Cara atau jalan untuk menemukan pengetahuan tentang suatu hal yang tidak berdasarkan mekanisme atau pola empiris, bukanlah metode ilmiah.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cara atau jalan untuk menemukan pengetahuan tentang suatu hal yang tidak berdasarkan mekanisme atau pola empiris, bukanlah metode ilmiah."

Transkripsi

1 METODE ILMIAH Prof.Dr.Ir Sollahudin,MS Pendahuluan Research atau Riset adalah pemeriksaan atau pengujian yang teliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip; penyelidikan dengan tekun untuk memastikan sesuatu hal. Sehingga dapat juga diambil kesimpulan bahwa Riset adalah usaha untuk menemukan (pengetahuan tentang) suatu hal menurut metode ilmiah. Metode Ilmiah Method yang biasanya ditulis methode, metode, metoda berasal dari kata Latin meta, yang berarti after (sesudah), dan hodos, yang berarti way (jalan). Selanjutnya menjadi methodus atau dalam bahasa Gerik methodos, yang berarti investigation following after (penyelidikan berikut setelah), atau a way of doing anything (cara melakukan sesuatu), atau regular or orderly arrangement (biasa atau tertib pengaturan), yaitu suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu atau susunan yang teratur. Dalam metafisika, istilah kata meta menunjukkan suatu wilayah yang masih gelap, masih belum dijangkau oleh pikiran manusia, sesuatu wilayah yang terbentang di hadapan manusia sesudah mereka sampai pada batas wilayah yang sudah dikenalnya (fisika). Demikian juga dengan dunia ilmu, sesudah batas wilayah obyek formal ilmu, maka akan membentur dunia yan masih penuh tanda tanya, penuh masalah. Metode adalah merupakan jalan atau cara untuk menguak wilayah ilmu yang masih gelap tersebut. Ciri utama metode adalah sifat empiris, artinya keputusan-keputusan pikiran diambil berdasarkan data empiris, data pengalaman, data yang telah diperiksa kebenarannya, dan kemudian harus diperiksa kecocokan/kesesuaian antara keputusan pikiran dengan kenyataan. Cara atau jalan untuk menemukan pengetahuan tentang suatu hal yang tidak berdasarkan mekanisme atau pola empiris, bukanlah metode ilmiah. Cara-cara bukan ilmiah tersebut antara lain : 1. Trial and error, mencoba untung-untungan, bila gagal mencoba lagi, cara kerja yang sembarangan, tidak mempunyai pola kerja tertentu dalam menghadapi situasi. Kegagalan hanyalah suatu kesialan saja.

2 2. Berdasarkan authority and tradition (otoritas dan tradisi), menolak pendapat seseorang, meskipun masuk akal, dan menerima pendapat orang lainnya berdasarkan anggapan bahwa orang lain tersebut yang berwenang memberi fatwa, dianggap suci, luhur, atau sudah menjadi adat. 3. Berdasarkan speculation and argumentation, seseorang berhasil dalam hal tertentu pada waktu tertentu, beranggapan bahwa ia akan berhasil dalam hal yang lain pada waktu yang lain. Bila pada waktu yang lain tersebut ia gagal, maka orang lainlah yang salah, karena tidak memahami dan menghargai keberhasilan yang terdahulu. Menurut beberapa penulis yang lain, metode ilmiah dapat bermakna sebagai pola kerja, ada juga yang menjelaskan sebagai suatu proses. Menurut Koentjaraningrat metode ilmiah dapat juga disebut sebagai pembangunan ilmu, yang selanjutnya dikatakan bahwa metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tentang hubungan antara pengetahuan dan ilmu dilanjutkannya, bahwa tanpa metode ilmiah suatu pengetahuan itu sebenarnya bukanlah suatu ilmu, namun hanya merupakan suatu himpunan tentang berbagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara gejala yang satu dengan yang lain. Ndraha (1981) akhirnya mengemukakan uraian Copi, bahwa metode ilmiah dapat dipandang sebagai pemecahan masalah, sebagai berikut: ü Identifikasi masalah ü Hipotesis pendahuluan ü pengumpulan fakta-fakta tambahan ü Perumusan hipotesis ü Penjabaran lebih lanjut terhadap konsekuensi ü Pengujian terhadap konsekuensi ü Penerapan Pengetahuan Ilmiah Manusia adalah makhluk yang mempunyai sifat dasar ingin tahu. Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang sesuatu hal. Pengetahuan yang benar hanya dapat ditemukan apabila dilakukan cara-cara berdasarkan aturan-aturan tertentu. Cara-cara berdasarkan aturan tertentu tersebut disebut ilmu. Sesuatu yang bersifat ilmu atau yang memungkinkan digunakannnya ilmu, disebut ilmiah.

3 Asal kata Ilmu dari bahasa Arab dan dalam bentuk jamak adalah Ulum, artinya mengetahui sesuatu dengan hakekat/yakin dan mengerti, atau mengetahui sesuatu dengan mendasar, atau sesuatu yang dapat mengungkapkan masalah secara jelas. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science, yang berasal dari Latin scire, yang berarti to know, mengetahui. Kemudian timbul kata sciens, lalu scientia, berarti pengetahuan yang diperoleh dari penelitian atau studi. Kata Ilmu mengandung pengertian yang bermacam-macam tergantung pada konteks penggunaannya. Ilmu disebut juga ilmu pengetahuan atau sains. Ilmu mengandung arti ilmu pengetahuan secara umum, namun sains cenderung diartikan ilmu alamiah (natuaral science), walaupun dalam bahasa Inggris kata science diartikan ilmu secara umum (misalnya, social science, educational science, dan linguistic science). Sebaliknya dalam bahasa Inggris, scientist diartikan sebagai ahli ilmu alamiah, sedangkan ilmuwan sosial cenderung disebut scholar. Sebaliknya, kata scholarship (kesarjanaan atau bobot ilmiah) dalam bahasa Inggris mengacu ke sifat keilmiahan semua ilmuwan. Selain itu ada pendapat yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah nama lain dari ilmu, yang satu dapat digunakan sebagai substitusi dari yang lainnya. Kedua kata tersebut di-rangkaikan menjadi ilmu pengetahuan, sekedar untuk mengintensifkan arti katanya. Pendapat tersebut dari suatu segi mengandung kebenaran, dengan alasan bahwa istilah ilmu disini harus dapat dibedakan dari ilmu dalam konteks ilmu ghaib, ilmu sihir, ilmu (ngelmu kejawen), dan sebagainya. Untuk membedakannya, ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian atau studi disebut ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan merupakan satu kesatuan dalam kelompok bidang ilmu, yang dihasilkan melalui penelitian dengan menggunakan pengetahuan ilmiah. Suatu pengetahuan disebut ilmiah apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Obyektif, pengetahuan yang obyektif adalah pengetahuan yang seuai dengan kenyataan, Luas, orang yang berpengetahuan sempit akan tertipu oleh suatu kesimpulan yang kemudian ternyata keliru apabila pengetahuannya diperluas, Dalam, sehingga menyelesaikan masalah dengan mencari akar permasalahan, Relatif, setiap pengertian adalah terbatas, terletak pada posisi tertentu dalam dunia pengetahuan, yang satu berkaitan erat dengan yang lain, Dapat diabstraksikan, dapat dipisahkan dan ditarik dari berbagai pengetahuan yang luas dan dalam, sehingga lebih jelas bersifat kelompok pengetahuan tertentu.

4 Kemampuan manusia adalah terbatas. Oleh karena itu harus berusaha mengefektifkan dan mengefisienkan penguasaan pengetahuannya. Ciri khusus yang kurang atau tidak esensial, dianggap tidak ada, dan hanya ciri penting yang eseinsial ditandai dengan sebutan kelompok pengertian tertentu. Dapat dikonkritisasi, agar pengertian abstrak dapat bermanfaat. Proses konkritisasi adalah kebalikan dari abstraksi. Konkritisasi antara lain dapat ditempuh dengan : (a) memberikan definisi tentang suatu pengertian, (b) menunjukkan sebanyak-banyaknya contoh pengertian yang ada, (c) memberikan teladan yang konsisten, dan aplicable. Sistematis, susunan buah pikiran atau pengetahuan disebut sitematis jika letak setiap pengertian telah teratur dalam suatu sistem, Terdisiplin, sistem memerlukan disiplin, menempatkan di bawah pengawasan, penertiban, pengaturan. Sistem tanpa disiplin ibarat susunan batu tanpa semen. Disiplin menunjukkan beberapa hal : (a) setiap term, istilah, atau kata mempunyai atau diberi arti atau pengertian tertentu, (b) arti atau pengertian dari setiap term adalah terbatas, (c) ada aturan, ketentuan, atau tertib tertentu yang menjadikan hubungan antar pengetahuan serasi, teratur, dan tertib, Berkembang Metodis instrumental, Mobil, memungkinkan pengertian digerakkan ke segala penjuru, seolah-olah berada dalam suatu sistem stereometris multidimensional, Terbuka, dapat dipelajari oleh siapa saja sesuai kemampuan dan kebutuhan, tanpa kerahasiaan dan pemalsuan, terbuka bagi saran dan kritik. Sikap Ilmiah Setiap orang pada saat dan tempat tertentu akan berada dalam suatu situasi. Jika orang tersebut merasa sebagai bagian dari situasi itu, maka orang itu disebut mengalaminya. Orang disebut sebagai bagian dari situasi tersebut apabila orang itu langsung atau tidak langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh situasi yang bersangkutan. Seseorang yang mampu melihat adanya hubungan antara dirinya dengan situasi tempat orang itu berada, dan dengan situasi di luar dirinya, maka orang itu disebut menyadari sesuatu hal atau obyek. Dari hubungan itu orang tersebut melihat sesuatu secara jelas dan terang, akan tetapi barangkali terdapat bagian-bagian atau unsur-unsur dari situasi yang bersangkutan masih kabur, membingungkan, gelap, tidak jelas. Dengan adanya jaur-jalur yang gelap tersebut, situasi seakan-akan terpecah-pecah, belum dapat

5 dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, menyeluruh. Situasi yang demikian ini dijadikan sebagai obyek penelitian/ penyelidikan. Penelitian tidak hanya meliputi usaha manusia untuk menjelajahi hal-hal yang berada di luar dirinya, melainkan juga meliputi proses pemikiran yang berlangsung di dalam otak. Bila seseorang menyadari sesuatu hal, berarti ia dapat membedakan hal itu dari hal-hal lainnya yang jumlahnya sangat banyak. Kemampuan membedakan dan menyoroti sesuatu di antara sekian banyak obyek, disebut sense of discrimination. Semakin tajam dan peka kemampuan seseorang dalam membedakan sekian banyak obyek, maka akan semakin terang suatu situasi atau perbedaannya dengan situasi yang lain. Ada orang yang beranggapan bahwa hal-hal yang dialami dan disadari hanyalah semu belaka, sehingga tidak diperhatikan, dan dibiarkan berlalu begitu saja. Namun ada juga orang yang berpendapat bahwa hal-hal yang dialami dan disadari itu sungguh-sungguh nyata ada, orang yang berpendapat demikian dibagi menjadi dua golongan : Ø Golongan yang berpendapat bahwa segala situasi adalah wajar, biasa, sesuatu yang sudah semestinya ada. Ø Golongan yang tidak menerima begitu saja, melainkan memandang hal-hal itu sebagai sesuatu yang menimbulkan pertanyaan dan memerlukan jawaban. Golongan kedua inilah yang lazim disebut sebagai memiliki sikap ilmiah, scientific attitude. Sikap ilmiah ialah sikap yang memungkinkan seseorang berfikir dan bertindak secara ilmiah yang didasarkan pada pengalaman. Sikap ilmiah meliputi beberapa sikap : Sikap positip, sikap untuk tetap berperan dalam setiap situasi, sekalipun situasi yang seburuk-buruknya, walaupun peranan yang diberikan sangat kecil. Suatu situasi yang terbatas bagi seseorang, sesungguhnya merupakan suatu yang lebih luas berada dalam situasi yang lain. Yang bersangkutan akan berperan di dalam suatu situasi, jika memiliki pegangan/dasar tertentu. Sikap bertanya, menjadikan orang untuk tidak membiarkan sesuatu berlalu tanpa diperhatikan terlebih dahulu, barangkali terdapat bagian atau unsur yang perlu dicermati. Sikap bertanya dapat dikembangkan atau berkembang berdasarkan sikap dasar manusia, yaitu ingin tahu. Sosiologi riset merupakan suatu jalur kajian yang mempelajari hubungan antara perkembangan ilmu pengetahuan atau riset dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Sebagai contoh adalah mempelajari : kendalakendala yang dihadapi seseorang untuk menemukan fakta-fakta di dalam masyarakat,

6 atau kendala-kendala mengakomodasi rekomendasi ilmiah ke dalam keputusan kebijakan. Sikap sangsi, menjadikan seseorang tidak begitu saja menerima sesuatu jawaban terhadap suatu pertanyaan yang timbul dari keingintahuan manusia, jika tanpa diperiksa terlebih dahulu kebenaran jawaban tersebut. Bahkan terhadap kebenaran aksiomatis, sebagai contoh bahwa dua garis sejajar tidak akan pernah saling berpotongan, ia juga masih merasa ragu-ragu. Sikap sangsi ini mendorong manusia untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan, dan menguji kebenaran dari setiap detil atau bukti yang ada. Sikap sangsi seperti itulah yang melahirkan faham skeptisisme. Skeptisisme Skeptisisme berarti faham yang mengandung pertimbangan atau pemikiran. Terdapat dua macam skeptisisme, yakni: Skeptisisme negatif, faham ini berpendapat bahwa manusia tidak akan pernah sampai pada suatu kebenaran, baik disebabkan oleh sifat hakekat obyek yang tidak menampakkan diri secara utuh/seluruhnya, maupun oleh pengenalan manusia yang sangat terbatas. Skeptisisme positif (kritis, me), faham ini berpendapat bahwa kesangsian terhadap sesuatu hal justru mendorong manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Sikap kritis adalah ciri pokok dari skeptisisme, terutama skeptisisme positif. Orang yang bersikap kritis adalah orang yang cakap menunjukkan batas-batas suatu masalah, mampu membuat problemstelling, mampu menunjukkan perbedaan dan kesamaan suatu hal dibanding dengan yang lain, dan cakap menempatkan suatu pengertian dalam kedudukannya yang tepat terhadap yang lain. Mengapa skeptis?.- Misal rel kereta api (Bertrand Russell). Tampaknya (appearance) semakin jauh semakin rapat, bahkan seakan-akan bertemu ujungnya. Tetapi orang tidak percaya terhadap appearance itu, sebab orang mengetahui bahwa jarak antara kedua rel tetap sama. Jadi kenampakan (appearance) belum tentu sesuai dengan kenyataan (reality) yang sesungguhnya. Orang beruntung, karena mengetahui bahwa kedua rel tersebut sesungguhnya berjarak sama, dan tidak bertemu di ujung, berdasarkan

7 pengujian dari pengalaman, pengukuran dan sebagainya. Akan tetapi bagaimana halnya dengan kasus lain yang realitasnya tidak dikenal atau tidak dapat diteliti, diukur, dan orang hanya mengenal appearance itu? Yang pasti adalah bahwa realitas dapat atau bahkan sama sekali berbeda dengan appearancenya. Oleh karena itu common sense yang memungkinkan orang melihat appearance perlu dikaji secara kritis. Inilah yang menjadi sumber skeptisisme. Informasi-informasi yang oleh alat-alat indera disampaikan ke otak dapat berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan situasi subyek dan obyek, serta metode pengenalan dan sifat hubungan antara subyek dan obyek. Demikian pula, kenampakan suatu obyek dapat berbeda-beda menurut segi pandang atau sudut pandang subyek dalam memandang obyek dan alat yang digunakan untuk memandang (kaca mata pandang). Bagaimanakah cara agar orang dapat menemukan suatu pengetahuan yang benar dari appearance yang mungkin sama sekali berbeda dengan realitasnya?, dan mungkinkah orang menemukan pengetahuan yang benar? Jawaban itu semua adalah memungkinkan asal dalam rangka pencariannya dipenuhi syarat-syarat keilmiahan. Berfikir Ilmiah Berfikir adalah proses mengenal sesuatu. Alat untuk berfikir adalah pengertian. Hasil proses pengenalan disebut pengetahuan, yaitu faham atau tanggapan atau pengertian subyek pemikir terhadap obyek difikirnya. Berfikir ilmiah ialah berfikir yang memenuhi persyaratan keilmiahan. Terdapat dua metode atau teknik dasar berfikir ilmiah : Berfikir reflektif, yaitu suatu proses merubah suatu situasi yang gelap menjadi terang dan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses peloncatan atau proses penerangan dari dunia yang sudah dikenal ke dunia yang belum diketahui. Setiap obyek akan menyatakan diri melalui gejala-gejala atau fenomena. Gejala-gejala itu terpancar dan memantul pada permukaan indera manusia. Informasi tentang fenomena ini disampaikan ke otak, kemudian ditanggap oleh fikiran. Berfikir Kreatif.- Otak menangkap gejala-gejala yang disebut pengertian. Semakin tinggi teknologi, semakin besar daya olah sumber daya yang ada; semakin efektif pengertian, semakin banyak gejala yang dapat ditanggapi. Gejala-gejala dapat ditanggapi secara kurang sempurna, apabila alat-alat yang dipakai untuk menanggapi tidak sempurna, akibatnya keputusan fikiran dapat keliru.

8 Hipotesis Hipotesis berarti suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat suatu proposisi atau dalil, yaitu masih berupa subposition. Berdasarkan pengertian metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu obyek harus di bawah tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya di dalam kenyataan (empirical verification), percobaan (experimentation) atau praktik (implementation). Fungsi hipotesis, setiap hipotesis memegang salah satu dari beberapa fungsi: v Sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya, v Petunjuk ke arah penyelidikan lebih lanjut, v Sebagai working hypothesis, atau hipotesis kerja, v Suatu prakiraan atau dugaan tentang sesuatu yang bakal datang atau yang akan ditemukan, v Sebagai konsep yang berkembang, v Sebagai bahan untuk membangun suatu teori. Jenis-jenis hipotesis : à Preliminary hypothesis, ialah hipotesis pendahuluan atau sementara, yang belum atau sedang diuji kebenarannya. à Hipotesis, yaitu hipotesis pada umumnya atau Preliminary hypothesis yang telah diterima sebagai hipotesis, ternyata benar. à Hipotesis penelitian, ialah hipotesis yang berfungsi sebagai penuntun dalam melakukan penelitian. à Hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang menuntun pelaksanaan rekomendasi yang disusun berdasarkan penelitian ilmiah. Setiap cara, program, rekomendasi, dan sebagainya yang dimaksudkan untuk mencegah terulangnya suatu kejadian yang bermasalah, atau untuk memperbaikinya, pada hakekatnya adalah hipotesis juga.

9 à Asumsi atau anggapan. Hipotesis yang disusun berdasarkan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi tersebut juga merupakan hipotesis. Oleh karena itu jika asumsi meleset, maka hipotesis juga meleset. à Hipotesis nol, dan hipotesis alternatif. Syarat-syarat hipotesis yang baik (menurut Copi dalam Ndraha, 1981) : Relevance,... be relevant to the fact which it is intended to explain, that is, the fact in question must be deducible from the proposed hypothesis... (Relevansi,... relevan dengan fakta yang dimaksudkan untuk menjelaskan, yaitu, kenyataan tersebut harus deducible dari hipotesis yang diajukan...) Testability, artinya... there must be the possibility of making observations which tend to confirm or disprove any scientific hypothesis. (harus ada kemungkinan untuk membuat pengamatan yang cenderung untuk mengkonfirmasi atau menyangkal hipotesis ilmiah apapun) Compatibility, artinya hipotesis yang baru harus konsisten dengan hipotesis yang di lapangan yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga hipotesis demi hipotesis membangun suatu sistem: Science, in seeking to encompass more and more facts, aims at achieving system of explanatory hypothesis. (Ilmu pengetahuan, untuk mencari sebanyak-banyaknya fakta pendukung, yang bertujuan untuk mencapai kejelasan hipotesis. Predictive or Explanatory Power, artinya hipotesis yang baik mempunyai kemampuan untuk memprakirakan tentang yang akan terjadi atau akan diketemukan :... is meant the range of observable facts that can be deduced from it (dimaksudkan kisaran fakta diamati yang dapat disimpulkan dari itu) Simplicity, sederhana atau yang lebih sederhana. Kebenaran Ilmiah Manfaat utama dari pengujian hipotesis adalah untuk mencapai kebenaran ilmiah. Istilah kebenaran berasal dari akar kata benar, salah satu diantara norma dasar yang diajarkan oleh Filsafat. Dalam arti umum kebenaran adalah relatif. Dalam bahasa asing disebut Scientific Truth. Harus dapat dibedakan dari arti kebenaran menurut kepercayaan spiritual atau ajaran-ajaran agama. Di lingkungan keagamaan, orang harus

10 percaya dulu baru berfikir. Sebaliknya dalam lingkungan ilmiah, berfikir dulu baru percaya. Kebenaran ilmiah harus memiliki beberapa kriteria, antara lain : ü Sesuai dengan fakta.- Suatu dalil atau ucapan disebut benar, kalau dalil atau ucapan itu sesuai dengan fakta atau realitas. ü Sesuai dengan ketentuan. ü Obyektif.- Sesuatu disebut benar jika sesuatu itu obyektif. Dalam hal ini obyektif berarti lepas dari subyektivitas atau kesadaran. Misalnya seseorang yang belum pernah ke Mekah ditanya, dimanakan terletak kota Mekah?, Jawaban :di Arab Saudi, adalah benar, walaupun ia sendiri belum pernah melihatnya. Ini dapat disebut scientific belief. ü Sesuai Bukti Akal.- Ada banyak hal yang tidak dapat atau tidak mampu dibuktikan sebenarnya secara empiris, misal adanya Tuhan. Bukti akal memberi keyakinan bahwa Tuhan itu benar-benar ada, karena kalau tidak, dari mana asal mula segala ini?. Kesulitan-kesulitan.- Jawaban atas pertanyaan, bagaimana rasanya dipukul, sukar sekali diberikan. Hal itu dapat diungkapkan dengan berbagai cara dan alat. Selanjutnya dapat muncul pernyataan yang berantai terus-menerus, misal: bila dipukul terasa sakit, sehingga timbul pertanyaan: Bagaimana rasanya sakit? Jawaban yang tepat dan benar adalah memukul si penanya, agar ia merasakan sendiri dipukul dan sakit. Akan tetapi hal ini juga sulit dilakukan tanpa persetujuan yang bersangkutan. Obyek Obyek adalah sesuatu yang dengan cara tertentu dapat dikenali oleh subyek pemikir, baik sebagai suatu konsep atau pengertian yang dibentuk sendiri oleh subyek dalam fikirannya. Obyek riset.- adalah barang atau sasaran yang hendak diteliti oleh peneliti. Obyek riset sangat erat hubungannya dengan hipotesis yang telah ditetapkan, dikaitkan dengan unsur-unsur kejadian. Dalam hal membuktikan bahwa keluarga petani di suatu daerah rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan. Yang menjadi responden adalah keluarga petani, dan menjadi obyek penelitian. Obyek harus dapat dibedakan dengan lokasi. Lokasi ialah tempat / wilayah / daerah obyek berada. Realitas dan fenomena.- Realitas adalah suatu benda atau hal; fenomena adalah muncul menampakkan diri. Pemeriksaan realitas terhadap obyek penelitian dapat dilakukan secara : (a) Langsung, dengan jalan melakukan pengukuran, sebagai contoh untuk membuktikan bahwa rel kereta api sejajar tidak pernah memotong. Obyek tersebut dapat dilihat, diukur, dan

11 diraba, sedangkan jika obyek tidak demikian, maka secara (b) Tidak langsung: (i) melalui perhitungan-perhitungan logis; dengan perhitungan dan prinsip logika bahwa karena jarak antara roda-roda lokomotif dan gerbongnya tetap, dan roda-roda berjalan di atas rel, jarak antara kedua rel pasti sama, jika jarak tidak sama, maka roda-roda keluar rel; (ii) melalui appearance, yang diduga dapat menunjukkan realitas. Appearance inilah yang disebut sebagai gejala atau fenomena. Oleh karena realitas tidak dapat langsung diketahui, maka yang dianggap sebagai obyek riset adalah gejala-gejala yang nampak, fakta-fakta, berarti sesuatu yang telah terjadi atau berlaku. Realitas dan kenyataan.- Di dalam bahasa Indonesia, kenyataan mengandung dua arti : Sebagai terjemahan dari reality, Sebagai terjemahan dari fenomena, sama dengan gejala. Gejala-gejala seperti cahaya, tenaga, rasa tersentak, jika karena alirannya adalah gejala-gejala elektrisitas yang juga sekaligus sebagai kenyataannya. HAKEKAT PENELITIAN Kegiatan yang dapat diwadahi dengan istilah penelitian sangat beragam. Kegiatan tersebut dapat mencakup kajian tentang bentuk dan isi kepustakaan; pengecekan keaslian suatu dokumen, baik historis, administratif, maupun akademis; penyusunan dan pengembangan rumus matematis; pengembangan model atau prototipe karya teknologi; penyusunan dan pengembangan teori; dan yang amat lazim adalah pengunpulan dan analisis data survei atau eksperimen. Istilah penelitian sekarang mengandung pengertian yang luas dan kompleks, yang sulit difahami maknanya dengan baik, tanpa mengacu kepada individu yang melaksanakannyaatau konteks yang mendasari pelaksanaan penelitian itu. Anggapan bahwa penelitian itu hanyalah kegiatan seperti survei, eksperimen, atau studi kasus, adalah pandangan yang sempit. Dari berbagai keanekaan wujud macam penelitian tersebut mengandung kesamaan pokok, yaitu bahwa kegiatan penelitian terkait dengan akumulasi pengetahuan, baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan dapat bersifat teoritis, praktir, ilmiah, non ilmiah. Untuk memperjelas hakekat penelitian, maka perlu dibahas kaitan pengetahuan dengan ilmu, dan antara ilmu dengan penelitian. Pengetahuan dan Ilmu Kata pengetahuan (knowledge) berasal dari kata tahu (know, learn, perceive, see, understand, comprehend). Kegiatan tahu atau mengetahui itu melibatkan indera, syaraf,

12 dan otak. Produk dari kegiatan ini adalah pengetahuan, yang dapat berbentuk gagasan atau ide, cara-cara berfikir, informasi dan data. Pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber yaitu pengalaman, orang yang berkewenangan, berpikir deduktif, berfikir induktif, dan pendekatan ilmiah. Sumber pengetahuan pertama dan yang paling produktif adalah pengalaman; dengan pengalaman dapat menemukan jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang ada di benak kita. Pengalaman memiliki keterbatasan, antara lain tergantung pada sifat dan kondisi subyek yang memperoleh pengalaman itu sendiri (kondisi fisik subyek dan kemampuan untuk mengindera yang dihayati). Orang yang memiliki keahlian dalam satu bidang juga dapat menjadi sumber pengalaman. Namun hal ini tidak menambah akumulasi pengetahuan, melainkan berfungsi sebagai pengumpul dan penyimpan pengetahuan. Cara lain untuk memperoleh pengetahuan adalah dengan berfikir induktif dan deduktif secara terpisah atau sistematik mengikuti prosedur tertentu. Penggabuangan dua pendekatan berfikir tersebut, yaitu deduktif dan induktif dapat menghasilkan pengetahuan yang akurat dan shahih. Oleh karena itu cara ini disebut dengan pendekatan ilmiah. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis mengenai alam semesta. Kumpulan pengetahuan itu terakumulasi bertahun-tahun dan bahkan mungkin dari satu generasi ke generasi berikutnya yang mengalami penambahan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, istilah ilmu (science) disebut juga ilmu pengetahuan. DASAR PENGETAHUAN Binatang memiliki pengetahuan, namun hanya terbatas untuk mempertahankan jenisnya. Manusia mampu menalar, artinya berfikir secara logis dan anaitis. Karena berkemampuan menalar dan berbahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak, maka manusia selain memiliki pengetahuan, juga mampu mengembangkannya. Pengetahuan diperoleh manusia tidak hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Pengetahuan dapat juga diperoleh lewat wahyu (untuk para Nabi) atau inspirasi. Induksi dan deduksi merupakan inti penalaran logika-empiris. Kegiatan berfikir ilmiah menggunakan teori koherensi dan juga teori korespondensi dalam menetapkan kebenaran hasilnya.

13 Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Manusia mengetahui sesuatu yang benar dan salah, baik dan buruk, indah dan jelek, serta secara terus menerus dipaksa harus mengambil pilihan jalan yang benar atau salah, tindakan yang baik atau buruk, sesuatu yang indah atau jelek. Dalam menentukan pilihan tersebut, manusia merujuk kepada ilmu pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan, akan tetapi terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Sedangkan manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Mereka tidak hanya sekedar mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup, namun juga memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru. Manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna kepada kehidupannya, memanusiakan diri dalam hidupnya dan sebagainya. Semua itu pada hakekatnya menyimpulkan bahwa dalam hidupnya, manusia mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi daripada hanya sekedar kelangsungan hidup. Pengembangan pengetahuan tersebut mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan disebabkan oleh dua hal utama, yakni: pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut; kedua, kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu, sehingga manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Secara garis besar kemampuan berfikir seperti itu disebut penalaran. Binatang juga mampu berfikir, namun tak mampu berfikir nalar. Pustaka : Ndraha, Taliziduhu RESEARCH. Teori, metodolagi, administrasi. PT. Bina Aksara Jakarta. Nuril Huda, Penelitian dan Publikasi Ilmiah. Dalam Menulis Artikel Untuk Jurnal Ilmiah (Editor: Ali Saukah dan Guntur Waseso). Universitas Negeri Malang Press. hal.: 1-13.

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 Setiap orang pada saat dan tempat tertentu akan berada dalam suatu situasi. Jika orang tersebut merasa sebagai bagian dari situasi itu, maka orang itu disebut mengalaminya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 1 MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti Deskripsi : Semakin maju suatu masyarakat,

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian Pengertian Metodologi Penelitian Metodologi Metode + Logi (/ logy dari kata logos = ilmu ) Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan KONSEP PENELITIAN ILMIAH Imam Gunawan FOKUS KAJIAN 1. Makna kebenaran ilmiah. 2. Berbagai pendekatan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. 3. Konsep dasar penelitian. 4. Kriteria penelitian yang baik 5. Fungsi

Lebih terperinci

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Ilmu pengetahuan himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Struktur Ilmu Pengetahuan dimulai dengan konsep awal berupa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom METODE PENELITIAN Oleh Satria Novari, M.Kom I. Pendahuluan tentang Penelitian 1. Pengertian metodologi Penelitian 2. Sejarah Penelitian 3. Pendekatan ilmiah dan non ilmiah 4. Fungsi-fungsi Penelitian 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen yang harus dimiliki oleh suatu negara. Karena dengan adanya pendidikan suatu negara tersebut akan mengalami suatu kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Ilmu adalah sebagai aktivitas penelitian. Sudah kita ketahui bersama bahwa ilmu mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan kehidupan manusia

Lebih terperinci

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan PENGANTAR PENELITIAN Imam Gunawan Apakah penelitian itu?? Proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman pada suatu topik Usaha mendapatkan kebenaran dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac. ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) 821585 ; 081556431053 Email : nanikdn@uns.ac.id Blog =nanikdn.staff.uns.ac.id SISTEM PENILAIAN QUIS : 30% TUGAS : 20 % UJIAN (UAS):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc.

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. METODE PENELITIAN Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini bertujuan

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN A. Upaya-upaya Manusia Untuk Memperoleh Kebenaran Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si Pengantar Sosiologi Yesi Marince.S.IP., M.Si PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Dahulu semua ilmu pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Sosiologi

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN

DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN Tujuan Khusus Pembelajaran Setelah interaksi pembelajaran, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Mengenal metoda ilmiah penelitian 2. Mengetahui mencari ide penelitian 3.

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan bidang garapan yang menyangkut kepentingan segenap kalangan masyarakat yang lebih diprioritaskan untuk masa depan bangsa. Oleh

Lebih terperinci

Maind map rangkuamn ke 2

Maind map rangkuamn ke 2 Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke depan. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke depan. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan jangka waktu yang panjang akan dapat memprediksi

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin

Lebih terperinci

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1 SOSIOLOGI POLITIK oleh : Yesi Marince, M.Si 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1 PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Auguste Comte, ahli filsafat bangsa Perancis adalah bapak sosiologi dunia. Sosiologi

Lebih terperinci

Metodologi penelitian

Metodologi penelitian Metodologi penelitian Metode Ilmiah Pengertian Metode Ilmiah Definisi-definisi penelitian yang diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Secara umum

Lebih terperinci

Drs. Rudi Susilana, M.Si. -

Drs. Rudi Susilana, M.Si. - Keterkaitan antara Masalah, Teori dan Hipotesis Kegiatan penelitian dimulai dari adanya masalah, dan penelitian itu sendiri merupakan salah satu upaya menemukan jawaban atau pemecahan masalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

6/10/ MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK

6/10/ MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK 1. MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK 1 MANUSIA SBG MAHLUK BERAKAL PENGALAMAN PENCARIAN KEBENARAN RESEARCH / RISET =

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si. Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif (empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap

Lebih terperinci

TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA

TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Telah kita ketahuo bahwa Beberapa

Lebih terperinci

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

Lebih terperinci

METODE RISET (Research Method)

METODE RISET (Research Method) METODE RISET (Research Method) PENELITIAN Suatu penyelidikan yang sistematis dan terorganisir untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan tertentu dan masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Tujuan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah. A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB II METODE ILMIAH

BAB II METODE ILMIAH SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB II METODE ILMIAH Dra. Ely Rudyatmi, M.Si Dra. Endah Peniati, M.Si Dr. Ning Setiati,M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Kualitatif Setiap penelitian yang dilakukan baik itu menggunakan metode kualitatif ataupun kuantitatif, selalu akan berangkat dari sebuah masalah. Masalah

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi : VI Pertemuan Ke : 1 Pokok Bahasan Dosen : Konsep-konsep Dasar Penelitian

Lebih terperinci

janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q.

janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q. janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q.S 17 : 36) Sains (ilmu) Science (L) = to know Dikembangkan berdasarkan

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research)

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research) Pertemuan 1 Dasar Dasar Penelitian (Research) Pengertian Penelitian (risearch) Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu research, re berarti kembali dan to search berarti menemukan. Jadi

Lebih terperinci

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS PHILOSOPHY OF SCIENCE MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY 2011 Philosoply, Science and Philosophy of Science Filsafat Filosofia (Yunani)= Falsafi (Arab) : Filo (cinta) dan Sofia

Lebih terperinci

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 METODE ILMIAH Isti Yunita, M. Sc Isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai

Lebih terperinci

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd HAKEKAT SAINS SCIENCE (SAINS) ILMU PENGETAHUAN ALAM ILMU ALAMIAH INTEGRASI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN. ARSITA EKA PRASETYAWATI, dr.

METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN. ARSITA EKA PRASETYAWATI, dr. METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN ARSITA EKA PRASETYAWATI, dr. 1 PENDAHULUAN Pengertian PENELITIAN secara sederhana oleh Meyer (1969) adalah : suatu usaha yang sistematis untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan. Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan ilmiah

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di antaranya berdasarkan pada dua hal utama, yaitu 1) Opini masyarakat

Lebih terperinci

DIKTAT PENDIDIKAN SAINS. Asri Widowati, M.Pd

DIKTAT PENDIDIKAN SAINS. Asri Widowati, M.Pd DIKTAT PENDIDIKAN SAINS Asri Widowati, M.Pd Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta 2008 A. Tujuan BAB I HAKIKAT SAINS 1. Mahasiswa mengetahui pengertian sains menurut berbagai

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR ILMIAH

PROSES BERPIKIR ILMIAH PROSES BERPIKIR ILMIAH Penalaran (Reasoning)) - Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cirinya : Logis dan analitis Proses berpikir Ilmiah adalah : gabungan cara berpikir deduktif

Lebih terperinci

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TINJAUAN MENYELURUH TEORI AKUNTANSI DIANA RAHMAWATI TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TEORI Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering dinamakan dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJADJARAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN A. PENDAHULUAN Bagian ini membahas mengenai terminologi-terminologi penelitian dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, kebenaran mutlak yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN JENIS MANUSIA BERDASARPENGETAHUAN ADA ORANG TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TAHU DI TIDAKTAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TIDAKTAHUNYA PENGETAHUAN DIMULAI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan persiapan yang sesuai dengan prosedur penelitian. Persiapan-persiapan ini akan membantu kelancaran

Lebih terperinci

METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA : SRI SETIAWATY NPM : DEFINISI METODE ILMIAH

METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA : SRI SETIAWATY NPM : DEFINISI METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 METODE ILMIAH DEFINISI METODE ILMIAH Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

Metode ilmiah dan Teori ilmiah Metode ilmiah dan Teori ilmiah Oleh : Benny Ridwan Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut

Lebih terperinci

PENDAHLUAN. Penalaran Tinggi Keterampilan Rendah. Keterampilan dan Kreativitas Tinggi. Penalaran Rendah Keterampilan Tinggi

PENDAHLUAN. Penalaran Tinggi Keterampilan Rendah. Keterampilan dan Kreativitas Tinggi. Penalaran Rendah Keterampilan Tinggi Kemampuan Bernalar Bimbel PENDAHLUAN Latar Belajang Kurikulum 2013 merupakan penguatan pelaksanaan kurikulum berbasisk kompetensi (KBK) yang dirintis sejak tahun 2002. Penyempurnaan terus dilakukan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Generik Sains Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains meliputi Kimia, Biologi, Fisika, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran semua cabang sains, terutama fisika, pada umumnya adalah mencoba menemukan keteraturan di dalam observasi kita terhadap dunia di sekeliling kita. Banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).

Lebih terperinci