BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Farida Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres Definisi stres Stres merupakan suatu pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi, kognitif dan perilaku yang dapat diramalkan di mana diarahkan baik terhadap usaha untuk mengubah kejadian stres ataupun mengakomodasikan efek dari stres tersebut (Taylor, 2009). Stres menyatakan dirinya dalam bentuk penolakan, ketegangan, frustrasi ataupun interupsi pada keseimbangan fisiologis dan psikologis. Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang (Robbins, 2001). Sedangkan menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap apapun permintaan untuk perubahan (Taylor, 2009) Tahapan Stres menurut Selye s General Adaptation Syndrome Hans Selye berpendapat bahawa ketika suatu organisme berhadapan dengan stresor ia akan menggerakkan dirinya untuk bertindak. Respon yang dipamerkan berupa tidak spesifik dan tergantung kepada stresor tersebut. Dari waktu ke waktu, paparan stres yang berkepanjangan dan berulang akan merugikan sistem tubuh. Selye s GeneralAadaptation Syndrome terdiri dari 3 tahapan: 1) Alarm response 2) Stage of resistance 3) Stage of exhaustion
2 Gambar 2.1. The Three Phases of Selye s (1974) General Adaptation Syndrome Tahapan pertama adalah alarm response di mana tubuh kita pertama sekali bereaksi dengan stresor. Pada waktu ini, resistensi akan berkurang. Tahapan kedua merupakan stage of resistance akibat paparan stresor yang berterusan dan terjadinya adaptasi. Tahapan ketiga adalah stage of exhaustion. Tahap ini terjadi karena paparan stresor yang sama dalam jangka waktu yang panjang. Pada saat ini, tingkat resistensi mungkin akan balik hingga ke normal (homeostasis). Secara khusus, Hans Selye yakin bahwa stage of exhaustion yang berkepanjangan dan berulang bertanggung jawab untuk gangguan psikologi yang dapat memicu kepada penyakit (Brannon & Feist, 2007) Klasifikasi Stres Berdasarkan Etiologinya 1. Stres Kepribadian (Personality Stress). Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian. 2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress). Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.
3 3. Stres Bio-ekologi (Bio-Ecological Stress). Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain. 4. Stres Pekerjaan (Job Stress). Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan. 5. Stres mahasiswa (Student stress). Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri (Rice, 1999) Fisiologi Stres Sistem stres manusia terdiri dari hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis dan sistem saraf simpatik (Tsatsoulis et al. 2006). Kedua sistem ini bekerja secara koordinasi untuk memberi respon "fight or flight" terhadap anggapan ancaman. Respon tersebut dapat mengajukan peningkatan tekanan arteri, perpindahan darah dari visceral ke otot aktif dan otak, peningkatan kadar metabolisme selular, peningkatan glikolisis, peningkatan kekuatan otot, peningkatan aktivasi mental dan peningkatan kadar koagulasi darah (Guyton, 2006). Tubuh manusia memberi respon-respon tersebut karena terjadinya pembebasan neurotransmiter dan hormon-hormon yang khusus. HPA axis bertanggung jawab untuk mengaktivasi pelepasan glucocoticoids, di mana 95% dalam bentuk kortisol (juga dikenali sebagai
4 hydrocortisone) dari korteks adrenal (Guyton, 2006). Efek dari kortisol adalah mobilisasi protein dari otot dan asam lemak yang berasal dari adipose, peningkatan lemak di hepar, dan juga sebagai suatu respon anti-inflamasi (Guyton, 2006). Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk menstimulasi simpatis baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu dengan aktivasi pelepasan catecholamines dari medula adrenal (Guyton, 2006). Seperti epinefrin dan nonepinefrin, hormon ini juga memberi efek kepada organ target dengan cara yang sama yaitu peningkatan nadi jantung, inhibisi fungsi sistem pencernaan, dilatasi pupil dan respon lain yang berkaitan dengan aktivasi simpatis (Guyton, 2006). Kedua cabang simpatis dan parasimpatis sistem saraf otonom diaktivasi secara terus-berterusan dan kronis akan menyebabkan terjadinya degenerasi dan disfungsi. Jika stres tersebut bersifat kronis, bahan kimia termasuk neurotransmiter dan hormon akan menetap di aliran darah. Stres yang berkepanjangan boleh menyebabkan nyeri kepala, penurunan fungsi sistem imun, lelah, kelainan jantung, depresi dan gangguan mental emosional yang lain (Carruthers, 2006) Gejala dan tanda stres Respon stres dapat wujud secara fisologis ataupun berupa perilaku. Respon stres secara fisiologis mencakup simptom seperti sakit perut, sedangkan respon stres yang berupa perilaku termasuk pengurangan produktivitas dan absenteeism (Robbins, 2001). Jenis simptom dari stres: 1. Stres perilaku: Ketidaksabaran, kecemasan, sungguh impulsif, hiperaktivitas, cepat marah, terlalu agresif, menghindari situasi yang sulit dan bekerja secara berlebihan. 2. Stres kognitif:
5 Kebingungan daya ingat yang sering, pemikiran negatif yang konstan, ketidakmampuan membuat keputusan, sulit untuk menyelesaikan tugas, bersikap kaku dan sulit untuk berkonsentrasi. 3. Stres somatik: Tekanan darah tinggi, senang terkena pilek, migrain, irritable bowel syndrome, ulser, serangan jantung, angina, strokes, asma dan ruam kulit (Cohen, 2002 dalam Ornelas and Kleiner, 2003) Penanggulangan stres (Coping with stress) Setiap individu memberi respon yang berbeda terhadap stres. Penanggulangan stres merupakan pikiran dan perilaku yang dibutuhkan untuk mengelola permintaan secara internal dan eksternal yang ditafsirkan sebagai stres (Folkman & Moskowitz, 2004). Hubungan antara penanggulangan stres dengan kejadian stres adalah suatu proses dinamik (Folkman & Moskovitz, 2004). Jadi, penanggulangan stres bukan aksi yang berlaku sekali saja tetapi merupakan peristiwa yang berlangsung dari waktu ke waktu di mana individu dengan lingkungan saling mempengaruhi. Keperibadian seseorang dapat berpengaruh terhadap cara bagaimana individu tersebut menanggulangi peristiwa yang stres. Karakteristik ini boleh disebabkan oleh faktor genetik (Kozak, Strelau, & Mike, 2005) dan faktor lingkungan (Repetti, Taylor, & Seeman, 2002). Terdapat empat tipe metode penanggulangan stres yaitu kognitif, emosional, perilaku dan fisik. Tabel 2.1. Metode penanggulangan stres (Bernstein & Nash, 2006) Tipe metode Penjelasan Kognitif Emosional Menganggap stresor itu sebagai tantangan dan mengelakkan dirinya dari perfectionism. Mencari dukungan sosial dan mendapat nasehat dari yang lain.
6 Perilaku Fisik Melaksanakan rencana manajemen waktu dan berusaha untuk mengubah pola hidup untuk eliminasi stresor. Pelatihan relaksasi yang progresif, berolahraga dan meditasi Olahraga Jenis Olahraga Meskipun olahraga boleh mencakup ratusan jenis aktivitas fisik, tetapi olahraga dapat dibagi kepada 5 jenis secara fisiologis yaitu: isometrik, isotonik, isokinetik, aerobik dan anaerobik. Setiap jenis olahraga tersebut memiliki tujuan, aktivitas dan penganjur yang berbeda. Setiap jenis olahraga tersebut dapat menyumbang kepada aspek kesehatan ataupun kesehatan jasmani, tapi hanya olahraga jenis aerobik berfaedah terhadap kesehatan kardiorespiratori (Brannon & Feist, 2007). 1. Olahraga isometrik: Olahraga isometrik dilakukan dengan kontraksi otot pada objek yang tidak bergerak. Walaupun tubuh kita tidak bergerak ketika melakukan olahraga isometrik, tetapi otot tetap mendorong kuat antara satu sama lain ataupun terhadap objek yang tidak bergerak tersebut. Oleh karena persendian tidak bergerak maka tidak jelas kelihatan bahwa olahraga dilakukan, tetapi kontraksi otot menghasilkan kekuatan. Olahraga isometrik dapat meningkatkan kekuatan otot (Brannon & Feist, 2007). 2. Olahraga isotonik Olahraga isotonik memerlukan kontraksi otot dan gerakan persendian. Angkat besi dan olahraga yang berupa calisthenics termasuk dalam kategori olahraga isotonik. Olahraga isotonik dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot (Brannon & Feist, 2007). 3. Olahraga isokinetik Seperti olahraga isometrik, olahraga isokinetik memerlukan aktivitas angkat besi dengan tambahan usaha untuk mengembalikan ke posisi asal.
7 Olahraga ini memerlukan peralatan yang khusus untuk mengatur kuantitas resistensi berdasarkan kuantitas gaya yang telah diaplikasikan. Olahraga isokinetik sering digunakan untuk memulihkan kekuatan otot dan daya tahanan otot pada orang yang menderita luka-luka pada otot. Olahraga isokinetik merupakan tambahan yang berarti pada rehabilitasi fisik yang membantu orang yang terluka ototnya untuk mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas secara aman daripada olahraga jenis yang lain (Brannon & Feist, 2007). 4. Olahraga anaerobik Olahraga anaerobik membutuhkan ledakan energi yang intensif dalam durasi yang pendek. Akan tetapi ia tidak memerlukan konsumsi oksigen yang tinggi. Olahraga anaerobik dapat memperbaiki kecepatan dan daya tahan otot, tetapi harus berhati-hati karena ia boleh menjadi bahaya pada orang yang menderita penyakit jantung koroner (Brannon & Feist, 2007). 5. Olahraga aerobik Olahraga aerobik adalah olahraga yang meningkatkan konsumsi oksigen secara dramatis dalam jangka waktu yang panjang. Karakteristik penting untuk olahraga aerobik adalah intesitas dan durasinya. Dari segi intensitas, olaharaga aerobik harus meningkatkan denyutan nadi sampai ke tingkat tertentu. Intensitas untuk olahraga aerobik bervariasi sebanyak 50-80% dari denyutan jangtung maksimal. Olahraga aerobik fokus pada peningkatan daya tahan kardiovaskular (Brannon & Feist, 2007) Manfaat berolahraga Penyebab seseorang itu menyertai pada suatu program olahraga adalah bervariasi, antaranya termasuk kesehatan jasmani, kontrol berat badan, kesehatan kardiovaskular, memanjangkan umur, proteksi diri dari kanker, pencegahan osteoporosis, kontrol diabetes, meningkatkan harga diri (selfesteem) dan juga sebagai penyangga melawan depresi, ansietas dan stres (Bernstein & Nash, 2006).
8 Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Kesehatan jasmani merupakan suatu kondisi kompleks yang terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan kesehatan kardiorespiratori (aerobic fitnesss) (Bernstein & Nash, 2006). Selain itu, olahraga yang teratur juga membantu dalam kontrol berat badan dan optimisasi berat badan. Obesitas dapat diperbaiki dengan berolahraga yaitu dengan durasi menit setiap hari mungkin diperlukan (Hansen et al., 2005). Dalam tahun terakhir ini, ahli psikologis kesehatan telah meneliti tentang peranan olahraga aerobik dalam mempertahankan kesehatan mental dan fisik. Olahraga aerobik dapat menstimulasi dan memperkuatkan sistem kardiovaskular dan respiratori serta memperbaiki penggunaan oksigen pada tubuh. Olahraga aerobik juga memberi manfaat yang banyak terhadap kesehatan. Olahraga kira-kira hanya 30 menit sehari dapat menurunkan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker (Taylor, 2009). Selain daripada meningkatkan efisiensi sistem kardiorespiratori, olahraga yang teratur juga boleh meningkatkan kapasitas kerja fisik, penurunan ataupun kontrol hipertensi, memperbaiki kadar kolestrol dan toleransi glukosa, meningkatkan toleransi terhadap stres dan pengurangan kebiasaan yang buruk seperti merokok, konsumsi alkohol dan diet yang tidak baik (Taylor, 2009). Olahraga berserta perubahan pola makan juga dapat mengurangi risiko menderita diabetes tipe II pada golongan yang berisiko tinggi. Olahraga juga dapat mempercepatkan penyembuhan luka pada orang-orang yang terluka (Emery, Kiecolt-Glaser, Malarkey, & Frid, 2005). Olahraga yang teratur juga dapat memanjangkan umur. Laki-laki dan perempuan yang mempunyai tingkat kebugaran fisik yang lebih tinggi dapat menunda mortalitas yang dipicu oleh penyakit kardiovaskuler dan kanker (Taylor, 2009).
9 Hubungan stres dan olahraga Ketika seseorang mengambil bagian dalam suatu aktivitas fisik maka otak akan memberi respon kimia tertentu. Endorfin adalah polipeptida yang mengikat pada reseptor neuron di otak dan dapat menghilangkan efek dari stres (Carruthers, 2006). Mekanisme terjadi efek ini disebabkan oleh terjadinya perubahan struktur dan fisiologis yang menghubungkan partisipasi olahraga yang berulang. Selain itu, olahraga yang teratur boleh meningkatkan kepekaan insulin. Kepekaan insulin meningkat karena peningkatan volume otot, aliran darah kepada otot-otot yang aktif dan kapasitas oksidatif bahan bakar dalam tubuh. Peningkatan kapasitas oksidatif yang disebabkan oleh proses biogenesis mitokondrial juga memberi efek yang positif terhadap homeostasis lipid di mana bisa juga meningkatkan metabolisme basal. Peningkatan metabolisme basal dapat menyeimbangkan energi yang dikerahkan semasa aktivasi simpatis (Stewart. Et al., 2005). Olahraga juga membantu dalam memulihkan ekspresi genetik yang alamiah untuk menjamin survival ketika menghadapi suatu kejadian stres dan sembuh dari kejadian tersebut (Booth. Et al, 2002). Di samping itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahawa olahraga dapat menurunkan insiden dan keparahan gangguan mood ynag berkaitan dengan stres termasuk ansietas dan depresi. Efek ini berhubung dengan peningkatan neurotransmiter terutamanya serotonin dan dopamin dan juga sekresi endorfin (Greenwood, 2008). Maka, olahraga adalah salah satu cara yang sungguh bermanfaat untuk melawan efek stres terhadap kesehatan yang merugikan (Castro, Wilcox. O Sullivan, Baumann, & King, 2002). Jadi, olahraga yang teratur dapat mempengaruhi tingkat stres dengan adanya perubahan kimia dalam otak setelah berolahraga. Perubahan tersebut mencakup transportasi dan metabolisme neurotransmiter yang mengubah aktivitas neurotransmiter (Brannon & Feist, 2007).
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan a. Definisi Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Olahraga 2.1.1. Definisi Olahraga Menurut European Sports Charter, Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang dilakukan begitu saja maupun teratur dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciDITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI
DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI PENGERTIAN Dasar pemikiran: hubungan pikiran/mind dengan tubuh Merupakan bidang kekhususan dalam psikologi klinis yang berfokus pada cara pikiran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin mengalami perkembangan ke era globalisasi. Dengan adanya perkembangan zaman ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan modern. Tidak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari
Lebih terperinciFAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ
FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciPATOFISIOLOGI ANSIETAS
PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal (hiperglikemia) akibat kelainan pada sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, hipertensi diabetes mellitus dan sebagaian penyakit paru yang kemudian sering disebut dengan penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Definisi Stres Hans Seyle (1936) dikutip dalam American Institute of Stress (2013), mengemukakan bahwa stres adalah respon manusia yang bersifat non spesifik
Lebih terperinciStrategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model
Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivitas
Lebih terperinciMata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban
Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,
Lebih terperinciEMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi
EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik Respon Perilaku Terhadap Stimuli Emosional Fight vs Flight Fight and Flight Sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik merupakan salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciFRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI
FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinciEMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi
EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik JW Papez mengajukan ide bahwa respon emosional tergantung oleh sistem di forebrain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat merupakan suatu tuntutan bagi manusia untuk selalu tetap aktif menjalani kehidupan normal sehari-hari. Setiap aktivitas memerlukan energi, yang tercukupi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Definisi stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.
Lebih terperinciTEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA
TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang tidak spesifik terhadap suatu tekanan (stressor) atau ancaman (threatener) dan merupakan sebuah upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan
Lebih terperinciBAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf
BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selye sebagai General Adaptation Syndrome ( GAS), suatu gambaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Stres merupakan istilah yang merujuk kepada kondisi lingkungan yang memicu psikopatologi. Stres pertama kali diperkenalkan oleh Hans Selye sebagai General Adaptation Syndrome
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit yang serius dalam penangananya. Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat
Lebih terperinciSTRES DAN MANAJEMENNYA
STRES DAN MANAJEMENNYA PENGERTIAN STRESS SELVE Respons non spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan The G.A.S (general adaptation syndrome), suatu respon otomatik terhadap setiap ancaman fisik/emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Stres merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan seseorang. Stres dapat dialami oleh siapa saja baik yang masih muda maupun yang sudah tua dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit kronis yang merupakan penyebab utama kematian (36 juta pertahun) dan masalah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. dalam menjaga optimalisasi manusia dalam kegiatan sehari-hari membuat banyak orang
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Peran kesehatan dalam menjaga optimalisasi manusia dalam kegiatan sehari-hari membuat banyak orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup adalah cara hidup berdasarkan pola perilaku yang berhubungan dengan karakteristik individu, interaksi sosial, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ilmu psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 tahun hingga 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada urutan kelima penyebab kematian di Indonesia. Lebih dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker ginekologi yang paling
Lebih terperinciPANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA
PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA Oleh: Fatkurahman Arjuna E-mail: Arjuna@UNY.ac.id ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Kesehatan Olahraga adalah kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal dapat diartikan sebagai kelainan pada jaringan periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit periodontal, dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari ayah maupun ibu dan lingkungan intrauterine (Soetjaningsih, 2014).Berat badan lahir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dari ayah maupun ibu dan lingkungan intrauterine (Soetjaningsih, 2014).Berat badan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya. Penyakit tersebut merupakan salah satu jenis penyakit paling mematikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan hasil data yang terkumpul diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan premenstrual syndrome dan emotion focused
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa dewasa muda ditandai dengan memuncaknya perkembangan biologis, penerimaan peranan sosial yang besar, dan evolusi suatu diri dan struktur hidup dewasa. Periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap adanya pergeseran pola penyakit.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu miliar orang di dunia menderita disabilitas. Disabilitas atau kecacatan dapat terjadi akibat kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan faktor lain
Lebih terperinciPsikologi Dunia Kerja Stres Dalam Pekerjaan
Psikologi Dunia Kerja Stres Dalam Pekerjaan Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Pandangan Mengenai Stres Stres: Apabila pekerja kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.
digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi
Lebih terperinciTUGAS 3 SISTEM PORTAL
TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinci