ISSN : MODEL PENENTUAN MUTU SEKOLAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING. Adi Suwondo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : MODEL PENENTUAN MUTU SEKOLAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING. Adi Suwondo"

Transkripsi

1 ISSN : MODEL PENENTUAN MUTU SEKOLAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Adi Suwondo Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Sains Al-Quran Jawa Tengah di Wonosobo Jl. Raya Kalibeber Km.03, Wonosobo Telepon (0286) adi_teknik80@yahoo.com Abstract Mutu sebuah pendidikan merupakan nilai mutlak yang harus ada dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menjadi bagian dalam ikut mencerdaskan bangsa, pembangunan bangsa dan kemajuan bangsa. Tetapi tentu mutu suatu pendidikan tidak dapat diproklamirkan sendiri tanpa ada standar-standar yang harus dicapai, instrument penilaian yang disepakati yang mengacu pada nilainilai normatif untuk penyelenggaraan pendidikan. Pola yang terbentuk dari beberapa instrument penilaian tidak dapat disimpulkan dengan logika tegas, karena tidak semua nilai akhir menjadi simpulan tanpa ada pertimbangan-pertimbangan lain yang sebenarnya bobot nilai unsur lain lebih tinggi. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan metode fuzzy multi criteria untuk memberikan keluasan simpulan pada rentang nilai yang tidak dapat dilakukan oleh logika tegas. Kata kunci: Mutu, Pendidikan, Fuzzy Multi Criteria Decision Making Pendahuluan Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Sekolah memiliki andil yang sangat berperan dalam seluruh proses penciptaan sumber daya manusia. Oleh karena itu perlunya upaya yang sistemik dan terencana untuk menciptakan sebuah pendidikan yang bermutu, yaitu mampu melahirkan lulusan - lulusan berkualitas. Upaya peningkatan mutu sekolah terus menerus dilakukan. Salah satu upaya untuk itu adalah mengembangkan Penjaminan Mutu di sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana mutu pendidikan yang sedang berjalan pada sekolah, maka perlu adanya sebuah nilai yang dapat mewakili pencapaian keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan di dalamnya. Nilai tersebut dapat diperoleh melalui sebuah penilaian berupa penilaian pada Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada sekolah. Namun bukan hal mudah dalam menentukan mutu pendidikan dengan cara - cara yang manual. Hal ini dikarenakan banyaknya data yang digunakan sebagai variabel kriteria dalam menentukan tingkat mutu pendidikan. Untuk itu dirancang sebuah sistem pendukung keputusan (SPK) terkomputerisasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat mutu pendidikan berdasarkan data survei di lapangan guna mengukur keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan hal - hal di atas, dalam Penelitian ini penulis akan menggunakan metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) sebagai model yang diterapkan guna memperoleh nilai dalam perancangan sistem pendukung keputusan untuk menentukan mutu pendidikan pada sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sulitnya menentukan penilaian mutu secara manual dikarenakan banyaknya data yang digunakan sebagai variabel kriteria.

2 Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan mutu suatu sekolah yang dikemas dalam sebuah perangkat lunak untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan mutu Sekolah menggunakan metode fuzzy multi criteria decision making. PEMBAHASAN A. Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah sebuah metode yang mengacu pada proses screening, prioritizing, ranking, atau memilih himpunan alternatif (dalam hal ini berupa candidate atau action ). MCDM sangat tepat diimplementasikan pada kasus untuk alternatif yang memiliki sejumlah kriteria dengan bobot nominal. Namun kesadaran akan tidak semua alternatif memiliki kriteria yang berbobot nominal untuk kasus-kasus tertentu, maka diusulkan penggunaan konsep fuzzy dalam MCDM yang kemudian dikenal dengan Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM). Fuzzy Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah salah satu metode yang bisa membantu pengambil keputusan dalam pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif keputusan yang harus diambil dengan beberapa kriteria yang akan menjadi bahan pertimbangan. Biasanya penilaian yang diberikan oleh pengambil keputusan terhadap bobot kepentingan dari setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif terhadap setiap kriteria direpresentasikan secara linguistik. Literatur mengindikasikan bahwa terdapat sejumlah langkah yang harus ditempuh untuk mengaplikasikan fuzzy MCDM. Secara umum, pada fuzzy MCDM terdapat 3 langkah penting yang harus dikerjakan, yaitu : representasi masalah, evaluasi himpunan fuzzy pada setiap alternatif keputusan dan melakukan seleksi terhadap alternatif yang optimal.. Representasi Masalah Pada bagian ini, terdapat 3 tahapan yang harus dilakukan dalam representasi masalah, yaitu : a. Identifikasi tujuan dan kumpulan alternatif keputusan. Jika ada n alternatif keputusan dari suatu masalah, maka dapat ditulis sebagai : A = {Ai i=, 2,..., n}. b. Identifikasi kumpulan kriteria. Jika ada k kriteria, maka dapat dituliskan : C = { Ct t=,,...,k}. c. Membangun struktur hirarki dari masalah tersebut berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu 2 2. Evaluasi Himpunan Fuzzy Gambar Struktur hirarki masalah Pada bagian ini, ada 4 aktivitas yang harus dilakukan, yaitu : a. Memilih himpunan rating untuk derajat kepentingan dari setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. Himpunan rating biasanya

3 direpresentasikan dalam bentuk variabel linguistik (x). Misalkan untuk himpunan rating pada variabel penting didefinisikan sebagai : T(penting) = {SANGAT RENDAH, RENDAH, CUKUP, TINGGI, SANGAT TINGGI}. b. Menentukan bobot-bobot setiap rating dari himpunan rating derajat kepentingan setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. Bobot untuk setiap rating ditentukan dengan menggunakan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy. Dalam penelitian ini, adapun fungsi keanggotaan bilangan fuzzy yang digunakan adalah fungsi bilangan fuzzy segitiga. 3 Gambar 2 Fungsi keanggotaan untuk bobot setiap rating dengan himpunan bilangan fuzzy segitiga. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: Sangat Rendah = SR = (0, 0, 0.25) Rendah = R = (0, 0.25, 0.5) Sedang = S = (0.25, 0.5, 0.75) Tinggi = T = (0.5, 0.75, ) Sangat Tinggi = ST = (0.75,, ) c. Mengevaluasi derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. d. Mengagregasikan bobot-bobot setiap rating dari himpunan rating derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya terhadap derajat kepentingan setiap kriteria. Operator yang digunakan pada metode agregasi umumnya berupa penjumlahan dan perkalian fuzzy. Kebanyakan metode agregrasi yang digunakan adalah metode agregasi mean. i =, 2, 3,..., n t =, 2, 3,..., n keterangan : Fi : indeks kecocokan fuzzy dari alternatif Ai yang mempresentasikan derajat kecocokan alternatif keputusan dengan kriteria keputusan yang diperoleh dari hasil agregasi Sit dan Wt. Sit : bobot rating fuzzy untuk derajat kecocokan alternatif keputusan Ai dengan kriteria Ct. Wt : bobot rating fuzzy untuk derajat kepentingan kriteria Ct. k : banyaknya kriteria. Jika direpresentasikan ke dalam bilangan fuzzy segitiga, Sit = (oit, pit, qit) dan Wt = (at, bt, ct), maka Fi = (Xi, Yi, Zi) menjadi :

4 4 3. Seleksi Alternatif Optimal Pada bagian ini, ada 2 aktivitas yang dilakukan, yaitu : a. Memprioritaskan alternatif keputusan berdasarkan hasil agregasi. Nilai prioritas dari hasil agregasi dibutuhkan dalam rangka proses penentuan tingkat performance dari alternatif (sekolah). Karena hasil agregasi dalam hal ini direpresentasikan dengan menggunakan bilangan fuzzy segitiga, maka dibutuhkan metode untuk memperoleh nilai prioritas dari bilangan fuzzy segitiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nilai total integral. keterangan : I : nilai integral. F i : bilangan fuzzy segitiga hasil agregasi, F i = (X i, Y i, Z i ). α : indeks keoptimisan () b. Memilih alternatif keputusan dengan nilai prioritas terbaik sebagai alternatif keputusan yang optimal. Namun dalam hal penentuan tingkat performance sekolah nilai prioritas yang dihasilkan akan dibandingkan terhadap nilai prioritas maksimal. Langkah-langkah pemecahan masalah penentuan mutu sekolah dengan menggunakan metode fuzzy MCDM dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:. Menentukan kriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. 2. Menentukan alternatif keputusan berupa kandidat yaitu sekolah. 3. Menyusun struktur hirarki permasalahan dari alternatif keputusan (sekolah) terhadap kriteria yang digunakan. 4. Menentukan variabel linguistik yang digunakan serta bobot tiap rating derajat kepentingan tiap kriteria dan derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap kriteria. 5. Menentukan derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya kemudian mengagregasikannya dengan metode agregasi mean terhadap bobot raing maksimal sehingga diperoleh nilai prioritas maksimal dengan metode nilai total integral yang kemudian diasumsikan sebagai nilai standar yang digunakan untuk menentukan tingkat mutu sekolah. 6. Mengevaluasi bobot nilai yang diperolah dari alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan data - data tertentu dari alternatif keputusan (sekolah) tersebut. 7. Menentukan derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria yang digunakan beserta bobotnya berdasarkan hasil evaluasi pada langkah no Mengagregasikan bobot rating derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria pada langkah no.7 dengan rating derajat kepentingan kriteria pada langkah no.5 menggunakan metode agregasi mean.

5 9. Menentukan nilai prioritas kandidat atau alternatif (sekolah) berdasarkan hasil agregasi yang diperoleh pada langkah no.8. Menentukan tingkat mutu sekolah berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh pada langkah no.9, kemudian dibandingkan terhadap interval nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan pada langkah no.5. 5 B. Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar - standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan. Terdapat delapan SNP berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 2005 yaitu:. Standar Isi 2. Standar Proses 3. Standar Kompetensi Lulusan 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan berdasarkan Permen Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.berdasarkan peraturan di atas, tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahu945 yang dicapai melalui penerapan SPMP.

6 Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan diperoleh dari hasil penelitian di Sekolah berupa data kriteria seperti yang sudah dituliskan di atas dan subkriteria untuk menentukan tingkat mutu Sekolah. Adapun data sub kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 6 Tabel data subkriteria. No Kriteria Subkriteria. Standar Isi A. Dokumen Kurikulum Sekolah.. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (panduan pengembangan KTSP). 2. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (KTSP) yang meliputi semua mapel. 3. Keberadaan dokumen pendukung pengembangan KTSP (referensi, bahan ajar, buku - buku, jurnal, dan lain-lain untuk tiap mapel). B. Dokumen Perangkat Kurikulum Sekolah.. Dokumen silabus untuk semua mata pelajaran. 2. Dokumen panduan umum sistem penilaian dari semua mata pelajaran. 3. Dokumen panduan umum pembelajaran dari semua mata pelajaran. 4. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari semua mata pelajaran. C. Dokumen Pendukung Perangkat Kurikulum Sekolah. Dokumen kalender akademik sekolah. 2. Dokumen pembagian tugas mengajar guru di sekolah dengan bukti SK Kepala Sekolah. 3. Kurikulum (mapel) muatan lokal di sekolah. 2. Standar Proses A. Kesiapan Guru. Rata-rata kepemilikan dokumen guru berupa silabus sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 2. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa RPP sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. B. Metodologi Pengajaran. Rata - rata variasi guru dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas (seperti ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi). 2. Kesesuaian penggunaan metode pembelajaran terhadap karakteristik dari mata pelajaran (sesuai tuntutan kompetensi). 3. Frekuensi penerapan lebih dari tiga metode pembelajaran. C. Penggunaan Media Pembelajaran. Kelengkapan media pembelajaran (seperti OHP, laptop, LCD, tape, wall chart, clip chart) yang ada di sekolah. 2. Penggunaan media elektronik oleh guru dalam mengajar (seperti LCD, OHP, tape recorder, laptop).

7 7 3. Standar Kompetensi Lulusan 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan A. Prestasi Akademik dan Kelulusan yang telah dicapai. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang tidak di UN-kan pada tahun terakhir. 2. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang di UNkan pada tahun terakhir. 3. Rata - rata hasil UN yang dicapai pada tahun terakhir. 4. Rata - rata hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dicapai pada tahun terakhir. 5. Prestasi Kejuaraan olimpiade atau lomba (ranking -5) dari suatu bidang ilmu atau mata pelajaran pada tahun terakhir pada tingkat. 6. (Ranking -0) hasil rata - rata nilai UN yang dicapai pada tahun terakhir dari semua sekolah negeri pada tingkat. 7. Jumlah siswa yang lulus pada tahun terakhir. 8. Banyaknya lulusan yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. B. Prestasi Non Akademik (pada tahun terakhir).. Prestasi olahraga pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 2. Prestasi bidang lingkungan dan kesehatan sekolah pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 3. Prestasi bidang kesenian pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 4. Prestasi bidang keagamaan pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 5. Prestasi bidang lainnya pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. C. Kesiswaan atau Kepribadian siswa.. Kesan umum kedisiplinan siswa (seperti cara berpakaian, kehadiran, ketertiban). 2. Kepedulian dan keterlibatan secara aktif siswa terhadap lingkungan sekolah. 3. Pembinaan kesenian (keterampilan siswa). 4. Pembinaan karya tulis (mengarang siswa). 5. Pembinaan sosial dan keagamaan bagi siswa. 6. Pembinaan olahraga dan kesehatan bagi siswa. 7. Pembinaan kepramukaan bagi siswa. 8. Pembinaan bidang lain bagi siswa. A. Guru.. Tingkat kelayakan (kualifikasi) pendidikan guru dari perguruan tinggi yang terakreditasi. 2. Kesesuaian bidang keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan. 3. Jumlah guru yang menetapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) seperti komputer atau laptop, LCD atau internet dalam proses belajar mengajar. 4. Jumlah guru yang mampu mengoperasikan komputer. 5. Rata - rata jumlah jam mengajar guru per minggu. 6. Kedisiplinan dari semua guru yang ada di sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas). 7. jumlah guru yang mengikuti penataran KTSP. 8. Kepemilikan kelengkapan administrasi atau perangkat

8 8 5. Standar Sarana dan Prasarana pembelajran yang dimiliki guru (seperti buku presensi siswa, buku nilai siswa). 9. Rata - rata kepemilikan buku referensi atau bacaan (pegangan yang dimiliki guru). B. Kepala Sekolah.. Masa kerja sebagai kepala sekolah (dihitung dari SK pertama sebagai kepala sekolah). 2. Kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer. 3. Pelatihan KTSP. 4. Kepemilikan sertifikasi pelatihan calon kepala sekolah. 5. Jenjang pendidikan terakhir kepala sekolah. 6. Pengalaman pelatihan lainnya. C. Tenaga Pendukung.. Jumlah karyawan atau tenaga pendukung yang mampu mengoperasionalkan komputer. 2. Presentase kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer atau TIK karyawan (tenaga pendukung). 3. Rata - rata kualifikasi pendidikan karyawan atau tenaga pendukung. 4. Tingkat kedisiplinan karyawan atau tenaga pendukung (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) pada tiga bulan terakhir. A. Ruang Kelas.. Rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar. 2. Jumlah mebelair (seperti meja, kursi, almari, papan tulis) dalam ruang kelas terhadap kebutuhan atau jumlah siswa dan guru telah terpenuhi. 3. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara ruang kelas pada umumnya. 4. Kelengkapan keamanan ruang kelas pada umumnya. 5. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam ruang kelas. B. Laboratorium.. Keberadaan ruang laboratorium IPA. 2. Ketercukupan bangunan ruang laboratorium IPA (Fisika, Biologi, Kimia) terhadap jumlah rombongan belajar. 3. Kelengkapan bahan - bahan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 4. Kelengkapan peralatan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 5. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam laboratorium IPA. 6. Keberadaan ruangan laboratorium Komputer. 7. Jumlah komputer terhadap jumlah siswa per rombongan belajar. 8. Keberadaan jaringan internet. 9. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 0. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. C. Perpustakaan.. Rasio buku bacaan terhadap jumlah siswa. 2. Keberadaan rak buku. 3. Jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan setiap hari.

9 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Jumlah judul buku yang tersedia. 7. Keberadaan majalah, jurnal atau koran dalam perpustakaan. D. Ruang Pimpinan Sekolah (Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah) dan Guru.. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku, almari piala) ruang kepala sekolah. 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. E. Ruang Guru.. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. F. Ruang Tata Usaha.. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari, brankas, mesin tik manual). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. G. Ruang OSIS.. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (meja, kursi, almari). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : tape atau komputer 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. H. Ruang lain. Keberadaan ruang kantin. 2. Keberadaan tempat ibadah. 3. Keberadaan tempat parkir kendaraan siswa, karyawan, dan guru. 4. Keberadaan ruang keterampilan. 5. Keberadaan ruang kesenian sekolah. 6. Keberadaan lapangan upacara. 7. Keberadaan lapangan olahraga. 9

10 0 6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian 8. Keberadaan Pos Jaga sekolah. I. Lingkungan Sekolah. Kesan umum lingkungan sekolah (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan = 6K). 2. Tamanisasi lingkungan sekolah. A. Perencanaan Sekolah.. Kelengkapan dokumen Renop (Rencana Operasional) dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). 2. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan kebijakan dan program sekolah. 3. Keterlibatan warga sekolah dalam pelaksaan program sekolah. B. Kepemimpinan Kepala Sekolah.. Tingkat kedisiplinan kepala sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) dalam tiga bulan terakhir. 2. Frekuensi melakukan pertemuan atau rapat antara pimpinan dengan dewan guru dan karyawan. 3. Pemberian penghargaan atau sanksi oleh kepala sekolah. A. Sumber Dana. Total anggaran belanja sekolah pada tahun terakhir. 2. Jumlah sumber pendanaan sekolah. B. Alokasi dan Penggunaan Dana.. Alokasi anggaran untuk pengembangan KTSP. 2. Alokasi anggaran untuk pencapaian standar ketuntasan belajar minimal dan nilai UN. 3. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar manajemen. 4. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. 5. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar penilaian. 6. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan. 7. Alokasi anggaran untuk pencapaian prestasi non akademik. 8. Tingkat kepatutan atau kelayakan dalam penggunaan dana terhadap ketentuan yang ada. C. Akuntabilitas Penggunaan Dana.. Pertanggungjawaban administrasi (pelaporan - pelaporan) sekolah dalam penggunaan dana. 2. Kelengkapan bukti fisik administrasi penggunaan dana. A. Kesiapan Guru dalam Penilaian.. Keberadaan kelengkapan dokumen perangkat atau instrumen penilaian atau evaluasi belajar siswa (seperti perangkat soal - soal, perangkat penugasan, bank soal). 2. Keberadaan kelengkapan dokumen atau buku atau perangkat lunak analisis nilai untuk evaluasi belajar siswa. 3. Keberadaan kelengkapan perencanaan pelaksanaan (schedule, bentuk atau jenis) penilaian belajar siswa. B. Pelaksanaan Penilaian.. Rata - rata variasi metode atau strategi penilaian yang diterapkan oleh guru (seperti tanya jawab, ulangan harian, quiz, tugas,

11 proyek, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester). 2. Rata - rata frekuensi penilaian atau evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru. 3. Keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan penilaian atau evaluasi. C. Pemanfaatan Hasil Penilaian.. Rata - rata perekomendasian hasil belajar atau nilai siswa oleh guru. 2. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program remedial. 3. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program pembinaan bakat atau prestasi. 4. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk kepentingan lain. Data - data tersebut di atas berupa data pertanyaan sebagai data yang ditujukan kepada sekolah sehingga hasil dari data tersebut dapat dijadikan sebagai data yang dinilai dalam menentukan mutu dari sekolah tersebut. Adapun setiap butir pertanyaan memiliki alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban memiliki bobot nilai yang diambil dari sistem nilai fuzzy yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu [0,]. untuk bobot nilai tertinggi dan 0 untuk bobot nilai terendah. Dengan demikian jumlah dari bobot nilai yang di peroleh dari setiap subkriteria tersebut di atas akan menentukan rating derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan. Sedangkan untuk menentukan tingkat mutu yang didapat atau diperoleh sekolah, ditentukan berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh sekolah, yang kemudian dibandingkan terhadap nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan. Tabel 2 interval nilai. Tingkat Performance atau Rating Derajat Kecocokan. Interval Nilai (%) Terhadap Nilai Prioritas Max/ Jumlah Bobot Max. Sangat Baik (SB) nilai prioritas ( jumlah bobot > 90%) Baik (B) 75% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 90%) Cukup (C) 60% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 75%) Kurang (K) 40% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 60%) Sangat Kurang (SK) nilai prioritas ( jumlah bobot < 40%) Analisis Masukan Data masukan yang dibutuhkan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penentuan mutu sekolah tersebut adalah sebagai berikut:. Masukan berupa data rating derajat kepentingan untuk tiap kriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. 2. Masukan berupa data penjaminan mutu sesuai ketersediaan input data pada sistem untuk data subkriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. Analisis Keluaran Sistem Keluaran dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan mutu sekolah tersebut adalah informasi mutu sekolah dan laporan hasil perhitungan dengan metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) serta tingkat mutu yang diperoleh berdasarkan nilai prioritas hasil perhitungan dengan metode fuzzy MCDM yang dibandingkan terhadap nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang terdapat pada sistem. Analisis Pemecahan Masalah Dengan FMCDM Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

12 . Representasi Masalah a. Tujuan keputusan ini adalah menentukan mutu sekolah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. b. Ada 8 kriteria yang digunakan dalam penentuan tingkat mutu sekolah yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian. 2. Evaluasi Himpunan Fuzzy a. Variabel - variabel linguistik yang merepresentasikan bobot rating derajat kepentingan setiap kriteria adalah T(kepentingan) W={SR, R, S, T, ST}, dengan SR = SangatRendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi, yang masing - masing direpresentasikan dengan bilangan fuzzy segitiga sebagai berikut: 2 Gambar 3 Fungsi keanggotaan dalam himpunan fuzzy segitiga untuk derajat kepentingan setiap kriteria. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: SR = (0, 0, 0.25) R = (0, 0.25, 0.5) S = (0.25, 0.5, 0.75) T = (0.5, 0.75, ) ST = (0.75,, ) b. Derajat kecocokan alternatif dengan kriterianya adalah T(kecocokan) S = {SK, K, C, B, SB}, dengan SK = Sangat Kurang, K = Kurang, C = Cukup, B = Baik, dan SB = Sangat Baik, yang masing - masing direpresentasikan dengan bilangan fuzzy segitiga sebagai berikut: Gambar 4 Fungsi keanggotaan dalam himpunan fuzzy segitiga untuk derajat kecocokan terhadap kriteria. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: SK = (0, 0, 0.25) K = (0, 0.25, 0.5) C = (0.25, 0.5, 0.75) B = (0.5, 0.75, ) SB = (0.75,, )

13 c. Menentukan derajat kepentingan tiap kriteria yang digunakan beserta d. bobotnya. Adapun derajat kepentingan kriteria yang diperoleh dari standar penjaminan mutu, yang kemudian disertakan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria yang digunakan sesuai langkah 2a dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Rating derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya. No Kriteria Derajat Kepentingan Bobot Raing. Standar Isi. ST (,, ) 2. Standar Proses. ST (,, ) 3. Standar Kompetensi Lulusan. ST (,, ) 3 Tabel 4 Rating derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya. No Kriteria Derajat Kepentingan Bobot Rating 4. Standar Kompetensi Pendidik (,, ) ST dan Tenaga Kependidikan. 5. Standar Sarana dan Prasarana. ST (,, ) 6. Standar Pengelolaan. ST (,, ) 7. Standar Pembiayaan. T (,, ) 8. Standar Penilaian. ST (,, ) Untuk menentukan nilai standar dalam penentuan tingkat mutu, maka nilai prioritas maksimal yang diperoleh dari perhitungan metode fuzzy MCDM dengan mengagregasikan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria di atas terhadap bobot rating derajat kepentingan maksimal yaitu ST = (0.75,, ). Sehingga untuk bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria direpresentasikan sebagai Sit = (oit, pit, qit) dan bobot rating derajat kepentingan maksimal sebagai Wt = (at, bt, ct), maka hasil agregasi sebagai Fi = (Xi, Yi, Zi) menjadi: Tabel 5 Agregasi bobot derajat kepentingan tiap kriteria terhadap bobot derajat kepentingan maksimal tiap kriteria No Bobot Derajat Kepentingan Sit = (oit, pit, qit) Bobot Derajat Kepentingan Maksimal (ST) Wt = (at, bt, ct) Hasil Agregasi. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 2. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 3. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 4. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 5. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 6. (,, ) (,, ) ( 625,, ) 7. (,, ) (,, ) ( 0,375,, )

14 4 8. (,, ) (,, ) ( 625,, ) Hasil Agregasi Fi = (Xi, Yi, Zi) ( 390, 0,9687, ) Dari hasil agregasi di atas, maka nilai prioritas maksimal sebagai nilai standar dalam penentuan tingkat mutu dapat diperoleh melalui metode nilai total integral dengan indeks keoptimisan (α=) untuk memprioritaskan hasil agregasi di atas, maka diperoleh: [( * + 0,9687) + ( ) * 390 ] = 0,9843 Kemudian nilai prioritas maksimal tersebut direpresentasikan sebagai 00%, sehingga pembagian interval nilai standar untuk tiap tingkat mutu adalah sebagai berikut: Tabel 6 Interval nilai standar untuk tingkat mutu. No Tingkat mutu Persentase Interval terhadap Nilai prioritas Maksimal Interval Terhadap Nilai prioritas Maksimal. Sangat Baik (SB) nilai > 90% nilai > 0, Baik (B) 75% < nilai < 90% 0,6643 < nilai < 0, Cukup (C) 60% < nilai < 75% 0,3985 < nilai < 0, Kurang (K) 40% < nilai < 60% 94 < nilai < 0, Sangat Kurang (SK) nilai < 40% nilai < 94 e. Mengevaluasi bobot nilai yang diperolah sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan data data tertentu dari sekolah tersebut. Adapun hasil bobot nilai yang diperoleh dari data sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 7 Data subkriteria yang digunakan serta hasil bobot nilai untuk sekolah No Kriteria Subkriteria Bobot. Standar Isi 4. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (panduan pengembangan KTSP). 5. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (KTSP) yang meliputi semua mapel. 6. Keberadaan dokumen pendukung pengembangan KTSP (referensi, bahan ajar, buku - buku, jurnal, dan lain - lain untuk tiap mapel). 7. Dokumen silabus untuk semua mata pelajaran. 8. Dokumen panduan umum sistem penilaian dari semua mata pelajaran. 9. Dokumen panduan umum pembelajaran dari semua mata pelajaran. 0. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari semua mata pelajaran.. Dokumen kalender akademik sekolah. 2. Dokumen pembagian tugas mengajar guru di sekolah dengan bukti SK Kepala Sekolah. 3. Kurikulum (mapel) muatan lokal di sekolah.

15 Jumlah Bobot 8,5 2. Standar Proes 3. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa silabus sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 4. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa RPP sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 5. Rata - rata variasi guru dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas (seperti ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi). 6. Kesesuaian penggunaan metode pembelajaran terhadap karakteristik dari mata pelajaran (sesuai tuntutan kompetensi). 7. Frekuensi penerapan lebih dari tiga metode pembelajaran. 8. Kelengkapan media pembelajaran (seperti OHP, laptop, LCD, tape, wall chart, clip chart) yang ada di sekolah. 9. Penggunaan media elektronik oleh guru dalam mengajar (seperti LCD, OHP, tape recorder, laptop). Jumlah Bobot 6,25 3. Standar Kompetensi Lulusan 9. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang tidak di UN-kan pada tahun terakhir. 0. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang di UN-kan pada tahun terakhir.. Rata - rata hasil UN yang dicapai pada tahun terakhir. 2. Rata - rata hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dicapai pada tahun terakhir. 3. Prestasi Kejuaraan olimpiade atau lomba (ranking -5) dari suatu bidang ilmu atau mata pelajaran pada tahun terakhir pada tingkat. 4. (Ranking -0) hasil rata - rata nilai UN yang dicapai pada tahun terakhir dari semua sekolah negeri pada tingkat. 5. Jumlah siswa yang lulus pada tahun terakhir. 6. Banyaknya lulusan yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 7. Prestasi olahraga pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 8. Prestasi bidang lingkungan dan kesehatan sekolah pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 9. Prestasi bidang kesenian pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 20. Prestasi bidang keagamaan pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 2. Prestasi bidang lainnya pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking -5) pada tingkat. 22. Kesan umum kedisiplinan siswa (seperti cara berpakaian, kehadiran, ketertiban). 23. Kepedulian dan keterlibatan secara aktif siswa terhadap lingkungan sekolah. 24. Pembinaan kesenian (keterampilan siswa). 25. Pembinaan karya tulis (mengarang siswa). 26. Pembinaan sosial dan keagamaan bagi siswa. 27. Pembinaan olahraga dan kesehatan bagi siswa. 28. Pembinaan kepramukaan bagi siswa. 5

16 29. Pembinaan bidang lain bagi siswa. Jumlah Bobot 6,25 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan 0. Tingkat kelayakan (kualifikasi) pendidikan guru dari perguruan tinggi yang terakreditasi.. Kesesuaian bidang keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan. 2. Jumlah guru yang menetapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) seperti komputer atau laptop, LCD atau internet dalam proses belajar mengajar. 3. Jumlah guru yang mampu mengoperasikan komputer. 4. Rata - rata jumlah jam mengajar guru per minggu. 5. Kedisiplinan dari semua guru yang ada di sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas). 6. jumlah guru yang mengikuti penataran KTSP. 7. Kepemilikan kelengkapan administrasi atau perangkat pembelajran yang dimiliki guru (seperti buku presensi siswa, buku nilai siswa). 8. Rata - rata kepemilikan buku referensi atau bacaan (pegangan yang dimiliki guru). 9. Masa kerja sebagai kepala sekolah (dihitung dari SK pertama sebagai kepala sekolah). 20. Kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer. 2. Pelatihan KTSP. 22. Kepemilikan sertifikasi pelatihan calon kepala sekolah. 23. Jenjang pendidikan terakhir kepala sekolah. 24. Pengalaman pelatihan lainnya. 25. Jumlah karyawan atau tenaga pendukung yang mampu mengoperasionalkan komputer. 26. Presentase kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer atau TIK karyawan (tenaga pendukung). 27. Rata - rata kualifikasi pendidikan karyawan atau tenaga pendukung. 28. Tingkat kedisiplinan karyawan atau tenaga pendukung (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) pada tiga bulan terakhir. 6 Jumlah Bobot 5,25 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar. 7. Jumlah mebelair (seperti meja, kursi, almari, papan tulis) dalam ruang kelas terhadap kebutuhan atau jumlah siswa dan guru telah terpenuhi pada ruang kelas. 8. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara ruang kelas pada umumnya. 9. Kelengkapan keamanan ruang kelas pada umumnya. 0. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam ruang kelas.. Keberadaan ruang laboratorium IPA. 2. Ketercukupan bangunan ruang laboratorium IPA (Fisika, Biologi, Kimia) terhadap jumlah rombongan belajar. 3. Kelengkapan bahan - bahan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 4. Kelengkapan peralatan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 0,25

17 7 5. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam laboratorium IPA. 6. Keberadaan ruangan laboratorium Komputer. 7. Jumlah komputer terhadap jumlah siswa per rombongan belajar. 8. Keberadaan jaringan internet. 9. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 20. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang laboratorium). 2. Rasio buku bacaan terhadap jumlah siswa (ruang perpustakaan). 22. Keberadaan rak buku (ruang perpustakaan). 23. Jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan setiap hari. 24. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang perpustakaan). 25. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang perpustakaan). 26. Jumlah judul buku yang tersedia. 27. Keberadaan majalah, jurnal atau koran dalam perpustakaan. 28. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku, almari piala) ruang kepala sekolah. 29. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer (ruang kepala sekolah). 30. Keberadaan jaringan internet (ruang kepala sekolah). 3. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang kepala sekolah). 32. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang kepala sekolah). 33. Keberadaan kamar kecil (ruang kepala sekolah). 34. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku) pada ruang guru. 35. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer pada ruang guru. 36. Keberadaan jaringan internet pada ruang guru. 37. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang guru). 38. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (rang guru). 39. Keberadaan kamar kecil (ruang guru). 40. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari, brankas, mesin tik manual) pada ruang tata usaha. 4. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, tape atau komputer pada ruang tata usaha. 42. Keberadaan jaringan internet (ruang tata usaha). 43. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang tata usaha). 44. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang tata usaha). 45. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (meja, kursi, almari) pada ruang osis. 46. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : tape atau 0,25

18 komputer pada ruang osis. 47. Keberadaan jaringan internet (ruang osis). 48. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang osis). 49. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang osis). 50. Keberadaan kamar kecil (ruang osis). 5. Keberadaan ruang kantin. 52. Keberadaan tempat ibadah. 53. Keberadaan tempat parkir kendaraan siswa, karyawan, dan guru. 54. Keberadaan ruang keterampilan. 55. Keberadaan ruang kesenian sekolah. 56. Keberadaan lapangan upacara. 57. Keberadaan lapangan olahraga. 58. Keberadaan Pos Jaga sekolah. 59. Kesan umum lingkungan sekolah (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan = 6K). 8 0, Tamanisasi lingkungan sekolah. Jumlah Bobot 42,5 6. Standar Pengelolaan 4. Kelengkapan dokumen Renop (Rencana Operasional) dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). 5. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan kebijakan dan program sekolah. 6. Keterlibatan warga sekolah dalam pelaksaan program sekolah. 7. Tingkat kedisiplinan kepala sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) dalam tiga bulan terakhir. 8. Frekuensi melakukan pertemuan atau rapat antara pimpinan dengan dewan guru dan karyawan. 9. Pemberian penghargaan atau sanksi oleh kepala sekolah. Jumlah Bobot 5 0Standar Pembiayaan 3. Total anggaran belanja sekolah pada tahun terakhir. 4. Jumlah sumber pendanaan sekolah. 5. Alokasi anggaran untuk pengembangan KTSP. 6. Alokasi anggaran untuk pencapaian standar ketuntasan belajar minimal dan nilai UN. 7. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar manajemen. 8. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. 9. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar penilaian. 0. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan.. Alokasi anggaran untuk pencapaian prestasi non akademik. 2. Tingkat kepatutan atau kelayakan dalam penggunaan dana terhadap ketentuan yang ada. 3. Pertanggungjawaban administrasi (pelaporan - pelaporan) sekolah dalam penggunaan dana. 4. Kelengkapan bukti fisik administrasi penggunaan dana. Jumlah Bobot 7,5 Standar 4. Keberadaan kelengkapan dokumen perangkat atau instrumen 0,25 0,25

19 Penilaian penilaian atau evaluasi belajar siswa (seperti perangkat soal - soal, perangkat penugasan, bank soal). 5. Keberadaan kelengkapan dokumen atau buku atau perangkat lunak analisis nilai untuk evaluasi belajar siswa. 6. Keberadaan kelengkapan perencanaan pelaksanaan (schedule, bentuk atau jenis) penilaian belajar siswa. 7. Rata - rata variasi metode atau strategi penilaian yang diterapkan oleh guru (seperti tanya jawab, ulangan harian, quiz, tugas, proyek, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester). 8. Rata - rata frekuensi penilaian atau evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru. 9. Keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan penilaian atau evaluasi. 0. Rata - rata perekomendasian hasil belajar atau nilai siswa oleh guru.. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program remedial. 2. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program pembinaan bakat atau prestasi. 3. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk kepentingan lain. Jumlah Bobot 8,75 Dari evaluasi data subkriteria yang digunakan di atas, maka untuk menentukan derajat kecocokan SEKOLAH terhadap tiap kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan bobot nilai yang diperoleh SEKOLAH untuk tiap kriteria. Namun untuk menentukan rating derajat kecocokannya, maka dapat menggunakan nilai interval untuk tiap rating derajat kecocokan berdasarkan jumlah bobot nilai maksimal yang ada dari tiap kriteria. Maka pembagian interval nilai tersebut dapat terlihat pada tabel berikut: Kriteria Tabel 8 Interval nilai untuk menentukan derajat kecocokan terhadap kriteria. Jumlah bobot maks (00%) Pembagian interval untuk tiap rating derajat kecocokan SB >90% B >75% dan <90% C >60% dan <75% K >40% dan <60% SK <40%. 0 > 9 > 7,5 dan < 9 > 6 dan < 7,5 > 4 dan < 6 < > 6,3 > 5,25 dan < 6,3 > 4,2 dan < 6,3 > 2,8 dan < 4,2 < 2, > 8,9 >5,75 dan >2,6 dan > 8,4 dan < <8,9 <5,75 2,6 < 8, > 7, >4,25 dan >,4 dan >7,6 dan <7, <4,25 <,4 < 7, > 49,5 >4,25 dan >33 dan > 22 dan < <49,5 <4,25 33 < > 5,4 >4,5 dan <5,4 >3,6 dan <4,5 > 2,4 dan < 3,6 < 2, > 0,8 >9 dan <0,8 >7,2 dan <9 >4,8 dan <7,2 < 4, > 9 >7,5 dan <9 >6 dan <7,5 >4 dan <6 < 4 9

20 No No f. Dari hasil evaluasi pada langkah no. 2d, derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan jumlah bobot nilai untuk tiap kriteria yang diperoleh serta penggunaan interval nilai untuk tiap rating derajat kecocokan kandidat terhadap kriteria pada langkah no. 2d, maka hasil derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria. Kriteria Jumlah bobot yang diperoleh Derajat Kecocokan Bobot Rating. Standar Isi 8,5 B (,, ) 2. Standar Proses. 6,25 B (,, ) 3. Standar Kompetensi Lulusan 6,25 B (,, ) 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 5,25 B (,, ) 5. Standar Sarana dan Prasarana. 42,5 B (,, ) 6. Standar Pengelolaan. 5 B (,, ) 7. Standar Pembiayaan. 7,5 C ( 0,25,, ) 8. Standar Penilaian. 8,75 B (,, ) g. Mengagregasikan bobot rating derajat kecocokan kandidat terhadap tiap kriteria yang diperoleh dengan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pada langkah no. 2c tabel 4. dan langkah no. 2e tabel 4.6, maka hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7. Tabel 0 Agregasi bobot derajat kecocokan terhadap tiap kriteria dengan bobot derajat kepentingan tiap kriteria. Kriteria Bobot Derajat Kepentingan Sit = (oit, pit, qit) Bobot Derajat Kecocokan Wt = (at, bt, ct) Hasil Agregasi. Standar Isi (,, ) (,, ) (0,375,, ) 2. Standar Proses (,, ) (,, ) (0,375,, ) 3. Standar Kompetensi Lulusan. 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (,, ) (,, ) (0,375,, ) (,, ) (,, ) (0,375,, ) 5. Standar Sarana dan Prasarana. (,, ) (,, ) (0,375,, ) 6. Standar Pengelolaan. (,, ) (,, ) (0,375,, ) 7. Standar Pembiayaan. (,, ) (0,25,, ) (0,25, 0,375, ) 8. Standar Penilaian. (,, ) (,, ) (0,375,, ) Hasil Agregasi Fi = (Xi, Yi, Zi) ( 0,3437, 0,703, 0,9687 ) 3. Seleksi alternatif optimal a. Menentukan nilai prioritas alternatif atau kandidat berdasarkan hasil agregasi yang diperoleh pada langkah no. 2f. Maka nilai prioritas yang diperoleh adalah: 20

21 2 [( * 0, ,703) + ( ) * 0,3437 ] = 0,8359 Menentukan tingkat mutu berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan interval nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan pada langkah no. 2c. Nilai prioritas yang diperoleh adalah Maka sesuai ketentuan interval nilai standar untuk tingkat mutu yang diperoleh pada langkah no. 2c tabel 4.3, maka disimpulkan tingkat mutu dari sekolah adalah Baik (B). KESIMPULAN Logika tegas tidak bisa menyimpulkan kebijakan dari hasil nilai yang didapatkan dari uji coba data pada model di atas, sehingga yang didapatkan nilai berdasarkan range yang telah ditentukan, tetapi dengan logika samar (fuzzy) ini. Nilai hasil dari perhitungan tersebut dapat di samarkan kesimpulannya apakah menjadi baik atau baik sekali atau bahkan bisa dianggap kurang. Hal ini dapat dilihat pada grafik bahu yang direpresentasikan dari proses fuzzy. REFERENSI Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kusrini Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: ANDI. Kusumadewi, S Artificial Intelligence: Teknik dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri, dkk Fuzzy Multi Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri; Purnomo, Hari Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Jilid. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri; Purnomo, Hari Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Jilid 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Turban, Efraim dan Jay Aronson Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Jilid. Yogyakarta: Andi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) 2.1.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Systems (DSS) pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

INSTRUMEN KINERJA SEKOLAH

INSTRUMEN KINERJA SEKOLAH INSTRUMEN KINERJA SEKOLAH MONITORING DAN EVALUASI SSN NAMA SEKOLAH:... SSN ANGKATAN TAHUN:... ALAMAT SEKOLAH:... NAMA PETUGAS:... INSTANSI:... NO.TELP :... DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Fuzzy Logic Fuzzy logic pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasi pikiran manusia

Lebih terperinci

P14 FMADM Dengan Pengembangan. A. Sidiq P.

P14 FMADM Dengan Pengembangan. A. Sidiq P. P14 FMADM Dengan Pengembangan A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FUZZY MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH PROGRAM STUDI

PENGGUNAAN METODE FUZZY MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH PROGRAM STUDI PENGGUNAAN METODE FUZZY MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH PROGRAM STUDI Hetty Rohayani. Ah, ST, M.Eng Teknik Informatika, STIKOM Dinamika Bangsa Jln. Jendral Sudirman, The

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pendukung Keputusan Dalam Memilih Program Studi Menggunakan Metode Logika Fuzzy

Analisis Sistem Pendukung Keputusan Dalam Memilih Program Studi Menggunakan Metode Logika Fuzzy Analisis Sistem Pendukung Keputusan Dalam Memilih Program Studi Menggunakan Metode Logika Fuzzy Hetty Rohayani Teknik Informatika, STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Email : hetty_mna@yahoo.com Abstract STIKOM

Lebih terperinci

JURNAL EMPLOYEE ASSESSMENT DECISION SUPPORT SYSTEM USING FUZZY BEST MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) CASE STUDY CUSTOM CAPS KEDIRI

JURNAL EMPLOYEE ASSESSMENT DECISION SUPPORT SYSTEM USING FUZZY BEST MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) CASE STUDY CUSTOM CAPS KEDIRI JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTY CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) STUDI KASUS TOPI CUSTOM KEDIRI EMPLOYEE ASSESSMENT DECISION SUPPORT SYSTEM USING

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) UNTUK MENENTUKAN JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI MEBEL

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) UNTUK MENENTUKAN JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI MEBEL INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 23 IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) UNTUK MENENTUKAN JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI MEBEL SUMARDI (Dosen Amik JTC Semarang) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Defenisi Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Defenisi Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) 2.1.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Systems (DSS) pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian dan Percobaan Pendahuluan

Bab 3 Metodologi Penelitian dan Percobaan Pendahuluan Bab 3 Metodologi Penelitian dan Percobaan Pendahuluan 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian untuk membuat model prediksi dilakukan dalam 3 (tiga) tahap kegiatan yang ditunjukkan Gambar 3.1. Gambar

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS Rika Rosnelly 1, Retantyo Wardoyo 2 STMIK Potensi Utama 1 Jl. KL. Yos Sudarso Km. 6,5 No. 3A Tj. Mulia Medan 1 rika@potensi-utama.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

SISTEM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (Studi Kasus : PT. PANCA ARNYS)

SISTEM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (Studi Kasus : PT. PANCA ARNYS) SISTEM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (Studi Kasus : PT. PANCA ARNYS) Muslim Alamsyah Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Yudharta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

Implementasi FMCDM Sebagai Alternatif Penentuan Dalam Pemilihan Lokasi Perumahan

Implementasi FMCDM Sebagai Alternatif Penentuan Dalam Pemilihan Lokasi Perumahan Implementasi FMCDM Sebagai Alternatif Penentuan Dalam Pemilihan Lokasi Perumahan Yeffiansjah Salim Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika (STMIK) Indonesia Banjarmasin Jl. Pangeran Hidayatullah Banua

Lebih terperinci

Jurnal Informasi Volume VII No.1 / Februari / 2015

Jurnal Informasi Volume VII No.1 / Februari / 2015 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA KOPERTIS DI FAKULTAS TEKNIK UNSUR CIANJUR MENGGUNAKAN FUZZY MADM DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) Ai Musrifah Ela Sopiyillah ABSTRAK Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BEASISWA DENGAN FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (STUDI KASUS : SMA NEGERI 2 DENPASAR)

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BEASISWA DENGAN FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (STUDI KASUS : SMA NEGERI 2 DENPASAR) PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BEASISWA DENGAN FUZZY MULTICRITERIA DECISION MAKING (STUDI KASUS : SMA NEGERI 2 DENPASAR) Ni Komang Sri Julyantari Sistem Komputer, STMIK STIKOM BALI Jl

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN NASABAH YANG BERPOTENSI MEMBUKA SIMPANAN DEPOSITO DENGAN FUZZY MCDM

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN NASABAH YANG BERPOTENSI MEMBUKA SIMPANAN DEPOSITO DENGAN FUZZY MCDM 1 PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN NASABAH YANG BERPOTENSI MEMBUKA SIMPANAN DEPOSITO DENGAN FUZZY MCDM Meirisa Sarastri Fakultas Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING (FMADM) DENGAN METODE SAW

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING (FMADM) DENGAN METODE SAW Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY

ANALISIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY KNTI 0 NLISIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSN DLM MEMILIH PROGRM STUDI MENGGUNKN METODE LOGIK FUZZY HETTY ROHYNI. H, STIKOM Dinamika Bangsa bstrak STIKOM Dinamika Bangsa Jambi merupakan Perguruan Tinggi yang

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Moh Husni Nurmansyah, Yuniarsi Rahayu 2 Program Studi Teknik Informatika S, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian

Lebih terperinci

Perbandingan Metode AHP-SAW Dengan FMCDM-SAW Pada Pemberian Pinjaman Modal Usaha Pertanian

Perbandingan Metode AHP-SAW Dengan FMCDM-SAW Pada Pemberian Pinjaman Modal Usaha Pertanian 625 Perbandingan Metode AHP-SAW Dengan FMCDM-SAW Pada Pemberian Pinjaman Modal Usaha Pertanian Biasty Handayani, Ruliah S. STMIK Banjarbaru Jl. A. Yani Km. 33,3 Banjarbaru efekbiass@gmail.com, twochandra@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan perencanaan layar

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan perencanaan layar BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi tentang metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan perencanaan layar aplikasi. A. Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH I. Akreditasi 1. Dokumen piagam akreditasi 2. MoU/program kerja sama dengan pihak lain/sekolah/lembaga pendidikan internasional II. III. Kurikulum 1. Dokumen

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA AKSELERASI PADA SMA NEGERI 1 SEMARANG MENGGUNAKAN FUZZY MADM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA AKSELERASI PADA SMA NEGERI 1 SEMARANG MENGGUNAKAN FUZZY MADM 1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA AKSELERASI PADA SMA NEGERI 1 SEMARANG MENGGUNAKAN FUZZY MADM Wibianto Wicaksono Jurusan Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH Barat ini Rencana Kerja Sekolah SMP Negeri 1 Kota Singkawang Propinsi Kalimantan disusun dengan mempertimbangan keadaan sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan

Lebih terperinci

FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII)

FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII) FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII) Arkham Zahri Rakhman 1, Helmanatun Nisa Wulandari 2, Geralvin Maheswara

Lebih terperinci

P13 Fuzzy MCDM. A. Sidiq P.

P13 Fuzzy MCDM. A. Sidiq P. P13 Fuzzy MCDM A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) PMDK adalah salah satu program penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem pendukung keputusan (SPK) Konsep sistem pendukung keputusan atau decision support system (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

STANDAR PELAYANAN MINIMUM 6. SPM UNJA NO / SUB 1 PENDIDIKAN 1. KOMPETENSI LULUSAN 1. Sistem penerimaan 2. Proses penerimaan 3. Registrasi 1. Rasio pendaftar dan yang diterima % 8.3 8.3 7.7 7.7 7.1 2. Rasio diterima dan pendaftar

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT PADA PD BPR BKK BOJA DENGAN METODE SAW. Riris Niken Pratiwi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT PADA PD BPR BKK BOJA DENGAN METODE SAW. Riris Niken Pratiwi SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT PADA PD BPR BKK BOJA DENGAN METODE SAW Riris Niken Pratiwi Jurusan Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro Semarang E-mail :nikenriris@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA DINAS PEDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA JL.Ratu Kalinyamatan No 1 Demaan, Jepara TAHUN

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Fuzzy Multi-Attribute Decision Making pada Penjadwalan Ujian Skripsi

Penerapan Algoritma Fuzzy Multi-Attribute Decision Making pada Penjadwalan Ujian Skripsi Penerapan Algoritma Fuzzy Multi-Attribute Decision Making pada Penjadwalan Ujian Skripsi (Studi Kasus : Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga) Yessica Nataliani 1, Martin

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Usaha Percetakan Menggunakan Metode FMCDM

Penentuan Lokasi Usaha Percetakan Menggunakan Metode FMCDM ISSN: 0216-3284 1337 Penentuan Lokasi Usaha Percetakan Menggunakan Metode FMCDM Haryadi Fauzan, Hugo Aprilianto Program Studi Teknik Informatika, STMIK Banjarbaru Jl. A. Yani Km. 33,3 Banjarbaru, Telp.(0511)

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia) Page 83 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia) Burhanuddin, Dini 2 Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia) Page 83 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia) Burhanuddin, Dini 2 Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WAIGHTING (FSAW) DALAM PENENTUAN PERANKINGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KABUPATEN PRINGSEWU

PENERAPAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WAIGHTING (FSAW) DALAM PENENTUAN PERANKINGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KABUPATEN PRINGSEWU PENERAPAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WAIGHTING (FSAW) DALAM PENENTUAN PERANKINGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KABUPATEN PRINGSEWU Elisabet Yunaeti Anggraeni 1), Oktafianto 2) 1), 2) Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi** PENERAPAN TOPSIS FUZZY MADM DALAM MEMBANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi** STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 2 PEMALANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 2 PEMALANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 2 PEMALANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DIDIK PAMBUDI A11.2009.04833 Program Studi Teknik Informatika-S1,Fakultas Ilmu Komputer,Universitas

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh beberapa orang yang berfungsi secara relatif untuk mencapai tujuan bersama secara terus-menerus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. d. Ruang UKS b. Ruang Tata Usaha. e. Ruang BK c. Ruang Kepala Sekolah. f. Tempat ibadah

BAB I PENDAHULUAN. d. Ruang UKS b. Ruang Tata Usaha. e. Ruang BK c. Ruang Kepala Sekolah. f. Tempat ibadah BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembelajaran SMA Negeri 1 Mertoyudan terletak di Jl. Pramuka no 49 Panca Arga I, Magelang, Jawa Tengah.SMA Negeri 1 Mertoyudan merupakan salah satu tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD ZERO JURNAL SAINS MATEMATIKA DAN TERAPAN Volume 1 No. 1 2017 Page : 11-21 P-ISSN: 2580-569X E-ISSN: 2580-5754 DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD Ismail

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA)

IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA) IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA) Alfa Saleh Teknik Informatika, Fak. Ilmu Komputer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PPL untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP Negeri 1 Prambanan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) (STUDI KASUS : PROPINSI JAWA TENGAH)

PEMODELAN KEMISKINAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) (STUDI KASUS : PROPINSI JAWA TENGAH) PEMODELAN KEMISKINAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) (STUDI KASUS : PROPINSI JAWA TENGAH) Alz Danny Wowor Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS Fitrah Rumaisa, S.T., Tanti Nurafianti Universitas Widyatama, Jl. Cikutra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian terkait metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) pernah dilakukan oleh SMA N 7 Pontianak sebagai system pendukung keputusan untuk

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

MODEL MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DALAM PENENTUAN PENERIMA PINJAMAN

MODEL MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DALAM PENENTUAN PENERIMA PINJAMAN 100 JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI MODEL MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DALAM PENENTUAN PENERIMA PINJAMAN Mely Mailasari 100 Abstract Employees Cooperative PT. Indomobil

Lebih terperinci

MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS.

MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS. MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS. Henry Wibowo S Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE CITERIA DECISION ANALYSIS (F-MCDA) TIMOER DWI HAPSORO

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE CITERIA DECISION ANALYSIS (F-MCDA) TIMOER DWI HAPSORO SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE CITERIA DECISION ANALYSIS (F-MCDA) TIMOER DWI HAPSORO Program Studi Teknik Informatika S1, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui

Lebih terperinci

Kata Kunci: Guru, Decision support systems, MADM, SAW. 1. Pendahuluan

Kata Kunci: Guru, Decision support systems, MADM, SAW. 1. Pendahuluan RANCANG BANGUN DECISION SUPPORT SYSTEM PEMILIHAN GURU TERBAIK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) (STUDI KASUS : SMA BHAKTI PERTIWI KOTA TANGERANG) Taufik Hidayat, S.Kom., M.Kom 1, Fajar

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) Dimas Wahyu Wibowo 1, Eka Larasati Amalia 2 1,2 Teknik Informatika, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT ZERO JURNAL MATEMATIKA DAN TERAPAN Volume 1 No. 1 2017 P-ISSN: 2580-569X E-ISSN : 2580-5754 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

Jurnal SISFO Vol. 7, No.1, Februari 2013 STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi 1

Jurnal SISFO Vol. 7, No.1, Februari 2013 STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi 1 ANALISIS SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PELAMAR CALON DOSEN MENJADI DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MADM (STUDI KASUS : STIKOM DINAMIKA BANGSA) Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen Tetap STIKOM Dinamika

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Peraturan Akademik DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA : Jl. Raya Solo Jogya Km 13, Pucangan, Kartasura, ( 0271 ) 780593

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW

PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW RATIH ERNAWATI Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wismarini no.09

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Multi-Attribute Decision Making

Multi-Attribute Decision Making Multi-Attribute Decision Making Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah pengambilan keputusan dengan metode-metode pada model MADM. Mahasiswa dapat membedakan karakteristik permasalahan

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAJUAN STUDI MAHASISWA DENGAN PENDEKATAN BASIS DATA FUZZY

EVALUASI KEMAJUAN STUDI MAHASISWA DENGAN PENDEKATAN BASIS DATA FUZZY EVALUASI KEMAJUAN STUDI MAHASISWA DENGAN PENDEKATAN BASIS DATA FUZZY Hari Murti 1, Eko Nur Wahyudi 2 1,2 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank e-mail: 1 hmurti076@gmail.com,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 25 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU TELADAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI

PERANCANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU TELADAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI PERANCANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU TELADAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK. Versi 1.0. PJM. Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1

STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK. Versi 1.0. PJM. Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1 STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK Versi 1.0. PJM Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1 Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 2 PENGANTAR Setiap penyelenggaraan pendidikan harus mengacu pada standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

STATUS SEKOLAH: NEGERI TERAKREDITASI: A NILAI : 94

STATUS SEKOLAH: NEGERI TERAKREDITASI: A NILAI : 94 STATUS SEKOLAH: NEGERI TERAKREDITASI: A NILAI : 94 unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq dan iptek Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci