Bab 7 Kaligrafi Tionghoa, Korea dan Jepang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 7 Kaligrafi Tionghoa, Korea dan Jepang"

Transkripsi

1 Bab 7 Kaligrafi Tionghoa, Korea dan Jepang 7.1 Sejarah Kaligrafi Tionghoa Aksara yang menandai kata mempunyai sebuah ciri yang sangat erat dengan kaligrafi. Pada kaligrafi Tionghoa, menuliskan sebuah kata adalah kaligrafi. Dalam konsep ini kaligrafi memerlukan suatu teknik tertentu untuk menghasilkan gambar yang diinginkan. Perhatikan contoh kaligrafi di sini, yang diambil dari karya Han Yu. S e k a l i p u n h a n y a s a t u aksara yang ditampilkan, tetapi fokus perhatian dalam kaligrafi tersebut adalah cara aksara tersebut digoreskan melalui kuas di atas permukaan kertas. Karakter goresan pertama kuas di atas kertas, dan saat kuas disapukan ke arah Gbr. 7-1: Coretan kaligrafi Han Yu.

2 82 Sistem Tulisan dan Kaligrafi tertentu, lalu dimulai lagi pada bagian lain. Selanjutnya dapat diamati proporsi tebal tipisnya tinta di atas kertas, dan tak kalah pentingnya adalah komposisi dari setiap bagian aksara. Semua mengungkapkan teknik dan citarasa dalam kaligrafi Tionghoa. Ahli kaligrafi Tionghoa berkata, demi memudahkan pemahaman kita, kaligrafi Tionghoa dapat ditempatkan sebagai gambar abstrak. Dengan kata lain, kaligrafi Tionghoa menggunakan aksara Tionghoa sebagai bahan dasar dan mempunyai karakter yang abstrak. Ciri khusus yang membuat aksara Tionghoa sebagai kaligrafi adalah karena alat untuk menulis aksara berupa kuas, sama dengan yang digunakan oleh pelukis. Penemuan kuas (pit) pada abad ke-3 SM memang memberikan perubahan besar, dan secara revolusioner melahirkan karakter aksara Tionghoa. Bentuk-bentuknya yang bersudut-sudut memungkinkan untuk ditempatkan pada dasar komposisi segi empat. Dan tebal tipisnya garis yang dihasilkan menjadi elemen artistik yang kuat pada kaligrafi Tionghoa. Aksara Tionghoa yang digunakan sehari-hari berjumlah Tetapi tak kurang dari aksara diperlukan untuk menuliskan kembali tulisan-tulisan klasik. Jumlah aksara yang banyak itu menjadi modal bagi kaligraf untuk menciptakan berbagai ragam kaligrafi. Membuat sebuah aksara Tionghoa yang dibentuk dengan berbagai goresan, arah, tebal/tipis, dan komposisi keseluruhan, merupakan acuan yang digunakan sebagai standar. Kotak persegi yang dibagi menjadi 9 bagian kotak (Gbr. 7-2) memperlihatkan keseimbangan antar bagian, posisi dari masing-masing bagian, dan porsi yang sesuai. Bagan kotak ini telah diajarkan sejak anak mulai mempelajari aksara Tionghoa. Setiap aksara Tionghoa mempunyai aturan untuk memulai dari bagian mana, dilanjutkan ke bagian ke dua, dan seterusnya hingga Gbr. 7-2: Kotak persegi yang dibagi menjadi 9 bagian untuk penulisan aksara Tionghoa. selesai. Cara menuliskan aksara ini menjadi standar, begitu pun bagi kaligraf. Keahlian kaligraf, yang memperlihatkan ekspresi keahlian dan kemampuan individu, terlihat dari setiap aksara yang dituliskan.

3 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 83 Gambar 7-3 menunjukkan perbandingan antara satu aksara dengan aksara lainnya dalam keseimbangan proporsi dalam kotak-kotak acuan aksara. Ciri khas penggunakan kuas dalam menggoreskan tinta memberikan kemungkinan yang leluasa dalam menghasilkan bentuk titik dan garis. Gambar berikut menyajikan sentuhan kuas dalam menghasilkan bentuk yang diinginkan. Gbr. 7-3: Keseimbangan antara satu aksara dengan aksara lainnya di dalam porsi kotak. Gbr. 7-4: Kuas yang ditemukan abad ke-3 SM membuka kemungkinan revolusioner dalam penulisan aksara Tionghoa.

4 84 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Kekayaan bentuk sapuan kuas diperkaya lagi dengan kemungkinan cara memegang kuas. Setiap cara memberikan kemungkinan untuk keleluasan menggoreskan kuas. Bentuk yang umum digunakan dalam menggunakan kuas terlihat pada gambar berikut ini. Peranan kaligrafi dalam kebudayaan Tionghoa cukup khas jika dibanding dengan seni lain. Penikmat seni lain (seperti tari, musik, teater, patung, dan lukis) hampir tidak bisa menjadi pelaku seni itu sendiri, sedangkan penikmat kaligrafi setidaknya memiliki pengetahuan membuat kaligrafi, karena kaligrafi mirip dengan menulis aksara. Bagi masyarakat Tionghoa yang bisa baca tulis pasti mempelajari juga cara menuliskan aksara, yang merupakan dasar kaligrafi. Gbr. 7-5: Sikap tangan menentukan goresan. Gbr. 7-6: Aksara Tionghoa gaya klasik. 7.2 Gaya Kaligrafi Tionghoa Kaligrafi Tionghoa dalam tataran lain ada yang lebih kompleks; lebih banyak unsur yang membangunnya, begitu juga pesan yang disampaikan melalui kaligrafi itu. Menurut para ahli, secara umum ada empat gaya dalam kaligrafi Tionghoa: klasik, modern, neo-klasik, dan avant-garde. Gaya kaligrafi itu muncul seiring perjalanan waktu. Setiap gaya muncul pada masa tertentu dalam sejarah Tiongkok. Sebagai contoh pokok untuk membedakan keempat gaya tersebut mari perhatikan gambar berikut:

5 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 85 Gbr. 7-7: Kaligrafi Tionghoa gaya modern. Gbr. 7-8: Kaligrafi Tionghoa gaya neo-klasik. Gbr. 7-9: Kaligrafi Tionghoa Avant-garde.

6 86 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Gaya klasik adalah bentuk yang jelas dan tegas dalam menggunakan aksara. Gaya klasik juga banyak digunakan sebagai upaya melestarikan nilai-nilai tradisi sebanyak mungkin. Gaya neo-klasik menggunakan bentuk elemen aksara tradisi tapi dengan sentuhan kuas yang kurang tegas, terasa lebih bebas dalam mengutarakan makna tradisi. Begitupun, gaya neo-klasik berusaha untuk menghidupkan elemen klasik dan melakukan penyegaran dalam bentuk dan ekspresi. Gaya modern mencari pendekatan yang radikal dalam bentuk dan isi kaligrafi. Keterbacaan aksara menjadi lebih sulit, karena ketegasan yang kokoh seperti klasik diganti dengan gaya yang lebih bebas dan lugas. Sementara gaya avant-garde merupakan pendekatan yang menyingkirkan kaligrafi konvensional. Gaya ini berusaha untuk mencari bentuk ekspresi baru yang belum pernah dilakukan dalam gaya kaligrafi Tionghoa sebelumnya. Bentuk ekspresinya terasa semakin menggunakan berbagai elemen di mana tingkat keterbacaan aksara bukan lagi menjadi utama, dan kaligrafi menjadi lukisan abstrak murni. Peranan warna juga menjadi dominan dalam garapan avant-garde. Penjelasan lebih rinci akan kita lihat dalam berbagai gaya kaligrafi Tionghoa yang dibuat para kaligraf pada zaman tertentu. Para kaligraf Tionghoa tidak menempatkan diri pada satu aliran semata. Banyak kaligraf yang menggunakan dua sampai tiga gaya untuk ekspresi kaligrafinya. Kaligraf abad ke-20 umumnya mencoba berbagai ragam gaya kaligrafi. Setiap gaya yang pernah ditemukan masih tetap digunakan sampai sekarang. Dan gaya tradisi yang umum dalam proses belajar menulis aksara lebih dominan digunakan. Dengan kata lain setiap kaligraf biasanya mampu mengekspresikan karyanya dengan gaya tradisi. Penulisan kaligrafi dilakukan mulai dari atas ke bawah, baris pertama berada di sisi kanan dan baris seterusnya mengalir ke kiri. Bentuk penulisan aksara seperti ini telah dimulai sejak abad ke-8 SM, ketika aksara Tionghoa paling awal digunakan. Sampai sekarang, aturan menuliskan aksara tetap bertahan dengan cara seperti itu, demikian pula dalam kaligrafi. Cara menulis aksara Tionghoa dipahami sebagai upaya untuk mencermati hasil aksara yang telah ditorehkan seraya mempertimbangkan ruang bagian bawah dan kiri yang masih tersedia bagi aksara selanjutnya. Dalam proses penulisan, pertimbangan terhadap bidang yang telah ditorehkan dengan bidang yang masih tersedia menjadi satu keahlian tersendiri yang selalu diajarkan dalam setiap proses pembelajaran kaligrafi. Banyak kaligraf berpendapat bahwa keahlian kaligrafi hanya bisa didapat dengan latihan terus menerus. Slogan tiada hari tanpa kaligrafi, menjadi motivasi para kaligraf dalam mengembangkan keahlian. Proses belajar

7 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 87 berlangsung lama, bertahun-tahun bahkan dimulai sejak usia dini. Belajar kaligrafi umumnya dilakukan di bawah bimbingan para ahli, dengan lebih banyak meniru bentuk para ahli kaligraf sebelumnya. Peniruan dilakukan pada tingkat awal. Usaha peniruan dilakukan semirip mungkin, sehingga ekspresi rasa dari kaligraf ahli itu dapat ditangkap dan dikuasi dengan baik. Setelah tahap peniruan berhasil, pelajar kaligraf kemudian dapat mulai mengekspresikan gayanya sendiri. Bentuk karya latihan kaligrafi dapat kita lihat pada gambar berikut ini. Gbr. 7-10: Tiada hari tanpa kaligrafi.

8 88 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Setiap jenis aksara (gambar 7-10) ditulis dalam dua baris, dengan tidak menggunakan kotak bantuan. Sebenarnya, kotak tetap ada dalam imajinasi setiap kaligraf tingkat lanjut, dan menjadi acuan dalam menggoreskan bagian-bagian aksara. Kalau kita perhatikan lebih rinci setiap aksara yang serupa, tidak ada satu aksara pun yang persis sama (fotokopi). Setiap huruf memunculkan nuansa kecil yang menjadi karakter tersendiri. Namun bagi yang tidak terbiasa membaca aksara Tionghoa akan merasa aksara itu yang serupa. Perbedaan aksara dapat dibedakan dari tebal tipisnya, panjang pendeknya tekanan kuas pada bagian awal dan akhir setiap goresan. Latihan seperti ini dilakukan demi mencapai bentuk aksara dengan komposisi yang seimbang. Tidak ada yang salah dalam penulisan aksara Tionghoa, sehingga tidak perlu ada pengulangan. Satu bagian cukup digoreskan sekali saja. Jika terjadi kesalahan tidak perlu ada stip (penghapus), karenanya ketelitian dan kepastian menjadi unsur penting dalam menggoreskan setiap bagiannya Gaya Klasik Gaya klasik menekankan kerapian dan keteraturan. Gambar di bawah adalah contoh-contoh bentuk klasik dalam tiga zaman. Yang penting dari berbagai gaya klasik ini adalah meski dari kategori yang sama tetapi mereka tetap memberi nuansa dan karakter berbeda. Pada tataran ini kaligrafi klasik tidak cuma meniru semirip mungkin, atau mengabaikan dasar. Yang terpenting adalah ekspresi individu dalam menggoreskan kuas. Gbr. 7-11: Kaligrafi dari abad ke-18 yang mempunyai ciri yang sama dengan abad ke-7. Perbedaan yang terlihat pada bentuk aksara yang lebih tebal sehingga terasa lebih tegas.

9 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 89 Gbr. 7-12: Bentuk aksara Tionghoa yang cukup tua. Berasal dari abad ke-7. Gbr. 7-13: Karya kaligraf abad ke- 20 yang menggunakan gaya klasik. Bentuk aksara yang tegas masih terasa, walau bentuk goresan kuas terlihat lebih bebas.

10 90 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Gaya Modern Gaya kaligrafi modern berkembang pada pertengahan tahun an. Walau perkembangannya menakjubkan, tetapi cikal bakalnya bisa ditelusuri sejak awal tahun 1960-an. Gagasan pokok yang diusung para kaligraf modern adalah menempatkan kaligrafi lebih sebagai karya lukis. Ciri yang menonjol adalah proporsi setiap bagiannya tidak harus sama. Ciri ketegasan karakter aksara juga menjadi hilang. Perhatikan dua gambar di bawah ini: Gbr. 7-14: Kesan lukisan lebih menonjol ketimbang tulisan. Gbr. 7-15: Proporsi aksara pun menjadi lebih bebas.

11 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 91 Usaha untuk mencari konvensi baru dalam mengemukakan aspek keindahan yang lebih menonjol dan peranan warna juga muncul. Dalam gaya modern, aturan untuk memulai tulisan dari atas dan dari kanan ke kiri tidak lagi menjadi penting. Tumpang tindih antara aksara bisa dilakukan demi mencapai kemungkinan ekspresi baru. Hal ini bisa dilihat dalam gambar berikut. Gbr.7-16: Mencari konvensi baru. Penggunaan tinta juga dapat memberikan nuansa yang khas. Garis aksara diberi tekanan melebar atau garis memotong kecil di antara garis lurus.

12 92 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Gbr. 7-17: Ketebalan tinta menjadi bahasa tersendiri. Dalam berbagai upaya mencari kemungkinan dan cara baru dalam kaligrafi. dapat dirasakan perubahan kaligrafi dalam berbagai hal. Dan upaya mencari kesepakatan dan bentuk ekspresi itulah yang kemudian menjadi ciri gaya modern.

13 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang Gaya Neo-Klasik Neo-klasik muncul akhir abad ke-20 sebagai sebuah tanggapan (antisipasi) atas proses modernisasi yang melanda Tiongkok. Kaligrafi, khususnya gaya klasik, mulai diabaikan, padahal telah digunakan lebih dari 2000 tahun. Aspek yang diutamakan dalam neo-klasik adalah tetap memakai gaya klasik sebagai acuan, tetapi dengan penyegaran dalam berbagai cara dan bentuk karakter. Gbr. 7-18: Aksara Tionghoa gaya neo-klasik, mencari penyegaran.

14 94 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Sebagian kaligraf memakai ukuran karakter beraneka ragam dan meletakkan hubungan antara aksara dalam posisi baru, sehingga terasa lebih menarik. Gambar di atas menggunakan tinta yang lebih kental dengan aksara yang disusun berpasangan sehingga terasa lain dengan gaya klasik, yang menggunakan jarak kotak yang sama. Ciri ketegasan karakter aksara masih terasa, namun secara keseluruhan tidak terasa sebagai aturan klasik (di mana jarak antara huruf dibagi dalam kotak-kotak yang sama). Dalam gaya neo-klasik ada tumpang tindih dengan gaya yang dikembangkan dalam gaya modern. Hal ini memperlihatkan bahwa batasan antara setiap gaya tidak selalu bisa ditetapkan dengan pasti. Beberapa kaligraf bisa saja menggunakan dua gaya sekaligus. Gbr. 7-19: Aturan kotak tak jadi ikatan lagi demi mendapatkan bentuk baru.

15 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 95 Bentuk kaligrafi tersebut masih terinspirasi gaya klasik, tetapi karakter aksara dan proporsi yang digunakan berbeda. Bahkan muncul perbedaan karakter yang sangat individual dalam kaligrafi tersebut. Kaligrafi seperti ini akan lebih kompleks jika dilihat dalam kategori gaya: klasik atau neoklasik? Oleh karena kedua unsur itu terkandung di dalamnya Gaya Avant-Garde Gaya avant-garde mencoba mencari berbagai kemungkinan lagi aksara, bentuk susunan, dan proporsi warna untuk digunakan dalam menghasilkan kaligrafi. Gambar berikut ini memberikan kesan itu. Gbr. 7-20: Avant-garde mencari kemungkinan dalam banyak hal. Aksara yang digunakan berasal dari aksara yang sangat tua, piktogram. Susunan dan proporsi aksara tidak lagi mengikuti karakter aksara tradisional. Latar belakang kertas diberi warna tersendiri, demikian juga dengan tinta yang menggunakan warna putih dan sedikit sekali berwarna hitam. Terasa sekali ada usaha untuk menemukan bentuk dan cara yang berbeda dalam banyak hal. Perkembangan yang muncul dalam gaya avant-garde adalah adanya tantangan kepada pengamat dan penikmat kaligrafi untuk

16 96 Sistem Tulisan dan Kaligrafi melakukan apresiasi dengan cara yang tidak konvensional. Penikmat kaligrafi harus mencari tahu cara memahami pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh kaligraf. Hal ini terjadi, karena kaligraf itu sudah melepaskan acuan sebelumnya, yaitu kebiasaan menggunakan kotak imaginatif dalam melihat proporsi dan hubungan antaraksara. Karya avant-garde tidak dilihat dengan kotak imajinatif lagi, karena mereka memang sudah tidak memakai kotak tersebut. Bentuk akasara yang digunakan juga bukan yang digunakan sekarang, dan belum tentu aksara itu bisa dibaca. Keterbacaan aksara menjadi lebih sulit. Lukisan dan kaligrafi menjadi semakin dekat atau menyatu dalam karya kaligraf, sebagaimana ada dalam contoh berikut : Gbr. 7-21: Gaya lukisan dan kaligrafi menyatu. Sehingga kita bisa melihat sebagian ada unsur aksara sebagian ada unsur gambar di luar aksara walau juga abstrak. 7.3 Pesan Kaligrafi Kaligrafi Tionghoa menggunakan unsur aksara, tetapi peran visualnya sering lebih penting dari makna yang terkandung di dalamnya. Peran kaligrafi sering dilakukan bersamaan, antara menampilkan visual yang menarik dan menyampaikan pesan lewat puisi. Kaligraf sekaligus berperan sebagai sastrawan, menuliskan puisi dalam bentuk kaligrafi. Walau banyak pula karya kaligraf yang hanya menulis ulang puisi lama dengan menonjolkan kemahiran karakter kaligrafinya. Kaligrafi dan puisi adalah dua hal yang sering muncul dalam kaligrafi Tionghoa, bergantung penekanan atas karya yang ditampilkan; peranan visual lebih dominan atau peran keduanya (visual dan puisi) sama penting.

17 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 97 Guo Moruo ( ) sering menuangkan suasana tempat yang pernah dialami ke dalam kaligrafinya yang sarat puisi. Pengalamannya berkunjung ke gunung Wu Yi di Propinsi Fujian, dirangkai dalam menuliskan kaligrafi ini. Gbr. 7-22: Suasana lingkungan terserap dalam gaya kaligrafi Guo Moruo.

18 98 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Wang Dongling (lahir tahun 1945 ) yang beraliran modern juga sering menggarap aspek puisi yang menarik. Kaligrafi dengan tinta hitam dibuat dengan kuas yang sangat besar. Gbr. 7-23: Jejak kuas besar pada kaligrafi karya Wang Dongling. Keseluruhan luas kaligrafi tersebut adalah 272 x 142 cm. Baris pembuka puisinya, aksara lebih kecil, pada halaman yang sama dapat dibaca. Aspek lain yang tak kalah penting dalam kaligrafi adalah lukisan. Banyak kaligrafi yang mempertimbangkan unsur lukisan, sehingga unsur keseluruhan gambar dibangun oleh 3 hal pokok: kaligrafi, puisi, dan lukisan.

19 Gbr. 7-24: Aspek gambar pada kaligrafi Tionghoa. Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 99

20 100 Sistem Tulisan dan Kaligrafi 7.4 Konteks Kaligrafi Kemampuan membaca dan menulis aksara yang menjadi dasar kaligrafi Tionghoa tidak dikenal luas di masyarakat. Pada awal abad Masehi (tahun 320) kaligrafi adalah kegiatan para bangsawan dan keluarganya di lingkungan istana dan elit: filosof, raja, panglima, ilmuwan, pendeta, atau keluarga raja. Hasil karya terbaik dari kalangan elit itu sebagian besar telah di koleksi. Koleksi para kaligraf terkenal telah dikumpulkan dan ditata dalam koleksi sistematis sejak Kaisar Wu (berkuasa tahun 502 SM-490 SM). Pada kerajaan Han (tahun ) keinginan untuk mengkoleksi kaligrafi semakin meluas ke luar lingkungan istana. Namun kolektor itu masih dari kalangan elit kerajaan. Sejarah perjalanan panjang kaligrafi berkembang terutama di lingkungan kerajaan. Seiring berkembangnya sistem administrasi kerajaan, muncul berbagai keperluan pencatatan data, kegiatan, dan pelayanan kerajaan. Dan pekerja administrasi kerajaan semakin bertambah jumlahnya. Salah satu syarat penting adalah kemampuan baca tulis. Orang yang mampu menulis semakin meluas, dan kemampuan menciptakan kaligrafi dijadikan sebagai indikator dari kemahiran petugas. Kaligrafi menjadi syarat untuk mencapai status sosial tinggi. Ini terjadi karena kalangan elit, bahkan raja sendiri membuat kaligrafi. Aspek lain yang dianggap penting dalam meningkatkan status sosial dalam bidang kaligrafi adalah puisi (sastra). Kedua unsur ini diyakini mampu memperlihatkan karakter terdalam pembuatnya. Ahli kaligrafi sudah pasti orang berpendidikan, ahli budaya, dan mempunyai talenta sehingga status sosialnya meningkat. Status kaligraf yang baik (yang mempunyai reputasi) hanya bisa dicapai dengan cara kerja keras, tekun, dan disiplin. Ketika kegiatan tulis menulis semakin meluas, kesempatan menjadi orang besar (ahli kaligrafi) dapat pula dicapai rakyat kebanyakan, asal mereka mampu mengusai kaligrafi dengan baik. Peranan dan posisi kaligrafi masih dipertahankan sebagai sebuah simbol keberhasilan sampai sekarang. Mao Zedong yang berkuasa sejak tahun 1949 dikenal sebagai kaligraf yang baik sebelumnya, serta mempunyai koleksi kaligrafi para ahli bereputasi. Mao sendiri sangat menghargai dan menaruh para kaligraf sebagai orang penting di sekitarnya. Satu contoh yang menarik adalah Chen Bingchen (sekretaris Mao). Nota kesepakatan kerjasama perdamaian dan persahabatan antara Uni Sovyet dan Tiongkok ditulis oleh Chen Bingchen dengan tidak menggunakan mesin ketik. Pada masa Mao Zedong juga muncul pemahaman bahwa kaligrafi dan kemampuan baca tulis penting untuk penyatuan Tiongkok. Sejak

21 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 101 masa kepemimpinannya, Mao berusaha untuk tetap menempatkan kaligrafi sebagai satu sarana meningkatkan status sosial sekaligus pendidikan (termasuk baca tulis) bagi rakyat Tiongkok. Walaupun kemampuan menulis dan kegiatan kaligrafi semakin meluas, pada masa komunis berkuasa, praktek kaligrafi lebih banyak diarahkan untuk kepentingan penguasa. Hasil kaligrafi yang bertentangan dengan pandangan penguasa akan dilarang. Situasi ini berakhir pada masa Deng Xiaoping berkuasa pada tahun Masa keterbukaan ini berbarengan dengan semakin luasnya hubungan Tiongkok dengan negara-negara lain. Pendidikan juga semakin berkembang dan banyak buku terbitan asing dapat dibeli di Tiongkok. Begitupun, pada tahun 1976 masih terjadi pembunuhan massal mahasiswa yang berdemonstrasi di lapangan Tiananmen. Demi mengenang kekejaman itu kaligraf Huang Miaozi menuliskannya di sini. Gbr. 7-25: Kaligrafi sekaligus puisi ini berbunyi: ratusan ribu bunga liar telah berserakan, seperti dalam mimpi sekarang harapan rakyat, dengan tekanan mendasar bagai angin dan guntur selayaknya menentukan takdir Tiongkok.

22 102 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Pesan kaligrafi yang mencatat pesan pembunuhan mahasiswa tersebut merupakan reaksi keras terhadap penguasa agar merubah nasib Tiongkok di masa depan. Dalam hal ini, kaligrafi memuat kritik sosial yang sangat tepat dengan suasana Tiongkok yang diidamkan rakyat, demi perubahan dalam politik dan ekonomi. Bunga liar pada puisi itu mengacu pada mahasiswa yang melakukan demonstrasi itu, yang sebagian ditembak mati di tempat, bagaikan bunga liar berserakan/berguguran. Kaligrafi juga banyak digunakan sebagai koleksi pribadi dan ditempatkan di dinding rumah tinggal, kantor, dan berbagai ruang lainnya. Kaligrafi yang digantung dengan bingkai dan ditempatkan di dinding tempat tinggal sudah lazim dilakukan. Pada zaman kerajaan masih berkuasapun cara meletakkan koleksi seperti itu telah dilakukan oleh para kaisar dan kalangan elit. Kaligrafi juga digunakan di luar bangunan, baik berupa tugu, atau makam. Toko yang menjual berbagai barang pun tidak ketinggalan menggunakan kaligrafi dengan banir-banir yang terpampang di depan tokonya. Kaligrafi dalam bentuk banir itu untuk memajang nama toko, barang yang dijual dan sebagainya. 7.5 Kaligrafi Korea dan Jepang Jejak kaligrafi Korea sulit ditelusuri, karena banyak kaligrafi hancur dalam perang saudara maupun serangan dari negara lain. Pada tahun 1950 tentara Jepang menyerang Korea dan menghancurkan banyak benda budaya dan monumen bersejarah, termasuk warisan kaligrafi Korea. Beberapa kaligrafi yang masih tersisa dapat memberikan bukti bahwa kaligrafi Korea telah berkembang sejak mengadopsi aksara Tionghoa (awal abad Masehi). Terlihat dari monumen batu yang mencatat sejarah penggabungan kerajaan Silla tahun 668. Gambar berikut merupakan kaligrafi jiplakan yang dilakukan pada abad ke-8, karya kaligraf Korea Ouyang Sun (tahun ). Gbr. 7-26: Kaligrafi Korea sebelum han gul.

23 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 103 Dari bentuk dan komposisinya sulit dibedakan dari kaligrafi Tionghoa sezaman. Hal ini memang tidak bisa dihindari karena mereka menggunakan sistem aksara yang sama. Bentuk kaligrafi Korea yang lebih baru sangat berbeda dengan kaligrafi Tionghoa. Perbedaan terlihat dari bagian aksara yang digunakan dan susunan komposisi pada tempat yang melengkung setengah lingkaran. Kaligrafi yang berasal dari abad ke-20 berikut ini terasa khas Korea, karena menggunakan aksara han gul. Gbr. 7-27: Kaligrafi Korea yang lebih baru. Kaligrafi Jepang sudah ditemukan pada abad ke-8, zaman Heian. Contoh kaligrafi terkenal adalah mengenai kata-kata bijaksana dari Buddha. Kaisar Shotoku memerintahkan untuk membuat ribuan kaligrafi dari kata-kata bijaksana Buddha, disebarkan ke seluruh kerajaan, dan bertujuan untuk meredam keinginan memberontak. Bentuk kaligrafinya masih menggunakan aksara Tionghoa sebagaimana terlihat berikut ini. Gbr. 7-28: Aksara Tionghoa pada kebudayaan Korea.

24 104 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Aktivitas penulisan kaligrafi yang juga menonjol pada masa itu adalah menyalin ajaran Buddha di atas kain sutra. Media kain sutra merupakan ciri khas penulisan kaligrafi Jepang. Searah dengan perubahan aksara dan gaya kaligrafi di Tiongkok, Jepang juga mengikuti perkembangan dengan menggunakan berbagai bentuk aksara seraya mengembangkan ciri khas kanji. Ada lima karakter aksara di Jepang yang digunakan sebagai materi kaligrafi. Kelima kaligrafi ini digunakan pada masa yang berbeda. Paling kiri (dibaca dari atas ke bawah) adalah bentuk kaligrafi awal yang berasal dari abad ke-7, disebut gaya Tensho. Baris kedua dari kiri, adalah gaya Reisho, banyak digunakan untuk aksara resmi kerajaan antara abad ke-14 hingga abad ke-16. Baris ketiga, gaya Kaisho, merupakan huruf seperti menyambung, baris keempat, gaya Sosho, dan baris kelima, gaya Gyosho, biasa digunakan untuk aksara nonformal, serta gaya menulis yang cepat. Gbr. 7-29: Lima karakter aksara Jepang.

25 Kaligrafi Tionghoa, Korea, dan Jepang 105 Bentuk kaligrafi yang berkembang setelah abad ke-17 dan ke-18, menggunakan huruf Jepang (hiragana), juga menciptakan kaligrafi. Lukisan dan kaligrafi banyak ditemukan dalam kaligrafi Jepang. Perpaduan ini berbeda dengan gaya lukisan di Tiongkok. Gbr. 7-30: Gabungan lukisan dan Kaligrafi Jepang.

26 106 Sistem Tulisan dan Kaligrafi Lukisan pada gambar 7-30 menjelaskan dua orang yang sedang membaca puisi. Kaligrafinya menggunakan gaya Gyosho (ditulis dengan cepat). Gbr.7-31: Kaligrafi gaya Gyosho. Kaligrafi yang menggunakan sistem hiragana sangat berbeda dengan gaya yang lebih dekat dengan aksara Tionghoa. Kaligrafi tersebut menggunakan hiragana, dengan sistem huruf fonetik. Hubungan antar huruf terlihat lebih fleksibel dan bebas, dibuat pada tahun Bentuk kaligrafi hiragana dianggap sebagai ciri khas Jepang yang tidak terdapat di Tiongkok maupun Korea. Hiragana menggunakan huruf yang kadang menyambung dan juga secara sengaja menciptakan ruang kosong di antara huruf. Ini merupakan keindahan khas gaya hiragana.

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dengan menyadari bahwa dunia ini sangat luas dan memiliki banyak kebudayaan, tentu saja bahasa yang digunakan juga berbeda-beda. Tanpa adanya bahasa, manusia akan sulit

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk melakukan apapun komunikasi adalah hal paling utama. Kegiatan dan cara berkomunikasi sangat

Lebih terperinci

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D. Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu : SMP NEGERI 3 KALASAN : Seni Budaya (Seni Rupa) : IX (sembilan) /1 (Satu) : 3 X 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya. mengungkapkan perasaan melalui bentuk-bentuk artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya. mengungkapkan perasaan melalui bentuk-bentuk artistik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya merupakan media komunikasi visual. Alasannya selain memberi pesan, nasehat, juga bercerita tentang

Lebih terperinci

05FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

05FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 05FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Konsep perancangan photobook tentang abdi dalem ini memiliki keterkaitan dengan tataran lingkungan (non fisik). Photobook ini dirancang bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X BAB III METODE PENCIPTAAN A. Visualisasi Karya Karya lukis ini sebanyak 4 karya. Karya pertama berukuran 125 cm X 140 cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X 50 cm,

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Camera Angle ( Sudut Pengambilan Gambar )

BAB IV KONSEP DESAIN. Camera Angle ( Sudut Pengambilan Gambar ) BAB IV KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Fotografi Camera Angle ( Sudut Pengambilan Gambar ) Dalam buku Basic Lighting for Beauty yang ditulis oleh Adimodel menjelaskan bahwa agar foto yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. komunikasi antara lain bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Bahasa

Bab 1. Pendahuluan. komunikasi antara lain bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Bahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bentuk umum dari komunikasi antara lain bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Bahasa sendiri

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

Bab 8 Kaligrafi Latin

Bab 8 Kaligrafi Latin Bab 8 Kaligrafi Latin 8.1 Gaya Kaligrafi Kaligrafi Latin mengalami perubahan dalam beberapa masa. Gambar berikut (Gbr. 8-1) berasal dari Italia, mulai digunakan sekitar abad ke-5. Jika diperhatikan, beberapa

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 5 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id Unsur Konsep Bentuk Titik, garis, bidang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut pendidik atau guru, mendidik peserta didik untuk menuju perkembangan peserta didik

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk musikalisasi puisi. khususnya karya Untung Basuki yang disebut dengan Lagu puisi

BAB V KESIMPULAN. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk musikalisasi puisi. khususnya karya Untung Basuki yang disebut dengan Lagu puisi 262 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk musikalisasi puisi khususnya karya Untung Basuki yang disebut dengan Lagu puisi adalah perkembangan dari bentuk yang terdahulu yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

Mengenal Icon & Fungsi Program Paint. Kelas 2 MI Assa adah Ulujami

Mengenal Icon & Fungsi Program Paint. Kelas 2 MI Assa adah Ulujami Mengenal Icon & Fungsi Program Paint Kelas 2 MI Assa adah Ulujami SEMESTER 1 Belajar PAINT KILAS BALIK TENTANG FUNGSI ICON Sebelum melangkah lebih jauh, maka setidaknya peserta didik harus tahu dan mengenal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

Bagian I Sistem Tulisan

Bagian I Sistem Tulisan Bagian I Sistem Tulisan Sistem Tulisan dan Kaligrafi Bab 1 Tulisan dan Bahasa 1.1 Pengantar Topik kita dalam buku ini adalah kaligrafi, yang secara harafiah berarti tulisan yang indah atau tepatnya, tulisan

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1 Gambaran Media Produksi Berdasarkan data dan informasi lapangan yang penulis dapat, maka penulis kemudian menggunakan beragam elemen desain grafis (garis, bidang, ruang gempal,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN

PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN Abstrak: Huruf modern lahir karena kebutuhan akan gaya hidup dan perkembangan teknologi media. Penggunaan unsur budaya seperti Aksara Nusantara telah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan

Bab I. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Sudjianto,et al (2007, hal. 54) mengemukakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

Bab 3 Metode dan Perancangan

Bab 3 Metode dan Perancangan Bab 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Penelitian Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode linear strategy. Gambar 3.1 linear strategy (Sarwono, 2007). Pada Gambar

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

Seni Berperang Sun Tzu

Seni Berperang Sun Tzu Seni Berperang Sun Tzu Penerbit PT Elex Media Komputindo THE ART OF WAR SUN TZU Translated from Chinese Language to English by: James Trapp First Published in 2015 by Amber Books Ltd 2011 Amber Books Ltd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Ragam Bentuk Modul 5. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Ragam Bentuk Modul 5. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Ragam Bentuk Modul 5 Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Fakultas Desain dan Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstrak Bentuk adalah sesuatu yang terlihat. Berbagai

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 MODUL

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi Tujuan dari perancangan ini adalah memberikan pengetahuan kepada anak-anak mengenai pahlawan kemerdekaan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bahan alam telah dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan alam banyak digunakan untuk menunjang keperluan sehari-hari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

Bab 10 Eksplorasi Aksara dan Kaligrafi pada karya seni

Bab 10 Eksplorasi Aksara dan Kaligrafi pada karya seni EKSPLORASI AKSARA DAN KALIGRAFI PADA KARYA SENI 149 Bab 10 Eksplorasi Aksara dan Kaligrafi pada karya seni Pada bab ini akan dibahas mengenai eksplorasi aksara dan kaligrafi yang tersebar di Mancanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam (9 Januari 2006), definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam  (9 Januari 2006), definisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat berarti dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dalam www.wikipedia.com (9 Januari 2006), definisi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki banyak keunikan dan perbedaan, antara bahasa satu dengan yang lainnya. Salah satu contohnya yaitu bahasa Jepang yang memiliki empat jenis huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Ide Karya Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadi serba praktis dan semakin individual, yang membuat teko menjadi sangat jarang digunakan.

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu :

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu : J A Y A R A Y A PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan Telp. 5327115/5482914 Jakarta Barat LEMBARAN SOAL TRYOUT

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya berikutnya, Silu menengok ke kiri dan daerah Selatan, maka daerah itupun panen. Sedangkan ketiga gunung tersebut hingga kini masih ada berada di sepanjang sungai dimana Silu menaiki perahunya menuju laut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat. Ilustrasi dapat memperjelas teks atau kalimat terutama bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai BAB III A. Implementasi Teoritis Bunga merupakan bagian pada tanaman yang memiliki bentuk dan warna yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai pembiakan pada tanaman, juga dianggap

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci