PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR"

Transkripsi

1 21 PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR H. Muhammad Zaini, Siti Wahidah Arsyad, Hj Noor Fajriah Abstrak Penelitian ini bermaksud mengembangkan model pembelajaran sekolah hijau pada mata pelajaran sains dan matematika di SD, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir, dan keterampilan siswa, sehingga lebih bermakna. Pengembangan model pembelajaran sekolah hijau dilakukan dengan menggali konteks lokal berdasarkan lingkungan di mana sekolah tersebut berada, sebagai dasar awal menjelaskan ide dan konsep sains dan matematika. Dengan mengembangkan konteks lokal yang dekat dan telah dikenal oleh siswa pembelajaran sains dan matematika diharapkan lebih mudah dan bermakna bagi siswa, dapat mendorong proses belajar mengajar yang interaktif, dan membantu pemahaman sains dan matematika yang lebih baik, yaitu dapat lebih tahan lama, dapat digunakan untuk meningkatkan daya nalar, dan dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan model perangkat pembelajaran sains dan matematika dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran sekolah hijau ( for greening schools) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar. Model pembelajaran dalam penelitian ini mengadaptasi model Dick & Carey (1990). Subyek penelitian adalah guru SD kelas V semester 2 yang tergabung dalam gugus sekolah pada 5 daerah yakni Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tapin. Penentuan gugus dilakukan secara bertujuan. Penelitian tahun pertama dilaksanakan pada tahun pelajaran 2007/2008. Pengumpulan data dijelaskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Menggali konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran dilakukan melalui survei. Kajian telaah kurikulum sains dan matematika SD dilakukan melalui seminar dan lokakarya. Kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD dilakukan melalui pengamatan pembelajaran. Deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan hingga dihasilkan draf model dilakukan melalui Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: Kontrak: 024/SP2H/PP/DP2M/ III/2008, tanggal 6 Maret Dosen pada Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unlam Banjarmasin

2 22 seminar dan lokakarya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sumber data. menggali konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran dianalisis secara naratif. Kajian telaah kurikulum sains dan matematika SD dianalisis secara deskriptif. Kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD dianalisis secara kategorikal, kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto, 1998:246). Deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan hingga dihasilkan draf model dianalisis secara naratif. Hasil penelitian diperoleh 1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran di lingkungan peralihan rawa dan perbukitan sudah cukup tinggi. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di lingkungan perairan juga sudah cukup tinggi. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di lingkungan perbukitan/pegunungan masih rendah. 2) Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan peralihan rawa dan perbukitan belum bisa melepaskan dominasinya secara penuh. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan perairan sudah mulai mengurangi dominasinya. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan perbukitan/pegunungan masih belum baik. 3) Hasil belajar siswa dalam beragam lingkungan pembelajaran yang dianalisis dengan anacova menunjukkan signifikan, artinya penggunaan pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 4) Hasil selama proses pembelajaran dalam beragam lingkungan pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif sudah tergolong cukup baik. Hasil penelitian produk berupa prototype awal model pembelajaran sekolah hijau yang mencakup 3 daerah geografis, yakni daerah rawa (perairan), daerah pegunungan (perbukitan), dan daerah peralihan, sudah dapat digunakan oleh pada ketiga lingkungan penelitian. Kata Kunci: IPA SD, model pembelajaran, pendekatan PBM, pendekatan lingkungan, sekolah hijau Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dijawab dengan karya nyata oleh dunia pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran sains khususnya, akan memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi dan industrialisasi. Potensi ini akan terwujud jika mata pelajaran sains dan matematika mampu melahirkan siswa handal dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, berinisiatif dan adaptif terhadap perubahan

3 23 dan perkembangan yang terus terjadi. Kualitas sumber daya manusia sebagaimana telah diungkapkan menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan (Rustaman dan Widodo, 1996). Berdasarkan informasi dan observasi awal yang dilakukan peneliti saat ini, pembelajaran sains dan matematika selalu menekankan pada segi kognitif saja atau pada penguasaan konsep, sementara segi psikomotor dan afektif serta penekanan pada proses pembelajaran belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan siswa masih sulit menerapkan konsep sains dan matematika yang diperoleh di kelas untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Contoh yang ditemukan di lapangan terlihat bahwa guru dalam membelajarkan sains dan matematika selalu mengambil contoh pada buku-buku yang beredar, misalnya dalam pembahasan tentang mahluk hidup, guru menampilkan gambar tentang kijang, jerapah, gajah, dan sebagainya. Contoh hewan tersebut tidak dapat dijumpai atau dilihat secara langsung oleh siswa SD, mereka mungkin hanya dikenal siswa melalui media massa, tanpa pernah melihat langsung. Padahal masih banyak hewan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa seperti bekantan ( Nasalis larvatus) merupakan hewan maskot Kalimantan Selatan, yang sekarang sudah mulai punah. Banyak siswa lebih mengenal monyet dibandingkan bekantan. Prestasi siswa pada mata pelajaran sains belum memuaskan, hal ini menunjukkan bahwa cara pembelajaran di sekolah belum mengarah pada pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sains. Meskipun secara tegas dinyatakan dalam KTSP agar pembelajaran sains lebih banyak menggunakan metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses kepada siswa, tetapi kenyataan di lapangan sering berbeda (Rustaman dan Widodo, 1996). Hal lain yang menyebabkan rendahnya prestasi mata pelajaran sains adalah karena para guru beranggapan bahwa pengetahuan itu dapat ditransfer langsung dari pikiran guru ke pikiran siswa. Padahal siswa datang ke sekolah sudah membawa berbagai pengetahuan awal yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Kegagalan pendidikan yang dirasakan saat ini dapat disebabkan karena model pembelajaran yang cenderung bersifat otoriter selama ini. Oleh karena itu sudah saatnya memikirkan cara pembelajaran dalam lingkungan yang lebih demokratis. Lingkungan belajar yang demokratis memberikan kebebasan pada siswa untuk

4 24 melakukan pilihan-pilihan tindakan belajar yang akan mendorong siswa untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, sehingga dapat memancarkan kegiatan yang kreatif-produktif (Dege ng, 2000). Sebagai perwujudan pendidikan yang demokratis adalah sikap guru harus mampu menerima perbedaan, menghargai pendapat siswa, tidak menang sendiri, dan tidak merasa paling tahu (Sadiman, 2000). Sekarang permasalahannya adalah bagaimana model pembelajaran yang demokratis itu? Model pembelajaran demokratis berarti harus mengubah paradigma lama, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered) dan menggantikannya dengan paradigma baru, yaitu pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning). Salah satu model pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berpikir siswa adalah model PBM (Problem Based Instruction) atau disebut juga dengan PBL (Problem Based Learning), pembelajaran berdasarkan masalah. Di atas telah dijelaskan model pengajaran dapat berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks, dan lingkungan belajarnya. Di dalam proses pembelajaran, pendekatan PBM berorientasi pada tujuan dan sintaks pembelajaran. Jika pendekatan ini disejajarkan dengan pendekatan lingkungan, maka akan menghasilkan model pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa pada kemampuan keterampilan berpikir yang berbasis kontekstual di mana mereka tinggal. Pembelajaran berdasarkan masalah akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan self-directed dan sangat efektif bagi siswa yang beragam karena mereka akan memilih sendiri permasalahan dan metode pemecahannya berdasarkan tingkatan masalah yang diminatinya serta memiliki tujuan pendidikan yang sangat luas (Greenwald, 2000). Pembelajaran berdasarkan masalah juga akan sangat memberikan motivasi siswa untuk melakukan investigasi dan pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa untuk menghasilkan sebuah produk/karya (Singletary, 2000). Kelancaran proses pembelajaran di sekolah memerlukan perangkat penunjang. Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku panduan siswa, buku panduan guru, LKS, APRP, dan RPP. Kenyataan menunjukkan tidak semua sekolah dapat terpenuhi. Selain itu keberadaan perangkat yang tersedia saat ini, umumnya tidak dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa di sekolah sesuai lingkungan di mana proses

5 25 belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu perlu diupayakan cara lain untuk mengatasi hal ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil ujicoba ujian nasional 2008, persentasi kelulusan jurusan IPA SMA dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan kurang dari 50%. Jika kondisi ini menjadi cermin hasil belajar sains di daerah ini, tentu sungguh menyedihkan (Harian Banjarmasin Post, 11 Maret 2008). Rendahnya prestasi belajar sains, diduga terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan guru selama ini dan kurangnya perangkat penunjang pembelajaran untuk sains SD. Oleh karena itu perlu adanya upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran materi sains khususnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar siswa tersebut adalah pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai konteks lingkungan di mana siswa berada untuk menunjang proses pembelajaran. Bertolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan sebuah pertanyaan penelitian: Bagaimana pengembangan model perangkat pembelajaran sains dan matematika dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran sekolah hijau ( for greening schools) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar? Secara khusus pertanyaan penelitian ini dapat dirinci lagi yaitu bagaimana konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran sekolah hijau di SD?, bagaimana telaah kurikulum sains dan matematika SD?, bagaimana kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD?, bagaimana deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan di SD?, bagaimana deskripsi kesesuaian jenis materi pembelajaran sains dan matematika dengan model pembelajaran sekolah hijau?, bagaimana prototype model pembelajaran sekolah hijau yang akan dikembangkan?, bagaimana hasil uji coba penggunaan model pembelajaran yang akan dikembangkan dan bagaimana keefektifan model pembelajaran yang akan dihasilkan? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan model perangkat pembelajaran sains dan matematika dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran sekolah

6 26 hijau ( for greening schools) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar. Operasional tujuan penelitian ini yaitu mengetahui konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran sekolah hijau di SD, mengetahui hasil telaah kurikulum sains dan matematika SD, mengetahui kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD, mengetahui deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan di SD, mengetahui deskripsi kesesuaian jenis materi pembelajaran sains dan matematika dengan model pembelajaran sekolah hijau, mengetahui prototype model pembelajaran sekolah hijau yang akan dikembangkan, mengetahui hasil uji coba penggunaan model pembelajaran yang akan dikembangkan dan mengetahui keefektivan model pembelajaran yang akan dihasilkan. Selama ini pendidikan lingkungan nampak marginal dalam suatu program sekolah sebagai tambahan kurikulum inti. Menurut Gough (1992) pendidikan lingkungan idealnya harus dicantumkan dalam kurikulum sekolah, dengan menyajikan topik terkini sesuai dengan lingkungan sekitarnya dalam berbagai cara. Beberapa pokok bahasan yang sangat mendasar, mempunyai kesempatan lebih besar untuk membahas materi yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan dengan cara tertentu. Pokok bahasan tersebut yaitu matematika dan sains. Pendidikan lingkungan tidak menambah program pendidikan sebagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang terpisah untuk kajian khusus, tetapi suatu dimensi yang terintegrasikan ke mata pelajaran lain. Pendidikan lingkungan menghasilkan suatu reorientasi dan reartikulasi dari berbagai disiplin dan berbagai pengalaman pendidikan (sains, matematika, IPS, seni, dan sebagainya) yang memberikan persepsi integral terhadap lingkungan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. KTSP dikembangkan atas dasar prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok/satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Menurut Soehendro (2006) satuan pendidikan perlu

7 27 memperhatikan kepentingan dan kekhasan daerah, sekolah, dan peserta didik dalam mengembangkan KTSP. Daerah memiliki keragaman potensi, keperluan, tantangan, dan keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah. Pendekatan PBM dikembangkan dari model pembelajaran berdasarkan masalah yang merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui pembelajaran ini peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog, selain itu guru melakukan scaffolding, yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual (Ibrahim dan Nur, 2000). METODE Metode penelitian yang digunakan mengacu pada batasan masalah yakni 1) Bagaimana konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran sekolah hijau di SD? 2) Bagaimana hasil telaah kurikulum sains dan matematika SD? 3) Bagaimana kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD? dan 4) Bagaimana deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan di SD?. Penelitian ini tergolong deskriptif eksploratif, yang bertujuan untuk memaparkan kondisi kekinian terhadap fenomena-fenomena yang teramati. Subyek penelitian adalah guru SD kelas V semester 2 yang tergabung dalam gugus sekolah pada 5 daerah yakni Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tapin. Penentuan gugus seperti Tabel 1 dilakukan secara bertujuan. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2007/2008. Tabel 1. Sekolah-sekolah yang Dijadikan Pusat Kegiatan Penelitian Sentra Kegiatan Lokasi sekolah Kabupaten/kota Tipe daerah SDN Surgi Mufti 1 Kecamatan Banjarmasin Utara Banjarmasin Rawa/pasang surut, kawasan perkotaan SDN Tabing Rimbah 1 Kecamatan Mandasatana Barito Kuala Rawa/pasang surut, kawasan pedesaan SDN Tirta Jaya 1 Kecamatan Pelaihari Tanah Laut Perbukitan/perkebunan SDN Hatungun 1 Kecamatan Binuang Tapin Pegunungan SDN Beruntung Baru Kecamatan Beruntung Baru Banjar Persawahan Sumber: survey lapangan

8 28 Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Menggali konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran dilakukan melalui survei. Kajian telaah kurikulum sains dan matematika SD dilakukan melalui seminar dan lokakarya. Kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD dilakukan melalui pengamatan pembelajaran. Deskripsi model pembelajaran sains dan matematika hingga dihasilkan draf model dilakukan melalui seminar dan lokakarya. Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan sumber data. Konteks lokal Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran dianalisis secara naratif. Kajian telaah kurikulum sains dan matematika SD dianalisis secara deskriptif. Kondisi awal proses pembelajaran sains dan matematika SD dianalisis secara kategorikal, dan ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto, 1998:246). Deskripsi model pembelajaran sains dan matematika yang akan digunakan hingga dihasilkan draf model dianalisis secara naratif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tahun pertama telah dilaksanakan meliputi 1) menggali konteks lokal Kalimantan Selatan 2) mengembangkan silabus sebagai bahan pengembangan model pembelajaran sekolah hijau di SD, 3) mengeksplorasi (menganalisis) proses pembelajaran sains dan matematika SD, dan 4) melakukan refleksi kegiatan workshop pemetaan kurikulum/pengembangan silabus berbasis sekolah hijau. Kegiatan menggali konteks lokal Kalimantan Selatan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran sekolah hijau di SD seperti Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penetapan Lokasi Penelitian Pusat Kegiatan Kecamatan Kabupaten/ Jarak dari ibukota Tipe daerah kota provinsi (km) SDN Surgi Mufti 1 Banjarmasin Utara Banjarmasin 4 Daerah perkotaan yang dikelilingi sungai SDN Tabing Mandasatana Barito Kuala 20 Dataran rendah/rawa Rimbah 1 SDN Tirta Jaya 1 Pelaihari Tanah Laut 67 Daerah perkebunan SDN Hatungun 1 Binuang Tapin 110 Daerah pegunungan SDN Beruntung Baru Beruntung Baru Banjar 30 Daerah Persawahan, dan pedesaan Sumber: Survei lapangan

9 29 Berdasarkan hasil survei ini, maka diharapkan desiminasi hasil-hasil penelitian akan lebih merata. Hasil kajian telah digunakan untuk menganalisis kurikulum sains seperti Tabel 3, sedangkan.hasil analisis kurikulum matematika SD seperti Tabel 4. Tabel 3. Hasil Analisis KTSP Sains SD dan Buku-buku yang Memuat Nuansa Lingkungan dalam Pembelajaran kelas Kompetensi Dasar (KD) KD Biologi KD Sains bernuansa lingkungan % Sumber Buku (Penerbit) ,0 87,5 1. Balai Pustaka 2. Mediatama 3. Titian Ilmu 4. Tropica ,5 5. Intan Pariwara 6. Sahabat 7. Regina 8. Armandelta Sumber: Seminar dan Lokakarya Pemetaan Kurikulum dan Pengembangan Silabus Sains dan Matematika Sekolah Dasar Berbasis Sekolah Hijau ( Greening Schools) Dilaksanakan pada Tanggal Juli 2008 di Kabupaten Banjar. Tabel 4. Hasil Analisis KTSP Matematika SD dan Buku-buku yang Memuat Nuansa Lingkungan dalam Pembelajaran Kelas Kompetensi Dasar (KD) KD Matematika Bernuansa Lingkungan % Sumber Buku (Penerbit) Sumber: ,8 43,5 1. Balai Pustaka 2. Citra 3. Cempaka Putih ,8 4. Aneka Ilmu 5. Erlangga 6. Regina Seminar dan Lokakarya Pemetaan Kurikulum dan Pengembangan Silabus Sains dan Matematika Sekolah Dasar Berbasis Sekolah Hijau ( Greening Schoolss) Dilaksanakan pada Tanggal Juli 2008 di Kabupaten Banjar Hasil eksplorasi (menganalisis) proses pembelajaran sains dan matematika SD seperti Tabel 5. Pada Tabel 5, kemampuan guru yang perlu ditingkatkan adalah di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut. Refleksi kegiatan seminar dan lokakarya meliputi pengembangan kurikulum, pemetaan kurikulum berbasis lingkungan, dan validasi silabus SD/MI berbasis lingkungan. Hasil refleksi ini yang dianggap mendukung maupun bertentangan dengan kaidah pengembangan kurikulum berbasis sekolah hijau sebagai berikut: Silabus yang sebenarnya dibuat oleh sekolah

10 30 Tabel 5. Data Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Sains dan Matematika Kabupaten/ Kota Res. (org.) RPP Pelaksanaan Pembelajaran Pendhl. Eksplor. Elaborasi Konform Penutup Rt2 Kat. Rt2 Kat. Rt2 Kat. Rt2 Kat. Rt2 Kat. Rt2 Kat. Banjarmasin 12 2,82 KB 3,2 B 2,9 KB 2,75 KB 2,8 KB 2,9 KB Barito Kuala 17 3,45 B 3,3 B 3,3 B 3,04 B 3.1 B 2,9 KB Tanah laut 9 3,24 B 2,94 KB 2,57 KB 2,64 KB 2,89 KB 2,86 KB Tapin 6 3,43 B 3,54 B 3,89 B 3,37 B 3,17 B 3,37 B Banjar 16 2,7 KB 3,39 B 3,21 B 3,16 B 3,23 B 3,22 B Jumlah 60 Keterangan: Rt2 = rata-rata Kat. = kategori (sangat baik =4, baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1) Sumber: Hasil observasi kinerja guru dalam pembelajaran sains dan matematika atau beberapa sekolah tidak perlu dilakukan karena sudah ada silabus yang diterbitkan orang lain. Ada 80% responden menyatakan tidak setuju, hal ini menjadi penghalang besar dalam pengembangan silabus, karena meseka salah kaprah terhadap KTSP, buku pelajaran yang digunakan di sekolah tidak mencerminkan lingkungan setempat. Ada 50% responden tidak setuju Butir pertanyaan ini menjadi pendorong untuk mengembangkan silabus dan buku-buku yang digunakan di sekolah tidak mengajak guru maupun siswa untuk berpikir kritis. Ada 60% responden menyatakan tidak setuju, hal ini merupakan faktor positif untuk melaksanakan pembelajaran berbasis sekolah hijau. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun kesatu, dapat disimpulkan sementara yaitu Ada 5 kabupaten/kota yang akan dijadikan model pengembangan sekolah hijau. Kelima kabupaten/kota ini memiliki tipe daerah cukup beragam, dan menjadi cermin tipe-tipe daerah di provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil survei ini, maka diharapkan desiminasi hasil-hasil penelitian akan lebih merata. Kelima kabupaten/kota ini adalah Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar, Hasil analisis KTSP sains dan matematika SD dan buku-buku yang telah memuat nuansa lingkungan cukup besar. Jadi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan melalui model pengembangan sekolah hijau menjadi lebih beralasan, kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran sains dan matematika belum memuaskan, khususnya di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut. Ini menjadi bahan pertimbangan untuk melaksanakan pengembangan model pembelajaran dengan mengoptimalkan peran

11 31 guru dalam setiap kegiatan, khususnya workshop pengembangan bahan ajar, dan berdasarkan hasil refleksi kegiatan tahun kesatu, maka pengembangan pembelajaran berbasis sekolah hijau menjadi lebih terbuka, dengan berbagai pertimbangan, khususnya memperbaiki salah tafsir dari sebagian besar responden tentang pengembangan silabus Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 13 kabupaten/kota. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, ada 5 kabupaten/kota yang akan dijadikan model pengembangan sekolah hijau. Kelima kabupaten/kota ini memiliki tipe daerah cukup beragam, dan menjadi cermin tipe-tipe daerah di provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil survei ini, maka diharapkan desiminasi hasil-hasil penelitian akan lebih merata. Kelima kabupaten/kota ini adalah Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar. Hasil analisis KTSP sains dan matematika SD dan buku-buku yang telah memuat nuansa lingkungan cukup besar. Jadi peluang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan melalui model pengembangan sekolah hijau menjadi lebih beralasan. Masalahnya adalah inovasi pembelajaran semacam ini belum pernah dilaksanakan secara melembaga, sehingga perlu waktu untuk melakukan sosialisasi model pembelajaran yang akan dikembangkan. Hal yang dianggap positif adalah respon guru dalam menerima inovasi ini cukup besar. Jadi dengan modal ini diharapkan pembelajaran sekolah hijau akan berhasil dengan baik. Model pembelajaran yang akan dikembangkan adalah model perangkat pembelajaran pada penelitian ini mengadopsi model Dick and Carey (1990). Berdasarkan hasil refleksi kegiatan tahun kesatu, maka pengembangan pembelajaran berbasis sekolah hijau menjadi lebih terbuka, dengan berbagai pertimbangan, khususnya memperbaiki salah tafsir dari sebagian besar responden tentang pengembangan silabus. Model perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa bahan ajar siswa berbasis lingkungan, LKS, dan RPP. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di lingkungan peralihan rawa dan perbukitan dan di lingkungan perairan sudah cukup tinggi. Banyak hasil-hasil penelitian yang mendukung temuan ini, baik dipandang dari pembelajaran melalui PBM, maupun dengan menggunakan pendekatan lingkungan. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui pendekatan PBM telah dilaporkan oleh

12 32 penelitian sebelumnya (Silaban, 1999; Sutini, 2000, Supramono (2005). Ada kesamaan yang diperoleh dari penelitian terakhir ini, yakni ada peningkatan aktivitas siswa. Peran aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan cukup baik, dan keterampilan siswa dalam kegiatan eksperimen secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik (Silaban, 1999). Aktivitas siswa dominan dalam melakukan penyelidikan dan memperhatikan penjelasan guru/siswa lain waktu diskusi (Supramono, 2005). Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di lingkungan perbukitan/ pegunungan masih rendah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya (Silaban, 1999; Sutini, 2000, Supramono (2005). Penelitian pembelajaran di lingkungan perbukitan/pegunungan dilaksanakan di Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Sekolah tempat penelitian di lingkungan ini tergolong jarang tersentuh inovesi pembelajaran, khususnya bila dibanding dengan pembelajaran di lingkungan perairan (K ota Banjarmasin), dan lingkungan peralihan rawa dan perbukitan (Kota Banjarbaru). Oleh karena itu pembaharuan pendidikan agar dapat dipusatkan di daerah ini, sehingga sejajar dengan daerah penelitian lainnya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan konstruktivis sangat memungkinkan dilaksanakan, karena lingkungan belajar siswa kaya akan sumber belajar yang beragam. Aktivitas siswa yang belum berkembang (masih rendah) pada ketiga lingkungan pembelajaran terletak pada 1) Melakukan refleksi dan mengevaluasi proses penyelidikan, dan 2) Membuat atau menulis rangkuman pelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Supramono, 2005). Temuan ini bisa dipahami, karena kemampuan melakukan analisis dan sintesis merupakan keterampilan proses tingkat tinggi. Ini akan berkembang dengan baik bilamana siswa akrab dengan pembelajaran berorientasi proses, bukan semata-mata mengejar hasil pembelajaran. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan peralihan rawa dan perbukitan belum bisa melepaskan dominasinya secara penuh. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan perairan sudah mulai mengurangi dominasinya. Dari 2 temuan ini dapat dibuat kesimpulan sederhana yakni sudah ada tanda-tanda pengurangan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (Sutini, 2000) di mana aktivitas guru dan siswa meningkat selama kegiatan pembelajaran secara bersamaan. Menurut

13 33 Sutini (2000) sebagian besar waktu digunakan oleh guru mitr a untuk membimbing penyelidikan dan diskusi, membimbing analisis dan evaluasi pemecahan masalah, ini merupakan kaidah kontradiksi dengan hasil penelitian ini. Sebaliknya hasil penelitian ini sejalan dengan Supramono (2005) di mana guru memberikan kesempatan seluasluasnya untuk mengembangkan aktivitas mereka. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan perbukitan/ pegunungan masih belum baik. Aktivitas guru yang cenderung dominan sehingga menghambat proses pembelajaran terletak pada 1) Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, dan 2) Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, 3) Membimbing siswa memahami LKS, 4) Membimbing siswa melakukan pengamatan/percobaan, dan 5) Membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran. Jika hal ini dibenarkan tentu sejalan dengan penelitian sebelumnya (Sutini, 2000). Makin baik guru dalam mengelola pembelajaran, dikatakan makin baik proses pembelajarannya. Ada peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan sebelumnya dalam menggunakan pendekatan PBM dalam pembelajaran (Timurrini, 2000; Sutini, 2000; Supramono, 2005). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBM bukan saja meningkatkan tes hasil belajar produk siswa, akan tetapi juga meningkatkan proses berpikir dan keterampilan berpikir siswa (Supramono, 2005). Hasil tes belajar siswa yang meliputi tes produk dan tes proses setelah melaksanakan kegiatan belajar dengan model PBM secara keseluruhan dikatakan dapat meningkat (Timurrini, 2000). Peningkatan hasil belajar juga dijumpai dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan seperti dilaporkan sebelumnya (Naparin dkk., 2004; Nayatilah, 2005; Nissa, 2003; Afriani, 2005; Wulandari, 2005). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan produk, proses, dan keterampilan (Naparin dkk. 2004). Secara umum pemahaman siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan (Nayatilah, 2005; Nissa, 2003; Afriani, 2005; Wulandari, 2005).

14 34 Hasil selama proses pembelajaran dalam beragam lingkungan pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif sudah tergolong cukup baik. Banyak penelitianpenelitian yang mendukung temuan ini. Bukan saja dilihat dari penggunaan pendekatan PBM dalam pembelajaran (Silaban, 1999; Timurrini, 2000; Sutini, 2000; Supramono, 2005), akan tetapi juga dilihat dari penggunaan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran (Naparin dkk., 2004; Nayatilah, 2005; Nissa, 2003; Afriani, 2005; Wulandari, 2005). Berdasarkan hasil pembahasan maka isu pendidikan lingkungan termarjinalkan dalam kurikulum inti seperti dijelaskan pada Bab I tidak selalu benar. Alasan lain penggunaan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran perlu mendapat perhatian adalah sebagian besar bahan kajian biologi di SD diarahkan akrab dengan lingkungan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan model perangkat pembelajaran sains dan matematika dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran sekolah hijau ( for greening schools) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar dapat disimpulkan 1) peneliti telah menetapkan 5 kabupaten/kota yang akan dijadikan model pengembangan sekolah hijau yakni Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar. 2) berdasarkan hasil analisis KTSP sains dan matematika SD dan buku-buku yang telah memuat nuansa lingkungan cukup besar. 3) kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran sains dan matematika sebelum inovasi dilaksanakan belum memuaskan, khususnya di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut. 4) berdasarkan hasil refleksi kegiatan tahun kesatu, maka pengembangan pembelajaran berbasis sekolah hijau menjadi lebih terbuka, dengan berbagai pertimbangan, khususnya memperbaiki salah tafsir dari sebagian besar responden tentang pengembangan silabus. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan pemerintah kabupaten/kota, ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan model perangkat pembelajaran sekolah hijau. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meyakinkan setiap inovasi akan berhasil bilamana semua komponen yang terkait juga turut membantu

15 35 pelaksanaan di lapangan, sekalipun pengembangan model perangkat pembelajaran bukan hal yang mudah, maka diharapkan kesediaan para guru untuk mengikuti dengan tekun tahap demi tahap pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR RUJUKAN Afriyani, Erma Upaya Mengoptimalkan Pemahaman Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Tahun Pelajaran 2004/2005 tentang Konsep Ekosistem dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin. Tidak Diterbitkan. Degeng, I Nyoman S., (2000). Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Demokrasi Belajar, Makalah disajikan Dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknology Pembelajaran V, Malang: Kerjasama UM dan IPTPI Cabang Malang. Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Sains SD. Jakarta. Dick, W. dan Carey, L., (1990). The Systematic Design of Instructional, Second Edition, London: Scott, L. Foresman and Company. Gough, Noel Blueprints for greening Schoolss. Gould League. Victoria: Greenwald, N.L., (2000). Learning from Problem, The Science Teacher, 67(4): Naparin, A; Zaini, Muhammad; Nurjiwan; Arbayah Upaya Memaksimalkan Pemahaman Konsep Makhluk Hidup Murid Kelas VI SD Negeri Sungai Miai 7 Banjarmasin dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan. Banjarmasin, Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. Nayatilah, Siti Optimalisasi Pemahaman Siswa Kelas X MAN Kelua Kabupaten Tabalong Tahun Pelajaran 2005/2006 tentang Konsep Kerja Ilmiah dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP Unlam. Banjarmasin. Tidak Diterbitkan Nissa, Khairun Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP Unlam. Banjarmasin. Tidak Diterbitkan

16 36 Nur, M., (1988). Pendekatan-pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran, IKIP Surabaya. Rustaman, N.Y., dan Widodo, A., Keterpaduan Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Menyiapkan Guru IPA SD, Bandung: IPAMIPA IKIP BANDUNG. Sadiman, A.S., Paradigma Baru Pengemasan Pendidikan Yang Demokratis Ditinjau Dari Aspek Kebijakan, Makalah disajikan Dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknology Pembelajaran V, Malang: Kerjasama UM dan IPTPI Cabang Malang. Silaban, B., Penerapan Model Pengajaran Berdasarkan Masalah pada Pengajaran Fisika di SMU, Makalah Komprehensif, Prograsm Pascasarjana UNESA. Singletary, J.R., (2000). Sound Ecology Student aplly problem based learning to environmental question, The Science Teacher, 67 (4): Supramono Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi PPS UM Malang. Malang. Tidak diterbitkan. Sutini, Pengembangan Perangkat Pembelajaran sains dan matematika Berprientasi Model Pengjaran Berdasarkan Masalah Bahan Kajian Air di Sekolah Dasar, Tesis, Program Pascasarjana UNESA. Timurrini, E., Penembangan Perangkat Pembelajaran Kimia SMU Ysng Berorientasi Pada Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Makalah Komprehensif, Program Pascasarjana UNESA. Wulandari, Ratna Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Respon Siswa Kelas I SMP Negeri 1 Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Tahun Pelajaran 2004/2005 tentang Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Pendekatan Lingkungan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP Unlam Banjarmasin. Tidak Diterbitkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dijawab dengan karya nyata oleh dunia pendidikan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penelitian tentang pembelajaran IPA SD melalui model perangkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penelitian tentang pembelajaran IPA SD melalui model perangkat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Kegiatan penelitian tentang pembelajaran IPA SD melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian ini meliputi 2 hal pokok yakni 1) pengembangan model perangkat

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian ini meliputi 2 hal pokok yakni 1) pengembangan model perangkat BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan tujuan penelitian yang dikemukakan pada Bab I, maka metode penelitian ini meliputi 2 hal pokok yakni 1) pengembangan model perangkat pembelajaran, dan 2) hasil

Lebih terperinci

MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR THE GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR

MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR THE GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR 1 MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR THE GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR H. Muhammad Zaini, Siti Wahidah Arsyad, Hj. Noor Fajriah ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR RUJUKAN. Arends, R.I., Classroom Instructional and Management. New York: McGraw-Hill Book Companies, Inc.

DAFTAR RUJUKAN. Arends, R.I., Classroom Instructional and Management. New York: McGraw-Hill Book Companies, Inc. DAFTAR RUJUKAN Afriyani, Erma. 2005. Upaya Mengoptimalkan Pemahaman Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Tahun Pelajaran 2004/2005 tentang Konsep Ekosistem dengan Menggunakan Pendekatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Banjarbaru Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Muhammad Zaini Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin

MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Muhammad Zaini Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin Zaini, Model Pembelajaran Sekolah Hijau dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.. 8 MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Muhammad Zaini Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

ABSTRAK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SDN LAWAHAN PADA KONSEP ADAPTASI HEWAN MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN

ABSTRAK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SDN LAWAHAN PADA KONSEP ADAPTASI HEWAN MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 211 22 ABSTRAK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SDN LAWAHAN PADA KONSEP ADAPTASI HEWAN MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN Oleh: Nurul Ishthifaiyah, H. M. Zaini, H. Aminuddin PP Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * ABSTRAK Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh setiap orang karena dapat digunakan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi

Lebih terperinci

Siti Aisyah 1 ; H. Muhammad Zaini 2. Abstrak

Siti Aisyah 1 ; H. Muhammad Zaini 2. Abstrak MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN BINGKULU 2 KECAMATAN TAMBANG ULANG Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS Nur Ana, Herlina Fitrihidajati, Endang Susantini Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya. Karena maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bangsa kini ataupun masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mengarahkan siswa untuk lebih menutamakan konsep dari pada proses.

BAB I PENDAHULUAN. tahun mengarahkan siswa untuk lebih menutamakan konsep dari pada proses. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan No 23 tahun 2006 menyebutkan tujuan pendidikan menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/ Paket C adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Strategi belajar mengajar yang tepat sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan

Lebih terperinci

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI E3 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI Widodo SMP Negeri 1 Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Email: dwijowidodo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN. KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN H. Muhammad Zaini 1 Siti Noorhasanah 2 ; Aminuddin, PP 3 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN. KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN H. Muhammad Zaini 1 Siti Noorhasanah 2 ; Aminuddin, PP 3 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU

KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU 1 KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU H. Muhammad Zaini 1 Lisa Herlina 2 ABSTRAK Penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA Eka Trisianawati 1, Handy Darmawan 2 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Pontianak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Abdul Muiz, H. Aminuddin PP, Ahmad Naparin

ABSTRAK. Oleh: Abdul Muiz, H. Aminuddin PP, Ahmad Naparin 90 ABSTRAK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 11 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER Oleh: Abdul

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA

ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA 20 ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA Oleh : Amalia Rezeki, St.Wahidah Arsyad, Aminiddin P.P Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari bendabenda di alam tersebut

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa 1 BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan memegang

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING Seminar Nasional Pendidikan IPA Zainuddin zinuddin_pfis@unlam.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum yang berlaku di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama yaitu perencanaan atau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA () BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA Yanuar Sinatra Dosen Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Malang Email: ysinatra@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY pratiwi@uny.ac.id A. Pendahuluan Berbicara tentang tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3 Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

Lebih terperinci

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pengelompokan Makhluk Hidup Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III SDN 2 Salakan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 138 KETERAMPILAN PROSES DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PEKANBARU TAHUN AJARAN 2010/2011 Wan Syafii,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Abad 21 ditandai dengan perubahan dan pergeseran dalam segala bidang yang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar,

I. PENDAHULUAN. untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara makro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013 pengembangan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP, SMA dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum bukan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional dan saling berinteraksi, bergantung, dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang salah satu isi program pembelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE Nurul Hidayah, Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata, namun memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar dapat menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SAINS KELAS IV DI SDN NO. 25/I KAMPUNG BARU SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SAINS KELAS IV DI SDN NO. 25/I KAMPUNG BARU SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SAINS KELAS IV DI SDN NO. 25/I KAMPUNG BARU SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Jambi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci