BAB I PENDAHULUAN. dan aktivitas gaya hidup (misalnya Lury, 1996; Bayley dan Nancarrow, 1998
|
|
- Fanny Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kegiatan berbelanja bukan merupakan kegiatan untuk memperoleh barang-barang atau memenuhi kebutuhan namun telah menjadi hiburan penting dan aktivitas gaya hidup (misalnya Lury, 1996; Bayley dan Nancarrow, 1998 dalam Herabadi et al., 2009). Pemasar dapat memberikan diskon untuk menarik konsumen yang dimotivasi oleh faktor pembelian secara langsung (Bellenger dan Korgaonkar, 1980). Sebagaimana beberapa negara di Asia tenggara, pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara terus-menerus didorong oleh konsumsi pribadi (Herabadi et al., 2009). Kegiatan belanja dipandang sebagai aktivitas rekreasi dan sarana untuk menghindar dari rutinitas sehari-hari daripada sekedar aktivitas transaksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan material (Činjarević et al., 2011) dan lebih pada memenuhi kebutuhan psikologis yang penting (Dittmar, Beattie dan Friese, 1996; Dittmar, 2005 dalam Herabadi et al., 2009). Dengan demikian disamping konsumen melakukan keputusan belanja yang terencana, konsumen juga membuat keputusan belanja yang tidak terencana seperti melakukan pembelian spontan, yaitu keputusan seketika tanpa niat membeli sebelumnya (Gültekin dan Özer, 2012). Beberapa konsumen memandang belanja sebagai mekanisme menghindar untuk lepas dari permasalahan dan sebagai sarana melepas stres serta menghilangkan suasana hati negatif (Jamal et al., 2006 dalam Činjarević et al., 2011). Bagi mereka kehidupan stres atau hari yang buruk dapat diubah menjadi pengalaman yang positif dengan sepasang sepatu baru, atau tas 1
2 (Činjarević, 2011). Kegiatan belanja ini sering dilakukan tanpa rencana sebelumnya, yang sering dikenal dengan pembelian spontan. Berbagai kemudahan berupa ketersediaan kartu kredit dan meningkatnya pendapatan sangat mendukung konsumen untuk melakukan pembelian spontan (Dittmar dan Drury, 2000 dalam Činjarević, 2011). Beberapa tahun terakhir banyak penelitian menguji bagaimana beberapa faktor yang spesifik terkait dengan konsumsi secara spontan (Podoshen dan Andrzejewski, 2011). Proses ini dipercaya menjadi hedonis dan erat kaitannya dengan perasaan dan motivasi psychosocial daripada pikiran dan hubungan motivasi fungsional (Baumgartner, 2002; Sharma, Sivakumaran dan Marshall, 2010 dalam Podoshen dan Andrzejewski, 2012). Kondisi pasar saat ini juga sangat mendukung terjadinya pembelian spontan. Dengan semakin meningkatnya persaingan dan semakin beragamnya aktivitas promosi dapat merangsang konsumen melakukan pembelian spontan terhadap barang-barang konsumen dan menjadi keunggulan kompetitif (Virvilaite et al., 2009). Sehingga menurut beberapa penelitian, perilaku pembelian spontan mencapai 80% dari seluruh pembelian dalam beberapa kategori produk (Abrahams, 1997; Smith, 1996 dalam Kacen dan Lee, 2002). Pembelian terhadap produk baru biasanya banyak dihasilkan dari pembelian spontan daripada pembelian dengan rencana sebelumnya (Sfiligoj, 1996 dalam Kacen dan Lee, 2002). Perilaku pembelian spontan didefinisikan sebagai pembelian tidak terencana yang dibentuk dari pengambilan keputusan yang relatif cepat dan bias subyektif dalam mendukung kepemilikan langsung (Rook dan Gardner,
3 dalam Yu dan Bastin, 2010). Menurut Rook (1987), pembelian spontan terjadi ketika pengalaman konsumen tiba-tiba, biasanya memiliki kekuatan dorongan terus menerus untuk membeli sesuatu secara cepat. Pembelian spontan secara hedonis komplek dapat merangsang konflik emosional. Perkembangan ini didorong oleh budaya konsumen mengenai bagaimana orang memandang tindakan belanja itu sendiri. Pertumbuhan e-commerce dan peningkatan orientasi konsumen pada masyarakat di seluruh dunia memperluas terjadinya pembelian spontan, tetapi hanya sedikit yang diketahui tentang perilaku pembelian dalam masyarakat non-barat (Kacen dan Lee, 2002). Secara tradisional, perilaku pembelian spontan dianggap suatu perilaku pembelian yang tidak rasional. Berdasarkan observasi, bahwa konsumen yang melakukan pembelian spontan dapat melanjutkan pembelian tertentu meskipun mereka belum sepenuhnya mempertimbangkannya dan mungkin ada penyesalan setelahnya (Herabadi et al., 2009). Pembelian spontan memang terkait dengan kecenderungan untuk mengabaikan kemungkinan konsekuensi yang berbahaya dan bahkan dapat menggunakan bentuk pembelian yang berlebihan atau kompulsif. Bagaimanapun juga pembelian spontan adalah bentuk yang ringan yang saat ini dipahami sebagai gaya konsumen yang lazim pada segmen dalam populasi, melibatkan perbedaan kelas produk dan terjadinya pada berbagai situasi dan dalam budaya yang berbeda ( Kacen dan Lee, 2002). Satu pendekatan psikologis membedakan antara sistem kognitif dan afektif. Dalam konteks pembelian produk, mempertimbangan biaya dan manfaat operasional merupakan operasional kognitif sedangkan menjadi gembira terhadap 3
4 produk merupakan pengalaman afektif. Shiv dan Fedorikhin (1999) menunjukkan bahwa sumber kognitif yang terbatas membuat pilihan konsumen berdasarkan afektif lebih disukai. Peneliti juga menunjukkan bahwa konsumen impulsif lebih menyukai dasar keputusan mereka pada afektif daripada kognitif (Allen, Machleit dan Kleine, 1992; Mano dan Oliver, 1993 dalam Herabadi et al., 2009). Faktor lain yang dapat mendorong konsumen melakukan pembelian spontan, antara lain faktor demografi, kebudayan, individu dan lingkungan. Faktor situasi merupakan variabel spesifik dalam lingkungan toko merupakan salah satu hal yang dapat memicu konsumen melakukan pembelian spontan (Graa dan elkebir, 2011). Lingkungan sekitar yang menyenangkan dan elemen di dalam toko yang membangkitkan gairah dapat menciptakan atmosfer lingkungan belanja yang menyenangkan. Variabel psikologis individu juga memainkan peran penting dalam pembelian spontan. Beberapa variabel meliputi motif, mood, self regulation style merupakan struktur kepribadian dasar (Herabadi et al., 2009). Faktor produk dapat memberikan nilai dan makna disamping fungsinya (Belk, 1988; Dittmar, 1992,2005; Higgins, 2002 dalam Herabadi et al., 2009). Produk juga dapat memicu konsumen melakukan pembelian spontan. Beberapa orang membeli produk untuk memenuhi keinginan untuk dikaitkan dengan gaya hidup atau kepribadian. Apabila kita fokus pada situasi pembelian yang segera, pembelian spontan tampaknya memenuhi motivasi hedonis (Hausman, 2000 dalam Verplanken et al., 2005). Nilai hedonis bersifat lebih subyektif dan pribadi daripada utilitarian dan menghasilkan lebih pada fun dan playfulness daripada hanya sekedar melengkapi 4
5 tugas (Holbrook dan Hirschman, 1982). Konsumen dapat juga menerima nilai hedonis dari persepsi murah (Babin et al., 1994). Herabadi et al. (2004) dalam Verplanken et al. (2005) menunjukkan bahwa pembeli impulsif memiliki perbedaan pengalaman belanja dengan pembeli yang tidak impulsif, keduanya berbeda dalam level kognitif dan afektif. Pada level kognitif pembeli impulsif menunjukkan pertimbangan hedonis daripada utilitarian dalam pembelian mereka. Pada level afektif, pengalaman belanja pembeli impulsif ditentukan oleh emosi positif dan high-arousal. Hal ini kontras dilakukan oleh pembeli tidak impulsif yang tidak menunjukkan emosi sama sekali dan membuat keputusan pembelian berdasarkan pertimbangan utilitarian. Verplanken dan Herabadi (2001) pada akhirnya menunjukkan bahwa kecenderungan pembelian spontan berhubungan dengan aspek dasar kepribadian, seperti dimensi kepribadian Big Five. Hasilnya menunjukkan bahwa pembeli pada pembelian spontan merupakan pembeli yang extravert dan sifat kehati-hatian yang lemah dan otonomi. Peneliti juga menemukan bahwa kecenderungan pembelian spontan berakar secara mendalam dalam kepribadian dan relatif stabil pada individu yang berbeda. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan diatas, maka permasalahan utama yang ingin dijawab dalam studi ini adalah apakah nilai belanja hedonis berpengaruh pada perilaku pembelian spontan dengan kondisi emosional sebagai pemediasi. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : 5
6 a. Apakah kebaruan berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? b. Apakah pujian dari orang lain berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? c. Apakah kesenangan berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? d. Apakah eskapisme berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? e. Apakah interaksi sosial berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? f. Apakah kondisi emosional berpengaruh pada perilaku pembelian spontan? g. Apakah kebaruan berpengaruh pada kondisi emosional? h. Apakah pujian dari orang lain berpengaruh pada kondisi emosional? i. Apakah kesenangan berpengaruh pada kondisi emosional? j. Apakah eskapisme berpengaruh pada kondisi emosional? k. Apakah interaksi sosial berpengaruh pada kondisi emosional? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh nilai belanja hedonis (kebaruan, pujian dari orang lain, kesenangan, eskapisme, dan interaksi sosial) pada perilaku pembelian spontan yang dimediasi oleh kondisi emosional. 1.4 Pertanyaan penelitian Penelitian ini bermaksud menjawab beberapa pertanyaan berikut ini : 1.) Apakah kebaruan berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 2.) Apakah pujian dari orang lain berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 6
7 3.) Apakah kesenangan berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 4.) Apakah eskapisme berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 5.) Apakah interaksi sosial berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 6.) Apakah kondisi emosional berpengaruh positif pada perilaku pembelian spontan? 7.) Apakah kebaruan berpengaruh positif pada kondisi emosional? 8.) Apakah pujian dari orang lain berpengaruh positif pada kondisi emosional? 9.) Apakah kesenangan berpengaruh positif pada kondisi emosional? 10.) Apakah eskapisme berpengaruh positif pada kondisi emosional? 11.) Apakah interaksi sosial berpengaruh positif pada kondisi emosional? 1.5 Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan sebuah modifikasi model riset asli yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yu dan Bastin (2010) dan Graa dan elkebir (2011). Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, dengan alasan bahwa Yogyakarta merupakan kota yang memiliki penduduk dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi dan faktor psikososial yang cukup baik. Didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indeks Tendensi Konsumen D.I Yogyakarta pada Triwulan I-2013 sebesar 106,13, artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat. Membaiknya kondisi ekonomi masyarakat D.I Yogyakarta didorong oleh peningkatan pendapatan konsumen, rendahnya pengaruh inflasi 7
8 terhadap tingkat konsumsi, dan meningkatnya kosumsi bahan makanan. Subyek penelitian ini adalah responden yang merupakan konsumen yang melakukan pembelian spontan pada beberapa department store, dan pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Hal ini karena saat ini semakin banyak mal bermunculan di Yogyakarta dan didukung kemampuan beli masyarakat Yogyakarta yang semakin tinggi. 1.6 Kontribusi Penelitian Kontribusi secara empiris: Penelitian ini memberikan kontribusi empiris berupa pengujian empiris terhadap hipotesis. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Yu dan Bastin (2010) dengan model penelitian seperti terlihat di Gambar 1.1. Gambar 1.1 : Model Penelitian Yu dan Bastin (2010) Kebaruan Pujian dari orang lain Kesenangan Niat Pembelian spontan Eskapisme Interaksi sosial Sumber : Yu dan Bastin (2010) 8
9 Dalam penelitian oleh Yu dan Bastin (2010), variabel kebaruan, pujian dari orang lain dan kesenangan memiliki hubungan positif dengan impulse buying intention dan berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel eskapisme berhubungan positif pada impulse buying intention tetapi berpengaruh tidak signifikan, variabel interaksi sosial berhubungan negatif pada impulse buying intention dan tidak berpengaruh signifikan. Impulse buying intention dalam hal ini merupakan kecenderungan melakukan pembelian spontan. Dalam beberapa penelitian sebelumnya (misalnya Park et al., 2006; Gültekin dan Özer, 2011; dan Moore, 2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara nilai belanja hedonis terhadap pembelian spontan, sehingga terdapat ketidakkonsistenan hasil pada penelitian Yu dan Bastin (2010). Oleh karena itu maka peneliti memasukkan variabel kondisi emosional sebagai pemediasi atas hubungan antara variabel kebaruan, pujian dari orang lain, kesenangan, eskapisme, dan interaksi sosial pada perilaku pembelian spontan dengan didukung penelitian sebelumnya oleh Graa dan elkebir ( 2011) dengan model penelitian sebagai berikut. 9
10 Gambar 1.2 : Model Penelitian Graa dan elkebir (2011) Store environment: - Environment - Design - Personnel - Assistance Perceived crowding: -Human crowding Emotional sates -Spatial - Pleasure Impulse - Arousal buying - Dominance Time Pressure Sumber : Graa dan elkebir (2011) Berdasarkan gap yang terdapat pada kedua model tersebut, maka penulis memasukkan variabel kondisi emosional (pleasure, arousal dan dominance) sebagai pemediasi antara variabel kebaruan, pujian dari orang lain, kesenangan, eskapisme dan interaksi sosial pada perilaku pembelian spontan, sehingga model penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
11 Gambar 1.3 : Model Penelitian Kebaruan Pujian dari Orang lain Kesenangan Kondisi emosional: Perilaku Pleasure, arousal, dominance Pembelian Spontan Eskapisme Interaksi sosial Kontribusi secara praktis: Bagi perusahaan dan industri dapat memberikan masukan untuk strategi promosi yang dilakukan terutama menyangkut atribut produk, situasi dalam toko, dan memberikan kesan yang menyenangkan selama berbelanja di dalam toko, sehingga konsumen dapat lebih lama berada di dalam toko. Dengan keadaan tersebut diharapkan konsumen dapat melakukan pembelian spontan di dalam toko disebabkan adanya stimuli dari dalam dirinya dan dari lingkungan toko. 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 11
12 Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, lingkup penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penelitian. Bab II : Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini menyajikan kajian pustaka berupa referensi dari berbagai literatur/teori yang mendukung penelitian serta hipotesis yang akan diuji dalam penelitian. Bab III : Metode Penelitian Bab ini membahas metode penelitian yang berisi antara lain : desain penelitian, jenis data dan metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, pengujian instrumen dan analisis data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini menampilkan hasil penelitian serta pembahasan/interpretasi dari hasil penelitian. Bab ini berisi antara lain hasil pengujian validitas dan reliabilitas, hasil pengujian hipotesis dan interpretasi hasil analisis data. Bab V : Kesimpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi secara komprehensif terkait hasil penelitian, saran dan masukan untuk penelitian selanjutnya. 12
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini memberikan lima kesimpulan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel kebaruan, pujian dari orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup yang konsumtif sering terjadi di masa kini. Berbagai iklan yang sering dijumpai, tersedianya banyak ritel, dan berbagai kemudahan dalam melakukan
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat perbelanjaan modern atau dikenal dengan sebutan mall mengalami pergeseran fungsi. Pada mulanya masyarakat ke mall khusus untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model. sehingga muncul paradigma Stimulus Organism Response (S-O-R) dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model Mehrabian dan Russell (1974) dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat besar pada kehidupan setiap orang. Kebutuhan masyarakat yang mengikuti zaman mengakibatkan perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Motivasi Hedonis Motivasi hedonis adalah motivasi konsumen untuk berbelanja karena berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga tidak memperhatikan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
7 BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah impulsive buying
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha untuk selalu melakukan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis ritel atau eceran mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia fashion yang semakin meningkat diiringi dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory outlet, butik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi yang dinamis yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Saat ini, teknologi telah memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, teknologi telah memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telekomunikasi mengimplikasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan pada pencapaian profit. Fokus utama kegiatan pemasaran adalah mengidentifikasikan peluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perdagangan via elektronik (e-commerce) menjadi industri yang semakin hari semakin digemari oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Kemajuan teknologi dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and
BAB II LANDASAN TEORI A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai a consumers
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika pergantian mode dalam fashion yang ada di dunia selalu berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru bermunculan dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. value, fashion involvement dan emotional gratification terhadap impulse
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang analisis pengaruh hedonic shopping value, fashion involvement dan emotional gratification terhadap impulse buying behavior pelanggan Toko Free
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Behaviour Impulse buying behaviour merupakan tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia modemenyebabkan tingginya tuntutan pada mode di kehidupan modern saat ini. Banyak masyarakat khususnya di Surabaya memperhatikan gaya hidup dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Variabel Fashion Involvement (keterlibatan mode)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian kompulsif dewasa ini menjadi salah satu topik yang menarik bagi sejumlah peneliti dibidang konsumsi maupun bidang pemasaran karena dianggap sebagai akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui bisnis ritel, suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Indonesia cukup menarik bagi pendatang baru dimana pasar yang ada saat ini cukup potensial melihat peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku Konsumen Menurut Utami (2010:45) perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menimbulkan persaingan pada bisnis global sehingga kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi ini diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi yang dinamis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Huddleston dan Minahan (2011) mendefinisikan aktifitas berbelanja sebagai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berbelanja 2.1.1 Definisi berbelanja Huddleston dan Minahan (2011) mendefinisikan aktifitas berbelanja sebagai aktifitas yang melibatkan pertimbangan pembelian suatu produk maupun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peroses pengambilan keputusan merupakan suatu psikologis dasar yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelian Tidak Terencana Peroses pengambilan keputusan merupakan suatu psikologis dasar yang memiliki peran penting dalam memahami bagaimana konsumen mengambil keputusan (Kotler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan masyarakat mengikuti perkembangan zaman, dimana perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari menjadi semakin beragam.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena adanya ransangan yang menarik dari toko tersebut (Utami, 2010).
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelian Impulsif Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu, kemudian konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Impulse Buying Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi semua kalangan. Hal ini tidak hanya pada kalangan wanita saja, namun berlaku juga bagi kaum pria. Umumnya, orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Surabaya pada zaman sekarang sangat berkembang. Perkembangan industri ritel ini akan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Banyak bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian. Rumusan masalah di
BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 pendahuluan ini, akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang berisi alasan pemilihan judul, identifikasi masalah, dan permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu industri yang penting dalam perkembangan Industri Kreatif Indonesia. Di tahun 2013 fashion menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value dan positive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan perekonomian termasuk dalam bidang pemasaran. Bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam bidang apa pun, dimana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas ekonomi berupa konsumsi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran semakin mempengaruhi hampir seluruh kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran semakin mempengaruhi hampir seluruh kehidupan sehari hari, dari barang yang dibeli untuk memenuhi kebutuhan, toko yang bersaing dalam penjualan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perkembangan dan persaingan terjadi sangat pesat. Setiap perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam persaingan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya, masyarakat lebih mengutamakan penampilan luar (fashion up date) untuk berbagai tujuan. Penampilan luar terkadang menyiratkan kemampuan orang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan. Indonesia merupakan negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan memenangkan persaingan bisnis. Banyak bisnis didirikan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat bisnis dalam indutri yang sama bersaing secara lebih kompetitif untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar dan memenangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pergeseran Paradigma Pemasaran Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Semakin maraknya bisnis retail di berbagai kota di Indonesia, baik yang berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di bidang fashion. Kenyataan ini menyebabkan banyak bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi adalah perkembangan yang memiliki hubungan pada peningkatan berkaitan dan ketergantungan antar bangsa, antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat cepat, salah satu penyebab meningkatnya perekonomian di Indonesia seiring berjalan atau adanya globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbelanja merupakan suatu aktivitas yang awam atau umum dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan perkembangan usaha yang semakin pesat di Yogyakarta menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan usaha yang semakin pesat di Yogyakarta menuntut pengusaha sebagai pengembang usaha melakukan berbagai cara untuk memahami dan mengerti apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang
BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang diteliti, dan alasan pemilihan topik. Rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian juga
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada masa modern ini, kegiatan berbelanja sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Kegiatan berbelanja sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam sebuah keluarga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri, bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang dan tidak terbatas pada kaum perempuan maupun kaum laki-laki. Secara umum orang berbelanja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel saat ini semakin berkembang. Hal ini tampak dengan adanya pusat perbelanjaan yang terus bertambah di Surabaya. Seiring dengan berjalannya waktu, tanpa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini, keberadaan pasar tradisional mulai tergeser dimana masyarakat cenderung lebih memilih berbelanja di ritel modern. Perkembangan bisnis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modern (Supermarket) Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, dimana biasanya berada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman yang semakin modern, berdampak pada pergeseran budaya berbelanja masyarakat di Indonesia. Fenomena ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Konsumen dapat memperoleh semua kebutuhannya di pasar, karena pasar menyediakan berbagai kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern tidak lagi hanya membeli produk dan jasa, sebaliknya konsumen membeli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam berbagai industri, cara pemasaran perusahaan telah bergeser dari tradisional fitur dan manfaat menjadi penciptaan pengalaman bagi konsumen (Schmitt, 1999). Literature
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. penelitian. Teori-teori yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Didalam tinjauan teoritis dan hipotesis ini, teori-teori yang berkaitan dengan penilaian akan dibahas secara lebih terperinci dan relevan dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PENGARUH PRICE DISCOUNT, BONUS PACK, DAN IN-STORE DISPLAY TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA SUPERMARKET ROBINSON DI KOTA PADANG Oleh : DESRAYUDI 06 952
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Stimulus Organism Respons (SOR) Berbagai teori telah diusulkan untuk menjelaskan secara perilaku pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menentukan produk dari produsen mana yang akan menjadi pilihan mereka. Keberhasilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat. Kemajuan perkembangan industri yang semakin beragam menyebabkan persaingan dalam dunia industri yang semakin
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS. konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan. Schiffman dan
BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Perilaku Konsumen 1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami Mengapa konsumen melakukan dan apa yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan ritel modern. Indonesia merupakan negara berkembang yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari banyaknya bisnis ritel tradisional yang memulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Indonesia sekarang ini mulai berkembang. Tidak sedikit peritel di Indonesia yang menunjukkan eksistensinya di dunia bisnis akhir-akhir ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segala jenis industri, terutama bisnis ritel, sangat berkepentingan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Segala jenis industri, terutama bisnis ritel, sangat berkepentingan untuk mengetahui nilai/value yang diharapkan oleh konsumen atau pelanggannya. Sebab sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk fashion yang bisa disebutkan. Produk fashion merupakan suatu pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baju, celana, aksesoris, sepatu, tas merupakan satu dari sekian banyak produk fashion yang bisa disebutkan. Produk fashion merupakan suatu pasar yang sangat dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini internet sudah menjadi gaya hidup. Internet merupakan kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala macam informasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa staff seperti customer service dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 DEPARTMENT STORE Menurut Utami (2006), department store merupakan salah satu bentuk bisnis ritel, yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Hedonis Kata hedonis diambil dari bahasa Yunani hedonismos dari akar kata hedone yang artinya kesenangan. Menurut Hrichman dan Holbook (1982) bahwa nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana atau yang dikenal dengan kata fashion merupakan kata yang sangat popular dikalangan masyarakat dunia maupun di Indonesia. Fashion merupakan sebuah istilah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam triwulan I-2006 dan setelah itu terus meningkat. Hal ini konsisten dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi makro terlihat kecenderungan membaiknya. Beberapa indikator menunjukkan perekonomian sudah menyentuh titik terendahnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... ii NOTA PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv PEDOMAN TRANSLITERASI... v PERSEMBAHAN... viii MOTTO... ix ABSTRAK... x KATA PENGANTAR... xii DAFTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), perilaku konsumen yaitu cara individu
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), perilaku konsumen yaitu cara individu dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat, telah menjadi perubahan berbagai sektor, termasuk bidang industri dan produksi serta pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, pemasaran dipandang sebagai proses untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pemasaran dipandang sebagai proses untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen (Kotler, 2000:4). Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, karena masa ini adalah periode terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika. Jumlah penduduk yang besar ini membuat Indonesia menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 250 juta jiwa. Hal itu membuat Indonesia menempati urutan ke-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas, dilihat dari konsumen yang menuntut produk dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengenal konsumen dengan kebutuhan konsumsi yang cukup tinggi, perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam meningkatkan kualitas,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan setiap individu berbeda-beda, namun pada dasarnya mempunyai kebutuhan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Variabel window display memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel window display memberikan pengaruh yang positif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada bulan Juni 2013, Nielsen melaporkan studi penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Promosi Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli,
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Pembelian tidak terencana dalam swalayan merupakan salah satu faktor
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian tidak terencana dalam swalayan merupakan salah satu faktor perhatian para pemasar atau produsen. Banyak perusahaan menghabiskan sejumlah besar sumber dayanya
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok
16 II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen sebanyakbanyaknya bagi usaha mereka. Kebutuhan konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menentukan harga jual produk. Munculnya produk-produk baru yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan kompetisi di dunia usaha yang semakin keras, perusahaan tidak lagi menjadi pemain utama yang bisa dengan mudah mengendalikan konsumen dan menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan industri ritel saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena sifatnya yang dinamis. Bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembanganan yang cukup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen saat ini tidak hanya puas dengan mendapatkan produk yang dia butuhkan, tetapi konsumen juga ingin memiliki suatu hal yang menarik yang akan memberikan suatu
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. terkait produk dengan keputusan konsumen dalam pembelian produk eco-fashion,
BAB 5 PENUTUP 1.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara atribut yang terkait produk dengan keputusan konsumen dalam pembelian produk eco-fashion, hubungan antara atribut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana
BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecenderungan Impulsive Buying. Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecenderungan Impulsive Buying 1. Pengertian Impulsive Buying Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai kecenderungan individu untuk membeli secara
Lebih terperinci