KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi"

Transkripsi

1 KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN INTANI DEWI. D Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan Ayam Ras Pedaging (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Kartika Widjaja, MADE Pembimbing Anggota : Ir. Hadiyanto, MS Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu alternatif usaha yang cepat menghasilkan dan waktu pemeliharaan yang singkat. Hal ini merupakan daya tarik bagi peternak untuk terjun dalam usaha ternak ayam ras pedaging. Bagi para peternak ayam, usaha ayam ras pedaging masih memiliki beberapa kendala, diantaranya kurangnya stabilisasi penyediaan DOC dan pakan dalam negeri yang murah serta berkualitas masih jauh dari yang diharapkan sehingga harganya fluktuatif. Padahal persen biaya produksi ayam ras adalah pakan. Kendala lainnya yaitu kurangnya modal dan sulitnya peternak untuk memasarkan produk ayamnya. Oleh karena itu terciptalah sistem kemitraan yang bertujuan untuk membantu peternak kecil mengurangi resiko kerugian yang dapat membuat pendapatannya meningkat dengan cara meningkatkan skala usahanya, menurunkan biaya produksi dan kontinuitas tersedianya sapronak, menjamin pemasarannya serta menjaga kesinambungan usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peubah-peubah yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) Performance Numerical, dan (5) kontrak kerjasama dengan kesinambungan hubungan usaha kemitraan yang sedang berlangsung. Penelitian dilaksanakan di Tunas Mekar Farm yang berlokasi di Graha Indah Bogor dan peternak mitra yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor yaitu Cibinong, Leuwiliang, Nanggung dan Cigudeg. Pengumpulan data dilaksanakan sejak tanggal 10 Desember 2005 sampai dengan 10 Januari Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peternak mitra dari Tunas Mekar Farm yang berjumlah 150 peternak dengan jumlah sampel peternak mitra sebanyak 40 orang yang diambil menggunakan metode purposive sampling untuk memilih peternak plasma yang telah bermitra dengan Tunas Mekar Farm sejak awal Tunas Mekar Farm berdiri. Analisis data berupa analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil total rataan skor dari semua indikator etika bisnis bernilai 2,84 mengambarkan bahwa etika bisnis yang dijalankan termasuk kategori tinggi artinya penerapan etika bisnis dalam hubungan kemitraan ini sudah dijalankan dengan baik. Rataan skor dari setiap dimensi kepemimpinan bernilai 4,99 yang menggambarkan bahwa pimpinan Tunas Mekar Farm disukai oleh peternak mitranya. Sedangkan total rataan skor motivasi kerjasama bernilai 3,55 menunjukkan adanya motivasi yang tinggi untuk tetap melanjutkan hubungan kerjasama kemitraan. Nilai performance numerical yang dihasilkan oleh para peternak plasma Tunas Mekar Farm Bogor bernilai 2,80 yang termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil rataan skor untuk kontrak kerjasama yang bernilai 3,10 menunjukkan bahwa kontrak kerjasama yang ada sudah lengkap dan memenuhi kriteria isi suatu perjanjian yang memuat tentang hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh kedua belah pihak baik dari sistem pembayaran, harga garansi, waktu pembayaran, jaminan dan mengenai penyelesaian masalah jika ada perselisihan.

3 Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan metode backward dari hasil SPSS ada peubah-peubah yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan model persamaan regresi yang terbaik, sehingga didapat hasil sebagai berikut: Y = -1, ,939*X 1 + 1,817*X 4-0, 911X 5. Koefisien regresi etika bisnis = 2,939 menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi etika bisnis peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama artinya kemitraan tersebut akan terus berlanjut. Apabila nilai skor etika bisnis naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam sebesar 2,939 kali. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging kedua belah pihak harus menjalankan etika bisnis dengan sebaik-baiknya karena tanpa adanya rasa kejujuran dan saling percaya antar pihak yang bermitra tentunya tidak akan terjalin hubungan yang harmonis. Koefisien regresi performance numerical = 1,817 menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi PN peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama kemitraan tersebut. Apabila nilai performance numerical naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam sebesar 1,817 kali. Hal ini dikarenakan di Tunas Mekar Farm nilai PN menjadi hal utama yang menentukan apakah hubungan kemitraan tersebut akan terus berlanjut atau putus ditengah jalan dan memang nilai rataan skor performance numerical dari peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm termasuk kedalam kategori tinggi. Kata-kata kunci: Kesinambungan usaha kemitraan, etika bisnis, performance numerical

4 ABSTRACT Sustainable Contract Farming Business at Broiler Farm (Case at Tunas Mekar Farm Bogor) Dewi, I., K. Widjaja, and Hadiyanto Contract farming has been in existence for many years as a means of organizing the commercial agricultural production of both large scale and small scale farmers. Contract farming can be defined as an agreement between farmers and marketing firms form the production and supply of agricultural product under forward agreements, frequently at predetermined prices. The objective of this research is to know relation between the analized factors wich are (1) business ethics (2) leadership (3) partnership motivation (4) performance numerical (5) contract agreements, and the sustainable contract farming. Primary data were collected by interviewing the farmers and analized using multiple regression. The result of the estimates equation of sustainable contract farming is Y= -1,740+2,939X 1 +1,817X 4 0,911X 5. Only business ethics and performance numerical were significant at the 95% level. The condition of the contract farming at Tunas Mekar Farm will be sustainable if the performance of business ethics and performance numerical improved significantly. It means that both side involved in the broiler business contract should make the best efforts to maintain it. Keywords: sustainable contract farming, business ethics, performance numerical

5 KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) INTANI DEWI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) Oleh: INTANI DEWI D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 7 Maret 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. Kartika Widjaja, MADE NIP Ir. Hadiyanto, MS NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 September 1983 di kota Bogor Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dan merupakan anak dari pasangan Bapak Djaelani dan Ibu Ami Nurrachmi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SD Kesatuan Bogor, setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 1 Bogor yang diselesaikan pada tahun 1998 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi asisten mata kuliah Ekonomi Produksi sejak tahun 2004 sampai Penulis juga pernah mengikuti ajang mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Peternakan IPB tahun 2005 dan lomba Debat Bahasa Inggris tingkat IPB pada tahun yang sama. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Bank Indonesia periode tahun Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) sebagai bendahara umum pada tahun 2002/2003, pada tahun berikutnya penulis menjabat sebagai staff Departemen Pengembangan Ilmu dan Keprofesian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan anggota Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (KOPMA IPB). Penulis juga pernah mengikuti beberapa pelatihan, dintaranya Pelatihan Pengolahan Susu, Pelatihan Pengolahan Daging, serta Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa dan Outbond. Penulis juga pernah menjadi Organizing Comitee acara Research Coordinator Meeting I pada tahun 2005.

8 KATA PENGANTAR Studi tentang usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging sudah banyak dilakukan. Ruang lingkupnya meliputi pola, analisis finansial dan kajian ekonomi. Skripsi ini merupakan hasil studi kemitraan ayam ras pedaging dengan sudut pandang dan latar belakang yang agak berbeda. Dalam studi ini kemitraan dilihat berdasarkan penggabungan dua aspek ilmu pengetahuan yaitu ekonomi dan sosial. Sehingga diharapkan ada paradigma baru yang mewarnai studi kemitraan khususnya untuk bisnis ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan kemitraan yang sedang berkembang pesat di Bogor. Data didapatkan menggunakan teknik wawancara langsung ke perusahaan selaku inti dan peternak sebagai plasma. Sehingga informasi atau data yang diterima cenderung proporsional walaupun masih terdapat kelemahankelemahan. Pustaka yang disajikan adalah hasil studi terdahulu dan beberapa pemikiran ahli-ahli di bidang ilmu ekonomi dan sosial. Fokus dalam skripsi ini adalah mempelajari interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan sosial yaitu: (1) etika bisnis (2) kepemimpinan (3) motivasi kerjasama (4) performance numerical dan (5) kontrak kerjasama terhadap kesinambungan usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik ataupun saran sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mempertajam isi skripsi. Sehingga semakin banyak dan lengkap studi tentang kemitraan ayam ras pedaging yang mampu menjawab permasalahan dan fenomena di lapang yang semakin kompleks. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha para ilmuwan untuk memajukan peternakan Indonesia. Bogor, Maret 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN. ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. Halaman PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian. 3 Manfaat Penelitian.. 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 TINJAUAN PUSTAKA 7 Perkembangan Ayam Broiler Komersial 7 Usaha dan Prospek Peternakan Ayam Ras Pedaging. 8 Gambaran Umum Kemitraan.. 9 Sejarah Perkembangan Kemitraan di Indonesia. 10 Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha 11 Etika Bisnis. 12 Kepemimpinan 14 Motivasi Kerjasama 15 Performance Numerical.. 16 Kontrak Kerjasama. 16 METODE PENELITIAN. 18 Lokasi dan Waktu 18 Populasi dan Sampel 18 Desain Penelitian. 18 Data dan Instrumentasi 19 Pengumpulan Data.. 20 Analisis Data 20 Definisi Istilah. 23 KEADAAN UMUM TUNAS MEKAR FARM.. 25 Sejarah Berdirinya.. 25 i iii iv v vi viii ix x

10 Struktur Organisasi.. 26 Kegiatan Usaha Mekanisme Kemitraan di Tunas Mekar Farm HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging.. 29 Etika Bisnis. 29 Kepemimpinan 30 Motivasi Kerjasama 31 Performance Numerical.. 32 Kontrak Kerjasama. 33 Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging.. 34 Masalah-masalah dalam Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Hubungan Etika Bisnis dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging 37 Hubungan Performance Numerical dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging 38 KESIMPULAN DAN SARAN. 41 Kesimpulan. 41 Saran 41 UCAPAN TERIMA KASIH. 43 DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN 46

11 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Rataan Skor Etika Bisnis dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Rataan Skor Kepemimpinan dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Rataan Skor Motivasi Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Rataan Skor Performance Numerical dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Rataan Skor Kontrak Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Nilai koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) Nilai koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) dengan Metode Backward

12 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Peubah-peubah yang Mempengaruhi Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan.. 6

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Contoh Kontrak Kerjasama Kuesioner Penelitian Data Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas Menggunakan Program SPSS Data Analisis Regresi Berganda Hasil Analisis Regresi Berganda Menggunakan Program SPSS dengan Metode Backward.. 58

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa melalui penyediaan protein hewani seperti daging, susu dan telur. Protein hewani diperlukan untuk menciptakan generasi muda penerus bangsa yang sehat dan cerdas, karena protein hewani mengandung asam-asam amino essensial yang berperan dalam mencerdaskan otak. Indonesia merupakan penghasil daging ayam terbesar di ASEAN, mencapai 1,1 juta ton pada tahun 2004 (FAO, 2005), tetapi karena Indonesia juga memiliki penduduk yang cukup besar, sekitar 210 juta, maka tingkat konsumsi protein hewani asal daging ayam saat ini baru mencapai 4,6 kg/kapita pada tahun Hal ini dikarenakan tidak meratanya konsumsi ayam dan hanya berpusat di kota-kota besar saja. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup dan pendapatan masyarakat sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan protein hewani khususnya daging ayam. Fenomena ini merupakan peluang pengembangan peternakan ayam ras pedaging yang sangat besar pada masa akan datang. Saat ini ayam ras masih merupakan komoditi peternakan yang cukup cepat diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan dengan produk ternak lainnya. Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu alternatif usaha yang cepat menghasilkan dan memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut adalah laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang singkat, dan dapat dimulai dengan jumlah modal yang dimiliki baik dalam usaha sambilan ataupun usaha pokok. Keunggulan-keunggulan tersebut merupakan daya tarik bagi peternak untuk membuat usaha peternakan ayam ras pedaging. Namun demikian, di balik berbagai keunggulan tersebut, usaha peternakan ayam ras pedaging masih menghadapi kerawanan-kerawanan yang dikarenakan tidak stabilnya perekonomian di dalam negeri, dan belum mampunya petani Indonesia untuk menyediakan pakan berkualitas tinggi. Kebutuhan Indonesia untuk mendapatkan bahan baku pakan berkualitas masih harus mengimpor dari negara lain sehingga harganya fluktuatif dan pakan menjadi mahal. Penyediaan pakan ternak

15 dalam negeri yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Padahal persen biaya produksi ayam ras adalah untuk pakan sehingga harga pakan berdampak langsung pada daya saing produk akhir ayam ras. Berbeda sekali dengan negara Brazilia yang sudah mampu memproduksi bahan baku untuk pakan serta mengekspornya kepada negara lain. Kerjasama kemitraan dalam bisnis perunggasan bukanlah hal yang baru. Pola kemitraan antara peternak rakyat ayam ras pedaging dengan perusahaan peternakan ayam ras pedaging sudah diperkenalkan sejak tahun 1984 yang dikenal dengan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Tujuan utama dari kemitraan adalah membantu peternak kecil agar pendapatannya meningkat dengan cara meningkatkan skala usahanya, menurunkan biaya produksi dan mengurangi resiko usaha serta menjaga kesinambungan usahanya. Fakta yang terjadi menunjukkan ada pendapat orang yang pro dan kontra tentang pola kemitraan dan banyak pihak yang meragukan tentang manfaat dari kemitraan yaitu dapat meningkatkan produktivitas usaha sehingga tercapai efisiensi usaha. Walaupun demikian kemitraan masih banyak dilakukan oleh para peternak di Indonesia dan tetap bertahan sampai saat ini, karena kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkembangnya pengusaha kecil dalam percaturan perekonomian nasional. Kemitraan usaha ayam ras pedaging ini merupakan salah satu alat kerjasama yang mengacu pada terciptanya suasana keseimbangan dan keselarasan serta didasari rasa saling mempercayai antara pihak yang bermitra. Melalui kemitraan diharapkan terwujud sinergi yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dalam usaha. Oleh karena itu sangatlah penting jika kemitraan didasari oleh pemahaman tentang kejujuran, kepercayaan, keadilan, dan komunikasi terbuka yang terangkum dalam etika bisnis sehingga kemitraan akan kuat dan bertahan lama. Kemitraan merupakan kerjasama bisnis maka keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Itulah sebabnya semakin kuat pemahaman dan penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan maka semakin kokoh pondasi kemitraan yang dibangunnya dan akan mempermudah pelaksanaan kemitraan itu sendiri.

16 Perumusan Masalah Pola kemitraan pada usaha peternakan ayam ras pedaging yang dijalankan selama ini sangat lekat dengan agribisnis ayam ras. Pola kemitraan ini dalam perjalanannya masih mengalami permasalahan baik dari pihak perusahaan inti ataupun peternak plasma. Saat ini nilai-nilai dasar etika bisnis sering terabaikan oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah dan cepat dari kedua belah pihak. Banyak hal yang mengakibatkan hubungan antara peternak dan perusahaan mitra menjadi kurang baik yang mengakibatkan putusnya hubungan kerjasama kemitraan diantara kedua belah pihak sehingga tujuan kemitraan untuk menjaga kesinambungan usaha tidaklah tercapai. Pada penelitian ini akan dilihat apakah etika bisnis pada ikatan kemitraan yang sedang berlangsung dapat mengganggu kesinambungan usaha kemitraan, jadi bukan hanya dilihat dari keuntungan semata tetapi lebih mengarah kepada hubungan manusia yang menjalankan kerjasama tersebut. Adapun fokus kajian pada penelitian ini adalah sejauhmana peubah-peubah bebas yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama, dapat menentukan kesinambungan hubungan kemitraan yang sedang berlangsung? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peubahpeubah yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama dengan kesinambungan hubungan kemitraan yang sedang berlangsung. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana informasi tentang peubah-peubah yang mempengaruhi kemitraan ayam ras pedaging bagi kedua belah pihak yang bermitra, dan pebisnis kemitraan yang lain untuk kesinambungan usaha kemitraan.

17 KERANGKA PEMIKIRAN Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat berlangsung simbiosis mutualisme sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi. Tujuan utama kemitraan adalah kesinambungan usaha serta meningkatkan pendapatan dari peternak kecil dan membina peternak agar dapat menjalankan usaha ayam ras dengan baik. Di samping itu sekaligus diharapkan dapat menolong golongan ekonomi lemah, memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Bagi perusahaan mitra sendiri sebenarnya memiliki kepentingan dalam melakukan kemitraan karena dengan bermitra, perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk investasi kandang, dan meminimalisir biaya lingkungan sehingga dapat lebih konsentrasi di bisnis utamanya, mengembangkan usahanya dan meningkatkan keuntungan. Kemitraan adalah suatu proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Karena kemitraan adalah suatu proses maka keberhasilannya secara optimal tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, melainkan dalam jangka waktu panjang. Kesinambungan usaha dari kemitraan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan suatu kemitraan tersebut dijalankan, dengan indikator pendapatan, jaminan pasar, jaminan harga ataupun resiko, tapi lebih mengarah kepada hubungan antar manusia yang menjalankan usaha kemitraan tersebut karena kemitraan tidak akan terjadi tanpa adanya mitra atau partner yang dapat diajak untuk bekerjasama. Hubungan antar manusia bersifat sosial yang mencakup bagaimana cara bersikap dalam bermitra dan menjalin hubungan kemitraan tersebut agar tetap harmonis dan langgeng. Untuk mencapai suatu kelanggengan hubungan tidaklah mudah karena diperlukan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra diantaranya adalah integritas dan kejujuran, kepercayaan, komunikasi yang terbuka, adil, dan keseimbangan antara insentif dan resiko, sifat-sifat tersebut semuanya termasuk ke dalam etika bisnis.

18 Sifat lain yang harus dimiliki adalah kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pihak mitra sebagai pemimpin yang memiliki sifat-sifat seorang pemimpin dan tercermin melalui gaya kepemimpinan yang dianut, karena pemimpin memiliki kesanggupan untuk menyusun suatu sistem interaksi sosial yang baik, ia akan berhasil jika bawahannya dan situasi mendukungnya untuk menciptakan situasi semacam itu. Hal lain yang penting dalam mencapai suatu kesinambungan usaha adalah adanya motivasi kerjasama antara kedua belah pihak karena kelanggengan tidak akan tercapai jika salah satu pihak memutuskan hubungan kerjasama. Motivasi tersebut juga dapat dilihat melalui performance numerical atau dapat disingkat PN yaitu prestasi produksi ayam broiler yang dihasilkan oleh peternak yang terdiri dari (a) mortalitas, (b) rata-rata berat ayam saat panen, (c) FCR atau konversi pakan, dan (d) rata-rata umur panen. PN sangat berhubungan dengan pendapatan dan resiko maka peternak harus menghasilkan PN yang tinggi bila ingin pendapatannya tinggi dan biaya produksi yang rendah. Bila peternak terus menerus menghasilkan PN yang rendah maka akan merugikan kedua belah pihak dan dapat mengakibatkan pihak mitra tidak ingin melanjutkan hubungan kerjasama tersebut. Hal terakhir yang juga penting dalam suatu kerjasama kemitraan adalah kontrak kerjasama, karena awal mula adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk bekerjasama adalah kesepakatan kontrak kerjasama yang akan dijalankan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada lima peubah penting yang mempengaruhi suatu hubungan kerjasama kemitraan dalam mencapai kesinambungan usaha, yaitu: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama.

19 Secara skematis upaya untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha dalam kemitraaan dapat digambarkan sebagai berikut: Peternak KEMITRAAN Mitra Peubah-peubah yang mempengaruhi: Etika bisnis Kepemimpinan Motivasi kerjasama Performance Numerical (PN) Kontrak kerjasama KESINAMBUNGAN USAHA Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peubah-peubah yang Mempengaruhi Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan.

20 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Ayam Broiler Komersial Ayam potong atau ayam ras pedaging lebih dikenal dengan nama ayam broiler. Pada awalnya, ayam broiler komersial hanya berkembang di benua Amerika dan Eropa. Sejalan dengan perkembangan globalisasi, penyebaran penduduk, sarana transportasi, ayam broiler komersial yang telah dikembangkan potensi genetiknya menyebar hampir ke seluruh pelosok dunia. Selama dua abad terakhir ini lebih dari 300 galur murni dan bermacam-macam jenis ayam telah dikembangkan. Tetapi hanya ada beberapa yang bertahan untuk usaha komersial di industri perunggasan. Pada saat awal usaha komersial industri perunggasan, banyak usaha perkembangbiakan ayam dengan menyilangkan beberapa galur murni untuk meningkatkan produktivitas dari ayam sehingga berkembanglah jenis ayam baru (North dan Bell, 1990). Ayam ras tipe pedaging yang saat ini dikembangkan peternak di seluruh dunia, berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000 tahun yang lalu. Domestikasi lazimnya dilanjutkan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan daging, telur dan bibit yang lebih baik. Budidaya ayam secara komersial dimulai pada awal abad 19 yang secara bertahap menuju sistem modern (Poultry Indonesia, 2003). Ayam pedaging dapat menghasilkan daging relatif banyak dalam waktu yang cepat. Ciri-ciri ayam tipe pedaging adalah: (1) ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh, (2) jumlah telur relatif sedikit, (3) bergerak lamban dan tenang, (4) biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin, (5) beberapa jenis ayam pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka mengeram (Sudaryani dan Santosa, 1994). Strain ayam pedaging modern terutama berasal dari jenis White Plymouth Rock dan White Cornish. Sebagian besar perusahaan breeding ayam pedaging menawarkan stock dengan kulit kuning atau putih sesuai keinginan pelanggan. Untuk itu biasanya pembibitan ayam pedaging sangat memperhatikan tingkat pertumbuhan, konversi pakan, besarnya daging dada, dan daya terhadap penyakit. Sedangkan jenis Single Comb Leghorn adalah nenek moyang sebagian besar strain yang memproduksi telur putih. Breed ini ditandai dengan ukuran tubuh yang kecil,

21 produksi telur tinggi, efisiensi pakan bagus, tahan panas dan penyakit. Strain komersial yang memproduksi telur coklat dikembangkan dari jenis Australorp, Playmouth Rock, Rhode Island dan New Hamsphire Red, yang aslinya dikembangkan untuk dua tujuan yakni produksi daging dan telur (Poultry Indonesia, 2003). Beberapa perusahaan pembibitan utama dunia antara lain: Avigen yang memegang strain ROSS, Lohman Indian River dan Arbor Acres. Avigen yang bermarkas di Edinburgh, Skotlandia ini dalam bisnis pembibitan menguasai 49% pangsa pasar broiler dunia dengan distribusi di lebih dari 85 negara. Hubbard International memegang strain Hubbard dengan range produk yang sangat beragam sesuai dengan kebutuhan pasar. Bahkan Hubbard juga mengembangkan strain ayam pedaging berwarna untuk memenuhi permintaan ayam kampung. Tyson Foods, Inc. menguasai 100% saham Cobb-Vantress dan Avian. Sejak lama Cobb-Vantress, Inc. dikenal sebagai perusahaan breeding terkemuka dengan strain andalannya Cobb. Saat ini bibit Cobb digunakan untuk produksi broiler di lebih dari 60 negara. Perusahaan pembibitan lainnya adalah Euribid yang membawahi Hybro B.V. dengan strain Hybro untuk produk broiler (Poultry Indonesia, 2003). Usaha dan Prospek Peternakan Ayam Ras Pedaging Usaha ayam broiler dimulai sejak tahun 1923 di Delmarva Peninsula, seperti semua orang ketahui industri ayam broiler ini sangat fenomenal, tak hanya di Amerika Serikat tetapi hampir di seluruh dunia. Sekarang day old chick dibeli dari industri penetasan, pakan yang berkualitas telah dikembangkan, mampu untuk mempercepat pertumbuhan dan menurunkan konversi pakan. Saat industri perunggasan berkembang maka integrator mulai berkembang juga karena margin keuntungan berkurang di tiap segmen bisnis. Usaha penetasan dan pakan bersatu juga pengolahannya dan akhirnya broiler diproduksi dengan sistem contract farming daripada usaha mandiri. Pada saat ini di beberapa negara, banyak produsen beternak broiler dengan kontrak atau bermitra, artinya perusahaan yang menyediakan pakan, bibit, dan obat-obatan sementara produsen menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja, dalam hal ini perusahaanlah yang memiliki ayam tersebut sehingga produsen hanya menjual ayamnya kepada perusahaan dengan harga yang telah

22 disepakati, produsen dibayar oleh perusahaan dan bila memberikan hasil yang bagus akan diberikan bonus (North, 1972). Prospek ekonomi agribisnis ayam ras dimasa mendatang, dapat dilihat baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Menurut Saragih (2000) dari sisi permintaan prospek agribisnis ayam ras berkaitan dengan peranan daging ayam ras dalam struktur konsumsi daging dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan masa depan. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (Hafsah, 2000). Konsep formal kemitraan tercantum dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi, Kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Menurut Sumardjo et al. (2004), kemitraan bertujuan untuk (1) meningkatkan pendapatan, (2) kesinambungan usaha, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, (4) peningkatan skala usaha, (5) serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri. Hasil penelitian Handoko (2003), menyatakan bahwa pencapaian keuntungan merupakan tujuan utama dari pihak-pihak yang melaksanakan kemitraan. Hal ini menyebabkan kontrol kelembagaan yang berupa kebijakan hanya melibatkan pihak perusahaan dan peternak plasma, sedangkan pemerintah tidak terkait langsung dengan kerjasama hanya sebagai fasilitator. Menurut Sumardjo et al. (2004) ada beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan yaitu : 1) Pola inti plasma, merupakan hubungan kemitraan antara peternak mandiri sebagai inti dengan peternak kecil yang disebut dengan peternak plasma.

23 2) Pola sub kontrak, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. 3) Pola dagang umum, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. 4) Pola keagenan, merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra. 5) Pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal atau sarana lainnya untuk mengusahakan suatu komoditi. Sejarah Perkembangan Kemitraan di Indonesia Sejak tahun 1970-an ayam ras makin populer di kalangan masyarakat. Usaha skala rumah tangga terus berkembang di berbagai daerah. Sementara itu usaha skala besar diam-diam juga tumbuh dan mampu menjalankan usahanya secara lebih efisien. Sebenarnya, kemelut usaha perunggasan melalui media massa sudah berhembus sejak Namun, baru pada 1980 pertentangan terhadap peternak skala besar makin besar dan puncaknya terjadi pada tahun Meski gagasan pembatasan skala usaha mendapat banyak tantangan dari banyak kalangan namun akhirnya sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekuin tanggal 3 September 1981 menetapkan pokok-pokok kebijakan tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam yang kemudian ditetapkan dalam Keppres Nomor 50 tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam (ASOHI, 2000). Pola kemitraan antara peternak ayam ras dengan perusahaan ayam ras sudah diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1984 melalui PIR Perunggasan yang merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 50 tahun Inti dari Keppres No. 50 tahun 1981 itu adalah: (1) perusahaan peternakan ayam ras diperbolehkan bergerak pada industri hulu ayam ras (bibit, obat-obatan) dan atau pada industri hilir ayam ras (pemotongan, perdagangan ayam), sedangkan usaha budidaya ayam ras hanya untuk

24 peternak rakyat, (2) skala usaha budidaya dibatasi (750 ekor/periode untuk ayam pedaging). Searah dengan bergulirnya era deregulasi dan debirokratisasi di Indonesia maka pemerintah mencabut Keppres No. 50 tahun 1981 dan menggantikannya dengan Keppres No. 22 tahun Prinsip dasar dari Keppres No. 22 tahun 1990 tersebut adalah: (1) perusahaan peternakan diperbolehkan kembali memasuki usaha budidaya ayam ras asalkan bekerja sama dengan peternak rakyat; (2) skala budidaya diperbesar. Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha Menurut Sumardjo et al. (2004) hubungan kemitraan akan berkesinambungan jika hasil kerja sama terjadi secara berulang-ulang dan saling menguntungkan. Proses tersebut terus dilakukan sampai melahirkan suatu aturan atau norma hubungan bisnis dalam pola perilaku kemitraan. Kelanjutan hubungan kemitraan tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pihak-pihak yang bermitra dalam kegiatan kemitraan. Hubungan yang dilakukan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang menghasilkan interaksi positif akan menimbulkan sifat saling ketergantungan. Sebaliknya interaksi negatif dapat mengancam kelangsungan hubungan kemitraan. Menurut Hafsah (2000), jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas merupakan perekat kemitraan, apabila berhasil dapat melanggengkan kelangsungan kemitraan. Produk akhir dari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat tidaknya diterima di pasar. Indikator penentunya adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu produk. Untuk selanjutnya dengan adanya jaminan mutu akan meningkatkan pendapatan peternak dan perusahaan karena adanya jaminan penyerapan hasil produksi oleh pasar sepanjang memenuhi standar mutu yang telah disepakati. Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2002) keberhasilan dari pola kemitraan dapat dilihat dari peningkatan taraf hidup peternak dan perlindungan dari inti dengan adanya dukungan yang berkesinambungan, kepastian pasokan sapronak, terjaminnya harga beli input, kepastian harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan. Ada empat indikator keberhasilan pola kemitraan, yaitu: a. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. b. Produktivitas adalah banyaknya jumlah output yang diproduksi per satuan waktu.

25 c. Harga output adalah harga beli perusahaan mitra terhadap produk yang dihasilkan oleh peternak mitra. d. Resiko adalah kemungkinan untuk mengalami kerugian atau kegagalan dalam berbisnis. Etika Bisnis Terdapat perbedaan antara etika dan moralitas, sehingga terlebih dahulu perlu memahami perbedaan arti dari keduanya. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi atau kelompok. Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok dan pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri sendiri serta seluruh hidupnya. Norma adalah aturan atau kaidah perilaku dan tindakan manusia (Keraf, 1991). Keraf (1991) juga berpendapat bahwa ada dua macam etika. Pertama, etika deskriptif, yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Kedua, etika normatif, yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki dan dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika adalah moral dan karakter yang mengacu pada nilai-nilai dari aturan yang dilaksanakan oleh kelompok atau individu. Adapun manfaat etika adalah: (1) dapat mendorong dan mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri, yang dapat dipertanggungjawabkannya, (2) dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat yang tertib, teratur, damai dan sejahtera dengan mentaati normanorma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan kesejahteraan sosial (Rindjin, 2004). Rindjin (2004) juga mengatakan bahwa bisnis mempunyai normatif sendiri yaitu memaksimalkan keuntungan pribadi dan menekan biaya. Bisnis adalah kegiatan yang menyangkut produksi, penjualan, dan pembelian barang serta jasa untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan etika bisnis adalah kiat dan disiplin untuk

26 menerapkan prinsip-prinsip etika dalam mengkaji dan mengatasi masalah-masalah yang rumit dalam dunia bisnis. Etika bisnis menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis yang baik dan tidak melakukan bisnis yang kotor. Etika bisnis mengajak pihak-pihak yang bermitra untuk mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar kemitraan tersebut pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis perunggasan (Rindjin, 2004). Suatu kemitraan agar dapat menjadi langgeng diperlukan banyak sikap yang termasuk ke dalam etika bisnis, menurut Mariotti (1993) dalam Hafsah (2000) mengemukakan lima dasar etika berbisnis dimana empat yang pertama merupakan hubungan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis. Kelima dasar etika bisnis tersebut adalah: a) Intergritas dan kejujuran Dalam kemitraan diperlukan pelaku-pelaku yang berkarakter kuat dan tidak mudah putus asa. Integritas adalah sikap bertindak jujur dan benar, karena ada banyak kemungkinan dimana pelaku kemitraan berlaku curang. Kemitraan yang dibangun dengan integritas yang terpuji dan kejujuran akan menghasilkan suatu kemitraan yang kokoh dan tidak mudah terombang-ambing oleh permasalahan yang muncul. b) Kepercayaan Kepercayaan yang teguh terhadap seseorang atau mitra merupakan modal dasar dalam menjalin bisnis. Kegagalan dalam membangun kemitraan yang langgeng biasanya dimulai dengan sikap saling mencurigai yang akhirnya menimbulkan sikap saling tidak percaya. c) Komunikasi yang terbuka Komunikasi yang terbuka merupakan suatu rangkaian proses dimana suatu informasi atau ide dipertukarkan secara transparan. Pertukaran informasi secara bebas oleh pelaku yang bermitra akan melahirkan suatu ide cemerlang yang akan memicu kreativitas sehingga berdampak pada kegiatan atau usaha yang akan dilakukan.

27 d) Adil Adil yaitu tidak berat sebelah, bersikap sama atau seimbang terhadap semua orang. Kemitraan yang dilandasi sikap adil menunjukkan adanya pengorbanan dari pihak yang bermitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Pengorbanan ini bukan berarti akan merugikan salah satu pihak. e) Keseimbangan antara insentif dan resiko Kemitraan merupakan perpaduan antara resiko yang diberikan dengan hasil atau insentif yang diterima. Keseimbangan ini akan terus mewarnai perjalanan kemitraan. Untuk pihak yang bermitra harus ada keinginan untuk memikul beban resiko dan keuntungan bersama-sama. Kegiatan bisnis adalah kegiatan manusiawi, maka bisnis dapat dinilai dari sudut pandang moral, sama halnya semua kegiatan manusiawi lainnya juga dapat dinilai dari sudut pandangan moral. Bisnis, seperti kebanyakan kegiatan sosial lainnya, mengandaikan suatu latar belakang moral dan mustahil bisa dijalankan tanpa adanya latar belakang moral seperti itu. Jika setiap orang yang terlibat dalam bisnis (pelaku bisnis) bertindak secara immoral atau bahkan amoral (tidak memperdulikan tindakannya bermoral atau tidak), maka bisnis akan segera terhenti dan keberlangsungannya tidak akan lama (Keraf, 1991). Kepemimpinan Menurut Santosa (1983) kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan. Suatu hubungan antara dua belah pihak agar menjadi kokoh dan langgeng maka diperlukan seseorang yang bertindak sebagai pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan agar tujuan dari kerjasama dapat tercapai. Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat bekerjasama mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan juga merupakan proses kekuatan di balik sukses organisasi yang akan menciptakan organisasi itu dapat hidup dan berdiri kokoh. Ada beberapa ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu seorang yang berpandangan jauh ke depan, rendah hati, sabar, dapat memahami orang lain, dan memahami tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, berani, berpendirian teguh, setia serta jujur (Tambunan, 1993).

28 Prijosaksono dan Hartono (2002) berpendapat bahwa ada lima aspek penting dalam karakter seorang pemimpin sejati, yaitu: a) Vision, adanya visi dan sasaran yang jelas dipahami oleh seluruh anggota tim. b) Optimizing, menumbuhkan motivasi diri sendiri dan tim untuk belajar dan tumbuh agar sasaran tercapai. c) Integrity, membangun karakter dan integritas sebagai dasar menumbuhkan kepercayaan dan respek. Untuk membangun integritas dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut, selalu menepati janji, memegang komitmen, menjaga kejujuran dan keterbukaan. d) Communication, membangun sistem komunikasi yang efektif. Untuk menciptakannya seorang pemimpin harus bersikap menghormati orang lain, berempati, memberikan pesan dengan jelas sehingga dapat diterima dengan baik dan rendah hati. e) Empowering, menimbulkan sinergi dan kerja sama kreatif di dalam tim. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dengan cara, memberikan dorongan motivasi, berbagi dan memberikan kepercayaan. Motivasi Kerjasama Motivasi kerjasama merupakan salah satu peubah yang dinilai terhadap hubungan kemitraan yang termasuk dalam salah satu aspek manfaat dari kemitraan, karena tanpa adanya motivasi untuk melanjutkan kerjasama dari kedua belah pihak maka kerjasama kemitraan tidak mungkin dapat dilanjutkan kembali (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2000). Menurut Sumardjo et al. (2004) salah satu dampak positif kemitraan adalah adanya keterkaitan antar pelaku kerjasaman bisnis kemitraan yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut kualitas dan kuantitas serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan dan adil, sehingga tanpa adanya keinginan dari kedua belah pihak untuk melanjutkan hubungan kerjasama maka kesinambungan usaha kemitraan tidak akan terjadi.

29 Performance Numerical North dan Bell (1990) menyatakan bahwa Performance Index (IP) adalah suatu gambaran untuk mengevaluasi hasil teknis, semakin besar nilai IP maka semakin baik pula hasil teknisnya. Rumus yang digunakan adalah: IP = Bobot Ayam( dalam pon) X 100 FCR Perkembangan ayam broiler sangat cepat maka formula awal yang digunakan untuk mengetahui prestasi ayam broiler saat ini telah mengalami perubahan dan modifikasi, berdasarkan formula Performance Index yang digunakan oleh North dan Bell yang dibuat dalam bentuk pon maka untuk kasus di Indonesia telah mengalami modifikasi dan perubahan karena di Indonesia bobot ayam dihitung dalam ukuran kilogram, yang dikenal dengan nama Performance Numerical (PN). Performance Numerical adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui prestasi ayam broiler komersial. Semakin besar nilai PN yang diperoleh (lebih dari 200), semakin bagus prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya. PN dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: (100% Persentase kematian) x Rata rata berat ayam yang dipanen x100 PN = FCR x Rata rata umur panen Semakin rendah FCR maka akan semakin efisien penggunaan pakan. Semua ini merupakan tujuan utama para peternak ayam broiler. Nilai PN juga bisa diartikan, semakin tinggi performance numerical semakin efisien usaha tersebut (Fadillah, 2004). Kontrak Kerjasama Berdasarkan pedoman kemitraan usaha pertanian dinyatakan pada bab III tentang syarat kemitraan usaha pertanian pasal 10 adalah (1) kemitraan usaha pertanian dilakukan dengan penandatangan perjanjian kemitraan terlebih dahulu, (2) isi perjanjian kerjasama mencakup jangka waktu, hak dan kewajiban termasuk kewajiban melapor kemitraan kepada Instansi Pembina Teknis di daerah, pembagian resiko penyelesaian bila terjadi perselisihan, klausula lainnya yang memberikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak. Kontrak kerjasama merupakan salah satu peubah yang dinilai terhadap hubungan kemitraan yang termasuk dalam salah satu aspek proses manajemen kemitraan (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2000).

30 Kemitraan usaha hendaknya dilakukan secara sukarela, saling membantu, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan usaha di bidang peternakan dapat dilakukan oleh kelompok/koperasi dengan perusahaan seperti perusahaan pemotongan hewan, pabrik pakan, perusahaan perdagangan sarana produksi peternakan dan perusahaan pembibitan. Perusahaan peternakan berfungsi sebagai inti, sedangkan kelompok peternak atau koperasi berperan sebagai plasma. Nota kesepahaman kerjasama kemitraan antara pihak-pihak yang terlibat perlu dibuat untuk memberikan kepastian dan kesinambungan usaha (Ditjen Peternakan, 2000).

31 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di perusahaan peternakan Tunas Mekar Farm di Graha Indah Bogor dan peternak mitra yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor yaitu Cibinong, Leuwiliang, Nanggung dan Cigudeg. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Desember 2005 sampai dengan tangal 10 Januari Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh peternak yang masih aktif menjalin kerjasama kemitraan dengan Tunas Mekar Farm. Jumlah peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm berjumlah 150 peternak. Sampel Jumlah sampel yang diambil dari populasi Tunas Mekar Farm sebanyak 40 peternak dengan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling atau secara sengaja untuk memilih peternak plasma yang telah bermitra dengan Tunas Mekar Farm sejak awal Tunas Mekar Farm berdiri sampai saat ini. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai suatu survey yang bersifat deskriptif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial dan juga untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu, seperti interaksi sosial (Singarimbun dan Effendi, 1985). Interaksi sosial dilakukan antara peternak dengan mitranya dalam menjalankan suatu hubungan kerjasama dalam kemitraan. Deskriptif menggambarkan bagaimana peternak dan mitranya menjalankan kerjasama kemitraan agar tercipta suatu kepuasan dan rasa senang diantara keduanya karena untuk mencapai suatu kesinambungan bukan hanya diukur dengan keuntungan materi tapi lebih ke arah hubungan manusia yang mengakibatkan adanya interaksi diantara keduanya. Interaksi tidak akan timbul tanpa adanya keinginan dan

32 kesepakatan kedua belah pihak untuk bekerjasama, oleh karena itu maka peubahpeubah yang diteliti dalam penelitian ini bersifat sosial ekonomi yang artinya selain meneliti hubungan antar manusia juga melihat dari sisi ekonomi dari kemitraan tersebut sehingga dapat dirumuskan bahwa aspek sosial dan ekonomi mempengaruhi kesinambungan usaha yang tercermin dari peubah-peubah yang akan diteliti dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama. Data dan Instrumentasi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara secara langsung dengan peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm. Data primer didapat melalui wawancara adalah mengenai daya terima peternak terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama oleh mitranya dan juga mengenai data prestasi produksi ayam broiler mereka atau yang kita kenal dengan performance numerical. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan inti mengenai jumlah populasi ternak dan bentuk kerjasama yang dilaksanakan oleh peternak serta kontrak perjanjian kerjasama Instrumentasi Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner digunakan pada saat wawancara langsung dengan peternak yang bermitra. Kuesioner dibagi kedalam lima bagian, pertama untuk mengukur daya terima peternak terhadap etika bisnis yang dijalankan bersama, kedua mengukur daya terima peternak terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh mitra, ketiga mengukur sejauh mana motivasi kerjasama dari peternak, keempat adalah mengetahui nilai performance numerical dari masing-masing peternak yang diwawancara dan yang kelima adalah tentang kontrak kerjasama yang akan dilihat isi dan kandungan dari kontrak kerjasama serta pelaksanaannya apakah sesuai dengan kesepakatan atau tidak.

33 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum instrumen atau kuesioner digunakan, telah dilakukan uji coba terlebih dahulu di lapang pada beberapa responden yang bukan sampel tapi memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri responden. Uji validitas dilakukan kepada enam orang peternak, empat peternak di daerah Cibungbulang, Bogor yang merupakan peternak plasma dari perusahaan inti JP, sedangkan dua orang peternak lainnya merupakan peternak plasma dari PT. CPI di daerah Serang, Banten. Tujuan pengukuran validitas adalah untuk melihat isi dan kegunaan suatu alat ukur. Untuk penelitian sosial, validitas isi adalah yang paling penting karena mempersoalkan isi dan makna dari kuesioner cukup mewakili atau tidak (Nazir, 1998). Setelah melakukan uji validitas dengan jumlah responden pada saat uji coba berjumlah enam orang peternak plasma, maka dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1985). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 10 for windows maka didapat nilai r hitung = 0,947 sedangkan nilai r tabel = 0,878 karena nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang diujikan valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi. Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan di sekitar daerah Bogor, di tempat perusahaan inti dan peternak plasma selama 1 bulan. Data dikumpulkan melalui: 1) Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada para peternak plasma dalam kemitraan. 2) Pengumpulan data sekunder dari pihak perusahaan sebagai sumber informasi tentang data jumlah peternak dan kontrak kerjasama. Analisis Data Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

34 1) Analisis Peubah Etika Bisnis (X 1 ) Menganalisis daya terima peternak terhadap etika bisnis yang dilakukan oleh mitra melalui kuesioner dengan memperhatikan indikator-indikator yang diteliti dalam etika bisnis yaitu: (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko. Setelah didapatkan nilainya maka akan diketahui dari semua indikator yang mempengaruhi etika bisnis, indikator mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap kesinambungan usaha. 2) Analisis Peubah Kepemimpinan (X 2 ) Cara pengukuran gaya kepemimpinan dari perusahaan mitra berdasarkan konsep skala semantik differensial, menurut Osgood (1957) konsep ini mengklasifikasi sifat-sifat yang dipilih untuk penilaian dari kategori kepemimpinan yang dibagi dalam tiga dimensi sifat yang akan diukur, yaitu: (1) dimensi evaluasi, (2) dimensi potensi, (3) dimensi aktivitas. Sifat-sifat dari seorang pemimpin yang digunakan sebagai indikator setelah dibagi kedalam tiga dimensi, (1) evaluasi: respek dari peternak, kejujuran, kepercayaan, (2) potensi: memegang komitmen, kemampuan berkomunikasi, kecakapan emosional, (3) aktivitas: memotivasi, gaya berbicara, ketegasan. Indikator digunakan untuk menganalisis sejauh mana daya terima peternak terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh mitra, setelah diketahui nilainya melalui kuesioner maka dapat diketahui sejauhmana pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha. Menurut Osgood (1975) dalam Library Gunadarma (2006) teknik beda semantik ini memiliki karakteristik unik yang membedakannya dengan teknik-teknik lainnya, yaitu pada cara responden memberikan respons terhadap item pada skala beda semantik, dimana responden tidak diminta untuk memberikan respons setuju atau tidak setuju, akan tetapi justru diminta langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus. Teknik ini menggunakan kata sifat sebagai karakteristik stimulus yang disajikan dalam suatu kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan.

35 Dikatakan oleh Azwar (1995) dalam Library Gunadarma (2006) bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Cara pemberian angka seperti ini adalah cara yang telah disederhanakan yaitu angka 1 berarti adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas tinggi, sedangkan angka 7 menunjukkan adanya sikap favorable dengan intensitas tinggi pula. Makin mendekati ke tengah kontinum maka arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnya pun berkurang. Suatu posisi respons yang diletakkan pada angka 4, yang berada di tengah-tengah berarti adanya sikap netral terhadap objek yang bersangkutan bila dikaitkan dengan kata sifat yang berada pada kedua kutub kontinum. 3) Analisis Peubah Motivasi Kerjasama (X 3 ) Menganalisis seberapa besar motivasi kedua belah pihak untuk melanjutkan kerjasama kemitraan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha suatu kemitraan. 4) Analisis Peubah Performance Numerical (PN) (X 4 ) Prestasi produksi ayam broiler atau performance numerical (PN) diukur dan dianalisis dengan mengetahui berapa standar PN yang digunakan oleh mitra agar peternak tetap bisa bekerjasama dan dibandingkan juga dengan keadaan lapang dari peternak, sehingga diketahui berapa nilai PN rata-rata dari peternak dan diketahui pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha. Untuk mengukur Indeks Prestasi ayam atau performance numerical adalah dengan formula sebagai berikut: (100% Persentase kematian) x Rata rata berat ayam yang dipanen x100 PN = FCR x Rata rata umur panen 5) Analisis Peubah Kontrak Kerjasama (X 5 ) Indikator yang digunakan dalam menganalisis kontrak kerjasama adalah: (a) keberadaan, (b) isi kontrak kerjasama, (c) bentuk kerjasama, (d) pelaksanaan kontrak kerjasama. Peubah kontrak kerjasama akan dianalisis dengan melihat sejauhmana kepuasan peternak dengan isi kontrak kerjasama dan pelaksanaannya selama menjalin hubungan kerjasama kemitraan dengan mitra, apakah sudah sesuai dengan

36 kontrak atau belum sesuai. Setelah dianalisis maka akan diketahui dari keempat indikator tersebut indikator mana yang paling signifikan dan berpengaruh terhadap kesinambungan usaha. 6) Analisis Kesinambungan Usaha (Y) Indikator yang digunakan untuk mengukur kesinambungan usaha adalah lamanya menjalin hubungan kerjasama, lamanya waktu tersebut dikategorikan dalam hitungan siklus periode produksi selama menjalin hubungan kemitraan. Metode regresi berganda digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peubah-peubah apa saja yang berpengaruh terhadap kesinambungan usaha kerjasama kemitraan. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut: Y = a 0 + a 1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + a 4 X 4 + a 5 X 5 + e dimana: Y = kesinambungan usaha a 0 = intersep a 1 a 5 = koefisien regresi X 1 = etika bisnis X 2 = kepemimpinan X 3 = keinginan kontinuitas kerjasama X 4 = performance numerical X 5 = kontrak kerjasama Setelah mengetahui persamaan yang terbentuk maka dilakukan uji BLUE (Best Unbiased Estimator) agar persamaan yang telah terbentuk adalah persamaan regresi yang terbaik dan tidak mengandung autokorelasi dan multikolinearitas. Definisi Istilah Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau oleh usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Kesinambungan usaha adalah mempertahankan suatu usaha agar tetap berlanjut dalam eksistensinya (lamanya kerjasama). Etika bisnis adalah kiat dan disiplin untuk menerapkan prinsip-prinsip etika dalam mengkaji dan mengatasi masalah-masalah yang rumit dalam dunia bisnis.

37 Kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan. Motivasi kerjasama adalah suatu alasan yang menyebabkan salah satu pihak bertindak untuk melanjutkan hubungan kerjasama. Performance Numerical adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui prestasi ayam broiler komersial, yang perhitungannya dengan formula sebagai berikut: (100% Persentase kematian) x Rata rata berat ayam yang dipanen x100 PN = FCR x Rata rata umur panen Kontrak kerjasama adalah suatu nota kesepahaman antara dua pihak yang bermitra yang memuat aspek-aspek penting dalam bermitra dan sebagai tanda bukti bahwa telah terjadi kesepakatan kerjasama. Perusahaan inti adalah perusahaan peternak yang mengadakan kemitraan dengan pola inti plasma yang berkewajiban menyediakan sarana produksi peternakan, bimbingan teknis, manajemen, dan memasarkan hasil produk peternak plasma. Peternak plasma adalah kelompok peternak ayam ras pedaging yang melakukan kerjasama dengan suatu perusahaan inti dalam usaha budidaya dengan perjanjian yang telah disepakati. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Harga output adalah harga beli perusahaan mitra terhadap produk yang dihasilkan oleh peternak mitra. Resiko adalah kemungkinan untuk mengalami kerugian atau kegagalan dalam berbisnis. Insentif adalah merupakan pendapatan yang didapat oleh kedua belah pihak yang bermitra dan besarnya telah ditentukan dan disepakati dalam surat perjanjian.

38 KEADAAN UMUM TUNAS MEKAR FARM Sejarah Berdirinya Tunas Mekar Farm baru berdiri sekitar 23 bulan yang lalu tepatnya pada April 2004, memang usianya masih muda sesuai dengan namanya seperti tunas yang baru mekar. Berdasarkan cerita dari pihak perusahaan, Tunas Mekar Farm ini didirikan oleh Ir. Muslikhin Irmat bersama rekannya Bapak Agus yang tadinya bekerja di salah satu perusahaan mitra juga, karena ketidakpuasan mereka terhadap sistem yang dijalankan di perusahaan mitra tersebut maka mereka dengan dibantu salah satu investor di Bogor mendirikan perusahaan mitra sendiri yang dinamakan Tunas Mekar Farm. Beberapa hal yang dianggap kurang memuaskan di perusahaan mitra tersebut diantaranya adalah: jaminan sapronak tidak tentu yang artinya kualitasnya tidak selalu terjamin, pemberian insentif hasil produksi kepada peternak memakan waktu yang cukup lama bisa sampai satu bulan, cara kerja di dalam perusahaan tersebut pun terlalu baku dengan aturan sehingga kurang terasa adanya kekeluargaan antara peternak dengan perusahaan mitra, dan juga komunikasi antara peternak dan pihak perusahaan mitra kurang lancar sehingga menghambat hubungan kerjasama tersebut. Berdirilah Tunas Mekar Farm dan diharapkan dapat memberikan solusi terbaik pada peternak dalam melakukan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Tunas Mekar Farm ingin mengubah hal-hal yang dianggap kurang memuaskan tersebut menjadi lebih baik dengan memberikan jaminan kualitas sapronak terbaik pada peternak mitranya, perhitungan hasil produksi peternak dilakukan paling lambat satu minggu sudah selesai agar peternak dapat segera menerima uang hasil beternak ayam tersebut. Rasa kekeluargaan antara peternak dan pihak perusahaan juga ingin ditingkatkan dengan adanya pertemuan rutin yang diadakan kurang lebih dua kali dalam setahun untuk mempererat tali silaturahmi dan untuk berdiskusi seputar hubungan kemitraan ayam ras pedaging. Sejak berdirinya Tunas Mekar Farm sampai saat ini sudah memiliki kurang lebih 150 mitra peternak yang tersebar hampir di seluruh wilayah Bogor, seperti di daerah Leuwiliang, Nanggung, Jasinga, Cigudeg, Cibinong, Depok sampai Cariu. Awalnya memang peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm hanya sedikit

39 tapi banyak peternak yang ingin pindah dari perusahaan mitra lain ke Tunas Mekar Farm karena mendengar berita dari mulut ke mulut sehingga populasi ternak ayam yang dimiliki Tunas Mekar Farm sudah mencapai ratusan ribu ekor ayam mendekati sejuta ekor ayam. Tunas Mekar Farm pun memiliki kandang sendiri yang dikelola oleh peternak kuli atau buruh yang disebut dengan istilah maklun. Struktur Organisasi Saat ini Tunas mekar Farm sudah berkembang dengan pesat tetapi hanya memiliki delapan orang pegawai sehingga tidak ada struktur organisasi yang jelas. Tugas masing masing pegawai di Tunas Mekar Farm adalah: a. Pimpinan, bertugas membuat kebijakan, mengawasi dan mengatur pemasaran produk ayam yang akan dijual serta mengatur pasokan sapronak dari breeder atau perusahaan pembibitan dan perusahaan pakan. b. Technical service, yang berjumlah tiga orang bertanggung jawab untuk kelancaran produksi peternakan dari mulai datang DOC sampai panen dan mengurusi kesehatan ayam serta memberikan pembinaan serta teknik manajemen di dalam kandang atau cara beternak ayam yang baik dan benar. c. Bagian keuangan, ada satu orang yang mengurusi masalah perhitungan insentif ataupun bonus yang diterima peternak baik dari konversi pakan ataupun mortalitas dan menghitung semua biaya yang telah dikeluarkan peternak dari perusahaan dan menghitung hasil panen ayam peternak. d. Bagian administrasi, terdiri dari dua orang yang membantu pimpinan mengatur surat-surat tanda bukti pembayaran dan lainnya, serta mengatur administrasi pegawai ataupun peternak mitranya. e. Bagian umum, ada satu orang yang mengurusi masalah di luar manajemen perusahaan baik pemasaran, produksi ataupun keuangan. Kegiatan Usaha Tunas Mekar Farm mulanya hanya berperan sebagai perusahaan mitra dengan memiliki banyak peternak mitra yang membudidayakan ayam ras pedaging, tetapi dengan berkembangnya usaha maka Tunas mekar Farm pun mempunyai ayam yang dibudidayakan sendiri dengan peternak buruh atau kuli.

40 Tunas Mekar Farm berencana membuat RPA (Rumah Potong Ayam) dengan skala 5000 ekor per hari, bekerjasama dengan salah satu perusahaan mitra di Bogor untuk mengatasi masalah pemasaran, jika permintaan ayam menurun dan produksi terlalu banyak maka ayam dapat langsung dipotong dan dijual dalam bentuk ayam beku. Hal ini perlu dilakukan mengingat bertambahnya peternak yang menjadi mitra Tunas Mekar Farm. Mekanisme Kemitraan di Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra, diantaranya yaitu: a. Harus memiliki kandang sendiri b. Survey dari pihak perusahaan mengenai kandang dan kelengkapannya c. Adanya jaminan surat tanah atau uang Rp ,0 per ekor ayam. Sebelum resmi menjadi mitra maka peternak diwajibkan menandatangani kontrak kerjasama yang memuat semua hak dan kewajiban dari kedua belah pihak dan juga surat harga garansi yang mencantumkan harga garansi ayam dan bonus yang berlaku di Tunas Mekar farm. Masalah-masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan kemitraan adalah peternak yang curang dalam bermitra, seperti menjual pakan ataupun ayam kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan mitra. Akan tetapi hal tersebut dapat diketahui oleh perusahaan dari recording ayam yang dilakukan oleh peternak tersebut dan adanya standar mengenai hal tersebut yang dimiliki oleh perusahaan mitra. Peternak yang melakukan hal tersebut akan diberi sanksi berupa pemutusan hubungan kerjasama secara sepihak oleh perusahaan mitra jika melakukan kecurangan tersebut dua kali berturut-turut dan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh peternak, dan jika kerugian tersebut terlalu besar maka surat jaminan yang telah diberikan akan ditahan. Selain peternak yang curang ada juga peternak yang berprestasi, yaitu peternak yang memiliki performance numerical atau prestasi ayam selalu tinggi diatas 275 dan kematian sedikit. Tunas Mekar Farm memberikan penghargaan berupa hadiah kepada peternak yang prestasinya selalu baik, hadiah tersebut berupa televisi, kulkas, mini compo dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memacu dan

41 memotivasi para peternak agar beternak dengan baik dan memperbaiki manajemen kandangnya jika dirasa perlu untuk meningkatkan kualitas ayamnya, sehingga akan muncul situasi simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Tunas Mekar Farm memiliki penilaian sendiri terhadap peternak mitranya yaitu berdasarkan nilai PN atau prestasi ayamnya, adapun tingkatannya sebagai berikut: a. Peternak grade A adalah peternak yang memiliki performance numerical diatas 270 b. Peternak grade B adalah peternak yang memiliki performance numerical antara c. Peternak grade C adalah peternak yang memiliki performance numerical antara d. Peternak grade D yang memiliki performance numerical dibawah 230 Peternak grade A sudah dipercaya oleh perusahaaan mitra karena selalu memberikan hasil terbaik, sedangkan untuk peternak grade B dan C diawasi oleh inti sebagai pembina agar nilai performance numerical yang dihasilkan bisa meningkat lagi, dan untuk peternak dengan grade D jika selalu menghasilkan performance numerical yang kurang baik atau tidak ada peningkatan selama tiga kali berturutturut maka akan dilakukan pemutusan hubungan kerjasama oleh perusahaan mitra secara sepihak.

42 HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Etika Bisnis Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan dengan tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi untuk sebuah rumah atau bangunan. Konsistensi dalam penerapan etika bisnis akan berbanding lurus dengan kemantapan dan kekokohan dalam menopang pilar-pilar di atasnya (Hafsah, 2000). Ada lima dasar etika bisnis yang merupakan hubungan interaksi manusia dan juga merupakan perspektif bisnis diantaranya: (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko. Kelima indikator tersebut diukur melalui kuesioner yang diajukan kepada peternak. Jawaban dinilai sesuai dengan kategori jawaban peternak yang dikuantifikasikan dengan skor dari masing-masing jawaban. Hasil pengujian data mengenai etika bisnis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Skor Etika Bisnis dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Indikator Total Skor Rataan Skor 1. Integritas dan Kejujuran 153 3,80 2. Kepercayaan 80 2,00 3. Komunikasi yang Terbuka 71 1,77 4. Adil 160 4,00 5. Keseimbangan Insentif dan Resiko 106 2,65 Total Rataan Skor 2,84 Keterangan: 1,00-1,50: rendah 1,51-2,50: sedang 2,51-3,50: tinggi 3,51-4,00: sangat tinggi Integritas dan kejujuran dari peternak termasuk kategori sangat tinggi, untuk kepercayaan masuk dalam kategori sedang karena masih ada peternak yang melakukan kecurangan dalam bermitra, komunikasi yang terbuka masuk dalam kategori sedang karena peternak masih merasa kurang puas dengan komunikasi yang telah dijalankan selama ini, terutama dari segi pembinaan oleh Technical Service.

43 Adil mendapat rataan skor empat yang artinya setiap peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm merasa tidak ada keberpihakan dalam menjalankan hubungan kemitraaan dan yang terakhir keseimbangan antara insentif dan resiko masuk dalam kategori tinggi karena peternak merasa dalam kemitraan ayam ras pedaging akan mendapatkan pendapatan yang tinggi tetapi dibarengi dengan resiko yang tinggi pula. Hasil total rataan skor dari semua indikator etika bisnis menunjukkan nilai 2,84 yang artinya etika bisnis masuk dalam kategori tinggi karena penerapan etika bisnis dalam hubungan kemitraan ini sudah dijalankan dengan baik. Kepemimpinan Suatu hubungan kemitraan agar menjadi kokoh dan langgeng maka diperlukan seseorang yang bertindak sebagai pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan mitranya agar tujuan dari kerjasama kemitraan dapat tercapai. Tunas Mekar Farm bertindak sebagai perusahaan inti yang melakukan pembinaan sehingga pimpinan dari Tunas Mekar Farm berperan sebagai pemimpin dalam mengkoordinir mitranya. Hasil pengujian data mengenai kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Skor Kepemimpinan dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Dimensi yang Dinilai Total Skor Rataan Skor 1. Evaluasi 212 5,30 2. Potensi 194 4,85 3. Aktivitas 193 4,82 Total Rataan Skor 4,99 Keterangan: 1,00-1,50: sangat tidak disukai sekali 1,51-2,50: sangat tidak disukai 2,51-3,50: tidak disukai 3,51-4,50: biasa saja/netral 4,51-5,50: disukai 5,51-6,50: sangat disukai 6,51-7,00: sangat disukai sekali Penilaian kepemimpinan dari Tunas Mekar Farm dilakukan dengan menggunakan teknik beda semantik sehingga peternak dapat langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap sikap dari pimpinan Tunas Mekar Farm yang dibagi ke dalam tiga dimensi utama, yaitu evaluasi, potensi dan aktivitas. Dimensi evaluasi adalah suatu penilaian yang berkaitan dengan pernyataan evaluatif, dimensi potensi

44 adalah suatu penilaian tentang kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin, dan dimensi aktivitas adalah penilaian mengenai perilaku sehari-hari dari pimpinan Tunas Mekar Farm. Wawancara dengan para peternak plasma Tunas Mekar Farm Bogor menghasilkan total rataan skor kepemimpinan yang didapat dari setiap dimensi bernilai 4,99 yang termasuk dalam kategori disukai. Nilai skor evaluasi adalah 5,30 yang menunjukkan bahwa pimpinan Tunas Mekar Farm dihormati oleh peternak plasmanya karena bertindak jujur dan memberikan kepercayaan plasmanya. Potensi dari pimpinan Tunas Mekar Farm memiliki skor 4,85 yang juga termasuk kategori disukai karena menurut plasmanya pimpinan Tunas Mekar Farm dapat memegang komitmen, memiliki kemampuan berkomunikasi aktif dan memiliki kecakapan emosional yang baik, tidak emosional tapi cenderung santai. Dimensi yang terakhir adalah aktivitas yang memiliki skor 4,84 yang sama dengan kedua dimensi sebelumnya masuk dalam kategori disukai karena pimpinan Tunas Mekar Farm mampu untuk memotivasi peternak plasmanya dengan cepat, memiliki gaya berbicara yang cukup halus tidak kasar, dan memiliki ketegasan dalam bersikap. Hal ini menggambarkan bahwa pimimpinan Tunas Mekar Farm disukai oleh peternak mitranya dan memiliki kepribadian yang baik, sehingga hubungan kemitraan dapat berjalan baik, karena para peternak mitra sudah diatur dan diarahkan dengan baik oleh pimpinan Tunas Mekar Farm. Motivasi Kerjasama Suatu hubungan kerjasama kemitraan tidak akan terjadi jika tidak ada motivasi dari salah satu pihak untuk saling melestarikan hubungan yang telah dibina untuk terus berlanjut pada jangka waktu yang lebih lama. Hasil pengujian data mengenai motivasi kerjasama dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Skor Motivasi Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Indikator Total Skor Rataan Skor 1. Motivasi Kerjasama 142 3,55 Total Rataan Skor 3,55 Keterangan: 0,00-0,50: tidak ada 0,51-2,5: rendah 3,51-4,00: tinggi

45 Total rataan skor dari motivasi bernilai 3,55 yang menunjukkan bahwa motivasi kerjasama yang ada termasuk dalam kategori tinggi. Adanya motivasi yang tinggi untuk tetap melanjutkan hubungan kerjasama kemitraan dikarenakan kedua pihak masih merasa saling membutuhkan dalam bermitra di bidang peternakan ayam ras pedaging. Performance Numerical Indikator yang penting dalam beternak ayam ras pedaging adalah performance numerical atau indeks prestasi ayam yang dihasilkan. Menjaga kesinambungan usaha dalam kemitraan ayam ras pedaging tidaklah mudah terutama jika menyangkut prestasi ayam yang dihasilkan, karena dibutuhkan kerjasama dari dua belah pihak yang bermitra, pihak peternak harus mempunyai manajemen kandang yang baik dan pihak inti harus memberikan kualitas pakan dan bibit ayam yang berkualitas tinggi. Tunas Mekar Farm memiliki standar nilai performance numerical ayam yang harus dihasilkan oleh peternak mitranya, jika performance numerical peternak mitra berada dibawah standar tiga kali berturut-turut maka pihak Tunas Mekar Farm akan memutuskan hubungan kerjasama kemitraan. Nilai performance numerical dari para peternak dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Skor Performance Numerical dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Nilai Performance Numerical n Skor Total Skor (n x skor) 1. < > Total Rataan skor (total skor : n): 2,80 Keterangan: 1,00-1,50: rendah 1,51-2,50: sedang 2,51-3,50: tinggi 3,51-4,00: sangat tinggi Hasil rataan skor yang didapat menunjukkan bahwa performance numerical yang dihasilkan oleh peternak mitra Tunas Mekar Farm adalah 2,80 termasuk dalam kategori tinggi artinya peternak plasma di Tunas Mekar sudah mampu untuk menghasilkan prestasi ayam yang tinggi, dan tidak ada peternak yang memiliki

46 performance numerical dibawah 200 hal ini menunjukkan bahwa penetapan standar yang dilakukan oleh Tunas Mekar Farm sudah cukup baik karena para peternak mitra berlomba untuk mendapatkan PN yang tinggi selain untuk mendapatkan keuntungan lebih melalui bonus kematian dan FCR juga agar hubungan kemitraan antara peternak dengan Tunas Mekar Farm tetap terjalin. Tunas Mekar Fram juga memberikan hadiah alat elektronik kepada peternak yang mendapatkan PN diatas 275 selama satu tahun periode produksi ayam, hal ini dilakukan untuk memotivasi para peternak agar lebih meningkatkan prestasi ayamnya. Kontrak Kerjasama Kontrak kerjasama merupakan salah satu peubah yang dinilai terhadap hubungan kemitraan yang termasuk dalam salah satu aspek proses manajemen kemitraan. Kontrak kerjasama antara pihak-pihak yang bermitra harus ada karena untuk memberikan kepastian dan kesinambungan usaha, maka harus dibuat nota kesepahaman kerjasama kemitraan sebelum pihak-pihak yang bermitra memulai usaha kemitraan. Hasil rataan skor dari kontrak kerjasama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Skor Kontrak Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Indikator Total Skor Rataan Skor 1. Kontrak Kerjasama 124 3,10 Total Rataan Skor 3,10 Keterangan: 1,00-1,50: tidak lengkap 1,51-2,50: kurang lengkap 2,51-3,50: lengkap 3,51-4,00: sangat lengkap Hasil rataan skor kontrak kerjasama yang didapat bernilai 3,10 termasuk dalam kategori lengkap, hal ini menunjukkan bahwa kontrak kerjasama yang ada sudah lengkap dan memenuhi kriteria isi suatu perjanjian yang memuat tentang hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh kedua belah pihak baik dari sistem pembayaran, harga garansi, waktu pembayaran, jaminan dan mengenai penyelesaian masalah jika ada perselisihan, contoh kontrak kerjasama selengkapnya yang digunakan oleh Tunas Mekar Farm dan harga garansi untuk kerjasama kemitraan pola inti plasma dapat dilihat pada lembar lampiran.

47 Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Setelah mempertimbangkan latar belakang teori, spesifikasi model dan keterbatasan data, bab ini menyediakan estimasi empiris dari kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging. Bertitik tolak dari peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging, yaitu etika bisnis (X 1 ), kepemimpinan, (X 2 ) motivasi kerjasama (X 3 ) performance numerical (X 4 ), dan kontrak kerjasama (X 5 ) maka dapat dibentuk estimasi persamaan regresi dari kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging. Tabel 6. Nilai Koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) Variabel Koefisien Regresi Nilai t Sig Konstanta (a) - 2, 396-0,684 0,499 Etika bisnis (X 1 ) 2,499* 1,744 0,090 Kepemimpinan (X 2 ) 0,236 0,406 0,686 Motivasi kerjasama (X 3 ) 0,222 0,350 0,729 Performance numerical (X 4 ) 1,778** 2,118 0,042 Kontrak kerjasama (X 5 ) - 0, 892-1,595 0,120 R 2 0, 411 F hitung 4,738 *) : signifikan pada taraf kepercayaan 90% (α = 0,10) **) : signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) Selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang menyatakan estimasi persamaan yang didapatkan bentuknya linier atau tidak. Berdasarkan tabel hasil SPSS diatas dapat disusun suatu persamaan regresi seperti di bawah ini: Y = - 2, ,499*X 1 + 0,236X 2 + 0,222X 3 + 1,778**X 4-0, 892X 5 (1,744) (0,406) (0,350) (2,118) (-1,595) Analisis regresi berganda dengan menggunakan metode backward hasil perhitungan dengan SPSS maka ada peubah-peubah yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan model persamaan yang lebih baik. Peubah-peubah yang dikeluarkan adalah kepemimpinan dan motivasi kerjasama, sehingga didapat hasil sebagai berikut:

48 Tabel 7. Nilai Koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) dengan Metode Backward Variabel Koefisien Regresi Nilai t Sig Konstanta (a) - 1, 740-0,547 0,588 Etika bisnis (X 1 ) 2,939* 2,527 0,016 Performance numerical (X 4 ) 1,817* 2,264 0,030 Kontrak kerjasama (X 5 ) - 0, 911-1,705 0,097 R 2 0,405 F hitung 8,179 *) : signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) Selanjutnya dari tabel diatas dapat disusun suatu persamaan regresi seperti di bawah ini: Y = - 1, ,939*X 1 + 1,817*X 4-0, 911X 5 (2,527) (2,264) (- 1,705) R 2 = 0,405 F hitung = 8,179 D W = 1,793 Berdasarkan output SPSS, selanjutnya kita melakukan uji hipotesis yang menyatakan persamaan yang didapatkan bentuknya linier atau tidak dan juga secara tidak langsung kita menguji asumsi untuk mendapatkan BLUE (Best Unbiased Estimator). Hasil SPSS menunjukkan nilai F hit = 8,179 dengan probabilitas (Sig) = 0,000. Sedangkan untuk F tabel = 2,80 karena nilai F hitung > F tabel ( 8,179 > 2,80) maka disimpulkan bahwa H 0 ditolak. Artinya ada hubungan linier antara semua peubah bebas (X 1, X 4, X 5 ) dengan kesinambungan usaha. Hasil ini bisa juga dilihat pada nilai probabilitas (Sig) yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 99% (α = 0,01). Tabel model Summary menunjukkan nilai R 2 adalah 40,5%. Besarnya R 2 merupakan kriteria untuk menentukan bahwa fungsi regresi yang digunakan cukup tepat atau tidak. Dari fungsi diatas diperoleh nilai R 2 = 40,5% yang artinya bahwa variasi dalam peubah terikat (Y) yang disebabkan oleh peubah-peubah bebas (X 1, X 4, X 5 ) bersama-sama besarnya hanya 40,5% sedangkan sisanya, yaitu sebesar 59,5% disebabkan oleh peubah-peubah lain yang tidak diteliti. Peubah-peubah lain yang diduga berpengaruh terhadap kesinambungan usaha kerjasama kemitraan misalnya

49 sistem manajemen, pemasaran dan tentang kualitas sapronak baik DOC, pakan, obatobatan, dari perusahaan mitra, stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah. Peubah etika bisnis pada taraf kepercayaan 95% memiliki nilai t hitung = 2,527, dan nilai t tabel = 2,021 jika t hit > t tabel maka H 0 ditolak serta dapat dilihat juga dari nilai sig = 0,016 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, artinya etika bisnis berpengaruh nyata terhadap kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging pada taraf kepercayaan 95%. Peubah performance numerical pada taraf kepercayaan 95% memiliki nilai t hitung = 2,264, dan nilai t tabel = 2,021 jika t hit > t tabel maka H 0 ditolak serta dapat dilihat dari nilai sig = 0,030 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, artinya performance numerical berpengaruh nyata terhadap kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging pada taraf kepercayaan 95%. Masalah-masalah dalam Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Masalah-masalah seperti autokorelasi dan multikolinearitas biasa terjadi dalam mengestimasi model regresi berganda. Multikolinearitas terjadi saat terdapat hubungan kolineariti yang sangat tinggi diantara peubah-peubah bebasnya. Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi di antara anggotaanggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (cross sectional data), (Sumodiningrat, 1994). Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah-peubah bebas dari model regresi (Sulaiman, 2002). Secara umum Widjaja (1978) menyatakan bahwa keberadaan multikolinearitas mengarah kepada: 1. Variasi sampel yang besar dari koefisien penduga 2. Spesifikasi yang tidak tentu dari model dengan kesimpulan yang mengarah pada peubah yang tidak memiliki kesimpulan 3. Menghasilkan kesulitan dalam menginterpretasikan koefisien yang telah diestimasi Persamaan regresi berganda pada dasarnya mempunyai syarat bahwa tidak boleh terjadi autokorelasi sehingga harus terjadi non autokorelasi yang artinya bahwa

50 suku-suku kesalahan random peubah-peubahnya bebas satu dengan yang lain (Pudjiastuti, 1992). Autokorelasi biasanya muncul karena kesalahan spesifikasi persamaan. Untuk mengatasi autokorelasi maka diperlukan pengenalan atau penambahan peubah baru dalam persamaan atau mengubah bentuk fungsi persamaan. Tes Durbin Watson (DW) dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dari suatu persamaan regresi dengan ketentuan jika 1,65 < DW < 2,35 kesimpulannya tidak ada autokorelasi (Sulaiman, 2002). Hasil uji dengan SPSS menunjukkan nilai DW adalah 1,793. Angka tersebut masuk kedalam kriteria yaitu 1,65 < DW < 2,35 (1,65 < 1,793 < 2,35), maka dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi. Dampak yang terjadi jika tidak terjadi autokorelasi adalah peubahpeubah bebas yang dipilih sudah benar mempengaruhi peubah tak bebasnya. Hasil uji t menunjukkan koefisien regresi dari etika bisnis, performance numerical dan kontrak kerjasama diatas 1, berdasarkan penelitian Suheri (2000), jika peubah-peubah bebas mempunyai nilai lebih kecil dari 1 maka di dalam model kemungkinan terjadi multikolinearitas yang artinya ada hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah-peubah bebas dari model regresi. Tapi karena pada model regresi ini nilai dari peubah-peubah bebasnya diatas 1 maka asumsi multikolinearitas tidak terjadi. Hubungan Etika Bisnis dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Koefisien regresi etika bisnis = 2,939. Angka ini nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 karena nilai t hitung = 2,527 dan nilai t tabel = 2,021 maka t hit > t tabel berarti H 0 ditolak serta dapat dilihat juga melalui sig 0,016 < 0,05. Keadaan ini menunjukkan bahwa etika bisnis yang mencakup (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko berpengaruh nyata pada kesinambungan usaha kerjasama kemitraan. Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi etika bisnis peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama kemitraan tersebut akan terus berlanjut. Apabila nilai skor etika bisnis naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus

51 periode produksi ayam sebesar 2,939 kali. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging kedua belah pihak harus menjalankan etika bisnis dengan sebaik-baiknya karena tanpa adanya rasa kejujuran dan saling percaya antar pihak yang bermitra tentunya tidak akan terjalin hubungan yang harmonis. Besarnya nilai etika bisnis yaitu rasa adil, integritas dan kejujuran dari kedua belah pihak masuk kedalam kategori sangat tinggi dan secara keseluruhan kelima indikator dalam etika bisnis mempunyai rataan skor yang tinggi. Jika peternak mitra ketahuan tidak jujur atau curang dengan menjual pakan atau ayam kepada orang lain, menambah pakan agar FCR menjadi rendah, maka pihak perusahaan mitra dapat memutuskan hubungan kerjasama secara sepihak. Ataupun perusahaan yang tidak jujur dalam memberikan pakan dan bibit ayam yang tidak berkualitas maka hasil ayam yang diproduksi akan jelek sehingga hubungan antara keduanya tidak akan saling menguntungkan lagi, karena ada salah satu pihak yang dirugikan dan peternak mitra bisa pindah ke inti yang lain Hubungan Performance Numerical dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging Koefisien regresi performance numerical = 1,817. Angka ini nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 karena nilai t hitung = 2,264 dan nilai t tabel = 2,021 maka t hit > t tabel berarti H 0 ditolak serta dapat dilihat juga melalui sig 0,030 < 0,05. Keadaan ini berarti bahwa performance numerical berpengaruh nyata pada kesinambungan usaha kerjasama kemitraan. Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi performance numerical peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama kemitraan tersebut akan terus berlanjut. Apabila nilai performance numerical naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam sebesar 1,817 kali. Hal ini dikarenakan di Tunas Mekar Farm nilai performance numerical menjadi hal utama yang menentukan apakah hubungan kemitraan tersebut akan terus berlanjut atau putus di tengah jalan dan memang nilai rataan skor performance numerical dari peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm termasuk kedalam kategori tinggi.

52 Performance numerical adalah suatu indikator yang digunakan untuk menilai baik buruknya hasil produksi ayam yang dibudidayakan oleh peternak, nilai performance numerical ini dihitung dengan memperhatikan empat aspek penting, yaitu: (a) mortalitas, (b) rata-rata berat ayam saat panen, (c) Feed Convertion Rate (FCR) atau konversi pakan, dan (d) rata-rata umum panen, yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: PN = (100% Persentase kematian) x Rata rata berat ayam yang dipanen x100 FCR x Rata rata umur panen Tunas Mekar Farm memiliki penilaian sendiri terhadap peternak mitranya yaitu berdasarkan nilai PN atau prestasi ayamnya, untuk peternak grade A adalah peternak yang memiliki PN diatas 270, peternak grade B adalah peternak yang memiliki PN antara dan peternak grade C adalah peternak yang memiliki PN antara dan yang terakhir adalah peternak grade D yang memiliki PN dibawah 230. Untuk peternak dengan grade D jika selalu menghasilkan PN yang kurang baik atau tidak ada peningkatan selama tiga kali berturut-turut maka akan dilakukan pemutusan hubungan kerjasama oleh perusahaan mitra secara sepihak. Makin besar nilai performance numerical dari ayam yang diproduksi akan lebih baik dan lebih menguntungkan peternak karena akan mendapat insentif lebih banyak. Peternak harus dapat menurunkan nilai FCR atau konversi pakan agar nilai dari performance numerical menjadi tinggi, maksudnya yaitu membuat ayam cepat besar dengan pakan yang sedikit, hal ini bisa dilakukan jika ayam yang dikirim berkualitas tinggi, dan bisa juga dengan menambah makanan tambahan seperti feed supplement atau menambahkan kunyit pada air minum ayam. Hal ini yang membuat daya tahan ayam meningkat terhadap penyakit sehingga nafsu makannya tinggi maka ayam cepat besar dan bisa mempersingkat umur panen ayam, tentunya peternak lebih untung, dengan bobot badan ayam yang diinginkan hanya dengan menggunakan sedikit pakan dan umur panen yang singkat sehingga akan menghemat biaya dan mempercepat siklus produksi. Selain menurunkan nilai FCR, peternak juga harus menurunkan nilai persentase kematian dari ayam, karena semakin banyak ayam yang hidup maka semakin banyak ayam yang dipanen sehingga bobot badan ayam yang dipanen bisa

53 lebih berat lagi. Hal ini tentu saja menguntungkan karena insentif petenak dihitung dari beratnya ayam yang dihasilkan. Tentunya peternak dan perusahaan mitra berperan penting untuk menghasilkan nilai performance numerical yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara manajemen kandang yang baik dari peternak, dan kiriman bibit, pakan, obat-obatan yang berkualitas tinggi dari perusahaan mitra, karena manajemen yang baik jika tidak didukung oleh input yang berkualitas tidak akan menghasilkan output yang berkualitas juga, dan sebaliknya jika input berkualitas tanpa didukung oleh manajemen kandang yang baik maka tidak akan menghasilkan output yang berkualitas.

54 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa hanya ada dua peubah yang berpengaruh nyata terhadap kesinambungan usaha kerjasama bisnis kemitraan ayam ras pedaging yaitu etika bisnis dan performance numerical, sedangkan kepemimpinan, motivasi kerjasama dan kontrak kerjasama tidak berpengaruh nyata. Nilai koefisien regresi dari etika bisnis yang terdiri dari (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko, bernilai positif maka apabila nilai skor etika bisnis naik sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam. Rataan skor dari indikator etika bisnis yang termasuk dalam kategori tinggi adalah adil, intergritas dan kejujuran. Performance numerical yang terdiri dari (a) mortalitas, (b) rata-rata berat ayam saat panen, (c) FCR dan (d) rata-rata umur ayam saat panen, nilai koefisien regresinya bernilai positif mengisyaratkan bahwa apabila nilai performance numerical naik sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam. Saran Cara menjalin hubungan yang baik dalam bermitra adalah dengan melakukan sikap saling introspeksi yang akan meredam rasa curiga, menjalankan etika bisnis dengan baik serta saling memberikan kinerja yang terbaik satu sama lain. Tunas Mekar Farm juga perlu mengawasi tentang kualitas sapronak yang diberikan kepada peternak apakah benar-benar yang terbaik, karena dengan kualitas baik akan didapat hasil yang baik dan dapat dilihat melalui performance numerical yang tinggi karena salah satu penentu tinggi rendahnya nilai performance numerical adalah kualitas sapronak. Angka FCR harus diturunkan agar nilai performance numerical dari ayam tersebut naik, sehingga pakan yang digunakan akan lebih efisien dan mempersingkat umur panen, juga persentase kematian ayam harus dikurangi sehingga ayam yang dipanen lebih banyak sehingga akan meningkatkan bobot badan ayam saat panen. Jika nilai performance numerical tinggi maka akan

55 menguntungkan kedua belah pihak maka akan tercipta kesinambungan usaha kemitraan pada jangka waktu yang cukup lama.

56 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dengan karunia dan rahmat-nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang selalu memberi baik materi, motivasi serta kasih sayang yang tiada henti. Ucapan terima kasih kepada Ir. Kartika Widjaja, MADE dan Ir. Hadiyanto, MS yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Basita Ginting S. MA yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dan dosen penguji sidang dengan semua saran dan masukan yang telah diberikan. Terima kasih kepada Ir. Dwi Joko Setyono, MSi selaku dosen penguji seminar dan Ir. Widya Hermana, MSi selaku dosen penguji sidang yang telah mengkritik dan memberikan saran serta masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan tulus ikhlas. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada pimpinan dan staff Tunas Mekar Farm yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, serta kepada para peternak plasma Tunas Mekar Farm yang bersedia diwawancara. Ucapan terima kasih setulusnya untuk Galih Sudrajat yang selalu setia mendampingi dan membantu penulis terutama saat penelitian yang penuh suka duka, selalu mendoakan serta memberikan dukungan tiada henti kepada penulis sampai saat ini. Tak lupa ucapan terima kasih pada sahabat-sahabat penulis (Reina, Vera, Maharani, Kiki) yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, kepada Azwar, Bambang, Ardi dan Erli teman seperjuangan, juga kepada temanteman yang selalu hadir saat hari-hari kuliah, teman berbagi suka dan duka, Echo, Eka, Puja, Geri, Joey, Feri, Joko, Rina, Sonny, Rudi, Rofik, Teija, Ipoel dan Belintha. Juga kepada teman-teman SEIP, THT, TPT dan INMT angkatan 38 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Kepada Kang Nana, Pak Dodi, Pak Kamto serta staff SEIP dan AJMP terima kasih banyak atas bantuannya. Bogor, Maret 2006 Penulis

57 DAFTAR PUSTAKA Asohi Setengah Abad ayam Ras di Indonesia ( ). Asohi (Asosiasi Obat Hewan Indonesia), Jakarta. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor Pedoman Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras, Bogor. Direktorat Jendral Peternakan Pengembangan Kelembagaan Peternak di Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan. [ 27 mei 2005]. Fadilah, R Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Depok. FAO Regional facts. AgriWorld Vision. 5 (1): Published by Reed Business Information, The Netherlands. Hafsah. M. J Kemitraan Usaha, Konsepsi, dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Handoko, F Analisis kelembagaan pola kemitraan dalam agribisnis peternakan ayam broiler (kasus kemitraan PT. Sierad Produce Tbk di wilayah Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Keraf, A. S Etika Bisnis. Kanisius, Yogyakarta. Library Gunadarma Jenis Skala. [8 Januari 2006]. Nazir, M Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. North, M. O Commercial Chicken Production Manual. The AVI Publishing Company, INC, Connecticut. North, M. O. dan D. D. Bell Commercial Chicken Production Manual, Fourth Edition. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. Osgood, C Osgood and Semantic Differential. [ 27 Nopember 2005]. Poultry Indonesia [30 Juni 2005]. Prijosaksono, A. dan P. Hartono Make Yourself A Leader. PT. Elek media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Pudjiastuti, W Pengaruh aktivitas komunikasi, tingkat pemahaman dan karakteristik sosial ekonomi petani anggota pada partisipasinya di koperasi unit desa di kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

58 Rindjin, K Etika Bisnis dan Implementasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Santosa, S Dinamika Kelompok. Bumi Aksara, Jakarta. Saragih, B Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor. Singarimbun, M. dan S. Effendi Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Sudaryani, T. dan H. Santosa Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. Suheri, A Pendugaan fungsi produksi dan analisis efisiensi usaha budidaya pembesaran kodok unggul bullfrog (studi kasus di PT. Subur Tunas dan PT. Cantoka Mekarsari). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sulaiman, W Jalan Pintas menguasi SPSS 10. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Sumardjo, J. Sukalaksana dan W. A. Darmono Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta. Sumodiningrat, G Ekonometrika Pengantar. BPFE, Yogyakarta. Tambunan, E. H Kunci Menuju Sukses dalam Manajemen dan Kepemimpinan. Indonesia Publishing House, Bandung. Wahyuni, S Keterkaitan dinamika kelompok dengan keberhasilan pola kemitraan ayam ras pedaging (kasus kelompok kurnia di kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widjaja, K Demand for meat in Jakarta an econometric analysis. Tesis. Master of Agricultural Development Economics in the Australian National University, Canberra, Australia.

59 LAMPIRAN

60 Lampiran 1. Contoh Kontrak Kerjasama PERJANJIAN KERJASAMA KEMITRAAN AYAM BROILER (HARGA KONTRAK) Perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditanda-tangani, Jum at tanggal 06 Desember 2005 oleh dan antara: I. Nama : Ir. Muslikhin Irmat, beralamat di Jalan Baru, Griya Indah Bogor, Blok B 03A, yang bertindak selaku wakil dan kuasa dari INTI, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. II. Nama : Alamat : Pekerjaan : Dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut PIHAK KEDUA yang memiliki kandang dengan kapasitas ekor berlokasi di Kedua belah pihak mengadakan perjanjian kerjasama sebagai berikut: 1. Pihak pertama akan mensuplai seluruh sapronak (DOC, pakan, obat, vitamin, vaksin, desinfektan) kepada pihak kedua dengan harga kontrak. 2. Pihak kedua berkewajiban memberikan jaminan (surat tanah) dan menyediakan kandang komplit dengan peralatannya sesuai standar, memelihara ayam dan menjaga keamanan sampai ayam tersebut panen. 3. Pihak pertama akan membeli seluruh ayam pihak kedua dengan harga kontrak. 4. Pihak kedua wajib menjual ayamnya kepada pihak pertama, dan tidak diperkenankan menjual ayam keluar. 5. Perhitungan Laba/Rugi didapat dari selisih penjualan ayam besar dengan pengambilan sapronak, sepenuhnya menjadi hak peternak. 6. Pihak pertama wajib membayar SHU kepada pihak kedua dalam tempo ± 7 hari kerja dari panen. 7. Apabila ada perselisihan akan diselesaikan secara musyawarah. Bila belum selesai akan di bawa ke Pengadilan Negeri Bogor. 8. Harga kesepakatan tertuang dalam LEMBAR HARGA GARANSI. 9. Dalam hal ini peternak memberi jaminan berupa. atas nama. dengan luas tanah. Demikian perjanjian ini dibuat. PIHAK KESATU PIHAK KEDUA Materai 6000 ( Ir. Muslikhin Irmat) ( )

61 1. Harga Bahan Baku: HARGA GARANSI PIR PERUNGGASAN DOC = Rp ,-/ekor Starter Super (Best Feed) = Rp ,-/kg Starter = Rp ,-/kg Finisher = Rp ,-/kg Obat = Price List dari Supplier 2. Harga garansi Ayam Hidup: Catatan: Berat Badan (Kg/ekor) Harga Garansi (Rp.) < 1,00 1, ,10 1, ,20 1, ,30 1, ,40 1, ,50 1, ,60 1, ,70 1, ,80 1, ,90 1, ,00 keatas Harga garansi ini dapat berubah sewaktu-waktu jika terjadi perubahan harga makanan ternak 2. Inti akan memberikan insentif berdasarkan perbandingan Standar dan Actual FCR sebagai berikut: Selisih FCR Insentif (Rp./Kg) 0,050 0, ,000 (0,049) 80 (0,050) (0,099) 120 (0,100) Inti akan memberikan insentif jika FCR dan kematian lebih rendah atau sama dengan standard sebesar Rp. 30,-/kg 4. Jika ayam sakit atau kualitasnya buruk, maka inti akan melakukan pemotongan harga garansi (tergantung kondisi ayam) 5. Ketentuan ini berlaku mulai DOC masuk 1 Desember 2005 sampai ada perubahan harga garansi baru. Menyetujui, ( ) Peternak No.. Bogor, 1 Desember 2005 ( Ir. Muslikhin Irmat)

62 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Kuesioner Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan Ayam Ras Pedaging (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) I. Identitas Responden Nomor responden : Nama lengkap : Alamat responden : Tanggal wawancara : Waktu wawancara : Nama perusahaan mitra : Jenis Kemitraan : II. Berhubungan dengan Pola Kemitraan 1. Apakah sebelumnya anda pernah beternak ayam broiler? a. Ya b. Tidak 2. Sistem atau cara apakah yang Anda gunakan dalam beternak ayam broiler? a. Sendiri b. Bermitra 3. Dengan perusahaan mana Anda melakukan kemitraan ini? 4. Apa alasan Anda bermitra? 5. Berapa rata-rata ayam yang diternakkan? a. < 1000 ekor c ekor b ekor d. > 5000 ekor 6. Rata-rata penghasilan dalam 1 tahun (dengan bermitra)? Jumlah panen/tahun Jumlah ekor/1xpanen Harga ayam/kg Berat ayam/panen rata-rata

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Ilham Rasyid, Amrulah, Muhammad Darwis Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 111-115 111 PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN bab sembilan INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN Pendahuluan Sektor perunggasan (ayam ras) Nasional menunjukkan perkembangan yang cukup mengesankan selama PJP-L Bila pada awal Orde Baru sektor perunggasan masih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, kompensasi, dan kinerja karyawan

ABSTRAK. Kata kunci : pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, kompensasi, dan kinerja karyawan ABSTRAK SULISTIYANTO. Pengaruh pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan kompensasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division West 1 Region

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan peternakan mengalami pergeseran paradigma. Titik berat kepada sistem budidaya (on farm) mengalami pergeseran

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Usaha peternakan memberi kontribusi terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

"/SF'S SKRIPSI DWI PUJA KESUMA PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

/SF'S SKRIPSI DWI PUJA KESUMA PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 "/SF'S b 6 003 EFISIENSI USAHA DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA INTI PLASMA DAN KERJASAMA OPERASIONAL AGRIBISNIS (Kasus pada Peternak Inti-Plasma di Kccamatan Cibungbulang dan KOA di Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakain kompetitif, baik lokal dan global dituntut menciptakan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. semakain kompetitif, baik lokal dan global dituntut menciptakan kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis dalam menghadapi persaingan sekarang ini yang semakain kompetitif, baik lokal dan global dituntut menciptakan kinerja organisasi yang tinggi. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia.

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. Pada tahun 2007, sektor peternakan mampu memberikan kontribusi yang cukup baik bagi Produk Domestik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA Oleh : I Wayan Rusast Abstrak Pertumbuhan ekonomi telah menggeser pola konsumsi dengan penyediaan produk pangan ternak yang lebih besar.

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN NOVI ITSNA HIDAYATI Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA (Studi Kasus Pada Industri Ayam Potong Model Plasma di Kab. Semarang) Oleh : Nama : BAMBANG JATMIKO NIM : P. 100020006 Jurusan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI VINDHA YULI CANDRAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING bab delapan belas REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING Duapuluh tahun sudah kemelut pada agribisnis perunggasan berlangsung, namun tanda-tanda akan berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI EKO PUJIANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia, sehingga peranan sektor pertanian dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi. Pemerintah memberikan amanat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya 48 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Kecamatan

Lebih terperinci

Pemuliabiakan pada ayam. Oleh : Setyo Utomo Smst 1/2015

Pemuliabiakan pada ayam. Oleh : Setyo Utomo Smst 1/2015 Pemuliabiakan pada ayam Oleh : Setyo Utomo Smst 1/2015 KELAS, SEKELOMPOK AYAM YANG DIKEMBANGKAN DI SUATU DAERAH TERTENTU. MISAL KELAS ASIA, INGGRIS, AMERIKA. KLASIFIKASI AYAM BANGSA, SEKELOMPOK AYAM DALAM

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas yang dicirikan oleh keragaan antara lain: produktif, inovatif dan kompetitif adalah tercukupinya

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER Kasus : Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat. Oleh : RIZKY FEBRIDINIA H 34076132 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci