KANDUNGAN NUTRISI SERTA ASAM AMINO PADA SOSIS FERMENTASI PROBIOTIK DENGAN KULTUR Lactobacillus plantarum 2C12 ATAU Lactobacillus acidophilus 2B4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KANDUNGAN NUTRISI SERTA ASAM AMINO PADA SOSIS FERMENTASI PROBIOTIK DENGAN KULTUR Lactobacillus plantarum 2C12 ATAU Lactobacillus acidophilus 2B4"

Transkripsi

1 KANDUNGAN NUTRISI SERTA ASAM AMINO PADA SOSIS FERMENTASI PROBIOTIK DENGAN KULTUR Lactobacillus plantarum 2C12 ATAU Lactobacillus acidophilus 2B4 SKRIPSI NGESTI DYAH SEKAR MUMPUNI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2

3 RINGKASAN NGESTI DYAH SEKAR MUMPUNI. D Kandungan Nutrisi serta Asam Amino pada Sosis Fermentasi Probiotik dengan Kultur Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si. : Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si. Sosis fermentasi adalah campuran dari daging, lemak, bumbu dan kultur starter yang dimasukkan ke dalam selongsong sosis dan mengalami pematangan. Penambahan probiotik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dari produk sosis fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan kandungan asam amino yang terdapat pada sosis fermentasi yang diberi penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar dan Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan, Pusat Antar Universitas (PAU), dan Laboratorium Terpadu Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan November 2011 hingga bulan Maret Penelitian diawali dengan persiapan dan pembiakan kultur Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sosis fermentasi serta analisis nutrisi (kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat) serta kandungan asam amino. Rancangan percobaan yang digunakan pada analisis nutrisi adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sedangkan analisis data untuk kandungan asam amino adalah analisis deskriptif. Hasil pada penelitian pendahuluan didapatkan jumlah kultur Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 masing-masing 2,34x10 9 dan 7,65x10 9 CFU/ml. Kandungan nutrisi dari sosis fermentasi kontrol, sosis fermentasi dengan penambahan L. plantarum 2C12 dan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Kadar air sosis fermentasi kontrol (tidak menggunakan probiotik) adalah 55,58%, sosis fermentasi dengan penambahan L. plantarum 2C12 adalah 54,65% dan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 adalah 54,36%. Kadar abu sosis fermentasi kontrol adalah 3,37%, sosis fermentasi dengan L. plantarum 2C12 adalah 3,52% dan sosis fermentasi dengan L. acidophilus 2B4 adalah 3,61%. Kadar protein sosis fermentasi kontrol adalah 18,16%, sosis fermentasi dengan penambahan L. plantarum 2C12 adalah 18,56% dan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 adalah 19,29%. Kadar lemak sosis fermentasi kontrol adalah 11,73%, sosis fermentasi dengan penambahan L. plantarum 2C12 adalah 9,93% dan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 adalah 9,20%. Kadar karbohidrat sosis fermentasi kontrol adalah 11,16%, sosis fermentasi dengan penambahan L. plantarum 2C12 adalah 13,35% dan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 adalah 13,55%. Jumlah asam amino tertinggi ditunjukkan sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 (15,53%) dibandingkan sosis fermentasi dengan perlakuan lain. Berdasarkan angka kecukupan gizinya, ketiga sosis fermentasi dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak yang berumur di atas 12 tahun. Kata-kata kunci: sosis fermentasi, L. plantarum, L. acidophilus, nutrisi, asam amino i

4 ABSTRACT Nutrition and Amino Acid Content of Probiotic Fermented Sausage with the Culture of Lactobacillus plantarum 2C12 or Lactobacillus acidophilus 2B4 Mumpuni, N. D. S., I. I. Arief, Z. Wulandari Probiotic fermented sausage is sausage which is fermented by probiotic bacteria. The addition of probiotic bacteria is used to improve healthy of the human digestive tract, and to extend the shelf life of the product. Lactobacillus plantarum 2C12 and Lactobacillus acidophilus 2B4 had been proved as probiotics. This research used three types of treatment, which were fermented sausage without culture addition (control), fermented sausage with L. plantarum 2C12 addition and fermented sausage with L. acidophilus 2B4 addition. Each treatment carried out with three repetition. Variables measured were nutrient content (water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate content) and the amino acid composition of each sausage fermentation. Nutrient content from three treatments of fermented sausage did not significantly difference (p>0,05). Fermented sausage with L. acidophilus 2B4 addition showed the higher total content of amino acid rather than fermented sausage with L. plantarum 2C12 addition and fermented sausage control. Keywords: fermented sausage, L. plantarum, L. acidophilus, nutrition, amino acid

5 KANDUNGAN NUTRISI SERTA ASAM AMINO PADA SOSIS FERMENTASI PROBIOTIK DENGAN KULTUR Lactobacillus plantarum 2C12 ATAU Lactobacillus acidophilus 2B4 LEMBAR PERNYATAAN NGESTI DYAH SEKAR MUMPUNI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 iii

6 Judul : Kandungan Nutrisi serta Asam Amino pada Sosis Fermentasi Probiotik dengan Kultur Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4 Nama : Ngesti Dyah Sekar Mumpuni NRP : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si. Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si NIP : NIP : Mengetahui : Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP : Tanggal Ujian : 9 Agustus 2012 Tanggal Lulus : iv

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sri Nugroho dan Ibu Rukmi Wilujeng. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SDN 4 Bengkulu. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMPN 1 Bengkulu dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMAN 2 Bengkulu. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis bergabung dalam keanggotaan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Bengkulu periode Penulis juga pernah terlibat dalam Kepanitiaan Dekan Cup sebagai staf divisi PDD pada tahun 2010, Kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas sebagai staf divisi Konsumsi pada tahun 2010, Kepanitiaan Bina Desa sebagai staf divisi Konsumsi pada tahun 2010, dan Kepanitiaan Malam Keakraban Angkatan 46 sebagai staf divisi Danus pada tahun Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Rancangan Percobaan pada semester genap periode 2011/2012. Prestasi yang dicapai oleh penulis adalah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan tahun Penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Kandungan Nutrisi serta Asam Amino pada Sosis Fermentasi Probiotik dengan Kultur Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4 guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di bawah bimbingan Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si. dan Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si dan Dr. Ir. Mohammad Yamin, M.Agr.Sc. sebagai pembimbing akademik. v

8 KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Salawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta sahabat- Nya yang telah menerangi kegelapan hingga akhir zaman. Skripsi ini membahas tentang kandungan nutrisi dan asam amino pada sosis fermentasi yang diberi penambahan bakteri asam laktat yang tergolong probiotik. Bakteri asam laktat yang dugunakan adalah Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4. Proses penelitian terdiri dari pembiakan kultur, pembuatan sosis fermentasi, pengujian analisis kimia serta kandungan asam amino pada daging segar dan sosis fermentasi. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai salah satu produk olahan daging yang diberi penambahan probiotik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Terima kasih. Bogor, September 2012 Penulis vi

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Daging... 3 Fermentasi... 3 Sosis Fermentasi... 5 Komposisi Sosis Fermentasi... 6 Daging... 6 Lemak... 7 Garam... 7 Gula... 7 Lada... 8 Pala... 8 Jahe... 8 Selongsong Sosis... 8 Pengasapan... 8 Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik... 9 Lactobacillus plantarum Lactobacillus acidophilus Kandungan Nutrisi Sosis Fermentasi Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Karbohidrat Asam Amino i ii iii iv v vi vii viii ix xi x vii

10 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Pendahuluan Analisis Kimia Kadar Abu Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Karbohidrat Analisis Komposisi Asam Amino Rancangan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Penelitian Tahap Kedua Pembuatan Sosis Fermentasi Kandidat Probiotik Kandungan Nutrisi Sosis Fermentasi Kandidat Probiotik Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Karbohidrat Analisis Komposisi Asam Amino Asam Amino Esensial Asam Amino Nonesensial Kebutuhan Asam Amino Esensial pada Manusia KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kandungan Nutrisi pada Sosis Fermentasi Perkiraan Kecukupan Asam Amino Esensial (mg/kg BB/hari) Total Populasi Bakteri Nilai Nutrisi Daging Segar Komposisi Asam Amino Daging Sapi Segar Nilai Nutrisi Sosis Fermentasi dalam Persentase Berat Basah Nilai Nutrisi Sosis Fermentasi dalam Persentase Berat Kering Komposisi Asam Amino Sosis Fermentasi Persentase Angka Kecukupan Gizi Asam Amino Esensial Sosis Fermentasi ix

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Metabolisme Karbohidrat Homofermentatif oleh Bakteri Asam Laktat Tahapan Dasar pada Proteolisis Morfologi Koloni L. plantarum Morfologi Koloni L. acidophilus Pembiakan Kultur Pembuatan Sosis Fermentasi Penampilan Fisik Sosis Fermentasi x

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Analisis Ragam Uji Kadar Air Sosis Fermentasi Analisis Ragam Uji Kadar Abu Sosis Fermentasi Analisis Ragam Uji Kadar Protein Sosis Fermentasi Analisis Ragam Uji Kadar Lemak Sosis Fermentasi Analisis Ragam Uji Kadar Karbohidrat Sosis Fermentasi Bobot Molekul Asam Amino Sosis Fermentasi Konsentrasi Asam Amino Sosis Fermentasi Gambar Kultur Induk L. acidophilus 2B4 dan L. plantarum 2C Gambar Proses Penelitian (a) Persiapan Daging dan Lemak, (b) Daging dan Lemak Beku, (c) Pencampuran Daging, Lemak, dan Bumbu, (d) Pengemasan Dalam Selongsong, (e) Pemeraman, (f) Pengasapan xi

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Daging mengandung berbagai kandungan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia secara lengkap, terutama pada kandungan asam amino. Daging banyak dinikmati oleh masyarakat karena menimbulkan kenikmatan bagi yang mengkonsumsinya. Diversifikasi produk olahan daging adalah salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan konsumen. Sosis fermentasi adalah produk yang terdiri dari campuran daging, lemak, garam, bumbu dan kultur stater (umumnya bakteri asam laktat) yang dimasukkan dalam selongsong sosis, kemudian dilakukan proses pematangan dan pengeringan. Proses fermentasi melibatkan penambahan aktivitas mikroorganisme untuk meningkatkan keawetan pangan dengan diproduksinya asam atau alkohol untuk menghasilkan produk dengan karakteristik flavor dan aroma yang khas, atau untuk menghasilkan pangan dengan mutu dan nilai nutrisi yang lebih baik. Produk pangan olahan disusun oleh komponen nutrisi makro dan mikro, begitu pula dengan sosis fermentasi. Komponen tersebut antara lain adalah air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Protein berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa tubuh yang esensial, regulasi keseimbangan air, mempertahankan netralitas tubuh, pembentukan antibodi, dan transpor nutrien (Muchtadi et al., 1993). Kebutuhan protein makanan bagi anak-anak yang berumur di atas 12 tahun adalah 1 g/kg bobot badan (Poedjiadi, 1994). Nilai kebutuhan protein tersebut dapat tercukupi dengan nilai kandungan asam amino yang lengkap. Struktur protein disusun oleh deretan asam amino yang dihubungkan satu sama lain melalui ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida. Terdapat beberapa asam amino yang penting bagi manusia dan di antaranya merupakan asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Kebutuhan asam amino esensial pada anak-anak lebih tinggi dibanding dengan kebutuhan asam amino esensial pada orang dewasa karena anak-anak membutuhkan lebih banyak asam amino untuk pertumbuhannya. Oleh sebab itu diperlukan asupan makanan untuk mencukupi kebutuhan asam amino esensial manusia, khususnya anak-anak. Probiotik merupakan suplemen makanan yang berisi mikroba hidup sebagai inangnya, karena dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam usus. 1

16 Probiotik memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan diantaranya menurunkan jumlah patogen dan bakteri yang dapat menghasilkan toksik. Mekanisme penurunan jumlah patogen oleh probiotik yaitu dengan cara (1) memproduksi komponen anti bakteri, (2) berkompetisi untuk memperoleh nutrisi, (3) berkompetisi untuk memperoleh daerah kolonisasi (Fuller, 1989). Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 merupakan bakteri asam laktat yang telah terbukti termasuk golongan probiotik. Kedua Bakteri Asam Laktat (BAL) ini mampu bertahan pada ph lambung dengan ketahanan hidup di atas 50%, tahan terhadap garam empedu 0,5%, memiliki aktivitas antimikroba dan dapat menempel pada permukaan usus dengan baik. Oleh sebab itu, kedua BAL ini perlu diaplikasikan pada produk pangan untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya serta dapat membantu mencukupi kebutuhan asam amino esensial manusia. Kandungan nutrisi dan kualitas asam amino dari sosis fermentasi perlu diketahui. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan sosis fermentasi ini dalam mencukupi kebutuhan gizi manusia. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan nutrisi dan komposisi asam amino dari produk sosis fermentasi ini, sehingga dapat menjadi dasar dalam memilih produk hasil olahan yang berkualitas. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui kandungan nutrisi dan kandungan asam amino yang terdapat pada sosis fermentasi yang diberi penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4. 2

17 TINJAUAN PUSTAKA Daging Daging merupakan semua jaringan hewan dan seluruh produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang layak dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Soeparno, 2005). Menurut Lawrie (1995), daging terdiri atas 75 persen air, 19 persen protein, 3,5 persen substansi nonprotein yang larut, dan 2,5 persen lemak. Nilai ph otot setelah hewan mati akan menurun dari 7,4 (awal) menjadi 5,-5,7 pada jam ke-6 hingga jam ke-8, kemudian nilai ph tersebut akan menurun mencapai ph akhir sekitar 5,3-5,7 pada jam ke-24 postmortem (Aberle et al., 2001) Daging olahan mengandung lebih sedikit protein dan air, dan lebih banyak lemak dan mineral. Kenaikan presentase mineral daging olahan disebabkan karena adanya penambahan bumbu dan garam, sedangkan kenaikan nilai kalori dapat disebabkan karena penambahan karbohidrat (Soeparno, 2005). Fermentasi Fermentasi merupakan perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan. Fermentasi oleh bakteri tertentu dapat memberi flavor, bentuk dan tekstur yang baik pada bahan pangan yang difermentasi. Mikroorganisme asam laktat dapat menyebabkan keasaman yang tinggi, ph dan potensial redoks yang rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya (Buckle et al., 2009). Fermentasi dibedakan menjadi dua kelompok berdasar sumber bakteri yang berperan pada proses fermentasi, yaitu fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan (terkontrol). Fermentasi spontan yaitu fermentasi pangan yang pada pembuatannya hanya mengandalkan starter alami dalam bahan baku dan tidak melibatkan penambahan starter untuk tujuan khusus. Fermentasi terkontrol terjadi pada pangan yang ditambahkan bakteri dalam bentuk starter atau kultur untuk tujuan tertentu (Fardiaz, 1992). Fermentasi karbohidrat menghasilkan produk utama yaitu asam laktat. Skema sederhana metabolisme karbohidrat oleh bakteri asam laktat homofementatif pada proses fermentasi disajikan pada Gambar 1. 3

18 Aldolase Glukosa Fruktosa, 1,6- diphospat Gliseraldehida 3- phospat Pyruvate kinase Lactate dehydrogenase Phospopenol piruvat Pyruvate ADP ATP NADH NAD + Asam laktat Gambar 1. Metabolisme Karbohidrat Homofermentatif oleh Bakteri Asam Laktat Sumber: Toldra et al. (2001) Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa prinsip fermentasi glukosa terdiri dari dua tahap. Pertama, pemecahan rantai karbondioksida dan pelepasan paling sedikit dua pasangan atom hidrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa. Kedua, senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dari tahap pertama, kemudian membentuk senyawa lain sebagai hasil fermentasi. Protein merupakan senyawa selain karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri melalui proses hidrolisis protein menjadi asam amino, kemudian asam amino difermentasi menjadi senyawa lain terutama asam (Fardiaz, 1992). Tahapan penting dari hidrolisis protein sarkoplasma dan miofibrillar berlangsung selama proses fermentasi dan proses pemeraman. Bakteri endogenus dan enzim mikroba sangat berperan pada tahapan proteolisis. Proses proteolitik berkontribusi dalam pembentukan konsistensi produk yang disebabkan degradasi struktur myofibrillar. Selain itu proses proteolitik berperan dalam pembentukan rasa yang disebabkan oleh akumulasi peptida dan asam amino bebas (Toldra et al., 2001). Tahap utama proses proteolisis dapat dilihat pada Gambar 2. 4

19 Protein sarkoplasma dan miofibrillar Katepsin dan kalpain Ekstraselular proteinase mikroba Polipeptida Enzim peptidase mikroba Peptida Enzim eksopeptidase mikroba Asam amino bebas Gambar 2. Tahapan Dasar pada Proteolisis Sumber: Toldra et al. (2001) Sosis Fermentasi Sosis fermentasi adalah produk yang terdiri dari campuran daging dan lemak, garam NaCl, bahan-bahan kuring, dan bumbu yang dimasukkan ke dalam casing kemudian difermentasi dan dikeringkan (Varnam dan Sutherland, 1995). Sosis fermentasi dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan proses pembuatan dan karakteristik produk, yaitu sosis kering dan sosis semi kering. Kedua kelompok dari sosis fermentasi tersebut menghasilkan asam laktat, dan terjadi fermentasi. Sosis kering dan sosis semi kering memiliki kadar air antara 30% sampai 40% dan 40% sampai 50% (Xiong dan Mikel, 2001). Fermentasi akan menurunkan ph sosis dari 5,8-6,2 menjadi 4,8-5,3. Fermentasi juga memberi kesempatan pada air dalam sosis untuk menyebar ke seluruh bagian sosis secara cepat dan merata. Asam laktat yang terbentuk dari proses fermentasi akan menyebabkan denaturasi protein daging sehingga tekstur sosis menjadi lebih kompak (Bacus, 1984). Penurunan nilai ph yang terjadi akibat akumulasi asam laktat dapat mempertahankan umur simpan dari produk sosis, membentuk citarasa produk yang disebabkan oleh pembentukan metabolit, membentuk konsistensi produk sebagai akibat dari penurunan daya ikat air dan koagulasi protein. Kombinasi dari daging 5

20 dan asam bakteri berkontribusi untuk menjaga lingkungan anaerobik dengan mengurangi potensial redoks selama fermentasi asam laktat (Toldra et al., 2001). Sosis kering dan semi kering diproduksi dengan cara mencampurkan komponen daging, rempah-rempah dan bahan curing pada suhu rendah (20 F hingga 30 F atau -6,6 C hingga -1,1 C), kemudian dimasukkan ke dalam selongsong sosis, diinkubasi pada suhu tinggi (70 F hingga 110 F atau 21 C hingga 43 C), dan dikeringkan pada suhu 50 F hingga 70 F atau 10 C hingga 21 C. Selama tahap inkubasi, produk difermentasi oleh mikroorganisme asam laktat, sehingga nilai ph berubah dari 5,8-6,2 menjadi 4,8-5,3. Asam laktat juga dapat mendenaturasi protein daging sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kompak (Bacus, 1984). Kandungan nutrisi dari daging segar menjadi sosis fermentasi akan mengalami perubahan. Kandungan nutrisi pada sosis fermentasi menurut Ferreira et al. (2006) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi pada Sosis Fermentasi Nilai minimum Nilai maksimal Nilai tengah ph 4,5 6,3 5,11 % NaCl 1,0 1,8 1,3 % Kadar air 43,3 57,2 52,3 % Lemak 10,9 29,6 18,4 % Protein 6,9 15,5 11,4 % Karbohidrat 10,2 20,9 15,2 Energi (kkal/100 g) ,4 Sumber: Ferreira et al. (2006) Komposisi Sosis Fermentasi Bahan utama pembuatan sosis fermentasi adalah daging dan lemak. Pemilihan jenis daging merupakan dasar pada pembuatan produk olahan daging, daging yang berkualitas baik dan mengalami pengolahan yang baik akan menghasilkan produk olahan daging yang baik pula. Daging Pembuatan sosis memerlukan daging mentah dari jaringan otot rangka dan lemak beku (Toldra et al., 2001). Daging yang digunakan pada pengolahan produk 6

21 harus berkualitas baik dan bebas dari cacat fisik. Daging yang gelap, keras, dan kering tidak sesuai untuk pembuatan sosis. Daging yang dapat digunakan untuk pembuatan sosis adalah daging yang pucat, lunak, dan basah (Varnam dan Sutherland, 1995). Lemak Penambahan lemak pada bahan pangan ditujukan untuk menambah kalori, memperbaiki tekstur, dan cita rasa (Winarno, 1992). Penggunaan lemak yang memiliki kandungan lemak tidak jenuh yang tinggi dapat mengoksidasi warna, penampilan yang kusam pada bagian lemak saat dipotong, dan menimbulkan bau tengik (Toldra et al., 2001). Garam Penambahan garam pada kisaran 2%-3% dapat memberikan sebuah aksi bakteriostatik parsial, mengurangi water activity (α w ) hingga 0,96, meningkatkan solubilisasi protein dan memberi rasa asin (Toldra et al., 2001). Garam berperan sebagai penghambat selektif terhadap mikroorganisme pencemaran tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik serta pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (Buckle et al., 2009). Gula Gula yang ditambahkan pada pembuatan sosis fermentasi dapat mengaktifkan proses fermentasi dan mampu menurunkan ph dengan cepat (Varnam dan Sutherland, 1995). Gula juga dapat menghasilkan produk fermentasi dengan flavor yang tajam (Buckle et al., 2009). Xiong dan Mikel (2001) menambahkan bahwa gula dapat juga berfungsi sebagai substrat untuk enzim glikolisis dalam sel bakteri. Penambahan gula pada sosis kering ataupun sosis semi kering adalah 0,5%-2%. Penambahan bumbu berperan dalam flavor yang dapat diperkuat pada pengasapan, memperbaiki warna dan menghambat terjadinya oksidasi lemak (Buckle et al., 2009). 7

22 Lada Komposisi kimia lada putih per 100 g yaitu air 11,4 g, protein 10,4 g, lemak 2,1 g, abu 1,6 g, dan karbohidrat 68,6 g (Farell, 1990). Bahan penyedap alami dapat ditambahkan pada produk daging dalam bentuk yang belum digiling atau dilumatkan, misalnya merica pada sosis kering (Soeparno, 2005). Pala Menurut Farell (1990), biji pala berwarna coklat keabuan, berbentuk oval, memilki rasa pahit, hangat, tajam, dan berminyak dengan bau yang enak dan tajam. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30-40% lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7%-18% minyak etheris dan 20%-30% lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji). Jahe Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman rempah dan obat yang bernilai ekonomi tinggi. Jahe memiliki aroma tajam, dan berasa pedas meskipun ukuran rimpang kecil. Rimpang jahe juga mengandung gizi cukup tinggi, antara lain 58% pati, 8% protein, 3%-5% oleoresin dan 1%-3% minyak atsiri (Rukmana, 2000). Selongsong Sosis Selongsong sosis terdapat dua macam, yaitu selongsong alami dan selongsong buatan. Selongsong alami terutama berasal dari saluran pencernaan ternak (Soeparno, 2005). Selongsong buatan terdiri dari empat tipe, yaitu selulosa, kolagen yang dapat dimakan, kolagen yang tidak layak dimakan dan plastik (Bacus, 1984). Selama proses pemanasan dan pengasapan, selongsong akan mengeras (Soeparno, 2005). Pengasapan Pengasapan dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, memperlambat oksidasi lemak dan memberi flavour pada daging yang sedang diproses (Lawrie, 2003). Pengasapan juga berfungsi untuk memperbaiki penampilan permukaan produk (Soeparno, 2005). 8

23 Metode tradisional yang sering digunakan untuk pengasapan daging adalah pengasapan daging yang dilakukan dalam ruang pengasapan yang disebut smoke house. Daging yang akan diasap digantung di rak atau kayu dalam ruangan asap dan tidak boleh bersentuhan (Soeparno, 2005). Asap pada umumya dibuat dengan cara perlahan menghembus serbuk gergaji yang berasal dari kayu keras. Asap akan menghambat pertumbuhan bakteri, memperlambat oksidasi lemak dan memberi flavour pada daging yang diproses (Lawrie, 2003). Temperatur yang digunakan pada ruang smoke house adalah C dengan kelembaban 75%-80% untuk sosis kering, dan C dengan kelembaban 75%-80% untuk sosis semi kering (Xiong dan Mikel, 2001). Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik Probiotik merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang memiliki manfaat bagi hewan untuk memperbaiki keseimbangan mikroba dalam usus. Probiotik memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan diantaranya menurunkan jumlah patogen dan bakteri yang dapat menghasilkan toksik. Mekanisme penurunan jumlah patogen oleh probiotik yaitu dengan cara memproduksi komponen anti bakteri, berkompetisi untuk memperoleh nutrisi dan berkompetisi untuk memperoleh daerah kolonisasi (Fuller, 1989). Salah satu kelompok bakteri yang telah banyak digunakan sebagai probiotik adalah bakteri asam laktat. Berdasarkan metabolismenya, bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Kelompok homofermentatif merupakan kelompok bakteri yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Kelompok heterofermentatif adalah kelompok bakteri yang memfermentasi glukosa menjadi asam laktat, etanol atau asam asetat dan CO 2. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu 1) aerob, yaitu mikroba yang hanya dapat tumbuh jika terdapat oksigen di lingkungannya, 2) anaerob, yaitu mikroba yang hanya dapat tumbuh jika tidak terdapat oksigen di lingkungannya, dan 3) anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya oksigen (Fardiaz, 1989). Varnam dan Sutherland (1995) menjelaskan bahwa bakteri asam laktat yang digunakan sebagai starter kultur harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu 1) dapat bersaing dengan mikroorganisme lain, 2) memproduksi asam laktat secara cepat, 3) 9

24 dapat tumbuh pada konsentrasi garam kurang dari 6%, 4) dapat bereaksi dengan NaNO 2 dengan konsentrasi kurang dari 100 mg/kg, 5) dapat tumbuh pada suhu antara C, 6) termasuk golongan homofermentatif, 7) tidak menghasilkan peroksida dalam jumlah besar, 8) dapat mereduksi nitrit dan nitrat, 9) dapat meningkatkan flavor produk akhir, 10) tidak memproduksi senyawa amino, 11) dapat membunuh bakteri pembusuk dan patogen dan 12) bersifat sinergis dengan senyawa starter lain. Lactobacillus plantarum Lactobacillus plantarum pada umumnya dapat lebih tahan pada keadaan asam, oleh karena itu menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Selain itu, fermentasi dari Lactobacillus plantarum bersifat homofermentatif sehingga tidak menghasilkan gas (Buckle et al., 2009). Lactobacillus plantarum berasal dari daging sapi sehingga digunakan pada proses fermentasi dengan asumsi bakteri ini lebih adaptif terhadap daging (Arief et al., 2007). Menurut penelitian yang dilakukan Firmansyah (2009), Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari daging sapi termasuk dalam katalase negatif, karena tidak memiliki suatu enzim katalase yang mampu menguraikan H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2 sehingga pada saat uji tidak terjadi gelembung. Bakteri ini merupakan gram positif yang berbentuk batang, dengan susunan tunggal maupun rantai pendek. Kultur starter seperti Lactobacillus plantarum digunakan untuk fermentasi yang mencapai suhu 40 C (Toldra et al., 2001) dan memiliki perumbuhan optimal pada suhu 30 C (Jay, 2000). Produk akan mencapai akumulasi asam laktat yang tinggi, nilai ph turun menjadi 5,0-4,6 dan pembentukan rasa terbatas karena tingginya persentase penghambatan eksopeptidase dan enzim lipolitik (Toldra et al., 2001). Menurut penelitian yang dilakukan Wijayanto (2009), kemampuan bertahan yang baik dimiliki oleh Lactobacillus plantarum dalam kondisi menekan seperti di lambung dengan ph 2 dan usus yang memiliki ph 7,2 dengan kadar garam empedu 0,3%. Lactobacillus plantarum dapat memproduksi bakteriosin yang merupakan bakterisidal bagi sel sensitif dan menyebabkan kematian sel secara cepat walaupun pada konsentrasi yang rendah (Ray, 2004). Lactobacillus platarum juga merupakan kultur yang sering digunakan dalam pembuatan sosis fermentasi. Hal ini disebabkan bakteri ini dapat memproduksi aminopeptidase yang termasuk dalam asam amino 10

25 dari protein daging (Jay, 2000). Gambar morfologi Lactobacillus plantarum dapat dilihat pada Gambar 3. Lactobacillus acidophilus Gambar 3. Morfologi Koloni L. plantarum Sumber: Milton (2010) Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang dengan ujung berbentuk bulat. Bakteri ini dapat sebagai sel tunggal maupun berpasangan dalam rantai pendek. Ukuran panjang dari Lactobacillus acidophilus adalah 1,5-6,0 μm dan lebar adalah 0,6-0,9 μm. Bakteri ini adalah tidak bergerak, non motil, tidak berspora, dan toleran terhadap garam. Pertumbuhan L. acidophilus dapat terjadi pada suhu tinggi seperti 45 C, tetapi pertumbuhan optimal terjadi pada suhu C. Toleransi asam bervariasi dari 0,3% hingga 1,9%, dengan ph optimum pada nilai 5,5-6,0 (Gomes dan Malcata, 1999). Menurut penelitian yang dilakukan Firmansyah (2009), bakteri ini termasuk dalam katalase negatif karena tidak mempunyai suatu enzim katalase yang mampu menguraikan H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2 sehingga pada saat uji katalase tidak menimbulkan gelembung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Riwayati (2012), Lactobacillus acidophilus terbukti dapat menghambat pertumbuhan S. enteriditis bahkan mampu menyebabkan kematian Salmonella spp. Lactobacillus acidophilus memiliki kemampuan untuk mencegah perlekatan, perkembangbiakan, dan menurunkan patogenitas bakteri enterogen. Selain itu bakteri ini juga dapat memproduksi rantai pendek asam lemak terbang sehingga akan menurunkan ph lumen usus, yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri enteropatogen, menghasilkan substansi yang bersifat menghambat metabolit yang diperlukan oleh bakteri patogen dan 11

26 memproduksi senyawa spesifik seperti bakteriosin yang bersifat bakterisidal. Selvia (2010) menambahkan bahwa bakteri ini mampu bertahan dalam kondisi 0,5% garam empedu dan merupakan salah satu bakteri asam laktat yang dapat menghasilkan senyawa antimikroba berupa asam organik, bakteriosin, dan hidrogen peroksida. Gambar morfologi Lactobacillus acidophilus dapat dilihat pada Gambar 4. Kadar Air Gambar 4. Morfologi Koloni L. acidophilus Sumber: Abedin (2011) Kandungan Nutrisi Sosis Fermentasi Keberadaan air dalam pangan dapat dinyatakan sebagai kadar air, yang menunjukkan jumlah absolut air yang terdapat dalam pangan. Air merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba dan komponen nutrisi. Air dalam pangan terdapat di antara sel, terperangkap di dalam sel atau terikat pada senyawa kimia yang terdapat dalam pangan (Kusnandar, 2010). Kadar air menjadi patokan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan, penentu indeks kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu organoleptik (Andarwulan et al., 2011). Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan tersebut. Kandungan air dalam bahan makanan turut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan makanan tersebut (Winarno, 1992). Kadar Abu Abu merupakan residu anorganik yang terbentuk dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik suatu bahan pangan. Abu dibedakan menjadi abu total, 12

27 abu terlarut dan abu tidak terlarut. Kadar abu menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan (Andarwulan et al., 2011). Kadar Protein Protein didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks yang mengandung asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptida. Protein merupakan molekul polipeptida berukuran besar yang tersusun dari 100 buah asam amino dengan urutan tertentu, yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen oleh ikatan peptida. Pada umumnya, struktur protein disusun oleh 20 jenis asam amino. Struktur kimia dan sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain disebabkan adanya perbedaan komposisi, jenis, urutan dan jumlah asam amino penyusun protein tersebut. Protein berperan sebagai sumber gizi utama, yaitu sebagai sumber asam amino esensial. Protein juga memberikan sifat fungsional yang penting dalam membentuk karakteristik produk pangan, seperti sebagai pengental, pengemulsi, pembentuk gel, pembentuk buih dan sebagainya (Kusnandar, 2010). Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh usus dalam bentuk asam amino. Beberapa asam amino yang merupakan peptida dan molekul-molekul protein kecil juga dapat diserap melalui dinding usus, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah (Winarno, 1992). Kadar Lemak Lemak merupakan senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air, dan merupakan komponen gizi utama penyumbang energi dalam tubuh. Lemak selain sebagai sumber kalori, juga sebagai sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta dapat menghantarkan panas dengan baik pada saat menggoreng, melembutkan produk, membentuk body, dan meningkatkan palatabilitas produk (Andarwulan et al., 2011). Kadar lemak pada sosis dapat mempengaruhi keempukan, jus daging dan kelezatan sosis (Soeparno, 2005). Kadar Karbohidrat Karbohidrat memiliki banyak peranan dalam pengolahan makanan yaitu sebagai bahan pengisi, bahan pengental, penstabil emulsi, pengikat air, pembentuk 13

28 flavor, aroma dan tekstur (Andarwulan et al., 2011). Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak, akan tetapi sumber karbohidrat lebih banyak diperoleh dari bahan makanan (Winarno, 1992). Asam Amino Asam amino, peptida dan protein merupakan komponen makro yang penting dalam sistem pangan. Asam amino merupakan prekursor penyusun peptida dan protein. Struktur peptida dan protein disusun oleh deretan asam amino yang dihubungkan antara satu dengan yang lain melalui ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida (Kusnandar, 2010). Asam amino adalah senyawa organik penyusun protein yang mempunyai dua buah gugus fungsional primer, yaitu gugus amin (-NH 2 ) dan gugus karboksil (-COOH). Asam amino penting yang terdapat di alam berjumlah 20 buah, sembilan di antaranya adalah asam amino esensial, yaitu isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, treonin, valin, lisin, histidin (khusus untuk anak-anak dan bayi) dan arginin (khusus untuk bayi). Asam amino esensial tidak dapat dihasilkan oleh tubuh sehingga harus disuplai dari asupan makanan, sedangkan asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh sehingga tidak diperlukan dari asupan makanan. Kelompok asam amino non esensial adalah glisin, alanin, prolin, serin, sistein, tirosin, asparagin, glutamin, asam aspartat, dan asam glutamat (Kusnandar, 2010). Asam amino memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Asam amino histidin dan arginin menjadi asam amino esensial bagi anakanak dan bayi, disebabkan oleh pentingnya peran kedua asam amino tersebut dalam pertumbuhan sel. Triptofan merupakan pemula vitamin niasin, dan serotonin metionin donor gugus metil untuk sintesis beberapa senyawa seperti kolin dan kreatin. Fenilalanin merupakan pemula tirosin dan keduanya membentuk tiroksin dan epinefrin, arginin, ornitin, sitrulin ikut berperan dalam sintesis urea dalam hati. Glisin dapat bersenyawa dengan bahan-bahan toksik dan menghasilkan senyawa tidak beracun yang kemudian diekskresi. Glutamin dan asparagin merupakan cadangan gugus amino masing-masing yang dihasilkan oleh asam glutamat dan asam aspartat (Poedjiadi, 1994). 14

29 Kandungan asam amino protein dapat ditentukan melalui analisis asam amino, salah satunya dengan metode High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Metode HPLC ini adalah salah satu metode analisis asam amino menggunakan kromatografi partisi cair. Keuntungan metode ini adalah memiliki daya ulang yang lebih baik, waktu yang dibutuhkan singkat, dari data kelarutan hasilnya dapat diramalkan, koefisien distribusinya konstan dalam kisaran konsentrasi yang agak luas dan mampu memisahkan senyawa yang teramat serupa dengan resolusi yang baik (Adnan, 1997). Keadaan asam-asam amino tertentu dapat berbeda dari bagian karkas yang berbeda. Kadar asam amino dipengaruhi oleh pengolahan (panas dan radiasi ionisasi) dan dapat mengakibatkan perubahan dari struktur. Hal yang mungkin terjadi adalah asam amino tertentu menjadi tidak dapat digunakan (Soeparno, 2005). Bakteri proteolitik merupakan penghasil enzim protease ekstraseluler yang dapat menghidrolisis protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti asam amino. Peran utama dari bakteri asam laktat adalah menghasilkan asam laktat dari karbohidrat yaitu glukosa, menurunkan nilai ph dan proteolisis yang dapat membebaskan rantai peptida pendek dan asam amino bebas. Sistem proteolitik terdiri dari proteinase, peptida dan sistem transport asam amino (Moulay et al., 2006). Aksi gabungan proteinase dan peptida akan menyediakan sel dengan peptida kecil dan asam amino, yang kemudian dibebaskan dan ditranslokasikan melewati membran sitoplasma sehingga sel mengandung protein pengangkut. Peptida internal didegradasi menjadi asam amino oleh peptida intraseluler (Kok, 2002). Kebutuhan protein makanan bagi anak-anak yang berumur di atas 12 tahun adalah 1 g/kg bobot badan. Protein yang terdapat dalam makanan dicerna dalam lambung dan usus-usus menjadi asam amino, yang diabsorbsi dan dibawa oleh darah ke hati (Poedjiadi, 1994). Kecukupan asam amino esensial jika dinyatakan dalam mg per kg berat badan dipengaruhi oleh umur. Kecukupan asam amino esensial menurut Karyadi dan Muhilal (1985) yang dikutip oleh Muchtadi et al. (1993) disajikan pada Tabel 2. Nilai gizi protein yang dikonsumsi akan menentukan jumlah yang dikonsumsi. Nilai gizi protein dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu daya cerna dan komposisi asam amino esensial (Muchtadi et al., 1993). 15

30 Tabel 2. Perkiraan Kecukupan Asam Amino Esensial Asam Amino Esensial Manusia Umur Tahun Manusia Umur >12 tahun (mg/kg BB/hari) Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin + Sistin Fenilalanin + Tirosin Treonin 35 7 Triptofan Sumber: Karyadi dan Muhilal (1985) yang dikutip oleh Muchtadi et al. (1993) 16

31 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2011 hingga Maret Materi Bahan yang digunakan dalam pembuatan salami ini adalah daging sapi segar yang berasal dari sapi Brahman Cross dengan lama post mortem 24 jam, lemak sapi, kultur Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4, susu skim, gula pasir, garam, Nitrit Polken Salt (NPS), lada halus, jahe halus, pala halus, dan selongsong sosis. Bahan yang dibutuhkan untuk pengujian kimia dan asam amino adalah selenium, de Man Rogosa Sharp Broth (MRS-B), de Man Rogosa Sharp Agar (MRS-A), H 2 SO 4, NaOH, H 3 BO 3, Brom Cresol Green Methyl, HCl 0,1 N, kapas, hexana, larutan standar asam amino 0,5 µmol/ml, Metanol, Na-asetat, nitrogen dan 250 μl pereaksi Optaldehida (OPA). Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cutter, mincer, food processor, termometer, stuffer, casing berdiameter 6 cm, wadah plastik, talenan, pisau, panci, peralatan dapur, labu kjeldhal, labu erlenmeyer, oven, selongsong penyari, labu penyari, kondensor, rotavapor, pembakar bunsen, mikropipet, tip, labu destruksi, labu penyuling, labu lemak, desikator, hot plate, alat destilasi, pompa vakum, gelas piala, cawan, gegep, sudip, tabung reaksi, tabung ulir, tabung vial 1 ml, syringe 100 µl, membran milipore 0,45 mikron, komputer, dan perangkat High Performance of Liquid Chromatography (HPLC). Prosedur Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Penelitian pendahuluan berupa pembiakan kultur starter dan penelitian utama yang meliputi pembuatan sosis fermentasi dan analisis kimia serta asam amino sosis fermentasi. 17

32 Penelitian Pendahuluan Penelitian diawali dengan melakukan penyegaran kultur Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 pada media de Man Rogosa Sharp Borth (MRS-B). Sebanyak 2% kultur hasil penyegaran diinokulasikan pada 20% larutan susu skim dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam, yang disebut sebagai kultur induk. Sebanyak 2% kultur induk diinokulasi pada larutan susu skim untuk dijadikan kultur antara. Sebanyak 2% kultur antara diinokulasi kembali sebagai kultur kerja. Kultur kerja ditumbuhkan pada media susu dan dihitung viabilitasnya. Diagram alir pembiakan kultur dapat dilihat pada Gambar 5. Kultur murni L. plantarum 2C12 dan L. acidophilus 2B4 Penyegaran pada media de Man Rogosa Sharp Broth (MRS-B) Sebanyak 2% diinokulasikan ke dalam larutan susu skim steril Diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam (kultur induk) Ditumbuhkan 2% dari kultur induk ke larutan susu skim, diinkubasi 37 C selama 24 jam (kultur antara) Ditumbuhkan 2% dari kultur antara ke larutan susu skim, diinkubasi 37 C selama 24 jam (kultur kerja) Ditumbuhkan pada media MRS-A Dihitung populasi Populasi 10 8 CFU/ml Populasi < 10 8 CFU/ml Kultur kerja Gambar 5. Pembiakan Kultur Sumber: Arief (2000) 18

33 Penelitian Utama Pembuatan Sosis Fermentasi Proses pembuatan salami yaitu daging sapi beku digiling, begitu pula dengan lemak beku. Hasil gilingan tersebut dicampur dengan gula pasir, garam, NPS, jahe halus, pala halus, ladah putih dan dengan atau tanpa kultur starter (Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4). Adonan yang telah jadi dimasukkan ke dalam selongsong, lalu dilakukan pemeraman selama 24 jam pada suhu ruang. Pengasapan dilakukan selama tiga jam selama tiga hari dengan suhu o C. Pembuatan sosis fermentasi ini dilakukan dengan tiga kali ulangan dengan tiga perlakuan. Proses pembuatan sosis dapat dilihat pada Gambar 6. Daging 80% + lemak 20% Digiling Dibekukan selama 24 jam Pencampuran dengan penambahan kultur (kecuali kontrol) dan bumbu Dimasukkan ke dalam casing pada suhu 2 C Pemeraman (suhu ruang, 24 jam) Pengasapan pada suhu C selama 3 jam selama 3 hari Dilakukan fermentasi pada suhu ruang (24 C) selama 3 hari Sosis fermentasi Gambar 6. Pembuatan Sosis Fermentasi Sumber: Arief (2000) 19

34 Analisis Kimia Pengujian analisis kimia dilakukan pada daging segar dan sosis fermentasi. Analisis kimia yang diuji adalah sebagai berikut. Kadar Air (Association of Official Analytical Chemistry, 1995). Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C. Sampel awal sebanyak lima gram dikeringkan selama 15 jam dalam oven sampai beratnya tetap. Sampel kering ditimbang, kemudian dihitung dengan rumus berikut. Kadar air (% bb) = sampel awal-sampel kering 100% sampel awal Kadar Abu (Association of Official Analytical Chemistry, 1995). Sampel yang telah dioven pada pengukuran kadar air dan telah diketahui kadar airnya, kemudian dipanaskan di hot plate pada suhu 400 C hingga asap hilang. Selanjutnya sampel didinginkan di dalam desikator. Kemudian sampel dimasukkan bersama cawan ke dalam tanur dengan suhu 500 C hingga warna menjadi abu. Setelah pengabuan selesai, sampel didinginkan pada desikator dan ditimbang. Kadar abu diperoleh dengan perhitungan berikut. Kadar abu (% bb) = bobot abu bobot sampel Kadar abu (% bk) = kadar air 100% 100% Kadar Protein (Association of Official Analytical Chemistry, 1995). Kadar protein dalam sampel dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl yang merupakan analisis kadar total N. Sekitar 0,1 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml lalu ditambahkan selenium dengan perbandingan 1:1 dengan sampel dan 3 ml H 2 SO 4 pekat. Sampel didestruksi hingga larutan jernih. Labu destruksi didinginkan kemudian ditambahkan 50 ml aquadest dan 20 ml NaOH 40%. Larutan tersebut kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H 3 B0 3 2% dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green Methyl Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan dititrasi dengan larutan 20

35 HCl 0,1 N hingga kembali menjadi warna merah muda. Perlakuan yang sama diujikan terhadap blanko. % N = (S-B) N HCl % w ,5 Kadar protein (% bb) = 6,25 % N Kadar protein (% bk) = kadar air Keterangan: S : volume titran sampel (ml) B : volume titran blanko (ml) W : bobot sampel kering (mg) 100% Kadar Lemak (Association of Official Analytical Chemistry, 1995). Sampel ditimbang kemudian dihancurkan. Sampel dibungkus dengan kertas saring, selanjutnya diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet. Dilakukan ekstraksi dengan pelarut hexana selama 6 jam. Lemak yang tertampung dalam labu dikeringkan dalam oven 105 C hingga berat konstan, kemudian ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan rumus: Kadar lemak (% bb) = bobot lemak terekstrak bobot sampel 100% Kadar lemak (% bk) = kadar air 100% Kadar Karbohidrat (Winarno, 1992). Kadar karbohidrat dihitung secara by difference, dengan perhitungan sebagai berikut: Kadar karbohidrat (% bb) = 100% - % (air + abu + protein + lemak) Kadar karbohidrat (% bk) = kadar air 100% Analisis Komposisi Asam Amino Analisis ini sesuai prosedur Nur et al. (1992) yang diawali oleh hidrolisis sampel dengan asam. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan preparasi sampel, yaitu dengan memasukkan sampel yang mengandung 3 mg protein 21

36 ke dalam tabung ulir dan ditambahkan 1 ml HCl 6 N. Tabung ulir yang mengandung larutan sampel dialirkan gas nitrogen selama 0,5-1 menit dan tabung segera ditutup. Tabung yang telah tertutup dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam untuk tahap hidrolisis. Sampel yang telah dihdrolisis, didinginkan pada suhu kamar dan larutan dipindahkan secara kuantitatif ke labu rotary evaporator. Tabung ulir dibilas dengan 2 ml HCl 0,01 N sebanyak 2-3 kali. Larutan bilasan digabung ke labu rotary evaporator. Sampel dikeringkan dengan rotary evaporator. Sampel yang telah kering ditambah dengan HCl 0,01 N dan sampel siap untuk dianalisis menggunakan HPLC. Langkah kedua adalah pembuatan pereaksi OPA dengan cara 50 mg OPA dilarutkan dalam 4 ml metanol dan ditambahkan merkaptoetanol. Campuran dikocok perlahan dan ditambahkan larutan brij-30 30% serta buffer borat. Larutan disimpan dalam botol berwarna gelap pada suhu 4 C dan akan stabil selama 2 minggu. Langkah berikutnya adalah menganalisis asam amino, yaitu dengan dilarutkannya sampel yang telah dihidrolisis dalam 5 ml HCl 0,01 N kemudian disaring dengan kertas saring milipore. Buffer Kalium Borat ditambahkan ph 10,4 dengan perbandingan 1:1 ke dalam vial kosong yang bersih kemudian dimasukkan 10 µl sampel dan ditambahkan 25 µl pereaksi OPA. Larutan dibiarkan selama 1 menit agar derivatisasi berlangsung sempurna. Larutan diinjeksikan ke dalam kolom HPLC sebanyak 5 µl kemudian ditunggu hingga pemisahan semua asam amino selesai. Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit. Kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus berikut: Konsentrasi asam amino (µmol AA) sampel = area AA sampel konsentrasi standar konsentrasi tera area AA standar Persen asam amino dalam sampel = µmol AA Mr AA 100 µg sampel Keterangan : konsentrasi standar = 0,5 μmol/ml volume tera = 10 ml Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang dilakukan dalam pengujian kimiawi adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan bakteri 22

37 Lactobacillus plantarum 2C12, Lactobacillus acidophilus 2B4 dan kontrol (tanpa penambahan kultur). Hasil yang diamati adalah kandungan nutrisi (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat). Model rancangan untuk pengujian kandungan nutrisi dapat dituliskan sebagai berikut: Yij = µ + Bi + εij Keterangan: Yij : hasil pengamatan pada perlakuan pemberian kultur ke i dan ulangan ke j terhadap sosis fermentasi µ : nilai rata-rata kandungan nutrisi sosis fermentasi Bi : pengaruh perlakuan penambahan kultur terhadap sosis fermentasi εij : pengaruh galat percobaan pada perlakuan penambahan kultur ke-i dan ulangan ke-j terhadap sosis fermentasi Data diolah dengan Analysis of Variance (ANOVA). Jika pada analisis ragam perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Pengujian kualitas asam amino dilakukan secara komposit pada ketiga sosis fermentasi, kemudian dianalisis secara deskriptif. Perlakuan yang dibandingkan adalah sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12, sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 dan sosis fermentasi kontrol. 23

38 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur dalam pembuatan sosis fermentasi adalah Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4. Lactobacillus plantarum yang digunakan pada penelitian ini diisolasi dari daging sapi yang dibeli di pasar Ciampea dengan umur daging setelah postmortem adalah 21 jam sedangkan Lactobacillus acidophilus yang digunakan berasal dari daging sapi yang dibeli di pasar Cibereum dengan umur daging setelah postmortem 21 jam (Arief, 2011). Kedua bakteri ini baik digunakan sebagai kultur starter karena memiliki banyak keunggulan sebagai probiotik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009), Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 termasuk dalam katalase negatif, karena tidak memiliki suatu enzim katalase yang mampu menguraikan H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2 sehingga pada saat uji tidak terjadi gelembung. Menurut Fardiaz (1992), Lactobacillus plantarum termasuk ke dalam golongan bakteri mesofil yaitu bakteri yang mampu tumbuh pada suhu minimal C, maksimal pada suhu 45 C dan pertumbuhan optimal pada suhu 37 C. Pertumbuhan Lactobacillus acidophilus dapat terjadi pada suhu tinggi seperti 45 C, tetapi pertumbuhan optimal terjadi pada suhu C (Gomes dan Malcata, 1999). Kultur dibiakkan dan disegarkan pada media de Man Rogosa Sharp Broth (MRS-B) dan untuk pembuatan sosis fermentasi digunakan media susu skim sebagai media tumbuhnya. Tahap pembiakan bertujuan untuk memperbanyak kultur. Perbanyakan dan penyegaran kultur starter dilakukan untuk menjaga viabilitas agar tetap tinggi. Hasil pengamatan dan penghitungan viabilitas kultur starter Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 ditampilkan pada Tabel 3. 24

39 Tabel 3. Total Populasi Bakteri Kultur Starter L. plantarum 2C12 L. acidophilus 2B4 Jumlah (CFU/ml) 2,34 x ,65 x 10 9 Tabel tersebut menunjukkan bahwa kultur Lactobacillus acidophilus 2B4 memiliki jumlah populasi yang lebih tinggi dari kultur Lactobacillus plantarum 2C12. Menurut Arief (2000), kultur yang siap dijadikan kultur starter adalah kultur dengan populasi 10 8 CFU/g. Jumlah tersebut diharapkan dapat mencapai di usus halus dengan populasi sekitar 10 6 CFU/g dan dapat berfungsi sebagai probiotik. Penelitian Tahap Kedua Pembuatan Sosis Fermentasi Kandidat Probiotik Penelitian dilanjutkan dengan pembuatan sosis fermentasi tanpa penambahan kultur (kontrol), sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12, dan sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4. Penampilan fisik dari ketiga sosis fermentasi dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Penampilan Fisik Sosis Fermentasi Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan sosis fermentasi ini adalah bagian knuckle dari daging sapi. Knuckle merupakan bagian daging sapi yang berasal dari paha belakang bagian atas yang berada di antara penutup dan gandik. Knuckle 25

40 baik digunakan sebagai bahan dasar pada pembuatan sosis karena bagian ini rendah akan deposit lemak dan memiliki warna yang merah segar. Diameter selongsong yang digunakan pada sosis fermentasi ini adalah 6 cm. Penampakan sosis dari segi kekompakan dan kepadatan adalah sama, namun pada segi warna agak sedikit berbeda. Sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2C12 terlihat lebih gelap dibanding dengan sosis fermentasi lain. Sebelum melakukan pembuatan sosis fermentasi, dilakukan pengujian kimia terhadap daging segar. Nilai kandungan nutrisi daging segar ini tidak terlalu berbeda jauh dengan pendapat Lawrie (2003) yang menjelaskan bahwa komposisi daging diperkirakan terdiri dari 75 persen air, 19 persen protein, 3,5 persen substansi nonprotein yang larut dan 2,5 persen lemak. Kandungan nutrisi dari daging segar disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Nutrisi Daging Segar Parameter Daging Segar (% bb) Lawrie (2003) (% bb) Kadar air Kadar abu Kadar protein Kadar lemak Kadar karbohidrat 74,77 2,12 19,97 0,13 3, ,5 - Asam amino merupakan prekursor penyusun peptida dan protein. Struktur peptida dan protein disusun oleh deretan asam amino yang dihubungkan antara satu dengan yang lain melalui ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida (Kusnandar, 2010). Kandungan asam amino protein dapat ditentukan melalui analisis asam amino, salah satunya dengan metode High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Metode HPLC ini merupakan salah satu metode analisis asam amino menggunakan kromatografi partisi cair. Analisis HPLC terhadap daging sapi segar dilakukan untuk mengetahui kandungan asam amino bahan baku sebelum dilakukan pengolahan. Nilai kandungan asam amino pada daging sapi segar ditampilkan pada Tabel 5. 26

41 Tabel 5. Komposisi Asam Amino Daging Sapi Segar Deskripsi Daging Sapi Segar 1) Daging Sapi Segar 2) (% w/w) Aspartat Glutamat Serin Histidin Glisin Threonin Arginin Alanin Tirosin Metionin Valin Fenilalanin I-leusin Leusin Lisin 2,03 3,56 0,87 0,86 1,14 0,92 1,42 1,32 0,77 0,61 1,07 0,91 1,02 1,63 1,76 1,66 3,42 0,79 0,70 0,97 0,98 1,57 1,08 0,67 0,47 0,90 0,73 0,90 1,48 1,45 Sumber: 1) Hasil Analisis di Laboratorium Terpadu, ) Kurniawati (2007) Hasil analisis HPLC menunjukkan kandungan asam amino yang tinggi sesuai dengan nilai kadar protein daging segar. Nilai kandungan asam amino dari daging sapi segar yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sosis fermentasi memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dengan nilai kandungan asam amino pada daging sapi yang digunakan pada penelitian Kurniawati (2007). Nilai asam amino tertinggi pada daging sapi segar ditunjukkan oleh glutamat sedangkan nilai asam amino terendah ditunjukkan oleh metionin. Kandungan Nutrisi Sosis Fermentasi Kandidat Probiotik Kandungan nutrisi yang diamati pada sosis fermentasi probiotik adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat. Nilai kandungan nutrisi dalam bentuk persentase berat basah dari sosis fermentasi dibandingkan 27

42 dengan nilai kandungan nutrisi yang didapat dari penelitian Ferreira et al. (2006), yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Nutrisi Sosis Fermentasi dalam Persentase Berat Basah Parameter Kontrol L. plantarum L. acidophilus Ferreira et al. 2C12 2B4 (2006) (% b/b) Air Abu Protein Lemak Karbohidrat 55,58±1,51 3,37±0,13 18,16±0,66 11,73±2,08 11,16±2,81 54,65±2,03 3,52±0,15 18,56±0,94 9,93±0,37 13,35±2,91 54,36±2,95 3,61±0,02 19,29±1,13 9,20±1,16 13,55±4,44 43,3-57,2-6,9-15,5 10,9-29,6 10,2-20,9 Persentase berat kering merupakan persentase dari suatu bahan tanpa kadar air. Nilai kandungan nutrisi dalam bentuk persentase berat kering dari sosis fermentasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Nutrisi Sosis Fermentasi dalam Persentase Berat Kering Parameter Kontrol L. plantarum 2C12 L. acidophilus 2B (% b/k) Abu 7,60±0,53 a 7,77±0,67 a 7,93±0,53 a Protein 40,87±0,35 a 41,00±3,39 a 42,38±3,84 a Lemak 26,47±5,03 a 21,92±1,37 a 20,29±3,62 a Karbohidrat 25,05±5,71 a 29,29±5,36 a 29,38±7,75 a Keterangan: Superskrip huruf kecil yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan (p>0,05) Kadar Air Kadar air merupakan persentase kandungan air dari suatu bahan. Rataan kadar air sosis fermentasi yang dihasilkan lebih rendah (54,86%) jika dibandingkan dengan kadar air daging segar (74,77%). Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kadar air mulai dari bahan baku hingga menjadi produk. Penurunan kadar air dapat disebabkan karena proses pengasapan dan pengeringan. Metode pengasapan yang digunakan dalam pembuatan sosis fermentasi ini adalah pengasapan dingin dengan 28

43 suhu C. Selongsong yang digunakan pada ketiga sosis fermentasi adalah selongsong buatan jenis selulosa. Selongsong ini memiliki pori-pori yang dapat memudahkan pengeluaran air dari sosis ketika proses pengasapan berlangsung sehingga terjadi dehidrasi. Menurut Soeparno (2005), pengasapan merupakan suatu proses penarikan air dan pengendapan beberapa senyawa kimia pengawet yang berasal dari asap. Suhu dan lamanya proses pengasapan sangat berpengaruh pada kadar air. Semakin lama dan tinggi suhu pengasapan, penurunan kadar air produk akan semakin cepat, sehingga kadar air produk menjadi lebih rendah dari kadar air daging segar. Diameter selongsong juga dapat mempengaruhi kadar air dari suatu produk. Semakin besar diameter selongsong yang digunakan, maka semakin jauh jarak air dari dalam produk untuk keluar ke permukaan. Hal ini mengakibatkan rendahnya penurunan nilai kadar air. Diameter selongsong sosis fermentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 6 cm. Selain itu, penambahan garam juga dapat mempengaruhi kadar air bebas dari suatu produk. Menurut Toldra et al. (2001) penambahan garam pada kisaran 2%-3% dapat memberikan suatu aksi bakteriostatik parsial, mengurangi water activity (α w ) hingga 0,96. Tidak terlihat perbedaan yang nyata (p>0,05) antara ketiga sosis fermentasi yang diuji. Hal ini disebabkan proses pengasapan dilakukan pada waktu yang sama. Penurunan kadar air juga dapat disebabkan oleh rendahnya nilai ph sosis karena produksi asam laktat oleh kultur starter yang mengakibatkan air tidak terikat kuat oleh protein daging sehingga air mudah keluar saat pengasapan. Peranan air dalam bahan pangan adalah sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme, sifat organoleptik dan nilai gizi suatu produk (AOAC, 1995). Persentase kadar air menentukan banyaknya bakteri yang dapat tumbuh pada sosis. Hal ini disebabkan mikroba membutuhkan air bebas untuk pertumbuhan ketika proses fermentasi berlangsung. Kadar Abu Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu menunjukkan kandungan mineral dalam suatu bahan (Andarwulan et al. 2011). Winarno (1992) menambahkan bahwa sekitar 96% bahan makanan terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari 29

44 unsur-unsur mineral. Kadar abu mengalami peningkatan dari daging segar menjadi produk sosis fermentasi. Hal ini disebabkan adanya penambahan zat-zat mineral yang terdapat pada bumbu. Tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata (p>0,05) antara ketiga sosis fermentasi yang diuji. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perbedaan konsentrasi bahan baku dan bumbu pada ketiga perlakuan sosis fermentasi. Menurut Aberle et al. (2001), kadar abu berkaitan dengan kadar air, kadar protein dan daging bebas jaringan lemak. Daging yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sosis mengandung kadar lemak yang rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Firdaus (2005), daging yang memiliki kadar lemak yang relatif rendah maka relatif mengandung kadar mineral yang tinggi. Kadar abu yang tinggi mengandung cukup banyak senyawa kimia dalam bentuk garam atau mineral untuk menstabilkan emulsi dan dan memberikan cita rasa pada sosis fermentasi. Kandungan mineral pada sosis juga dibutuhkan untuk pertumbuhan dan aktivitas biologis bakteri. Pelczar dan Chan (1986) menjelaskan bahwa bakteri membutuhkan beberapa unsur logam, natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt dalam jumlah yang amat kecil untuk pertumbuhannya. Kadar Protein Protein didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks yang mengandung asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptida. Protein mengandung atom karbon, oksigen, nitrogen dan sulfur (Kusnandar, 2010). Nilai kadar protein mengalami penurunan dari daging segar menjadi sosis fermentasi. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan lemak pada pembuatan sosis fermentasi. Proses penggilingan juga dapat menurunkan kadar protein suatu bahan pangan, karena proses penggilingan menyebabkan air terikat dalam daging banyak yang keluar sehingga membawa protein sarkoplasmik (protein larut air) (Arief et al., 2007). Nilai ph yang rendah juga akan mendenaturasi protein daging, disesuaikan dengan struktur protein yang diperlukan untuk metabolisme mikroorganisme (Bacus, 1984). Tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata (p>0,05) antara sosis fermentasi dengan ketiga perlakuan. Hal ini disebabkan pada pembuatan ketiga sosis fermentasi menggunakan jenis maupun presentase daging yang sama, begitu pula dengan lemak. 30

45 Selain itu, pertumbuhan mikroba pada ketiga sosis fermentasi menunjukkan jumlah yang hampir sama sehingga tidak terjadi penambahan protein dari mikroba. Kultur Lactobacillus plantarum menghasilkan enzim proteolitik yang dapat mendegradasi protein menjadi protein yang lebih sederhana (Kurniawati, 2007), begitu pula dengan kultur Lactobacillus acidophilus sehingga dinilai memiliki aktivitas proteolitik yang baik (Hristova et al., 2006). Aktivitas proteolitik merupakan aktivitas pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis yang dilakukan oleh enzim mikroba (Poedjiadi, 1994). Pemecahan molekul protein akan menghasilkan molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Kadar Lemak Nilai kadar lemak mengalami peningkatan dari daging segar menjadi produk sosis fermentasi. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan lemak pada proses pembuatan sosis fermentasi. Lemak yang digunakan adalah lemak yang sudah dibekukan. Tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata (p>0,05) antara ketiga perlakuan. Hal ini disebabkan jumlah lemak yang digunakan pada sosis fermentasi dengan penambahan kultur maupun tanpa penambahan kultur (kontrol) adalah sama yaitu 20%. Menurut Varnam dan Sutherland (1995), kadar lemak sosis fermentasi dapat dipengaruhi oleh jumlah lemak yang ditambahkan pada sosis fermentasi dan beberapa bakteri yang dalam pertumbuhannya memecah lemak. Kadar Karbohidrat Kadar karbohidrat mengalami peningkatan dari daging segar menjadi sosis fermentasi. Penambahan gula dengan persentase yang sama pada masing-masing sosis fermentasi berpengaruh terhadap kadar karbohidrat yang menyebabkan peningkatan kadar karbohidrat dari daging segar menjadi sosis fermentasi. Selain itu, juga penurunan kadar air dari daging segar menjadi sosis fermentasi mengakibatkan nilai kadar karbohidrat yang dihitung secara by difference meningkat. Tidak terlihat perbedaan yang nyata (p>0,05) antara ketiga perlakuan dari sosis fermentasi tersebut. Populasi bakteri asam laktat pada ketiga sosis fermentasi menunjukkan jumlah yang hampir sama sehingga aktivitas bakteri dalam memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber glukosa pada proses fermentasi juga sama. 31

46 Analisis Komposisi Asam Amino Komposisi asam amino daging sapi dan produk olahannya memiliki nilai kandungan yang berbeda. Protein yang berkualitas tinggi adalah protein yang memiliki nilai daya cerna yang tinggi dan dapat menyediakan semua asam amino esensial dalam perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia. Asam amino nonesensial yang terdeteksi berdasarkan analisis HPLC adalah asam aspartat, asam glutamat, serina, histidin, glisin, arginin dan alanin, sedangkan asam amino esensial yang terdeteksi adalah treonin, tirosin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin dan lisin. Hasil kuantitatifnya dapat dilihat pada Tabel 8. Asam amino merupakan komponen dari ikatan peptida yang menyusun struktur protein. Asam amino dapat mengalami dekarboksilasi atau deaminasi sehingga menghasilkan produk yang berperan dalam flavor produk makanan fermentasi (Wibowo, 1989). Dekarboksilasi merupakan tahapan proses katabolisme yang menyebabkan gugus karboksil (-COOH) terlepas dari senyawa semula menjadi karbon dioksida (CO 2 ), sedangkan deaminasi adalah proses mengkatalisasi pemindahan gugus amino (NH 2 ) dari asam amino dan molekul lainnya yang mengandung NH. Asam amino dalam protein dapat dibebaskan dari ikatan peptidanya dengan adanya hidrolisa asam, hidrolisa basa atau hidrolisa enzimatis (Arief et al., 2007). Triptofan, sistein dan prolin tidak terdeteksi pada analisis ini karena hidrolisis yang dilakukan hanya hidrolisis asam. Apriyantono et al. (2005) menjelaskan bahwa hidrolisis asam dapat merusak asam amino triptofan dan sistein, sedangkan asam amino prolin tidak bertahan lama dengan pereaksi optaldehida sehingga tidak dapat terdeteksi. Hasil analisis HPLC menunjukkan adanya penurunan jumlah asam amino setelah pengolahan bahan baku dilakukan. Hal ini sesuai dengan penurunan nilai rataan kadar protein. Menurut Wibowo (1989), bakteri asam laktat membutuhkan beberapa asam amino untuk pertumbuhannya. Umumnya, bakteri ini membutuhkan asam glutamat dan valin, sedangkan kebutuhan asam amino lain bervariasi tergantung spesiesnya. Selain itu, pada pembuatan sosis fermentasi ditambahkan lemak yang dapat menurunkan kandungan protein. Nilai total kandungan asam amino tertinggi ditunjukkan pada sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus 32

47 acidophilus 2B4, kemudian diikuti sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2C12, dan sosis fermentasi kontrol. Tabel 8. Komposisi Asam Amino Sosis Fermentasi Deskripsi Kontrol L. plantarum 2C12 Kadar Asam Amino Sosis Fermentasi(% w/w) Persentase Peningkatan* L. acidophilus 2B4 Persentase Peningkatan** Aspartat 1,47 1,53 4,08 1,55 5,44 Glutamat 2,58 2,68 3,88 2,85 10,46 Serin 0,63 0,65 3,17 0,65 3,17 Histidin 0,55 0,58 5,45 0,60 9,09 Glisin 0,75 0,69-8,00 0,62-17,3 Threonin 0,69 0,76 10,14 0,73 5,79 Arginin 1,03 1,06 2,91 1,04 0,97 Alanin 0,99 1,00 1,00 1,01 2,02 Tirosin 0,53 0,58 9,43 0,59 11,32 Metionin 0,41 0,44 7,32 0,44 7,32 Valin 0,78 0,82 5,13 0,85 8,97 Fenilalanin 0,69 0,72 4,35 0,78 13,04 I-Leusin 0,73 0,79 8,22 0,82 12,33 Leusin 1,29 1,36 5,43 1,39 7,75 Lisin 1,38 1,52 10,14 1,61 16,67 *Selisih persentase sosis fermentasi kultur L. plantarum 2C12 dengan sosis fermentasi kontrol **Selisih persentase sosis fermentasi kultur L. acidophilus 2B4 dengan sosis fermentasi kontrol Sumber : Hasil Analisis di Laboratorium Terpadu, 2012 Tabel 8 menunjukkan bahwa secara umum nilai asam amino esensial dan non esensial sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4 mengalami peningkatan dibandingkan dengan sosis fermentasi kontrol. Asam amino aspartat, glutamat, serin, histidin, treonin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, fenilalanin, ileusin, leusin, dan aspartat 33

48 menunjukkan adanya peningkatan pada sosis fermentasi dengan penambahan kultur. Peningkatan nilai asam amino ini menunjukkan adanya aktivitas proteolitik pada kedua kultur starter. Aktivitas proteolitik merupakan aktivitas pemecahan molekul protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti asam amino dengan cara hidrolisis yang dilakukan oleh enzim mikroba (Poedjiadi, 1994). Semakin tinggi aktivitas proteolitik pada suatu kultur, maka jumlah asam amino bebas yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Toldra et al. (2001) menjelaskan bahwa hidrolisis protein sarkoplasma dan miofibrillar berlangsung selama proses fermentasi dan proses pemeraman. Bakteri endogenous dan enzim mikroba sangat berperan pada tahapan proteolisis. Proses proteolitik berkontribusi dalam pembentukan konsistensi produk yang disebabkan degradasi struktur myofibrillar. Selain itu proses proteolitik berperan dalam pembentukan rasa yang disebabkan oleh akumulasi peptida dan asam amino bebas. Terjadi penurunan asam amino glisin pada kedua sosis fermentasi yang menggunakan penambahan kultur. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya aktivitas mikroorganisme dalam memanfaatkan asam amino tersebut. Asam amino glisin memiliki struktur kimia yang sederhana sehingga memudahkan bakteri untuk memanfaatkannya. Menurut Marathe dan Ghosh (2009), bakteri asam laktat membutuhkan nutrien seperti asam amino, peptida dan vitamin untuk pertumbuhan. Berdasarkan Tabel 8, sosis fermentasi yang menggunakan penambahan kultur menghasilkan kandungan asam amino yang lebih tinggi dibanding sosis fermentasi kontrol. Sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus acidophilus 2B4 cenderung memiliki persentase peningkatan kandungan asam amino yang lebih tinggi dibanding Lactobacillus plantarum 2C12. Menurut Bergamini et al. (2005), selain sebagai probiotik, Lactobacillus acidophilus telah terbukti dapat mempercepat pematangan dan dapat meningkatkan cita rasa melalui peningkatan produksi asam amino bebas. Toldra et al. (2001) menambahkan bahwa proses proteolitik berkontribusi dalam pembentukan konsistensi produk yang disebabkan degradasi struktur myofibrillar. Selain itu proses proteolitik berperan dalam pembentukan rasa yang disebabkan oleh akumulasi peptida dan asam amino bebas. 34

49 Asam Amino Esensial Ketersediaan asam amino esensial pada sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 relatif lebih tinggi dibanding dengan sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 dan sosis fermentasi kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya aktivitas proteolitik yang lebih baik pada sosis fermentasi dengan penambahan L. acidophilus 2B4 dibanding dengan sosis fermentasi lain. L. acidophilus memiliki aktivitas proteolitik yang baik dengan nilai 380 AU/ml (Hristova et al., 2006). Bakteri yang tergolong proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim proteinase ekstraseluler, yaitu enzim yang dapat memecah protein yang diproduksi dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri memiliki enzim proteinase di dalam sel, tetapi tidak semua memiliki enzim proteinase ekstraseluer (Fardiaz, 1992). Beberapa bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim proteolitik di sekitar dinding sel, membran sitoplasma, atau di dalam sel. Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan peptida atau asam amino bebas untuk pertumbuhannya, bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan dinding selnya (Thomas dan Pritchard, 1987). Menurut Toldra et al. (2001), protease yang dihasilkan Lactobacillus plantarum tergolong eksoprotease yang menguraikan protein dari ujung rantai sehingga dihasilkan satu asam amino dan sisa peptida. Kadar asam amino esensial tertinggi pada ketiga sosis fermentasi adalah lisin, kemudian disusul oleh leusin, valin, ileusin, fenilalanin, threonin, tirosin, dan metionin. Menurut Poedjiadi (1994), lisin adalah suatu asam diamino monokarboksilat. Lisin dapat memberikan amino kepada asam amino lain, tetapi tidak dapat dibentuk lisin kembali artinya tidak dapat terjadi proses reaminasi setelah lisin mengalami reaksi deaminasi. Muchtadi et al. (1993) menambahkan bahwa asam amino lisin merupakan asam amino yang peka terhadap proses pengolahan. Kadar asam amino esensial terendah dari ketiga sosis fermentasi adalah metionin, sehingga asam amino ini dijadikan sebagai asam amino pembatas. Metionin sangat mudah rusak oleh adanya oksigen dan perlakuan panas. Kerusakan atau kehilangan metionin dalam pangan dapat terjadi selama proses pengeringan, 35

50 pemanggangan atau perlakuan proses yang melibatkan oksigen (Kusnandar, 2010). Kandungan asam amino metionin pada sosis fermentasi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan asam amino metionin menurut Bruna et al. (2001), yaitu sebesar 5,8 mg/100 gram berat kering. Asam Amino Nonesensial Ketersediaan asam amino non esensial pada sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus acidophilus 2B4 relatif lebih tinggi dibanding dengan sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2C12 dan sosis fermentasi kontrol. Asam glutamat merupakan asam amino nonesensial tertinggi dibandingkan dengan asam amino esensial lain, kemudian diikuti oleh asam aspartat, arginin, alanin, glisin, serin dan histidin. Kandungan asam glutamat dan asam aspartat lebih tinggi dibandingkan asam amino lain karena penguraian yang digunakan adalah hidrolisis asam. Glutamin dapat diubah menjadi asam glutamat oleh enzim glutaminase dalam reaksi deaminasi serta asparagin dapat diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim asparaginase (Poedjiadi, 1994). Selain itu, Hairita (1987) menambahkan bahwa asam glutamat umumnya diproduksi oleh bakteri gram positif, tidak membentuk spora, tidak bergerak dan membutuhkan biotin untuk pertumbuhannya. Kandungan asam glutamat berperan dalam timbulnya rasa gurih. Rasa gurih hidrosilat protein disebabkan oleh tingginya kandungan asam amino bebas (terutama asam glutamat), garam dan asam organik (Arief et al., 2007). Kebutuhan Asam Amino Esensial pada Manusia Asam amino yang termasuk asam amino esensial yaitu treonin, tirosin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin dan lisin. Asam amino histidin dan arginin merupakan asam amino non esensial bagi orang dewasa. Menurut Poedjiadi (1994), asam amino arginin dapat dibuat dalam tubuh tetapi jumlahnya tidak mencukupi keperluan pertumbuhan sel pada bayi, oleh sebab itu asam amino arginin adalah esensial bagi bayi. Asam amino histidin juga memiliki fungsi yang sama dengan arginin, tetapi asam amino ini esensial bagi bayi dan juga anak-anak. Tabel 9 menunjukkan persentase angka kecukupan gizi asam amino esensial produk sosis fermentasi bagi anak-anak berumur tahun dan lebih dari 12 tahun. Tabel tersebut menunjukkan bahwa produk sosis fermentasi kontrol, sosis fermentasi 36

51 dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12, dan sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 tidak dapat memenuhi kecukupan gizi asam amino esensial sepenuhnya bagi anak-anak yang berumur tahun yang memiliki bobot badan 35 kg. Hal ini dapat dicontohkan pada asam amino treonin dari sosis fermentasi kontrol. Kebutuhan treonin pada anak-anak yang berumur tahun dengan bobot badan 35 kg adalah 1225 mg/hari. Setiap 100 gram sosis fermentasi kontrol mengandung treonin sebanyak 690 mg. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 100 gram sosis fermentasi kontrol hanya dapat memenuhi kebutuhan asam amino treonin anak-anak yang berumur tahun sebesar 56,33%. Tabel 9 memperlihatkan bahwa ketiga produk sosis fermentasi hanya dapat memenuhi kebutuhan asam amino esensial bagi anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun dengan bobot badan 55 kg. Sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 menunjukkan persentase angka kecukupan gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan sosis fermentasi lain. Contohnya pada asam amino lisin dari sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4. Kebutuhan lisin pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun dengan bobot badan 55 kg adalah 66 mg/hari. Setiap 100 gram sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 mengandung lisin sebanyak 1610 mg, sehingga dengan mengkonsumsi 100 gram sosis fermentasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan asam amino lisin anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun sebesar 243,94%. Hal ini berarti lisin yang masuk ke dalam tubuh melebihi kebutuhan, sehingga kelebihan asam amino tersebut akan kembali ke deposit asam amino. Kebutuhan asam amino esensial dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar oleh anak-anak yang berumur tahun dibandingkan dengan anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Hal ini disebabkan anak-anak yang berusia lebih muda membutuhkan jumlah asam amino yang banyak untuk pertumbuhannya. Berdasarkan Tabel 8, ketiga produk sosis fermentasi tersebut hanya dapat mencukupi kebutuhan anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Oleh karena itu dibutuhkan kombinasi dalam mengkonsumsi produk sosis fermentasi tersebut dengan bahan pangan lain, sehingga kebutuhan dari masing-masing asam amino dapat tercukupi. 37

52

53 Tabel 9. Persentase Angka Kecukupan Gizi Asam Amino Esensial Sosis Fermentasi Asam Amino Angka Kecukupan Gizi 1) Sosis Fermentasi 2) Angka Kecukupan Gizi th >12 th Kontrol L. plantarum BB= 35 kg BB= 55 kg 2C12 L. acidophilus 2B th Kontrol >12 th L. plantarum th 2C12 >12 th L. acidophilus th 2B4 >12 th -----(mg/hari) (mg/100 g bahan) (%) Histidin ,45-109,09 Isoleusin ,52 132,73 75,24 143,64 78,10 149,09 Leusin ,90 167,53 86,35 176,62 88,25 180,52 Lisin ,71 209,09 72,38 230,30 76,67 243,94 Treonin ,33 179,22 62,04 197,40 59,59 189,61 Sumber : 1) Karyadi dan Muhilal (1985) yang dikutip oleh Muchtadi et al. (1993) 2) Hasil Analisis di Laboratorium Terpadu,

54 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kandungan nutrisi sosis fermentasi dengan atau tanpa penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2C12 atau penambahan kultur Lactobacillus acidophilus 2B4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah asam amino sosis fermentasi dengan penambahan kultur Lactobacillus acidophilus 2B4 (15,53%) lebih tinggi dibandingkan sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 (15,18%) dan kontrol (14,48%). Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bioavailabilitas protein (fraksi nutrisi tercerna dari pangan) dari sosis fermentasi kontrol, sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 dan sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 2B4 secara in vivo.

55 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Irma Isnafia Arief S.Pt., M.Si. dan Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si. yang telah membimbing, mengarahkan, meluangkan waktu serta membantu penulis dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada M. Sriduresta S.Pt., M.Sc., Ir. M. Agus Setiana M.Si. dan M. Baihaqi S.Pt., M.Sc. selaku penguji ujian akhir sarjana serta Dr. Ir. Mohammad Yamin, M.Agr.Sc. sebagai pembimbing akademik. Keluarga tercinta, Ayahanda Sri Nugroho, Ibunda Rukmi Wilujeng, dan Adinda Gita Ambarsari, penulis mengucapkan rasa cinta dan terima kasih banyak atas dukungan moral, material, dan spiritual yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Doa tulus dan semangat yang Kalian berikan selalu menemani penulis. Ucapan terima kasih untuk Abdul Rahman Halim yang senantiasa menemani dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran. Kepada teman penelitian sosis fermentasi Sofi Susilawati, Auditia Kusumawanti dan Haris Efriandana atas bantuan, nasihat, dan dukungan yang telah diberikan. Kepada pihak yang banyak membantu penulis Devi Murtini, S.Pt dan Dwi Febriantini. Kepada Dea Marsally, Desima Ramalia, Nurtsani Liliana, Mega Sulistyaningrum, Septina Lusiawati, Lega Krisda, dan Yunia Devia terima kasih atas persahabatan yang diberikan. Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu di dalam skripsi ini yang telah membantu penulis selama ini dan seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, September 2012 Penulis 39

56 DAFTAR PUSTAKA Abedin, E Lactobacillus acidophilus probiotics a human friendly bacteria. [12 Juni 2012] Aberle, E.D., J.C. Forrest, H.B. Hendrick, M.D. Judge & R.A. Merkel Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Fransisco. Adnan, M Teknik Kromatografi dalam Analisis Bahan Pangan Pertanian. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Andarwulan, N., F. Kusnandar & D. Herawati Analisis Pangan. Dian Rakyat, Jakarta. Apriyantono, A., F. Kusnandar, D. Setyaningsih & D. Syah Isolasi, karakterisasi, dan sintesis peptida gurih dari produk perikanan olahan tradisional. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing XI. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arief, I.I Karakterisasi bakteri asam laktat indigenus asal daging sapi sebagai probiotik dan identifikasinya dengan analisis urutan basa gen 16s rrna. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arief, I. I., R. R. A. Maheswari & T. Suryati Karakteristik dan evaluasi nilai gizi protein daging sapi DFD hasil fermentasi L. plantarum yang diisolasi dari daging sapi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XIII/tahun ke-1. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arief, I. I Pengaruh aplikasi kultur kering dengan beberapa kombinasi mikroba terhadap kualitas fisiko-kimia dan mikrobiologi sosis fermentasi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Association of Official Analytical Chemistry Official Methods of Analysis. 16 th Edit. Vol 1A. Association of Official Analytical Chemist Inc, Washington D.C. Bacus, J Utilization of Microorganism in Meat Processing. Research Studies Press Ltd, England. Bergamini, C.V., E.R. Hynes, & C.A. Zalazar Influence of probiotic bacteria on the proteolysis profile of a semi hard cheese. International Dairy J. 16(2006): Bruna, J.M., J.A. Ordóñez, M. Fernandez, B. Herranz, & L. de la Hoz Microbial and physico-chemical changes during the ripening of dry fermented sausages superficially inoculated with or having added an intracellular cell-free extract of Penicillium aurantiogriseum. J. Meat Sci. 59(1): Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, & M. Wooton Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

57 Fardiaz, S Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Fardiaz, S Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Jakarta. Farell, K. T Spices, Condiments, and Seasonings. 2 nd Edit. Van Vostrdan Reinhold, New York. Ferreira, V., J. Barbosa, S. Vendeiro, A. Mota, F. Silva, M.J. Monteiro, T. Hogg, P. Gibbs, & P. Teixeria Chemical and microbiological characterization of alheira: A typical Portuguese fermentedsausage with particular reference to factors relating to food safety. J. Meat Sci. 73(4): Firdaus, H Karakteristik kimia sosis asap dengan bahan baku campuran daging dan lidah sapi selama penyimpanan dingin (4-8 C). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Firmansyah, D Profil fenotipik isolat bakteri asam laktat yang berasal dari daging sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fuller, R Probiotic in man and animal. J. Applied Bacteriology. 66: Gomes, A.P. & F.X. Malcata Bifidobacterium spp. and Lactobacillus acidophilus: biological, biochemical, technological and therapeutical properties relevant for use as probiotics. J. Trends in Food Sci. and Techno. 10(4-5): Hairita, I Fermentasi untuk memproduksi asam amino. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hristova, P.K, S. Bakalova, B. Gocheva & P. Moncheva Envidence for proteolytic activity of Lactobacilli isolated from kefir grains. Biotechno and Biotechnol Jay, M.J Modern Food Microbiology. 6 th Maryland. Edit. Aspen Publisher Inc., Karyadi, D. & Muhilal Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. PT Gramedia. Jakarta. Kok, J Genetic of the proteolytic system of lactic acid bacteria. Department of Genetics, University of Groningen, The Netherlands. Kurniawati, N Aktivitas proteolitik dan mutu protein dendeng sapi yang difermentasi Lactobacillus plantarum hasil isolasi dari daging sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusnandar, F Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat, Jakarta. Lawrie, R. A Ilmu Daging. Edisi kelima. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Marathe, M.Y & J.S Ghosh Study of Proteinase activity of Lactobacillus plantarum NCIM International J. Genetics & Molecular Bio. 1(1):

58 Milton, J Bacteria can drive the evolution of new species. [12 Juni 2012] Moulay, M, H. Aggad, Z. Benmechernene, B. Guessas, D.E. Henni & M. Kihal Cultivable lactic acid bacteria isolated from algerian raw goat s milk and their proteolytic activity. World J. Dairy & Food Sci. 1(1): Muchtadi, D., N.S. Palupi & M. Astawan Metabolisme Zat Gizi I : Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia, Pustaka Sinar Harapan Bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nur, M.A., H. Adijuwana & Kosasih Penuntun Praktikum: Teknik Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pelczar, M.J & Chan, E.C.S Dasar-dasar Mikrobiologi I. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Poedjiadi, A Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Ray, B Fundamental Food Microbiology. 3 nd Edit. CRC Press, New York. Riwayati, K.E Isolasi Salmonella spp pada ovarium dan telur ayam ras petelur yang diberi probiotik Lactobacillus acidophilus. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rukmana, R Usaha Tani Jahe. PT. Kanisius. Yogyakarta. Selvia, M Uji antagonistik bakteri kandidat probiotik Lactobacillus ferrmentum 2B4 terhadap Salmonella spp. yang menginfeksi ayam petelur secara in vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Thomas, T.D & G.G Pritchard Proteolytic enzymes from dairy starter cultures. Fed. Eur. Microbiol. Soc. Microbiol. Rev. 46:245. Toldra, F., Y. Sanz, & M. Flores Meat Fermentation Technology. Dalam: Y.H. Hui, W.K. Nip, R.W. Rogers, O.A. Young (Eds.). Meat Science and Applications. Marcell Dekker Inc., New York. Varnam, A.N. & J.P. Shutherland Meat and Meat Product Chapman and Hall, London. Wibowo Biokimia Pangan dan Gizi. UGM Press. Yogyakarta. Wijayanto, U Analisis in vitro toleransi isolat bakteri asam laktat asal daging sapi terhadap ph lambung, ph usus dan garam empedu sebagai kandidat probiotik. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 43

59 Xiong L. Youling & W.B. Mikel Meat and Meat Products. Dalam: Y.H. Hui, W.K. Nip, R.W. Rogers, O.A. Young (Eds.). Meat Science and Applications. Marcell Dekker Inc., New York

60 LAMPIRAN

61 Lampiran 1. Analisis Ragam Uji Kadar Air Sosis Fermentasi Sumber Keragaman Db JK KT Fhit P Perlakuan 2 2,452 1,226 0,24 0,791 Galat 6 30,243 5, 041 Total 8 32,695 Lampiran 2. Analisis Ragam Uji Kadar Abu Sosis Fermentasi Sumber Keragaman Db JK KT FHit P Perlakuan 2 0,163 0,817 0,24 0,790 Galat 6 2,002 0,334 Total 8 2,166 Lampiran 3. Analisis Ragam Uji Kadar Protein Sosis Fermentasi Sumber Keragaman Db JK KT FHit P Perlakuan 2 4,190 2,095 0,24 0,795 Galat 6 52,628 8,771 Total 8 56,819 Lampiran 4. Analisis Ragam Uji Kadar Lemak Sosis Fermentasi Sumber Keragaman Db JK KT FHit P Perlakuan 2 61,43 30,71 2,29 0,183 Galat 6 80,65 13,44 Total 8 142,08 Lampiran 5. Analisis Ragam Uji Kadar Karbohidrat Sosis Fermentasi Sumber Keragaman Db JK KT FHit P Perlakuan 2 27,56 13,78 0,47 0,646 Galat 6 176,01 29,34 Total 8 203,

62 Lampiran 6. Bobot Molekul Asam Amino Sosis Fermentasi Area (µ g/µ mol) No Asam Bbt Standar A B C Amino Mol 1 Aspartat 133, Glutamat 147, Serina 105, Histidin 155, Glisin 75, Treonin 119, Arginin 174, Alanin 89, Tirosin 181, Metionin 149, Valin 117, Fenilalanin 165, Ileusin 131, Leusin 131, Lisin 146, Bobot contoh (ug) Sumber: Hasil Analisis di Laboratorium Terpadu,

63 Lampiran 7. Konsentrasi Asam Amino Sosis Fermentasi No Asam Amino Bbt Mol Konsentrasi (%w/w) Kons.Std A B C 1 Aspartat 133,1 0,5 1,47 1,53 1,55 2 Glutamat 147,1 0,5 2,58 2,68 2,85 3 Serina 105,09 0,5 0,63 0,65 0,65 4 Histidina 155,16 0,5 0,55 0,58 0,60 5 Glysina 75,07 0,5 0,75 0,69 0,62 6 Threonina 119,12 0,5 0,69 0,76 0,73 7 Arginina 174,2 0,5 1,03 1,06 1,04 8 Alanina 89,09 0,5 0,99 1,00 1,01 9 Tyrosina 181,19 0,5 0,53 0,58 0,59 10 Methionina 149,21 0,5 0,41 0,44 0,44 11 Valina 117,15 0,5 0,78 0,82 0,85 12 Fenilalanina 165,19 0,5 0,69 0,72 0,78 13 Lleusina 131,17 0,5 0,73 0,79 0,82 14 Leusina 131,17 0,5 1,29 1,36 1,39 15 Lysina 146,19 0,5 1,38 1,52 1,61 14,48 15,18 15,53 Sumber: Hasil Analisis di Laboratorium Terpadu,

64 Lampiran 8. Gambar Kultur Induk L. acidophilus 2B4 dan L. plantarum 2C12 Lampiran 9. Gambar Proses Penelitian (a) Persiapan Daging dan Lemak, (b) Daging dan Lemak Beku, (c) Pencampuran Daging, Lemak, dan Bumbu, (d) Pengemasan Dalam Selongsong, (e) Pemeraman, (f) Pengasapan (a) Persiapan Daging dan Lemak (b) Daging dan Lemak Beku (c) Pencampuran Daging, Lemak, dan Bumbu (d) Pengemasan Dalam Selongsong (e) Pemeraman (e) Pengasapan 49

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Fermentasi

TINJAUAN PUSTAKA Daging Fermentasi TINJAUAN PUSTAKA Daging Daging merupakan semua jaringan hewan dan seluruh produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang layak dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE Lokasi dan Waktu Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Laboratorium mikrobiologi, SEAFAST CENTER, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Produksi Bakteriosin Kasar

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Produksi Bakteriosin Kasar MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai Mei 2012 di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bagian IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari 2008 sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Pengolahan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C) KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C) SKRIPSI HENDRIA FIRDAUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING Oleh : Akram Hamidi 1. Pendahuluan Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi yang sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei Tahun 2013 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Kefir adalah susu yang difermentasi dengan Kefir Grains yang terdiri dari berbagai jenis bakteri asam laktat dan ragi. Kefir, sejenis susu fermentasi yang terbuat dari bakteri hidup.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Susu kuda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih kasar dan daging sapi lebih halus, daging kerbau mengandung kadar protein

TINJAUAN PUSTAKA. lebih kasar dan daging sapi lebih halus, daging kerbau mengandung kadar protein II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Daging menurut SNI 01-0366-2000 adalah urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari hewan sehat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan antara bangsa-bangsa sapi asli Indonesia (Jawa dan Madura)

Lebih terperinci