imunologis lambat yang terjadi setelah (rekuren), insiden puncak terjadi pada usia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "imunologis lambat yang terjadi setelah (rekuren), insiden puncak terjadi pada usia"

Transkripsi

1 diobati atau penanganan lambat, Pendahuluan lingkungan t, industrialisasi, Demam rematik (DR) adalah suatu urbanisasi. 1,2 penyakit diakibatkan oleh respons erangan DR/PJR dapat berulang imunologis lambat terjadi setelah beta (rekuren), insiden puncak terjadi usia hemolyticus grup A. Penyakit ini akan 8 tahun (rentang usia 6-15 tahun) menimbulkan gejala sisa (sekuele) yaitu jarang muncul setelah umur 25 tahun. Pada penyakit jantung rematik (PJR), episode rekuren dapat terjadi kerusakan ditandai dengan terjadinya cacat katup progresif katup. Gejala sisa jantung. Penyakit ini merupakan penyebab deformitas katup progresif dapat kelainan katup terbanyak terutama menyebabkan manifestasi kronik masa dewasa bahkan kematian. 1 infeksi kuman anak treptococcus sehingga mengurangi produktivitas kualitas hidup. Gejala Tujuan dari penulisan ini adalah sisa demam rematik katup jantung menimbulkan kerusakan untuk mengetahui mengingat kembali katup kasus DR/PJR pengobatan. jantung. 1,2 Laporan Kasus etiap tahun kurang lebih didapatkan kasus PJR baru. Pasien anak laki-laki, An. K, berumur 13 Dalam laporan WHO Expert Consultation tahun dengan BB 33kg, tinggi ba 134 Geneva, 29 Oktober 1 November 2001 cm datang dengan keluhan sesak sejak 4 angka hari MR. esak hilang timbul terutama mortalitas untuk PJR 0,5 per saat beraktivitas berat. Muncul demam, penduduk di negara maju hingga 8,2 per batuk berdahak nyeri menelan 7 hari penduduk di negara berkembang MR. Nyeri sendi berpindah-pindah di daerah Asia Tenggara diperkirakan hilang timbul 4 hari MR. Dada terasa 7,6 per Diperkirakan sekitar ngilu 2 hari MR. Mulai hari ini wajah meninggal diseluruh pasien dunia karena penyakit tersebut. Angka mempunyai riwayat tuberkulosis menjalani kejadian tinggi di negara berkembang pengobatan selama 7 bulan dinyatakan berhubungan dengan sosial ekonomi sembuh rendah, pelayanan kesehatan kurang menkal mempunyai kelainan bawaan memadai, infeksi tenggorok tidak lahir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan diterbitkan tahun 2004 terlihat bengkak. tahun Pasien Pasien keadaan hemodinamik, berupa tekanan 1

2 darah 100/70mmHg, nadi 112x/menit (kuat Diagnosis kerja: usp. Penyakit jantung teratur), respirasi 28x/menit, serta rematik suhu tubuh 37,8oC (aksila). Tonsil T2-T2 banding : gagal jantung kiri. Tatalaksana : tidak hiperemis, faring hiperemis, tidak O2 nasal 3 lpm. Diet lunak, CIV : Ringer didapatkan ronki maupun wheezing, JVP laktat 500 cc/15 tpm (makro), terapi 5+2 cm, dinding dada terlihat jelas thrill, farmakologi PCT 3 x 350mg k/p panas. batas jantung kiri IC VI lateral + faringitis akut, diagnosis Hari elanjutnya midclavicula sinistra, serta didapatkan katup mitral bunyi Jantung I = II Pasien mengeluh batuk nyeri menelan. reguler, murmur diastolik katup mitral Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan derajat punctum darah 100/70mmHg, suhu 37,3C, nadi dengan 88x/menit (kuat angkat teratur), Pada penapasan 21x/menit. Tonsil T2 T2 tidak pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperemis faring hiperemis. Pada hasil hemoglobin 12,8 gr/dl, hematokrit pemeriksaan 37,8%, leukosit /ul, trombosit mm/jam, CRP semi kuantitatif negatif /ul. Pada pemeriksaan EKG: mg/l, ATO semi kuantitatif positif; 1:1 ditemukan konsentrasi sebanding dengan 200 IU/ml, 3/6 maximum penyebaran early di diastolic, apex ke tanda jantung segala interval arah. P-R laboratorium: LED 26 ureum 23,1 mg/dl, kreatinin 0,92 mg/dl. memanjang. Pada pemeriksaan rontgen toraks : 2

3 Pada pemeriksaan echocardiogram 15. Gentamicin 10 ug didapatkan mitral regurgitasi berat, dilatasi 16. ciprofloxacin 5 ug LA-LV koartasio katup aorta. 17. Pefloxacin 20ug 18. Levofloxacin 5 ug 19. Trimethoprim 25 ug 20. Tetracycline 30 ug 21. Chloramphenicol 30 ug 22. Fosfomycin 50 ug 23. Vancomycin 30 ug umber : Data Pasien Planning : diet lunak, CIV : Ringer laktat Diagnosis kerja : Penyakit jantung rematik 500 cc/15 tpm (makro), terapi farmakologi + faringitis akut. Dengan diagnosa kerja Penisilin G Benzathine 1,2 juta unit (IM) demam rematik pasien untuk memilih setiap 3 minggu sampai usia 25 tahun, pemberian antibiotik tepat maka di Prednisolone selama 2 minggu lakukan kultur resistensi dari kuman kemudian tappering off PCT 3 x streptococcus viris dengan hasil 350mg k/p panas. di dapatkan, elama perawatan Tabel. Pemeriksaan resistensi antibiotik 1. Ampicilin 10 ug R 2. amoxcillin 25 ug R 3. amox + clavulanic Acd 30ug 4. ampicillin ulbactam 20 ug 5. oxacillin 1 ug R 6. Cephalexin 30 ug 7. Cefixime 5 ug 8. cefotaxime 30 ug 9. ceftriaxone 30 ug 10. ceftazidime 30 ug 11. Cefepime 30 ug 12. imipenem 10 ug 13. meropenem 10 ug 14. Amikacin 30 ug Keluhan sesak, demam, batuk berdahak, nyeri menelan, nyeri sendi berpindahpindah, dada terasa ngilu, wajah terlihat bengkak sudah membaik. Dari pemeriksaan tekanan darah 100/70mmHg, nadi 108x/menit (kuat angkat teratur), penapasan 28x/menit, suhu 36.6oC Tonsil T2-T2 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis, tidak didapatkan ronki maupun wheezing, namun dinding dada terlihat jelas thrill, batas jantung kiri IC VI lateral midclavicula didapatkan katup sinistra, serta mitral bunyi Jantung I = II reguler, murmur diastolik 3

4 katup mitral derajat 3/6 early diastolic, tenggorokan bervariasi di antara punctum jantung berbagai negara di daerah didalam satu dengan penyebaran ke segala arah. Pasien negara. Insidens tertinggi didapati diijinkan pulang karena keadaan umum anak usia 5-15 tahun. Walaupun DRA pasien sudah membaik secara klinis. PJR Namun pemeriksaan echocardiogram berkembang, penyakit ini masih menjadi masih menunjukkan hasil sama. satu dari sekian banyak masalah kesehatan Terapi farmakologi Penisilin G Benzathine mayor di Negara bekembang. maximum di apex jarang terjadi negara 1,2 juta unit (IM) setiap 3 minggu sampai usia 25 tahun, Prednisolone 4-4-4, Aspirin 4x500mg selama 8 minggu dimulai minggu kedua PCT 3x 350mg k/p panas. Gambar 1. Prevalensi PJR dari tahun 1991-sekarang 8 Diagnosis demam rematik lazim didasarkan suatu kriteria untuk pertama kali diajukan oleh T. Duchett Jones, oleh karena itu kemudian Diskusi dikenal sebagai kriteria Jones. Pada tahun Etiologi penyakit demam rematik 1992 pecial Writing Group of the berhubungan erat dengan infeksi saluran Committee on Rheumatic Heart Fever, nafas bagian atas oleh treptococcus beta Endocarditis and Kawasaki Disease of the hemolyticus grup A dengan perjalanan Council on Cardiovacular Disease in the penyakit. Young of the American Heart Association melakukan Diperkirakan banyak anak mengalami episode faringitis modifikasi kriteria Jones selama beberapa tahun disebut sebagai setiap criteria Jones Update digunakan untuk tahunnya 15%-20% disebabkan oleh menegakkan treptokokus grup A 80% lainnya diagnosis sampai saat ini. 2, 3 disebabkan infeksi virus. Insidens infeksi treptococcus beta hemolitycus grup A 4 demam reatik

5 tenggorokan. Respons manifestasi klinis derajat penyakit timbul ditentukan oleh kepekaan genetic host, keganasan organisme lingkungan kondusif. + bukti infeksi streptococcus sebelumnya (ATO / antibodi lain meningkat), Ada biakan usap tenggorokan menunjukan terdapatnya treptococcus beta 2 teori utama tentang terjadinya demam rematik 1. Merupakan efek dari toksin hemolyticus grup A, atau scarlet fever streptokokus grup A mengandung baru saja terjadi. Tabel 1. Kriteria Jones 2 strain rheumatogenic target organ seperti jaringan otot miokard, endokard kriteria perikard, terutama katup mayor, atau 1 kriteria mayor 2 kriteria mitral katup aorta. 2. Merupakan respon abnormal sistem Apabila ditemukan 2 minor, ditambah dengan bukti aya infeksi streptokokus imun tubuh keadaan molecular sebelumnya, dimana terjadi mimikri sehingga sistem kemungkinan besar menandakan aya imun tubuh gagal membedakan antara demam rematik. 2, 3, 4 kuman dengan jaringan tubuh sendiri. M-protein treptococcus pyogenes antigen myosin protein manusia memiliki struktur ehingga menimbulkan homolog. reaktivitas silang antara myosin jantung protein streptococcus beta hemolitik kelompok A. Hal ini menyebabkan reaksi autoimun sel dimediasi menyebabkan RF/RHD. CD4+ el T merupakan efektor terbesar dalam pembentukan lesi katup di RHD. Tabel 2. Kriteria WHO Tahun untuk Diagnosis DRA PJR 2 (Berdasarkan Revisi Kriteria Jones) istem imun mengenali M5 protein peptida Demam rematik merupakan respon dari menghasilkan streptococcus berbagai sitokin autoimun terhadap infeksi treptococcus inflamasi seperti TNF-alpha, IFN- beta gamma, hemolitycus grup A 5 IL-10, IL-4

6 menyebabkan lesi fibrotik katup tanda gejala perikarditis serta gagal progresif. 9 jantung kongestif biasanya baru timbul keadaan lebih berat. Kriteria Mayor 6 Bising karditis rematik dapat berupa bising 1) Karditis merupakan manifestasi klinik pansistol di daerah apeks (regurgitasi demam rematik paling berat karena mitral), bising awal diastol di daerah basal merupakan satu-satunya manifestasi (regurgitasi aorta), bising mid-diastol dapat mengakibatkan kematian penderita apeks (bising Carey-Coombs) fase akut dapat menyebabkan timbul akibat aya dilatasi ventrikel kiri. kelainan katup sehingga terjadi penyakit 2,5 jantung rematik. 2,5,6 2) Poliartritis ditandai oleh aya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, keterbatasan gerak aktif dua sendi atau lebih. Artritis demam rematik paling sering mengenai sendisendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu satu sendi kemudian berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis saling tumpang tindih beberapa sendi waktu Tabel 2. Clinical features of rheumatic sama; sementara tanda-tanda rag carditis 2 mereda satu sendi, sendi lain mulai terlibat. 2, 5, 6 Diagnosis karditis rematik dapat berdasarkan Perlu diingat bahwa artritis aya salah satu tanda berikut: (a) bising hanya mengenai satu sendi (monoartritis) baru atau perubahan sifat bising organik, tidak (b) kardiomegali, (c) perikarditis, kriterium mayor. elain itu, agar dapat gagal jantung kongestif. 5,6 digunakan sebagai suatu kriterium mayor, ditegakkan secara Bising manifestasi klinik jantung karditis poliartritis merupakan rematik dapat dijadikan harus sebagai disertai suatu sekurang- kurangnya dua kriteria minor, seperti demam kenaikan laju endap darah, seringkali muncul pertama kali, sementara serta harus didukung oleh aya titer 6

7 ATO atau antibodi antistreptokokus di daerah wajah. Kelainan ini dapat lainnya tinggi. 6 bersifat ke gerakan tidak disadari tidak bertujuan sisi bagian memucat bersifat bilateral, meskipun dapat juga satu menetap, tubuh lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas, berlangsung cepat umumnya mengenai atau berpindah-pindah dari satu bagian tubuh 3) Korea secara khas ditandai oleh aya hanya sementara jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan tubuh. kasus berat. 2,5,6 Manifestasi demam rematik ini lazim disertai kelemahan otot ketidak- 5) Nodulus subkutan umumnya stabilan emosi. Korea jarang dijumpai hanya dijumpai kasus berat penderita di bawah usia 3 tahun atau terdapat di daerah ekstensor persendian, setelah masa pubertas lazim terjadi perempuan. 2,5,6 Korea yndenham kulit kepala serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa massa merupakan satu-satunya tanda mayor t, sedemikian dapat digerakkan dari kulit di atasnya, dengan dianggap sebagai pertanda aya demam diameter 5 milimeter sampai sekitar 2 cm.6 rematik meskipun tidak ditemukan kriteria Tanda ini umumnya tidak akan lain. Korea merupakan manifestasi ditemukan jika tidak terdapat karditis. 2,5 penting sehingga demam rematik muncul secara tidak terasa nyeri, mudah Kriteria Minor lambat, sehingga tanda gejala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi 1) Riwayat demam rematik sebelumnya saat korea mulai timbul. 6 dapat digunakan sebagai salah satu kriteria minor apabila tercatat dengan baik sebagai 4) Eritema marginatum merupakan wujud suatu diagnosis didasarkan kelainan kulit khas demam kriteria obyektif sama. Akan tetapi, rematik tampak sebagai makula riwayat demam rematik atau penyakit berwarna merah, pucat di bagian tengah, jantung rematik inaktif pernah diidap tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau seorang penderita seringkali tidak tercatat dengan tepi bergelombang meluas secara sentrifugal. 5,6 secara baik sehingga sulit dipastikan Eritema kebenarannya, marginatum juga dikenal sebagai eritema atau bahkan tidak terdiagnosis. 5 anulare rematikum terutama timbul di daerah ba, pantat, anggota gerak bagian 2) Artralgia adalah rasa nyeri satu proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan sendi atau lebih tanpa disertai peragan 7

8 atau keterbatasan gerak sendi. Gejala tetapi mengalami kenaikan gagal minor ini harus dibedakan dengan nyeri jantung kongestif. Laju endap darah periartikular kadar protein C reaktif dapat meningkat lainnya, atau dengan nyeri sendi malam semua kasus infeksi, namun apabila hari lazim terjadi anak-anak protein C reaktif tidak bertambah, maka normal. 3, 6 Artralgia tidak dapat digunakan kemungkinan aya infeksi streptokokus sebagai kriteria minor apabila poliartritis akut dapat dipertanyakan. otot atau jaringan sudah dipakai sebagai kriteria mayor 5) Interval P-R memanjang biasanya 3) Demam demam rematik biasanya menunjukkan ringan,meskipun abnormal sistem konduksi nodus adakalanya mencapai aya 39 C, terutama jika terdapat karditis. atrioventrikel Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai dijumpai demam rematik, perubahan suatu selama gambaran EKG ini tidak spesifik untuk Demam merupakan demam rematik. elain itu, interval P-R pertanda infeksi tidak spesifik, memanjang juga bukan merupakan karena dapat dijumpai begitu banyak pertanda memadai akan aya penyakit lain, kriteria minor ini tidak karditis rematik. 6 demam derajat beberapa minggu. 6 ringan memiliki arti diagnosis banding keterlambatan meskipun sering Titer antistreptolisin O (ATO) bermakna 3,6 merupakan pemeriksaan diagnostik standar 4) Peningkatan kadar reaktan fase akut untuk demam rematik, sebagai salah satu berupa kenaikan laju endap darah, kadar bukti mendukung aya infeksi protein streptokokus. C merupakan reaktif, serta ATO dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit Todd peragan atau infeksi. Ketiga tanda orang dewasa atau 333 unit Todd reaksi selalu anak-anak di atas usia 5 tahun, ditemukan demam rematik, kecuali dapat dijumpai sekitar 70% sampai jika 80% kasus demam rematik akut. 6 korea akut nonspesifik Titer fase indikator leukositosis ini merupakan hampir satu-satunya manifestasi mayor ditemukan Infeksi streptokokus juga dapat Perlu diingat bahwa laju endap darah juga dibuktikan meningkat kasus anemia gagal usapan tenggorokan. Biakan positif jantung kongestif. Adapun protein C sekitar 50% kasus demam rematik akut reaktif tidak meningkat anemia, akan Bagaimanapun, biakan negatif tidak 8 dengan melakukan biakan

9 dapat mengesampingkan kemungkinan aya infeksi streptokokus akut. Penatalaksaaan Tabel 3. Panduan aktivitas DRA 10 Terapinya terbagi atas 4 bagian : Lama tingkat tirah baring tergantung 1. Terapi eradikasi untuk kuman sifat keparahan serangan. streptokokus grup A, walaupun tidak meningkatkan prognosis dalam 1 tahun Pencegahan tetapi bisa untuk mencegah penyebaran Pencegahan Primer strain rematogenik 2. Terapi umum untuk episode akut : a. Obat anti inflamasi digunakan untuk mengontrol artritis, demam gejala akut lainnya. alisilat adalah obat direkomendasikan. teroid hanya digunakan apabila tidak berhasil dengan salisilat. b. Tirah baring terutama pasien dengan karditis c. Chorea diatasi dengan asam valproat bila diperlukan diberi zat sedasi. 3. Gagal jantung disebabkan karditis diterapi sesuai terapi gagal jantung, dengan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya aritmia. 4. Profilaksis dengan penisilin, untuk penderita alergi penicilin bisa diberi eritromisin atau sulfadiazin 2 Tirah Baring 9

10 Tujuan dari pencegahan primer adalah diberikan terus menerus setiap 3-4 eradikasi streptokokus grup A, penderita minggu, dengan faringitis bakterial hasil test disarankan setiap 3 minggu. Pemberian positif untuk streptokokus grup A harus parenteral lebih disukai karena kepatuhan diterapi fase lebih baik dibandingkan pemberian oral supuratif. Obat pilihan pertama adalah 2x/hari, pemberian oral dianjurkan sedini mungkin daerah endemik untuk pasien resiko rendah untuk infeksi berulang. 2 penisilin G benzatin karena dapat diberikan dalam dosis tunggal, sebesar unit untuk anak < 27 kg 1,2 juta unit untuk penderita > 27 kg atau Obat anti rag pilihan berikutnya adalah penisilin V oral 250 mg 4 kali sehari diberikan selama 10 hari, Bagi alergi terhadap penisilin, eritromisin 50 mg/kg/ hari dalam 4 dosis terbagi selama 10 hari dapat digunakan sebagai obat eradikasi pengganti. 2 Tabel 4. Panduan obat anti inflamasi 2 Pencegahan ekunder Prognosis Pencegahan sekunder diberikan segera setelah pencegahan primer hingga usia 18 Demam rematik akan menghilang tahun pasien tidak terbukti secara spontan dalam waktu 12 minggu terdapat karditis, hingga usia 25 bahkan pasien dengan karditis, seumur hidup pengobatan, dapat menyelesaikan dalam gangguan katup berat waktu 2 minggu. pasien melakukan operasi katub. jika tidak diobati. Dengan Prognosis ditentukan oleh tingkat Metode terbaik untuk mencegah infeksi keterlibatan berulang adalah benzatin penicilin (IV) rematik. 10 jantung Jika dengan berkembang demam menjadi

11 penyakit jantung rematik tidak diobati, memanjang, akan menyebabkan parut katup didapatkan mitral regurgitasi berat, dilatasi jantung sehingga terjadi stenosis mitral LA-LV koartasio katup aorta. atau stenosis aorta. Jika tidak diobati, dapat di tegakkan diagnosa penyakit tersebut dapat menyebabkan gagal jantung. jantung rematik. Pada pasien ini ditemukan Ketika gagal jantung tetap atau memburuk 2 kriteria mayor, yaitu karditis setelah terapi medis agresif untuk ditandai dengan aya bising jantung penyakit jantung rematik, pembedahan menurunkan insufisiensi echocardiogram Maka sesuai dengan kriteria Jones kerusakan jaringan parut dari katup untuk pemeriksaan fisik serta pemeriksaan katup echocardiogram mungkin menyelamatkan jiwa. 11 didapatkan mitral regurgitasi berat, dilatasi LA-LV, koartasio Pada pasien, diagnosis penyakit katup aorta polyartritis dengan jantung rematik didasarkan temuan klinis keluhan nyeri sendi berpindah-pindah, anamnesis, pemeriksaan fisik, serta 3 kriteria minor, yaitu demam, pemeriksan penunjang. Klinis didapatkan peningkatan keluhan demam, nyeri sendi berpindah- leukosit, pemanjangan interval P-R pindah, dada terasa ngilu, serta nyeri serta ditandai dengan pemeriksan ATO menelan. Pemeriksaan fisik, dinding dada positif. terlihat jelas thrill, batas jantung kiri medikamentosa Jantung I = II reguler, murmur diastolik antipiretik, katup mitral derajat 3/6 early diastolic, dengan di penyebaran ke Diagnosis pemeriksaan ini apex didukung laboratorium arah. oleh hasil hari kadar meliputi antibiotik, kortikosteroid/aspirin. Terapi antibiotik Penisilin G Benzathine jantung segala ini meliputi tirah baring, diet lunak, serta didapatkan katup mitral bunyi maximum LED Tatalaksana untuk PJR pasien IC VI lateral midclavicula sinistra, punctum kadar 1,2 juta unit (IM) setiap 3 minggu sampai usia 25 tahun, segkan menurut teori diberikan setiap 4 minggu / 28 hari. Terapi antipiretik PCT 3x 350mg k/p panas. selanjutnya dengan hasil leukosit Terapi kortikosteroid Prednisolone /ul, LED 26 mm/jam, CRP semi kuantitatif selama 2 minggu kemudian tappering off, negatif mg/l, ATO semi kuantitatif Aspirin 4x500mg selama 8 minggu positif; 1:1 konsentrasi sebanding dengan dimulai minggu kedua. Tatalaksana 200 IU/ml. Dari pemeriksaan penunjang diberikan sudah sesuai mengarah ke EKG ditemukan tanda interval P-R guideline PJR. 11

12 Kesimpulan Tatalaksana diberikan sudah sesuai mengarah Berdasarkan data didapat dari pasien adekuat serta kepatuhan pasien menjalani sebagai Penyakit jantung rematik. Menurut terapi. tinjauan pustaka gejala klinis memenuhi kriteria penyakit Penyakit jantung rematik Daftar Pustaka apabila terdapat 2 kriteria mayor, atau 1 1 kriteria mayor 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti aya infeksi streptokokus. Pada pasien ini meliputi : 2 yaitu karditis 2 polyartritis serta 3 kriteria minor, yaitu demam, peningkatan kadar LED kadar leukosit, pemanjangan interval P-R serta ditandai dengan pemeriksan ATO 3 positif. erta didapatkan insufisiensi stenosis mitral serta gangguan katup aorta. esuai dengan tinjauan pustaka. Pengobatan demam rematik memiliki 3 4 tujuan: Menyembuhkan infeksi streptokokus mencegah kekambuhan Mengurangi peragan, persendian jantung Membatasi aktivitas fisik dapat PJR. pemberian eridikasi profilaksis pemeriksaan penunjang maka didiagnosis mayor, guideline Prognosis pasien ini baik jika meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik kriteria ke 5 terutama memperburuk organ merag Rahmawaty NK, Iskandar B, Albar H, Daud D. Faktor Risiko erangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik. ari Pediatri, 2012; vol.14, No3. Alan Bisno, E.G.B., NK Ganguly, WHO Expert Consultation on Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease, in WHO technical report series. 2001, World Health Organization: Geneva. Ganong, William F, Asal Denyut Jantung & Aktifitas Listrik Jantung Jantung ebagai Pompa dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta, Wilson, Price, Fisiologi istem Kardiovaskular dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku I, Edisi 6, EGC, Jakarta, Olivier C. Rheumatic Fever Is it still a problem? [Internet].2000 [cited 2012 February12]; Journal of Antimicrobial Chemotherapy 45, Topic T1, 13 Available from: /suppl_1/13.full.pdf+html\ Halstead, Arbovirus. Dalam : Berhrman RE, Kliegman R, Arvin AM (editor). Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Vol 2. Wahab A (penyunting) Jakarta : EGC : 2000 : h

13 7 Almazini PubMed P. Antibiotik untuk Pencegahan Demam Reumatik Akut Penyakit Jantung Reumatik. CDK218/ vol. 41 no. 7, th eckeler M.D, Hoke T.R. The worldwide epidemiology of acute rheumatic fever and rheumatic heart disease. Clin Epidemiol. 2011; 3; doi: /CLEP Available from: les/pmc / Available PMID: from: d/ Pudjiadi A. H, Hegar B, Handryastuti, et al. Demam Rematik Akut. PEDOMAN PELAYANAN MEDI IKATAN DOKTER ANAK INDONEIA, Edisi II, IDAI, 2011; Chin T.K. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Medscape Avaiable from : cle/ overview 9 Chopra P, Gulwani H. Pathology and pathogenesis of rheumatic heart disease. Indian J Pathol Microbiol Oct;50(4): Review. 13

DEMAM REUMATIK. Gesit Purnama 1, Akil Baehaqi 2

DEMAM REUMATIK. Gesit Purnama 1, Akil Baehaqi 2 DEMAM REUMATIK Gesit Purnama 1, Akil Baehaqi 2 PENDAHULUAN Demam reumatik merupakan suatu penyakit sistemik yang, dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi

Lebih terperinci

Dan dilaporkan juga bahwa DRA dapat mengenai usia tua, laporan menunjukkan adanya serangan petama DRA pada usia 90 tahun 3.

Dan dilaporkan juga bahwa DRA dapat mengenai usia tua, laporan menunjukkan adanya serangan petama DRA pada usia 90 tahun 3. ARTRITIS PADA DEMAM REUMATIK AKUT SRI ENDAH RAHAYUNINGSIH Artritis adalah salah satu tanda Demam Rematik Akut (DRA) dan termasuk dalam salah satu criteria mayor Jones yang digunakan untuk menegakkan diagnosa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Rematik 2.1.1. Definisi Menurut WHO tahun 2001, Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah cacat jantung akibat karditis rematik. Menurut Afif. A (2008), PJR adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

PENYAKIT JANTUNG REMATIK PENYAKIT JANTUNG REMATIK I. DEFINISI Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Demam rematik (DR) merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi streptococcus beta hemolyticus group A

Lebih terperinci

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Artikel Asli Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Rahmawaty NK, Burhanuddin Iskandar, Husain Albar, Dasril Daud Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

PERAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK

PERAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK PERAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK 1 Cynthia M. Tumbel 2 David Kaunang 2 Johnny Rompis 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi ini terjadi perubahan struktur katup mitral yang menyebabkan gangguan pembukaan, sehingga aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK

PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK Authors : Muhamad Irwan, S.Ked Hendra Asputra, S.Ked Yance Warman, S.Ked T. Meidini Fitrani, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2008 Belibis A17.((http://www.Belibis17.tk

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Rematik 2.1.1. Definisi Demam Rematik Demam rematik merupakan penyakit autoimun yang menyerang multisistem akibat infeksi dari Streptokokus β-hemolitikus grup A pada faring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Khusus Setelah mempelajari konsep demam rematik, diharapkan mahasiswa mampu: A; Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Khusus Setelah mempelajari konsep demam rematik, diharapkan mahasiswa mampu: A; Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A; Latar Belakang Masalah Demam rematik menjadi salah satu penyebab kardiovaskuler yang sangat signifikan. Walaupun angka kejadian penyakit demam rematik mengalami penurunan selama lima

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi mengantarkan oksigen,nutrien,dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Oleh : TRI AYU MELANI NIM. 051000046 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

Antibiotik untuk Pencegahan Demam Reumatik Akut dan Penyakit Jantung Reumatik

Antibiotik untuk Pencegahan Demam Reumatik Akut dan Penyakit Jantung Reumatik CONTINUING PROFESSIONAL CONTINUING CONTINUING DEVELOPMENT PROFESSIONAL MEDICAL DEVELOPMENT EDUCATION Akreditasi PP IAI 2 SKP Antibiotik untuk Pencegahan Demam Reumatik Akut dan Penyakit Jantung Reumatik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Menurut

Lebih terperinci

PENYAKIT KATUP JANTUNG

PENYAKIT KATUP JANTUNG PENYAKIT KATUP JANTUNG DEFINISI Kelainan katup jantung adalah kelainan pada jantung yang menyebabkan kelainan kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat

Lebih terperinci

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem respirasi tersering pada anak (GINA, 2009). Dalam 20 tahun terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Pasien TB

Dasar Determinasi Pasien TB Dasar Determinasi Pasien TB K-12 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal, yaitu:

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Kasus TB. EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU

Dasar Determinasi Kasus TB. EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DEMAM REUMATIK AKUT DAN PENYAKIT JANTUNG REUMATIK ANAK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA (Studi di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang) LAPORAN HASIL KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan FKUI, 2002:Hal

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Kasus TB

Dasar Determinasi Kasus TB Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rheumatoid arthtritis 1. Definisi Kata arthtritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthtron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Demam Rematik Akut. Sri Endah Rahayuningsih

Demam Rematik Akut. Sri Endah Rahayuningsih 1 Demam Rematik Akut Sri Endah Rahayuningsih Dipresentasikan pada Pendidikan ilmu kesehatan anak berkelanjutan (PIKAB) IX Hotel Grand Royal Pnghergar Bandung 1-2 oktober 2011 2 Salah satu penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. Tinjauan Pustaka Tuberculosis Paru Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. TB Paru Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci