Diagnostic Classification : 0 3 (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)
|
|
- Sudirman Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Diagnostic Classification : 0 3 (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)
2 GANGGUAN IDENTITAS GENDER MASA KANAK
3 Perlu pembatasan dalam pengalaman dengan gender anak yang bermanifestasi selama periode sensitif dari perkembangan identitas gender (antara 2-4 tahun) anak pertama kali belajar membedakan dirinya dengan yang lain berdasarkan gender. Anak dengan GIG perasaan kegelisahan & tidak nyaman yang pervasif, cemas, dengan atau tanpa perasaan tidak serasi dengan gendernya 3
4 Perasaan tidak nyaman dengan gendernya sesuai dengan harapan yang kuat menjadi gender yang berlawanan bermanifestasi dalam permainan, fantasi & pilihan aktivitas, kelompok sebaya, pakaian sesuai dengan tingkat perkembangan pengertian anak tentang gender yang stereotipi. 4
5 5 KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT DSM-IV-TR 1. Identifikasi cross-gender yg kuat & menetap (bukan keinginan untuk menjadi keuntungan budaya) yg bermanifestasi dalam min. 4 dari gejala di bawah ini: a. keinginan yg berulang atau desakan untuk menjadi gender yang berlawanan. b. pada anak, memilih memakai baju atau
6 6 c. Keinginan yg kuat & menetap untuk memainkan peran cross-sex dalam permainan fantasi, atau fantasi yang menetap menjadi lawan jenis. d. Keinginan yg kuat untuk berpartisipasi dalam permainan & mengisi waktu luang
7 7 2. Perasaan tidak nyaman yg menetap atau perasaan tidak serasi dengan peran gender, yg bermanifestasi dalam : a. pada anak, testis menjijikkan atau akan hilang atau menyatakan akan lebih baik tidak mempunyai penis, atau kebencian yg
8 8 b. Pada anak, menolak BAK dalam posisi duduk atau menyatakan ia tidak mau mempunyai payudara atau haid, atau kebencian yg ditandai menolak pakaian yg feminin, terikat pada ide bahwa ia tidak mau menjadi anak.
9 9 DIAGNOSIS BANDING 1. Normal Developmental Variability: hal yg biasa bagi anak 2-3 tahun untuk berpakaian & percaya bahwa ia adalah gender yang lain biasanya dimanifestasikan dengan meniru ibu, bapak, saudara &, bayi atau bahkan binatang piaraannya. jika anak secara kompulsif tertarik dengan permainan cross-gender, & berlanjut pola ini sangat atipikal, bahkan pada usia 2 tahun.
10 10 2. Gender Non-Conformity: anak yg sudah terbentuk baik & mempunyai perasaan positif dengan identitas gendernya sendiri mungkin juga mempunyai ketertarikan cross-gender. Anak mungkin tertarik dengan memasak, menanam tanaman, bermain akting & musik, mungkin tidak tertarik permainan rough and tumble. Anak mungkin menemukan bahwa ia atlet yg lebih baik dibanding anak seusianya, mulai menikmati melatih kemampuannya. Perilaku menjadi dasar gender bukan penyesuaian & tidak diikuti oleh perasaan tidak suka dengan suatu gender bukan fenomena
11 3. Tomboyism: anak yg lebih memilih memakai celana panjang, menikmati permainan rough & tumble, lebih memilih anak sebagai teman bermain disebut tomboys anak tidak distress menjadi, mempunyai fleksibilitas yg tinggi. Sbg perbandingan, anak yg menunjukkan perilaku dalam konteks distress yg menetap tentang gendernya, anatomi seks nya, dengan atau tanpa memakai pakaian dalam setiap kesempatan mempunyai problem identitas gender. 11
12 4. Keinginan untuk menjadi kedua gender: antara usia 2 ½ - 3 ½ tahun, ketika anak mempelajari perbedaan gender banyak anak mempunyai pengalaman melakukan dan menjadi berbagai hal, &. seorang anak mungkin percaya bahwa ia dapat melahirkan, anak dapat tumbuh penis walaupun tetap menjadi perempuan. Pada GIG, anak ingin menjadi salah satu gender-yang berlawanan-tidak keduanya Anak dengan kondisi intersex: hipospadia atau micro-phallus pada anak, pembesaran klitoris pada anak. kebingungan tentang gender, jarang menjadi GIG.
13 DEPRIVASI KELEKATAN REAKTIF / GANGGUAN PENCEDERAAN MASA BAYI
14 14 1. Penelantaran atau pencederaan yg menetap oleh orangtua, baik secara fisik / psikis, yg dapat membuat berkurangnya rasa aman & kelekatan yg mendasar dari anak. 2. Pengasuh utama sering berganti atau tidak selalu ada, mempunyai pengasuh lebih dari satu, anak akan sulit untuk membuat kelekatan kepada pengasuhnya. 3. Pada perawatan yg lama di RS anak mengalami deprivasi emosional & perkembangan yg sesuai, tanpa adanya
15 Juga bila orangtua depresi atau terlibat dalam penyalahgunaan zat. Biasanya anak gagal untuk memulai interaksi sosial atau akan menunjukkan respons sosial yg ambivalen/kontradiksi, misal: respons pendekatan-penghindaran terhadap pengasuh, kewaspadaan yg ekstrem, hambatan berlebihan/respons apatis terhadap interaksi sosial. 15
16 GANGGUAN PENYESUAIAN
17 17 Bersifat ringan, sementara & situasional. Mulai timbulnya harus ada kaitan yg jelas dengan adanya perubahan atau kejadian di lingkungannya, misal: ibu kembali bekerja, perpindahan keluarga, perubahan dalam day care-nya atau anak sakit. Sebagai akibat dari usia perkembangannya, karakteristik konstitusional yg unik dan lingkungan keluarga anak mengalami reaksi sementara dapat berakhir dalam
18 18 GAMBARAN KLINIS Gejala afektif (anak tampak lemah, terlalu tenang, menarik diri) atau Gejala perilaku (anak jadi melawan, menolak tidur, sering marah/tantrum, regresi dalam toilet training).
19 Diagnosis tidak dapat digunakan jika gejala-gejala yg ada disebabkan oleh pola keluarga yg terus menerus atau interplay antara pola-pola konstitusional & motorik dengan pola keluarga yg terus ada; Jika terdapat trauma berat perlu dipertimbangkan diagnosis yang lain. 19
20 GANGGUAN REGULASI
21 Timbul pertama kali pada masa bayi & masa kanak awal. Ciri khas: anak mengalami kesulitan dalam mengatur atau mencocokkan perilaku & proses fisiologis, sensorik, perhatian, motorik & afektifnya. anak sulit dalam mengatur suatu keadaan agar menjadi tenang, waspada atau berpengaruh positif. 21
22 Pengaturan yg tidak baik atau respons dari pengaturan: 1. Fisiologis (mis: nafas tidak teratur, cegukan, tersumbat, muntah). 2. Aktivitas motorik kasar (mis: disorganisasi motorik, gerakan kasar, gerakan konstan). 3. Aktivitas motorik halus (mis: diferensiasi yg buruk, pergerakan2 yg pincang). 22
23 23 5. Pengaturan afektif: termasuk keadaan afektif yg utama (mis: terlalu tenang, depresi atau bahagia), tingkatan afek (luas atau menyempit), derajat pengaturan ekspresi (bayi dapat berubah cepat dari tenang lalu tiba-tiba menjerit ketakutan), & kemampuan untuk memakai & mengatur afek sebagai bagian dari hubungan & interaksi dengan yg lain (mis: menghindar, negativistik, melekat
24 Masalah yg ada pada perilaku pada bayi 24 & anak meliputi: kesulitan makan atau tidur, kesulitan mengontrol perilaku, kecemasan & ketakutan, kesulitan dalam perkembangan berbicara & berbahasa, tidak mampu bermain sendiri atau dengan anak lain. Orangtua biasanya mengeluh anaknya mudah marah, tidak bisa mengontrol perilaku, sulit beradaptasi dengan perubahan.
25 Pola-pola konstitusi atau maturasi dini berperan pada kesulitan-kesulitan anak. Pola-pola pengasuhan dini dapat mempengaruhi bagaimana perkembangan pola-pola konstitusi & maturasi serta menjadi bagian kepribadian anak. 25
26 26 Diagnosis Gangguan Regulasi meliputi: pola perilaku yg berbeda kesulitan proses sensoris, sensorik-motorik atau organisasi. jika keduanya tidak ada diagnosis lain lebih sesuai. Cth: bayi iritabel, menarik diri sesudah ditelantarkan merupakan suatu relationship or attachment difficulty.
27 27 Bayi iritabel, reaktif berlebihan terhadap pengalaman interpersonal yg rutin, tanpa kesulitan sensoris, sensori-motor atau processing didiagnosis Gangguan Mood atau Anxietas. Kesulitan makan atau tidur dapat merupakan gejala Gangguan Regulasi atau menjadi bagian dari kategori diagnostik yg terpisah.
28 28 Mendiagnosis Gangguan Regulasi perlu diobservasi kesulitan sensoris, sensori-motor atau processing & 1 atau lebih gejala-gejala perilaku sbb: 1. Over/under-reactivity terhadap bunyi-bunyi dengan pitch tinggi / rendah. 2. Over/under-reactivity terhadap sinar lampu yg terang atau image visual yg baru seperti warna, bentuk & area yg kompleks. 3. Defensiveness (reaktivitas berlebih terhadap
29 29 4. Kesulitan motorik oral atau inkoordinasi dipengaruhi oleh tonus otot yg buruk, kesulitan perencanaan motorik & atau hipersensitivitas taktil. 5. Under-reactivity terhadap sentuhan atau rasa nyeri. 6. Rasa tidak aman terhadap gravitasi. Over/under-reactivity pada respon postural normal (reaksi keseimbangan) terhadap perubahan gerakan sensasi meliputi
30 30 7. Over/under-reactivity terhadap baubauan. 8. Over/under-reactivity terhadap suhu. 9. Tonus otot & stabilitas motorik buruk (hipotonia, hipertonia, fiksasi postural atau kurangnya kualitas gerakan halus). 10. Defisit kualitatif pada keterampilan perencanaan motorik.
31 Defisit kualitatif pada keterampilan motorik halus. 13. Defisit kualitatif pada kapasitas artikulasi. 14. Defisit kualitatif pada kapasitas proses visuo-spatial. 15. Defisit kualitatif pada kapasitas fokus & perhatian, tidak berhubungan dengan
32 TIPE I: HIPERSENSITIF
33 Anak-anak yg reaktif berlebihan atau hipersensitif terhadap berbagai stimulus. Sensitivitas dapat bervariasi sepanjang hari. Paling sering input sensoris cenderung memiliki efek kumulatif. Anak stress atau kecapekan input sensoris sedikit dapat mencetuskan respon hipersensitif. 33
34 34 Terdapat 2 pola yg khas: (1) Fearful & Cautious (Penuh ketakutan & sangat hati-hati). Pola Perilaku: Pada masa bayi awal eksplorasi & assertiveness terbatas, tidak menyukai perubahan dalam rutinitas, cenderung ketakutan & lekat dengan situasi baru. Anak mempunyai rasa takut & atau
35 35 Anak berperilaku impulsive saat ketakutan. Mudah marah (iritabel, sering menangis), sulit menenangkan diri (sulit untuk tidur lagi), tidak dapat cepat kembali dari rasa frustasi/ kecewa. Pola Sensoris & Motorik: Reaksi berlebihan terhadap sentuhan, suara keras, sinar terang. Kemampuan proses auditory-verbal adekuat tapi berlawanan dengan
36 36 Pola Pengasuh: Meningkatkan fleksibilitas & assertiveness, empati, memberi dukungan untuk mengeksplorasi pengalaman baru secara bertahap, lembut & tegas. (2) Negative & Defiant (Negatif & Tidak Patuh). Pola Perilaku: Negativistik, keras kepala, mengatur, tidak patuh. Melakukan hal berlawanan dari yang diminta.
37 37 Bayi cenderung fussy, sulit, resisten terhadap perubahan. Anak prasekolah cenderung negatif, marah, tidak patuh, keras kepala, kompulsif, perfeksionis waktu tertentu dapat bahagia & fleksibel. Sense of self-nya terintegrasi, tidak fragmented. Lebih dapat dikontrol, menghindar / lambat terhadap pengalaman
38 38 Pola Sensoris & Motorik: Reaksi berlebihan terhadap sentuhan, menghindari tekstur / manipulasi terhadap bahan tertentu. Reaksi berlebihan terhadap suara, kapasitas visualspatial intak, kapasitas proses pendengaran tidak. Tonus otat baik, kontrol postural baik tapi koordinasi motorik halus & motor planning sulit. Pola Pengasuh:
39 TIPE II : UNDERREACTIVE
40 40 Pola karakteristik: menarik diri, sulit untuk membaur atau self-absorbed. (1). Withdrawn & Difficult to Engage (Menarik Diri & Sulit Bergaul). Pola Perilaku: Tidak tertarik untuk mengeksplorasi hubungan atau terhadap tantangan permainan/ obyek. Tampak apathetic, mudah lelah, menarik diri. Butuh tone afektif yg tinggi untuk menarik
41 Bayi tampak terhambat, depresi, kurang responsif terhadap eksplorasi motorik, sensasi & sosial. Pada anak prasekolah tampak dialog verbal kurang, perilaku & bermain hanya terbatas pada ide & fantasi tertentu. Kadang tampak sit-n-spin, swinging atau jumping up/down on the bed. 41 Pola Sensoris & Motorik: Under-reactivity terhadap suara & pergerakan,
42 Pola Pengasuh: Cenderung memberi input interaktif yg intens, membantu anak untuk engage, attend, berinteraksi & mengeksplorasi lingkungan. Reaching out & responsive terhadap si anak. 42 (2). Self-Absorbed Pola Perilaku: Terdapat kreativitas, imaginasi, kombinasi dengan kecenderungan untuk menyatu dengan sensasi,
43 43 Pola Sensoris & Motorik: Cenderung terdapat penurunan kapasitas proses auditory-verbal disertai dengan kemampuan untuk menciptakan berbagai ide. Anak dapat menunjukkan iregularitas pada kapasitas sensori & motorik lain. Pola Pengasuh: Cenderung ikut berpartisipasi dalam komunikasi verbal/ nonverbal anak, membantu anak untuk
44 TIPE III : IMPULSIF/ MOTORICALLY DISORGANIZED
45 45 Ditandai dengan: kontrol perilaku buruk, craving input sensory, agresif, tidak ada rasa takut (fearless), impulsive & disorganized. Pola Perilaku: Aktivitas tinggi, mencari kontak & stimulasi, tampak kurang hati-hati. Merupakan hasil perencanaan & pengaturan motorik yg buruk diinterpretasikan oleh orang lain sebagai perilaku agresif. Anak prasekolah tampak excitable, agresif, perilaku
46 Anak cemas atau tidak yakin pada dirinya menunjukkan perilaku counterphobic, mis. memukul sebelum dipukul, mengulang perilaku yg tidak diterima sesudah diminta untuk berhenti. Anak yg lebih tua & mampu untuk verbalisasi & observasi terhadap pola perilaku sendiri akan menunjukkan kebutuhan akan aktivitas & stimulasi sebagai cara untuk merasa hidup & 46
47 47 Pola Sensoris & Motorik: Terdapat sensory under-reactivity, craving of sensory input, motor discharge. Kekacauan motorik sering disertai dengan reaktivitas yg kurang terhadap sentuhan, suara, stimulus craving, modulasi & perencanaan motorik yg buruk, serta perilaku impulsif terhadap orang/ benda. Aktivitas motorik tidak fokus & difus.
48 48 Mendengar secara sepintas lalu (fleetingly), perhatiannya buruk walau membutuhkan (crave) suara keras atau musik yg intens. Craving of stimuli kadang mengarah pada perilaku merusak, terdapat kesulitan pada auditory/ visual- spatial processing. Pola Pengasuh: Berkelanjutan, hangat, empati, memberikan struktur & batas yg jelas akan meningkatkan
49 TIPE IV : LAINNYA
50 Untuk anak-anak yang memenuhi kriteria pertama dari Gangguan Regulasi (kesulitan dan motor/ sensory processing) namun pola perilakunya tidak secara adekuat digambarkan oleh satu dari ke-3 subtipe di atas. 50
51 GANGGUAN PERILAKU TIDUR (SLEEP BEHAVIOR DISORDER)
52 bangun (night terror) atau kesulitan pengaturan waktu tidur-bangun 52 Diagnosis dipertimbangkan bila: gejala terganggunya tidur merupakan satu-satunya masalah pada anak Batita & tanpa adanya kesulitan reaktivitas atau proses sensorik. Terbagi menjadi: 1. Gangguan waktu masuk tidur. 2. Gangguan saat tidur. 3. Somnolensi yg berlebihan, disfungsi yg berhubungan dengan tahapan tidur-
53 53 Diagnosis ini tidak dapat digunakan bila: secara primer disebabkan oleh ansietas, gangguan hubungan atau motorik, masalah penyesuaian, gangguan stres pasca trauma, atau tipe gangguan regulasi diatas.
54 GANGGUAN MAKAN PERILAKU
55 Bila bayi atau anak menunjukkan kesulitan dalam pola makan yg reguler secara adekuat atau intake makanan yg sesuai (mis. kegagalan tumbuh kembang yg non organik). Anak tidak meregulasi makanannya dengan perasaan lapar atau kenyang secara fisiologis. Tidak adanya kesulitan regulasi secara umum, pencetus interpersonal seperti perpisahan, negativisme, trauma, dll 55
56 Kategori ini tidak digunakan sebagai diagnosis primer bila kesulitan makan anak secara jelas berkaitan dengan reaktivitas sensorik dan atau kesulitan motorik. Bila kesulitan dikaitkan dengan masalah senso-motorik seperti hipersensitivitas taktil (cth. penolakan tekstur makanan tertentu) dan atau tonus otot mulut yg rendah (cth. anak hanya akan makan makanan lembut) pikirkan sebagai subtipe regulasi spesifik. 56
57 Bila masalah struktur/organik (cth. palatoskizis, refluks, dll) mempengaruhi kemampuan anak untuk makan atau mencerna makanan gangguan perilaku makan tidak digunakan sebagai diagnosis primer masuk ke Axis III. 57
58 58 TERIMAKASIH to be continued
Pendahuluan. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)
Pendahuluan Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) Maksud: memberikan cara bagi dokter & peneliti u/ mengorganisir pengamatannya bantuan kepada dokter dalam mengaji & dalam memformulasikan rekomendasi2 begi intervensi
Lebih terperinciDr. Ika Widyawati, SpKJ(K)
Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) Sering dikombinasi dengan kesulitan dalam proses pengaturan psikologikal, sensori, perhatian, motorik, kognitif, somatik, dan afeksi. Sejarahnya anak-anak dengan kesulitan Relasi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.
LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciHesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado
Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative
Lebih terperinciPerkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa
PERKEMBANGAN ATTACHMENT (KELEKATAN) Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa senang. Apabila
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Sebagai manusia pastinya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Proses dan tugas tugas
PENDAHULUAN Sebagai manusia pastinya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Proses dan tugas tugas individu dalam kaitannya dengan perkembangan akan berbeda
Lebih terperinciPusat Layanan Autisme Mansfield Australia
Pusat Layanan Autisme Mansfield Australia Merupakan kondisi kecemasan yg berlebihan, ketakutan, menarik diri sbg bentuk patologi psikologis Gelisah atau panik terjadi kapan saja dan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciDEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
Lebih terperinciOleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)
KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,
Lebih terperinciAUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme
AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa
Lebih terperinciGangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif
Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah pengelolaan perilaku akibat sensorimotor yang belum optimal. Pada saat melakukan kegiatan sehari-hari
Lebih terperinci- Keseimbangan regulasi internal (fisiologik, sensitivitas-responsivitas). - Respons Afektif-Interaktif yang multi-sistim Contigent terhadap pengasuh.
Proses perkembangan anak hingga usia sekolah, yang mendeskripsikan ciri-ciri normal (adaptif) atau menyimpang (maladaptif) dengan menggunakan dasar-dasar teori perkembangan psikososial dan kognitif. Tugas/kebutuhan
Lebih terperinciPedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY
Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang
Lebih terperinciTumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun
Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR 5-6 Tahun Masa kanak-kanak Awal= masa Pra Sekolah Tugas Perkembangan: Harapan sosial untuk setiap tahap perkembangan TUGAS PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL Belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan hidup seorang manusia diawali dari pengalamannya dalam suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan berinteraksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciRita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY
Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan
Lebih terperinciKonsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah
Konsep Kecemasa n Oleh : Hapsah Pengertian Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.
Lebih terperinciTahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1
Lebih terperinciINTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah
INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah Apa yang kita lakukan? BAGAIMANA CARANYA Melalui asesmen : PAVII (Parents and Visually Impairment Infants)
Lebih terperinciSanti E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY
Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gabungan antara aspek fisiologis (detak jantung misalnya) dengan perilaku tampak (tersenyum, misalnya)
Lebih terperinciSEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM
SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,
Lebih terperinciPANSS - EXCITED COMPONENT
Lampiran 1 PANSS - EXCITED COMPONENT Nama : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Tanggal Pemeriksaan : P4. GADUH GELISAH Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciLampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
46 47 48 49 Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth : Bapak/Ibu/saudara/i Di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S1-Keperawatan) akan melakukan
Lebih terperinciMASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th
MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciKECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari
KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih
Lebih terperinciDr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ
Oleh: Citra Aminah Purnamasari 1102009065 Pembimbing: Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ F 60 : Gangguan Kepribadian Khas F 61 : Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya F 62 : Perubahan Kepribadian yang Berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitaslisasi pada anak merupakan sebuah proses yang mengharuskan anak menjalani proses perawatan di rumah sakit dengan alasan yang terencana atau darurat
Lebih terperinciBAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA
Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mengklasifikasikan perilaku abnormal pada anak-anak, hal pertama kita harus mengetahui apa yang dianggap normal pada usia tersebut. Untuk menentukan apa yang normal
Lebih terperinciINFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)
INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk: Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciKEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciMata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:
Lebih terperinciMASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK
MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciHAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin
HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK Mohamad Sugiarmin PERSEPSI Proses mental yg menginterpretasikan dan memberi arti pd obyek yg ditangkap atau diamati oleh indera. Ketepatan persepsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciPedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.
Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia
Lebih terperinciBERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari
BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hospitalisasi Pada anak 2.1.1 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
Lebih terperinciPERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)
PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) SINDROMA RETT DEFINISI Suatu kondisi progresif yang berkembang setelah beberapa bulan perkembangan normal. Lingkar kepala waktu lahir:
Lebih terperinciGANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA
GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial
Lebih terperinciKEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciMasalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin
Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus Mohamad Sugiarmin Apakah tingkah laku itu? Secara umum sesuatu yang dikatakan atau dilakukan seseorang Contoh: Mata Asbun berwarna merah Asbun sering mengedipkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi
Lebih terperinciPERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA
Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Proses mencapai dewasa inilah anak harus
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciC. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian
Lebih terperinci