Ari Basuki SMA Negeri 2, Tanjungpinang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ari Basuki SMA Negeri 2, Tanjungpinang"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN LANGSUNG TENTANG MATERIAL GENETIK MELALUI PRESENTASI ELEKTROFOREGRAM DNA MITOKONDRIA (MTDNA) MANUSIA: MUNCULNYA PEMAHAMAN, KETERTARIKAN DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA Ari Basuki SMA Negeri 2, Tanjungpinang ABSTRACT The purpose of study is to arise of understanding, attention for learning process, and science process skill on learning process of DNA as genetic material throught direct instruction with electroforegram human mtdna presentation. Research method is descriptive qualitative. Data collected with student respond paper. Respondent is 42 students of XII IPA class in SMA Negeri 2 Tanjungpinang, Kepulauan Riau province. The result of study showed that arising of student understanding and attention toward composition, sequence, and mutation of DNA in the learning process. An arising of process science skill from most of student, consist of empiric fact writing, comment to fact, other theories addition, problems and hypothesis propose that connected with teacher presentation materials in learning process. Key words: direct instruction, process science skill, SMA, mtdna presentation PENDAHULUAN Pembelajaran sains di Sekolah Menengah Atas (SMA) mengupayakan siswa agar mencapai penguasaan kemampuan yang sesuai dengan standar kompetensi (Depdiknas, 2006: 91). Standar kompetensi mata pelajaran kimia sebagai salah satu kajian sains dapat dikelompokkan atas ranah produk, proses, maupun sikap. Komponen mata pelajaran kimia sebagai produk meliputi fakta, konsep, teori, dan generalisasi. Komponen-komponen proses meliputi antara lain: identifikasi masalah, observasi, menyusun hipotesis atau membuat prediksi, menganalisis, mengekstrapolasi, dan mensintesis. Komponen sikap diantaranya meliputi: rasa ingin tahu yang tinggi, kritis, 81

2 ISBN : kreatif, rendah hati, skeptis, tekun, jujur dalam mengungkapkan fakta yang sebenarnya, dan berpendangan terbuka (Poedjiadi, 2007: 748). Guru sains memiliki peran sebagai pengarah proses belajar agar terjadi suasana pembelajaran yang konstruktif bagi siswa dalam penguasaan materi, pengembangan kemampuan kimia sebagai produk, proses maupun sikap. Guru memiliki peran pada tahapan penting proses pembelajaran, yaitu dimulai saat merencanakan, melaksanakan, evaluasi, hingga umpan balik. Sumber belajar lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, potensi dan kemampuan siswa, materi pokok, serta pilihan model, metode, dan strategi menjadi bahan pertimbangan guru dalam upaya agar proses pembelajaran efektif untuk mencapai tujuan. Proses pembelajaran kimia dan biologi yang dilaksanakan oleh guru saat ini hanya memiliki kecendrungan untuk mengarahkan siswa dalam penguasaan sains dalam ranah produk terutama dalam materi pokok struktur DNA sebagai material genetik. Proses pembelajaran sering mengabaikan dua aspek penting lainnya yaitu kimia sebagai proses dan sikap. Pembelajaran tentang struktur asam nukleat hanya diberikan melalui kegiatan ceramah disertai pemberian soal-soal sebagai umpan balik. Struktur asam nukleat diinformasikan oleh guru pada siswa melalui uraian tertulis tanpa memperlihatkan bukti yang lebih nyata tentang fenomena DNA. Keterbatasan ketersediaan alat-alat dan bahan praktikum untuk materi pokok tentang material genetik juga menghambat upaya guru dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa terutama saat merancang dan melaksanakan eksperimen. Cara pembelajaran ini menyebabkan siswa hanya menerima paparan dari guru sehingga tidak aktif, membosankan, dan tidak memungkinkan terjadinya penumbuhan kemampuan proses sains siswa. Oleh sebab itu perlu adanya proses pembelajaran yang dapat memunculkan sebagian atau keseluruhan kemampuan proses sains siswa seperti pada materi pokok tentang material genetik. Guru dapat menghindarkan proses pembelajaran yang kurang konstruktif bagi siswa tersebut dengan memanfaatkan sumber belajar berupa elektroforegram mtdna manusia. Elektroforegram mtdna manusia merupakan hasil sekuensing yang dapat menunjukkan urutan nukleotida dan dapat dikaitkan dengan struktur basanya, serta mutasi 82

3 yang terjadi. Elektroforegram mtdna ini juga dapat menunjukkan keteraturan mutasi seperti pada empat generasi seketurunan ibu pada sel akar rambut dan darah (Basuki & Noer, 2007: 497), sehingga memungkinkan siswa untuk memunculkan kemampuannya dalam proses sains. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui salah satu model yaitu model pembelajaran langsung atau pemilihan model pembelajaran lainnya yang lebih tepat. Makalah ini mendeskripsikan tentang hasil-hasil respon dan tanggapan siswa dalam proses pembelajaran kimia pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat sebagai pendukung pembelajaran biologi tentang material genetik di SMA. Uraian tentang munculnya pemahaman dan ketertarikan terhadap materi, serta keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran DNA deoxyribonucleic acid melalui pembelajaran langsung denganpresentasi elektroforegram mtdna manusia. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan lembar angket dan isian siswa, kemudian diolah dengan menghitung persentasenya serta ditinjau dengan hasil-hasil penelitian yang berkaitan. Responden adalah siswa kelas XII IPA yang belum menerima penyajian materi pokok tentang DNA, sebanyak 42 orang di SMA Negeri 2 Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Angket mengungkap pendapat siswa tentang kejelasan penyajian materi pokok urutan nukleotida, mutasi, pemahaman, dan ketertarikan terhadap penyajian materi pokok tersebut. Lembar isian siswa mengungkap kemampuan siswa dalam proses sains dengan indikator: menuliskan fakta, menaggapi fakta, menuliskan teori yang berkaitan, mengajukan permasalahan, dan mengajukan hipotesis. Pembelajaran langsung dilakukan dengan sintaks yang terdiri dari lima fase (Joyce et al, 2000: 343), pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia dengan bantuan program microsoft powerpoint. 83

4 ISBN : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Model pembelajaran langsung tentang materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia pada lima fase dengan uraian sebagai berikut: Fase 1, menyampaikan tujuan pembelajaran berupa pemahaman tentang struktur nukleotida, urutan DNA, mutasi dan mempersiapkan siswa untuk dapat memunculkan kemampuan proses sains dengan diawali demonstrasi hukum Lavoisier (kekekalan massa dalam reaksi kimia). Demonstrasi penemuan hukum Lavoisier dilakukan dengan memanfaatkan reaksi larutan timbal nitrat dengan larutan kalium iodida, serta reaksi larutan tembaga sulfat dengan natrium hidroksida. Gambar 1. Elektroforegram mtdna sel akar rambut dan darah manusia (Basuki & Noer, 2007: 496). Fase 2, guru menyajikan informasi tentang DNA menggunakan elektroforegram mtdna yang menunjukkan keteraturan mutasi untuk empat generasi seketurunan ibu dari sel akar rambut dan darah seperti diperlihatkan pada contoh Gambar 1. Fase 3, guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk memahami struktur nukleotida, urutan nukleotida mtdna, dan mutasi melalui pengajuan beberapa pertanyaan. Fase 4, guru memeriksa pemahaman siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan struktur nukleotida, urutan nukleotida mtdna, dan mutasi. Fase 5, guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, memberikan angket dan lembar isian keterampilan proses sains serta meminta siswa untuk melengkapinya (Joyce et al, 2000: 344., Trianto, 2007: 31). 84

5 A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengungkapkan data tentang pendapat siswa terhadap kejelasan penyajian materi tentang urutan nukleotida, mutasi, pemahaman, dan ketertarikan terhadap penyajian materi pokok tersebut. Data kemampuan siswa dalam proses sains terdiri dari indikator menuliskan fakta, menanggapi fakta, menuliskan teori yang berkaitan, mengajukan permasalahan, dan mengajukan hipotesis. Persentase siswa sebanyak 42 orang yang merespon presentasi elektroforegram mtdna manusia dalam berbagai indikator proses sains diperlihatkan pada tabel. Tabel 1 Persentase siswa yang merespon presentasi elektroforegram mtdna manusia dalam berbagai komponen proses sains (N= 42) No Indikator Keterampilan Proses Jumlah dan Persentase Respon Siswa B TB TT TR 1 Menuliskan fakta 29 (69%) 3 (7,2%) 9 (21,4%) 1 (2,4%) 2 Menanggapi fakta 24 (57,1%) 9 (21,4%) 7 (16,7%) 2 (4,8%) 3 Menuliskan teori terkait 16 (38,1%) 9 (21,4%) 5 (12%) 12 (28,5%) 4 Mengajukan masalah 23 (54,7%) 7 (16,7%) 10 (23,8%) 2 (4,8%) 5 Mengajukan hipotesis 18 (42,8%) 12 (28,5%) 7 (16,7%) 5 (12%) Rata-rata 22(52,3%) 8(19,1%) 7,6(18,1%) 4,4(10,5%) Keterangan: B = benar dan berkaitan, TB = benar tetapi tidak berkaitan, TT = tidak tepat, TR = tidak ada respon. Respon siswa yang menunjukkan kemampuan awal dalam proses sains dikelompokkan atas beberapa kategori sebagai berikut: B = benar dan berkaitan, TB = benar tetapi tidak berkaitan, TT = tidak tepat, atau TR = tidak ada respon. Tabel 1, memperlihatkan sebagian besar siswa mengungkapkan kemampuannya dalam lima indikator keterampilan proses dengan rata-rata persentase sebesar 89,5%. Siswa sebanyak 89,5% yang dapat memberikan respon pada lembar isian tentang kemampuan proses sains yang dapat terungkap dikelompokkan atas: ungkapan yang benar dan berkaitan sebanyak 52,3%, ungkapan yang benar dan tidak berkaitan sebanyak 19,1%, dan ungkapan yang tidak tepat sebanyak 18,1%, Siswa dengan rata-rata persentase sebesar 10,5% tidak memunculkan respon tentang kemampuannya dalam ungkapan proses 85

6 ISBN : sains. Penulisan fakta, tanggapan terhadap fakta, dan teori yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan baik dilakukan oleh sebagian besar siswa seperti contoh isian siswa berikut: 1. Amat: Fakta: Manusia yang satu dengan yang lain berbeda, baik secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik dapat dilihat dari perbedaan warna kulit, bentuk rambut dan lain-lain. Tanggapan terhadap fakta: Pasti ada sesuatu yang menyebabkan mengapa warna kulit dan bentuk rambut berbeda. 2. Lidiana Sirait: Penulisan teori yang berkaitan: DNA menyampaikan (membawa) informasi gen dari generasi kegenerasi seterusnya. Siswa nomor 1 mengungkapkan fakta dengan melihat fenomena empiris di lingkungannya setelah penyajian urutan nukleotida elektroforegram mtdna manusia. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kreativitas untuk meninjau lebih jauh sesuatu hal yang masih memiliki kaitan dengan DNA sebagai pembawa sifat keturunan secara fenotifik. Tanggapan tentang fakta yang diajukannya sendiri sangat berkaitan dan mengarahkan pada fungsi DNA dimaksud. Siswa nomor 2, meskipun penyajian materi pembelajaran tidak dikaitkan dengan gen tertentu, menuliskan suatu teori yang mengaitkan antara informasi genetik, DNA, dan generasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mencari informasi lebih jauh tentang fenomena DNA dengan menggunakan buku sumber pembelajaran. Menuliskan teori yang berkaitan dengan fakta dan presentasi elektroforegram mtdna merupakan indikator yang paling sedikit mengungkapkan kemampuan siswa dan paling banyak siswa tidak memiliki kemampuan ini. Penulisan teori yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan tidak tepat dilakukan oleh sebagian besar siswa seperti contoh isian siswa berikut: 3. Hidayat Prayoga P: Penulisan teori yang berkaitan: Pada mutasi suatu basa nitrogen memungkinkan terjadinya insersi 86

7 Penulisan teori oleh siswa nomor 3 tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi miskonsepsi tentang mutasi dan penyebab mutasi. Mutasi yang terjadi dapat dikelompokkan pada kategori yaitu insersi, delesi, transisi, atau transversi (Nelson & Cox, 2001: 966). Siswa nomor 3 tersebut memiliki pemahaman bahwa mutasi adalah penyebab insersi. Guru semestinya mengambil peran dalam mencegah terjadinya miskonsepsi tersebut dengan memberi penjelasan lebih lanjut tentang berbagai faktor penyebab mutasi serta pengelompokannya. Data persentase pendapat siswa terhadap kejelasan penyajian materi tentang urutan basa nukleotida yang dikaitkan dengan struktur nukleotida, mutasi, pemahaman, dan ketertarikan terhadap penyajian materi pokok seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Respon berupa tanggapan siswa terhadap presentasi dikelompokkan atas kategori ya, sedang, tidak, atau tidak merespon. Tabel 2 memperlihatkan bahwa secara umum siswa memberi tanggapan bahwa presentasi dengan menggunakan elektroforegram mtdna manusia cukup baik untuk menjelaskan urutan basa nukleotida yang dikaitkan dengan struktur nukleotida dan mutasi. Siswa yang menyatakan penyajian tentang adanya mutasi tidak jelas dengan persentase hanya sebanyak 2,4%. Urutan basa nukleotida yang dikaitkan dengan struktur nukleotida dan mutasi yang dipresentsikan dengan elektroforegram mtdna manusia tidak mendapat respon siswa sebanyak 7,2%. Tabel 2. Persentase siswa yang merespon presentasi elektroforegram mtdna manusia dalam berbagai aspek pembelajaran (N = 42) Jumlah dan Persentase Respon Siswa No Aspek pembelajaran Ya Tidak Tidak Sedang (Baik) (Buruk) merespon 1 Kejelasan penyajian 22 (52,3%) urutan nukleotida 17 (40,5%) - 3 (7,2%) 2 Kejelasan penyajian 16 (38,1%) tentang adanya mutasi 22 (52,3%) 1 (2,4%) 3 (7,2%) 3 Pemahaman siswa 14 (33,3%) 27 (64,3%) 1 (2,4%) - 4 Ketertarikan siswa 20 (47,6%) 16 (38,1%) 6 (14,3%) - Siswa, sebagian besar memahami dan tertarik terhadap penyajian materi pokok material genetik melalui presentasi elektroforegram 87

8 ISBN : mtdna manusia. Siswa dengan persentase 97,6% menyatakan paham atau agak paham dan 85,7% tertarik atau agak tertarik terhadap pembelajaran tersebut. B. Pembahasan Pembelajaran lansung pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia dengan bantuan program microsoft powerpoint penting untuk dilakukan karena dapat memunculkan keterampilan proses sains sebagian besar siswa. Keterampilan proses sains tersebut berupa menuliskan fakta, menanggapi fakta, menuliskan teori yang berkaitan, mengajukan permasalahan, dan mengajukan hipotesis. Pengajuan permasalahan dan hipotesis yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan baik dilakukan oleh sebagian besar siswa seperti contoh isian siswa berikut: 4. Rahadiansyah Fazar: Permasalahan yang diajukan, Mengapa bisa terjadi pemindahan mutasi DNA(mtDNA oleh penulis) yang sama si nenek ke anak perempuan, cucu, dan cicitnya? Hipotesis yang diajukan, DNA (mtdna oleh penulis) pembawa sifat keterunun nenek bisa saja menurun kepada anak laki-laki Mutasi yang dapat dilihat berdasarkan elektroforegam urutan mtdna sel akar rambut dan darah manusia segaris keturunan ibu dari seorang nenek hingga cicitnya, pada proses pembelajaran berdasarkan perbedaan dengan urutan nukleotida standar atau Cambridge Reference Sequence (CRS). Siswa nomor 4 tersebut cukup memiliki alasan untuk mengajukan permasalahan yang belum diketahuinya bahwa proses pembuahan sel telur oleh sel sperma sangat menentukan penurunan urutan mtdna segaris keturunan ibu (Snustad & Simmons, 2003:670) dan juga cukup beralasan untuk mengajukan hipotesis tersebut. Pengajuan permasalahan tersebut juga dapat dijadikan faktor potensial 88

9 yang dimiliki siswa dalam upaya guru dalam pembelajaran tentang penyebab terjadinya mutasi pada nukleotida. Upaya pada pembelajaran langsung tesebut juga penting dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran kimia atau biologi untuk siswa SMA sesuai hasil penelitian Dirks dan Cunningham. Keterampilan proses sains dalam bentuk aktivitas menggambar grafik, menganalisis data, merancang eksperimen yang mengandung pemformulasian hipotesis, penulisan laporan, dan mengkomunikasikan sains, memiliki peran yang penting dalam mendukung belajar biologi (Dirks & Cunningham, 2006: 225). Hasil studi ini juga dapat melengkapi hasil penelitian tentang penggunaan media animasi komputer bahwa penggunaan media animasi komputer dapat berperan sebagai pendukung praktikum yang lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains di samping pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa (Meranti et al, 2007: 278). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Syahrial et al (2007: 244) yang menggunakan media animasi dan menyatakan bahwa media animasi komputer dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa yaitu dalam berhipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, mengkomunikasikan, dan menerapkan di samping pemahaman konsep. Pembelajaran lansung pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia mengakibatkan pemahaman siswa termasuk kategori baik atau sedang. Pemahaman siswa tersebut dimungkinkan karena kejelasan penyajian tentang ururtan DNA dan mutasi yang terjadi sebagian besar siswa menyatakan cukup baik. Pemahaman siswa tersebut dapat terkait dengan keterampilan proses sains yang mucul, sebagaimana diuraikan di atas. Keterkaitan tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada model pembelajaran lainnya yang menyatakan bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa yang lebih baik terkait dengan penguasaan konsep saat penerapan model pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri jika dibanding pada penerapan model pembelajaran laboratorium verifikasi (Dirgantara et al, 2008: 96). 89

10 ISBN : Pembelajaran lansung pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia juga mengakibatkan sebagian besar siswa merasa tertarik. Ketertarikan siswa pada pembelajaran terkait dengan timbulnya minat dan motivasi siswa untuk belajar sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar atau penguasaan kemampuan proses sains. Kemampuan praktikum yang lebih baik dapat meningkatkan keterampilan proses sains disamping pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa (Meranti et al, 2007: 278). Proses pembelajaran pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia dengan menggunakan model pembelajaran lansung telah menunjukkan hasil yang cukup baik dalam memunculkan pemahaman, ketertarikan, dan keterampilan proses sains siswa SMA. Hasil tersebut hendaknya dapat ditingkatkan menjadi lebih baik melalui penerapan berbagai pendekatan pembelajaran lain yang lebih sesuai untuk materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat dengan memanfaatkan elektroforegram mtdna manusia. Model pembelajaran atau pendekatan pada pembelajaran kimia yang telah diketahui dari hasil penelitian seperti pendekatan kontekstual pada pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan penguasaan proses sains pada siswa kelompok kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah (Mahyuddin et al, 2007: 285). KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran lansung pada materi pokok struktur molekul nukleotida dan polimer asam nukleat melalui presentasi elektroforegram mtdna manusia menarik bagi siswa. Siswa memahami penyajian materi pembelajaran tentang komposisi, urutan, serta mutasi DNA. Keterampilan proses sains dalam hal mengungkapkan fakta empiris, tanggapan terhadap fakta, menambahkan teori yang berkaitan, dan mengajukan permasalahan serta mengajukan hipotesis yang berkaitan dengan materi yang disajikan guru muncul dari sebagian besar siswa seiring dengan pelaksanaan proses pembelajaran. 90

11 DAFTAR PUSTAKA Basuki, A & Noer, A.S. (2007). Mitochondrial Genetic Information of Human Cells and Forensic Identification. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education UPI, I, Depdiknas. (2006). Permendiknas 2006 tetang SI & SKL. Jakarta: Sinar Grafika. Dirgantara, Y., Redjeki, S., Setiawan, A. (2008). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. Jurnal Penelitian IPA. Vol. II. No.1 Maret pp Dirks, Clarissa., & Cunningham, Matthew. (2006). Enhancing Diversity in Science: Is Teaching Science Process Skills the Answer? CBE Life Sciences Education.Vol. 5, pp Joyce, Bruce., Weil, Marsha.,Calhoun, Emily. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Poedjiadi. (2007). Sains dan Sains Terpadu. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N. S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Handbook. Bandung: FIPUPI Press. Mahyuddin., Permanasari, A., Mudzakir, A. (2007). Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Proses Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian IPA. Vol. I. No.3 November pp Meranti, D., Permanasari, A., Mudzakir, A. (2007). Penggunaan Media Animasi Komputer paa Pembelajaran Elektrolisis sebagi Penunjang Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Ketermpilan Proses Sains. Jurnal Penelitian IPA. Vol. I. No.3 November pp Nelson, L. David & Cox, M. Michael. (2001). Lehninger Principles of Biochemistry: fourth edition. USA: W. H. Freeman. Snustad & Simmons. (2003). Principles of Genetics. USA: John Wiley & Sons. Inc. Syahrial., Permanasari, A., Sopandi, W. (2007). Pengunaan Media Animasi Komputer untuk Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non elektrolit. Jurnal Penelitian IPA. Vol. I. No.3 November pp Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: konsep, landasan teoritis-praktis, dan implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 91

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING Yosi Ermalinda, Ratu Betta Rudibyani, Emmawaty Sofya, Ila Rosilawati. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Andri Kasrani, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung andrikas03@gmail.com

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Nafisah Hanim Program

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Nadia Ulfa, Hairida, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN, Pontianak Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang sebagian besar bersifat abstrak (Erlina, 2011:631). Selain itu, ilmu kimia mempelajari

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Annisa Meristin, Ila Rosilawati, Noor Fadiawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung meristinans@yahoo.com

Lebih terperinci

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Yogi Aprianto, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung yogiaprianto1991@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: ,   Abstrak PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, M. (2003). Common Textbook: Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, M. (2003). Common Textbook: Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. DAFTAR PUSTAKA Akhyani, A. (2008). Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP 305 PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP Sri Susilogati Sumarti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO TRAIN STUDENT PROCESS SKILLS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui dan melakukan hal baru. Pendidikan tidak hanya berorientasikan pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di era globalisasi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap dalam situasi dimana banyak nilai yang berubah tetapi banyak pula nilainilai yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK Desy Indra Wahyuni, Eny Enawaty, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email : desyindraw@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO Vol. 3, No. 03, pp.1-7, September 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO APPLICATION OF INQUIRY LEARNING

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING. ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Ali Rifa i, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar Pendidikan Kimia, Universitas Lampung ali_rifai@ymail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Salah satu standar pendidikan tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA Ulfa Saila Magfirah, Hairida, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email: ulfasyaila8@gmail.com

Lebih terperinci

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI MTs 1) Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING Bahrudin, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia masih dianggap sulit oleh beberapa siswa (Sirhan, 2007). Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan dalam memahami ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap positif pada diri peserta didik terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia

Lebih terperinci

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman 106-116 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X5 SMA N 6 SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic 14 Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Katolik Rajawali Makassar melalui Pendekatan Inkuiri Berbasis PBI pada Materi Pokok Larutan Penyangga Improving Student Activity Learning Class

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DIPADU DENGAN EKSPERIMEN TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: AGASTA IKA WULANSARI

Lebih terperinci

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan pelajaran penting, karena memberikan lebih banyak pengalaman untuk menjelaskan fenomena yang dekat dengan kehidupan sekaligus mencari solusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DI KELAS X SMA NEGERI 12 SURABAYA INCREASING THE STUDENT SCIENCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam paling penting yang berguna untuk mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 6 No. 1 Oktober 2017

Jurnal Biology Education Vol. 6 No. 1 Oktober 2017 KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS INQUIRY PADA PRAKTIKUM BOTANI TUMBUHAN RENDAH PADA CALON GURU PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH Musriadi, Armi, Erdy Surya Dosen Pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMA PADA TOPIK PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP SISTEM KESETIMBANGAN KIMIA

PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMA PADA TOPIK PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP SISTEM KESETIMBANGAN KIMIA PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMA PADA TOPIK PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP SISTEM KESETIMBANGAN KIMIA Yuli Handayanti 1, Wahyu Sopandi 1, Asep Kadarohman 1 1 Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

Gamaliel Septian Airlanda Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Gamaliel Septian Airlanda Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS HSPS DIPADUKAN BLENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA XI IPA SMA KRISTEN PETRA MALANG Gamaliel Septian Airlanda Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO, 2008 : 4-5). Laporan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA 1) Hendrasti Kartika Putri, 2) Indrawati, 2) I Ketut Mahardika 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dipaparkan penjelasan singkat mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai DNA mitokondria manusia, basis data GenBank, basis data MITOMAP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ilmu biologi mengkaji

Lebih terperinci

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017 Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA ARTIKEL PENELITIAN OLEH :

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA ARTIKEL PENELITIAN OLEH : KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA ARTIKEL PENELITIAN OLEH : DEWI YONA RAMADHANIA NIM F02112037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses

Lebih terperinci

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI SMA MAZRAATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL

Lebih terperinci

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK EXERCISING SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH IMPLEMENTATION INQUIRY

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun IPA yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada dua hal yang tidak terpisahkan berkaitan dengan ilmu kimia, yaitu kimia sebagai produk (fakta, konsep, hukum dan teori temuan ilmuwan) dan kimia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS XII IPS 4 DI SMA NEGERI 1 BARABAI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS XII IPS 4 DI SMA NEGERI 1 BARABAI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS XII IPS 4 DI SMA NEGERI 1 BARABAI Muzairin Guru SMA Negeri 1 Barabai muzairin027@ymail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENT S PROCESS SKILL IN

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI MIA SMAN 2 MAGETAN IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI Vol. 4, No. 2, pp.456-461, May 2015 PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI APPLICATION LEARNING CYCLE 7-E MODEL TO IMPROVE LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Dalam pendidikan dilakukan suatu proses pembentukan manusia yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 82-88 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia KONTRIBUSI LABORATORIUM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SESUAI TUNTUTAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP

PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SESUAI TUNTUTAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP 21-187 PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SESUAI TUNTUTAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP Development Learning Asesmen Of 2013 Curriculum In Photosynthesis Concept For Junior High School

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING Riestania Faradilla, Ila Rosilawati, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung riestania.faradilla@gmail.com

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA TERHADAP MODEL PEBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH

TANGGAPAN SISWA TERHADAP MODEL PEBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 3, No. 2, Ed. September 2015, Hal. 153-157 TANGGAPAN SISWA TERHADAP MODEL PEBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH Nursafiah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES IPA DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS VI SDN 011 KERUMUTAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES IPA DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS VI SDN 011 KERUMUTAN J. Pilar Sains 6 (2) Juli 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES IPA DAN PSIKOMOTOR

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING Surya Haryandi, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING Surya Haryandi, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sekarang mulai diterapkan di Indonesia. Penerapan kurikulum didasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003, bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI MODEL PEMBELAJARAN IPA Ida Kaniawati FPMIPA UPI BELAJAR Belajar adalah proses membuat pengertian melalui pengalaman, terjadinya interaksi fikiran, perasaan dan tindakan. Keterampilan mengajar bagi guru

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017 KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang berdasarkan fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik ilmu kimia

Lebih terperinci

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2. IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA DI SMP NEGERI I JETIS MOJOKERTO Harun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium IPA merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG.

METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG. METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG ABSTRAK Susi Martini SMA Angkasa Husein Sastranegara Bandung Telah dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO Skripsi Oleh: ARINI ANGGARINI K4305005 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMA LB PADA MATERI POKOK SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMA LB PADA MATERI POKOK SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.2, No.2, Oktober 2011, hlm. 175-180 175 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMA LB PADA MATERI POKOK SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA PROCESS SKILL STUDENT THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODELS STAD ON REACTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci