INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI
|
|
- Ida Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Ir. L. Setyobudi, MS.PhD. Ka.Div. Pendidikan Entrepreneurship UB Wk. Ketua Tetap Pengembangan Mutu dan Industri Pendidikan, KADIN Indonesia PENDAHULUAN Hampir dapat dipastikan, kelak semua Perguruan Tinggi Negeri akan beralih bentuk menjadi lembaga otonomi atau Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Dalam bentuk baru ini, perguruan tinggi akan secara mandiri mengelola dana penyelenggaraan pendidikan. Otonomi juga memiliki salah satu arti bahwa dengan bentuknya yang baru ini perguruan tinggi harus membiayai berbagai keperluan yang dibutuhkannya. Untuk itu perlu kiranya segera diantisipasi dengan upaya mencari alternatif model bisnis yang potensial di perguruan tinggi. Secara hipotetik bila upaya bisnis di perguruan tinggi berkembang dengan baik sebagaimana diharapkan maka beban pendidikan yang harus ditanggung oleh masyarakat akan dapat semakin ringan dengan mutu lulusan yang semakin meningkat. Oleh Karena itu, perguruan tinggi harus segera mencari model yang sustainable untuk meningkatkan peran dan eksistensinya sebagai embrio penggerak perbaikan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Hasil studi diberbagai perguruan tinggi di luar negeri menunjukkan bahwa kontribusi dana masyarakat yang berupa sumbangan pendidikan hanya mampu membiayai lebih kurang 25% kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Dana pemerintah sebagaimana tertuang dalam undang-undang umumnya hanya menyumbang antara 20-25%, jadi sisanya sebesar lebih kurang 50% adalah menjadi tanggung jawab perguruan tinggi yang bersangkutan untuk mampu mencari kekurangannya agar pendidikan dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Inkubator Bisnis (INBIS) Perguruan Tinggi berdasarkan studi empirik ternyata berhasil menjawab persoalan kekurangan dana tersebut. Konsep INBIS mulai dilahirkan di Batavia Industrial Center, New York, pada tahun 1959 dengan rekanan bisnisnya Charles Mancuso & Sons yang membeli komplek industri dan berupaya ingin mengisi komplek bisnis tersebut. Dalam hal ini penghargaan patut diberikan kepada Mr. Joseph L. Mancuso sebagai karyawan yang diberi tugas untuk melaksanakannya terutama dengan sasaran untuk mengisi komplek bisnis, memerangi masalah pengangguran dan merevitalisasi perekonomian masyarakat disekitar komplek Batavia Industrial Center. Konsep INBIS ini pada dasarnya meniru konsep kelahiran yang membangun usaha mulai dari lahirnya usaha ( hatched ) kemudian dipelihara/dibesarkan sampai dengan cukup kuat untuk dilepas menjadi mandiri, yang dalam terminologi INBIS dinyatakan dengan istilah Graduates.
2 PEMAHAMAN INKUBATOR BISNIS Inkubator bisnis dirancang untuk membantu pelaku bisnis mewujutkan bisnisnya terutama pada masa sulit ditahun-tahun permulaan usaha. Bantuan tersebut dapat dalam bentuk yang beragam kegiatan mulai dari kunsultasi manajemen dan teknik usaha, menyusun jejaring bisnis sampai dengan layanan fasilitas manajemen perkantoran. Pengalaman menunjukkan bahwa kurang dari 10% tenant mengalami kegagalan usaha ditingkat inkubator. Data di Inggris memperlihatkan bahwa 80% perusahaan yang menjalani proses Inbis ternyata lebih berhasil dibandingkan hanya 33% yang tidak pernah menjalani Inbis. Hal tersebut dievaluasi pada 5 tahun setelah perusahaan lepas dari Inbis. Tujuan utama Inkubator Bisnis adalah menghasilkan perusahaan yang mandiri terutama dalam aspek finansial. Perusahaan yang telah berhasil lulus dari inkubator bisnis memiliki potensi bermacam-macam antara lain dalam hal penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, komersialisasi teknologi, deversifikasi sumberdaya ekonomi, revitalisasi SDM, investasi modal usaha, peluang peningkatan peranan wanita sebagai pelaku bisnis, dan berakhir pada pemberdayaan ekonomi lokal serta nasional. Inkubator bisnis juga dapat sangat beragam dalam cara memberikan layanan untuk mencapai tujuannya. Namun model tersebut harus mampu mengakomodasi dan mencerminkan kebutuhan dan keinginan komunitas yang dibantu tersebut berada. Oleh karena itu, jaminan fleksibilitas model inkubator bisnis sangat dibutuhkan antara lain dapat berupa model layanan/retail, UKM dalam bidang produksi, R & D, Teknologi tinggi (highttech), atau gabungan dari berbagai usaha. Hal yang beragam juga dapat terjadi dalam hal skala usaha maupun sumberdaya yang menjadi basis kerjasama penunjang keberadaan inkubator bisnis, antara lain dapat berasal dari Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Organisasi/Masyarakat Swasta, dan lain-lain baik bertujuan profit, non-profit maupun kombinasi keduanya (Profit and Benefit). SEJARAH KEBERHASILAN INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Pusat industri Batavia (Batavia Industrial Center) yang berpartner dengan Charles Mancuso & Sons di New York pada tahun 1959 diketahui adalah sebagai awal model inkubator bisnis di Amerika Serikat. Tetapi konsep Inbis untuk membantu pada awal berdirinya usaha tersebut, yang pertama kali dicetuskan idenya oleh Mr. Joseph L. Mancuso, baru dapat diterima oleh masyarakat luas dan sekitarnya pada akhir 1970 an. Saat ini Batavia Industrial Center telah menjadi investor jutaan dolar dalam bisnis real estate dan telah menciptakan ribuan lapangan kerja pada area yang jauh lebih luas dari asal areal Batavia Center. Pada tahun 1980an telah ada 12 Inkubator bisnis yang beroperasi di Amerika Serikat, dan saat ini terdapat Inbis yang telah tergabung dalam Asosiasi Inkubator Bisnis Nasional (National Business Incubation Association/NBIA) dari 40 Inbis yang bergabung sejak
3 berdirinya ditahun Inkubator bisnis saat ini telah meluas keseluruh dunia yang keberadaannya terwakili dalam NBIA. Dewasa ini terdapat Inbis yang berada di 68 negara di seluruh dunia yang telah memberikan manfaat antara lain menyediakan lapangan kerja dan investasi yang tidak terhitung lagi melalui berbagai program dan fasilitasnya bagi masyarakat. Konsep inkubator bisnis saat ini telah dapat diterima di seluruh dunia, misalnya di Australia, China, UK, Korea Selatan, dan USA sendiri. Model program Inkubator bisnis saat ini telah menjadi institusi yang sangat dihormati keberadaannya dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di lingkungan regional ASEAN baru tiga negara yang telah mengadopsi konsep Inbis dalam mengembangkan perekonomiannya yaitu Thailand, Malaysia dan Singapore. Inkubator bisnis di Perguruan Tinggi pada prinsipnya merupakan katalisator proses mulai dari awalan dan pertumbuhan suatu usaha. Peranan Inbis di Perguruan Tinggi dapat terlihat melalui penyediaan jasa konsultan kewirausahaan, jaring layanan dan fasilitas peralatan yang dibutuhkan oleh usahawan untuk mendukung keberhasilannya. Suatu pengalaman di Amerika Utara membuktikan bahwa Inbis pada tahun mampu membantu lebih dari awalan perusahaan dengan tenaga kerja tetap yang mampu menumbuhkan pendapatan lebih dari 7 M dolar Amerika. Pengalaman menarik dari Inbis juga dapat dilihat di Lousiana University, yang dikenal dengan Lousiana Business & Technology Center (LBTC), sejak tahun 1988 mampu meluluskan 89 tenant bisnis dan mewujutkan lapangan kerja di negara bagian Lousiana dan 82% perusahaan tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan yang beragam. Pada tahun 2004 saja Inbis menginkubasi 25 klient perusahaan yang mampu mempekerjakan 75 orang tenaga kerja tetap dan 35 orang tidak tetap atau mahasiswa yang secara keseluruhan memerlukan upah bernilai US $ 2 juta dan mampu meningkatkan nilai jual US $ 6,6 Juta. Inkubator Bisnis di Lousiana State University (LSU) ini ternyata mampu menjadi motor penggerak ekonomi di kawasan negara bagian Lousiana, terutama dalam membantu pengusaha merencanakan pengembangan wirausahanya. Melalui tiga strategi layanannya yaitu inkubator, bantuan teknis kepada pengusaha kecil dan alih teknologi. LBTC telah melayani permohonan informasi dan bantuan teknis, membantu lebih dari 353 usaha yang memberi lapangan kerja dengan lebih dari $ 63 juta dalam bentuk proyek, pinjaman, hibah bagi klient bisnisnya. Kerjasama yang dinamis tersebut menempatkan LSU sebagai yang terdepan dalam layanan masyarakat dalam dua tahun terakhir (Forbes.com). Mengacu pengalaman pada NBIA untuk kondisi di USA, perusahaan baru dilepas dari inkubator setelah memiliki penghasilan sebesar USD 2-3 juta pertahun. Di Korea Selatan, 11 (sebelas) Inkubator bisnis baru berdiri pada tahun 1997 sebagai respon terhadap terjadinya krisis ekonomi pada saat itu dan pada tahun 2003 telah tumbuh menjadi 291 buah. Inbis-inbis tersebut terutama didirikan di Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian diseluruh negeri.
4 Lembaga inkubator bisnis tersebut dalam perkembangannya menjadi jejaring yang menghubungkan antara dunia usaha dengan pemerintah daerah dan dapat menjamin keseimbangan pembangunan antar regional. Dewasa ini 291 inbis di Korea Selatan mengakomodasi perusahaan dibidang Teknologi Informasi (IT), menciptakan lapangan kerja yang mampu menghasilkan pendapatan sebesar 930 M won. Selain itu Inbis juga mampu melindungi hak kekayaan intelektual termasuk didalamnya telah di patenkan. Diantara perusahaan tersebut 254 buah atau 6,4% bergerak dibidang perdagangan luar negeri yang dibina oleh Inkubator Bisnis telah berhasil mengekspor senilai 91,9 M won. Pengalaman empirik di USA, inkubator bisnis yang berhasil selalu memiliki dua prinsip sebagai dasar operasional yang dijalankan selain fleksibilitas dalam program seperti telah diuraikan diatas. Prinsip dasar tersebut adalah: A. Inkubator bisnis harus mampu memberi inspirasi yang memiliki dampak positif pada kesehatan ekonomi komunitas melalui upaya memaksimumkan keberhasilan usaha yang diinkubasinya. B. Inkubator bisnis sendiri harus merupakan model yang dinamik, sustainable dan efisien dalam operasional usahanya. Kedua prinsip tersebut selanjutnya diwujutkan dan menjadi komitmen dalam program-program manajemen operasional inkubator bisnis. Jadi inkubator bisnis adalah tempat investasi atau bertumbuh kembangnya ide usaha yang pada akhirnya dapat mendukung pemberdayaan ekonomi regional dan nasional. Beranjak dari pengalaman sejarah keberhasilan Inkubator bisnis, maka sistem legislatif yang ada di USA memberikan dukungan politik terhadap inkubator bisnis dalam setting akademik dan hal-hal yang lain (Academic Setting and for other purposes) melalui ketetapannya nomor HR 2341 IH bulan Juni 3, 2003 (The Senate and House of Representatives of the United States of America Congress Assembled HR 2314 IH on June 3, 2003 Linking Educators and Developing Enterpreneurs for Reaching Success / LEADERS Act of 2003). Terdapat 9 seksi/pasal yang meliputi segala aspek dalam keputusan tersebut (Pasal 1. Short Title and Findings; 2. Purposes; 3. Definitions; 4. Program Authorized; 5. Uses of Funds; 6. Applications; 7. Matching Funds; 8. Report; 9. Authorization of Appropriations). Bahkan pada pasal 9 dinyatakan bahwa berdasarkan ketetapan ini dianggarkan dana sebesar USD 20 Juta untuk setiap tahun fiskal mulai dari tahun 2004, 2005, dan INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Perguruan Tinggi di luar negeri banyak yang dapat menjadi contoh yang tepat betapa penting peranannya sebagai sumber ilmu pengetahuan dan institusi pertumbuhan ekonomi terutama di areanya. Bidang-bidang bioteknologi, elektronika (telepon mobil), agrobisnis, dan aerospace serta farmasi akan
5 menjadi aspek kompetisi dimasa depan. Oleh karena, itu penting artinya bahwa kurikulum IPTEK harus dibangun dengan mengarah ke aspek ekonomi atau memiliki visi berorientasi bisnis. Peluang tersebut ada disetiap Perguruan Tinggi sejalan dengan perubahan dunia, sehingga sistem pembelajaran harus mampu mendorong mahasiswa untuk memiliki jiwa kewirausahaan, ketrampilan dan senantiasa mampu berinovasi. Berbasis pada pemikiran tersebut maka kurikulum di Perguruan tinggi terutama di Universitas Brawijaya (UB) hendaknya dapat senantiasa bersifat fleksibel dan dinamik menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis paling tidak dikawasannya. Perguruan Tinggi, sekaligus yang berfungsi sebagai science parks & incubators terbukti menjadi faktor kunci pertumbuhan ekonomi pada abad 21 ini terutama dalam peranannya sebagai pengarah, penemu dan proses perwujutannya hingga menjadi produk yang sehat serta aman terhadap masyarakat dan lingkungannya. Inkubator bisnis di Perguruan Tinggi adalah langkah awal yang penting untuk mencapai tujuan tersebut karena membantu kita untuk mewujutkan ambisi menjadi kenyataan dan meningkatkan kemampuan berinovasi. Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi paling tidak secara umum akan memberikan dua area manfaat yaitu pertama terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui bertambah banyaknya basis-basis perekonomian dan lapangan kerja. Sedangkan terhadap pertumbuhan pengusaha kecil yang berpotensi melalui upaya bantuan teknis agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam pemasarannya. Namun demikian perlu disadari bahwa hasil inkubator adalah bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan segera, sebagai contoh adalah lapangan kerja baru akan tersedia setelah suatu usaha menunjukkan keberhasilannya. DALAM NEGERI Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Hasanudin, Universitas Mataram, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Udayana, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Universitas Brawijaya (UB). Organisasi Inkubator Bisnis dalam Perguruan Tinggi yang telah berjalan di dalam negeri sangat beragam tingkat kemajuan dan modelnya yang semua itu dipengaruhi oleh visi dan misinya. Walaupun secara tegas belum semuanya berbentuk Inbis, namun secara umum mereka memiliki kesamaan yaitu ingin membantu masyarakat kampus maupun sekitarnya dalam mengembangkan usahanya. Khusus untuk masyarakat kampus selain sebagai laboratorium lapangan untuk belajar bisnis juga merupakan persiapan dalam menghadapi otonomi perguruan tinggi. Performen Inkubator bisnis yang telah terbentuk di perguruan tinggi tersebut diatas berbeda-beda misalnya di ITB disebut Inbis namun UGM sebenarnya lebih tepat sebagai holding company sedangkan di UB sendiri masih merupakan lembaga pembina pengusaha kecil dibawah LPM. Bila dibandingkan dengan kegiatan sejenis di luar negeri maka keadaan di dalam negeri terlihat masih baru masuk didalam inkubator.
6 Luar Negeri Data studi inkubator bisnis secara umum dan inkubator bisnis perguruan tinggi yang diperoleh dari internet tercatat informasi tentang business incubator yang terkait dengan perguruan tinggi ditingkat Universitas, dan inkubator bisnis yang terkait dengan fakultas. Bila informasi tersebut dikhususkan pada fakultas pertanian maka informasi yang diperoleh hanya buah. Selanjutnya bila pertanian tersebut lebih di khususkan lagi maka ada informasi inkubator bisnis yang terkait dengan masalah hortikultura. Perbandingan tersebut akan lebih menarik bila dapat diperbandingkan dengan aspek bisnis yang lain sehingga dapat dan tidak berlebihan kiranya kalau studi di internet tersebut memperoleh informasi tentang trend bisnis yang paling diminati oleh masyarakat kampus dan sekitarnya. KESIMPULAN Uraian tersebut diatas hanyalah suatu pengenalan awal Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. Uraian selanjutnya tentang aspek pembentukan dan pengembangan Inbis dan lain-lain hal yang terkait akan disajikan dalam kesempatan berikutnya. Berdasarkan hasil studi eksplorasi internet dan survei yang diuraikan tersebut diatas maka konsep Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi merupakan langkah awal untuk mendekatkan Perguruan Tinggi dengan stakeholdernya. Pengembangan konsep ini menjadi semakin fital bila Perguruan Tinggi ingin melangkah menuju otonomi atau menjadi perguruan tinggi mandiri. Selain itu konsep Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi juga sangat bermanfaat bagi proses belajar mengajar maupun pembelajaran. Karena secara langsung nuansa akademik akan terbawa ke suasana atmosfir yang mendekati kenyataan kehidupan dilapangan (diluar kampus). Dengan demikian mahasiswa akan lebih mantap menatap kehidupan setelah lulus nanti selain juga akan lebih percaya diri dalam menghadapi persaingan mencari maupun menciptakan lapangan kerja. Hasil studi empirik menunjukkan bahwa Inkubator Bisnis juga memiliki kontribusi nyata dalam perbaikan pertumbuhan ekonomi lokal terutama didalam kampus dan disekitar Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan program Inkubator Bisnis. REFERENSI Ourso, E. J LSU's LBTC WINS TOP HONOR AT NATIONALBUSINESS INCUBATION ASSOCIATION MEETING. Honor.asp Anonymous The Hampton University Business Incubator. -->The Hampton University Business Incubator.
7 Anonymous The Kentucky Small Business Development Center -->The Kentucky Small Business Development Center 8 seri. Anonymous Growing Successful Businesses. UCF Small Business Development Center The UCF Small Business Development Center. Goral, T Business Incubators: Investing in Ideas. University Business: Business Incubators: Investing in Ideas. University of Idaho What is an Incubator?. What's an Incubator?
PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN
PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN Konsep Pengembangan Inkubator Bisnis disusun berdasarkan pengalaman dari berbagai inkubator yang disurvei dan studi literatur atas pelaksanaan praktek terbaik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan ilmiah tidak selalu memiliki nilai komersial. Produk akhir temuan ilmiah dapat berupa jurnal, buku atau invensi. Penemuan ilmiah yang disebut invensi biasanya
Lebih terperinciPERSOALAN SKALA NASIONAL
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI LESSON STUDY BERBASIS SAINSTEK UNTUK MENUMBUHKAN TECHNOPRENEUR DI PERGURUAN TINGGI MEWUJUDKAN TEKNOPRENER KAMPUS Kuncoro Diharjo Kepala Divisi Inovasi Teknologi
Lebih terperinciINKUBATOR BISNIS Dr. Susilo, SE., MS
INKUBATOR BISNIS Dr. Susilo, SE., MS 1 INKUBATOR BISNIS??? Suatu organisasi yang menawarkn berbagai pelayanan pengembangan bisnis dan memberikan akses terhadap ruang/lokasi usaha dengan aturan yang fleksibel.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Konsultan
KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Laporan Akhir dari kegiatan "Kajian Faktor- Pendukung Pertumbuhan Inkubator Dalam Penciptaan Wirausaha Baru" pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian
Lebih terperinciEvaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta
Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta Usaha Besar. Peranan UMKM tidak lagi
Lebih terperinciTAHAP IMPLEMENTASI 10/10/2012 L. SETYOBUDI. Kadiv. Pendidikan Entrepreneurship UB Wakomtap. KADIN Indonesia Bid. Peng. Mutu & Ind. Pend.
L. SETYOBUDI Kadiv. Pendidikan Entrepreneurship UB Wakomtap. KADIN Indonesia Bid. Peng. Mutu & Ind. Pend. 2012 2 TAHAP IMPLEMENTASI 3 1 Speak the Truth If you tell the truth you don t have to remember
Lebih terperinciPENGUATAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA BERBASIS INKUBASI INOVASI UNTUK KEBERHASILAN USAHA MAHASISWA PMW DI POLITEKNIK NEGERI MALANG
PENGUATAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA BERBASIS INKUBASI INOVASI UNTUK KEBERHASILAN USAHA MAHASISWA PMW DI POLITEKNIK NEGERI MALANG Ita Rifiani Permatasari Ita_djatmika@yahoo.com Suselo Utoyo, ST, MMT sslutoyo@gmail.com
Lebih terperinciOleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Disampaikan sebagai Keynote Speech dalam SENASTEK II tahun 2015 di Denpasar Visi Kemenristek 2015-2019 Terwujudnya pendidikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara
Lebih terperinciPROGRAM KERJA FAKULTAS
PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciRencana Pengembangan Pendidikan Tinggi
Rencana Pengembangan Pendidikan Tinggi 2015-2019 Januari 2016 Direktorat Jenderal Kelembagaan dan Kerjasama Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Agenda A Background Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu yang menjadi pendorong kemajuan suatu negara adalah ditentukan oleh pertumbuhan ekonominya yang maju. Pertumbuhan ekonomi yang maju ialah dimana perkonomian
Lebih terperinciKewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.
EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,
Lebih terperinciKarya Tulis INKUBATOR BISNIS. Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001
Karya Tulis INKUBATOR BISNIS Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 2 II. INKUBATOR BISNIS... 3 III. JASA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. : Gambar 4.1 Logo Prudential Life Assurance
A. Identitas Perusahaan BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Nama Perusahaan Anak perusahaan di Asia Anak perusahaan di Indonesia Website : Prudential plc : Prudential Corporation Asia (PCA) : PT Prudential
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciProfil Lulusan / Kualifikasi
Fakultas Website Lokasi Program Pendidikan Program Studi Profil Lulusan / Kualifikasi TEKNIK http://www.eng.ui.ac.id Fakultas Teknik UI Kampus UI Depok 16424 Telepon: 727-0011, 786-3503-05, 78888430, 7863311,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad pengetahuan, banyak perubahan-perubahan terjadi karena perkembangan teknologi yang pesat, perkembangan dan pertumbuhan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Seiring dengan berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN, membawa dampak yang nyata terhadap keberlangsungan kegiatan ekonomi, baik skala regional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.
Lebih terperinciModul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN
Modul ke: 13 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Kewirausahaan dan Lingkungan Global; Kewirausahaan sebagai pemicu perekonomian negara; Kebersamaan, etika dan tanggung jawab sosial kewirausahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciProf. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN INBIS SEBAGAI UPAYA UNISMA MENUJU ENTERPRENEUR UNIVERSITY OLEH : Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG PENTINGNYA PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DLM PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS
i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah
Lebih terperinci10/17/2012 LSB UB-BAP
L. SETYOBUDI 2012 10/17/2012 LSB UB-BAP 2 PROFIL UB 180 160 140 120 100 80 60 40 20 12 Fakultas 47 PS S1 40 PS Terakreditasi 37 PS S2 17 PS S3 GB S-3 S-2 S-1 0 10/17/2012 LSB UB-BAP 3 10/17/2012 LSB UB-BAP
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciDISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:
DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH: LESSON LEARNED & MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Agus Syarip Hidayat Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI FKP Palembang, 12 Maret 2014 PENGANTAR UU No.32
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan
Lebih terperinciBab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian
12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBERDAYAAN SENTRA USAHA KECIL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGIROE ACEH DARUSSALAM,
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. A. Simpulan
BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS. A. Yani Ranius. Abstrak
MENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS A. Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia +62-711.7014442,
Lebih terperinciSAMBUTAN REKTOR. Malang, Maret 2015 a.n. Rektor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, TTD. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS
SAMBUTAN REKTOR Upaya untuk membangun spirit wirausaha dikalangan mahasiswa sudah sejak lama dilakukan oleh pemerintah dengan memasukkan Mata Kuliah Kewirausahaan kedalam kurikulum pendidikan tinggi. Upaya
Lebih terperinciSmart In Entrepreneurship
Smart In Entrepreneurship 1 SQ sebagai landasan untuk mengubah proses bisnis Menciptakan visi, misi dan sasaran Analisis diri dan lingkungan Revolusi strategi Terimalah setiap kegagalan sebagai pelajaran
Lebih terperinciBAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI
BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK
Lebih terperinciMANUAL MUTU AKADEMIK UB MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MM.PJM-UB.01 Manual Mutu Akademik Universitas Brawijaya MM.PJM-UB.01 Revisi : Ke-1 Tanggal : 26 April 2007 Dikaji ulang oleh : Pembantu Rektor I Disetujui oleh
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Kewirausahaan mampu membuat suatu negara maju dan makmur karena kewirausahaan
Lebih terperinciPEGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT INOVASI DAN UNGGULAN RISET DALAM MENDUKUNG PUSAT PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL MAUPUN NASIONAL
PEGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT INOVASI DAN UNGGULAN RISET DALAM MENDUKUNG PUSAT PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL MAUPUN NASIONAL GUSTI MUHAMMAD HATTA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DISAMPAIKAN PADA SEMINAR
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inkubator Bisnis Inkubator bisnis adalah sebuah lembaga yang memberikan proses pendampingan dan pemupukan kepada wirausaha baru, atau wirausaha mapan yang akan membuka jalur
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciMANUAL MUTU AKADEMIK MM.GJM-FE-UB.01 GJM
MANUAL MUTU AKADEMIK MM.GJM-FE-UB.01 GJM Manual Mutu Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya MM.GJM FE-UB.01 Revisi : Ke - 3 Tanggal : 20 Mei 2009 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan Bidang Akademik
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan
Lebih terperinciRENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG
RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) 2012-2017 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG 2012 RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (RIPkM) TAHUN 2012-2017
Lebih terperinciMAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN
MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN DISUSUN OLEH: MUTHIA FIRDA SARI 1012011060 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi merupakan salah pokok persoalan penting pada dekade terakhir ini. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Magang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang Institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi adalah inkubator Sumber Daya Manusia (SDM) sebuah bangsa yang diharapkan melahirkan generasi-generasi berkualitas
Lebih terperinciBAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta
BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN
PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak perusahaan dari perusahaan induk PT. Mega Andalan Kalasan. bertempat di Kalasan, Sleman, Yogyakarta. PT.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PT. Mega Andalan Komponen Logam (MAKL) merupakan anak perusahaan dari perusahaan induk PT. Mega Andalan Kalasan (MAK), sebuah perusahaan yang memproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, 2016). Pangkalan data sebanyak 4399
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Indonesia saat ini memiliki 4399 perguruan tinggi yang terdiri atas 5 segmen yaitu Akademi berjumlah 1106, Politeknik berjumlah 240, Sekolah Tinggi
Lebih terperinciKadarsah Suryadi Rektor ITB
Entreneurial University Untuk Daya Saing Bangsa Kadarsah Suryadi Rektor ITB 1 Februari 2016 Characteristics of the Generation of Universities CHARACTERISTICS OF THE GENERATIONS OF UNIVERSITIES Indicators
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini perusahaan dituntut untuk lebih bergerak dinamis, inovatif, dan mampu memanfaatkan segala peluang yang ada karena persaingan di dunia bisnis saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% per tahun. Namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh pada masa lalu ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam arti yang seluasluasnya. Kemajuan dalam kegiatan
Lebih terperinciPENDIDIKAN GRATIS DUNIA KETIGA, KENAPA TIDAK? Peringatan 54 tahun Universitas Gajah Mada (UGM) Jumat, 19 Desember 2003 diwarnai aksi
PENDIDIKAN GRATIS DUNIA KETIGA, KENAPA TIDAK? Tri Harso Karyono Harian SinarHarapan, 10 Januari 2004 Peringatan 54 tahun Universitas Gajah Mada (UGM) Jumat, 19 Desember 2003 diwarnai aksi demonstrasi mahasiswa
Lebih terperinciFakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Program Studi Magister Ekonomi Terapan
Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Program Studi Magister Ekonomi Terapan Pengelola Program Ketua Program Studi : Prof Dr Tati S Joesron, SE MS Sekretaris Bidang Akademik dan Kerjasama : Dr Budiono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI INFORMASI: MOTIVASI DAN PENGALAMAN
INOVASI TEKNOLOGI INFORMASI: MOTIVASI DAN PENGALAMAN Widyawan Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada Agenda Motivasi Peluang Pengalaman Lesson Learned Kesimpulan National
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di negara negara industrialisasi di seluruh dunia, seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Amerika Serikat pertumbuhan populasi menurun secara signifikan di area area tersebut.
Lebih terperinciREVITALISASI KEHUTANAN
REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran
Lebih terperinciProfil Puspiptek. Gambar 1.1 Foto Puspiptek Dari Udara
Profil Puspiptek Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) merupakan unit kerja dibawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi didirikan berdasarkan Keputusan Presiden nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat telah memunculkan banyaknya pesaing-pesaing di dunia perekonomian. Para pesaing
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memfasilitasi
Lebih terperinciSEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN
SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN Pertemuan Tingkat Tinggi Tentang Kewirausahaan akan menyoroti peran penting yang dapat dimainkan kewirausahaan dalam memperluas kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,
34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan kerja saat ini semakin ketat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan kerja saat ini semakin ketat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, angka pengangguran pemuda di Indonesia mencapai 17% dari
Lebih terperinciI. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan
Lebih terperinciGambar 1.1 Struktur Organisasi Wakil Rektor IV Universitas Telkom Sumber : Surat Keputusan Pengurus YPT 20 Juni 2014 Dalam struktur organisasi Warek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nomor 309/E/0/2013, Universitas Telkom didirikan pada tanggal 14 Agustus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daya saing nasional, sedangkan daya saing nasional membutuhkan Perguruan. Perguruan Tinggi Negeri harus memiliki kemandirian.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan di era globalisasi yang semakin tajam yang harus ditunjang daya saing nasional, sedangkan daya saing nasional membutuhkan Perguruan Tinggi Negeri sebagai kekuatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan.
No.1503, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Lebih terperinciL. Setyobudi Divisi Pendidikan Entrepreneurship Universitas Brawijaya
L. Setyobudi Divisi Pendidikan Entrepreneurship Universitas Brawijaya 2012 Faktor-faktor yang Memelihara Kemiskinan DISEASES (penyakit) IGNORANCE (diabaikan) APATHY (apatis) POVERTY DISHONESTY (Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciPengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0
Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0 Industrial Summit Implementasi Industri 4.0 dalam rangka Transformasi Lanskap Industri Nasional Menuju
Lebih terperinciPERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY)
PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) TUGAS AKHIR Oleh : ELISA NUR RAHMAWATI L2D000418 JURUSAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia
Lebih terperinciPengembangan Kerjasama Perguruan Tinggi Menuju Internasionalisasi Pendidikan Tinggi
Pengembangan Kerjasama Perguruan Tinggi Menuju Internasionalisasi Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Global Competitiveness
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem
Lebih terperinci