Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat objektif (mengenai fisik).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat objektif (mengenai fisik)."

Transkripsi

1 A. Definisi Simptomatologi Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala. Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari gejala-gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih penting adalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dari gangguan tersebut (etiologi). a) Sindrom Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakit atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c). Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya khas dan menunjukkan suatu penyakit tertentu. b) Sign Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat objektif (mengenai fisik). c) Simptom Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan. d) Gejala primer primer & sekunder Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala primer adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala sekunder gejala yang muncul kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia (sulit tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini berarti insomnia adalah gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder. e) Gejala dasar dan gejala tambahan Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari suatu gangguan tertentu. Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis

2 sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada pada setiap gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi, dan sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya. f) Gejala organogenik dan gejala psikogenik Perbedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik adalah gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi organik. Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis yang terutama berakar pada alam kesadarannya. Misalnya, seseorang yang pusing karena banyak pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing karena keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan bersifat kejiwaan. g) Gejala prodomal dan residual Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal sakit atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sesudah fase sakit. B. Beberapa macam-macam simtomatologi psikiatri antara lain : 1. Kesadaran Persepsi yangg dimodifikasi oleh emosi dan pikiran diri seseorang, sensorium sering di identikkan dengan kesadaran sensorium kearah kognitif. a. Gangguan Kesadaran/ Conciousness Jenis-jenis gangguan kesadaran: 1) Disorientasi, yaitu kesadaran pemahaman diri dalam lingkungan atau gangguan orientasi waktu, tempat, orang dan situasional. 2) Pengaburan kesadaran, yaitu kejernihan ingatan yang tidak lengkap disertai gangguan persepsi dan sikap.

3 3) Stupor, yaitu hilangnya reaksi ketidaksadaran terhadap lingkungan sekelilingnya seperti orang yang tertidur lelap dimana ingatan, orientasi dan pertimbangannya sudah hilang. Bila dirangsang hanya sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur lagi. 4) Delirium, yaitu kebingungan, kegelisahan reaksi disorientasi yang disertai rasa`takut dan halusinasi. 5) Twilight state, yaitu keadaan remang, gangguan kesadaran dengan halusinasi. 6) Dream like state, yaitu keadaan mimpi, gangguan kesadaran pada epilepsi psikomotor. 7) Somnolen yaitu kesadaran rendah sebelum koma seperti orang tidur, tidak acuh terhadap sekelilingnya namun masih bereaksi terhadap rangsangan yang kuat. 8) Koma vigil, yaitu pasien tertidur tetapi dapat dibangunkan, mutisme akinetik. 9) Koma yaitu penurunan derajat kesadaran berat dan sudah tidak ada reaksi terhadap rangsangan yang kuat. b. Gangguan Atensi/Perhatian Jenis-jenis gangguan atensi/perhatian: 1) Atensi/Perhatian, yaitu usaha yangg dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk tetap memfokuskan perhatian pada`suatu aktifitas; kemampuan untuk berkonsentrasi. 2) Distrakbilitas, yaitu ketidakmampuan mengarahkan/memusatkan perhatian dirinya, perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti. Biasanya ditemukan pada pasien ADHD. 3) Inatensi Selektif, yaitu hambatan atensi/perhatian karena ada hal-hal yang menimbulkan kecemasan.

4 4) Hipervigilensi/Kewaspadaan berlebih, yaitu perhatian atau konsentrasi yang berlebih-lebihan, sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien paranoid dan cemas. 5) Trance/Keadaan tidak sadarkan diri, yaitu tidak sadarkan diri karena perhatian terpusat dan kesadaran berubah; biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, & pengalaman religius yang luar biasa. c. Gangguan Sugestibilitas. Kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh. 1) Folie a deux (folie`a trois), yaitu penyakit emosional yang berhubungan pada dua orang atau lebih, salah satu orang paranoid yang lain akan menjadi paranoid. 2) Hipnosis, yaitu modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan peningkatan sugestibilitas. 2. Emosi Suatu komplek keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. a. Afek Ekspresi emosi yang terlihat pemeriksa. 1) Afek yang sesuai (appropiate affect), yaitu irama emosi harmonis dengan gagasan pikiran atau pembicaraan yang menyertai; afek yangg luas dan penuh dimana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai. 2) Afek tidak sesuai (inappropiate affect), yaitu ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertainya. 3) Afek tumpul (blunted affect) yaitu manifestasi penururan afek yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar. Afek/emosinya datar, tumpul, atau dingin.

5 4) Afek terbatas (restricted affect), yaitu penurunan intensitas irama perasaan tidak separah afek tumpul. 5) Afek datar (flat affect), yaitu tidak ada ekspresi afek; suara yang monoton; wajah tidak ada mimik. 6) Afek labil (labile affect), yaitu perubahan irama afek cepat dan tiba-tiba yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal. b. Mood Emosi yang meresap dan dipertahankan, dialami secara subjektif, dilaporkan pasien dan terlihat orang lain. 1) Mood disforik, yaitu perasaan yang tidak menyenangkan, sedih, merasa bersalah dan marah. 2) Mood eutimik, yaitu mood rentang normal atau perasaan yang wajar. 3) Mood meluap-luap (expansive mood), yaitu ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan; sering kali dengan penilaian yang berlebih terhadap kepentingan atau makna seseorang. 4) Mood irritabel (irritrable mood), yaitu perasaan yang mudah dibuat marah atau diganggu dan mudah tersinggung. 5) Mood meninggi (elevated mood), yaitu mood yang lebih ceria dari biasanya dengan suasana keyakinan dan senang. 6) Euforia, yaitu mood yang elasinya kuat disertai rasa kebesaran. 7) Ectasy, yaitu mood yang gembira luar biasanya disertai rasa gairah yang tinggi. 8) Mood depresi, yaitu perasaan sedih yang psikopatologis ataupun tertekan. 9) Anhedonia, yaitu mood yang rendah disertai hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktifitas rutin dan menyenagkan, biasanya disertai depresi. 10) Aleksitemia, yaitu seseorang tak mampu atau sulit menggambarkan atau menyadari mood dan emosinya.

6 c. Emosi yang lain 1) Kecemasan, yaitu perasaan ketakutan disebabkan oleh dugaan bahaya yang mungkin berasal dari luar atau dalam dirinya. 2) Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), yaitu rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan gagasan. 3) Ketakutan, yaitu kecemasan oleh adanya bahaya yang dikenal secara sadar dan realistik. 4) Agitasi, yaitu kecemasan berat yang disertai ketegangan dan kegelisahan motorik. 5) Ketegangan (Tension), yaitu peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan. 6) Panik, yaitu puncak kecemasan; serangan kecemasan akut episodik dan kuat disertai perasaan takut`dan disertai pelepasan otonomik. 7) Apati, yaitu irama emosi yang tumpul disertai ketidak-acuhan terhadap lingkungannya. 8) Abreaksional, yaitu pelepasan/pelimpahan emosional setelah mengingat pengalaman yang menakuntukan. 9) Ambivalensi, yaitu terdapat dua impuls/gagasan datang secara bersama pada orang dan waktu yang sama. 10) Rasa malu, yaitu kegagalan membangun pengharapan diri. 11) Rasa bersalah, yaitu emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah. d. Gangguan psikologis berhubungan dengan mood. Suatu tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang dan sering berhubungan dengan depresi dan juga disebut tanda vegetatif. 1) Anoreksia, yaitu hilangnya atau menurunnya nafsu makan. 2) Hiperfagia, yaitu meningkatnya nafsu makan dan asupan makan.

7 3) Insomnia, yaitu hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur (early, midle dan late insomia). 4) Hiperinsomnia, yaitu tidur yang berlebihan. 5) Variasi diurnal, yaitu mood yang secara teratur berubah, terburuk saat bangun tidur dan membaik pada siang hari. 6) Penururan libido, yaitu menurunnya minat, dorongan dan daya seksual (saat depresi atau meningkat saat pada manik). 7) Konstipasi, yaitu ketidakmampuan atau kesulitan untuk defekasi. 3. Konasi/Perilaku Motorik. Aspek jiwa dimana impuls, motivasi, harapan, dorongan, insting dan idaman diekspresikan oleh perilaku dan atau aktivitas motorik seseorang. 1) Ekopraksi, yaitu peniruan gerakan yang patologis oleh seseorang dari orang lain. 2) Katatonia, yaitu kelainan motorik oleh karena faktor psikogenik. a) Katalepsi, yaitu suatu posisi tidak bergerak dan dipertahankan terusmenerus. b) Agitasi katatonik/furor katatonik, yaitu aktifitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan dan tidak disebabkan oleh stimuli eksternal. c) Rigiditas katatonik, yaitu penerimaan posisi atau postur tubuh yang kaku, disadari, menentang usaha untuk digerakkan. d) Stupor katatonik, yaitu penurunan aktivitas motorik nyata sampai immobilitas dan tidak menyadari di sekelilingnya. e) Posturing katatonik, yaitu postur yang tidak sesuai, kaku, disadari dan dipertahankan agak lama. f) fleksibilitas serea, yaitu posisi seseorang dapat diatur seperti lilin oleh pemeriksa dan dipertahankan agak lama. 3) Negativisme, yaitu menahan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan atau terhadap semua instruksi/perintah.

8 4) Katapleksi, yaitu hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh keadaan reaksi emosional. 5) Stereotipik, yaitu pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang. 6) Manirisme, yaitu gerakan tidak disadari yang sudah mendarah daging dan kebiasaan / gerakan menyeringai pd anak. 7) Otomatisme simbolik, yaitu tindakan-tindakan otomatis yang baiasanya mewakili suatu aktivitas simbolik dan tidak disadari. 8) Otomatisme sugestik, yaitu tindakan-tindakan otomatis tidak disadari mengikuti sugesti/kepatuhan otomatis mengikuti perintah. 9) Hipoaktivitas (hipokinesis), yaitu penurunan aktivitas motorik & kognitif seperti retardasi psikomotor, bicara lambat dan pergerakan yang dapat terlihat. 10) Mimikri, yaitu aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada`anak-anak yang tanpa disadari. 11) Agresi, yaitu tindakan yang kuat, diarahkan tujuan, bisa verbal atau fisik; bagian afek motorik dari kekasaran, kemarahan atau permusuhan. 12) Acting out ( memerankan ), yaitu ekspresi langsung suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak disadari dihidupkan secara impulsif dalam perilaku. 13) Abulia, yaitu penurunan impuls untuk bertindak/berfikir disertai ketidak acuhan tentang akibat tindakan. 14) Over aktifitas : a) Agitasi psiko motor, yaitu aktifitas motorik & kognitif berlebihan tidak produktif, sebagai respon ketegangan internal. b) Hiperaktivitas/hiperkinesis, yaitu kegelisahan, agresif, aktifitas destruktif seringkali dengan patologi otak dasar. c) Tik, yaitu gerakan motorik spasmodik yang tidak disadari. d) Somnambulisme/sleep walking, yaitu tidur berjalan, aktifitas motorik saat tidur. e) Ataksia, yaitu kegagalan koordinasi gerakan otot.

9 f) Akatisia, yaitu perasaan subjektif ketegangan motorik karena obat antipsikotik yang dapat menyebabkan kegelisahan, melangkah bolakbalik, duduk dan berdiri berulang-ulang; dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik. g) Kompulsi, yaitu impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan segera dan berulang: Dipsomania, yaitu kompulsif untuk minum alkohol. Kleptomania, kompulsif untuk mencuri. Nimfomania, kompulsif untuk melakukan koitus pada wanita. Satiriasis, yaitu kompulsif untuk koitus pd pria. Trikotilomania, yaitu kompulsif untuk mencabuti rambut. Ritual, yaitu aktifitas kompulsif otomatik dalam sifat untuk menurunkan kecemasan. Berjudi patologis. 4. Berfikir Aliran, gagasan simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan. a. Gangguan umum bentuk fikir. 1) Berfikir psikosis, yaitu ketidakmampuan membedakan kenyataan dengan fantasi, tes realitas terganggu dengan menciptakan realitas baru. Reality test pemeriksan dan pertimbangan objektif tentang dunia diluar diri. 2) Berfikir dereistik (autistik), yaitu preokupasi dgn dunia dalam dan pribadi. 3) Berfikir tidak logis, yaitu berfikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal, berikir ini bersifat patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural.

10 4) Berfikir magis, yaitu berfikir dimana fikiran, tindakan dan kata-kata mempunyai kekuatan misalnya dapat mencegah penyebabkan suatu peristiwa. 5) Proses berfikir primer yaitu istilah umum berfikir magis, dereistik, tidak logis. Normal pd mimpi dan abnormal pd psikosis. b. Gangguan spesifik proses/arus fikir. 1) Neologisme, yaitu kata baru diciptakan pasien, sering kombinasi beberapa kata, tidak mengandung makna baru, menunjukkan keanehan psikologik pasien. 2) Word salad/gado-gado kata, yaitu campuran kata dengan frase yang membingungkan. 3) Inkoherensi, yaitu pembicaraan tidak logis, tidak dapat dimengerti yang berjalan bersama kata yang diucapkan tidak logis, tanpa tata bahasa sehingga terjadi disorganisasi bicara. 4) Assosiasi longgar/pengenduran assosiasi, yaitu arus fikir dimana gagasan-gagasan bergeser dari subjek satu ke subjek lainnya yang tidak berhubungan, lebih ringan dari inkoherensi. 5) Flight of ideas, yaitu verbalisasi atau pengucapan kata-kata yang cepat dan terus menerus mengakibatkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lainnya. 6) Sirkumtansial, yaitu bicara tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan (mutar-mutar); ditandai dengan pemasukan perincian-perincian dan tanda kutip yang berlebihan. 7) Tangensial, yaitu ketidakmampuan untuk mempunyai assosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien bicara tidak ada titik awal yang sampai pada titik akhir. 8) Perseverasi, yaitu respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan sehingga tampak pasien mengulangi kalimat jawaban; kadang-kadang disertai gangguan kognitif.

11 9) Verbigerasi, yaitu pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti. 10) Ekolalia, yaitu menirukan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh orang lain, cenderung berulang-ulang dan menetap dan bisa`intonasinya terputus-putus. 11) Kondensasi, yaitu penggabungan beberapa kata menjadi satu kata. 12) Jawaban irrelevan, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, pasien mungkin mengabaikan atau tidak memperhatikan. 13) Glossolalia, yaitu ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dapat dipahami. 14) Assosiasi bunyi, yaitu assosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tapi berbeda artinya, kata-kata tidak mempunyai hubungan logis sering seperti sajak atau pantun. Assoasiasi pengertian, yaitu ada kata-kata yang diidentikkan persamaan fungsi, misalnya rajawali besi maksudnya adalah kapal terbang. Blocking, yaitu terputusnya aliran berfikir secara tiba-tiba sebelum pikiran/gagasan diselesaikan, setelah periode terhenti singkat pasien tidak tampak ingat apa yang telah dikatakan dan apa yang akan dikatakan. c. Gangguan spesifik isi fikiran. 1) Kemiskinan isi fikiran yaitu fikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada informasi pengertian, pengulangan kosong atau frase yang tidak jelas. 2) Grandiositas (gagasan berlebihan/gagasan mirip waham), yaitu keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan, dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan waham.

12 3) Preokupasi fikiran, yaitu pemusatan fikiran pada ide tertentu disertai irama afektif yang kuat seperti kecenderungan paranoid ingin membunuh atau bunuh diri. 4) Egomania, yaitu preokupasi pada diri sendiri yang patologis. 5) Monomania, yaitu preokupasi pada suatu objek tunggal. 6) Hipokondria, yaitu ketakutan/kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan diri pasien didasarkan bukan pd patologi organ yang nyata tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau suatu sensasi fisik yang sebagai abnormal. 7) Obsesi, yaitu ide yang terpaku dan patologis dari suatu fikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang dan dihilangkan dari kesadaran oleh logika serta disertai kecemasan. 8) Fikiran kompulsi, yaitu kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls dimana bila ditahan akan timbul kecemasan; perilaku berulang sebagi respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri terjadi dimasa depan. 9) Koprolali, yaitu pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul. 10) Waham, yaitu keyakinan palsu didasarkan pada keyakinan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan logika dan budaya serta tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. a) Waham yang kacau/bizzar delusion, yaitu keyakinan yang aneh, mustahil dan sangat tidak masuk akal, misalnya fikiran pasien disedot (thought withdrawl), fikirannya disisipi/ dimasuki (thought insertion), fikiran disiarkan/ disebarkan (thought broadcast) atau fikiran dipengaruhi/diatur (thought control ) mahluk lain. b) Waham tersistematisasi, yaitu keyakinan adanya peristiwa yang digabungkan oleh suatu tema/peristiwa tunggal, misalnya ada yang memata-matainya mau menculik/membunuh.

13 c) Waham nihilistik, yaitu perasaan palsu bahwa dirinya atau orang lain dan dunianya tidak ada atau berakhir. d) Waham somatik, yaitu merasa bahwa fungsi/struktur organ tubuhnya ada kelainan/perubahan yang patologis. contoh : keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair. e) Waham sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi yang tidak punya hubungan dengan mood misalnya pasien depresi atau merupakan mood netral. f) Waham paranoid, yaitu berisi fikiran-fikiran paranoid yaitu waham presekutorik (curiga akan dibunuh, akan disiksa, diganggu atau ditipu), waham kebesaran (gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan), waham referensi (setiap ada kejadian ataupun selalu dihubungkan dengan dirinya, contoh: percaya bahwa orang di TV atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya), waham cemburu/ ketidaksetiakawanan (setiap orang yang berhubungan dengannya tidak jujur), Waham menyalahkan diri sendiri (keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah), Waham pengendalian (perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar). 11) Erotomania, yaitu keyakinan bahwa seseorang sangat mencintai dirinya, lebih sering terjadi pada wanita (juga dikenal sebagai Kompleks Clerambault-Kandinsky. 12) Pseudologia phantastica, yaitu suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampak percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataannya disertai dengan Sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang

14 13) Fobia, yaitu rasa takut yang persisten, irrasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap sesuatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan menghindar stimulus atau situasi tersebut. Fobia simplek, yaitu rasa takut yang jelas pada objek atau situasi yang jelas, tunggal dan tidak berbahaya. Fobia sosial, yaitu rasa takut pada keramaian/banyak orang. Akrofobia, yaitu rasa takut ditempat yang tinggi. Agorafobia, yaitu rasa takut pada tempat yang terbuka, biasanya takut menyeberang jalan. Klaustrofobia, yaitu takut pada tempat tertutup, biasanya pada lift. Erithrofobia, yaitu takut pd warna merah, biasanya pd darah. Panfobia, yaitu rasa takut terhadap segala sesuatu. Xenofobia, yaitu rasa takut terhadap orang asing. Zoofobia, yaitu rasa takut terhadap binatang. Dll. 14) Noesis, yaitu suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien dipilih untuk memimpin dan memerintah 15) Unio mystica, yaitu suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural 5. Bicara. Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa, komunikasi dalam penggunaan kata dan bahasa. a. Gangguan bicara. 1) Tekanan Bicara, yaitu bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk memutus pembicaraan.

15 2) Logorrhhea, yaitu suka banyak bicara, kwantitas bicara berlebih, bertalian dan logis. 3) Miskin bicara (poverty of speech), yaitu pembatasan jumlah bicara yang digunakan, jawaban mungkin monosillabic. 4) Bicara yang tidak spontan, yaitu respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya atu dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri. 5) Miskin isi bicara, yaitu kwantitas kata adekuat, tetapi sedikit memberi informasi karena ketidak jelasan, kekosongan, atau frasa yang stereotipik. 6) Diprosodi, yaitu hilangnya irama bicara normal ( lawannya prosodi ). 7) Distartria, yaitu celat, cedal, kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau bahasa. 8) Gagap, yaitu pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering dan menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas. 9) Kekacauan bicara, yaitu bicara`yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan yang cepat dan menyentak. b. Gangguan afasia Gangguan dalam mengeluarkan bahasa. 1) Afasia motorik (afasia ekspresif, afasia kortikal, afasia tidak fasih, afasia Broka), yaitu gangguan bicara disebabkan oleh gangguan kognitif dimana pengertiannya tetap tetapi kemampuan untuk bicara terganggu, bicara banyak berhenti, bicara susah, bicara tidak fasih adan ekspresif. 2) Afasia sensorik (afasia reseptif, afasia subkorteks, afasia Wernicke, afasia fasih), yaitu kehilangan kemampuan organik untuk mencari kata, bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan tidak mengerti yang dibicarakan. 3) Afasia nominal (afasia anomia, afasia amnestik ), yaitu kesulitan untuk menemukan nama yang tepat suatu benda.

16 4) Afasia sintatikal, yaitu ketidakmampuan menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat. 5) Afasia global, yaitu gabungan afasia motorik dan afasia sensorik. 6. Persepsi Suatu proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; suatu proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran. a. Gangguan persepsi. 1) Halusinasi Persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi. a) Halusinasi hipnagogik yaitu halusinasi terjadi saat akan tertidur. b) Halusinasi hipnopompik yaitu halusinasi terjadi saat bangun tidur. c) Halusinasi visual yaitu halusinasi penglihatan dapat berupa orang, benda (fisik) atau citra yang tidak berbentuk (kilatan), sering terjadi pada kerusakan otak. d) Halusinasi olfaktorik (cium) yaitu halusinasi membau sesuatu, sering terjadi pada kerusakan otak. e) Halusinasi akustik (auditorik) yaitu halusinasi dengar, ditemukan lebih 99 % halusinasi. f) Halusinasi kecap (gustatoris), yaitu halusinasi tentang rasa kecap yang palsu; paling sering pada gangguan organik g) Halusinasi somatik, yaitu sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral (dikenal sebagai halusinasi kinestetik) h) Halusinasi raba (taktil, haptik) yaitu halusinasi ada sesuatu rabaan pada kulit, adanya gerakan dibawah kulit.

17 i) Halusinasi somatik (halusinasi kinestetik) yaitu halusinasi adanya kejadian disuatu alat/bagian tubuhnya. j) Halusinasi liliput (mikroskopik) yaitu halusinasi dimana benda yang dilihat tapak lebih kecil ukurannya. k) Halusinasi yg sejalan dg mood (mood-congruent hallucination) yaitu halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood. l) Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination) yaitu halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood. m) Halusinosis yaitu halusinasi oleh karena pengunaan alkohol yang kronik. n) Sinestesia yaitu halusinasi yang muncul diadahului halusinasi yang lain, misalnya halusinasi visual didahului halusinasi pembauan. o) Trailling phenomena yaitu halusinasi oleh karena pengguaan obat/zat. 2) Illusi. Mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata. b. Gangguan persepsi yang berhubungan dengan gangguan kognitif yaitu ketidakmampuan mengenali, menginterpretasikan kepentingan kesan sensorik. 1) Agnosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit): yaitu ketidakmampuan mengenali suatu defek neurologis yang terjadi pada dirinya. 2) Somatopagnosia (autopagnosia) yaitu tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri. 3) Agnosia visual yaitu tidak mengenali benda/orang yang sudah dikenalnya. 4) Astereognosia yaitu tidak mengenal benda melalui sentuhan/rabaan. 5) Prosopagnosia yaitu tidak mengenali wajah.

18 6) Apraksia yaitu ketidakmampuan mengerjakan tugas tertentu. 7) Stimultagnosia yaitu ketidakmampuan mengerti lebih satu elemen pandangan visual pada`suatu waktu atau mengintegrasikan bagian-bagian menjadi keseluruhan. 8) Adiadokokinesia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yg berubah dengan cepat c. Gangguan persepsi yang berhubungan fenomena konversi dan disosiasi. 1) Anestesia histerik yaitu hilangnya modalitas sensorik disebabkan konflik emosional. 2) Makropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih besar dari yang sebenarnya. 3) Mikropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih kecil dari yang sebenarnya. 4) Depersonalisasi yaitu perasaan subjektif dirinya berubah terhadap lingkungannya. 5) Derealisasi yaitu perasaan subjektif lingkungannya berubah terhadap dirinya. 6) Fugue yaitu mengambil identitas baru pada amnesia dari identitas lama, pasien dapat bertindak dg identitas baru tersebut. 7) Kepribadian ganda (multiple personality) yaitu satu orang yang tampak pd wkt yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian atau karakter yang sama sekali berbeda ( gangguan disosiasi ). 7. Daya Ingat Fungsi dimana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran. a. Gangguan daya ingat 1) Amnesia yaitu ketidakmampuan sebagian atau seluruhnya untuk mengingat pengalaman masa lalu, bisa organik atau psikogenik.

19 a) Amnesia anterograde, yaitu tidak mengingat sesuatu sebelum kejadian. b) Amnesia retrograde, yaitu tidak mengingat ssesuatu sesudah kejadian. 2) Paramnesia yaitu pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan. a) Fausse reconnaissance, yaitu pengenalan yang palsu b) Pemalsuan retrospektif, yaitu ingatan secara tidak diharapkan menjadi terdistorsi pada saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang 3) Konfabulasi, yaitu cerita ada sesuatu tidak mempunyai dasar kenyataan. 4) Déjà vu yaitu merasa sudah melihat sesuatu tetapi sebenarnya belum melihatnya. 5) Deja etendu yaitu merasa sudah mendengar sesuatu tetapi sebenarnya belum mendengarnya. 6) Jamais vu yaitu merasa belum melihat, sebenarnya sudah melihatnya. 7) Jamais etendu ( pense ) yaitu merasa belum mendengar, sebenarnya sudah mendengarnya. 8) Hiperamnesia yaitu peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan. 9) Screen memory yaitu ingatan yang dpt ditoleransi secara sadar menutupi ingatan yang menyakitkan. 10) Represi yaitu melupakan ingatan secara tidak sadar karena tidak dapat diterima. 11) Letologika yaitu ketidakmampuan sementara mengingat nama suatu orang/benda. b. Tingkat daya ingat. Daya ingat segera ( immediate ) yaitu mengingat hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit. 1) Segera (immediate) yaitu reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit 2) Daya ingat baru ( recent ) yaitu mengingat hal-hal yang dirasakan dalam waktu hitungan hari/minggu/bulan.

20 3) Agak lama (recent past) yaitu pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa bulan. 4) Jauh ( remote ) yaitu mengingat peristiwa jauh ( tahun ). 8. Intelegensia Kemampuan untuk mengerti mengingat menggerakkan dan menyatukan secara konstruktif pengalaman atau pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru. Intelegensia yaitu faktor bakat. Intelektual yaitu faktor pendidikan. a. Retardasi mental. Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terjadi gangguan pada kinerja sosial dan pendidikan. Borderline yaitu dibawah rata-rata. IQ kurang 90. 1) R.M ringan yaitu IQ ( debil ). 2) R.M sedang. IQ ( imbecil ). 3) R.M berat yaitu IQ kurang 30 ( idiot ). b. Demensia ( pikun ). Perburukan fungsi intelektual secara global tanpa pengaburan kesadaran, terjadi karena faktor kerusakan otak. 1) Diskalkulia ( akalkulia ) yaitu hilangnya kemampuan berhitung. 2) Disgrafia ( agrafia ) yaitu hilangnya kemampuan menulis atau menyususn struktur kata. 3) Aleksia yaitu hilangnya kemampuan membaca, penglihatan baik. c. Pseudo demensia. Ada gejala dan tanda seperti demensia yang tidak disebabkan oleh kerusakan otak dan sering disebabkan oleh depresi. d. Berfikir konkrit.

21 Berfikir harfiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu dimensi. e. Berfikir abstrak. Kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berfikir multi dimensi dgn kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dgn tepat. 9. Tilikan ( Insight ) Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatau situasi spt kumpulan gejala. a. Tilikan intelektual yaitu mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi b. Tilikan sesungguhnya yaitu mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi disertai dengan daya pendorong motivasi dan emosi untuk mengatasi situasi. c. Tilikan terganggu yaitu hilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi. 10. Pertimbangan ( Judgment ). Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut. a. Pertimbangan kritis yaitu kemampuan menilai, melihat, dan memilih berbagai pilihan didalam suatu situasi. b. Pertimbangan otomatis yaitu kinerja reflek didalam suatu tindakan. c. Pertimbangan terganggu yaitu hilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK. Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK. Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar KESADARAN KESADARAN KONDISI KESIGAPAN MENTAL INDUVIDU DALAM MENANGGAPI RANGSANG DARI LUAR MAUPUN

Lebih terperinci

Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM.

Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM. Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM tikap28@yahoo.com tikap28@ugm.ac.id KESEHATAN MENTAL Sadar kemampuan diri Mengatasi tekanan hidup Bekerja produktif Berkontribusi di masyarakat Pengertian Umum Kesadaran

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

TANDA & GEJALA KLINIS PSIKIATRIK Surjo & Vita

TANDA & GEJALA KLINIS PSIKIATRIK Surjo & Vita TANDA & GEJALA KLINIS PSIKIATRIK Surjo & Vita PENDAHULUAN Dalam praktik klinik seorang dokter akan berhadapan dengan pasien yang membutuhkan pertolongannya. Pasien adalah sosok manusia yang sedang sakit,

Lebih terperinci

Gejala Gangguan Psikologis Memahami Ciri Adanya Gangguan Mental Pada Manusia

Gejala Gangguan Psikologis Memahami Ciri Adanya Gangguan Mental Pada Manusia Gejala Gangguan Psikologis Memahami Ciri Adanya Gangguan Mental Pada Manusia Editor: Indra Majid (Psikoterapis) www.psikoterapis.com Gangguan Psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis. STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : JenisKelamin : Umur : Agama : Suku : Pendidikanterakhir : Status Pernikahan : Pekerjaan : Alamat : Tempat Wawancara : Tanggal Masuk : II. RIWAYAT PSIKIATRI No.

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik Judul: Gangguan Mental Organik prof. Jayalangkara Tanra (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn JT Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Belum Menikah Pekerjaan : Presiden Agama : Islam Alamat : Jln Jelambar Suku bangsa : Sunda Tanggal masuk panti: 21 April 2015

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015 Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama: Ny. SI Jenis kelamin: P Pekerjaan: Cleaning service Alamat: Kota Umur: 19 tahun Status pernikahan: Belum Menikah Agama: Islam Suku bangsa: Sunda Tanggal masuk panti:

Lebih terperinci

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) 2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir :

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah Konsep Kecemasa n Oleh : Hapsah Pengertian Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian 46 47 Email: ethic_fkukmrsi@ med.maranatha. edu KOMISI ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UK MARANATHA - R.S. IMMANUEL BANDUNG Judul: Formulir

Lebih terperinci

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA. Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J. Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (unsoed)

SKIZOFRENIA. Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J. Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (unsoed) SKIZOFRENIA Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menyebutkan kembali pengertian skizofrenia Menjelaskan kembali penyebab

Lebih terperinci

Darulkutni Nasution Department of Neurology

Darulkutni Nasution Department of Neurology HIGHER CORTICAL C FUNCTIONS (FUNGSI LUHUR) Darulkutni Nasution Department of Neurology University of Sumatera Utara, School of Medicine S I R Integrasi semua impuls afferen pada korteks serebri Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menjelaskan kembali pengertian gangguan mood Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

STATUS BAGIAN ILMU PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

STATUS BAGIAN ILMU PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG STATUS BAGIAN ILMU PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NAMA DOKTER MUDA : NO BP : PERIODE SIKLUS : NAMA DPJP : IDENTITAS PASIEN NAMA : STATUS PERKAWINAN : UMUR/TGL LAHIR : NEGERI ASAL

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com

Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com Krisis merupakan suatu titik balik yang memungkinkan individu untuk tumbuh dan berkembang, atau menyebabkan dirinya merasa tidak puas, gagal, dan kehidupannya

Lebih terperinci

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Egi Prayogi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun Alamat : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah Pekerjaan :

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waham kebesaran Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial dan budaya.

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah keadaan indvidu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom berespons terhadap

Lebih terperinci

manusia. Bersifat ekstrim, penderita bisa menyiksa dirinya sendiri

manusia. Bersifat ekstrim, penderita bisa menyiksa dirinya sendiri TINGKAH LAKU ANEH STEP 1 - Waham paranoid: sebuah keyakinan yg salah, paranoid seperi org yg ingin menyakii - Halusinasi akusik phonema: halusinasi pendengaran (akoasma dan phonema). Akoasma: suara masih

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan

Lebih terperinci

FUNGSI KORTIKAL LUHUR

FUNGSI KORTIKAL LUHUR FUNGSI KORTIKAL LUHUR PENDAHULUAN Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2. 1.1 Skizofrenia A. Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL Skill Lab. Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2015 PENGANTAR

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal PENYALAHGUNAAN ZAT Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori,

Lebih terperinci

Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ Oleh: Citra Aminah Purnamasari 1102009065 Pembimbing: Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ F 60 : Gangguan Kepribadian Khas F 61 : Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya F 62 : Perubahan Kepribadian yang Berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan mood merupakan perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, umumnya mengarah ke depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat) yang

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci