BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Polda Metro Jaya Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap bangsa Indonesia, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus Setelah Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, sebab, saat itu jawatan Kepolisian Negara masih sangat sederhana. Akibatnya, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan sistem Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa). Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah RI kepada Bangsa Indonesia melalui penandatangan naskah perjanjian antara Moh Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember 1949, badan-badan kepolisian berangsur-angsur sudah diserah terimakan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebab itulah pada 6 Desember 1949 Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Basar Politik Tk I R Ating 55

2 56 Natadikusuma sebagai kepala Kantor Komisariat Jaya, yang berkantor di Jl. Medan Barat. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (saat ini Polda Metro Jaya). Pada saat itu sebagian besar staf Kepolisian Jakarta masih orang Belanda, sehingga praktis Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Jaya belum dapat berbuat banyak sesuai kebijakan Kepala Kepolisian Negara Selanjutnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jakarta menjelang penyerahan kedaulatan, Kepolisian Jakarta diperkuat tiga Kompi Brimob, masing-masing dari Kepolisian Kota Surabaya, Kepolisian Jawa Tengah. dan Kepolisian Yogyakarta / Jawa Tengah. Pada waktu itu, jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo sebagai Komandan Mobile Brigade Kepolisian (MBK) turut serta mengantarkan satu kompi MBK. Mereka berangkat pada 15 Desember 1949 dari Surabaya ke Jakarta melalu Semarang. Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta, pada tahun 1963 saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi Komisariat Jaya, kantor Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl Sudirman No.45 Jakarta Selatan. Kepindahannya dilakukan bertahap. Awalnya, kantornya adalah bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan sabhara (Bangunannya masih berdiri hingga kini)" Beberapa hari kemudian muncul lagi satu Kompi Brimob dari Yogyakarta / Jawa Tengah dipimpin Inspektur Polisi R Soebroto Darsoprajitno. Ketiga Kompi

3 57 Brimob ini bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Komisaris Polisi Soedarsono dan wakilnya Inspektur Polisi Soetjipto joedodihardjo. Polda Metro Jaya sebelumnya telah beberapa kali mengalami penggantian nama. Dimasa pendudukan Belanda, Kantor Besar Kepolisian Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie. Setelah Jepang mengambil alih pemerintahan, Hoofdbureau Van Politie Batavia berubah nama menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho diambil alih oleh Polisi Republik dan namanya diubah menjadi Kantor Besar Polisi Jakarta. Menjelang belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia dibentuk kepolisian di Jakarta dengan nama Kantor Polisi Komisariat Jaya (Kapekomjaya). Kemudian tahun 1965 pada saat Kepala Kantor Polisi Komisariat Jaya dijabat Brigjen Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat namanya diganti lagi menjadi Komandan Daerah Kepolisian VII Jaya (Komdak VII Jaya). Pada tahun 1967 terjadi penggantian pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro Jaya), Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan. Selanjutnya nama komdak Metro Jaya berubah lagi menjadi Kodak Metro Jaya. Pada saat itu Mayjen Pol Drs Widodo Budidarmo menjadi Kadapol Metro Jaya tahun 1970 nama Komdak Metro Jaya berubah menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun Tahun 1980 sampai sekarang Daerah Kepolisian

4 58 Metro Jaya berubah kembali menjadi Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) Visi, Misi, dan Sasaran Perioritas Polda Metro Jaya Visi Polda Metro Jaya : Tergelarnya polisi yang dipercaya masyarakat disemua titik dan lini pelayanan masyarakat disepanjang waktu dalam mewujudkan keamanan diwilayah hukum Polda Metro Jaya dan tegaknya hukum sebagai sinergi pencapaian hasil pembangunan yang berwawasan keamanan. Misi Polda Metro Jaya : 1. Perkuat dan tingkatkan kemampuan intelijen keamanan Polda Metro Jaya guna menjaring informasi untuk cegah gangguan keamanan dan pengungkapan kasus secara sistematis dan tuntas. 2. Kembangkan pelayanan publik disetiap lini berbasis pelayanan prima. 3. Menggelar polisi sebanyak-banyaknya ditengah masyarakat dalam memberikan Perlindungan, Pengayoman, dan Pelayanan masyarakat. 4. Mengembangkan falsafah dan strategi perpolisian masyarakat (POLMAS) dalam membangun hubungan polisi dan masyarakat yang lebih dekat dan interaktif dalam upaya mewujudkan masyarakat patuh hukum. 5. Berdayakan seluruh kekuatan dan kemampuan organisasi pengemban fungsi lidik dan sidik dalam wujudkan POLRI sebagai penegak hukum yang terdepan.

5 59 6. Tingkatkan kinerja Polda Metro Jaya secara profesional, transparan, dan akuntabel guna mendukung tupoksi POLRI. Sasaran Prioritas Polda Metro Jaya : 1. Terwujudnya kondisi Kamtibmas wilayah hokum Polda Metro Jaya yang kondusif pasca pelaksanaan pemilu Lanjutkan pembangunan sarana dan prsarana 3. Tingkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan personil Polda Metro Jaya 4. Melaksanakan pembinaan personil Polri 5. Tertanggulanginya penyalahgunaan narkoba melalui giat preventif dan represif. 6. Tertanggulanginya kejahatan transnasional (Trafficking In Person dan People Smugling) 7. Terealisasinya program perpolisian masyarakat (Polmas) untuk tingkatkan kemitraan dan kepatuhan hokum masyarakat. 8. Terpeliharanya Kamtibmas perairan dan yuridiksi PoldaMetro Jaya 9. Tertanganinya perkara-perkara korupsi 10. Penanganan bencana banjir 11. Meningkatkan pencapaian quick wins Struktur Organisasi Polda Metro Jaya Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. Kep/54/X/2002 Tertanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Polda Metro Jaya, maka : 1. Organisasi Polda metro Jaya disusun dalam dua tingkat :

6 60 a. Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Metropolitan Jakarta Raya, disingkat Mapolda Metro Jaya. b. Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres. 2. Susunan Organisasi Mapolda Metro Jaya terdiri dari : a. Unsur Pimpinan 1. Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Kapolda Metro Jaya). 2. Wakil Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Wakapolda Metro Jaya). b.unsur Pembantu Pimpinan/ Pelaksana Staff 1. Inspektorat Pengawasan Umum Daerah (Itwasda). 2. Biro Rencana dan Pengembangan (Rorenbang). 3. Biro Operasi (Roops). 4. Biro Pembinaan Kemitraan (Robinamitra). 5. Biro Personel (Ropers). 6. Biro Logistik (Rolog). c. Unsur Pelaksana Staff Khusus/ Pendidikan Pelayanan 1. Bidang Hubungan Masyarakat (Bidhumas). 2. Bidang Pembinaan Hukum (Bidbinkum). 3. Bidang Pertanggung Jawab Profesi dan Pengamanan Internal (Bidpropam). 4. Bidang Telekomunikasi dan Informasi (Bidtelematika). 5. Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes).

7 61 6. Bidang Keuangan (Bidku). 7. Sekolah Polisi Negara (SPN). 8. Sekretariat Umum (Setum). 9. Detasemen Markas (Denma). d.unsur Pelaksanaan Umum 1. Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK). 2. Direktorat Intelijen Keamanan (Ditintelkam). 3. Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum). 4. Direktorat Reserse Kriminan Khusus (Ditreskrimsus). 5. Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya (Ditnarkoba). 6. Direktorat Samapta (Ditsamapta). 7. Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Ditpamobvit). 8. Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas). 9. Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair). 10. Satuan Brigade Mobil (Satbrimob) Ditlantas Polda Metro Jaya Ditlantas Polda Metro Jaya merupakan unsur pelaksanaan umum Polda Metro Jaya yang memiliki peranan sebagai penegak hukum harus menjaga agar ketentuan berlaku dapat berjalan dengan semestinya, dan masyarakat sebagai pengguna jalan harus secara sadar mengikuti hukum dan norma yang berlaku di jalan raya. Visi Ditlantas Polda Metro Jaya :

8 62 Polantas yang mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat serta sebagai aparat penegak hukum yang profesional dan proporsional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia, pemelihara keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas 70. Misi Ditlantas Polda Metro Jaya : 1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan para pemakai jalan sehingga para pemakai jalan aman selama dalam perjalanan dan selamat sampai tujuan. 2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat lalu lintas melaui upaya pre-emtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan ketaatan serta kepatuhan kepada ketentuan peraturan lalu lintas. 3. Menegakan peraturan lalu lintas secara profesional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia. 4. Memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dengan memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang berlaku. 5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam sebagai upaya menyamakan visi dan misi Polantas kedepan Struktur Organisasi Ditlantas Polda Metro Jaya Berdasarkan keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/07/I/2005, mengenai struktur organisasi Ditlantas Polda Mtero Jaya adalah sebagai berikut : a. Unsur Pimpinan : 70 Diktuk BA POLRI hal. 15

9 63 1. Direktur Lalu Lintas (Dir lantas) Polda Metro Jaya. 2. Wakil Direktur Lalu Lintas (Wadir lantas) Polda Metro Jaya. b. Unsur pembantu Pimpinan : 1. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi (Kasubbag Renmin). c. Unsur Pelaksanaan Umum : 1. Kasubdit Regident : - Kasi SIM - Kasi STNK - Kasi BPKB 2. Kasubdit Dikyasa : - Kasi Dikmas - Kasi Prasja - Kasi Sarang 3. Kasubdit Gakkum : - Kasi Laka - Kasi Gar - Kasi Patroli 4. Kasat Patwal : - Kanit I Wakasat - Kanit II - Kanit III - Kanit IV - PS. Kanit V 5. Kasat Gatur : - Kanit I - Kanit II - Kanit III 6. Kasat PJR : - Kanit I

10 64 Wakasat - Kanit II - Kanit III - Kanit IV Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (DIKYASA) Visi dan Misi 1. Menyelenggarakan penegakan dan kepastian hukum yang bercirikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat di bidang lalu lintas. 2. Mewujudkan masyarakat pemakai jalan supaya memahami, yakin dan mempercayai kepada polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam kegiatan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas, penegakan hukum lalu lintas, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor. Tujuan a.) Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mentaati peraturan perundangundangan lalu lintas. b.) Meningkatkan disiplin lalu lintas dikalangan masyarakat. c.) Membangkitkan partisipasi aktif masyarakat dalam menanggulangi masalahmasalah lalu lintas. Sasaran a.) Masyarakat Umum / masyarakat tak terorganisir; pengemudi, karyawan, pedagang, pengguna jalan lain.

11 65 b.) Masyarakat terorganisir; kamra lantas, pramuka (Saka Bhayangkara), patrol keamanan sekolah (PKS), badan keamanan lalu lintas (BKLL). Tugas Dikyasa 1. Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal lalu lintas dan upaya-upaya Polri. 2. Merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan masyarakat dan lalu lintas dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas masyarakat pengguna jalan. 3. Menjalin koordinasi dan hubungan yang harmonis dengan instansi terkait (Dishub, PU dan Dinas Pendidikan) dan pengemban fungsi Binamitra. 4. Mengajukan kajian / rekayasa tentang sarana / prasarana jalan kepada instansi terkait dalam rangka keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. 5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik yang terorganisir maupun tidak terorganisir tentang lalu lintas. 6. Mengevaluasi pelaksanaan Dikmas dan Rekayasa lantas. 7. Memberikan masukan serta laporan hasil pelaksanaan tugas dan kegiatan kepada Dir lantas. 8. Mengajukan saran /masukan kepada dir lantas. 9. Kasubdit Dikyasa dalam pelaksanaan tugasnya di bantu oleh anggota Dikmas, Prasja, dan Sarang. Tugas dan Fungsi Kasubdit Dikyasa

12 66 1. Memimpin, membina, mengawasi dan mengendalikan seluruh anggota Unit Dikyasa. 2. Membuat jadwal pelaksana Dikmas Lantas dan mengawasi pelaksanaannya. 3. Mengevaluasi pelaksanaan Dikmas dan Rekayasa lantas. 4. Melaksanakan koordinasi dengan Instansi terkait (Dishub, PU dan Dinas Pendidikan) dalam terlaksananya Program Dikyasa. 5. Memberikan pelatihan/ketrampilan kepada anggota dibidang kelalu lintasan. 6. Merespon/menindak lanjuti surat masuk/keluar. 7. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas kepada Dir Lantas. 8. Siap melaksanakan perintah/ petunjuk/ arahan ataupun kebijaksanaan pimpinan dan menjabarkan serta menindak lanjutinya secara kongkrit di lapangan yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban. 9. Tidak meminta imbalan kepada bawahan ataupun masyarakat dalam bentuk apapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kewenangan. 10. Tidak memberikan perintah kepada bawahan yang tidak sesuai/bertentangan dengan ketentuan kedinasan. 11. Memegang teguh etika staf dengan menunjukkan sikap perilaku yang santun, ramah, humoris, terbuka, jujur, komunikatif, dan loyal, serta mengutamakan kepentingan dinas. 12. Mewujudkan suasana kerja yang transparan, efisien, adil, profesional, proporsional, prosedural dan akuntabel.

13 Tata Kelola Tilang Elektronik Dasar Hukum Tilang elektronik memiliki dasar hukum yakni UU No.11 Tahun 2008 tentang Info dan Transaksi Elektronik pasal 5 yang berbunyi Informasi elektronik dan atau dokumentasi elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Disamping itu terdapat UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 272 yang berbunyi Untuk mendukung giat dakgar bidang lantas dan angkutan jalan, dapat digunakan peralatan elektronik. Hasil dari penggunaan peralatan elektronik, dapat digunakan sebagai alat bukti dipengadilan. Maksud Pelaksanaan Penegakan Hukum Elektronik 1. Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas dan kemacetan yang diakibatkan oleh karena banyaknya pelanggaran /ketidaktertiban dalam berlalu lintas. 2. Meningkatkan efisiensi anggota dalam proses gakkum terhadap para pelanggar lalu lintas dijalan. 3. Meningkatkan transparansi dalam proses gakkum dan pembuktian. 4. Mengurangi adanya interaksi/ debat, dll antara petugas dengan para pelanggar dijalan serta mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan/ proses damai dijalan. Tujuan Pelaksanaan Penegakan Hukum Elektronik

14 68 1. Untuk membangun budaya tertib berlalu lintas guna dapat meminimalisir terjadinya kemacetan, kecelakaan, dan pelanggaran lalu lintas. 2. Terwujudnya kegiatan gakkum yang cepat, efektif, efisien dan tuntas serta memiliki akuntabilitas dan transparansi dalam penyelesaiannya. 3. Mengurangi timbulnya komplain maupun image negatif dari masyarakat terhadap petugas yang melaksanakan gakkum dijalan (pemulihan citra Polri dalam rangka meningktakan trust building). Metode Kerja Tilang Elektronik - Secara otomatis kamera cctv akan merekam gambar pelanggaran, kemudian hasil gambar akan dikirimkan melalui jaringan fiber optik ke server Traffic Management Center (TMC) yang sudah terintegrasi dengan data base registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor yang ada di TMC Polda Metro Jaya. - Server akan mengolah foto dan data menjadi dokumen informasi elektronik, selanjutnya diproses menjadi berita acara pada susunan format E-traffic yang telah didesain. - Kemudian dokumen tersebut dicetak dan dikirim kepada pemilik alamat (pelanggar). Jenis Pelanggaran Yang Direkam

15 69 1. Pasal 287 (2) Jo pasal 106 (4) huruf c UU No.22/2009, berisi : Melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas (menerobos traffic light) dengan ancaman pidana kurungan maksimal 2 bulan/ denda maksimal Rp ,- 2. Pasal 287 (1) Jo pasal 106 (4) huruf b UU No.22/2009, berisi : Melanggar stop line (marka tanda garis berhenti) dengan ancaman pidana kurungan maksimal 2 bulan/ denda maksimal Rp ,- 3. Pasal 287 (1) Jo pasal 106 (4) huruf b UU No.22/2009, berisi : Melanggar marka kuning (yellow box) dengan ancaman pidana kurungan maksimal 2 bulan/ denda maksimal Rp ,- 4.2 Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan memberikan uraian terkait hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisa studi kasus (case study). Hasil penelitian diperoleh berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview) pada tanggal 23 Desember 2011 dengan narasumber primer yakni AKBP. Kanton Pinem selaku Kepala Sub Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Kasubdit Dikyasa) Polda Metro Jaya, tanggal 26 Desember 2011 dengan Kompol. Suzana Benyamin selaku Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat (Kasi Dikmas) dan pada tanggal 28 Desember 2011 dengan AKP. Telly selaku Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Sosialisasi. Penulis juga melakukan wawancara dengan narasumber sekunder yakni pada tanggal 23 Januari 2012 dengan AKBP. Mahbub, selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat.

16 70 Serta Banum Subbid PID Humas Polda Metro Jaya Briptu Suharyanto. Kemudian wawancara dengan beberapa wakil masyarakat pada tanggal 5 Januari 2012 yakni dengan Bapak Anton Darmawan, pengguna kendaraan roda dua, dan Ibu Sarah pengguna kendaraan roda empat. Serta pada tanggal 3 Januari 2012 dengan Wenny mahasiswa Univ.Negeri Jakarta. Pemilihan narasumber tersebut berdasarkan atas keperluan penelitian dan dianggap orang-orang terpenting yang berkaitan langsung dengan penelitian penulis. Sebelum penulis membahas mengenai implementasi strategi komunikasi, terlebih dahulu penulis akan mengupas sedikit mengenai Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Dikyasa) Polda Metro Jaya. Dikyasa adalah bagian yang menaungi kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Dikyasa dikatakan sebagai humas yang berada dalam struktur organisasi Direktorat lalu lintas Polda Metro Jaya, dimana tingkatannya berada dibawah Dirlantas. Dikyasa berperan langsung dalam menjaga hubungan baik dengan para stakeholders, mengemban tugas dalam memberikan informasi tentang masalah lalu lintas dan upaya-upaya Polri, menghimbau serta mengajak masyarakat berperan aktif dalam mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban serta kelancaran lalu lintas.seperti yang dijelaskan oleh Bapak Kanton Pinem 71, selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya sebagai berikut: Didalam struktur organisasi Direktorat Lalu Lintas, Dikyasa merupakan humas yang mana tingkatannya berada dibawah Dirlantas. Kami mengemban fungsi binamitra, berperan langsung dalam menjaga hubungan baik dengan para stakeholders, seperti pemerintah daerah, 71 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

17 71 polisi, dinas perhubungan, dinas pekerjaan umum, DPRD, media, sektor bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yakni kompolnas, dan masyarakat. Beliau juga menuturkan mengenai tugas-tugas yang dilakukan oleh Dikyasa, sebagai berikut : Kami memiliki tugas dalam memberikan informasi tentang masalah lalu lintas dan upaya-upaya Polri,menghimbau serta mengajak masyarakat berperan aktif dalam mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban serta kelancaran lalu lintas, Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik yang terorganisir maupun tidak terorganisir tentang lalu lintas, Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait tentang rekayasa lantas, Memberikan pelatihan/ketrampilan kepada anggota dibidang kelalu lintas, Merespon/menindak lanjuti surat masuk/keluar, Memberikan saran/masukan kepada Dirlantas. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Suzana Benyamin, selaku Kasi Dikmas dan Ibu Telly, selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi dalam wawancara kepada penulis berikut petikan hasil wawancara dengan beliau: Ibu Suzana Benyamin : Humasnya ditlantas yakni Dikyasa. Tingkatannya berada dibawah Dirlantas. kami berperan dalam menjaga hubungan baik dengan para stakeholders seperti masyarakat, lembaga-lembaga, pemerintah, dinas pekekerjaan umum,lsm, dan kepolisian itu sendiri. Tugas kami adalah memberikan informasi dan edukasi tentang masalah lalu lintas dan upaya-upaya Polri, membuat perencanaan program penerangan lalu lintas seperti kampanye, seminar, sosialisasi, penyiaran langsung dijalan. Talk show, on air, kunjungan, dan lain-lain. 72 Ibu Telly : Humas ditlantas ya kami (Dikyasa), hanya namanya saja yang berbeda. Dikyasa berada dibawah Dirlantas. Kalau peran dan tugas kami layaknya humas yaitu berhubungan baik dengan masyarakat, instansiinstansi terkait, pemerintah, korps kepolisian, memberikan Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik yang terorganisir maupun tidak terorganisir tentang lalu lintas Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas 73 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

18 72 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam menyosialisasikan program tilang elektronik diwilayah Jakarta Pusat. Dan tujuan dari penelitian ini selanjutnya adalah guna mendeskripsikan mengenai implementasi strategi komunikasi tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif sesuai dengan metode studi kasus dan diuraikan secara deskriptif. Adapun penjelasan mengenai uraian implementasi strategi komunikasi tersebut adalah sebagai berikut : A. Credibility Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan suatu perusahaan atau seseorang guna menimbulkan kepercayaan publik. Menurut Cutlip dan Center, komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim ini dibangun melalui kinerja di pihak institusi, yang mereflesikan keinginan untuk melayani stakeholder dan publik. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses penyampaian informasi salah satunya berasal dari kemampuan si pemberi pesan atau komunikator dalam menyampaikannya. Faktor kredibilitas turut menjadi acuan bagi khalayak sasaran dalam memahami maksud suatu pesan. mengenai pertanyaan siapakah narasumber atau seseorang yang bertugas menjalankan kegiatan sosialisasi program tilang elektronik, bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa menjelaskan bahwa :

19 73 Yang bertugas menjalankan kegiatan penerangan kepada masyarakat adalah anggota kami sendiri dari pimpinan hingga semua bagian. 74 Masih dengan pertanyaan yang sama, kepala seksi bidang pendidikan masyarakat Ibu Suzana Benyamin menyatakan bahwa : Kami telah membentuk tim yang diambil dari anggota sendiri, yang sebelumnya telah diberikan arahan terlebih dahulu untuk menjalankan kegiatan sosialisasi program ini. Tim kami terdiri dari tiga unit, yang masing-masing unit berjumlah lima orang terdiri dari empat bintara dan satu perwira yang bertindak sebagai komandan tim sosialisasi. Kalau untuk kegiatan seminar ataupun kunjungan yang terjun langsung atau yang bertindak sebagai pembicara adalah Bapak Kasubdit Dikyasa sendiri. 75 Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi. Beliau menyatakan bahwa : Untuk terjun dilapangan, saya dan rekan-rekan yang bertugas. Namun untuk kegiatan formal seperti seminar, ataupun talk show dengan berbagai stakeholders maka pimpinanlah yang bertugas menyampaikan informasinya. 76 Dalam kegiatan sosialisasi program tilang elektronik, yang bertindak sebagai narasumber adalah berasal dari internal yakni para anggota Dikyasa sendiri mulai dari pimpinan hingga semua bagian yang telah diberikan arahan dan pelatihan terlebih dahulu. Suatu program perlu memiliki dasar atau landasan yang jelas tujuannya untuk memperkuat pelaksanaan program. Oleh karenanya penulis mengajukan pertanyaan mengenai apakah program tilang elektronik ini memiliki dasar hukum tersendiri? Berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa: 74 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 75 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas 76 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

20 74 Iya, Payung hukum untuk implementasi aturan ini mengacu pada pasal 5 UU No. 11 Th mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik, serta berdasarkan pada peraturan pasal 272 UU. No.22 Th.2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 77 Selain itu penulis juga menanyakan mengenai apakah kegiatan sosialisasi ini telah sesuai dengan visi misi organisasi? Berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa: Iya, dalam bertugas Kami mengedepankan visi misi organisasi. Kami Menyelenggarakan penegakan dan kepastian hukum yang bercirikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat di bidang lalu lintas. Kami ingin mewujudkan masyarakat pemakai jalan supaya memahami, yakin dan mempercayai kepada polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam kegiatan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas. 78 Pihak Dikyasa Polda Metro Jaya berkompeten dalam menjalankan rencana sosialisasi program tilang elektronik dikawasan perempatan Sarinah, Thamrin karena kemampuan dan kerjasama tim yang baik dalam menjalankannya serta didukung penuh oleh berbagai pihak. Mengenai pertanyaan apakah turut bekerjasama dengan pihak dari luar organisasi guna mendukung kegiatan sosialisasi ini? berikut penjelasan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa: Tentu, Kami bekerjasama dengan dinas perhubungan, dinas penerangan umum, DLL AJR, pengadilan, dan sebagainya. Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan kepada beberapa wakil masyarakat mengenai Bagaimana pendapat anda tentang kepolisian saat ini? berikut tanggapan Ibu Sarah dan Bapak Anton Darmawan sebagai wakil dari masyarakat : 77 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 78 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

21 75 Ibu Sarah : Polisi merupakan aparat penegak hukum yang tugasnya melindungi,mengayomi dan melayani masyarakat. Dan hal itu telah dapat kita rasakan. Secara tidak langsung polisi telah menjalankan fungsi hukum yaitu membatasi tingkah laku manusia sehingga menghasilkan rasa aman dimasyarakat. 79 Bapak Anton : Tanpa kita sadari kehadiran polisi sebagai aparat negara sudah sangat membantu kelangsungan kegiatan masyarakat, meskipun terkadang masih ditemukan oknum- oknum yang menyalahgunakan tugastugas yang diberikan pemerintah terhadapnya. 80 Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil masyarakat, diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap kepolisian saat ini masih dinilai positif. Masyarakat melihat bahwa peran pihak kepolisian sangat dibutuhkan karena senantiasa membantu kelangsungan kegiatan masyarakat. B. Context Konteks yakni kesesuaian program komunikasi dengan kenyataan lingkungan. Kesesuaian pesan dengan kenyataan yang ada selama ini merupakan hal yang dapat mempengaruhi pemahaman seseorang. Dalam sosialisasi program tilang elektronik tentu telah mengalami berbagai pertimbangan yang matang. Adapun pertanyaan penulis mengenai hal ini yaitu Apa yang menjadi latar belakang diadakannya program tilang elektronik ini? berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Program Tilang Elektronik dilatar belakangi oleh perkembangan teknologi dibidang transportasi. Dengan melihat pertambahan kendaraan yang semakin hari semakin banyak yang saat ini saja untuk kendaraan roda dua mencapai 9 juta, kendaraan pribadi roda empat 2 juta lebih, kendaraan umum sekitar 800 dan total keseluruhan kendaraan di Jakarta mencapai 12 juta. Dengan pertambahan jumlah kendaraan tentunya memberikan indikasi kepada tingginya angka pelanggaran yang dapat memicu terjadinya angka kecelakaan, karena suatu pelanggaran memicu 79 Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat 80 Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat

22 76 terjadinya kecelakaan. Sesuai dengan perjanjian dengan WHO, bahwa kami melakukan Global Safety yaitu bagaimana untuk meningkatkan keselamatan, bagaimana menerapkan kebijakan lalu lintas sampai 50%. Oleh karenanya, kami berupaya untuk meningkatkan kedisiplinan dalam berlalu llintas. Namun, melihat Sumber daya manusia yang kami miliki terbatas, maka kamipun berupaya melakukan terobosan baru dalam pengawasan penegakan hukum dengan menggunakan suatu perangkat elektronik berupa kamera CCTV. Kamera ini akan membantu kepolisian lalu lintas dalam mengawasi tata tertib jalanan ibu kota selama 24 jam. Karena apabila menggunakan tenaga manusia dalam hal ini petugas kepolisian lalu lintas, tentu kemampuan yang dimiliki terbatas. Manusia dapat merasa lelah, sedangkan jika dengan alat tidak mungkin ada rasa lelah dan dapat berjalan non-stop kecuali jika mengalami gangguan. Dengan dasar itu, maka munculah kebijakan penerapan program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) atau yang lebih sering disebut Tilang Elektronik. 81 Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas menjelaskan : Program Tilang Elektronik diantaranya dilatar belakangi oleh tingkat pelanggaran yang dari tahun ke tahun selalu bertambah, untuk menengahi persepsi istilah damai ditempat yang memberikan image negatif bagi polisi serta dilatar belakangi atas perkembangan teknologi dibidang transportasi. 82 Berdasarkan hasil pertanyaan tersebut, didapatkan kesimpulan dari latar belakang diadakannya program tilang elektronik yaitu didasarkan pada tingkat angka pelanggaran lalu lintas yang kian bertambah, untuk menengahi persepsi istilah damai ditempat yang memberikan image negatif bagi polisi serta dilatar belakangi atas perkembangan teknologi dibidang transportasi. Hal tersebut dikuatkan dengan pernyataan dari Ibu Sarah dan Bapak Anton selaku wakil masyarakat yang menyatakan bahwa : 81 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 82 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas

23 77 Ibu Sarah : Karena memang masih banyak terjadi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. 83 Bapak Anton : Mungkin biar gak ada main mata antara petugas dengan masyarakat. Kalo ada kamera cctv kan jadi jelas petugas itu menilang gara-gara emang pengendara yang salah atau emang sekedar mau caricari alasan aja polisinya.biar bisa nilang. 84 Pertanyaan yang penulis ajukan kepada narasumber selanjutnya mengenai dimana tempat untuk melakukan sosialisasi program ini? dan mengapa memilih tempat tersebut? berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Tahapan uji coba dan sosialisasi program ini baru terlaksana diperempatan Sarinah. Karena lokasi ini merupakan tempat yang banyak terdapat mobilitas sosialnya. Sehingga cukup memicu terjadinya pelanggaran lalu lintas terutama ketika jam-jam sibuk seperti pulang kantor. Selanjutnya kami juga mengadakan seminar yang diberi nama police goes to campus yang mana kami berkunjung dan memberikan penerangan kepada pelajar tingkat perguruan tinggi di Jakarta. 85 Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas memberikan penjelasannya bahwa : Tahapan uji coba dan sosialisasinya baru terlaksana diperempatan Sarinah. Karena lokasi ini merupakan tempat yang banyak terdapat mobilitas sosialnya. Sarinah dipilih salah satunya karena area tersebut merupakan yang paling lengkap dan siap infrastrukturnya, serta didukung kesiapan instansi pengadilan setempat. 86 Pernyataan mengenai hal tersebut juga turut dinyatakan oleh Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi yakni : Sosialisasi ini kami lakukan di perempatan sarinah. Karena lokasi ini merupakan kawasan yang terjangkau sehingga aktivitas masyarakat banyak yang melaluinya Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat 84 Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat 85 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 86 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas 87 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

24 78 Berdasarkan penjelasan para narasumber maka didapat keterangan bahwa kawasan perempatan sarinah merupakan lokasi yang dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat mobilitas sosial dan infrastruktur yang tersedia. C. Content Content merupakan isi pesan yang mengandung makna bagi penerimanya. pesan harus relevan dengan situasi penerima. Pada umumnya orang memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka. Isi pesan menentukan audien. Berikut pertanyaan mengenai pesan apa yang disampaikan dalam sosialisasi program tilang elektronik.? Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa memberikan penjelasannya sebagai berikut : Pesan yang Kami sampaikan berupa penjelasan latarbelakang program, maksud dan tujuan program, serta metode kerja programnya. 88 Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi menuturkan bahwa : Memberikan pesan/ informasi yang berisi kata-kata himbauan, agar para pengendara memberhentikan kendaraannya tidak melebihi garis atau stop line disaat lampu merah menyala demi keselamatan dan kelancaran lalu lintas. 89 Mengenai pertanyaan apakah pesan yang disampaikan disetiap media berisi pesan yang sama? berikut penjelasan Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Ya tentu berbeda. Kalau diforum diskusi seperti seminar maupun on air kami beritahukan penjelasan berupa latarbelakang program, maksud dan tujuan program, serta metode kerja programnya. Namun untuk media umum seperti papan pengumuman kami cantumkan pesan berupa 88 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 89 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

25 79 himbauan untuk berhenti di garis putih atau stop line pada saat traffic light yang dilampirkan penjelasan undang-undangnya. Kalau untuk spanduk, kami hanya mencantumkan mengenai pemberlakuan program tilang elektronik. Untuk brosur kami cantumkan latarbelakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, serta metode kerja program tilang elektronik seperti apa. 90 Mengenai Pertanyaan apa tujuan utama dari pelaksanaan sosialisasi program tilang elektronik ini? Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa menyatakan bahwa : Agar masyarakat mengetahui dan paham terhadap aturan yang berlaku saat ini, sehingga mereka tidak komplain dan merasa dipecundangi. Serta untuk menimbulkan perubahan sikap masyarakat agar taat berlalu lintas. 91 Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi menyatakan bahwa : Ibu Telly : Agar masyarakat mengetahui tentang apa, utnuk apa, dan bagaimana program tilang elektronik ini. 92 Didapatkan dari hasil wawancara penulis tersebut, bahwa pihak Dikyasa Polda Metro Jaya telah memberikan informasi secara singkat dan tegas akan tetapi mengandung makna bagi penerimanya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ibu Sarah, Bapak Anton, dan Wenny selaku wakil masyarakat yang telah penulis wawancarai mengenai apakah anda mengetahui tujuan dari program tilang elektronik ini? Berikut jawaban dari ketiga narasumber yang menyatakan bahwa : Ibu Sarah : Iya, supaya masyarakat tertib berlalu lintas jadi angka pelanggaran dan kecelakaan bisa sedikit teratasi Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 91 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 92 Wawancara dengan Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi 93 Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat

26 80 Bapak Anton : Supaya masyarakat bisa tertib berlalu lintas, tidak melanggar peraturan dan tidak ada lagi oknum-oknum nakal yang mencari-cari keuntungan semata. 94 Wenny : Menjadikan masyarakat tertib dalam berkendara 95 Berdasarkan hasil dari pendapat ketiga wakil masyarakat tersebut, disimpulkan bahwa isi pesan yang disampaikan petugas dianggap memberikan manfaat bagi komunikan atau khalayak sasarannya karena mengandung tujuan program tilang elektronik yakni guna meminimalisir angka pelanggaran dan kecelakaan yang berdampak pada kemacetan lalu lintas, sehingga terciptanya suasana lalu lintas ibu kota yang kondusif. D. Clarity Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna sama menurut si pengirim dan penerima. Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya kepada komunikan, dan menggunakan artikulasi serta kalimat yang jelas agar dapat dimengerti komunikannya. 94 Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat 95 Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat

27 81 Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan mengenai adakah penggunaan simbol atau lambang dalam menyampaikan isi pesan? Berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem, selaku Kasubdit Dikyasa : Untuk penggunaan simbol, kami tidak menggunakan simbol-simbol khusus hanya berupa rambu-rambu lalu lintas, stop line atau garis berhenti dan yellow box junction yaitu marka jalan berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang berwarna kuning yang tergambar di aspal pada setiap persimpangan jalan. mengatur lalu lintas. 96 Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi menyatakan bahwa : Kalau untuk mengatur lalu lintas dibutuhkan gerakan-gerakan pengaturan yang jelas dan tegas dari petugas lalu lintas. Oleh karenanya kami menggunakan komunikasi non-verbal untuk menjelaskan aturanaturan penggunaan jalan. Dan untuk pendukung lainnya adalah dengan rambu-rambu saja. 97 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapat bahwa dalam proses penyampaian pesannya Divisi Dikyasa mencampurkan penggunaan bahasa verbal dengan bahasa non verbal dan juga rambu-rambu lalu lintas sebagai pendukung jalannya proses transfer informasi. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Wenny selaku wakil masyarakat yang juga sebagai peserta seminar : Saya jadi bertambah pengetahuannya tentang peraturan-peraturan lalu lintas kayak rambu-rambu, terus jadi tau tentang apa itu marka jalan, dan lain-lain. 98 Mengenai pertanyaan selanjutnya yaitu apakah sejauh ini masih ada ketidakpahaman terhadap informasi yang disampaikan? Berikut penjelasan Wenny selaku wakil masyarakat yang juga sebagai peserta seminar : 96 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 97 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi 98 Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat

28 82 Semua pesan yang disampaiin rinci dan gak ada istilah-istilah yang rumit, jadi ya mudah dimengerti. 99 Berdasarkan pendapat dari wakil masyarakat yang telah penulis wawancarai menyatakan bahwa pesan yang disampaikan mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang tidak rumit. E. Continuity and Consistency Komunikasi adalah proses tanpa akhir atau terus menerus dilakukan dan pesan yang disampaikan harus konsisten sehingga khalayak tidak bingung dan menjadi apatis. Dalam kegiatan sosialisasi program tilang elektronik pesan yang disampaikan tidak hanya berlangsung satu atau dua kali melainkan perlu adanya komunikasi yang berlanjut. Dalam hal ini penulis memberikan pertanyaan kepada narasumber mengenai Sejak kapankah program ini berjalan?dan apakah program ini akan terus dilaksanakan? Berikut penjelasan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa, Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas, dan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi : Bapak Kanton Pinem : Program Tilang Elektronik ini dimulai pada awal tahun 2011, dan mulai diuji cobakan pada awal bulan april, namun pada uji coba ini juga masih dalam tahap sosialisasi, artinya belum adanya sanksi atau denda bagi pelanggar. Kami hanya sebatas memberikan teguran simpatik dan pemberitahuan yang mendidik saja. Program ini akan terus kontinu atau berkelanjutan, dan kami akan mengembangkan kebeberapa titik. 100 Ibu Suzana Benyamin : Sejak bulan februari 2011, dan akan terus dikembangkan kebeberapa titik rawan kemacetan Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat 100 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 101 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas

29 83 Ibu Telly : Sudah dari awal tahun Program ini akan terus berlanjut dan akan terus dikembangkan dibeberapa titik, karena ini merupakan program pemerintah dalam menertibkan lalu lintas ibu kota. 102 Untuk pertanyaan selanjutnya, apakah program tilang elektronik ini telah menjadi fokus sejak lama untuk diadakan? Berikut penuturan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Iya ide dari program ini telah lama direncanakan. Dirlantas Polda Metro Jaya Kala itu Bapak Joko Susilo sangat concern terhadap electronic traffic law enforcement, oleh karenanya ia membentuk TMC /Traffic Management Center sebagai induk dari kegiatan ETLE. Program ini kemudian dilanjutkan oleh Dirlantas berikutnya yaitu Bapak Condro Kirono. Beliau melakukan tindak lanjut program dengan memasang modul-modul elektronik dipersimpangan sarinah. Dan saat ini program dilanjutkan oleh Dirlantas yakni Kombes Pol.Royke Lumowa. Jadi program ini sebenarnya sudah dirancang sejak lama dan telah dikuatkan oleh amanat undang-undang no.22 tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan jalan. 103 Pada pertanyaan selanjutnya mengenai kapan waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi program dimulai? Berikut penjelasan Bapak Kanton Pinem selaku kasubdit Dikyasa : Waktu pelaksanaannya secara gradual atau step by step, dimulai pukul , berlanjut lagi , dan terakhir pukul Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi yakni : Dimulai pukul , berlanjut lagi , dan terakhir pukul Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi 102 Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat 103 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 104 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 105 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

30 84 Pada Pertanyaan selanjutnya mengenai kapan tepatnya program tilang elektronik ini akan mulai diterapkan? Berikut penjelasan dari Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa, dan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas : Bapak Kanton Pinem : Target rencana penerapannya sendiri pada bulan april tahun depan, jadi dalam waktu satu tahun ini kami mengedepankan kegiatan sosialisasinya dulu. 106 Ibu Suzana Benyamin : Untuk pastinya kami masih akan koordinasikan kembali dengan pimpinan. 107 Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas diketahui bahwa program tilang elektronik telah melalui persiapan perencanaan dan penerapan yang matang. Hal ini terlihat dari konsistensi kerja yang dilakukan pihak Dikyasa dalam menjalankan kegiatan sosialisasinya. F. Channel Merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Penggunaan media dimaksudkan agar pesan dapat tersampaikan pada pihak yang tidak terjangkau dengan komunikasi tatap muka, dan agar pesan dapat terekam atau tersimpan untuk diingat. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan mengenai melalui cara apa program tilang elektronik tersebut diperkenalkan kepada masyarakat? Berikut penjelasan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa yang menyatakan bahwa : Cara yang kami lakukan untuk memperkenalkan program ini adalah dengan melakukan sosialisasi berupa penerangan langsung dijalan, seminar, diskusi, dialog interaktif di beberapa stasiun televisi, talk show 106 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 107 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas

31 85 dan on air di radio, memasang spanduk, memasang papan pengumuman dijalan, membagikan pin, brosur, leaflet, stiker,dan lain-lain. 108 Hal tersebut dikuatkan dengan penuturan Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat yang turut mendukung kegiatan sosialisasi dengan membantu pelaksanaan konfrensi pers dan memberikan penjelasan dalam wawancara dengan wartawan, seperti yang dikemukakan berikut ini : Kami adakan konfrensi pers dan turut memberikan penjelasan dalam wawancara dengan wartawan. 109 Untuk pertanyaan selanjutnya, penulis menanyakan mengenai media massa apa saja yang dilibatkan dalam kegiatan ini? Masih dengan narasumber yang sama yakni Bapak Kanton Pinem, menuturkan bahwa : Kami bekerja sama dengan stasiun televisi seperti Metro TV, Jack TV, Indosiar, dan lain-lain. Kami juga bekerjasama dengan stasiun radio Sonora, Elshinta, Suara Metro, dan lain-lain. Untuk media cetaknya kompas, Media Indonesia, Sinar Harapan, Pos Kota, dan lain-lain serta kami turut informasikan melalui website di lantas@metro.polri.go.id 110 G. Capability of the audience Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audien. Kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu yang mereka miliki, kebiasaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka punyai. Mengenai hal tersebut, maka penulis mengajukan pertanyaan berupa siapa khalayak sasaran dari kegiatan sosialisasi program ini? Berikut penjelasan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa, Ibu Suzana Benyamin, selaku Kasi Dikmas dan Ibu 108 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 109 Wawancara dengan Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat 110 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

32 86 Telly, selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi dalam wawancara kepada penulis : Bapak Kanton Pinem : Secara keseluruhan tentunya program ini ditujukan untuk masyarakat luas pengguna kendaraan roda dua dan roda empat, karena nantinya program ini akan dikembangkan kebeberapa titik. Namun untuk diwilayah saat ini kami mengkhususkan bagi pengendara yang melintas dikawasan perempatan sarinah. 111 Ibu Suzana Benyamin : Masyarakat luas pengguna jalan. 112 Ibu Telly : Jelas masyarakat luas 113 Untuk selanjutnya penulis menanyakan mengenai Bagaimana jika pelanggar berasal diluar Jakarta? Apakah termasuk target sasaran program ini? Berikut penjelasan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Untuk saat ini kami berlakukan teguran simpatik bagi siapapun yang melanggar karena sifatnya saat ini masih sosialisasi. Namun, untuk diberlakukannya nanti apabila didapati pelanggar dari luar Jakarta, maka kami tetap akan menindak dan melakukan proses sidang berupa titip sidang. Jadi kami harus menindak tegas siapapun pelanggarnya. 114 Pertanyaan yang penulis ajukan selanjutnya mengenai apakah sejauh ini masyarakat dapat menangkap isi pesan yang dimaksud dalam program dengan baik? Berikut penuturan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa : Sejauh ini kami melihat masyarakat telah mengerti maksud dan tujuan dari isi pesan kami mengenai program ini, hal ini terlihat dari perubahan yang terjadi dilapangan dimana ketertiban jalan telah tercipta. Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi menyatakan bahwa : 111 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya 112 Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas 113 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi 114 Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

33 87 Iya, terlihat dari pantauan kami dilapangan bahwa pengendara sudah jarang ditemui melanggar traffic light dan marka jalan. 115 Berdasarkan hasil petikan wawancara tersebut diatas, maka didapatkan bahwa kemampuan penerimaan program yang dilakukan divisi Dikyasa Polda Metro Jaya dapat dilihat berdasarkan perubahan yang terjadi dilapangan dimana ketertiban jalan telah tercipta. Hal tersebut dikuatkan dengan penuturan dari Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat yang menyatakan bahwa : Berdasarkan laporan data bulanan kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas Ditlantas Polda Metro Jaya, diketahui bahwa tingkat angka pelanggaran dan kecelakaan telah mengalami penurunan setiap bulannya. Sejak Januari hingga Maret 2011, sebanyak 942 kendaraan tercatat melanggar marka jalan dan kendaraan menerobos lampu lalu lintas. Adapun pada April-Juni 2011, kendaraan yang melanggar marka jalan menurun menjadi 458 dan 611 kendaraan yang menerobos lampu lalu lintas. Dari angka itu, pelanggaran marka lalu lintas menurun sebesar 51,4 persen dan menerobos lampu lalu lintas merosot sebanyak 46 persen. Secara total, jumlah pelanggaran turun dari kendaraan ke kendaraan. Jadi dapat dikatakan program tilang elektronik ini telah memberikan konstribusi dalam meminimalisir jumlah pelanggaran lalu lintas. 116 Hal yang menjadi penguat lainnya yakni berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Sarah selaku pengendara kendaraan roda empat, Bapak Anton selaku pengendara kendaraan roda dua, serta Wenny mahasiswa Univ. Negeri Jakarta mengenai pertanyaan apakah anda mengetahui program tilang elektronik? dan dari manakah anda mengetahui program tersebut? berikut penjelasan dari ketiga narasumber : 115 Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi 116 Wawancara dengan Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat

34 88 Ibu Sarah : Iya saya tahu. Dari berita di televisi, lagi pula saya juga tahu karena saya bekerja didekat sini jadi sering lewat sini. 117 Bapak Anton : Iya tahu. Sebelumnya saya tahu dari televisi dan dari kegiatan sosialisasi petugas dijalan. 118 Wenny : Dari kegiatan seminar yang diadakan direktorat lalu lintas polda. 119 Untuk pertanyaan selanjutnya mengenai Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program tilang elektronik? berikut penjelasan dari ketiga narasumber yang merupakan wakil dari masyarakat: Ibu Sarah : Saya sangat mengapresiasi sekali program ini, mudahmudahan program ini tidak hanya sesaat, tapi untuk seterusnya benarbenar dijalankan. 120 Bapak Anton : Ini merupakan suatu terobosan yang patut kita dukung karena selain efektif dalam pelaksanaannya, cara ini juga melatih masyarakat di Indonesia untuk tertib dan patuh terhadap peraturan yang dibuat. Toh peraturan itu kan dibuat untuk keselamatan masyarakat juga khususnya para pengguna jalan. 121 Wenny : Programnya bagus dan tegas untuk menindak pengendara yang melanggar biar jera Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat 118 Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat 119 Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat 120 Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat 121 Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat 122 Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perusahaan Kepolisian daerah Metropolitan Jakarta Raya diawali dari kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada tahun

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Lintas Sejarah Polda Metro Jaya 3.1.1 Sejarah Polda Metro Jaya Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode : Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode : Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah sehari-hari warga Jakarta. Hal ini disebabkan pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan yang tidak seimbang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Polres Sleman Dalam melaksanakan tugas Polres Sleman selalu bekerjasama dengan instansi terkait maupun seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan Polres Sleman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat 57 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat pertahanan negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis utarakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : 1.

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING)

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 46 BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 2.1. Program Kampanye Keselamatan Jalan Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XI tentang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalulintas di Kota Tangerang. Apalagi beberapa korbannya adalah anak yang

BAB I PENDAHULUAN. lalulintas di Kota Tangerang. Apalagi beberapa korbannya adalah anak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kecelakaan lalulintas pada saat ini telah dalam kondisi yang memperihatinkan. Pada tahun 2012 saja, sudah terjadi 104 kasus kecelakaan lalulintas di Kota Tangerang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat, hakikat keadilan dan hukum dapat dialami baik oleh ahli hukum maupun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG RAMBU-RAMBU, MARKA JALAN, DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU RAMBU, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga rasa saling membutuhkan antara individu yang satu

Lebih terperinci

NO ISI SURAT LAMPIRAN KETERANGAN

NO ISI SURAT LAMPIRAN KETERANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH METRO JAYA RESORT METRO TANGERANG KOTA Jalan Daan Mogot no. 52 Tangerang 15111 Nomor : B/ /II/2016/Restro Tng Kota Klasifikasi : BIASA Tangerang, Pebruari 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA Visi Terwujudnya Direktorat Lalu Lintas Polda D.I. Yogyakarta yang profesional, unggul, terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai masyarakat guna mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi yang baik, berupa

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RESOR PANGKALPINANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI SAT LANTAS POLRES SUMBAWA 0 Sumbawa, Desember 0 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 %

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % PASAR SEPEDA MOTOR TAK PERNAH KRISIS PERTUMBUHAN PER THN : 14 % (+/-12 JT) PERTUMBUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepolisian merupakan suatu badan yang mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jaawab terhadap masyarakat seperti menghimbau, melayani dan membantu masyarakat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat, sehingga Negara merasa penting untuk mengaturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan lalu lintas yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alat transportasi mengalami perkembangan, terutama penggunaan kendaraan roda dua dan roda empat. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas, kemacetan,

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo 43 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung Sejalan dengan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, di daerah Lampung yang saat itu merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Jasa Raharja 1. Sejarah Singkat PT. Jasa Raharja Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau

Lebih terperinci

BULAN NOPEMBER MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV JML 6 X 7X 6 X 7X 26 X ORANG 2 SAFETY RIDING 6 X 5 X 6 X 5 X 22 X 13.

BULAN NOPEMBER MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV JML 6 X 7X 6 X 7X 26 X ORANG 2 SAFETY RIDING 6 X 5 X 6 X 5 X 22 X 13. LAPORAN KEGIATAN BULANAN Model LB 1 Program : Police Goes to Campus Kesatuan : Polres Metropolitan Jakarta Utara KEGIATAN 1 KAMPANYE KESELAMATAN 6 X 7X 6 X 7X 6 X 1.500 ORANG SAFETY RIDING 6 X 5 X 6 X

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan zaman dalam bidang IPTEK memberikan fasilitas yang dapat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Mulai dari kebutuhan yang bersifat primer sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, kebutuhan masyarakat akan transportasi kian meningkat. Kebutuhan masyarakat akan transportasi darat seperti mobil dan motor juga meningkat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Anggoro, M Linggar, Teori & Profesi Kehumasan, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005 Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, 2004 Davis, Anthony, Everything You Should

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGELEDAHAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA- KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR DOKUMEN : /III/2013 Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA Tangerang, Maret 2013 KASAT RESNARKOBA KAPOLRES METRO TANGERANG KOTA KABIDKUM POLDA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2016 POLRI. Calon Angoota POLRI. Penerimaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN CALON ANGGOTA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS LINTAS Selong, Januari 2015 BIDANG LAKA LANTAS

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA I. Pendahuluan Dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan bahwa tugas Kepolisian adalah memelihara

Lebih terperinci

Oleh : YAKUB DEDY KARYAWAN

Oleh : YAKUB DEDY KARYAWAN Oleh : YAKUB DEDY KARYAWAN 747 TITIK RAWAN MACET DI DKI JAKARTA MACET PARAH ( 0-15 KM/JAM ) MACET SEDANG (15 40 KM/JAM ) LANCAR ( > 40 KM/JAM ) MANAJEMEN KEBUTUHAN LANTAS & GAKKUM YG EFEKTIF ERP MANAJEMEN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Lebih terperinci

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian. Yang saya hormati : Segenap

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN SAKSI / TERSANGKA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari

Lebih terperinci

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

Foto 5. public adress Foto 7. public adress LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 2. Pedoman wawancara 3. UU No.22 tahun 2009 4. Surat Telegram Kapolres Bantul No:ST/598/X/2011 5. Surat Ijin Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Foto 1.

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini memacu terjadi banyaknya perubahan dan berkembangnya pola fikir di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru Polsek Tampan berdiri pada tahun 1998 bertepatan di Jl. HR. Subrantas Kota Pekanbaru. Diresmikan oleh Kapolri

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT SIDOARJO INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN 2015-2019 (PERUBAHAN) 1 Terpenuhinya Alpalkam / Almatsus dan kapor Polri guna

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET KEPOLISIAN NEGARA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 206 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET 2 3 4 5 6 PERKAP NO. 2 TAHUN 2007 MOBIL UNIT PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi pemerintah atau iklan dari merek kendaraan ternama. Aman dalam berkendara, adalah sebuah kalimat yang

Lebih terperinci

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA A. VISI Bidang Humas Polda DIY mempunyai visi mampu menjadi penjuru untuk mendorong dan membangun kepercayaan masyarakat serta opini positif guna mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kabupaten Sanggau merupakan tugas dan fungsi dari kepolisian lalu lintas Polres Sanggau. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan dampak luas terhadap berbagai segi kehidupan, khususnya bagi lalu lintas dan angkutan jalan. Seiring

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Data & Literatur 2.1.1. Data Umum tentang Tilang 2.1.1.1. Prosedur Tilang Polisi yang memberhentikan pelanggar wajib menyapa dengan sopan serta menunjukan jati diri dengan jelas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti mengenai tingkat pengetahuan masyarakat pembaca brosur di Surabaya mengenai Surat Izin Mengemudi (SIM) online. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lalu lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai menjadi tolak ukur dalam keberhasilan suatu organisasi, baik pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 22 tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah adalah

Lebih terperinci

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 Pelaksanaan Harkatpuan Patroli Terpadu jajaran Baharkam Polri dan kewilayahan dengan metode penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para penegak hukum dan aparat

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.983, 2013 KEPOLISIAN. Penyidikan. Tindak Pidana. Pemilu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan transportasi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (UNIT PPA)

Lebih terperinci