FAKTOR-FAKYOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TEMPE DI KOTA BOGOR. Oleh : INDRA SETIAWAN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKYOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TEMPE DI KOTA BOGOR. Oleh : INDRA SETIAWAN A"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKYOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TEMPE DI KOTA BOGOR Oleh : INDRA SETIAWAN A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN INDRA SETIAWAN. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tempe Di Kota Bogor (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Sumber pangan yang diharapkan oleh masyarakat adalah pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada kedelai yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein nabati dan merupakan pengganti sumber protein hewani yang harganya cukup mahal serta bahan pangan hewani umumnya banyak mengandung lemak dan zat-zat lain seperti kolesterol yang tinggi sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan lain sebagainya. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang penting setelah padi, karena selain mempunyai potensi yang besar sebagai sumber utama protein bagi masyarakat, kedelai juga telah lama dikenal dan dipakai sebagai bahan produksi tempe, tahu, kecap, tauco, dan susu. Selain itu kedelai juga memiliki ragam kegunaan yang cukup luas untuk dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan pakan ternak (unggas dan ikan). Kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku kedelai. Produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia. produksi kedelai pada tahun sangat tinggi yaitu ton. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat itu, para petani kedelai dalam negeri melakukan panen dengan maksimal dengan lahan yang masih luas. Pada tahun 2001 produksi kedelai dalam negeri mengalami penurunan produksi sebesar persen dari tahun 2000, hal ini dikarenakan dengan semakin sempitnya luas lahan untuk menanam kedelai selain iut hal ini dikarenakan oleh adanya persaingan penggunaan lahan dengan tanaman palawija lainnya. Pada tahun 2005 produksi kedelai dalam negeri kembali meningkat sebesar 28.1 persen dari tahun 2002, akan tetapi pada tahun 2006 sampai 2007 produksi kedelai dalam negeri kembali mengalami penurunan sebesar persen, penurunan ini seiring dengan semakin sempitnya luas panen. Meningkatnya kebutuhan akan kedelai dikarenakan oleh konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan bahan baku dari kedelai. Dengan meningkatnya kebutuhan kedelai dan tidak terpenuhinya kedelai dalam negeri untuk memasoknya, maka pemerintah melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Impor ini merupakan jalan keluar untuk memasok kekurangan kedelai dalam negeri, karena harganya murah dan kualitasnya lebih baik. Tempe merupakan makanan yang bahan dasarnya dari kedelai banyak dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai kalangan, baik itu kalangan dari golongan ekonomi kelas atas, menengah, dan bawah. Tempe banyak dikonsumsi masyarakat luas karena banyak mengandung protein nabati yang memiliki kandungan zat antioksidan yang bermanfaat untuk pencegah penyakit degeneratif, mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah

3 penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Selain banyak mengandung gizi, masyarakat mengkonsumsi tempe karena harganya yang relatif murah dan terjangkau untuk semua kalangan. Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik konsumen tempe di kota Bogor dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi tempe di kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode Pengolahan dan analisis dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan Regresi Linear Berganda. usia rata-rata responden untuk kelas ekonomi atas 45,5 tahun, kelas ekonomi menengah 43,3 tahun, dan kelas ekonomi bawah 42,8 tahun. Mayoritas responden kelas ekonomi atas, menengah, maupun bawah adalah perempuan yang umunya adalah ibu rumah tangga, baik yang memiliki pekerjaan maupun tidak memiliki pekerjaan. Hal ini diambil karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan urusan konsumsi keluarga. Untuk responden rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan baik itu kelas ekonomi atas, menengah, maupun bawah peresntase terbesarnya adalah ibu rumah tangga. Persentase terbesar responden pada tingkat pendidikan kelas ekonomi atas dan menengah adalah tingkat SLTA, sedangkan kelas ekonomi bawah adalah SLTP. Persentase terbesar Jumlah anggota keluarga untuk kelas ekonomi atas, menengah dan bawah adalah yang memiliki jumlah anggota keluarga 5-6 orang. Responden terbesar untuk pengeluaran konsumsi tempe keluarga kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah dan kelas ekonomi bawah adalah diatas Rp Lokasi pembelian tempe untuk kelas ekonomi atas sebesar 56 persen di pasar, kelas ekonomi menengah 38 persen di pedagang keliling, dan kelas ekonomi bawah sebesar 50 persen di pedagang sayur keliling. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tempe dapat ditarik kesimpulan bahwa harga tempe (X 1 ), harga tahu (X 2 ), harga telur (X 3 ), jumlah anggota keluarga (X 4 ), pendidikan terakhir (X 5 ), kelas ekonomi bawah (D 1 ), dan kelas ekonomi menengah (D 2 )secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe di Kota Bogor pada taraf nyata lima persen.

4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TEMPE DI KOTA BOGOR Oleh : INDRA SETIAWAN A SKRIPSI Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NRP : Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Konsumsi Tempe Di Kota Bogor. : Indra Setiawan : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2011 Indra Setiawan A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 13 Juli 1984 sebagai anak ke dua dari lima bersaudara pasangan Bapak H. Dayat Hidayat dan Ibu Hj. Iriani Cendrakasih. Pada Tahun 1990, masuk sekolah di SD Negeri Panaragan Kidul 3 Bogor. Kemudian pada Tahun 1996 melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 6 Bogor, dan pada Tahun 1999 kembali melanjutkan sekolah di SMU Rimba Madya Bogor. Pada tahun 2002 diterima di Program Diploma Komunikasi Pembangunan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada Tahun Pada Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan S1 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, inayah dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tempe di Kota Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata terima kasih kepada semua pihak atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang membutuhkan Bogor, Januari 2011 Indra Setiawan A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kembali dipanjatkan bagi Allah SWT, karena atas kehendak-nyalah skripsi ini bisa diselesaikan pada tempat dan waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan penghormatan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil, yaitu kepada : 1. Kedua orang tua tercinta Bapak H. Dayat Hidayat dan Ibu Hj. Iriani Cendrakasih serta kakak dan adik-adik yang dengan tulus telah memberikan do a dan motivasi. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MSi sebagai dosen evaluator yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. 4. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen penguji pada saat sidang yang banyak memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini 5. Ir. Rachmat Yanuar sebagai dosen komisi akademik yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. 6. Teman-teman kantor Indra Karya : Ibu Tati, Tami, Mas Heru, dan Tomo yang telah banyak memberikan dukungan. 7. Teman-teman Ekstensi MAB-14 : Aputz, Harry, Arfan, Ojie, Saut, Habib, Boy, Hamid, Kang Dimas, Sandra, Nora, Teh Siti, dan Bu Leli, terima kasih atas kebersamaannya.

10 8. Semua staff sekretariat Ekstensi MAB terima kasih atas bantuannya. 9. Barudak Saung : Pank. Tomy, Apih, Mpie, Otan, Danu, Isan, Muri, Ikro, Ucup, Sangu, Kaka dan Januar yang telah memberikan semangat. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini. Semoga segala kebaikannya akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Sejarah dan Perkembangan Tempe Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe Proses Pembuatan Tempe Penelitian terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Permintaan Teori Konsumsi Kerangka Pemikiran Operasianal IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan dan Pengelompokkan Contoh Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda Definisi Operasional V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kota Bogor Wilayah Administrasi Kota Bogor Kondisi Demografis Kota Bogor VI HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Usia Jenis Kelamin Pekerjaan... 37

12 6.1.4 Tingkat Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Keluarga Pengeluaran Pengeluaran Untuk Pangan Pengeluaran Untuk Tempe Lokasi Pembelian Tempe Alasan Mengkonsumsi Tempe Kapan Pembelian Tempe Analisis Faktor Yang mempengaruhi Konsumsi Tempe VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 57

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Permintaan Keseimbangan Rumah Tangga Kerangka Pemikiran Operasional... 21

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Indonesia Tahun Perkembangan Konsumsi dan Impor Kedelai Tahun Kandungan Gizi Tempe dan Bahan Olahan Kedelai Per 100 gram Bahan Konsumsi Makanan yang Berbahan Dasar dari Kedelai Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Pada Masing-Masing Kecamatan di Kota Bogor Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Usia Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Sebaran Responden Menurut Jumlah Pendapatan Keluarga Sebaran Responden Menurut Jumlah Total Pengeluaran Keluarga Sebaran Responden Menurut Jumlah Total Pengeluaran Untuk Pangan Sebaran Responden Menurut Jumlah Total Pengeluaran Untuk Tempe Sebaran Responden Menurut Lokasi Pembelian Tempe Sebaran Responden Menurut Alasan Mengkonsumsi Tempe Sebaran Responden Menurut Waktu Pembelian Tempe Hasil Analisis Ragam Analisis Variabel Pada Model Regresi Linear Berganda... 48

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Pengolahan Regresi Berganda Kuesioner... 62

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi penduduk di negara-negara berkembang membawa dampak pada peningkatan kemakmuran, dimana konsekuensinya adalah semakin bertambah cepatnya permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada produkproduk penghasil protein. Kebutuhan akan protein ini akan semakin meningkat dengan peningkatan kebutuhan energi, jumlah penduduk dan pendapatan. Sumber pangan yang diharapkan oleh masyarakat adalah pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada kedelai yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein nabati dan merupakan pengganti sumber protein hewani yang harganya cukup mahal serta bahan pangan hewani umumnya banyak mengandung lemak dan zat-zat lain seperti kolesterol yang tinggi sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan lain sebagainya. Kedelai merupakan salah satu bahan pangan nabati yang sangat penting sebagai sumber protein. Masyarakat mulai mengonsumsi makanan olahan kedelai seperti tempe, tahu, kecap, tahu, dan susu kedelai dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi protein nabati. Selain itu, kedelai juga memiliki ragam kegunaan yang cukup luas untuk dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan pakan ternak (unggas dan ikan). Kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita,

17 meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku kedelai. Produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ku/ha) , , , , , , , , , ,30 Sumber: bps.go.id/index (27 Januari 2010) Keterangan: * angka sementara Pada Tabel 1 memperlihatkan produksi kedelai pada tahun 2000 sangat Comment [IP1]: Di ganti datanya tinggi yaitu ton. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat itu, para petani kedelai dalam negeri melakukan panen dengan maksimal dengan lahan yang masih luas. Pada tahun 2001 produksi kedelai dalam negeri mengalami penurunan produksi sebesar persen dari tahun 2000, hal ini dikarenakan dengan semakin sempitnya luas lahan untuk menanam kedelai, selain itu hal ini dikarenakan oleh adanya persaingan penggunaan lahan dengan tanaman palawija lainnya. Pada tahun 2005 produksi kedelai dalam negeri kembali meningkat sebesar 28.1 persen dari tahun 2002, akan tetapi pada tahun 2006 sampai 2007 produksi kedelai dalam negeri kembali mengalami penurunan sebesar persen, namun pada tahun 2008 produktivitas kedelai mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya areal lahan dan produksi. Produktivitas kedelai erat kaitannya dengan tingkat dan kualitas teknologi

18 yang digunakan, serta manajemen petani yang masih tergolong sederhana dan terbatas. Pemerintah sendiri berusaha mendorong untuk peningkatan produksi kedelai dalam negeri dengan melakukan perluasan lahan penanaman yang didukung dengan kebijakan harga, namun penanganan oleh pemerintah relatif kurang intesif. Meningkatnya kebutuhan akan kedelai dikarenakan oleh konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan bahan baku dari kedelai. Dengan meningkatnya kebutuhan kedelai dan tidak terpenuhinya kedelai dalam negeri untuk memasoknya, maka pemerintah melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Impor ini merupakan jalan keluar untuk memasok kekurangan kedelai dalam negeri, karena harganya murah dan kualitasnya lebih baik. Impor kedelai yang dilakukan pemerintah dapat dilihat pada Tabel 2, dimana pada tahun jumlah impor kedelai Indonesia cenderung meningkat. Tabel 2. Perkembangan Konsumsi dan Impor Kedelai Tahun Tahun Konsumsi (ton)* Impor (ton)** Sumber : *) Badan Litbang Pertanian, Deptan, 2008 (diolah) **) Ditjen P2HP, Deptan, 2008 (diolah)

19 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Indonesia mengimpor kedelai terkecil yaitu pada tahun 1998 dengan jumlah impor sebesar ton dengan konsumsi kedelai sebesar ton,. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah impor kedelai Indonesia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi kedelai di dalam negeri. Indonesia paling banyak mengimpor kedelai pada tahum 2003 yaitu sebesar ton. Pada tahun-tahun selanjutnya sampai tahun 2006 jumlah impor kedelai Indonesia mengalami penurunan menjadi ton dan pada tahun 2007 impor kedelai Indonesia kembali meningkat menjadi ton seiring dengan meningkatnya konsumsi kedelai, hal ini dikarenakan rendahnya produksi kedelai dalam negeri dan murahnya harga kedelai impor dibandingkan harga kedelai dalam negeri. Pada tahun 1998 sampai 2003, sesuai dengan Keputusan Menteri No.44/KMK.01/1998, tarif yang berlaku untuk impor kedelai adalah 0 persen. Akan tetapi hal ini sangat merugikan petani, maka pada tahun 2004 pemerintah menetapkan untuk menaikkan tarif impor kedelai menjadi sepuluh persen. Direncanakan tarif tersebut akan berlaku sampai dengan tahun 2010 (Deptan, 2005).) Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor yang terus meningkat karena produksi kedelai dalam negeri masih rendah dan terbatas sehingga tidak mencukupi permintaan kedelai dalam negeri setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan industri makanan dan minuman berbahan baku kedelai menggunakan kedelai impor, seperti produsen tempe, tahu, dan lain sebagainya. Tempe adalah salah satu makanan olahan dari kedelai yang sudah dikenal lama oleh masyarakat luas sebagai sumber protein nabati. Dibandingkan hasil olahan kedelai lainnya seperti tahu, kecap, dan tauco, tempe memiliki harga yang

20 murah serta nilai kandungan protein dalam tempe lebih baik. Perbandingan kandungan gizi tempe dengan bahan olahan kedelai lainnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Kandungan Gizi Tempe dan Bahan Olahan Kedelai per 100 gram Bahan Bahan Kalori Protein Lemak Karbohidrat Air (gr) (gr) (gr) (gr) Tempe ,3 4,0 12,7 64,0 Tahu 68 7,8 4,6 16,0 70,0 Kecap 46 5,7 1,3 9,0 83,0 Tauco ,4 4,9 24,1 64,4 Sumber: Santoso dalam Purba, 2006 Tempe merupakan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan, baik itu kalangan kelas ekonomi atas, menengah dan bawah. Alasan konsumen untuk mengonsumsi tempe itu berbeda-beda dari tiap kalangan, untuk kelas ekonomi atas alasan mengonsumsi tempe karena kandungan gizi yang terdapat dalam tempe, sedangkan untuk kelas ekonomi menengah dan bawah alasan mengonsumsi tempe karena harganya yang murah serta terjangkau. Dengan melihat alasan-alasan di atas, maka diperlukan suatu kajian atau penelitian yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tempe di Kota Bogor, baik bagi konsumen dari golongan ekonomi bawah, menengah, dan atas. Sehingga, dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsumsi tempe dan bagaimana karakteristik konsumen tempe di Kota Bogor. 1.2 Perumusan Masalah Konsumsi makanan masyarakat sehari-hari hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan energi dan protein. Kecukupan energi biasanya diperoleh dari mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung

21 karbohidrat, sedangkan kebutuhan protein diperoleh dari mengonsumsi makanan yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan) dan hewani seperti daging, telur, dan lain sebagainya. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mengakibatkan masyarakat mulai mengonsumsi makanan dari olahan kedelai seperti tempe, tahu, oncom, tauco, dan susu kedelai dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi protein nabati. Berikut adalah tabel konsumsi makanan yang bahan dasarnya dari kedelai. Tabel 4. Konsumsi Makanan yang Berbahan Dasar dari Kedelai (per kapita/tahun) Jenis Tahun Tempe Tahu Tauco Oncom Sumber: Statistik Pertanian, 2008 Pada Tabel 4, diketahui bahwa konsumsi tempe per kapita dari tahun ke tahun meningkat jika dibandingkan dengan makanan dari bahan dasar kedelai lainnya seperti tahu, tauco, dan oncom. Hal ini dikarenakan karena tempe sebagai salah satu produk olahan dari kedelai yang dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat. Tempe sebagai salah satu produk olahan kedelai merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai kalangan, baik itu kalangan dari golongan ekonomi kelas atas, menengah, dan bawah. Tempe banyak dikonsumsi masyarakat luas karena banyak mengandung protein nabati yang memiliki kandungan zat antioksidan yang bermanfaat untuk pencegah penyakit degeneratif, mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah

22 penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Selain banyak mengandung gizi, masyarakat mengonsumsi tempe karena harganya yang relatif murah dan terjangkau untuk semua kalangan. Bagi kalangan vegetarian tempe merupakan makanan pengganti daging yang banyak mengandung lemak dan zat-zat lainnya seperti kolesterol yang tinggi sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik konsumen tempe di Kota Bogor. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi tempe di Kota Bogor. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis karakteristik konsumen tempe di Kota Bogor. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tempe di Kota Bogor. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk melatih diri dalam mengobservasi atau menganalisis kejadian yang terjadi di masyarakat.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan Comment [IP2]: Perbaiki kalimat yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies Glycine max (disebut kedelai putih, biji dapat berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. 2.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe Tempe adalah makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ("ragi tempe"). Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksi dan pencegah penyakit degeneratif. Tempe merupakan makanan tradisional yang sudah dikenal sejak berabadabad yang lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Kata tempe diduga berasal dari bahasa jawa kuno. Pada zaman jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali pada era tanam paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat jawa terpaksa menggunakan hasil

24 pekarangan sebagai sumber pangan, seperti singkong, ubi dan kedelai. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orangorang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji, kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Dengan adanya tempe dan kandungan gizi yang dimilikinya, serta harga yang sangat terjangkau, menyelamatkan masyarakat miskin dari malgizi (malnutrition) Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe Menurut Sarwono (2002), tempe memiliki beberapa khasiat terhadap kelangsungan kesehatan tubuh, yaitu untuk menghindari diare akibat dari bakteri enteropatogenik, dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal, dan dibawah kulit perut. Selain itu, tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu, tempe juga mengandung zat penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain 2. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim

25 pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. 2.4 Proses Pembuatan Tempe Membuat tempe pada dasarnya menyebar benih kapang agar tumbuh subur sehingga biji kedelai tertutup lapuk halus yang berwarna putih seperti kapas. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya akan protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi salah satunya tempe, berikut adalah proses pembuatan tempe. 1. Biji kedelai yang telah dipilih lalu dibersihkan dari kotoran, setelah itu dicuci dengan air yang bersih selama satu jam. 2. Setelah bersih, kedelai direbus dalam air selama dua jam. 3. Kedelai kemudian direndam 12 jam dalam air panas atau hangat bekas air perebusan supaya kedelai mengembang. 4. Berikutnya, kedelai direndam dalam air dingin selama 12 jam. 5. Setelah 24 jam direndam seperti pada butir tiga dan butir empat di atas, kedelai dicuci dan dikuliti (dikupas). 6. Setelah dikupas, kedelai direbus untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.

26 7. Kedelai diambil dari dandang lalu diletakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, kedelai dibiarkan dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis. 8. Sesudah itu, kedelai dicampur dengan laru (ragi dua persen) guna mempercepat atau merangsang pertumbuhan jamur. Proses mencampur kedelai dengan ragi memakan waktu sekitar 20 menit. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe kedelai. 9. Bila campuran bahan fermentasi kedelai sudah rata, campuran tersebut dicetak pada loyang atau cetakan kayu dengan lapisan plastik atau daun yang akhirnya dipakai sebagai pembungkus. Sebelumnya, plastik dilubangi atau ditusuk-tusuk. Maksudnya adalah untuk memberi udara supaya jamur yang tumbuh berwarna putih. Proses percetakan dan pembungkusan memakan waktu tiga jam. Daun yang biasanya buat pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun). 10. Campuran kedelai yang telah dicetak dan diratakan permukaannya lalu diletakan di atas rak dan kemudian ditutup selama 24 jam. 11. Setelah 24 jam, tutup dibuka dan campuran kedelai didinginkan/dianginanginkan selama 24 jam lagi. Setelah itu, campuran kedelai telah menjadi tempe siap jual. 12. Supaya tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat dibekukan dan dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin.

27 Proses membekukan tempe untuk ekspor adalah sebagai berikut, mulamula tempe diiris-iris setebal 2-3 cm dan di-blanching, yaitu direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan kapang dan enzim. Kemudian, tempe dibungkus dengan plastik selofan dan dibekukan pada suhu 40 C sekitar enam jam. Setelah beku, tempe dapat disimpan pada suhu beku sekitar 20 C selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat penampak warna, bau, maupun rasa. (Sarwono, 2002). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Widari (2006) mengenai dampak sosialisasi flu burung terhadap pola konsumsi daging dan telur ayam konsumen rumah tangga di Kota Bogor dengan menggunakan regresi linear berganda menjelaskan bahwa sosialisai flu burung berdampak positif terhadap pola konsumsi daging dan telur ayam konsumen rumah tangga. Sesudah sosialisasi, tidak ada konsumen rumah tangga yang berhenti mengonsumsi daging dan telur ayam. Pola konsumsi mengalami perubahan yang meliputi frekuensi pembelian, jumlah pembelian dan tempat pembelian. Besarnya permintaan daging ayam dan telur untuk konsumen kelas atas dipengaruhi oleh pendapatan, jumlah anggota keluarga, etnis responden, pendidikan terakhir, pekerjaan kepala keluarga, dan pekerjaan responden. Untuk konsumen kelas menengah permintaan daging ayam dan telur dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pengaruh anggota keluarga, dan pekerjaan responden. Sedangkan untuk konsumen kelas bawah dipengaruhi oleh pendapatan, pertimbangan harga, dan pengaruh anggota keluarga.

28 Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2004) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen membeli stick tahu poo (studi kasus di Kabupaten Kediri) dengan menggunakan analisis deskriptif, fishbean, dan linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah mayoritas konsumen stick tahu poo di Kabupaten Kediri adalah laki-laki yang berusia antara tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMU dan bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta yang memiliki penghasilan berkisar antara Rp Konsumen stick tahu poo memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang. Besarnya jumlah pembeliaan stick tahu poo dipengaruhi nyata oleh besarnya tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengaruh penjual, harga, dan promosi. Media promosi yang mempengaruhi konsumen dalam membeli stick tahu poo adalah melalui iklan. Penelitian yang dilakukan oleh Hadipurnomo (2000) mengenai dampak kebijakan produksi dan perdagangan terhadap penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa kebijakan produksi berdampak lebih besar kepada perubahan luas areal lahan panen, produktivitas dan produksi terutama di wilayah potensial luar Pulau Jawa daripada di Pulau Jawa. Sedangkan, kebijakan perdagangan berdampak perubahan volume impor, harga impor, dan permintaan kedelai. Penelitian yang dilakukan oleh Susetyanto (1994) mengenai analisis dampak alternatif kebijaksanaan terhadap produksi, pendapatan, dan konsumsi rumah tangga petani kedelai di Kabupaten Subang dengan menggunakan model persamaan simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku rumah tangga

29 petani kedelai dalam luas areal panen kedelai, produktivitas kedelai, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan tenaga kerja upahan, dan konsumsi kedelai benih tidak responsif terhadap perubahan peubah penjelas, kecuali konsumsi kedelai pangan responsif terhadap perubahan harga kedelai. Hasil evaluasi alternatif kebijaksaan menunjukkan bahwa prioritas peningkatan penggunaan tenaga kerja, produksi kedelai, dan pendapatan rumah tangga petani kedelai adalah dengan menaikkan harga kedelai, harga kedelai dan pupuk, atau harga kedelai dan saprotan (benih, pupuk, pestisida). Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan penggunaan tenaga kerja, produksi kedelai, dan pendapatan rumah tangga petani kedelai sesuai dengan arah dan tujuan kebijaksanaan pemerintah dalam penentuan harga dasar padi dan palawija, serta penghapusan subsidi pupuk. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2010) mengenai Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai di Sentra Industri Tempe Kelurahan Semanan Jakarta barat dengan menggunakan analisis Linear Programming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga kedelai membuat pengrajin tempe skala kecil dan menengah memperkecil ukuran tempe sedangkan untuk pengrajin skala besar cenderung mengurangi jumlah jam penggunaan tenaga kerja luar keluarganya. Pengrajin tempe skala kecil paling sensitif terhadap kenaikan harga kedelai. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah bahan dasar yang di gunakan untuk penelitian sama yaitu kedelai dan untuk penelitian terdahulu ada yang sama alat analisisnya yaitu menggunakan linear berganda dan analisis deskripsi.

30 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokasi penelitiannya yang berbeda, alat analisis yang digunakan ada yang berbeda untuk penelitian terdahulu dan variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian berbeda.

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. Jumlah komoditi yang akan dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu, dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu: harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain, selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komoditas dan kuantitas yang akan diminta berhubungan negatif (ceteris paribus). Dengan kata lain, semakin rendah harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta. Harga (P) Gambar 1. Kurva Permintaan Sumber : Soekartawi, 2002 Hubungan antara jumlah komoditas yang diminta dengan beberapa variabel penting secara matematis dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut: Kuantitas (Q)

32 Qd = f (Pi, Pj, S, PD, Y) Dimana: Qd Pi Pj S PD Y : Permintaan Komoditas : Harga Komoditas itu sendiri : Harga Komoditas lain : Selera : Jumlah penduduk : Tingkat Pendapatan Pi : Harga Komoditas itu sendiri Dengan asumsi cateris paribus, semakin tinggi harga suatu barang maka akan menurunkan jumlah permintaan akan barang tersebut, dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang maka semakin tinggi jumlah permintaan. Permintaan dan harga komoditas memiliki hubungan yang negatif. Pj : Harga Komoditas lain Perubahan harga komoditas substitusi akan mempengaruhi permintaan atas komoditas yang bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditas substitusi akan meningkatkan permintaan atas komoditas yang bersangkutan, dan sebaliknya. Sedangkan, perubahan harga barang komplemen dapat mengubah permintaan barang yang bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi harga barang komplementer, semakin rendah permintaan atas barang yang bersangkutan. S : Selera Selera dan juga pilihan terhadap sesuatu barang merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan. Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan menigkatkan permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu.

33 PD : Jumlah Penduduk Semakin tinggi jumlah penduduk, maka makin besar pula barang yang diminta oleh masyarakat. Y : Tingkat Pendapatan Kenaikan pendapatan cenderung meningkatkan permintaan untuk mengonsumsi suatu barang, bahkan bertambah juga kualitas barang yang dikonsumsi Teori Konsumsi Konsumsi adalah kegiatan ekonomi yang berupa memakai atau menggunakan barang atau jasa konsumsi dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan hidup mereka. Garis anggaran (Isocost) adalah garis yang memperlihatkan semua kombinasi yg tersedia bagi RT sesuai dengan pendapatannya dan harga barang yang dibelinya, jika ia membelanjakan semua uangnya untuk itu. Sifat- sifat garis anggaran antara lain: 1. Titik-titik di sepanjang garis anggaran merupakan kombinasi barang yang menghabiskan seluruh anggaran konsumen 2. Titik-titik di luar garis anggaran merupakan kombinasi barang yang tidak bisa dicapai oleh konsumen, dengan anggaran yang ada 3. Titik-titik di dalam garis anggaran merupakan kombinasi barang yang tidak menghabiskan anggaran konsumen Kurva Indiferen adalah Garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi barang yang memberikan kepuasan yang sama.

34 Keseimbangan rumah tangga akan tercapai pada saat kurva indiferen bersinggungan dengan garis anggaran, dimana pada saat itu rasio harga relatif sama dengan tingkat substitusi marginal (MRS). Hal itu dapat dilihat pada Gambar 2 Barang Y A: tidak efisien karena tidak Menghabiskan anggaran A B C C: tidak dapat dicapai karena Anggaran tidak cukup U 3 U 2 B: Utilitas maksimum U 1 Gambar 2. Keseimbangan Rumah Tangga Sumber: Iswardono, Kerangka Pemikiran Operasional Konsumsi makanan masyarakat sehari-hari hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan energi dan protein. Kecukupan energi biasanya diperoleh dari mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung karbohidrat, sedangkan kebutuhan protein diperoleh dari mengonsumsi makanan yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan) dan hewani seperti daging, telur, dan lain sebagainya. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mengakibatkan masyarakat mulai mengonsumsi makanan dari olahan kedelai seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lain sebagainya dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi protein nabati. Barang X

35 Tempe merupakan makanan berbahan dasar dari kedelai yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan, baik itu kalangan dari golongan ekonomi kelas atas, menengah, dan bawah. Tempe banyak dikonsumsi masyarakat luas karena banyak mengandung protein nabati yang memiliki kandungan zat antioksidan yang bermanfaat untuk pencegah penyakit degeneratif, mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Selain banyak mengandung gizi, masyarakat mengonsumsi tempe karena harganya yang relatif murah dan terjangkau untuk semua kalangan. Alasan konsumen untuk mengonsumsi tempe berbeda-beda dari tiap kalangan, untuk kelas ekonomi atas alasan mengonsumsi tempe karena kandungan gizi yang terdapat dalam tempe, sedangkan untuk kelas ekonomi menengah dan bawah alasan mengonsumsi tempe karena harganya yang murah serta terjangkau. Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk mengonsumsi tempe, antara lain oleh harga tempe itu sendiri, harga tahu, harga telur, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan terakhir responden. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas ekonomi berdasarkan tingkat pendapatan yaitu konsumen rumah tangga kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah dan kelas ekonomi bawah. Adapun alur kerangka pemikiran penelitian ini secara lebih jelas telah tersusun secara sistematis pada Gambar 3.

36 Kecukupan energi dan protein Meningkatnya konsumsi terhadap tempe Tempe Konsumen Tempe Khasiat Tempe : Mengandung zat antioksidan Mengandung zat antibakteri Pencegah penyakit jantung Penurun kolesterol darah Kelas Ekonomi Atas Kelas Ekonomi Menengah Kelas Ekonomi Bawah Faktor- faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tempe: Harga Tempe Harga Tahu Harga Telur Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan Terakhir Responden Kelas Ekonomi Bawah Kelas Ekonomi Menengah Kelas Ekonomi atas Analisis Regresi Linear Berganda Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus - November Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya. Kuesioner didesain bersifat semi terbuka yaitu selain responden menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner tapi ada pertanyaan yang ditanyakan langsung dalam wawancara yang tidak ada di dalam kuesioner. Responden dalam hal ini adalah mereka yang bersedia untuk diwawancarai dan dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan data-data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data primer digunakan untuk menjawab dari tujuan satu, yaitu untuk menganalisis karakteristik konsumen tempe di kota Bogor. Sedangkan data sekunder digunakan untuk menjawab tujuan dua, yaitu untuk menganalisis faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi tempe.

38 4.3 Teknik Pengambilan dan Pengelompokan Contoh Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah konsumen rumah tangga. Lebih spesifik lagi, responden yang termasuk ke dalam kriteria ini adalah ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan sendiri, anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai wewenang dalam membelanjakan pendapatannya. Untuk memudahkan pengambilan sampel di lapangan, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pendapatan atau penghasilan per bulan. Penentuan sampel dilakukan pada responden yang bersedia untuk di wawancarai (convinience) dan berdasarkan pengkelasan tingkat pendapatan dengan membagi 150 rumah tangga menjadi tiga bagian, yaitu 50 rumah tangga kelas ekonomi atas, 50 rumah tangga kelas ekonomi menengah, dan 50 rumah tangga kelas ekonomi bawah. Untuk daerah Bogor Barat responden yang diambil adalah sebanyak 50 responden, Bogor Tengah sebanyak 30 responden, Bogor Timur sebanyak 30 responden, Bogor Selatan 20 responden, Bogor Utara sebanyak 20 responden. Penentuan sampel dengan membagi tiga kelas ekonomi yaitu kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah dan kelas ekonomi bawah karena dalam penelitian ini ingin membandingkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi tempe pada konsumen tempe dari kelas ekonomi atas, menengah, dan bawah. 4.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Untuk mengetahui dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, digunakan metode analisis regresi linear

39 berganda beserta ujinya dengan menggunakan program minitab 13. Sedangkan data yang tidak dianalisis menggunakan alat tersebut diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan cara memproses data yang diperoleh Analisis Deskriptif Analisis deskriptif (pemaparan) digunakan untuk mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang terjadi di wilayah yang diamati. Data yang diperoleh merupakan hasil perhitungan rata-rata dari karakteristik usia dan jumlah anggota keluarga. Data mengenai jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya diperoleh dari perhitungan persentase terbesar. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk mendapatkan karakteristik responden menurut tingkat pendapatan per bulan Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda digunakan untuk menjawab suatu permasalahan sosial ekonomi yang secara teoritis menyangkut satu variabel dependen yang dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel independen. Regresi linear berganda diharapakan dapat menghasilkan model yang akurat untuk memprediksi nilai variabel independen (asumsi analisis terpenuhi). Model yang baik dan akurat dapat dimanfaatkan, 1) untuk memprediksi besar dan arah perubahan variabel dependen sebagai respons karena perubahan variabel independen, sehingga dapat diuji variabel independen apa saja yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 2) Untuk memprediksi nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui nilainya.

40 Pada penelitian ini, regresi linear berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tempe, berikut adalah model persamaannya: Model persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tempe C = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + +D 1 X 1 + D 2 X 2 + D 3 X 3 + e Dimana: C : Konsumsi Tempe (Rupiah per bulan) b 0 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 D 1 D2 D3 e : Konstanta : Harga Tempe (Rupiah per pcs) : Harga Tahu (Rupiah per pcs) : Harga Telur (Rupiah per Kg) : Jumlah Anggota Keluarga (orang) : Pendidikan Terakhir Responden (tahun) : Kelas Ekonomi Bawah 1 = 50 Kelas Ekonomi Bawah 0 = Bukan Kelas Ekonomi Bawah : Kelas Ekonomi Menengah 1 = 50 Kelas ekonomi Menengah 0 = Bukan Kelas Ekonomi Menengah : Kelas Ekonomi Atas 1 = 50 Kelas Ekonomi Atas 0 = Bukan Kelas ekonomi Atas : Error Hipotesis: X1 (Harga tempe) : Semakin tinggi harga tempe maka konsumsi tempe akan turun, begitu juga sebaliknya. Jadi hubungan antara konsumsi tempe dengan harga tempe adalah negatif.

41 X2 (Harga tahu) : Semakin tinggi harga tahu maka konsumsi tempe akan naik, begitu juga sebaliknya. Jadi hubungan antara harga tahu dengan konsumsi tempe adalah positif. X3 (Harga telur) : semakin tinggi harga telur maka konsumsi tempe akan naik, begitu juga sebaliknya. Jadi hubungan antara harga telur dengan konsumsi tempe adalah positif. X4 (Jumlah anggota keluarga) : Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi tempe akan naik, begitu juga sebaliknya. Jadi hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi tempe adalah positif. X5 (Pendidikan terakhir responden) : semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan tentang konsumsi pangan yang bergizi semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Jadi, hubungan pendidikan terakhir responden dengan konsumsi tempe adalah positif. D1 (Kelas ekonomi bawah) : semakin banyak kelas ekonomi bawah, maka konsumsi tempe akan meningkat, maka hubungan kelas ekonomi bawah dengan konsumsi tempe positif. D2 (Kelas ekonomi menengah) : semakin banyak kelas ekonomi menengah, maka konsumsi tempe akan meningkat, maka hubungan kelas ekonomi menengah dengan konsumsi tempe positif. D3 (Kelas ekonomi atas) : semakin banyak kelas ekonomi atas, maka konsumsi tempe akan meningkat, maka hubungan kelas ekonomi atas dengan konsumsi tempe positif.

42 Pengujian Model Regresi Setelah model dianalisis maka model harus di uji agar mendapatkan model terbaik yang dapat merepresentasikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi tempe di Kota Bogor. Beberapa uji yang akan dilakukan adalah : Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah residual dalam model menyebar normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji Komogorov-Smirnov dengan menggunakan α sebesar 0,05. Hipotesis H 0 H 1 = residual tidak berdistribusi normal = residual berdistribusi normal Jika nilai KS < KS 1-α maka tolak H 0, atau jika nilai statistik Komogorov- Smirnov dikonversi ke dalam p-value maka daerah penolakannya adalah p-value hitung > p-value 1-α Uji Signifikansi Uji t digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan langkah-langkah sebagai berikut: Ho : bi = 0, Variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen H1 : bi 0, Variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen t-hitung = bi : (n-k, t tabel ) S(bi)

43 Dimana : bi : Koefisien Peubah ke-i S(bi) : Standar Error Peubah ke-i n k : Jumlah Pengamatan : Jumlah Variabel dalam Model Kriteria uji: 1. Jika t tabel < t hitung < t tabel maka terima Ho, artinya variabel-variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka tolak Ho, artinya variabel-variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas (X i ) terhadap variabel tidak bebas (Y). Dimana : R 2 = JKR JKT JKR : Jumlah Kuadrat Regresi JKT : Jumlah Kuadrat Total Uji F Uji F digunakan untuk menunjukan kemampuan variabel-variabel independen secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel dependen. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:

44 Ho : b1 = b2...= bi = 0, Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen H1 : b1 b2... bi 0, Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Fhitung = Dimana: JKR / (k 1) JKS / (n k) JKR JKS n k : Jumlah kuadrat regresi : Jumlah kuadrat sisa : Jumlah sampel : Jumlah Peubah (Variabel) Kriteria uji: 1. Jika F hitung > F tabel maka tolak H 0, artinya semua variabel independen mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel independen. 2. Jika F hitung < F tabel maka terima H 0, artinya semua variabel independen tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel independen. Uji Multikolinearitas Multikolinear adalah hubungan linear antara dua atau beberapa variabel independen. Untuk melihat apakah terdapat multikolinear atau tidak dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari lima maka model dugaan ada masalah multikolinearitas, dengan nilai α sebesar 0,05.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : 10 11 4210 1 INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE 1). Pengertian Tempe Tempe adalah makanan yang dibuat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas,

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu terdapat pula makanan serupa tempe yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TEMPE MENDOAN BERBAGAI RASA DISUSUN OLEH : NAMA : REENATO GILANG NIM : 11.11.5583 KELAS : 11-S1 TI-14 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 ABSTRAK Pada saat ini,sedang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rolandus Sariata Gampur NIM : 1151121002 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya berjudul : Pengaruh Jarak Tanam dan Ketebalan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Oleh RAHMAD MUSTOFA A 14105589 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PEDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber pangan yang diharapkan masyarakat yaitu memiliki nilai gizi tinggi serta menyehatkan. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada bahan pangan kedelai, yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS Wiji Santoso, Pujiati Utami, dan Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras,

Lebih terperinci

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Oleh : Tri Rahayu Setyowati H0305040 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A 14105548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan

Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan DISUSUN OLEH ELSA ENDRASARI SUBROTO 10.11.4242 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Bisnis Tempe Bakar

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Bisnis Tempe Bakar KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Bisnis Tempe Bakar Nama Kelas : Muhammad Anis : 11-S1TI-10 NIM : 11.11.5300 TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAKSI karya tulis ini dibuat dengan tujuan memberi

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia.

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong ke dalam tanaman polong-polongan. Biji kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan makanan pokok

Lebih terperinci