PENGARUH SURPLUS PRIMER, TINGKAT PAJAK, DAN INVESTASI PUBLIK TERHADAP MODAL DAN UTANG PUBLIK DALAM MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DANTY KARTIKA SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SURPLUS PRIMER, TINGKAT PAJAK, DAN INVESTASI PUBLIK TERHADAP MODAL DAN UTANG PUBLIK DALAM MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DANTY KARTIKA SARI"

Transkripsi

1 PENGARUH SURPLUS PRIMER, TINGAT PAJA, DAN INVESTASI PUBLI TERHADAP MODAL DAN UTANG PUBLI DALAM MODEL PERTUMBUHAN EONOMI DANTY ARTIA SARI DEPARTEMEN MATEMATIA FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HA CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Surplus Primer, Tingkat Pajak, dan Investasi Publik terhadap Modal dan Utang Publik dalam Model Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Danty artika Sari NIM G

4 ABSTRA DANTY ARTIA SARI. Pengaruh Surplus Primer, Tingkat Pajak, dan Investasi Publik terhadap Modal dan Utang Publik dalam Model Pertumbuhan Ekonomi. Dibimbing oleh RETNO BUDIARTI dan ALI USNANTO. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dikatakan stabil bila keadaan pertumbuhan ekonomi negara tersebut berlangsung secara berkelanjutan, artinya pertumbuhan antara modal dan utang publik berjalan seimbang. Dalam tugas akhir ini akan dipelajari pengaruh tiga buah faktor terhadap dua buah komponen, yaitu modal publik dan utang publik. etiga faktor tersebut ialah pengaruh surplus primer, tingkat pajak, dan investasi publik. Model pertumbuhan ekonomi diasumsikan bahwa surplus primer terhadap PDB merupakan fungsi linear positif dari utang publik. Simulasi karya ilmiah ini dibagi menjadi tiga kasus yaitu: pengaruh faktor surplus primer terhadap modal publik dan utang publik; pengaruh faktor tingkat pajak terhadap modal publik dan utang publik; dan pengaruh investasi publik terhadap modal publik dan utang publik. Hasil simulasi menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil terjadi saat ketiga faktor tersebut mengalami kenaikan. enaikan ini menyebabkan utang publik mengalami penurunan bahkan mencapai kondisi tidak adanya utang publik dan modal publik mengalami peningkatan, sehingga modal publik dapat digunakan untuk investasi publik. ata kunci : investasi publik, modal publik, surplus primer, tingkat pajak, utang publik ABSTRACT DANTY ARTIA SARI. Effects of Primary Surplus, Tax Rate, and Public Investment on Capital and Public Debt in Economic Growth Model. Suvervised by RETNO BUDIARTI dan ALI USNANTO. Economic growth of a country is stable if the state economic growth is sustainable. It means that public capital and public debt of economic are in balance. In this work, the influence of three factors into two components, there are public capital and public debt. The factors are the influence of the primary surplus, the tax rate, and the public investment. The economic growth model studied was assumed in such a way that the primary surplus of GDP ratio is a positive linear function of the public debt. A simulation conducted in this study is divided into three cases i.e,: the effect of the primary surplus to public capital and public debt, the effect of the tax rate on public capital and public debt, and the effect of public investment on public capital and public debt. The simulation results showed that stable economic growth rate occurred when all of these three factors increased. The increase causes the public debt get decreased even reached the situation with no public debt and public capital increased. As a consequence, the public capital can be used for public investment. eywords : public investment, public capital, primary surplus, tax rate, public debt

5 PENGARUH SURPLUS PRIMER, TINGAT PAJA, DAN INVESTASI PUBLI TERHADAP MODAL DAN UTANG PUBLI DALAM MODEL PERTUMBUHAN EONOMI DANTY ARTIA SARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIA FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Pengaruh Surplus Primer, Tingkat Pajak, dan Investasi Publik terhadap Modal dan Utang Publik dalam Model Pertumbuhan Ekonomi Nama : Danty artika Sari NIM : G Disetujui oleh Ir Retno Budiarti, MS Pembimbing I Drs Ali usnanto, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc etua Departemen Tanggal Lulus:

8 Judul Skripsi: Pengaruh Surplus Primer, Tingkat Pajak, dan Investasi Publik terhadap Modal dan Utang Publik dalam Model Pertumbuhan Ekonomi Nama Danty artika Sari NIM : G Disetujui oleh Ir Retno Budiarti, MS Pembimbing I Drs Ali usnanto, MSi Pembimbing II Tanggal Lulus: D5 MAR 2014

9 PRAATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini adalah pertumbuhan ekonomi, dengan judul Pengaruh Surplus Primer, Tingkat Pajak, dan Investasi Publik terhadap Modal dan Utang Publik dalam Model Pertumbuhan Ekonomi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Retno Budiarti, MS dan Bapak Drs Ali usnanto, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Paian Sianturi selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan bimbingannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapakku, Ibuku, dan akakku yang sudah memberikan doa, nasihat, semangat dan dukungannya selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Wirdania, Ivonne, Meliza, Uwi, Widia, Dita, Windi, Bari, Yoyok, Putri, Amelia, Risa, Tita, Dedew, dan teman-teman ost Putri rumah warna atas dukungan serta bantuannya selama ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Matematika, keluarga Matematika IPB, serta teman-teman satu almamater IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2014 Danty artika Sari

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan arya Ilmiah 2 TINJAUAN PUSTAA 2 Istilah Ekonomi 2 Istilah Matematis 4 PEMBAHASAN 8 Surplus Primer dan Dinamika Utang Publik 8 Struktur Model Pertumbuhan Ekonomi 10 ondisi Ekuilibrium pada Dinamika Model Pertumbuhan Ekonomi 14 SIMULASI 16 Pengaruh Parameter β terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi 17 Pengaruh Parameter τ terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi 19 Pengaruh Parameter φ terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi 21 SIMPULAN 24 Simpulan 24 Saran 25 DAFTAR PUSTAA 25 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 38

11 DAFTAR TABEL 1 Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh parameter β 17 2 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat β = Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat β = Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh parameter τ 18 5 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat τ = Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat τ = Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh parameter φ 22 8 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat φ = Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat φ = DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat β = Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat β = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat β = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat β = Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat τ = Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat τ = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat τ = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat τ = Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat φ = Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat φ = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat φ = Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat φ =

12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada kondisi yang seimbang dengan kendala modal swasta (Persamaan (24)) 26 2 Penurunan persamaan differensial tiga dimensi terhadap waktu 3 (Persamaan (28), (29), (30)) 27 4 ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar ode program Gambar 12 37

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output riil suatu perekonomian sepanjang tahun. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan peningkatan pendapatan per kapita sepanjang waktu, dari peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) (Mankiw 2003). Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan sebuah proses pembangunan ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tersebut bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mendorong perekonomian sehingga mampu menyejahterakan masyarakatnya. Setiap negara membutuhkan pertumbuhan ekonomi agar menjadi negara yang maju. Oleh karena itu, pentingnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan banyak para ahli ekonomi yang semakin tertarik untuk mempelajari teori pertumbuhan ekonomi. Pertama ialah teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan, investasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhan sepanjang waktu. Dalam teori ini kemajuan teknologi diasumsikan sebagai variabel eksogen (Mankiw 2003). Seiring dan berjalannya waktu, teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan mendapatkan banyak kritik, salah satunya dipelopori oleh Paul M Romer pada tahun Teori ini muncul karena ketidakpuasan Paul M Romer terhadap model pertumbuhan ekonomi Solow-Swan yang dinilai memiliki kelemahan karena tidak cukup menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. elemahan dari model pertumbuhan ekonomi Solow-Swan adalah tingkat tabungan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara pengembalian modal akan terus menurun secara berangsur-angsur. Sebaliknya, model pertumbuhan ekonomi yang diterangkan oleh Paul M Romer adalah tingkat tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Teori pertumbuhan ekonomi Paul M Romer lebih dikenal dengan teori pertumbuhan ekonomi endogen (Mankiw 2003). Para ahli ekonomi semakin tertarik untuk mempelajari teori pertumbuhan ekonomi endogen. Menurut Futugami et al (1993), model pertumbuhan ekonomi endogen diartikan sebagai sebuah model dengan modal publik yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi per-kapita. Teori Futugami menjelaskan adanya kemungkinan dari pengeluaran publik yang bersifat produktif maupun non produktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan yang dapat memaksimalisasi kesejahteraan mungkin berbeda bahkan pada saat kondisi pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Salah satu ahli ekonomi Turnovsky (1995) juga mempelajari mengenai teori pertumbuhan ekonomi endogen. Menurut Turnovsky model pertumbuhan ekonomi endogen memungkinkan adanya utang publik. Turnovsky menunjukkan bahwa peningkatan investasi publik oleh utang publik yang lebih tinggi dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Hal tersebut karena modal publik dapat merangsang investasi dan utang publik.

15 2 Teori pertumbuhan ekonomi endogen Futugami et al. (1993) dan Turnovsky (1995) terus mengalami perkembangan. Penggabungan kedua teori tersebut menghasilkan sebuah analisis yaitu rasio antara surplus primer terhadap produk domestik bruto (PDB) merupakan fungsi linear positif dari rasio utang publik terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal tersebut, jika pemerintah menaikkan surplus primer akibat kenaikan utang publik dibutuhkan tindakan yang dapat menstabilkan rasio utang publik. Rasio utang publik menunjukkan adanya tingkat pengembalian. Oleh karena itu, rasio utang publik akan tetap dibatasi yang menyiratkan bahwa kondisi utang publik yang berkelanjutan (Greiner A 2007). Dalam karya ilmiah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh surplus primer, tingkat pajak, dan investasi publik terhadap besarnya modal dan utang publik suatu negara sehingga pertumbuhan ekonomi mencapai kestabilan. Tingkat pajak dan investasi publik ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk tindakan dari kebijakan fiskal perekonomian suatu negara. Selanjutnya, dilakukan simulasi untuk mengetahui sifat stabilitas model pertumbuhan ekonomi. Tujuan arya Ilmiah Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan karya ilmiah ini ialah: 1 Mempelajari pengaruh surplus primer, tingkat pajak, dan investasi publik terhadap modal dan utang publik dalam model pertumbuhan ekonomi. 2 Menganalisis kestabilan titik tetap dari model pertumbuhan ekonomi. 3 Melakukan simulasi dan mempelajari pengaruh dari perubahan parameter berdasarkan simulasi tersebut. TINJAUAN PUSTAA Definisi Beberapa Istilah Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menujukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan pada pendapatan riil pada tahun sebelumnya (Sukirno 2004). Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Berikut ini adalah persamaan dari pendapatan nasional: Y = C + I + G + (X M), dengan Y merupakan pendapatan nasional, C merupakan konsumsi rumah tangga, I merupakan investasi, G merupakan pengeluaran pemerintah, X merupakan ekspor, dan M merupakan impor. Data yang dikumpulkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah jumlah pembelanjaan yang dilakukan dalam satu tahun (Sukirno 2004). Salah satu faktor lain dari pendapatan nasional

16 adalah investasi. Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan barang (inventory) dan struktur usaha (Mankiw 2006). onsumsi rumah tangga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu jumlah pembelian rumah tangga atas barang dan jasa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memaksimumkan tingkat konsumsi sebuah rumah tangga biasanya dipengaruhi oleh faktor diskon. Faktor diskon adalah pengurangan jumlah yang seharusnya dibayarakan yang dibayar dimuka (Sukirno 2004). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing di suatu wilayah. Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi di suatu wilayah. Umumnya tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan juga negara asing. Berikut adalah persamaan Produk Domestik Bruto (PDB): PDB = C + I + G, dengan PDB merupakan Produk domestik bruto, C merupakan konsumsi pemerintah, I merupakan investasi, dan G merupakan pengeluaran pemerintah (Sukirno 2004). Ada beberapa pandangan mengenai teori pertumbuhan ekonomi. Menurut teori Solow, ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pertama, meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. edua, meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk maupun non-fisik dapat mendorong kemajuan teknologi dan dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Solow juga berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah. Model pertumbuhan Solow dalam bentuk formal memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y = (AL) 1, pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas (Mankiw 2003). Teori pertumbuhan ekonomi Solow semakin mengalami perkembangan, diantaranya adalah teori pertumbuhan ekonomi endogen. Teori pertumbuhan endogen adalah peningkatan akumulasi modal. Modal dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan pertumbuhan 3

17 4 ekonomi. Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses learning by doing dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi. Efisiensi ini dapat meningkatkan produktivitas, sehingga dalam hal ini kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Todaro & Smith 2006). Adapun yang dilakukan pemerintah untuk mencapai pertumbuhan perekonomian yang stabil yaitu dengan melakukan sebuah kebijakan. ebijakan tersebut terdiri dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. ebijakan fiskal merupakan satu instrumen dari kebijakan makroekonomi yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga serta keseimbangan dalam neraca pembayaran. ebijakan fiskal merupakan salah satu proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran pemerintah atau publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus ekonomi dan ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan tenaga kerja penuh dimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah. Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu belanja negara dan perpajakan. Pemerintah dapat menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah pajak. Pajak adalah beralihnya sumber daya dari sektor swasta ke sektor pemerintah wajib dibayar oleh sektor swasta dan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan pemerintah, penerimaan pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan negara (Mankiw 2003). ebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk dapat menutupi utang pemerintah dan mencegah terjadinya defisit anggaran pemerintah. Utang pemerintah adalah akumulasi pinjaman dari sektor swasta yang digunakan untuk mendanai defisit anggaran. eadaan ini terjadi bila pengeluaran pemerintah lebih banyak daripada kegiatan mengumpulkan dana melalui pajak. Defisit anggaran pemerintah adalah selisih pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pemerintah, yang sama dengan jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk mendanai operasinya (Mankiw 2006). Istilah Matematika Current-Value Hamilton Tingkat diskon merupakan ciri dasar dalam masalah pengoptimuman dinamik, terutama dalam bidang ekonomi. Dalam kontrol optimum fungsi nilai sekarang (present value) sering memuat faktor diskon e - rt. Secara umum fungsi nilai sekarang dari fungs integran f 0 dapat dituliskan sebagai berikut: f 0 t, s, u = G(t, s, u) e rt, sehingga masalah kontrol optimum dengan faktor diskon yang memaksimumkan fungsi suatu nilai didefinisikan dengan persamaan sebagai berikut: max V = G t, s, u e rt dt, t 0

18 dengan kendala s = f(t, s, u) ditambah dengan syarat batas. Dalam Pontryagin et al (1962), definisi fungsi Hamilton dari masalah kontrol optimum diatas dapat dituliskan dalam bentuk: H t, s, u, p = G t, s, u e rt + p t f(t, s, u). Prinsip maksimumkan menggunakan turunan fungsi Hamilton terhadap s dan u. Hadirnya faktor diskon akan menambah kerumitan penentuan turunan tersebut. Oleh karena itu, dikenalkan fungsi Hamilton baru yang sering disebut dengan current-value Hamiltonian. Untuk mendapatkan persamaan current-value Hamiltonian diperlukan konsep current-value adjoin. Misalkan λ(t) menyatakan current-value fungsi adjoin, yang didefinisikan λ (t) = p(t) e rt berimplikasi dengan persamaan p(t) = λ(t) e rt, sehingga fungsi current-value Hamiltonian yang dinotasikan dengan H dapat dituliskan menjadi: H = H e rt = G (t, s, u) + λ (t) f(t, s, u). Perhatikan bahwa H, sebagaimana yang diinginkan sudah tidak memuat faktor diskon (H = H e rt ). Penerapan prinsip maksimum Pontryagin terhadap H harus disesuaikan, karena u yang memaksimumkan H maka juga akan memaksimumkan H, maka max u H, t [0, T]. Persamaan state yang muncul dalam sistem kanonik aslinya adalah s = H arena H = f p 0 t, s, u = H λ 5 p., maka persamaan ini disesuaikan menjadi s = H. Persamaan untuk peubah adjoin yang muncul dalam sistem kanonik λ aslinya adalah dalam bentuk P (t) = H. Pertama, transformasikan masingmasing suku dalam bentuk yang melibatkan peubah adjoin baru, λ (t), kemudian s hasilnya disamakan. Persamaan suku kiri dari persamaan P = H adalah s sebagai berikut: P (t) = λ (t) e rt r λ(t) e rt. (1) Dengan memanfaatkan definisi H, suku kanan dari persamaan P = H s dapat dituliskan kembali dalam bentuk: H s = H s e rt (2). Dengan menyamakan kedua persamaan dari persamaan (1) dan (2), persamaan adjoin menjadi seperti berikut: λ (t) = H s + r λ(t),

19 6 selanjutnya akan diperiksa kondisi (syarat) batas. Syarat batas yang sesuai untuk syarat batas p(t) = 0 adalah λ(t) e rt = 0 dan syarat batas yang sesuai untuk syarat batas [H] t = T = 0 [H e - rt ] t = T = 0 (Pontryagin et al 1962). Titik Tetap dan Jenis estabilan Diberikan sistem persamaan diferensial sederhana dalam bentuk sebagai berikut: y = f y, y R n, (3) y(t) adalah nilai real fungsi dari waktu dan f(y) adalah nilai real fungsi dari y. Persamaan (3) disebut sistem dimensi satu atau sistem orde satu. Persamaan (3) mempunyai titik tetap y = y * ketika memenuhi f( y ) = 0. Titik tetap juga disebut sebagai titik keseimbangan. Ada dua jenis titik tetap yaitu titik tetap stabil dan titik tetap tak stabil (Strogatz 1994). Menurut Verhulst (1990) titik y disebut sebagai titik tetap stabil jika untuk sebarang radius ε > 0 ada r > 0 sedemikian sehingga jika posisi awal y 0 memenuhi y 0 y < r maka solusi y(t) memenuhi y(t) y < ε, untuk setiap t > t 0. Titik y disebut sebagai titik tetap tak stabil jika ada radius ε > 0 dan r > 0. Posisi awal y 0 dan suatu t 0 memenuhi y 0 y < r tetapi solusi y(t) memenuhi y(t) y > ε, untuk t > t 0. Misalkan dilakukan perluasan Taylor terhadap persamaan (3) pada titik tetapnya akan diperoleh sebagai berikut: y = Ay + φ y, A = Df y = Df y y = y, (4) sehingga A = f 1 f 1 f 1 y 1 y 2 y n f 2 f 2 f 2 y 1 y 2 y n, f n f n f n y 1 y 2 y n y = y A disebut matriks Jacobi pada titik tetap y * dan fungsi y memenuhi lim y 0 y = 0, hal ini menyebabkan persamaan diferensial (3) dapat didekati oleh persamaan y = Ay. (5) Persamaan (5) disebut sebagai pelinearan dari persamaan diferensial (3) (Tu 1994). Anton & Rorres (2004) menyatakan jika A adalah sebuah matriks berukuran n x n, sebuah vektor tak nol y di R n dinamakan vektor eigen dari A jika Ay adalah kelipatan skalar dari y, yaitu:

20 Ay = λy. (6) Skalar λ ini dinamakan nilai eigen dari A, sedangkan y dinamakan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ. Matriks A yang berukuran n x n digunakan untuk mencari nilai eigen, maka: A y = λy, A = λ Iy, A λi y = 0, (7) persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian tak nol jika dan hanya jika: det A λi = 0. (8) Persamaan (8) adalah sebuah persamaan polinomial dalam λ yang dinamakan polinomial karakteristik dari A. Misalkan A = a b c d. Dari persamaan (8), maka persamaan karakteristiknya menjadi a λ b c d λ = 0, sedemikian sehingga diperoleh persamaan dengan λ 2 τλ + Δ = 0, τ = trace A = a + d = λ 1 + λ 2, Δ = det A = ad bc = λ 1 λ 2. Dengan demikian diperoleh nilai eigen dari matriks A sebagai berikut: λ 1,2 = τ ± τ2 4Δ. 2 Menurut Strogatz (1994), untuk menentukan kestabilan dari suatu sistem dapat dilihat dari nilai Δ. Ada tiga kasus untuk nilai Δ, yaitu: 1 Δ < 0. Jika kedua nilai eigen berbeda tanda maka titik tetap bersifat sadel. 2 Δ > 0. τ 2 4Δ > 0. Jika τ > 0 dan kedua nilai eigen real bernilai positif, maka titik tetap bersifat simpul tak stabil. Jika τ < 0 dan kedua nilai eigen real bernilai negatif, maka titik tetap bersifat simpul stabil. τ 2 4Δ < 0. 7

21 8 Jika τ > 0 dan kedua nilai eigen imajiner (α ± iβ), maka titik tetap bersifat spiral tak stabil. Jika τ < 0 dan kedua nilai eigen imajiner (α ± iβ), maka titik tetap bersifat spiral stabil. Jika τ = 0 dan kedua nilai eigen imajiner (α ± iβ), maka titik tetap bersifat center. τ 2 4Δ = 0. Parabola τ 2 4Δ = 0 adalah garis batas antara simpul dan spiral. Star nodes atau degenerate terletak pada parabola ini. Jika kedua nilai eigen bernilai sama mama titik tetap bersifat simpul sejati. 3 Δ = 0. Jika salah satu nilai eigen bernilai nol, maka titik asal bersifat titik tetap tak terisolasi. PEMBAHASAN Surplus Primer dan Dinamika Utang Publik Berkelanjutan Utang merupakan akumulasi dari defisit anggaran yang pembiayaannya dilakukan dengan meminjam. Pinjaman dapat dilakukan melalui bank sentral, bank konvensional, lembaga non bank, ataupun pinjaman dari luar negeri. Pembayaran utang dapat dilakukan dengan menaikkan pajak atau memotong salah satu komponen dalam pembiayaan negara. Secara teori, pemerintah dapat membayar utang tanpa menaikkan pajak ataupun memotong komponen pembiayaan negara dengan cara mengeluarkan utang baru yang berfungsi membayar bunga dan pokok utang lama. ebijakan ini akan berhasil menurunkan utang pemerintah jika tingkat pertumbuhan PDB lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan bunga. Apabila jumlah utang terus menurun dibandingkan pertumbuhan ekonomi maka utang pemerintah makin lama akan habis. Greiner A (2007) memodelkan model dinamika utang publik yang didefinisikan sebagai laju perubahan utang publik terhadap waktu yang sama dengan besarnya bunga dari utang nominal ditambah belanja pemerintah dikurangi penerimaan pajak. Definisi tersebut dapat dibentuk menjadi persamaan: B (t) = B(t) r(t) S(t), (9) dengan B (t) : laju perubahan utang publik pada periode t, B(t) : utang pada akhir periode t, r(t) : tingkat bunga riil pada periode t, S(t) : surplus primer pada periode t, T(t) : penerimaan pajak pada periode t, I p (t) : pengeluaran pemerintah pada periode t,

22 yang didefinisikan sebagai S(t) = T(t) I p (t). Model dinamika ini dapat digunakan untuk menganalisis kesinambungan utang pemerintah dengan cara mengubah model tersebut menjadi persamaan rasio utang terhadap PDB. Adapun asumsi yang dicantumkan pada karya ilmiah ini digunakan saat suatu negara mengalami kondisi ekonomi yang efisien dinamis (kondisi dimana anggaran negara dipergunakan sepenuhnya dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun), diasumsikan rasio surplus primer terhadap PDB adalah fungsi linear positif dari rasio utang terhadap PDB, atau dapat ditulis sebagai berikut: 9 β > 0, φ, β R. T t I p t Y(t) = φ + β B(t) Y(t), (10) φ β Y(t) : parameter dari rasio persamaan surplus primer terhadap PDB yang menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan dari surplus primer akibat dari kenaikan PDB, : parameter dari koefisien kemiringan persamaan rasio surplus primer terhadap PDB yang menggambarkan bagimana kuatnya reaksi surplus primer untuk merubah utang publik. : Produk Domestik Bruto (PDB), Perubahan persamaan utang publik yang diperoleh dengan menyubtitusikan persamaan (10) ke persamaan (9) sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: B (t) = B(t) r(t) T(t) + I p (t) = (r(t) β) B(t) φ Y(t). (11) Persamaan (11) diperoleh berdasarkan persamaan (9) dan (10). Pertama formulasikan kembali persamaan (9) dengan S(t) = T(t) + I p (t), sehingga diperoleh: B (t) = _ (t) r(t) S(t) B (t) = B(t) r(t) T(t) + I p (t). Rasio utang terhadap PDB berdasarkan persamaan (10) dilakukan dengan mengalikan kedua ruas tersebut terhadap Y(t), PDB sehingga diperoleh: T(t) I p (t) = φ Y(t) + β B(t). Selanjutnya didapatkan persamaan baru dari utang publik, yaitu: B (t) = B(t) r(t) T(t) + I p (t)

23 10 B (t) = B(t) r(t) (φ Y(t) + β B(t)) B (t) = (r (t) β) B(t) φ Y(t). Struktur Model Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi didefinisikan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Teori model pertumbuhan ekonomi yang dimodelkan oleh Greiner A (2007) memiliki struktur ekonomi yang terdiri dari tiga sektor. Pertama, sektor rumah tangga dimana besarnya penerimaan berasal dari pendapatan tenaga kerja dan pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan. edua, sektor produktivitas. etiga, sektor pemerintah. Selanjutnya akan dibahas masing-masing sektor untuk mengetahui dan menggambarkan model dari pertumbuhan ekonomi. Sektor Rumah Tangga Sektor rumah tangga dapat diartikan sebuah rumah tangga dengan tujuan akan memaksimumkan tingkat diskon dari hasil utilitas konsumsi per-kapita yang dilambangkan sebagai C. onsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah. Selain itu konsumsi rumah tangga bersifat endogen, yaitu besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Fungsi utilitas dari konsumsi rumah tangga diasumsikan sebagai fungsi logaritma, U(C) = ln C dan dalam sektor rumah tangga diasumsikan memiliki satu unit tenaga kerja, L. Tujuan akhir dari sektor rumah tangga adalah untuk memaksimumkan setiap anggota rumah tangga. Masalah pemaksimuman rumah tangga dapat dituliskan sebagai berikut: max U(C) = dengan batasan sebagai berikut: e ρt ln C dt, 0 (12) W = (1 τ) (w + rw) C, (13) dengan W : laju pertumbuhan antara utang publik dan modal swasta, ρ : tingkat diskon, w : tingkat upah, r : tingkat bunga, B : utang publik, : modal swasta, : tingkat pajak, ϵ (0,1)

24 yang didefinisikan sebagai W = B +. Rumusan model yang diperoleh dari persamaan (10) dan (11) merupakan masalah kontrol optimum dengan W ialah variabel tetap dan C ialah variabel peubah. Tujuan ini adalah memaksimumkan utilitas sektor rumah tangga. Penentuan alokasi optimal konsumsi rumah tangga dapat diselesaikan dengan memformulasikan masalah tersebut dengan menggunakan formula current-value Hamiltonian sehingga dapat dituliskan dalam bentuk: H = ln C + λ 1 τ w + rw C, (14) 11 dengan λ ialah shadow price dari konsumsi. Syarat perlu untuk solusi optimal adalah sebagai berikut: λ = 1 C, (15) λ = ρλ λ(1 τ) r, (16) Persamaan (14) diperoleh dengan memformulasikan formula current-value Hamiltonian. Menggunakan teori kontrol optimum pada persamaan (12) yang memaksimumkan konsumsi rumah tangga adalah sebgai berikut: max C = endala pada persamaan (13), yaitu: e ρt ln C dt. 0 W = (1 τ) (w + r W) C. Jika persamaan (12) ditambah dengan syarat batas pada persamaan (13), fungsi Hamilton dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut: H = e ρt ln C + p(t) ( (1 τ) (w + r W) C). Adanya faktor diskon akan menambah kerumitan karena prinsip maksimum merupakan fungsi turunan terhadap konsumsi rumah tangga, C. Oleh karena itu, dikenalkan fungsi Hamilton baru yang sering disebut dengan current-value Hamiltonian. Misalkan λ(t) yaitu shadow price dari konsumsi rumah tangga yang menyatakan current-value fungsi adjoin, didefinisikan λ t = p t e rt yang berimplikasi λ t = p t e rt. Selanjutnya fungsi current-value Hamiltonian yang dinotasikan dengan H, dapat dituliskan menjadi: H = H e rt = ln C + λ 1 τ w + rw C. Persamaan (15) dan (16) diperoleh dari syarat perlu optimal current-value Hamiltonian. Persamaan (15) diperoleh dengan menurunkan persamaan (14)

25 12 terhadap fungsi konsumsi rumah tangga, C yang memiliki tujuan untuk memaksimumkan konsumsi rumah tangga ialah sebagai berikut: H C = 0 1 C λ = 0 λ = 1 C. Sebaliknya pada persamaan (16), yaitu persamaan adjoin yang menggambarkan shadow price dari kendala laju pertumbuhan antara utang publik dan modal swasta dapat diperoleh sebagai berikut: λ = H W + ρ λ λ = λr λτ r + ρ λ λ = ρ λ λ 1 τ r. Sektor Produksi Sektor produksi menggambarkan sebuah perusahaan yang memiliki peran sebagai produsen, pengguna faktor produksi, agen pembangunan, dan penyedia serta penyalur barang dan jasa yang mempunyai tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Fungsi produksi dari sebuah perusahaan adalah sebagai berikut: dengan Q : tingkat output, : modal swasta, L : tenaga kerja, G : modal publik, α : elastisitas. Q = 1 α (LG) α, (16) Sektor produksi suatu perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Diasumsikan bahwa tenaga kerja bersifat elastis, sehingga dari persamaan (17) diinterpretasikan bahwa keuntungan maksimum suatu perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk modal publik yang diinterpretasikan dengan memiliki tingkat upah, w, untuk para tenaga kerja suatu perusahaan tersebut dan untuk modal swasta yang diinterpretasikan dengan memiliki tingkat bunga, r, untuk para tenaga kerja perusahaan tersebut. Persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: w = α 1 α G α, (18) r = (1 α) α G α. (19)

26 Berdasarkan kedua sektor antara konsumsi rumah tangga dan sektor produktivitas suatu perusahaan memiliki hubungan yang harus memenuhi kondisi yang seimbang. Sehingga muncul persamaan tingkat pertumbuhan konsumsi dalam keadaan seimbang yang diperoleh dari persamaan (15), (16), (18), dan (19) dapat dituliskan sebagai berikut: 13 Ċ C = ρ + 1 τ 1 α α G α. (20) Persamaan (20), yaitu persamaan tingkat pertumbuhan konsumsi dapat diperoleh dari persamaan (15), (16), (18), dan (19): λ = 1 C λ = C C 2 λ = ρλ λ 1 τ r 1 C 2 C = ρλ λ 1 τ r 1 C λ C C C C = ρλ λ 1 τ r = ρλ λ 1 τ r C C = ρ + 1 τ r C C = ρ + 1 τ (1 α) α G α. Sektor Pemerintah Pemerintah adalah suatu sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagianbagiannya. Peran utama pemerintah dalam bidang ekonomi adalah meminimalisir terjadinya kegagalan pasar. Suatu mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan hukum yang dibuat oleh pemerintah. Sistem pemerintah dalam model ekonomi disini ialah pemerintah menerima pajak penerimaan dari pajak pendapatan serta dari pengeluaran pemerintah untuk obligasi yang kemudian dialokasikan untuk kegiatan investasi publik. Selanjutnya pemerintah harus tetap dalam kondisi pada persamaan (13) yang menyatakan bahwa surplus primer memiliki fungsi produksi yang positif dari utang publik dimana kondisi ini menjamin keseimbangan dari utang publik. Sejak pemerintah tetap pada kondisi persamaan (13), besarnya investasi publik berasal dari persamaan tersebut yang dituliskan sebagai berikut:

27 14 I p = T 1 φ τ β B = i p T β B, (21) yang didefinisikan i p = (1 φ τ ). Persamaan diferensial dari perubahan modal publik dengan mengabaikan penyusutan dapat dituliskan sebagai berikut: Ġ = i p T β B. (22) Selanjutnya dengan menyubtitusikan persamaan (19) ke dalam persamaan (9) dan definisi dari i p, persamaan kendala anggaran pemerintah atau yang disebut pengeluaran pemerintah dapat dituliskan pada persamaan sebagai berikut: B + T = rb + I p B = (1 τ) B + T (i p 1). (23) Persamaan (23), yaitu persamaan kendala anggaran pengeluaran pemerintah diperoleh dengan menyubstitusikan persamaan (21) ke persamaan (11) dengan menggunakan definisi i p ialah sebagai berikut: B = rb T + I p B + T = rb + I p B = rb + i p T βb T B = r β B + T ( i p 1). Ada dua poin parameter utama berdasarkan kondisi sektor pemerintah tersebut. Pertama, pada kendala anggaran pengeluaran pemerintah terdapat pada Persamaan (8) dan kemudian mengalami perubahan menjadi persamaan (21) yaitu pemerintah harus mengkontrol investasi publik. ondisi tersebut disebabkan karena adanya kenaikan dari utang publik yang menyebabkan penurunan dari investasi publik, yang digambarkan dari parameter yang diberikan yaitu parameter φ dan β. Pemerintah melakukan kebijakan fiskal terhadap perubahan anggaran pemerintah dengan menaikan surplus primer untuk mencapai kondisi yang seimbang pada saat terjadi kenaikan utang publik. edua, terdapat parameter i p yang didalamnya terdapat parameter φ dan τ yang menggambarkan bahwa investasi publik berasal dari pajak penerimaan. ondisi tersebut menggambarkan bahwa seberapa besar pajak penerimaan yang dialokasikan untuk investasi publik dan untuk pembayaran utang publik. Pemerintah kemudian melakukan kebijakan fiskal dengan mengubah parameter φ, β, dan τ. Variasi dari parameter φ dan τ terdapat dari definisi i p. ondisi ekuilibrium pada dinamika model pertumbuhan ekonomi ondisi ekuilibrium didefinisikan dari alokasi perusahaan memaksimumkan keuntungan yang mengimplikasikan adanya faktor harga sama dengan produk marjinal yang terdapat pada persamaan (18) & (19), serta alokasi konsumsi rumah

28 tangga yang terdapat pada persamaan (11) & (13) dan kendala anggaran pemerintah pada persamaan (23). ondisi ekuilibrium berdasarkan ketiga sektor tersebut harus terpenuhi sehingga diperoleh persamaan yang menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi dengan kendala modal swasta yang dinotasikan sebagai ialah sebagai berikut: 15 = C + 1 α G α i p T β B. (24) Pembuktian persamaan (24) dapat dilihat pada Lampiran 1. ondisi pertumbuhan ekonomi yang seimbang didefinisikan dengan semua jalur pada variabel pertumbuhan endogen memiliki tingkat yang sama yang diidentitasikan sebagai = Ġ G = Ḃ B = Ċ C, seperti yang telah dijelaskan pada persamaan (10), yaitu pemerintah menetapkan surplus primer yang dikaitkan dengan utang publik, dengan β > 0. Penjelasan lebih lanjut lagi akan dibahas mengenai pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Analisis untuk menjelaskan model dari pertumbuhan ekonomi yang seimbang dinotasikan dengan adanya variabel baru, yaitu dapat didefinisikan sebagai berikut: x G, (25) b B, (26) c C, (27) sehingga dari ketiga variabel tersebut memiliki model dalam bentuk system persamaan diferensial sebagai berikut: x = x (c β b 1 + x 1 x + τ i p + τ i p x 1 ), (28) b = b (c β 1 + b + x τ b 1 i p 1 + τ i p ), (29) c = c c ρ x β b + i p τ, (30) dengan x (t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, b (t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, c (t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi, x(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, b(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, c(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi,

29 16 β ρ i p φ τ : parameter dari koefisien kemiringan persamaan rasio surplus primer- PDB yang menggambarkan bagaimana kuatnya reaksi surplus primer untuk merubah utang publik, : tingkat diskon, : parameter yang menggambarkan investasi publik yang berasal dari pajak penerimaan, : parameter dari rasio persamaan surplus primer-pdb yang menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan dari surplus primer akibat dari kenaikan PDB, : tingkat pajak, yang didefinisikan sebagai i p = (1 φ τ ). Pembuktian persamaan (28), (29), dan (30) dapat dilihat pada Lampiran 2. Simulasi yang akan dilakukan untuk menganalisis struktur model sistem persamaan diferensial (28), (29), dan (30) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Tujuan menganalisis struktur ketiga model tersebut untuk menyelidiki bagaimana peningkatan keuangan yang defisit dalam investasi publik yang mempengaruhi kestabilan dari laju pertumbuhan ekonomi. SIMULASI Simulasi dari persamaan (28), (29), dan (30) akan dilakukan pada bab ini. Definisikan terlebih dahulu i p, yaitu i p = (1 φ τ ), sehingga sistem persamaan diferensial (28), (29), dan (30) dapat dituliskan menjadi persamaan (31) ialah sebagai berikut: f ( x, b, c) = dx dt = x c x β b b β x x + x τ (1 φ τ ) + τ (1 φ τ ), g x, b, c = db dt = b c b β b b β + b x τ (1 φ τ ) 1 + b τ (1 φ τ ), h x, b, c = dc dt = c c c ρ c x c b β + c τ (1 φ τ ). (31) Dalam model tersebut, diasumsikan pemerintah sebagai pengatur dari seluruh kegiatan ekonomi yang berwenang melakukan kebijakan fiskal untuk mencapai perekonomian yang seimbang. Dari ketiga persamaan tersebut yaitu laju pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, laju pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, serta laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi dipengaruhi oleh besranya surplus primer, tingkat pajak, dan investasi publik. Selanjutnya dilakukan penentuan kestabilan titik tetap dari model persamaan diferensial (31). estabilan dari sistem persamaan diferensial (31) dapat ditentukan dengan menganalisis nilai eigen yang diperoleh dari masing-masing matriks Jacobi pada setiap titik tetap. Diasumsikan titik tetap pada setiap kasus

30 ialah bernilai positif. Matriks Jacobi dan nilai eigen dari masing-masing titik tetap tersebut cukup sulit diperoleh sehingga untuk mendapatkannya dengan cara memasukkan nilai-nilai parameter. Hal tersebut akan dibahas lebih lanjut ke dalam beberapa kasus untuk mengetahui kestabilan dari pertumbuhan ekonomi. Pengaruh Parameter β terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh surplus primer terhadap kestabilan sistem pertumbuhan ekonomi diberikan pada kasus pertama dengan β adalah parameter yang menggambarkan koefisien rasio tingkat kenaikan atau penurunan surplus primer terhadap perubahan utang publik. asus ini akan menganalisis pengaruh dari nilai parameter β, sedangkan nilai parameter lain tetap. Nilai-nilai parameter yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh β asus β τ φ ρ Selanjutnya pada kasus 1 saat β = 0.35 diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat β = 0.35 Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A A 2 (0.377, 0.505, 0.590) i i Spiral tak stabil A A 4 (0.304, 0.590, 0.439) i i Spiral stabil A A Selanjutnya pada kasus 2 saat β = 3.5 diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat β = 3.5 Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A A 2 (0.278, 0.267, 0.497) Sadel A A 4 (0.074, 0.072, 0.534) Simpul stabil A A

31 18 Berdasarkan Tabel 2 dan 3 dari kedua kasus tersebut memberikan informasi bahwa banyaknya titik tetap tidak mengalami perubahan. Selanjutnya perbedaan antara kasus β = 0.35 dan β = 3.5 dapat dilihat dengan menggunakan gambar, yaitu sebagai berikut: x b c x b c Gambar 1 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat β = 0.35 Gambar 2 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat β = 3.5 Gambar 3 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat β = 0.35 Gambar 4 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat β = 3.5

32 estabilan dari pertumbuhan ekonomi pada Gambar 1 terjadi pada titik (x, b, c) = (0.304, 0.754, 0.439). Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada awal waktu terjadi peningkatan pada utang publik, sedangkan modal publik dan tingkat konsumsi mengalami penurunan. Setelah itu, utang publik kian waktu mengalami peningkatan sedangkan modal publik dan tingkat konsumsi tetap mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan besarnya nilai surplus primer tidak dapat menutupi nilai utang publik yang terlalu tinggi, sehingga pada akhirnya dari ketiga tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut stabil menuju suatu nilai. Gambar 2 menggambarkan terjadi peningkatan suplus primer akibat naiknya utang publik. estabilan dari pertumbuhan ekonomi terjadi pada titik (x, b, c) = (0.074, 0.072, 0.534). Terlihat perbedaan pada Gambar 2 jika dibandingkan dengan Gambar 1, yaitu terjadi penurunan yang sangat besar pada utang publik, tetapi pada kondisi tersebut modal publik masih belum dapat menutupi nilai utang publik. Hal tersebut dikarenakan besarnya kenaikan surplus primer secara perlahan dapat menutupi nilai dari utang publik yang semakin mengalami penurunan, sehingga pada akhirnya dari ketiga tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut stabil menuju suatu nilai. Pengaruh Parameter τ terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh tingkat pajak terhadap kestabilan sistem pertumbuhan ekonomi diberikan pada kasus kedua dengan τ adalah parameter yang menggambarkan tingkat pajak. asus ini akan menganalisis pengaruh dari nilai parameter τ, sedangkan nilai parameter lain tetap. Nilai-nilai parameter dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh τ asus β τ φ ρ Selanjutnya pada kasus 1 saat τ = 0.25 diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai - nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat τ = 0.25 Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A A 2 (0.347, 0.137, 0.440) Sadel A A 4 (0.228, 0.101, 0.564) Simpul stabil A A

33 20 Selanjutnya pada kasus 2 saat τ = 0.55 diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai - nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat τ = 0.55 Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A A 2 (0.302, 0.402, 0.511) Sadel A A 4 (0.573, 0.088, 0.601) Simpul stabil A A Berdasarkan Tabel 5 dan 6 dari kedua kasus tersebut memberikan informasi bahwa banyaknya titik tetap tidak mengalami perubahan. Selanjutnya perbedaan antara kasus τ = 0.25 dan τ = 0.55 dapat dilihat dengan menggunakan gambar yaitu sebagai berikut: x b c x b c Gambar 5 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat τ = 0.25 Gambar 6 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat τ = 0.55

34 21 Gambar 7 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat τ = 0.25 Gambar 8 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat τ = 0.55 Gambar 5 menggambarkan kestabilan dari pertumbuhan ekonomi terjadi pada titik (x, b, c) = (0.228, 0.101, 0.564). Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada awal waktu terjadi penurunan pada utang publik, modal publik, dan tingkat konsumsi. Setelah itu, modal publik dan tingkat konsumsi mengalami peningkatan secara perlahan, sedangkan pada utang publik tetap mengalami penurunan. Hal tersebut karena semakin besar tingkat pajak maka akan mengakibatkan meningkatnya penerimaan negara sehingga dapat menurunkan nilai utang publik yang terlalu tinggi. Dari ketiga tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut pada akhirnya akan stabil menuju suatu nilai. Gambar 6 menggambarkan terjadi peningkatan dari tingkat pajak. estabilan dari pertumbuhan ekonomi terjadi pada titik (x, b, c) = (0.573, 0.088, 0.601). Terlihat perbedaan antara Gambar 5 dengan Gambar 6 yaitu peningkatan modal publik dalam kasus ini sangat besar sedangkan penurunan utang publik sangat besar, sehingga pada akhirnya dari ketiga tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut stabil menuju suatu nilai. Pengaruh Parameter φ terhadap estabilan Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh investasi publik terhadap kestabilan sistem pertumbuhan ekonomi diberikan pada kasus ketiga dengan φ adalah parameter yang menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan surplus primer terhadap perubahan PDB yang

35 22 berpengaruh terhadap investasi publik. asus ini akan menganalisis pengaruh dari nilai parameter φ sedangkan nilai parameter lain tetap. Nilai-nilai parameter dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai-nilai parameter untuk melihat pengaruh φ asus β τ φ ρ Selanjutnya pada kasus 1 saat φ = diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai - nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat φ = Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A A 2 (0.292, 0.240, 0.462) Sadel A A 4 (0.597, 0.081, 0.573) Simpul stabil A A Selanjutnya pada kasus 2 saat φ = diperoleh titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan. Nilai - nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9 Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan saat φ = Titik Jenis (x, b, c) λ tetap 1 λ 2 λ 3 estabilan A 1 (0.313, 0.207, 0.513) Sadel A 2 (0.870, 0, 0.898) i i Spiral stabil A A A A Berdasarkan Tabel 8 dan 9 memberikan informasi bahwa banyaknya titik tetap tidak mengalami perubahan. Selanjutnya perbedaan antara kasus φ = dan φ = dapat dilihat dengan menggunakan gambar, yaitu sebagai berikut:

36 23 x b c x b c Gambar 9 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat φ = Gambar 10 Hubungan kurva modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi saat φ = Gambar 11 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat φ = Gambar 12 Hubungan kurva dua dimensi antara modal publik (x), utang publik (b), dan tingkat konsumsi (c) saat φ = - 0.1

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input 2 II LANDASAN EORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan dalam karya ilmiah ini. 2.1 Istilah Ekonomi Definisi 1 (Pertumbuhan Ekonomi) Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Pada bagian ini akan dirumuskan model pertumbuhan ekonomi yang mengoptimalkan utilitas dari konsumen dengan asumsi: 1. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

Kontrol Optimum. Syarat Transversalitas, Current-valued Hamiltonian. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014

Kontrol Optimum. Syarat Transversalitas, Current-valued Hamiltonian. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014 Kontrol Optimum Syarat Transversalitas, Current-valued Hamiltonian Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 2014 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum Februari 2014 1 / 37 Outline Syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA 21 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional Pendapatan nasional

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN Desi Oktaviani, Kartono 2, Farikhin 3,2,3 Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 25 BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 3.1 Asumsi dan Notasi Dalam proses pertukaran dan pembagian kerja, uang memainkan peranan penting di dalam ekonomi modern. Fungsi produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau

Lebih terperinci

teori distribusi neoklasik

teori distribusi neoklasik BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw Model ini sangat sederhana namun kuat, dibangun antara

Lebih terperinci

EVALUASI KESINAMBUNGAN FISKAL MENGGUNAKAN MODEL DINAMIKA UTANG PUBLIK WIDIA LESTARI

EVALUASI KESINAMBUNGAN FISKAL MENGGUNAKAN MODEL DINAMIKA UTANG PUBLIK WIDIA LESTARI EVALUASI KESINAMBUNGAN FISKAL MENGGUNAKAN MODEL DINAMIKA UTANG PUBLIK WIDIA LESTARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN TERBUKA

PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Arus Modal dan Barang Internasional PEREKONOMIAN TERBUKA Dalam perekonomian terbuka pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yg mereka hasilkan dr meproduksi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI Teori Ekonomi Isu isu utama 1. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya Mikro Ekonomi 2. Mencapai kepuasan yang maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 39 44. PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa poin tentang sistem dinamik, kestabilan sistem dinamik, serta konsep bifurkasi. A. Sistem Dinamik Secara umum Sistem dinamik didefinisikan

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA NURRACHMAWATI 1) DAN A. KUSNANTO 2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

I. PENDUHULUAN. Index PDB Bulan

I. PENDUHULUAN. Index PDB Bulan I. PENDUHULUAN I.1. Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan dampak akumulasi agregat ekonomi yang tercermin dari aktifitas bisnis, meskipun fluktuasinya tidak tergambar secara jelas, dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indikator terakhir keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah ukuran keadilan sosial dan kesinambungan. Tolok ukur pembangunan yang terakhir ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bagian penting dari sektor perekonomian suatu negara Apabila kondisi perekonomian suatu negara sedang membaik dan diikuti dengan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

FUNGSI PEMERINTAH Peran pemerintah dibutuhkan karena perekonomian tidak dapat secara efisien menghasilkan barang/jasa yang mengoptimalkan kepuasan masyarakat. Kegagalan pasar merupakan muara dari tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N.

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Gregory Mankiw) Bab 1 1. Jelaskan perbedaan antara makroekonomi dan mikro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA INVESTASI INFRASTRUKTUR DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JANGKA PANJANG KHAFIZD MAULANA HERFANS

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA INVESTASI INFRASTRUKTUR DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JANGKA PANJANG KHAFIZD MAULANA HERFANS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA INVESTASI INFRASTRUKTUR DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JANGKA PANJANG KHAFIZD MAULANA HERFANS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

Indikator Perkembangan Sektor Keuangan

Indikator Perkembangan Sektor Keuangan Financial Deepening Pengantar Perkembangan sektor keuangan termasuk didalamnya perbankan memiliki peran penting dalam membangun fundamental perkonomian yang kuat. Levine (1997) menyatakan bahwa sektor

Lebih terperinci

Perekonomian Terbuka

Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian empat sektor (perekonomian terbuka) adalah suatu perekonomian yang didalamnya sudah terdapat perdagangan luar negeri (ekpor-impor). Pengeluaran agregat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan.

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan. i KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku Pengantar Teori Ekonomi. Buku ini bukanlah karya tulis asli dari penulis tetapi kumpulan materi kuliah

Lebih terperinci