikan yang sebenarnya seperti pada Gambar 15. Jumlah benih 40 ekor pada program terhitung 43 ekor. Hal tersebut disebabkan terdapat benih ikan yang menempati bagian ujung nampan yang berwarna gelap sehingga bagian ujung nampan tersebut ikut terbaca sebagai piksel ikan. bayangan nampan Gambar 15 Hasil penghitungan pada citra dengan ikan yang berada di pinggir nampan

32 Pengujian program dilakukan pada beberapa jenis ikan, akurasi hasil penghitungan pada beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Akurasi pengujian program penghitung ikan No Jenis ikan Persentil Jumlah Terhitung Akurasi (%) threshold ikan 1 Telur gurame Rata-rata Lele Rata-rata Gurame kuku Rata-rata

33 20 No Jenis ikan Persentil Jumlah Terhitung Akurasi (%) threshold ikan 4 Gurame gabah Rata-rata Patin 1" Rata-rata Penghitungan benih lele menunjukkan akurasi tertinggi karena kecerahan citra pada benih lele relatif stabil dan bayangan pada pinggir nampan tidak terlalu berpengaruh. Akurasi yang baik juga ditunjukkan pada penghitungan telur gurame, hal tersebut disebabkan ukuran telur relatif seragam dan posisi telur dalam nampan tidak berubah ubah. Akurasi yang tidak stabil pada setiap jumlah ikan disebabkan setiap citra yang diolah mempunyai karakteristik yang berbeda. Dalam beberapa citra terdapat jumlah benih ikan yang bergerombol lebih dari empat ekor. Program yang dirancang belum mampu menghitung secara detil benih ikan yang bergerombol dalam jumlah banyak. Formulasi rasio untuk benih ikan yang bergerombol lebih dari empat ekor belum ditemukan. Pada setiap citra sulit untuk ditemukan benih ikan yang bergerombol dalam jumlah tertentu, sehingga data luas untuk benih bergerombol lebih dari empat ekor tidak mencukupi. Pengambilan citra untuk mendapatkan benih ikan yang bergerombol dalam jumlah tertentu cenderung sulit dilakukan karena posisi ikan pada nampan berubah ubah dan sulit diatur. Pada jenis dan jumlah ikan yang sama dengan menggunakan nilai threshold yang sama memiliki hasil penghitungan berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan kondisi kecerahan citra yang berbeda-beda. Nilai threshold untuk setiap jenis ikan berbeda sehingga nilai threshold yang ditentukan tidak berlaku umum untuk semua jenis ikan. Oleh karena itu dilakukan pengujian program dengan metode berbeda dalam menentukan nilai threshold.

34 Pengujian Progran B Program B menggunakan cara 2 dalam menentukan nilai threshold yaitu dengan mengklik citra benih ikan yang digunakan sebagai patokan sehingga diperoleh RGB piksel patokan. Pada proses thresholding program akan menelusuri setiap piksel ikan yang mempunyai warna berdekatan dengan warna benih ikan patokan. Tampilan program pengolahan citra dapat dilihat pada Gambar Gambar 16 Tampilan program pengolahan citra Tombol klik citra ikan digunakan untuk memilih benih ikan yang digunakan sebagai patokan dalam menentukan nilai threshold, kemudian proses thresholding dilakukan pada perintah kalibrasi. Pada proses kalibrasi sejumlah benih ikan diproses untuk mengetahui ukuran rata-rata ikan. Sejumlah benih yang digunakan untuk kalibrasi ditentukan dengan mengklik tombol koordinat kalibrasi. Pada proses penghitungan program akan menelusuri setiap piksel ikan yang memenuhi kondisi jarak warna (R) jarak patokan (J p ) berdasarkan hasil kalibrasi sehingga dihitung sebagai piksel ikan. Jarak patokan yang ditentukan pada program tersebut yaitu 50. Nilai rasio luas ikan bergerombol dengan satu ekor benih yang digunakan disesuaikan berdasarkan jenis ikan, mengacu pada Tabel 6. Akurasi pengujian program untuk menghitung benih ikan gurame ukuran kuku dapat dilihat pada Tabel 8. Akurasi pengujian program untuk menghitung jenis benih ikan yang lain dapat dilihat pada Lampiran 2.

35 22 Tabel 8 Akurasi pengujian program penghitung benih ikan gurame kuku No Jumlah Ikan Hasil Penghitungan Akurasi (%) Rata-rata Rata-rata akurasi tersebut tergolong tinggi. Pada jumlah ikan yang semakin banyak akurasi semakin kecil karena pada jumlah ikan yang banyak ikan yang bergerombol semakin banyak, sedangkan program baru dapat menghitung secara detil pada jumlah ikan yang bergerombol kurang dari empat ekor. Penghitungan benih ikan dengan program B menunjukkan akurasi yang lebih tinggi daripada nilai akurasi menggunakan program A. Dengan menggunakan nilai warna patokan benih ikan sebagai batas thresholding maka warna ikan patokan pada setiap citra akan berubah-ubah sesuai kondisi kecerahan citra sehingga batas thresholding berubah secara otomatis mengikuti perubahan warna ikan patokan. Penelitian yang telah dilakukan Saksanni (2008) menunjukkan akurasi penghitungan 61.79% %. Akurasi penghitungan yang diperoleh pada penelitian kali sebesar 84.75% % untuk program A dan 84.67% % untuk program B. Akurasi penghitungan pada penelitian kali ini lebih baik daripada penelitian Saksanni (2008). Pada penelitian Saksanni (2008) nilai thresholding ditentukan dengan metode trial and error sedangkan pada penelitian ini nilai thresholding ditentukan dengan persentil grey scale citra benih ikan dan menunjuk warna patokan citra benih ikan. Pada penelitian kali ini pengambilan data dilakukan pada pencahayaan alami. Pada penelitian Adhi (2011) pengambilan data dilakukan pada pencahayaan terkondisi sehingga menghasilkan kesalahan pengitungan yang rendah yaitu 3% - 14%.

36 SIMPULAN DAN SARAN 23 Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Nilai threshold ditentukan dengan dua cara yaitu menggunakan persentil grey scale citra benih ikan dan menunjuk warna patokan citra benih ikan. Jenis ikan yang berbeda mempunyai persentil nilai threshold yang berbeda karena setiap jenis ikan mempunyai karakteristik warna, bentuk, dan ukuran yang berbeda. Nilai persentil threshold untuk benih ikan gurame gabah adalah 75. Nilai persentil threshold untuk benih ikan lele 3-4 cm, nila 1 cm, dan patin 1" adalah 70. Nilai persentil threshold untuk benih ikan mas 5 cm dan gurame kuku adalah 50. Telur gurame mempunyai nilai persentil threshold 90 dan benih nila merah 3 cm mempunyai nilai persentil threshold Cara ke-2 yaitu dengan menunjuk warna patokan citra benih ikan sebagai nilai threshold. Nilai threshold ditentukan berdasarkan warna piksel citra ikan yang menjadi patokan pada proses kalibrasi. Pada proses kalibrasi citra ikan diklik sehingga diperoleh RGB piksel tersebut (Rp, Gp, Bp). Citra ikan berada pada selang tertentu dari piksel patokan tersebut, di luar selang tersebut maka dianggap latar belakang (nampan). 3. Rasio luas citra benih ikan yang bergerombol memiliki nilai yang berbedabeda untuk setiap jenis ikan. Rasio telur yang bergerombol cenderung lebih besar daripada rasio benih ikan yang bergerombol. 4. Nilai persentil threshold yang ditentukan dengan cara 1 kemudian diterapkan pada program A. Penghitungan dengan program A pada benih ikan lele memiliki akurasi 90.07%, patin 1" 84.75%, gurame kuku 86.11%, gurame gabah 86.09%, dan telur gurame 83.33%. 5. Suatu program lain, yaitu program B telah dijalankan untuk menguji cara ke-2 dalam menentukan nilai threshold. Penghitungan dengan program B pada benih ikan nila memiliki akurasi 93.33%, patin 1" 90.00%, lele 80.65%, gurame kuku %, gurame kwaci 89.82%, gurame gabah 84.90%, dan telur gurame 91.72%. Akurasi penghitungan benih ikan pada program B lebih tinggi daripada program A. Nilai threshold berdasarkan warna citra ikan patokan pada dapat berubah sesuai kondisi kecerahan citra sehingga batas thresholding berubah secara otomatis mengikuti perubahan warna citra ikan patokan. 6. Kelemahan dari program penghitung benih ikan yang dirancang yaitu belum mampu menghitung secara detil pada benih dan telur ikan yang bergerombol dalam jumlah banyak dan belum dapat memisahkan antara objek dengan bayangan pada pinggiran nampan. Penentuan nilai threshold dengan persentil grey scale citra benih ikan pada kecerahan objek yang berbeda-beda mempengaruhi hasil thresholding dan hasil penghitungan benih ikan. Jarak patokan pada penentuan nilai threshold dengan menunjuk warna patokan citra benih ikan belum optimal diterapkan pada semua jenis ikan.

37 24 Saran Program penghitungan benih ikan yang dirancang belum mampu menghitung secara detil pada ikan yang bergerombol dengan jumlah lebih dari empat ekor sehingga diperlukan adanya pengembangan metode penghitungan benih ikan dengan pengolahan citra yang mampu menghitung secara detil piksel ikan yang bergerombol. Tingkat kecerahan objek yang berbeda masih menjadi kendala dalam penelitian ini sehingga perlu adanya pengembangan metode penentuan nilai threshold yang sesuai dan dapat mengatasi efek pencahayaan yang tidak konstan. DAFTAR PUSTAKA Adhi MZ Pengembangan Metode Penghitungan Benih Ikan Lele dengan Pengolahan Citra dan Metode Timbang [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ahmad U Pengolahan Citra dan Teknik Pemrograman. Yogyakarta: Graha Ilmu. Astika IW Pengembangan Alat Penghitung Ikan dengan Metode Pengolahan Citra: Tipe Stasioner dan Terpasang pada Telepon Seluler (Tahun ke-1). Laporan Penelitian Unggulan Strategis Nasional Kemendikbud, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. IPB. Astika IW, Adhi MZ, Mulyanti F Image Processing Method for Counting of Fish Eggs and Fish Juveniles. International Symposium on Agricultural and Biosystem Engineering, Yogyakarta Augustus 28-29, Munir R Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Bandung: Informatika. Nugroho E, Kristanto AH Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya. Prabawa S, Pramudya B, Astika IW, Setiawan RPA, Rustiadi E Sistem Informasi Geografis dalam Pertanian Presisi Aplikasi pada Kegiatan Pemupukan di Perkebunan Tebu. Makalah pada Seminar Nasional Himpunan Informatika Pertanian Indonesia (HIPI). Bogor. Rahmat A Rancang Bangun Instrumen Sortir Ikan Otomatis (Automatic Fish Grading) dengan Metode Pengolahan Citra Digital. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda IPB. Institut Pertanian Bogor. Saksanni R Pemutuan dan Penghitungan Bibit Ikan Lele dengan Metode Image Processing Menggunakan Parameter Luas dan Panjang Tubuh Ikan [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Santosa Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio. Net 2003 dalam Bidang Teknik dan Pertanian. Yogyakarta : ANDI. Seminar KB The Design of Baby Fish Counter with Parallel Sensors. Bogor: Teknik Pertanian, IPB.

38 LAMPIRAN 25

39 26 Lampiran 1 Nilai persentil threshold beberapa jenis ikan Jenis ikan Ulangan Persentil threshold Persentil citra seluruh nampan Iluminansi (lux) Telur Lele Mas Nila 1cm

40 27 Jenis ikan Ulangan Persentil threshold Persentil citra seluruh nampan Iluminansi (lux) Nila 3 cm Patin 1"

41 28 Lampiran 2 Akurasi pengujian penghitung benih ikan pada bebepara jenis ikan Jenis ikan Ulangan Jumlah ikan Hasil penghitungan Akurasi % Nila 3 cm Rata-rata Patin 1" Rata-rata Lele Rata-rata Gurame kwaci Rata-rata 89.82

42 Jenis ikan Ulangan Jumlah ikan Hasil penghitungan Akurasi % Gurame gabah Rata-rata Telur gurame Rata-rata

43

44 RIWAYAT HIDUP 30 Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 23 September 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara atas pasangan Sardiman Marto Raharjo dan Tukinah, S.Pd. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 2 Wonoroto, Watumalang, Kabupaten Wonosobo pada tahun 2003 dan menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Watumalang, Kabupaten Wonosobo pada tahun Tahun 2009 penulis lulus SMA Negeri 2 Wonosobo dan lolos seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Pertanian (sekarang bernama Teknik Mesin dan Biosistem), Fakultas Teknologi Pertanian. Pada bulan Juni-Agustus 2012 penulis melakukan Praktik Lapangan di PT Perkebunan Tambi Wonosobo dengan judul : Aspek Keteknikan pada Proses Budidaya, Pemetikan, dan Pengangkutan Teh di PT Perkebunan Tambi. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul : Pemilihan Parameter Pengolahan Citra yang Optimal untuk Penghitungan Benih dan Telur Ikan dibawah bimbingan Dr Ir I Wayan Astika, M.Si.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN

PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN Oleh RENATO SAKSANNI F14102074 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGEMBANGAN METODE PENGHITUNGAN BENIH IKAN LELE DENGAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE PENIMBANGAN BENIH OLEH: M. ZANI KUSUMA ADHI F

SKRIPSI PENGEMBANGAN METODE PENGHITUNGAN BENIH IKAN LELE DENGAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE PENIMBANGAN BENIH OLEH: M. ZANI KUSUMA ADHI F SKRIPSI PENGEMBANGAN METODE PENGHITUNGAN BENIH IKAN LELE DENGAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE PENIMBANGAN BENIH OLEH: M. ZANI KUSUMA ADHI F14062975 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing. Avicienna Ulhaq Muqodas F

Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing. Avicienna Ulhaq Muqodas F Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing Avicienna Ulhaq Muqodas F14110108 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deteksi Dari citra setting yang telah direkam, dengan menggunakan software Paint Shop Pro v.6, diketahui nilai RGB dari tiap laser yang terekam oleh kamera CCD. RGB yang dicantumkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

DESAIN ALAT PENGHITUNG BIBIT lka.n DENGAN MUL TISENSOR PARALEL The Design of Baby Fish Counter with Parallel Sensors. Kudang B. Seminar!

DESAIN ALAT PENGHITUNG BIBIT lka.n DENGAN MUL TISENSOR PARALEL The Design of Baby Fish Counter with Parallel Sensors. Kudang B. Seminar! tj..tett.. KETEKNlKAN PERT ANIAN DESAIN ALAT PENGHITUNG BIBIT lka.n DENGAN MUL TISENSOR PARALEL The Design of Baby Fish Counter with Parallel Sensors Kudang B. Seminar! Abstract This paper describes the

Lebih terperinci

SKRIPSI. PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA. Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F

SKRIPSI. PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA. Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F SKRIPSI PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F14101109 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Hasbi M. Suud 2, Radite P.A. Setiawan 1, M. Faiz Syuaib 1, M. Solahudin 1 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI PARAMETER PEMUTUAN BUAH STROBERI (Fragaria chiloensis L.) MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA. Oleh: EMMA PRASETYANI F

EVALUASI PARAMETER PEMUTUAN BUAH STROBERI (Fragaria chiloensis L.) MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA. Oleh: EMMA PRASETYANI F EVALUASI PARAMETER PEMUTUAN BUAH STROBERI (Fragaria chiloensis L.) MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA Oleh: EMMA PRASETYANI F14104068 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGHITUNG BENIH IKAN MENGGUNAKAN BINARY THRESHOLDING PADA RASPBERRY PI SECARA REAL TIME

RANCANG BANGUN PENGHITUNG BENIH IKAN MENGGUNAKAN BINARY THRESHOLDING PADA RASPBERRY PI SECARA REAL TIME Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X RANCANG BANGUN PENGHITUNG BENIH IKAN MENGGUNAKAN BINARY THRESHOLDING PADA RASPBERRY PI SECARA REAL TIME Rosa Andrie A. 1, Irawati Nurmala Sari 2, Vivid Ichtarosa

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS Ikhwan Ruslianto KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS IKHWAN RUSLIANTO Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan kamera digital sebagai alat untuk mengambil citra saat ini sudah banyak digunakan karena kepraktisannya, terkadang hasil citra memiliki tampilan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK

PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 0 PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK Usman Ahmad, Desrial, Mudho Saksono Dosen pada Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 Gambar 17 Pegujian sistem navigasi: (a) lintasan lurus tanpa simpangan, (b)lintasan lurus dengan penggunaan simpangan awal, (c) lintasan persegi panjang, (d) pengolahan tanah menggunakan rotary harrower

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Tim Koordinasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Ari Sutrisna Permana 1, Koredianto Usman 2, M. Ary Murti 3 Jurusan Teknik Elektro - Institut Teknologi Telkom - Bandung

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH IKAN GURAME Osphronemus gouramy YANG TERINFEKSI CENDAWAN Achba sp. PADA KEPADATAN 320 DAN 720 SPORA PER ml. Oleh : SRI MULYANI

GAMBARAN DARAH IKAN GURAME Osphronemus gouramy YANG TERINFEKSI CENDAWAN Achba sp. PADA KEPADATAN 320 DAN 720 SPORA PER ml. Oleh : SRI MULYANI GAMBARAN DARAH IKAN GURAME Osphronemus gouramy YANG TERINFEKSI CENDAWAN Achba sp. PADA KEPADATAN 320 DAN 720 SPORA PER ml Oleh : SRI MULYANI PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANASEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa region berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa region berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi merupakan salah satu proses untuk memisahkan citra menjadi beberapa region berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI Hanafi (12110244) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Stmik Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Parameter Mutu Jeruk Pontianak Secara Langsung Dari Hasil Pemutuan Manual Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh pedagang besar dengan melihat diameter

Lebih terperinci

LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA

LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID

PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID 0874: I Wayan Astika dkk. PG-43 PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID I Wayan Astika 1, Sugiyanta 2, dan Marko M. Cibro 3 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Bab V Metode Penelitian

Bab V Metode Penelitian Bab V Metode Penelitian V.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, yakni Laboratorium Tesis Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN BENIH UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DWI ARIS SETIAWAN

PENGHITUNGAN BENIH UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DWI ARIS SETIAWAN PENGHITUNGAN BENIH UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DWI ARIS SETIAWAN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA Carica papaya L. UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN IKAN LELE DUMBO Clarias sp YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila AGUNG SETIAJI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Point Process

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Point Process Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Point Process Faisal Ridwan FaizalLeader99@yahoo.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan beberapa percobaan yang terkait dengan sensor yang akan digunakan. Untuk pemilihan sensor sinar laser yang tepat,

Lebih terperinci

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR oleh: MOH. KHAWARIZMIE ALIM F14101030 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi untuk mengatur kontras pada gambar secara otomatis. Dan dapat meningkatkan kualitas citra

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT)

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) Oleh BUDI HARDIYANTO F14101112 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Bambang Hermanto¹, Koredianto Usman², Iwan Iwut Tirtoasmoro³

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

: RADITA NOVAN DIPAYANA F

: RADITA NOVAN DIPAYANA F PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PADI SAWAH DI KECAMATAN JONGGOL BERBASIS SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) DAN SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) Oleh : RADITA NOVAN DIPAYANA F

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGENALAN UKURAN BUTIRAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE FUZZY UNTUK EVALUASI MUTU BERAS SOSOH.

SKRIPSI PENGENALAN UKURAN BUTIRAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE FUZZY UNTUK EVALUASI MUTU BERAS SOSOH. ! SKRIPSI PENGENALAN UKURAN BUTIRAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN METODE FUZZY UNTUK EVALUASI MUTU BERAS SOSOH Oleh: LINTANG EKA PARAMlATY FOI497109 2003 JURUSAN TEKNIK PERTANlAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Klasifikasi Bibit Sapi Peranakan Ongole Menggunakan Metode Pengolahan Citra

Klasifikasi Bibit Sapi Peranakan Ongole Menggunakan Metode Pengolahan Citra IJEIS, Vol.6, No.2, October 2016, pp. 199~210 ISSN: 2088-3714 199 Klasifikasi Bibit Sapi Peranakan Ongole Menggunakan Metode Pengolahan Citra Leylin Fatqiyah* 1, Agus Harjoko 2 1 Program Studi S1 Elektronika

Lebih terperinci

SIMULASI PERHITUNGAN OPTIMUM IRIGASI ALUR. Oleh : MARLINA RAMADHANIYATI SM F

SIMULASI PERHITUNGAN OPTIMUM IRIGASI ALUR. Oleh : MARLINA RAMADHANIYATI SM F SIMULASI PERHITUNGAN OPTIMUM IRIGASI ALUR Oleh : MARLINA RAMADHANIYATI SM F14103068 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Marlina Ramadhaniyati SM. F14103068.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C64104004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Radite P. A. Setiawan 1, M. Ardiyansah 2 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ AGROEKOTEKNOLOGI RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN PERBEDAAN BOBOT BIBIT (G1) DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ 090301196

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN

PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN PEMUTUAN DAN PENGHITUNGAN BIBIT IKAN LELE DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN PARAMETER LUAS DAN PANJANG TUBUH IKAN Oleh RENATO SAKSANNI F14102074 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM SORTIR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN DUA CONVEYOR TERINTEGRASI BERBASIS PLC OMRON CPM2A

IMPLEMENTASI SISTEM SORTIR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN DUA CONVEYOR TERINTEGRASI BERBASIS PLC OMRON CPM2A IMPLEMENTASI SISTEM SORTIR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN DUA CONVEYOR TERINTEGRASI BERBASIS PLC OMRON CPM2A Violeta Cintya Dewi¹, M Ary Murti.², Porman Pangaribuan.³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom

Lebih terperinci

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Muahamd Syukur¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra atau gambar merupakan salah satu komponen penting dalam dunia multimedia karena memiliki peranan penting dalam hal menyajikan suatu informasi dalam bentuk gambar

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY DAN TEKNIK CONNECTED COMPONENT LABELING Oleh I Komang Deny Supanji, NIM 0815051052 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Lebih terperinci

ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION

ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION Brillian Bagus Pakerti Utama 1), Ratri Dwi Atmaja 2), Azizah 3) 1),2),3) S1 Teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS Oleh : REZA NUGRAHA F14102050 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Desain frame grabber Desain frame grabberdiawali dengan pemilihan perangkat kamera yang akan digunakan. Video akan muncul komponen VideoWindow1 yang secara realtime terhubung

Lebih terperinci

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM.

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. 0434010389 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT Rizki Salma*, Achmad Hidayatno**, R. Rizal Isnanto** 1 Sistem deteksi wajah, termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keberagaman Daun Padi Dosis pemupukan dilakukan dengan memberikan dosis yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keberagaman tingkat warna daun di setiap lahan

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI Pada bab ini membahas tentang bagaimana cara mengimplementasikan dan pengambilan data serta melakukan evaluasi terhadap data-data yang sudah didapatkan. Pertama disini digunakan

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI Oleh: PANDU GUNAWAN F14051487 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci