BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme"

Transkripsi

1 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikan dalam proses pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum terlihat. Berdasarkan paham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta diklat dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, peserta diklat harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil usaha peserta diklat itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta diklat. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta diklat sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran peserta diklat tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta diklat adalah realita yang dibina sendiri. Peserta diklat sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Guru harus memperkirakan struktur kognitif agar peserta diklat dapat membina konsep atau pengetahuan baru. Apabila pengetahuan baru telah

2 13 disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. Melalui model konstruktivisme ini, diharapkan pengajaran guru dapat lebih memberikan peluang kepada peserta diklat untuk meramalkan secara bebas dan terbuka segala pengetahuan setelah proses pembelajaran berlangsung. Pengajaran secara tidak langsung memberikan suatu pengalaman baru bagi peserta diklat. Pengalaman itu akan dikaitkan pula dengan teori kognitif dimana pengalaman tersebut akan disimpan dalam ingatan atau memori peserta diklat, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari perspektif estimologi yang disarankan oleh konstruktivisme, maka peran guru akan berubah. Perubahan tersebut meliputi teknik pengajaran dan pembelajaran, penelitian dan pelaksanaan kurikulum pada umumnya. Sebagai contoh, guru harus mengubah kaidah mengajar dari tuntutan agar peserta diklat dapat meniru dengan tepat apa yang disampaikan menjadi kaidah pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan peserta diklat dalam membina skema pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya. Pembelajaran harus berubah dari kacamata guru mengajar menjadi bagaimana peserta diklat dapat belajar. Dari pernyataan tersebut dalam pembelajaran konstruktivisme dapat dikatakan bahwa: 1) Peserta diklat tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan penguasaan dalam proses berpikir dan berkomunikasi;

3 14 2) Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta diklat; dan 3) Sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara penyelesaian masalah dengan berpatokan pada peraturan yang berlaku. Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven, portofolio, uji kompetensi dan ujian komprehensif. Beberapa aliran dalam pemelajaran konstruktivisme yaitu: 1) Piaget Pemelajaran konstruktivisme berdasarkan pemahaman Piaget, beranggapan bahwa: 1) gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya; dan 2) pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar. 2) Konstruktivisme personal Pembelajaran menurut konstruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu: 1) set mental (idea) yang dimiliki peserta diklat mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan; 2) input yang diterima peserta diklat tidak memiliki makna yang tetap; 3) peserta diklat menyimpan input yang diterima tersebut ke dalam memorinya; 4) input yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input yang lain yang baru diterima; dan 5) peserta diklat memiliki tanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya.

4 15 3) Konstruktivisme sosial Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk oleh peserta diklat merupakan interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: 1) pengetahuan dibina oleh manusia; 2) pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal; 3) pembinaan pengetahuan personal adalah perantara personal; 4) pembinaan pengetahuan sosial merupakan hasil interaksi sosial; dan 5) interaksi sosial dengan yang lain adalah sebagian dari personal, pembinaan sosial dan pembinaan pengetahuan bawaan. 4) Konstruktivisme radikal Konstruktivisme radikal dikembangkan oleh Von Glaserfeld (dalam Tim Riset BPTP, 2004) yang beranggapan bahwa: 1) kebenaran tidak diketahui secara mutlak; 2) pengetahuan saintifik hanya dapat diketahui dengan menggunakan instrumen yang tepat; 3) konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setelah melakukan uji coba untuk menggambarkan pengalaman subjektif; dan 4) konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif. Implikasi konstruktivisme terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Pemelajaran tidak akan berjalan dengan baik jika peserta diklat tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. 2. Pada akhir proses pembelajaran, peserta diklat memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.

5 16 3. Untuk memutuskan atau menilai keputusannya, peserta diklat harus bekerja sama dengan peserta diklat lain. 4. Guru harus mengakui bahwa peserta diklat membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya. B. Model Pembelajaran Kooperatif Anita Lie (2004 :12) mengatakan bahwa sistem pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dalam sebuah tim atau kelompok kecil. Roger dan David johnson dalam Lie (2004:31) mengemukakan bahwa: Pembelajaran kooperatif memiliki lima komponen dasar : (1) Saling ketergantungan positif, siswa merasa keberhasilannya tergantung dari koordinasi kerja dengan kelompoknya; (2) Tatap muka, siswa bertukar pendapat atau ide untuk menjelaskan tugas kelompoknya; (3) Tanggung jawab individu, setiap individu merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya; (4) Keterampilan menjalin hubungan interpersonal, siswa berkomunikasi dengan kelompoknya dalam menyelesaikan tugas; (5) Evaluasi proses kelompok; evaluasi terhadap proses kerja kelompok dan hasil kerja sama siswa dalam kelompok dilakukan agar pada kegiatan selanjutnya siswa bisa bekerja sama lebih baik lagi. Model pembelajaran kooperatif agar berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan pengelompokan siswa. Menurut Lie (2004:39) terdapat dua cara pengelompokan yang bisa dilakukan yaitu: 1. Pengelompokan Heterogen Dalam sistem pengelompokan heterogen, tiap kelompok dari siswa yang memiliki keterampilan yang berbeda, secara umum, sistem pengelompokan ini disukai oleh guru yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif (Lie,

6 ). Menurut Lie (2004) Pengelompokan heterogen memiliki beberapa kelebihan, yakni (a) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung; (b) meningkatkan relasi dan interkasi antar ras, etnik dan gender; (c) memudahkan pengelolaan kelas; dan (d) melatih kerjasama juga rasa memiliki antar siswa. 2. Pengelompokan Homogen Dalam sistem pengelompokan homogen, tiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang sama. Pengelompokan ini memiliki beberapa kelebihan, yakni praktis dan mudah dilakukan secara administratif serta memudahkan guru dalam membimbing kelompok belajar (Lie: 2004:40). Dibalik kelebihan tersebut, pengelompokan homogen pun memiliki beberapa kelemahan, Pertama, bertentangan dengan misi pendidikan, karena dengan pengelompokan berdasarkan kemampuan yang sama dengan memberikan label pada setiap peserta didik. Label ini divonis terlalu dini, terutama bagi siswa yang dimasukan dalam kelompok kurang mampu. Label ini juga bisa menjadi ramalan yang menjadi kenyataan. Karena dimasukan ke dalam kelompok yang lemah, siswa bisa merasa tidak mampu, patah semangat dan tidak mau berusaha lagi. Kedua, tidak sesuai dengan fungsi pendidikan di sekolah sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan bermasyarakat (Lie, 2004:40).

7 18 C. Cara Penerapan Team Assisted Individualization (TAI) Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang berarti siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, antara lain dalam hal nilai akademiknya. Pengelompokkan ini masing-masing kelompok beranggotakan 4 5 orang siswa. Salah satu dari anggota kelompok sebagai seorang ketua yang bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, maka keangotaan dari kelompok itu harus heterogen, dalam hal ini adalah tingkat kemampuan berpikirnya atau akademisnya yang berbeda. Untuk membuat kelompok yang heterogenitas ada cara yang efektif yaitu guru yang membuat anggota dari kelompok-kelompok tersebut. Bila siswa membuat kelompok sendiri, biasanya akan memilih teman-teman yang dekat dengannya misalnya sesama jenis atau sama dalam hal kemampuannya. Hal ini cenderung menghasilkan kelompokkelompok yang homogen. Menurut Lie (2004 : 39) pengelompokan homogen kurang cocok apabila digunakan dalam praktek pengajaran di kelas dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut : 1. Pengelompokan berdasarkan kemampuan yang sama akan memberikan cap atau label kepada peserta didik yang akan menjadi vonis terutama kepada peserta didik yang dimasukan dalam kelompok yang kurang mampu. Karena dimasukan ke dalam kelompok yang lemah, seorang siswa tidak mampu, patah semangat dan tidak mau berusaha lagi. 2. Selama masa pendidikan di sekolah, seorang peserta didik perlu dipersiapkan untuk menghadapi kenyataan dalam masyarakat, dimana sebagai manusia dengan tingkatan kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Saling berinteraksi dan bekerja sama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh pakar pendidikan John Dewey bahwa

8 19 sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat. Maka dari itu, sekolah atau ruang kelas sejauh mungkin perlu mencerminkan keanekaragaman masyarakat. 3. Pengelompokan dengan orang lain yang serupa dan sepadan ini bisa menghilangkan kesempatan anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri karena dalam kelompok homogen tidak terdapat perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir, bernegosiasi, beragumentasi dan berkembang. Selain memperhatikan heterogenitas kelompok, jumlah anggota yang bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama dengan baik. Setelah dibentuk kelompok, guru memberikan nomor kepada masing-masing anggota kelompok. Tugas yang diberikan adalah mengerjakan soal-soal tentang gambar proyeksi. Langkah selanjutnya, siswa berdiskusi, membahas dan mengerjakan tugas kelompok. Setiap siswa harus terlibat secara aktif dalam memahami suatu permasalahan dan menyelesaikan permasalahan tersebut secara berkelompok. Menurut Lie (2004: 43) kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah menerapkan model pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) karena beberapa alasan, yaitu 1. kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. 2. kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama etnik dan gender serta 3. kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap 3 4 anak.

9 20 Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut : a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 5 orang. b. Placement test, yaitu pemberian pretes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. c. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan kelompok ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan individunya. d. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya. e. Team, score and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dalam menyelesaikan tugas. f. Teaching group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. g. Fact test, yaitu pelaksanaan tes berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. h. Whole class unit, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Menurut Ibrahim (2002: 8) pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) memberi keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

10 21 akademik. Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya karena dengan mengajarkan sesuatu yang baru dipelajarinya, maka seseorang akan lebih bisa menguasai dan menginternalisasi pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya. Kunci model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) adalah penerapan bimbingan antar teman. Adapun kekurangan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) diantaranya adalah siswa kelompok atas akan merasa dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa dalam kegitan belajar kooperatif karena rekan-rekan mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari dirinya, sedangkan pada siswa kelompok bawah akan merasa minder, merasa hanya seperti benalu dalam kelompoknya. Oleh karena itu perlu dijelaskan kepada seluruh siswa tentang manfaat-manfaat yang akan mereka peroleh baik pada kelompok atas ataupun kelompok bawah jika mereka menerapkan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) untuk dikembangkan diantaranya adalah sebagai variasi model pembelajaran agar hasil belajar dapat tercapai, selain itu dalam model pembelajaran ini tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda sehingga siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan

11 22 akurat pada seluruh materi serta guru setidaknya akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu (Slavin, 1995: 98). Pada model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), siswa belajar dengan bantuan lembar diskusi secara berkelompok, berdiskusi untuk menemukan dan memahami konsep-konsep. Sesama anggota kelompok berbagi tanggung jawab. Hasil belajar kelompok dibandingkan dengan kelompok lain untuk memperoleh penghargaan berupa pujian (misalnya kelompok super, hebat atau kelompok baik) dari guru. Penerapan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil setiap anggota kelompok (Slavin, 1995: 97). Menurut Suyitno (2002: 37) langkah-langkah pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan bahan ajar. b. Membentuk kelompok kecil yang heterogen. c. Memberikan pre test pada pertemuan pertama. d. Pada setiap pertemuan, guru memberikan materi secara singkat, kelompok mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar diskusi, guru memberikan bantuan secara individu bagi yang memerlukan, ketua kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompok, dan guru menerangkan kembali materi yang bersangkutan dengan menekankan strategi pemecahan masalah. e. Memberikan post test pada pertemuan terakhir.

12 23 Beberapa strategi untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). a. Pembagian kelompok Kelompok siswa yang terdiri atas empat sampai lima orang ini lebih efektif dibanding dengan jumlah siswa yang lebih banyak karena pembagian tugas lebih terencana dan masing-masing siswa lebih mencurahkan waktu untuk tugasnya. Pembentukannya kelompok sebaiknya dilakukan oleh guru agar kemampuan siswa dalam kelompok merata. b. Pembagian tugas struktur Dengan pembagian tugas untuk masing-masing siswa perlu dilakukan oleh guru agar tidak terjadi pengelakan tugas. c. Tanggung jawab bersama Dengan pemberian tugas kepada masing-masing siswa secara langsung, siswa akan lebih merasa bertanggung jawab bukan hanya atas dirinya tetapi juga pada kelompoknya karena keberhasilan kelompok terletak pada keberhasilan masing-masing individu (Mulyani, 2006: 38). D. Aktivitas Belajar Secara alami siswa mempunyai suatu kekuatan untuk memotivasi dirinya dalam upaya melakukan kegiatan, karena anak merupakan suatu organisme yang mampu berkembang dari dalam. Siswa harus dikondisikan untuk melakukan suatu aktivitas belajar, dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan berfikir dan berbuat merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

13 24 Keberadaan aktivitas belajar tidak terlepas dari adanya motivasi dalam diri seseorang, sehingga motivasi dan aktivitas tidak dapat dipisahkan.oleh karena adanya motivasi itulah aktivitas dapat muncul. Jika kita menginginkan aktivitas dilakukan siswa adalah belajar, maka yang harus ditumbuhkan adalah motivasi belajar, karena aktivitas yang akan muncul dari diri seseorang akan sesuai jenisnya dengan motivasi yang ditumbuhkan. Proses berfikir dan berbuat jika tidak dilakukan oleh anak sebagai siswa, maka hal ini merupakan suatu faktor penghambat atas kemajuan pribadi yang menjadi tinjauan dalam proses pendidikan. Hal ini memberikan suatu penekanan bahwa seharusnya yang banyak melakukan aktivitas anak itu sendiri, sedangkan guru sebagai pendidik hanya membimbing dan merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswanya. Jenis-jenis keaktifan belajar tersebut menurut Paul D. Dierich (Hamalik, 2003: ) dapat digolongkan menjadi: a. Kegiatan-kegiatan visual, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, dan percobaan. b. Kegiatan-kegiatan lisan, seperti: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendegarkan penyajian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato. d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, laporan, angket, membuat sketsa. e. Kegiatan-kegiatan menggambar: membuat grafik, peta, dan diagram f. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengigat, memecahkan masalah, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. g. Kegiatan-kegitan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

14 25 Pengalaman belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai siswa, hal tersebut dapat dicapai maksimal jika siswa benar-benar mengalami suatu proses belajar mengajar. Mereka akan terkondisi untuk memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya sesuai dengan kemauan dan kemampuan masing-masing. Sedangkan proses belajar dapat dicapai bila siswa berkemauan dan berkemampuan melakukan aktivitas. E. Hasil belajar Hamalik (2002:155) mengungkapkan bahwa, Hasil belajar merupakan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar siswa yang dimaksudkan adalah hasil belajar DKKTM yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar DKKTM. Hasil interaksi tersebut menyebabkan adanya perbedaan hasil belajar DKKTM antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Hasil belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar. Nana Sudjana dalam Priambodo (2006: 12) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti; motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

15 26 Sistem penilaian di SMK Negeri 2 Bandung mengacu pada pengukuran hasil belajar di setiap aspek karena pada umumnya proses belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi pada individu kearah yang positif, yaitu keadaan kemampuan yang kognitif, afektif dan psikomotor berorientasi kearah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya. Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Dan Cara Pengukurannya Jenis Hasil Belajar Indikator Aktivitas Siswa Cara pengukuran A. Kognitif 1. Pengetahuan Hafalan (ingatan) 2. Pengertian (pemahaman) Siswa dapat mengetahui Siswa dapat menjelaskan/ mendefinisikan dengan kata-kata sendiri Siswa dapat memberikan contoh/ menggunakan dengan tepat 3. Aplikasi (penggunaan) 4. Analisis Siswa dapat menguraikan/ mengklasifikasikan 5. Sintesis Siswa dapat menghubungkan/ menyimpulkan/ menggeneralisasikan 6. Evaluasi Siswa dapat menginterpretasikan/ memberikan kritik/ memberikan pertimbangan (penilaian) 7. Berfikir kreatif Siswa dapat membuat/ (Create) menciptakan. B. Afektif 1. Penerimaan Siswa bersikap menerima/ menyetujui atau sebaliknya 2. Sambutan (respon) 3. Penilaian, Penghargaan (apresiasi) 4. Internalisasi (pendalaman) 5. Karakteristik, Watak (penghayatan) Siswa bersedia terlibat/ partisipasi/ memanfaatkan atau sebaliknya Siswa memandang penting/ bernilai/ berfaedah/ indah/ harmonis/ kagum atau sebaliknya Siswa mengikuti/ mempercayai/ meyakinkan atau sebaliknya Siswa melembagakan/ membiasakan/ menjelmakan dalam pribadi dan prilakunya sehari-hari C. Psikomotor 1. Persepsi Siswa memiliki pendapat, pandangan 2. Persiapan Siswa mempersiapkan, menyediakan Pertanyaan/ tugas/ tes Pertanyaan/ soal/ tugas/ tes Tugas/ persoalan/ tes Tugas/ persoalan/ tes Tugas/ persoalan/ tes Tugas/ persoalan/ tes Persoalan/ tes Pertanyaan/ tes/ skala sikap Tugas/ observasi/ tes Skala penilaian/ tugas/ observasi Skala sikap/ tugas/ ekspesif/ proyektif observasi/ tugas/ ekspesif/ proyektif Tugas/ tes tindakan Tugas/ tes tindakan 3. Peniruan Siswa menirukan, menyamakan Tugas/ tes tindakan Abin Syamsuddin Makmun, 2004:167

16 27 Pendapat Nana Sudjana diatas sejalan dengan pendapat Winkel dalam Priambodo (2006:12) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain : 1. Faktor Internal a) Faktor psikis, meliputi tingkat intelektual, kemampuan belajar, motivasi belajar, minat, taraf intelegensi, cara belajar, dan sikap perasaan. b) Faktor fisik-kondisi fisik c) Kondisi akibat sosiokultural/ekonomi 2. Faktor Eksternal a) Faktor pengaturan proses belajar di sekolah, meliputi: kurikulum pengajaran, fasilitas belajar dan disiplin di sekolah status sosial. b) Faktor sosial meliputi: sistem sosial, status sosial dan interaksi guru dan murid c) Faktor situasional meliputi: keadaan politik ekonomi, keadaan musim/iklim, keadaan waktu dan tempat. F. Karakteristik Mata Pelajaran DKKTM Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian Teknik Pemesinan di SMK Negeri 2 Bandung. Pada Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berdasarkan kurikulum 2006 atau KTSP, program mata pelajaran di SMKN 2 Bandung terdiri dari 3 golongan / kelompok yakni : a. Mata pelajaran normatif, yaitu kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk siswa menjadi pribadi utuh yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk hidup maupun makhluk sosial (sebagai anggota masyarakat atau sebagai warga negara Indonesia) maupun sebagai warga dunia. b. Mata pelajaran adaptif, yaitu kelompok mata pelajaran yang berfungsi dalam membentuk siswa sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas

17 28 dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. c. Mata pelajaran produktif, kelompok mata pelajaran yang berfungsi untuk membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja yang sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional indonesia (SKKNI). Mata Pelajaran DKKTM termasuk pada program produktif, di mana di dalam materi DKKTM tersebut berguna bagi mata pelajaran yang lain, seperti yang tercantum dalam kurikulum Apabila hasil belajar mata pelajaran DKKTM rendah, maka hal ini akan berpengaruh pada mata pelajaran lainnya yang didasari oleh DKKTM, lebih lanjut pada kualitas lulusan nantinya. Peserta diklat tidak saja mempunyai kesulitan dalam merancang, membaca sistem satuan, menentukan arah gaya dan hal lain yang dipelajari di dalam DKKTM, juga tidak akan mampu menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang berkualitas dalam lingkup keahlian teknik mesin. Mata Pelajaran DKKTM merupakan gabungan beberapa Mata Pelajaran pada struktur kurikulum 1999, yang terdiri dari: a. Mata pelajaran Perhitungan Kontruksi Mesin (PKM). b. Mata pelajaran Penggunaan Peralatan Mekanik Industri (PPMI). c. Mata pelajaran Pengetahuan Dasar Kontruksi Mesin (PDKM).

18 29 G. Hubungan DKKTM Dengan Team Assisted Individualization Dalam DKKTM terdapat teori-teori mendasar mengenai ilmu keteknikan yang harus dikuasai oleh siswa sebagai bahan/ referensi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ilmu keteknikkan, baik itu dalam teori atau praktek. Dalam pencapaiannya setiap siswa dituntut memiliki kemampuan penguasaan materi, sehingga dapat digunakan dengan praktis pada saat menemukan masalah saat praktek. Lebih pentingnya bagaimana cara memadukan antara ilmu teori supaya lebih efisien digunakan pada saat praktek nantinya. Intinya DKKTM merupakan suatu cabang ilmu yang dapat menjembatani antara ilmu-ilmu yang diterima siswa (ilmu teori) sehingga dapat digunakan pada kegiatan praktis. Pada penggunaan model Team Assisted Individualization sub kompetensi mengenal komponen roda gigi, diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dan langsung dalam proses kegiatan belajar. Selain itu siswa diberi pengalaman untuk bekerja, saling membantu dalam memecahkan masalah yang berguna untuk mengembangkan kemampuannya dan tanggung jawab pada kehidupannya nanti. Jadi hubungan antara karakteristik mata pelajaran DKKTM dengan karakteristik model pembelajaran Team Assisted Individualization itu berkesinambungan pada saat siswa dihadapkan pada suatu masalah yang timbul pada proses pembelajaran, siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam setiap pemecahan masalah, saling membantu dan bertanggung jawab, sebagai latihan sebelum masuk dunia kerja nantinya

19 30 H. Asumsi Dasar Untuk mendapat pegangan yang dapat digunakan sebagai titik tolak pemikiran dalam melaksanakan penelitian, maka perlu adanya asumsi dasar. Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (2006:65) mengemukakan bahwa, Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis merumuskan asumsi dasar dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi aktif bagi peserta diklat. 2. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah (Depdikbud, 1999:1). 3. Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditandai oleh peningkatan hasil yang dicapai oleh siswa di akhir belajarnya. 4. Hasil belajar merupakan indikator untuk menentukan tingkat penguasaan kompetensi yang telah dimiliki siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 72 A. Deskripsi Data 1. Aktivitas Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Teori Tentang Belajar Skinner dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 5) mengatakan, Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan hasil belajar yang dilakukanya

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi siswa (peserta didik) dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran matematika menurut peneliti merupakan suatu pelajaran pokok dari kehidupan ini. Dan pelajaran matematika dapat mendapatkan respon positif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum SMP/ MTs. Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan 7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar sangatlah penting, terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemecahan Masalah Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan

Lebih terperinci