Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY"

Transkripsi

1 Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

2 Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gabungan antara aspek fisiologis (detak jantung misalnya) dengan perilaku tampak (tersenyum, misalnya) merupakan respon terhadap stimulus yang ada di lingkungan

3 Yaitu hubungan antara dua individu yang memiliki perasaan yang kuat antara satu sama lain. Dalam bahasa psikologi, attachment adalah adanya ikatan emosi yang kuat antara bayi dengan caregiver

4 Membentuk attachment terhadap mainan atau selimut favorit. Benda tersebut akan dibawa kemana saja mereka pergi Atau bahkan mereka akan lari ke benda tersebut setelah mengalami suatu krisis (jatuh atau marah) Jika orangtua mencoba untuk menggantinya dengan objek lain (mungkin karena benda tersebut sudah terlalu lusuh) maka anak akan menolaknya

5 Pada dasarnya mereka tahu bahwa itu bukan ibu mereka namun jika mereka merasa tidak aman maka mereka akan lari ke benda tersebut Pada akhirnya, seiring dengan berjalannya waktu (anak tumbuh semakin besar) mereka akan mulai meninggalkan objek lekatnya dan mereka menjadi lebih yakin pada diri sendiri

6 Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Erik Erikson (1986) yang percaya bahwa awal kehidupan manusia adalah ditandai engan terbentuknya trust vs mistrust Adanya trust atau rasa aman ditandai dengan adanya perasaan nyaman secara fisik, dengan rendahnya rasa takut dan sedikit rasa takut tentang hal-hal yang akan terjadi di masa datang

7 John Bowlby (1969; 1989) juga mengatakan mengenai pentingnya attachment di tahun awal kehidupan manusia dan pentingnya kesiapan memberikan respon dari caregivers Menurut Bowlby, bayi dan ibunya secara instingtif membentuk kelekatan. Bayi yang baru lahir secara instingtif juga ingin selalu dekat dengan ibunya

8 Anak menggunakan caregivers (biasanya adalah ibu) sebagai tempat yang memberikan rasa aman (sumber rasa aman) saat anak sudah mampu untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya Menurut Ainsworth, kelekatan aman di awal kehidupan anak merupakan dasar (yang penting) untuk perkembangan psikologis individu di masa yang akan datang Sensitivitas dari caregivers untuk mengenali tanda-tanda yang diberikan anak dan kemudian memberikan respon maka akan meningkatkan kelekatan aman

9 Anak akan memberikan respon positif terhadap lingkungan, misalnya saat ia digendong oleh orang lain, atau merasa bebas untuk bergerak kesana kemari (untuk bermain) Anak dengan kelekatan tidak aman akan menghindari ibunya atau ambivalent (menolak dan memerlukan ibu di saat yang bersamaan), takut terhadap orang asing, marah Anak dengan kelekatan tidak aman diklasifikasikan sebagai anxious-avoidant atau anxious-resistant

10 a. Secure (tipe B) b. Anxious-avoidant (tipe A) c. Anxious-resistant (tipe C)

11 Bayi tipe ini menggunakan caregivers sebagai tempat rasa aman, saat mereka mulai melakukan eksplorasi terhadap lingkungan

12 Bayi menunjukkan rasa tidak aman dengan menghindari ibu (misalnya mengabaikan ibu, tidak mau memandang ibu, menolak untuk mendekat)

13 Bayi merasa tidak aman dengan resisting ibunya (membutuhkan ibunya namun di saat yang sama tidak mau dekat dengan ibu, misalnya dengan menendang atau memukul ibunya)

14 Menurut Ainsworth, kelekatan aman atau tidak aman terbentuk tergantung dari seberapa sensitif dan responsifnya caregivers terhadap sinyal yang diberikan oleh bayi mereka Bayi yang memiliki kelekatan aman biasanya akan memiliki ibu yang sensitif, menerima dan mengekspresikan rasa sayangnya pada anak. Hal ini tidak terjadi pada bayi dengan kelekatan tidak aman

15 Ibu dengan bayi tipe A adalah ibu yang tidak sensitif terhadap tanda yag diberikan bayi, jarang melakukan kontak fisik, tidak menunjukkan kasih sayang, interaksi yang terjalin adalah dengan penuh kemarahan dan biasanya ibu merasa terganggu (tipenya adalah ibu yang menolak bayinya) Ibu dengan bayi tipe C, menunjukkan sikap yang tidak sensitif, sulit untuk diajak berinteraksi, kurang mampu menunjukkan kasih sayang namun tidak menolak bayinya

16 Kelekatan ini berfungsi untuk membantu perkembangan kemampuan sosial anak di tahap perkembangan selanjutnya Anak menjadi lebih mandiri dan adaptif (meskipun menurut beberapa ahli kemampuan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan karakter temperamen anak)

17 Pada dasarnya ayah memiliki kemampuan untuk bersikap sensitif dan responsif terhadap bayi mereka, namun banyak yang memilih untuk tidak melakukannya Aktivitas antara ayah dengan bayi biasanya berhubungan dengan bermain yang sifatnya kasar misalnya melempar bayi ke udara kemudian ditangkap, menggelitik, bounce baby.

18 Aktivitas antara bayi dan ibu biasanya berhubungan dengan aktivitas pengasuhan baru (makan,mandi, ganti popok, dll), permainan yang dilakukan sedikit yang melibatkan fisik Meskipun bayi dekat dan mau melakukan aktivitas bersama ayah, namun dalam kondisi penuh dengan tekanan, bayi akan cenderung kembali mencari ibunya

19 A. Perkembangan Kognitif : Antusias Kooperatif Efektif dalam mencari pemecahan masalah Sedikit frustrasi, perasaan negatif, menangis, dan merengek Frekuensi lebih banyak dalam bermain jenis simbolik/pretend play

20 B. Perkembangan Sosial Memilikin emosi yang lebih positif Empati lebih besar Memiliki inisiatif Mampu memberikan respon dan mempertahankan hubungan sosial yang dijalin Memiliki lebih banyak teman Harga diri dan kepercayaan diri tinggi Lebih mandiri

21 C. Perkembangan Diri Memiliki konsep diri lebih baik, harga diri lebih tinggi rasa percaya diri yang lebih besar menghormati orang lain

22 Adalah gaya perilaku individu dan karakteristik individu dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus

23 An easy child : secara umum menunjukkan mood yang positif, cepat membangun aktivitas rutin dan mampu beradaptasi dengan cukup cepat terhadap pengalaman yang baru A difficult child : cenderung memberikan reaksi negatif dan cering menangis, memiliki aktivitas sehari-hari yang tidak rutin, cenderung lambat menerima pengalaman baru A slow-to-warm-up child : memiliki tingkat aktivitas yang rendah dan terkadang negatif, susah untuk beradaptasi, intensitas mood yang rendah

24 Anak dengan temperamen difficult : pada masa remaja akan memiliki masalah berupa tingkat depresi yang tinggi, menggunakan drugs, stressful life events, merasa tidak didukung oleh keluarga Anak yang diberi label lack of control (mudah merasa terganggu) di awal masa kanak-kanak (3-5 tahun) biasanya akan mengalami masalah perilaku berupa acting out, perilaku kenakalan pada masa remaja (13-15 tahun)

25 Anak dengan label approach yang ditandai dengan adanya sikap ramah, dan memiliki rasa ingin tahu untuk melakukan eksplorasi terhadap situasi baru, akan memiliki kecemasan dan depresi dalam tingkat yang rendah

26 Emosi positif (positive affectivity) adalah yang sifatnya positif, memiliki energi yang tinggi, antusias, namun juga dapat bersikap tenang, diam dan menarik diri, merasa bahagia

27 Emosi negatif (negative affectivity) bersifat negatif dan berupa rasa marah, bersalah serta sedih

28 Emosi adalah bahasa pertama yang dimiliki bayi untuk berinteraksi dengan orangtuanya Bentuk emosi pada bayi ada dua yaitu crying dan smiling

29 Ada 3 jenis menangis, yaitu basic crying, anger crying dan pain crying Apa yang harus dilakukan oleh orangtua saat bayi menangis??? Terdapat dua pandangan, Watson mengatakan bahwa jika bayi menangis kemudian orangtua dengan segera memberikan perhatiannya maka pada akhirnya bayi akan cenderung terus menangis

30 Sebaliknya menurut Ainsworth & Bowlby : jika bayi menangis, orangtua sebaiknya langsung memberikan repson karena hal tersebut adalah dasar untuk membentuk rasa aman (percaya) pada bayi

31 Ada dua jenis senyum : refleksif dan social smile Reflexive smile tidak membutuhkan stimulus untuk memunculkannya. Ini muncul selama 1 bulan pertama setelah kelahiran, biasanya terjadi pada saat bayi sedang tidur

32 Social smile muncul jika ada stimulusnya, terjadi pada usia 2-3 bulan dan muncul senyum sebagai respon dari kehadiran sebuah wajah

33 Amarah Muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati, dan merasa terancam. Sebab : frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi Dibanding rasa takut, rasa marah lebih sering muncul pada masa kanak-kanak. Tahun-tahun pertama, anak sering belajar dari pengalaman bahwa dengan marah keinginannya akan terpenuhi.

34 Sebab lain: bila anak terhambat melakukan sesuatu. Hambatan bisa berasal dari dirinya sendiri, misalnya ketidakmampuan anak melakukan sesuatu. Hambatan itu dapat pula berasal dari orang lain misalnya larangan.

35 Sebab lain : bila benda-benda atau mainan miliknya dipegang atau diambil anak lain. Bila ini terjadi biasanya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk merebut kembali benda miliknya.

36 Marah yang impulsif (agresi) Ditujukan langsung pada orang lain binatang atau objek, Bentuk : reaksi fisik atau verbal, ringan atau berat atau intens. Dapat disebut pula dengan tantrum

37 Biasa dijumpai pada anak-anak. Saat tantrum, anak-anak juga tidak ragu-ragu untuk menyakiti orang atau anak lain dengan cara, seperti memukul, menggigit, meludah, menendang, mendorong, dan lainlain. Di usia sekitar empat tahun kemarahan itu masih ditambah lagi dengan kata-kata yang kasar atau ejekan-ejekan.

38 Marah yang terhambat Marah yang tidak dicetuskan karena dikendalikan atau ditahan. Reaksi : menarik diri, melarikan diri dari anak atau orang lain (yang menyebabkan ia marah), bersikap lesu, masa bodoh atau tidak berani.

39 Marah bentuk ini terjadi pada anak yang sering merasa sia-sia atau tak berguna. Inilah cara mereka untuk menerima frustasi dan mereka menganggap menahan marah adalah lebih baik daripada mengekspresikannya karena mereka terbebas dari risiko penolakan sosial.

40 Takut Reaksi takut pada bayi dan anak-anak berupa rasa tak berdaya. Hal ini tampak pada ekspresi wajah yang khas, tangisan yang merupakan permintaan tolong, mereka menyembunyikan muka dan sejauh mungkin menghindari objek atau orang yang ditakuti, atau bersembunyi di belakang orang atau kursi.

41 Semakin meningkatnya usia, reaksi rasa takut berubah karena adanya tekanan sosial. Reaksi menangis tidak ada lagi walau ekspresi wajah yang khas masih tetap ada, dan biasanya mereka menghindar dari objek yang ditakuti.

42 Mata membelalak Menangis sembunyi Memegang orang Diam tidak bergerak

43 Rangsangan berupa suara keras Pengalaman menghadapi tempat atau orang asing, tempat tinggi, kamar gelap, atau berada seorang diri Rasa sakit Interaksi sosial-terancam Marah dengan orang lain

44 Pada periode awal anak, rasa takut timbul disaat dirinya merasa terancam oleh benda-benda yang ditemuinya (misalnya pisau, mobil, dan sebagainya) Reaksi yang ditampilkan adalah anak melakukan gerakan motorik, misalnya berlari, bersembunyi, memegang orang yang dikenalnya

45 Pada periode akhir anak-anak, rasa takut timbul akibat fantasi yang dibentuk oleh anak itu sendiri yang menyebabkan harga dirinya terancam oleh lingkungannya (misal takut gagat, berbeda dengan orang lain, status, dan sebagainya). Keadaan ini disebabkan anak telah mengalami perkembangan kemampuan berpikir sehingga mampu membentuk fantasi dan menilai dirinya sendiri.

46 Reaksi yang ditampilkan dapat secara langsung, misalnya berlari, sembunyi, menangis, ataupun marah. Atau secara tidak langsung misalnya sakit perut, badan panas, dan sebagainya.

47 Takut berhubungan dengan a. Shyness atau rasa malu b. Embarassment atau merasa kesulitan, khawatir c. Anxiety atau cemas.

48 A. Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orang yang dianggap asing. Reaksi : memalingkan muka atau memegang keras pada orang yang dikenalnya atau bersembunyi dan mengintip

49 Sebab : ada perasaan tidak mengenal perlakuan/respon orang lain kepadanya. Perasaan ini timbul tidak terbatas pada orang yang tidak dikenalnya, tetapi juga yang dikenalnya (misalnya, bertemu dengan tamu baru, guru baru atau orang tuanya yang menonton ia menyanyi/menari, dan lain sebagainya) takut diejek, ditertawakan dll

50 B. Embarassment (merasa sulit, tidak mampu atau malu melakukan sesuatu) merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya. Timbulnya reaksi ini karena anak sudah mampu memahami harapan dan penilaian yang dapat diperoleh dari lingkungan sosial. Reaksi ini berhubungan dengan kesadaran akan dirinya yang terancam. Muncul pada usia 5-6 tahun

51 C. Khawatir Timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendiri, biasanya mengenai hal-hal khusus, misalnya takut dihukum orang tua, takut sekolah, takut terlambat, takut teman sebaya, takut dimusuhi, takut tidak populer, dan lain sebagainya.

52 D. Anxiety atau cemas Perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif. Reaksi : perubahan fisiologis, seperti berkeringat, muka pucat, dan tubuh tegang.

53 Cemburu Cemburu adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang, baik kehilangan secara nyata terjadi maupun yang hanya sekadar dugaan. Sebab : anak takut kehilangan atau merasa tersaingi dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang yang dicintainya.

54 Rasa cemburu biasanya bercampur dengan marah dan takut. Dengan kemarahan dan rasa takutnya ini, anak yang cemburu biasanya merasa tidak aman. Reaksi cemburu : langsung (perlawanan agresif, seperti menggigit, menendang, memukul, mendorong, meninju dan mencakar) dan tidak langsung bersifat lebih halus daripada reaksi langsung sehingga lebih sukar untuk dikenali.

55 Ciri lain cemburu : terjadi regresi (seperti mengompol, mengisap jempol), makan-makanan yang aneh-aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak, menunjukkan kasih sayang atau sikap membantu yang tidak diminta, melampiaskan perasaan kepada binatang atau mainan.

56 Kondisi rumah (Ibu yang sibuk mengurusi adik baru) Situasi sosial di sekolah (akan marah jika guru atau temannya tersebut memberi perhatian pada anak lain terbawa dari rumah) Anak merasa saudaranya atau anak lain memiliki barang atau mainan yang lebih bagus dari miliknya.

57 Ingin Tahu Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah. Bagi mereka kehidupan ini sangat ajaib dan menarik untuk dieksplorasi. Rasa ingin tahu ini sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran.

58 Iri Hati Iri hati jika anak merasa ia tidak memperoleh perhatian yang diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakaknya. Sebab: kurang memiliki rasa aman dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri, perlakuan orang tua yang suka membandingkan dia dengan anak lain

59 Senang/Gembira Muncul jika anak mendapatkan apa yang diinginkan, kondisi yang sesuai dengan harapannya. Rasa gembira bisa berbentuk kepuasan dalam hati, bisa pula lebih ekspresif, yaitu tersenyum, tertawa, sampai tertawa terbahak-bahak (semakin bertambah usia, anak semakin tepat dalam mengekspresikan rasa gembiranya)

60 Sedih Muncul didorong oleh perasaan kehilangan atau ditinggalkan terutama oleh orang yang disayanginya. Perasaan sedih juga muncul karena anak merasa kecewa atas kegagalan atau ketidakberhasilan yang menimpanya.

61 Kasih Sayang Penting karena menjadi dasar berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat Kekurangan kasih sayang pada awal masa kanak-kanak dapat berdampak buruk terhadap pembentukan kepribadiannya di masa depan.

62 Adanya perasaan kasih sayang serta kepercayaan bahwa dirinya disayangi dapat menumbuhkan rasa aman pada anak, meningkatkan kepercayaan diri, kemauan untuk membantu dan bersikap santun terhadap orang lain, tumbuhnya sikap rela berkorban dan kesediaan untuk mendahulukan orang lain ketimbang mendahulukan dirinya sendiri

63 a. Reaksi emosi sangat kuat b. Reaksi emosi muncul dalam setiap peristiwa sesuai dengan keinginannya c. Reaksi emosi mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya d. Reaksi emosi bersifat individual e. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkannya

64 Perkembangan Emosi Pada Anak Bayi Hingga Usia 18 Bulan Bayi belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain.

65 Minggu ke 3-4, bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke 8, ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya. Bulan ke 4-8, mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut.

66 Bulan bulan ke12-15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orang- orang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.

67 Anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

68 Pada usia 2 th, anak belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

69 Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.

70 Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

71 Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.

72 Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi- informasi

73 Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat memverbalisasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.

74 Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol

75 Pada masa usia tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

76 Keadaan Anak (misalnya ada cacat fisik) Faktor Belajar (coba-coba, meniru/mempersamakan diri, pengkondisian, pengawasan dan pembimbingan) Keluarga Lingkungan sosial Teman Gaya Pengasuhan

77 Dampingi Anak sejak awal, misalnya menoleh atau mendekat jika anak memanggil Jika anak sudah mengamuk, jauhkan dari benda yang berbahaya Peluk anak sebagai wujud kepedulian orangtua kepada anak anak akan belajar untuk peka dan peduli pula pada orang lain Jika ia mulai memukul, pegang tangannya dan katakan STOP kemudian beri penjelasan singkat

78 Ajak anak berbicara, pahami perasaannya dan bantu dia untuk menyelesaikan masalahnya Konsistensi sikap orangtua dalam menghadapi ekspresi emosi anak

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng INFANCY Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id MASA SENSORIMOTOR (PIAGET) 1. Substage 1: Simple Reflex 2. Substage 2: Primary Circular Reaction 3. Substage 3: Secondary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa PERKEMBANGAN ATTACHMENT (KELEKATAN) Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa senang. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun. 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Pada Bayi

Perkembangan Emosi Pada Bayi Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori attachment

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep KONSEP HOSPITALISASI BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep SAKIT & DIRAWAT DI RUMAH SAKIT MERUPAKAN KRISIS DI DALAM HIDUP ANAK. DI RAWAT DI RUMAH SAKIT BERARTI ANAK HARUS BERURUSAN DENGAN LINGKUNGAN YANG ASING,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara bersekolah. Sejalan dengan perkembangan zaman dan meningkatnya pemahaman orangtua

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- gerakan tubuh menyediakan beberapa informasi, tetapi

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI Di usia batita, anak sudah bisa dilatih memahami rasa takut, sedih, marah, cemburu, iri, gembira, dan sayang. Di usia batita, umumnya emosi anak menjadi sangat kuat. Biasanya

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18

Lebih terperinci

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu Upaya orang tua dalam membina emosi anak akibat perceraian di Kecamatan Bukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja cenderung diartikan oleh banyak orang sebagai usia bermasalah. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja banyak terjadi perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitaslisasi pada anak merupakan sebuah proses yang mengharuskan anak menjalani proses perawatan di rumah sakit dengan alasan yang terencana atau darurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT

LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT 1 Selamat Pagi/Siang/Sore, Saya Sekar Pradani Niken M.D.A.A.P (Mahasiswi Semester 8 dari Fakultas Humaniora, Jurusan Psikologi, Binus University) ingin melaksanakan

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu rasa yang wajar dan natural (Setiawani, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu rasa yang wajar dan natural (Setiawani, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang usia 3-6 tahun merupakan masa emas perkembangan anak, yang apabila pada masa tersebut anak diberi pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja mempererat tali cinta pasangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI Dwi Hardiyanti Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, dwihardiyanti@ymail.com Diterima: April 2017. Disetujui: Mei 2017. Dipublikasikan: Juli 2017 ABSTRAK Kelekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sifat Pemalu Menurut Prayitno (2004:208) bahwa malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan satu masa yang sangat menyulitkan, di mana terjadi percepatan perkembangan baik secara fisik, seksual, maupun sosial. Hal yang paling menarik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci