BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Hartanti Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif dalam aspek pendidikan dan sekaligus merupakan sebuah indikator untuk menunjukkan kemajuan suatu bangsa. Kunci kemajuan suatu bangsa ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan dan pemahaman terhadap sains dan teknologi. Perkembangan sains dan teknologi pada abad sekarang membuat bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan yang bersifat multidimensi. Tantangan baru dari dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Kondisi ini menyebabkan adanya perubahan pemahaman terhadap pembelajaran sains (IPA). IPA telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan bahwa dalam belajar siswa mengkontribusi pengetahuannnya dan diusahakan agar partisipasi mereka dalam membangun pengetahuan lebih ditekankan. Pergeseran yang terjadi dalam pendidikan IPA bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman langsung dalam belajar. Selain itu, tuntutan tersebut memfasilitasi mereka dalam mengembangkan kompetensi yang mereka miliki untuk mencari tahu dan berbuat sehingga membantu mereka untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Tawil dan Liliasari, 2014, hal. 4). Pendapat tersebut dikuatkan oleh Jufri (2013, hal. 87) bahwa IPA telah berkembang dari IPA sebagai produk dari ilmu pengetahuan menjadi IPA sebagai cara berpikir dan bertindak sebagai kumpulan keterampilan proses sains dan sebagai proses penyelidikan ilmiah. Perubahan ini menjelaskan bahwa sasaran pembelajaran IPA menekankan pada pengembangan kemampuan bekerja secara ilmiah dan penguasaan terhadap konsep-konsep sains yang digambarkan melalui 1
2 2 hasil belajar ranah kognitif. Kedua kemampuan ini harus dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata tidak akan efektif tanpa adanya interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut sesuai pendapat Abidin (2013, hal. 9) bahwa pembelajaran harus mampu mengembangkan keterampilan siswa dalam hal berkomunikasi dan berkolaborasi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Iriantara (2014, hal. 1) menambahkan bahwa komunikasi merupakan jantung dari proses pembelajaran dan prasyarat untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa bila komunikasi baik, maka proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan peserta didik memiliki kesempatan untuk meningkatkan pembelajarannya. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi perlu dikembangkan dalam diri siswa melalui proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa pentingnya penguasaan konsep dan komunikasi tercantum dalam hakikat pembelajaran IPA. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA menuntut peserta didik agar bertindak layaknya seperti ilmuan. Seorang ilmuan akan mengkomunikasikan konsep yang telah diperoleh melalui penyelidikan ilmiah kepada orang lain. Diberlakukannya kurikulum 2013 memperjelas hakikat dari pembelajaran IPA dalam memfasilitasi siswa agar memiliki penguasaan yang lebih baik terhadap konsep sains dan kemampuan berkomunikasi. Kurikulum 2013 mendorong siswa untuk mampu dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Pembelajaran yang ditemukan di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Implementasi pembelajaran IPA belum memfasilitasi penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu SMP kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ditemukan bahwa penyebab rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran IPA, diantaranya (1) diduga pertanyaan
3 3 yang diajukan guru kepada siswa saat pembelajaran lebih dominan pada aspek ingatan sehingga siswa belum terbiasa menerapkan konsep yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata; (2) diduga semua konsep yang disajikan guru ke siswa masih dalam bentuk presentasi verbal, padahal untuk beberapa konsep yang sifatnya abstrak diperlukan cara penyajian yang berbeda seperti menyajikan dalam bentuk simbol-simbol; (3) diduga pembelajaran yang disajikan guru ke siswa umumnya dibebani konsep; (4) kurangnya perhatian guru terhadap aktivitas siswa dalam berkomunikasi baik komunikasi sesama anggota kelompok maupun antar kelompok; (5) guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya; serta (6) pembelajaran IPA masih berpusat pada guru dan cenderung bersifat informatif. Temuan di atas didukung dengan hasil wawancara dari beberapa guru di sekolah tersebut diketahui bahwa pada saat proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru, semua siswa mampu memahami konsep dari materi yang diajarkan. Sewaktu siswa diminta menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah terlihat bahwa mereka belum bisa melakukannya. Kondisi ini terjadi karena siswa belum terbiasa mengkomunikasikan konsep yang dipahaminya sehingga konsep awal yang mereka peroleh sebagai konsep dasar yang akan digunakan untuk menemukan konsep selanjutnya hilang begitu saja. Temuan lain juga terungkap bahwa siswa masih sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Selain itu, hasil wawancara dari beberapa orang siswa terungkap bahwa (1) guru tidak menyediakan LKS sebagai pedoman dalam melakukan praktikum; (2) siswa tidak pernah diminta untuk bernegosiasi antar kelompok terkait materi yang dipelajari; (3) kegiatan pembelajaran lebih banyak mencatat, serta (4) pembentukkan kelompok berdasarkan tempat duduk yang terdekat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang telah dilakukan belum sepenuhnya dapat mendorong siswa untuk menguasai konsep secara lebih mendalam. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran IPA kurang menyediakan ruang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kondisi ini mengakibatkan mereka belum sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran sehingga mereka kurang mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar. Hal ini
4 4 sesuai dengan pendapat Arifin (2013, hal. 180) bahwa belajar hanya mungkin terjadi apabila siswa aktif mengalami sendiri dan guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah tersebut belum sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menuntut siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi dengan lingkunganya sehingga mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang menyediakan wadah bagi siswa agar terlibat aktif dari semua aspek baik kognitif, psikomotor, dan afektif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan Science Writing Heuristic (SWH). Pendekatan ini dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa dan menuntun siswa untuk menemukan sebuah konsep hasil bentukan dari pikirannya melalui aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Karakteristik pendekatan SWH adalah gabungan aktivitas inkuri dan kerja kelompok interaktif dengan melibatkan strategi menulis (writing to learn) pada tiap langkah praktikum di laboratorium. Hasil tulisan tersebut berupa laporan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh peserta didik yang disajikan dalam format SWH. Penulisan laporan membuat peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kingir, Geban, & Gunel (2012) dalam tulisannya menjelaskan bahwa pendekatan SWH didasarkan pada filosofi konstruktivis karena mendorong siswa untuk menggunakan kegiatan laboratorium inkuiri terbimbing dan kerja kelompok kolaboratif dengan tujuan agar siswa aktif bernegosiasi untuk membangun pengetahuan. Pendekatan SWH yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan pembelajaran dalam kelas. Aktivitas negosiasi terjadi melalui metode diskusi di dalam dan antar kelompok. Aktivitas negosiasi merupakan bagian sentral dari pendekatan SWH karena pembelajaran terjadi melalui negosiasi dari sebuah ide. Proses negosiasi terjadi dari data eksperimen dan observasi melalui kerja kelompok dalam dan diantara kelompok. Keys, et al (1999) dalam Kingir, Geban, & Gunel (2012) menyimpulkan bahwa pendekatan SWH disebut juga dengan arguments based
5 5 inquiry activities karena pendekatan ini memfasilitasi terjadinya peningkatan pemahaman konseptual yang dipahami siswa melalui aktivitas inkuiri berbasis argumen. Selain itu aktivitas tersebut akan membuat siswa semakin aktif secara intelektual, dan sosial melalui keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran. Aktivitas-aktivitas tersebut terangkum dalam pola pembelajaran SWH yang terdiri dari tahap pre classroom activity, participation, negosiation I, negosiation II, dan reflection. Setiap tahapan tersebut melibatkan aktivitas writting to learn berupa menulis komponen-komponen yang telah dirumuskan meliputi pertanyaan awal, prosedur, hasil pengamatan, klaim, bukti, dan kesimpulan. Tahap pre classroom activity merupakan tahapan dimana guru mengajak siswa untuk berdiskusi dalam rangka memperoleh pengetahuan awal, pemahaman tambahan dan menyajikan sebuah wacana untuk merumuskan pertanyaan awal. Setiap kelompok mengemukakan gagasan mengenai pertanyaan awal yang telah dirumuskan. Selanjutnya pada tahap participation, guru mengajak siswa secara berkelompok untuk terlibat dalam kegiatan percobaan guna menjawab pertanyaan awal yang telah dirumuskan. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melakukan percobaan disajikan dalam bentuk wacana. Siswa diminta untuk memahami wacana tersebut dan merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan secara sistematis dilanjutkan dengan melakukan dan mengamati percobaan yang telah dilakukan. Tahap selanjutnya adalah negosiation I dimana guru membimbing siswa untuk berpikir tentang arti sebuah data. Hasil pemikiran tersebut dikenal dengan istilah klaim. Pada tahap ini klaim yang dirumuskan tiap-tiap kelompok kemungkinan berbeda sehingga nantinya akan terjadi aktivitas komunikasi lisan antar kelompok guna mempertahankan klaimnya masing-masing. Dalam mempertahankan klaim tersebut, tiap-tiap kelompok menyajikan bukti-bukti yang mendukung klaim. Peranan guru pada tahap ini memimpin jalannya diskusi. Tahapan selanjutnya adalah negosiation II dan reflection dimana guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan yang mereka peroleh tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adanya beberapa aktivitas siswa yang terintegrasi
6 6 di setiap tahapan-tahapan pembelajaran SWH diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian terhadap pembelajaran SWH menunjukkkan adanya peningkatan terhadap pemahaman, partisipasi, kemampuan berpikir, kemampuan menulis, dan prestasi siswa dalam membahas wacana sains (Cavagnetto, et.al., 2010; Cronje, et.al., 2011; Nam, Choi & Hand, 2010, Burke & Greenboew, 2006; Erkol, Kisoglu & Buyukkasap, 2010; dan Gunel, Hand & McDermott, 2009). Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan beberapa aktivitas yang tercakup dalam pembelajaran SWH menjadi aktivitas yang padu meliputi aktivitas inkuiri, writting to learn, dan kolaboratif untuk menunjang penguasaan konsep dan kemampuan dalam berkomunikasi terkait materi yang dipelajari. Konsep yang dipilih dalam penelitian ini adalah proses pendengaran pada manusia meliputi tiga subkonsep, yaitu struktur indera pendengaran dan getaran, gelombang, dan bunyi. Konsep ini dipilih karena mengandung makna keterpaduan sesuai dengan tuntutan pembelajaran IPA Terpadu di SMP yang akan membawa siswa dalam mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Keterpaduan ini dibuktikan adanya materi Fisika yang terkait dalam konsep pendengaran pada manusia. Umumnya siswa hanya mengetahui bahwa mereka dapat mendengar suara karena adanya indera pendengaran. Mereka belum mengerti bagaimana bagian-bagian dalam telinga saling bekerjasama sehingga proses mendengar dapat terjadi. Proses mendengar merupakan proses yang dekat dengan kehidupan seharihari siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang dapat melihat bagaimana pengaruh pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu terhadap pencapaian kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa pada konsep pendengaran pada manusia. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah peningkatan
7 7 pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan Science Writing Heuristic (SWH) terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa pada konsep pendengaran pada manusia? Untuk lebih mengarahkan penelitian maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia? 2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia? 3. Bagaimanakah profil kemampuan komunikasi lisan siswa dalam pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH pada konsep pendengaran pada manusia? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH pada konsep indera pendengaran pada konsep pendengaran pada manusia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran tentang peningkatan penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia. 2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia.
8 8 3. Memperoleh gambaran tentang profil kemampuan komunikasi lisan siswa sebagai dampak penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu pada konsep pendengaran pada manusia. 4. Memperoleh gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu pada konsep pendengaran pada manusia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, sebagai berikut: 1. Manfaat dari segi teori Secara teori manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu a. dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam memperoleh gambaran dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh pendekatan SWH dalam pembelajaran terhadap variabelvariabel terikat lainnya. b. dapat dijadikan referensi bagi guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa. 2. Manfaat dari segi praktik Secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: a. Bagi peneliti sebagai calon pendidik agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA dan pengalaman tambahan dalam meningkatkan serta mengembangkan diri untuk menjadi pendidik nantinya b. Bagi guru sebagai alternatif pembelajaran yang bermakna dibandingkan model pembelajaran yang lain dan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan wadah pengembangan kemampuan komunikasi yang dimiliki siswa SMP E. Struktur Organisasi Tesis
9 9 Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Bab II menjelaskan teori tentang pendekatan Science Writing Heuristic (SWH), penguasaan konsep, kemampuan berkomunikasi, pembelajaran IPA terpadu,pemetaan keterpaduan konsep pendengaran pada manusia, tinjauan konsep pendengaran pada manusia, penelitian relevan, asumsi, dan hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yaitu meliputi desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV menjelaskan temuan dan pembahasan yang terdiri dari pemaparan data dan pembahasan temuan penelitian. Bab V menjelaskan simpulan, implikasi dan rekomendasi berdasarkan temuan dalam penelitian.
2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Fisika merupakan bagian dari rumpun ilmu dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mempelajari fisika sama halnya dengan mempelajari IPA dimana dalam mempelajarinya tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran pada umumnya meliputi tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kurikulum pendidikan yang digunakan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejauh ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran masih berfokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang dan malam? bagaimana matahari terbit dan tenggelam? bagaimana proses terbentuknya pelangi? Pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung kelas VIII-B semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI COMPETING THEORIES TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMA PADA MATERI ELASTISITAS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran fisika tentunya tidak hanya dihadapkan dengan segudang fakta, setumpuk teori maupun sederetan prinsip dan hukum, namun lebih diarahkan kepada pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,
Lebih terperinciSkripsi. Oleh: Alanindra Saputra K
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DI KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: Alanindra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Peningkatkan
Lebih terperinci2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual
1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan. penemuan tentang pengetahuan pembelajaran, dan sebuah perspektif
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Learning demand dikembangkan sebagai alat untuk menyusun rencana pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan diberikan, penemuan tentang pengetahuan pembelajaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk merespon adanya perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO
PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO Desita Tri Anggraini, Muhardjito, Sutarman Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan masa kini lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan peserta didik agar dapat menghasilkan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang berfungsi membimbing siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangannya. Tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan ilmu berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan
Lebih terperinciTersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (1), 2016, 9-17
Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 8 (1), 2016, 9-17 Research Artikel PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENCE WRITING HEURISTIC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
Lebih terperinci2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari (Mahmudah, 2011: 1). Dalam pembelajaran, aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
Lebih terperinciJurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui proses pembelajaran. Dari proses
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarah pada pembentukan literasi sains peserta didik, tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami dengan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
Lebih terperinciberbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini menunjukkan bahwa sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Berkembangnya ilmu pengetahuan
Lebih terperinci2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh siswa (Gucluer & Kesercioglu, 2012; Rustaman, 2004). Konsep literasi sains memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran biologi, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh pengalaman yang meliputi ranah kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar mengajar yang efektif memerlukan penggunaan metodologi dan kemampuan pedagogi yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari generasi siswa sekarang yang lebih cenderung
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan
II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik yang ada di luar angkasa, dalam bumi dan di permukaan bumi. Trianto (2011: 137) menyatakan bahwa secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika. Penggunaan metode eksperimen dapat melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Bukan hanya kumpulan pengetahuan dan fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang begitu ketat dari berbagai macam bidang pada era globalisasi abad 21 ini, salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Persaingan yang terjadi pada era
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia
BAB III PEMBAHASAN Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang bertanya, jarang menjawab, pasif dan tidak dapat mengemukakan pendapat, sering ditemui oleh peneliti
Lebih terperinci