BAB VI PENUTUP. serta pembahasan lintas situs, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENUTUP. serta pembahasan lintas situs, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan"

Transkripsi

1 BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan penutup dan memuat tiga sub bab pokok bahasan, yaitu: Kesimpulan, Implikasi Penelitian dan Saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan kasus individu serta pembahasan lintas situs, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keberadaan public relations di ponpes salafiyah Lirboyo Kediri dan Sidogiri Pasuruan dapat dipresentasikan sebagai berikut: a. Keberadaan public relations di pondok pesantren salafiyah (pondok pesantren Lirboyo dan pondok pesantren Sidogiri) secara formal tidak ditemukan. Tidak ditemukan public relations sebagai bidang tersendiri dalam kepengurusan organisasi. Ditemukan seksi informasi, namun seksi ini lebih berfungsi pada pengelolaan informasi dan kebutuhankebutuhan yang berhubungan dengan masalah internal pondok pesantren, dan belum menyentuh pada aspek bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan publik, sehingga keberadaan public relations yang merupakan corong utama penyampai informasi dan menjalin komunikasi berkesinambungan untuk mencapai saling pengertian antara ponpes dengan masyarakat luas secara legal formalitas tidak ditemukan. 426

2 427 b. Keberadaan public relations secara legal formal tidak ditemukan, namun fungsi public relations tersebut telah dilaksanakan oleh seluruh elemen pondok pesantren, baik santri, alumni, maupun kiai sebuah pondok pesantren. Semua elemen pondok pesantren, baik Lirboyo maupun Sidogiri berusaha untuk menjalin hubungan baik secara internal yang berupa hubungan dengan sesama elemen pondok pesantren maupun eksternal yang berupa hubungan dengan masyarakat luas. c. Secara fungsional public relations di ponpes salafiyah Lirboyo dijalankan oleh: 1) kiai sebagai figur center (personal branding); 2) santri, ustadz dan pengelola, melalui proses yang intensif dan produk yang berkualitas.; 3) alumni, melalui jaringan HIMMASAL. Sedangkan public relations di ponpes salafiyah Sidogiri dijalankan oleh seluruh elemen yang ada di ponpes: 1) kiai sebagai personal branding; 2) santri, pengelola, ustadz, melalui pengabdian di masyarakat dan media massa; serta 3) alumni melalui kegiatan keagamaan dan pemberdayaan ekonomi. d. Hal yang membedakan pelaksanaan fungsi public relations antara kedua ponpes salafiyah ini adalah di ponpes salafiyah Sidogiri lebih kuat dalam hal penggunaan media berbasis IT dan bidang pemberdayaan ekonomi. Fungsi public relations bisa dijalankan oleh lembaga-lembaga ekonomi produktif yang berbasis syari ah.,

3 428 sedangkan di ponpes salafiyah Lirboyo lebih pada kualitas keilmuannya dengan tidak menafikan penggunaan IT. e. Keberadaan public relations dalam kepengurusan organisasi tidak ditemukan di ponpes salafiyah, namun ketika mekanisme public relations yang meliputi publication dan publicity, event, news, community, identity media, lobbying dan social investment telah jalankan oleh seluruh elemen, maka hakekat public relations dijalankan sebagai software institusi dan bukan sekadar hardware institusi. 2. Komunikasi yang dijalankan di ponpes salafiyah Lirboyo dan Sidogiri meliputi: a. Komunikasi secara internal: komunikasi secara internal terjadi antara santri, ustadz, pengurus/pengelola dan kiai. Komunikasi interaktif terjadi antara santri, ustadz dan pengurus, yaitu komunikasi yang berlapis dan menjunjung tinggi adab dan sopan santun. Demikian pula komunikasi dengan figur kiai. Ketika komunikasi itu selesai dalam tataran pengurus dan ustadz, maka komunikasi tidak dilanjutkan ke kiai, begitu sebaliknya, sehingga komunikasi yang dijalankan memperhatikan retorika atau konteks situasi maupun masalah yang dihadapi. b. Cara komunikasi kiai dengan santri dan pengelola yang ada di ponpes melalui pesan persuasif, yaitu perilaku yang ditunjukkan oleh figur kiai dicontohkan dalam memberi materi pengajian, memberikan nasehat,

4 429 memberikan petunjuk, cara kiai menghadapi orang lain, menghadapi tamu dari berbagai kalangan (uswatun hasanah). Komunikasi ini mengarah pada kharisma kiai sebagai personal influence. Komunikasi ini menguatkan teori spiral keheningan dan teori agenda setting, bahwa cara mempengaruhi opini publik adalah melalui pesan persuasif dengan mengkondisikan situasi sedemikian rupa, sehingga masyarakat bisa mengamati, turut merasakan, dan akhirnya membentuk proses sosial dalam kultur komunitas tersebut. c. Komunikasi eksternal pondok pesantren salafiyah dengan masyarakat mengarah pada model public informations menuju two way asymmetric melalui: 1) komunikasi dengan cara menyampaikan pesan atau informasi melalui figur kharisma kiai yang diistilahkan dengan personal branding, karena kiai sebagai top manager secara tidak langsung apa yang dilakukan dan dikatakan merupakan salah satu bentuk komunikasi kiai dengan masyarakat; 2) komunikasi dengan cara menyampaikan pesan atau informasi melalui show force, yaitu pengerahan massa melalui event religi yang diselenggarakan pondok pesantren; 3) komunikasi dengan cara menyampaikan pesan atau informasi melalui simbol dan perilaku, yaitu simbol dan perilaku yang melekat pada santri, ustadz, pengurus, maupun alumni; 4) komunikasi dengan cara menyampaikan pesan atau informasi melalui media, yaitu media pers, media TV, radio, website; 5) komunikasi dengan cara

5 430 menyampaikan pesan atau informasi melalui khidmah di masyarakat atau by action. d. Dalam hal komunikasi eksternal, terdapat perbedaan antara ponpes salafiyah Lirboyo dan Sidogiri, yaitu komunikasi eksternal dengan cara menyampaikan pesan atau informasi melalui media. Di ponpes salafiyah Sidogiri ditemukan lebih aktif dan produktif jika dibandingkan dengan ponpes salafiyah Lirboyo, sehingga ditemukan reading-writing culture, bukan sekadar reading-speaking culture. 3. Proses membangun citra di kedua ponpes salafiyah di peroleh melalui pengabdian di masyarakat (khidmah) dan informasi secara lesan (word of mouth) a. Citra ponpes diperoleh dari figur kiai dan juga citra sejarah (tokoh pendirinya), yang dikenal dengan istilah personal branding b. Pembangunan citra pondok pesantren diperoleh dengan cara penyampaian informasi melalui media massa dan penggunaan IT, seperti: website, radio, TV, media pers, majalah, buletin, buku, dan lain-lain c. Program pendidikan, dakwah dan sosial, yang tergabung dalam pengabdian di masyarakat juga merupakan bagian dari upaya ponpes untuk membangun citra di masyarakat.

6 431 d. Branding santri merupakan identity lembaga yang melekat pada ponpes, yang membedakan dengan lembaga yang lain, sehingga merupakan salah satu upaya untuk membangun image positif e. Peran alumni di masyarakat dan kuatnya jaringan antar alumni yang ditunjukkan melalui komunitas alumni santri ponpes, menjadikan pembeda alumni ponpes dengan alumni sekolah pada umumnya, karena hubungan emosional yang masih terjaga dan jiwa santri yang masih melekat walaupun mereka sudah alumni menjadikan para santri alumni loyal terhadap almamater pondok. Secara tidak langsung, hal ini menjadikan citra ponpes meningkat di masyarakat umum. f. Terdapat dua hal yang dijadikan network dalam rangka membangun citra ponpes yaitu: personal network, yang didominasi alumni melalui word of mouth dan quality product network, yaitu kiprah santri dan alumni ponpes di masyarakat. 4. Proses public relations pondok pesantren salafiyah adalah integrated, maksudnya proses public relations di ponpes dijalankan tidak secara terang-terangan, namun ponpes salafiyah lebih memilih cara sosialisasi atau khidmah di masyarakat, yaitu dengan cara partisipasi langsung dalam program di masyarakat (by action). Proses public relations yang dijalankan mulai dari how to integrate, how to inform, how to perfome, how to persuade, baru kembali lagi ke how to integrate. Cara public relations seperti ini bersifat circle sehingga ter-integrated

7 432 Dari temuan tersebut di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa manajemen public relations di pondok pesantren adalah natural, personal influence, integrated. Natural dikarenakan secara legal formal public relations tidak ditemukan dalam kepengurusan di ponpes salafiyah, namun secara fungsi public relations dijalankan oleh seluruh elemen ponpes yang pelaksanaannya terselubung dalam semua seksi/bidang; personal influence karena kiai merupakan figur sentral sebagai pengambil keputusan dalam setiap arah dan kebijakan yang berkenaan dengan ponpes, termasuk memberikan arahan dan nasehat kepada santri maupun alumni. Kiai dengan kharismanya memiliki pengaruh besar, sebagai agent of social change dalam sosio kultur masyarakatnya; dan integrated karena pelaksanaan public relations terintegrasi dalam setiap aktifitas ponpes baik internal di ponpes itu sendiri maupun eksternal yang berhubungan langsung dengan masyarakat. B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini memberikan implikasi teoritis yaitu: menguatkan teori yang dibangun oleh Cutlip dan Broom bahwa public relations adalah fungsi manajemen untuk menjalin hubungan yang baik antara lembaga dengan masyarakatnya. Keberhasilan atau kegagalan public relations ini tergantung bagaimana membentuk dan memelihara relasi yang saling menguntungkan tersebut. Pondok pesantren salafiyah yang berdiri sejak abad ke-18 sebagai cikal bakal lembaga pendidikan pertama di Indonesia, ketahanannya

8 433 hingga saat ini membuktikan bahwa pondok pesantren mampu menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat. Prinsip yang dipegang pondok pesantren salafiyah al-mukhafadhah ala al-qadim al-shalih wa alakhdzu bi al-jadid al-aslah (memelihara hal-hal yang baik yang telah ada dan mengambil hal-hal yang baru yang baik) merupakan wujud nyata penerimaan pondok pesantren terhadap hal yang baik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai salaf, yaitu pondok pesantren salafiyah telah menjalankan manajemen public relations yang berbasis IT dan penolakan pondok pesantren terhadap pengaruh Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai salafiyah. Aplikasi teknologi ini bukan berarti tanpa adanya aksi di lapangan. Justru pondok pesantren salafiyah lebih memilih sosialisasi melalui pengabdian langsung di masyarakat jika dibandingkan dengan publikasi secara terang-terangan. Dengan berpartisipasi langsung di lapangan, akan menuntut seluruh elemen yang ada di pondok pesantren untuk mengamalkan ilmunya, menginformasikan ponpes kepada publik sekaligus menunjukkan potensi dan karakter melalui kinerjanya. Hal ini akan mempengaruhi persepsi masyarakat, menciptakan kepercayaan masyarakat, sehingga citra ponpes menjadi baik. Tindakan tersebut merupakan penyempurnaan dari teori Edward L. Bernays yang menyatakan bahwa mekanisme public relations adalah how to inform, how to persuade dan how to integrate di sempurnakan menjadi how to inform, how to perform, how to persuade dan how to integrate.

9 434 Penelitian ini juga relevan dengan teorinya Thomas L. Harris, yang menyatakan bahwa public relations berhubungan erat dengan marketing, komunikasi, citra dan identitas lembaga. Public relations yang dijalankan di pondok pesantren tak lepas dari sejarah keberhasilan para tokoh pendirinya. Pengaruh kiai dengan kharismanya mampu membentuk karakter lembaga, membangun identity lembaga yang berbeda dengan lembaga yang lain, sehingga berhasil membangun image positif. Image lembaga yang terbangun atas sejarah keberhasilan para tokoh pendirinya ini tetap mempertahankan nilai-nilai salafiyahnya. Dan inilah yang menjadi ciri khas dari pondok pesantren salafiyah. Pengaruh keberhasilan tokoh pendiri ini dikenal dengan istilah corporate image atau menurut John Balmer and Alan Wilson diistilahkan organizational saga. Latar belakang budaya pondok pesantren dengan segala aktifitas sosial keagamaannya yang telah mapan di masyarakat, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut lembaga, didukung kharisma kiai, perilaku santri dan alumni dengan branding sarung dan kopiyah yang melekat dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap pondok pesantren salafiyah. Santri Lirboyo dengan kapasitas keilmuan dan kitab kuningnya, santri Sidogiri dengan kapasitas keilmuan, kitab kuning dan produksi-produksi ekonomi yang menopangnya menjadikan persepsi publik secara perlahan akan berubah pada sikap akomodatif. Semakin banyak publik yang mengakomodatif sikap santri maka akan merubah opini publik mengenai pondok pesantren. Manakala opini publik telah terbentuk, maka akan

10 435 terbangun suatu konsensus, dan akhirnya citra lembaga terbangun. Fenomena yang terjadi di pondok pesantren salafiyah Lirboyo dan Sidogiri ini menguatkan teorinya Rosady Ruslan tentang proses pembangunan image building. Penelitian ini juga mengafirmasi teori Wilbur Schramm mengenai proses komunikasi dalam public relations yang melibatkan proses dua arah. Hanya saja baik di pondok pesantren salafiyah Lirboyo maupun Sidogiri terdapat gangguan dalam kerangka acuan (frame of reference), di mana dalam konteks situasi, pola komunikasi di kedua ponpes salafiyah ini sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan yang berdasarkan pada strata, wacana, dan komunitas dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tawadlu, tata krama, dan andap asor. Sementara komunikasi eksternal yang dibangun pondok pesantren, melalui cara persuasif. Pada umumnya publik berusaha untuk menghindari terjadi pengucilan atau isolasi. Masyarakat sekitar akan mengamati pondok pesantren dengan segala aktifitasnya dengan mempelajari pandangan mana yang dominan dan mana yang tidak dominan, untuk selanjutnya masyarakat akan menyatakan pendapat, dukungan, partisipasi atau kepasifan, bahkan penolakan kepada pondok pesantren. Komunikasi yang diawali dari diam ini akan mengawali suatu proses spiral keheningan di masyarakat. Namun berdasar hasil temuan di lapangan, masyarakat maupun stakeholders yang ada di sekitar pondok pesantren Lirboyo mayoritas

11 436 mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan oleh pondok pesantren. Masyarakat lebih banyak pasif, menunggu aktifitas pondok lalu mendukungnya. Demikian pula di ponpes Sidogiri. Hanya saja di Sidogiri segala aktifitas yang diselenggarakan pondok sifatnya lebih mandiri, karena pondok telah memiliki produksi-produksi ekonomi yang kuat. Fenomena ini menguatkan teori spiral keheningan sebagaimana pendapat Elisabeth Noelle Nueman. Dalam perspektif manajemen public relations, keberadaan public relations di pondok pesantren salafiyah berfungsi sebagai software-nya lembaga, dimana semua elemen yang ada dalam pondok menjalankan fungsinya sebagai public relations, every one is marketer; komunikasi yang dibangun pondok pesantren berpusat pada kharisma kiai sebagai personal influence; dan cara membangun citra pondok pesantren melalui khidmah (bukan sekadar publikasi). Fenomena ini mengembangkan teorinya James Grunig and Todd Hunt tentang model public relations, yaitu model informasi publik. Public information model adalah model komunikasi dalam public relations yang memberi tahu publik tetapi bukan untuk promosi dan publisitas, namun alur komunikasinya masih tetap satu arah. Alur komunikasi satu arah ini berpusat pada kharisma kiai sebagai personal influence. Sehingga tidak berlebihan jika hasil penelitian ini mengembangkan teorinya Grunig and Hunt, yaitu model pubic relations di pondok pesantren salafiyah adalah natural-personal influence-integrated.

12 Implikasi Praktis Public relations merupakan komponen penyempurna dalam lingkup lembaga pendidikan kita. Namun keberadaannya bukan berarti suatu hal yang tidak dibutuhkan. Karena tanpa adanya pengelolaan public relations yang baik dalam suatu lembaga pendidikan, maka jalannya akan tertatih-tatih. Eksistensi public relations bukan sekadar ada tidaknya secara formalitas dalam suatu kepengurusan di lembaga pendidikan, namun yang lebih esensi dari hal tersebut adalah bagaimana fungsi public relations tersebut berhasil dijalankan. Lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga non profit tidak akan lepas dengan sorotan publik mengenai kebijakan yang diambil, proses pembelajaran, dan hal-hal akademik lainnya. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika keberadaan public relations di lembaga pendidikan Islam secara eksistensi diwujudkan dan secara hakiki dilaksanakan. Inilah yang dinamakan dengan manajemen public relations. Penerapan manajemen public relations melalui lembaga pendidikan Islam, khususnya pondok pesantren salafiyah dapat dilaksanakan melalui: pertama, penerapan fungsi public relations yang terintegrasi, artinya semua elemen yang ada di lembaga pendidikan Islam berpartisipasi aktif dalam menjalankan fungsi public relations dengan cara by actions. Langkah ini menjadikan masyarakat percaya berdasarkan fakta (trust based on the fact) bukan percaya berdasar informasi semata (trust base on information).

13 438 Kedua, melalui pengaruh personal figur atau personal influence. Kiai dengan kharismanya yang tinggi mampu mempengaruhi, dan menggerakkan seluruh elemen yang ada di pondok pesantren. Peran kiai sebagai mercusuar pondok pesantren menjadi center of spiritual need masyarakat, sehingga keberadaannya dibutuhkan oleh banyak kalangan. Sikap akomodatif masyarakat terhadap pondok pesantren salafiyah memberikan citra positif tersendiri. Sikap akomodatif ini menunjukkan adanya mutual understanding antara lembaga dengan masyarakatnya. Ketika mutual understanding ini terbangun, berarti terbangun pula komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Di sinilah letak pentingnya personal influence dalam manajemen public relations di lembaga pendidikan Islam. C. Saran Peneliti sangat mengharapkan adanya penelitian lanjut mengenai public relations yang dikelola pondok pesantren salafiyah. Dari temuan penelitian ini, ada beberapa saran yang ditujukan antara lain: 1. Pengasuh/Pengelola pondok pesantren; ponpes salafiyah Lirboyo Kediri dan Sidogiri Pasuruan a. Hendaknya Public relations sebagai sub bidang tersendiri di pondok pesantren dibentuk, mengingat fungsinya yang sangat penting sebagai corong segala informasi lembaga kepada publik dan sebagai pintu akses dalam menjalin relasi dengan pihak lain.

14 439 b. Hendaknya image lembaga (Corporate image) yang sudah terbangun sejak lama sebagai akibat dari citra sejarah dan tokoh pendiri pondok pesantren salafiyah, tetap dipertahankan dan dilanjutkan dengan meneruskan visi dan misi tokoh pendiri dalam roda aktifitas pondok pesantren melalui khidmahnya di masyarakat sebagai wujud dari fungsi public relations. c. Sebaiknya strategi public relations jaringan alumni dengan menggunakan sistem word of mouth sebagai network personal dikembangkan terus tidak hanya terbatas pada komunitas santri namun bisa menyentuh pada masyarakat umum. d. Hendaknya ponpes me-manage pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), khususnya yang berkaitan dengan SDM teknologi, karena pesantren salafiyah telah melakukan fungsi public relations melalui saluran media pers: website, media massa, dan manajemen pondok yang yang berbasis IT lainnya e. Pondok pesantren salafiyah dengan branding santri hendaklah tetap mempertahankan nilai-nilainya, untuk mewujudkan pergeseran paradigma santri salafiyah. Salaf adalah prinsip yang dipegang, yaitu menjalankan nilai-nilai tradisional, namun aktual dalam manajemennya dan terpadu dalam program yang dilaksanakan di masyarakat dengan kata kunci membawa kemaslahatan atau nilai guna bagi orang lain.

15 Pemerintah, Kemenag RI dan Kemendikbud Manajemen public relations di ponpes salafiyah bersifat naturalpersonal influence-integrated (build in), artinya semua elemen yang ada di pondok pesantren berpartisipasi aktif dalam menjalankan fungsi-fungsi public relations dengan cara by actions. Untuk itu pihak pemerintah diharapkan ikut menjaga eksistensi ponpes salafiyah (walaupun namanya salafiyah namun menerapkan manajemen aktual) dari kepunahan di Indonesia. Karena lembaga pendidikan ini merupakan indegenious Indonesia. Dengan adanya ciri khas public relations yang ada di ponpes salafiyah diharapkan setiap kali ada kebijakan dari pemerintah, kemenag maupun kemendikbud yang berkenaan dengan akses dari public relations, seperti: jaringan/network, capacity building, sarana prasarana maupun pengembangan sumber daya manusia, pondok pesantren lebih diprioritaskan. Selain itu pihak pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan solutif bagi keberlangsungan eksistensi pendidikan pesantren, karena pesantren sangat mengakar di masyarakat tingkat grass root. 3. Peneliti selanjutnya Lantaran penelitian ini mengandung sejumlah keterbatasan, maka penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terutama tentang perubahan kekinian pondok pesantren salafiyah. Poin penting yang juga patut diteliti adalah komunikasi sosial antara ponpes salafiyah dengan masyarakat dan

16 441 juga posisi ponpes salafiyah dengan adanya pergeseran paradigma salafiyah itu sendiri. Hal ini sebagai akibat dari arus informasi global dari berjalannya public relations itu sendiri ataukah memang ada hal lain yang menjadikan kebijakan dan paradigma ponpes salafiyah mulai bergeser. Fokus inilah yang belum dilakukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

Produksi Media PR Cetak

Produksi Media PR Cetak Produksi Media PR Cetak Modul ke: 07Fakultas FIKOM Humas dan Audiens Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) merupakan salah satu lembaga tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang kebebasan informasi publik menjadi tantangan baru bagi pemerintah, karena secara nyata merupakan upaya mewujudkan transparansi

Lebih terperinci

Produksi Media PR AVI

Produksi Media PR AVI Modul ke: Produksi Media PR AVI Pengantar dan Signifikansi Produksi Media Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Novida Irawan, M.Si Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Konsep

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok pesantren (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi BAB VI PENUTUP Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi Penelitian; dan c) Saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian, data dan temuan penelitian serta pembahasan, maka

Lebih terperinci

Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS

Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS presented by : B.Natalia Sari Pujiastuti, S.Psi, M.Si Exclusive for YAYASAN PENDIDIKAN NASIONAL KARANGTURI SEMARANG 2015 KONSEP DASAR PUBLIC RELATIONS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, dapat dipahami bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik dasar pemikiran fiqh, termasuk

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI Oleh: Lena Satlita Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kehumasan Pendidikan ( Perguruan Tinggi Negeri, Dinas Pendidikan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Humas memegang peranan penting dalam setiap organisasi, baik pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Humas memegang peranan penting dalam setiap organisasi, baik pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dengan adanya informasi yang semakin terbuka dan kompetitif ini, profesi Humas sudah tidak terdengar asing lagi di telinga. Kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bahwa tanggungjawab seorang public relations sangat diperlukan dengan tujuan membina hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, yakni dengan adanya kompetitor yang memiliki produk dan desain outlet yang sama, seperti Kebab Kings, Kebab Abror

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren yang sudah memakai sistem syariah dalam mengembangkan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. pesantren yang sudah memakai sistem syariah dalam mengembangkan bisnisnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan saat ini, Jawa Timur dinilai provinsi yang paling siap menjalankan perekonomian secara Syariah. Pasalnya, banyak pondok pesantren yang sudah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. tanggal 1 Juli 2003 ini mempunyai website resmi yaitu

BAB 4 HASIL PENELITIAN. tanggal 1 Juli 2003 ini mempunyai website resmi yaitu BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Latar Penelitian PT CommServ Network Indonesia merupakan perusahaan jasa konsultan yang bergerak di bidang business to business. Perusahaan yang berdiri pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan sosial perusahaan, dari tahun ke tahun semakin menjadi perbincangan. CSR merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. proposisi-proposisi sebagai temuan teoritikal substantif atau praktis. 1 Pada bagian

BAB V PEMBAHASAN. proposisi-proposisi sebagai temuan teoritikal substantif atau praktis. 1 Pada bagian BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini, temuan bab IV akan didiskusikan dan dianalisis secara lintas situs. Analisis lintas situs ini dilakukan untuk mengkonstruksikan konsep yang didasarkan pada informasi empiris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menawarkan produknya. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menawarkan produknya. Berbagai macam cara dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan perekonomian dan perkembangan dalam dunia usaha, tampak persaingan semakin ketat antar perusahaan terutama di dalam menawarkan produknya.

Lebih terperinci

Konsep Public Relations

Konsep Public Relations Konsep Public Relations di Universitas Negeri dan Universitas Swasta (Studi Kasus di Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan Universitas Sanata Dharma

Lebih terperinci

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS Fenny 1200968571 Abstrak TUJUAN PENELITIAN ini adalah untuk memaparkan tugas dan kegiatan public relations

Lebih terperinci

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus.

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus. Studi Perbandingan Pemahaman Konsep Public Relations Menurut Manajemen dan Staff Public Relations di Mirota Kampus Florensia Samodra / Ike Devi Sulistyaningtyas, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perusahaan tersebut tercapai sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perusahaan tersebut tercapai sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sosialisasi itu sangat penting dalam perusahaan agar tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan tersebut tercapai sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap manajemen dan organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan operasional usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Humas dalam sebuah instansi atau organisasi terus berkembang pesat, meskipun belum ada standarisasi yang jelas dan baku bagi mereka yang akan menggeluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. Perubahan-perubahan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Berbagai cara dapat dilakukan oleh pelaku usaha untuk membuat nama perusahaannya berkembang luas dan mendapatkan citra yang baik dari masyarakat. Terlebih di jaman

Lebih terperinci

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS Modul ke: Produksi Media Public Cetak Fakultas 02FIKOM Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Marketing Public Relations (MPR) sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penting yang dihadapi oleh lembaga-lembaga baik ekonomi, sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

Produksi Media Public Relations AVI

Produksi Media Public Relations AVI Produksi Media Public Relations AVI Modul ke: 01Fakultas FIKOM Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Marketing Public Relations dan periklanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada satupun manusia yang tidak berkomunikasi dalam setiap harinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada satupun manusia yang tidak berkomunikasi dalam setiap harinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap manusia, tidak ada satupun manusia yang tidak berkomunikasi dalam setiap harinya. Komunikasi seakan menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hubungan Masyarakat (Humas) Pada beberapa buku yang biasanya mengkritik PR (atau kadang pada esai tentang PR yang dibuat mahasiswa) sering kali memulai isinya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations (PR) berperan dalam menentukan seorang sosok brand ambassador

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations (PR) berperan dalam menentukan seorang sosok brand ambassador BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hal yang Peneliti coba dalami dalam skripsi ini adalah seberapa jauh seorang Public Relations (PR) berperan dalam menentukan seorang sosok brand ambassador

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Teori umum membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konsep, definisi, dan proposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam segala hal. Perkembangan dunia yang terus maju dan terus meningkat, membuat perkembangan

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR

PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR OLEH: SARTIKA MARHAN E 311 07 002 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Jurnalistik

Lebih terperinci

PROFIL DOSEN. Pekerjaan: 1. BAKUN, Departemen Keuangan 2. Dirjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 3. Badan Pemeriksa Keuangan 4.

PROFIL DOSEN. Pekerjaan: 1. BAKUN, Departemen Keuangan 2. Dirjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 3. Badan Pemeriksa Keuangan 4. PUBLIC RELATION PUBLIC RELATIONS PROFIL DOSEN Profil Dosen: Nurochman, S.ST,Akt,.M.T. Hp: 0818.0883.0892 / 083827708535 Email : ppkp.nurochman@gmail.com http://www.coretangunkids.wordpress.com Akademik:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Jakarta perkembangan hotel sangat padat dan berkembang, ini dikarenakan sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini tentang Aktifitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini tentang Aktifitas 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini tentang Aktifitas Marketing Public Relations (MPR) Dalam Mengkomunikasikan Brand Identity Sumitomo Pipe oleh PT. PARADISE

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations HUMAS SEBAGAI PROFESI ETIS Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Public Relations memiliki karakteristik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya komunikasi di dalam kehidupan ini sangatlah penting. Dengan komunikasi kita bisa membentuk sebuah relasi dengan individu maupun kelompok lainnya. Dalam

Lebih terperinci

URGENSI PUBLIC RELATIONS BAGI PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

URGENSI PUBLIC RELATIONS BAGI PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM URGENSI PUBLIC RELATIONS BAGI PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Akhmad Sukardi (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Eksistensi lembaga pendidikan sampai saat ini masih berkesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publiknya. Hal ini juga berlaku untuk universitas. Disinilah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. publiknya. Hal ini juga berlaku untuk universitas. Disinilah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi lahir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Agar eksistensinya dapat terjaga, organisasi harus mendapat dukungan dari publiknya, dimana dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang berdiri sendiri maupun melebur dengan bagian yang lain. Misalnya di Pemkot Batu, Humas dilebur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era perkembangan kemajuan teknologi dan pengetahuan, semua arus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era perkembangan kemajuan teknologi dan pengetahuan, semua arus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era perkembangan kemajuan teknologi dan pengetahuan, semua arus informasi mengalir secara tidak terbatas. Aliran informasi ini disertai dengan perubahan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Perusahaan besar memiliki bagian Humas dan memiliki fungsi dan peran penugasannya dalam mensosialisasikan dan menginformasikan programprogram kebijakan perusahaan

Lebih terperinci

Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra. Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS

Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra. Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia di dalam masyarakat dan mempunyai proses yang jelas, baik itu proses secara primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai tujuannya, manusia berupaya membentuk citra yang memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu juga berlaku untuk

Lebih terperinci

PENULISAN PUBLIC RELATIONS

PENULISAN PUBLIC RELATIONS Modul ke: PENULISAN PUBLIC RELATIONS Pengantar dan Siginifikansi Penulisan dalam Public Relations Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations Deskripsi Mata Kuliah Membahas

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations KESALAHAN ETIKA Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations Kesalahan Etika Modul 5 Syerli Haryati, SS. M.Ikom 0812-966 2614 Email:

Lebih terperinci

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION Modul ke: 01 Fakultas Program Pascasarjana Pokok Bahasan 1. Konsep IMC 2. Manajemen IMC Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi KONSEP IMC PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah istilah penting bagi korporasi-korporasi di seluruh dunia. Pada awalnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah istilah penting bagi korporasi-korporasi di seluruh dunia. Pada awalnya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Public relations menjelma menjadi sebuah istilah penting bagi korporasi-korporasi di seluruh dunia. Pada awalnya, public relations

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya adalah Pendekatan Media Relations Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat informasi yang ditandai dengan besarnya kebutuhan akan informasi dan masyarakat dapat

Lebih terperinci

70% kegiatan komunikasi PR adalah menulis sisanya kegiatan komunikasi lainnya. (Wisaksono Noeradi pakar PR senior)

70% kegiatan komunikasi PR adalah menulis sisanya kegiatan komunikasi lainnya. (Wisaksono Noeradi pakar PR senior) 70% kegiatan komunikasi PR adalah menulis sisanya kegiatan komunikasi lainnya. (Wisaksono Noeradi pakar PR senior) Media komunikasi bisa menggunakan media cetak, audio visual atau pun internet. Menulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang 80 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI DASAR / TEORI UMUM 2.1.1 DEFINISI PUBLIC RELATIONS Hubungan masyarakat ( humas ) atau yang lebih dikenal dengan istilah Public Relation merupakan serangkaian kegiatan untuk

Lebih terperinci

DRA. DWI PANGASTUTI M., M.SI

DRA. DWI PANGASTUTI M., M.SI PUBLIC RELATION DRA. DWI PANGASTUTI M., M.SI BIDANG PUBLIC RELATION Berkaitan dengan Corporate dan product image, yakni menciptakan/meningkatkan/mempertahankan citra positif dari organisasi termasuk produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah tangga, tempat kerja, masyarakat atau di manapun manusia berada. menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah tangga, tempat kerja, masyarakat atau di manapun manusia berada. menggunakan bahasa verbal maupun non verbal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Melalui komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hasil penelitian tentang penerapan model humas di Pimpinan Pusat. Aisyiyah (PPA) ini menemukan bahwa pada periode pra

BAB IV PENUTUP. Hasil penelitian tentang penerapan model humas di Pimpinan Pusat. Aisyiyah (PPA) ini menemukan bahwa pada periode pra BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang penerapan model humas di Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) ini menemukan bahwa pada periode 2005-2010 pra Muktamar Jelang Satu Abad Ke-46 di Yogyakarta,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS. Kuliah ke-3.

KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS. Kuliah ke-3. KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS Kuliah ke-3 1 The key words for PR Management function Planed Relationship Goodwill Understanding Acceptance Public

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk mencapai persamaan makna melalui pesan dari komunikator ke komunikan, adapun penyampaian pesan tersebut disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, terlebih lagi kehidupan manusia. Komunikasi sendiri. karena komunikasi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, terlebih lagi kehidupan manusia. Komunikasi sendiri. karena komunikasi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya proses komunikasi, terlebih lagi kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan hal yang setiap hari kita perbincangkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 1.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan di PT Semen Indonesia (Persero), Tbk serta analisis peneliti terkait dengan strategi komunikasi pemasaran terpadu Semen Indonesia dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Radio ini memiliki slogan sekali

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH LOKAKARYA KEHUMASAN DALAM MEMBANGUN CITRA PTS DAN KOPERTIS OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH 15/03/2017 HUMAS (YY) 2 15/03/2017 HUMAS (YY) 3 15/03/2017 HUMAS (YY) 4 15/03/2017

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini Marketing Public Relations sangat di butuhkan tidak hanya menjual suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu. 1. ketrampilan, dan sikap kerja, sesuai dengan unjuk kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu. 1. ketrampilan, dan sikap kerja, sesuai dengan unjuk kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istilah kualifikasi dapat diterjemahkan sebagai keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu atau menduduki jabatan tertentu. Keahlian tersebut yaitu hal-hal

Lebih terperinci

PR Writing 2. Review about PR, Publicity

PR Writing 2. Review about PR, Publicity PR Writing 2. Review about PR, Publicity 27 February 2013 Prepared by: Vita Monica, S.Sos Faculty of Communications Petra Christian University Surabaya DefinisiPR menurutcutlip, Center, & Broom Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia utuh jasmaniah rohaniah,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City

BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah diuraikan, serta didasarkan pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City Branding Kota Pare Kediri, maka

Lebih terperinci

MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS

MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS Modul ke: MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS Role and Position in PR Management Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Public Relations management

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Corporate Image (Citra Perusahaan) Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

PROFESSIONAL IMAGE. Corporate Image (Citra Perusahaan) Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Corporate Image (Citra Perusahaan) Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Professional Image Modul -5 Syerli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai media (channel) yang berguna dalam menyampaikan pesan.

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai media (channel) yang berguna dalam menyampaikan pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media komunikasi pada era modern ini memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk dapat berkomunikasi. Hal ini terjadi karena adanya berbagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi di instansi pemerintahan umumnya berisi tentang acara kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan bisnis baik lokal maupun global menuntut adanya perubahan dari paradigma lama menjadi paradigma baru di segala sektor. Pertumbuhan bisnis di dalam

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN MELALUI PERIKLANAN PUBLIC RELATIONS

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN MELALUI PERIKLANAN PUBLIC RELATIONS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN MELALUI PERIKLANAN PUBLIC RELATIONS Dewi Shanti Nugrahani STIE Rajawali Purworejo Abstract Marketing communication is needed by the company to communicate its product to cunsumer.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif dan informatif. Komunikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan 9 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi lembaga tersebut

Lebih terperinci

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian berlangsung. Analisis data ini, sebagaimana dijelaskan pada bab. Selama proses penelitian ditemukan bahwa:

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian berlangsung. Analisis data ini, sebagaimana dijelaskan pada bab. Selama proses penelitian ditemukan bahwa: 109 BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam penelitian yang sifat kualitatif, analisis data, selain berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian, juga berguna untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa konvensional kemudian dinilai belum maksimal karena pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. massa konvensional kemudian dinilai belum maksimal karena pola komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis saat ini sangat kompetitif, dan merupakan tantangan bagi praktisi Public Relations (PR) dalam menggunakan media massa konvensional seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai sebuah perusahaan asuransi yang melayani banyak klien, PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) selalu berupaya manjalin hubungan yang harmonis. Biro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHUAN A. Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang diperoleh

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang diperoleh BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Pada Bab ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan berpedoman kepada format wawancara yang telah disusun sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. kesimpulan sebagai inti dari pembahasan penelitian yang dilakuka penulis. Penulis

BAB 5 PENUTUP. kesimpulan sebagai inti dari pembahasan penelitian yang dilakuka penulis. Penulis BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Seiring dengan selesaikannya penulisan ini, maka penulis memberikan satu kesimpulan sebagai inti dari pembahasan penelitian yang dilakuka penulis. Penulis menuangkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemasaran sesuai perannya merek (brand) mengidentifikasi sumber atau

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemasaran sesuai perannya merek (brand) mengidentifikasi sumber atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu nama atau brand dalam sebuah bisnis menjadi sangat penting. Selain sebagai identitas perusahaan atau produk, brand juga menjadi suatu daya tarik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, sekolah tidak mungkin melepaskan manajemen hubungan masyarakat (humas). Hal itu dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, media juga bertransformasi menjadi salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Melihat fenomena tersebut sebagai

Lebih terperinci

dapat menghadapi satu sama lain secara fisik, legal, kultural, dan psikologis. Maka dari itu, pendidikan dengan adanya keragaman budaya memberikan keu

dapat menghadapi satu sama lain secara fisik, legal, kultural, dan psikologis. Maka dari itu, pendidikan dengan adanya keragaman budaya memberikan keu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya keragaman budaya dalam dunia pendidikan memberikan berbagai keuntungan, seperti yang diungkapkan oleh Gurin, Nagda, dan Lopez (2004, 19) bahwa para pelajar

Lebih terperinci