UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR RESTU PERTIWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR RESTU PERTIWI"

Transkripsi

1 UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR RESTU PERTIWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ukuran Lahir, Keragaan Status Gizi, dan Komposisi Tubuh Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Restu Pertiwi NIM I

4

5 ABSTRAK RESTU PERTIWI. Ukuran Lahir, Keragaan Status Gizi, dan Komposisi Tubuh Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh RIMBAWAN. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan ukuran lahir, keragaan status gizi, dan komposisi tubuh mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor angkatan Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan puposive sampling yang melibatkan 45 orang laki-laki dan 64 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki ukuran tubuh saat lahir yang normal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam ukuran lahir. Sebanyak 66.1% contoh memiliki status gizi normal dan komposisi tubuh yang normal. Persen lemak tubuh, lemak viseral, massa bebas lemak (FFM), rasio lingkar pinggang-pinggul secara signifikan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berat badan lahir secara signifikan berhubungan positif terhadap indeks massa tubuh (p=0.023), sedangkan panjang badan lahir memiliki hubungan positif yang signifikan dengan FFM (p=0.040). Terdapat hubungan signifikan antara berat badan lahir terhadap indeks massa tubuh dan hubungan berat serta panjang badan lahir terhadap FFM setelah adanya penyesuaian beberapa faktor perancu yang meliputi jenis kelamin, indeks massa tubuh saat ini, tingkat kecukupan energi dan protein, aktivitas fisik, dan status perekonomian. Kata kunci: keragaan status gizi, komposisi tubuh, ukuran lahir ABSTRACT RESTU PERTIWI. Size at Birth, Nutritional Status Profile, and Body Composition of Common First Year Students of Bogor Agricultural University. Supervised by RIMBAWAN. The objective of this study was to analyze the correlation between size at birth, nutritional status profile, and body composition of common first year students entering Bogor Agricultural University at Design of this study was crosssectional with purposive sampling. The study was carried out with 45 males and 65 females. Result showed that most of students had normal size at birth. There was no significant difference between male and female in size at birth. As much as 66.1% subjects had normal nutritional status and most of them had normal body composition. Percent body fat, visceral fat, fat free mass, and waist-to-hip ratio were significantly different between male and female subjects. Birth weight was significantly correlated with body mass index (BMI) (p=0.023), whereas birth length had significant correlation with fat free mass (p=0.040). There was a significant association between birth weight toward BMI and also between birth weight and birth length toward fat free mass with confounding factors adjustment including gender, current BMI, energy and protein adequacy level, physical activity, and economic status. Keywords: body composition, nutritional status profile, size at birth

6

7 UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR RESTU PERTIWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian dan dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah ukuran lahir, keragaan status gizi, dan komposisi tubuh mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementrian Pendidikan Nasional yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerima program Beasiswa Bidik Misi sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi selama empat tahun di Institut Pertanian Bogor, 2. Bapak Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritik, serta dorongan kepada penulis selama menuntut ilmu di Departemen Gizi Masyarakat IPB dan dalam penyelesaian tugas akhir ini, 3. Bapak Dr.Ir. Irmansyah, MSi selaku Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB beserta seluruh jajarannya, atas izin, bantuan, dan kerjasama sehingga penelitian ini dapat terlaksana, 4. Mama dan almarhum abah, atas cinta dan kasih sayang, dukungan, doa yang tidak ada henti, serta kesetiaannya menjadi guru kehidupan bagi penulis, 5. Sahabat yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini serta teman-teman Warrior 47 lainnya yang telah memberikan dukungan, kebersamaan, suka, dan duka bagi penulis, 6. Seluruh pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan yang pernah penulis lakukan, semoga laporan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Bogor, September 2014 Restu Pertiwi

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7 Pengolahan dan Analisis Data 9 Definisi Operasional 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Karakteristik Contoh 12 Riwayat Kelahiran Contoh 14 Keragaan Status Gizi Contoh 15 Indeks Massa Tubuh 16 Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Contoh 18 Aktivitas Fisik Contoh 20 Komposisi Tubuh Contoh 21 Persen Lemak Tubuh 21 Lemak Viseral 23 Massa Bebas Lemak 24 Lingkar Pinggang 25 Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul 27 Hubungan Ukuran Lahir dengan Komposisi Tubuh 28 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan Persen Lemak Tubuh 28

14 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan Lemak Viseral 29 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan Massa Bebas Lemak 30 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan Lingkar Pinggang 31 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul) 31 Hubungan Berat dan Panjang Badan Lahir dengan Indeks Massa Tubuh 32 Hubungan Ukuran Lahir terhadap Komposisi Tubuh dan Faktor-faktor Perancu 33 SIMPULAN DAN SARAN 34 Simpulan 34 Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 35 LAMPIRAN 41 RIWAYAT HIDUP 55

15 DAFTAR TABEL 1 Sebaran contoh berdasarkan proporsi jenis kelamin tiap departemen 6 2 Variabel, cara, dan alat pengumpulan data 8 3 Variabel, data yang dibutuhkan, dan kategori pengukuran 9 4 Sebaran contoh menurut karakteristik 13 5 Sebaran contoh menurut ukuran lahir 14 6 Sebaran contoh menurut indeks massa tubuh dan status gizi 16 7 Sebaran contoh menurut status perekonomian terhadap keragaan status gizi 16 8 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap keragaan status gizi 17 9 Sebaran contoh menurut tigkat kecukupan energi dan protein Rata-rata frekuensi dan jumlah konsumsi Sebaran contoh menurut tingkatan aktivitas fisik Sebaran contoh menurut persen lemak tubuh Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap persen lemak tubuh Sebaran contoh menurut level lemak viseral Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap level lemak viseral Data statistik massa bebas lemak contoh Sebaran contoh menurut ukuran lingkar pinggang Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap lingkar pinggang Sebaran contoh menurut rasio lingkar pinggang-pinggul Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap rasio lingkar pinggang pinggul 28 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran hubungan ukuran lahir terhadap keragaan status gizi dan komposisi tubuh dewasa awal 4 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nilai normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test 41 2 Hasil uji hubungan berat badan lahir dengan rasio lingkar pinggangpinggul 41 3 Hasil uji hubungan berat badan lahir dengan komposisi tubuh 41 4 Hasil uji hubungan panjang badan lahir dengan komposisi tubuh 42 5 Uji tabulasi silang status perekonomian terhadap tingkat kecukupan energi 42 6 Pengaruh berat badan lahir terhadap komposisi tubuh 43 7 Pengaruh panjang badan lahir terhadap komposisi tubuh 43 8 Kuesioner penelitian 41

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia Indonesia dari aspek kesehatan, ekonomi, dan pendidikan masih sangat jauh tertinggal dari negara lain di dunia. Hal ini diperkuat dengan posisi Indonesia di peringkat ke-124 dari 187 negara dalam Human Development Index (HDI) dan menempati peringkat ke-118 dari 187 negara dalam bidang kesehatan pada tahun 2011 (Menkokesra 2011). Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas masyarakat. Salah satunya adalah tumbuh kembang yang tidak sempurna akibat penyakit yang diderita semasa anak-anak akan menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja di kemudian hari (Arisman 2010). Mahasiswa adalah generasi muda yang diharapkan untuk ikut berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya sehingga dapat bertanggung jawab dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini disebabkan oleh kemajuan suatu bangsa tidak hanya tergantung pada kekayaan sumber daya alam negara. Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB adalah mahasiswa baru yang berasal dari beragam latar belakang suku, agama, budaya, dan kondisi sosial ekonomi. Keadaan kesehatan dan status gizi yang optimal sangat diperlukan untuk menunjang segala aktivitas, baik dari segi akademis maupun non-akademis agar mampu mencapai prestasi yang membanggakan. Usia mahasiswa TPB IPB merupakan bagian dari periode remaja dan tengah memasuki masa dewasa muda yang memiliki sifat dan karakteristik yang berbedabeda. Masalah kesehatan yang dialami dapat dimulai pada usia yang sangat dini. Pertumbuhan pada usia anak relatif terjadi dengan kecepatan yang sama dan kemudian meningkat di masa remaja. Pada periode inilah seseorang menjadi rentan gizi karena berbagai sebab (Almatsier et al. 2011). Gejala sisa infeksi dan malnutrisi ketika anak-anak, akan menjadi beban pada saat remaja. Mereka yang dapat selamat dari penyakit infeksi yang terkait dengan malnutrisi semasa bayi, tidak akan mungkin tumbuh sempurna (termasuk perkembangan mental dan psikososial) (Arisman 2010). Ketika beranjak dewasa, pola pertumbuhan beralih ke tingkat homeostasis (stabil). Peranan gizi pada usia dewasa terutama adalah untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh (Almatsier et al. 2011). Berbagai permasalahan terkait status gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin) hingga usia lanjut (Istiono et al. 2009). Almatsier et al. (2011) mengemukakan bahwa berat badan lahir sebagai salah satu faktor penentu status gizi bayi, salah satunya dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Menurut Yongky et al. (2009), gizi ibu yang buruk, baik sebelum maupun selama kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (PJT), berat bayi lahir rendah, gangguan dan perkembangan otak bayi, serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Usia, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, status gizi, usia kehamilan, dan pertambahan berat badan ibu selama hamil memiliki kontribusi sebesar 24.3% terhadap berat lahir bayi.

18 2 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa prevalensi bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia cukup besar, yaitu mencapai 10.2 persen (Kemenkes RI 2013). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan lahir sangat menentukan kesehatan di masa dewasa dan diantaranya dicirikan oleh perubahan dalam komposisi tubuh. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram erat hubungannya dengan penyakit degeneratif di usia dewasa (Barker 1998 dalam Ernawati et al. 2011). Sebuah penelitian ekstensif menunjukkan adanya hubungan positif antara berat lahir dan indeks massa tubuh (IMT) di kemudian hari dan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya obesitas dengan kenaikan IMT sebesar 0.5 sampai 0.7 kg/m 2 untuk setiap kenaikan berat badan lahir (Chomtho et al. 2008). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuhnya. Hasil penelitian Corvalan et al. (2007) pada populasi stunted menunjukkan bahwa IMT pada saat lahir secara positif berhubungan dengan IMT dan massa bebas lemak ketika dewasa, tetapi tidak berhubungan dengan persen lemak tubuh dan lingkar perut. Panjang tubuh ketika lahir juga memiliki hubungan dengan lingkar perut dan massa bebas lemak, tetapi tidak berhubungan positif dengan IMT dan persen lemak tubuh. Selain itu, rendahnya berat lahir berhubungan dengan pola distribusi lemak yang lebih sentral serta rendahnya indeks massa tubuh. World Health Organization (2008) menunjukkan bahwa adanya hubungan distribusi lemak yang sentral terhadap CVD (Cardiovascular Disease) berkaitan dengan abnormalitas metabolisme tubuh. Ketidaknormalan tersebut meliputi penurunan glucose tolerance, penurunan sensitivitas insulin, dan dislipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit stroke dan diabetes mellitus. Besarnya pengaruh ukuran tubuh pada saat lahir terhadap status gizi dan kesehatan di masa mendatang membuat banyaknya studi yang mengkaji hal ini. Sebagian besar penelitian yang telah ada lebih banyak melakukan penelitian yang menghubungkan ukuran lahir dengan komposisi tubuh ketika dewasa. Penelitianpenelitian serupa masih sangat terbatas di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh ukuran tubuh saat lahir terhadap keragaan status gizi dan komposisi tubuh mahasiswa yang tengah memasuki masa dewasa. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis ukuran tubuh saat lahir, keragaan status gizi, dan komposisi tubuh pada Mahasiswa TPB IPB tahun Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, pendapatan per kapita keluarga, dan ukuran keluarga mahasiswa TPB IPB 2. Menilai dan membandingkan ukuran tubuh saat lahir mahasiswa TPB IPB lakilaki dan perempuan 3. Menilai dan membandingkan keragaan status gizi mahasiswa TPB IPB lakilaki dan perempuan

19 4. Menilai dan membandingkan tingkat kecukupan energi dan protein mahasiswa TPB IPB laki-laki dan perempuan 5. Menilai dan membandingkan tingkat aktivitas fisik mahasiswa TPB IPB lakilaki dan perempuan 6. Menilai dan membandingkan komposisi tubuh mahasiswa TPB IPB laki-laki dan perempuan 7. Menganalisis hubungan ukuran saat lahir dengan komposisi tubuh mahasiswa TPB IPB 8. Menganalisis hubungan ukuran saat lahir dengan keragaan status gizi Mahasiswa TPB IPB 9. Menganalisis hubungan ukuran lahir terhadap keragaan status gizi, komposisi tubuh, dan faktor-faktor perancu 3 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara ukuran saat lahir dengan komposisi tubuh Mahasiswa TPB IPB 2. Terdapat hubungan antara ukuran saat lahir dengan keragaan status gizi (IMT) Mahasiswa TPB IPB 3. Terdapat minimal satu faktor komposisi tubuh yang berbeda antara Mahasiswa TPB IPB laki-laki dan perempuan 4. Terdapat perbedaan keragaan status gizi (IMT) Mahasiswa TPB IPB laki-laki dan perempuan Manfaat Penelitian Penelitian mengenai ukuran saat lahir, keragaan status gizi, dan komposisi tubuh Mahasiswa TPB IPB dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai hubungan berat dan panjang lahir dengan keadaan status gizi dan komposisi tubuh di masa dewasa muda. Hasil penelitian ini, selanjutya dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan untuk peningkatan status gizi dan kesehatan mahasiswa. Hendaknya juga dapat dijadikan masukan bagi Kementrian Kesehatan RI untuk menggalakkan program yang lebih efektif kepada ibu hamil dan wanita usia subur agar dapat mempersiapkan masa kehamilannya dengan baik sehingga kelak dapat melahirkan bayi yang memiliki status gizi dan kesehatan yang baik di masa yang akan datang. KERANGKA PEMIKIRAN Berat lahir merupakan bentuk hasil pertumbuhan janin. Sebesar 38-80% berat lahir dipengaruhi oleh genetik dan 25% dipengaruhi oleh lingkungan, yang meliputi lingkungan asal janin, orang tua, dan plasenta (Jonston et al. 2002). Stephenson dan Symonds (2002) menyatakan bahwa status gizi ibu adalah faktor determinan berat badan lahir. Ibu yang mengalami gizi kurang di akhir masa

20 4 kehamilan berhubungan dengan berkurangnya ukuran plasenta dan berat lahir. Menurut Almatsier et al. (2011), proses persalinan serta keadaan lingkungan dan gizi menentukan kecepatan pertumbuhan bayi dalam hal berat dan panjang badan, sehingga mempengaruhi keadaan kesehatan dan gizi ketika masa anak-anak. Faktor penyebab langsung yang memengaruhi status gizi anak menurut bagan UNICEF (1990) adalah status infeksi/kesehatan dan konsumsi pangan yang harus dipenuhi. Status infeksi dan masalah kesehatan yang terjadi semasa kecil dapat membuat anak pada usia remaja yang menuju masa dewasa menjadi rentan gizi (Arisman 2010). Walker et al. (2007) menyatakan bahwa anak stunted laki-laki memiliki indeks massa tubuh dan massa lemak yang lebih kecil serta adiposit sentral yang lebih besar ketika berumur tahun. Massa lemak dan massa tanpa lemak dalam tubuh tersebut berhubungan dengan aktifitas fisik dan konsumsi pangan (Ekelund et al. 2007). Adanya pengaruh-pengaruh hormon seksual pada laki-laki dan perempuan menyebabkan terjadinya perbedaan pada komposisi tubuh dan distribusi lemak di seluruh tubuh (Gibney et al. 2009). Sorensen et al. (1997) menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingginya berat lahir dengan kejadian overweight ketika remaja akhir atau dewasa awal. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi, yang mana status gizi dan kesehatan tersebut memiliki hubungan dengan status sosial ekonomi (Chichlowska et al. 2009). Struktur kerangka pemikiran diilustrasikan pada Gambar 1. Genetik Lingkungan Status gizi ibu Berat badan lahir Panjang badan lahir Status gizi anak Status infeksi Konsumsi pangan Status sosialekonomi Komposisi tubuh Status gizi dewasa muda - Aktivitas fisik - Jenis kelamin - Usia Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan ukuran lahir terhadap keragaan status gizi dan komposisi tubuh dewasa muda Keterangan : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : Hubungan antar variabel yang diteliti : Hubungan antar variabel yang tidak diteliti

21 5 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis keterkaitan antara ukuran lahir dengan status gizi serta komposisi tubuh pada Mahasiswa TPB IPB. Lokasi pengambilan data bertempat di Asrama Putra dan Putri TPB IPB dan Laboratorium Antropometri Lantai 3 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pengumpulan data penelitian berlangsung mulai bulan April hingga Mei 2014 dengan proses pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada Mei hingga Juli Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Contoh penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor tahun Pemilihan contoh dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menetapkan responden untuk dijadikan sebagai contoh berdasarkan pada kriteria tertentu (Siregar 2013). Jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 3707 orang berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun Kriteria inklusi yang ditetapkan kepada contoh diketahui melalui proses wawancara. Adapun kriteria inklusi contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berada pada rentang usia tahun dan bukan merupakan mahasiswa internasional, 2. Mengetahui riwayat kelahiran berupa berat dan panjang badan lahir. Informasi ini dapat berasal dari surat keterangan kelahiran ataupun berdasarkan verifikasi orang tua, 3. Tidak sedang dalam keadaan sakit, 4. Tidak sedang menjalani program diet, 5. Belum pernah hamil atau melahirkan, dan 6. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. Perhitungan jumlah minimal contoh yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus perhitungan Slovin (Siregar 2013) : N n = 1 + N(e 2 ) Keterangan : n = jumlah contoh N = besar populasi e = perkiraan tingkat kesalahan (penyimpangan sampel terhadap populasi sebesar 10%) Pembagian jenis kelamin dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah populasi dan subpopulasi sesuai dengan jumlah contoh minimal yang telah diperoleh. Subpopulasi merupakan jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan yang berada pada setiap departemen. Penentuan jumlah contoh dari setiap subpopulasi dihitung dengan menggunakan rumus:

22 6 ni = Ni x n N Keterangan : Ni = total subpopulasi N = total populasi n = jumlah contoh minimal ni = besar contoh untuk tiap subpopuasi Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan proporsi jenis kelamin tiap departemen Contoh Departemen Jumlah mahasiswa % ni Jumlah mahasiswa % ni laki-laki (Ni) Perempuan (Ni) Fakultas Pertanian Manajemen Sumberdaya Lahan Agronomi dan Holtikultura Proteksi Tanaman Arsitektur Lansekap Fakultas Kedokteran Hewan Kedokteran Hewan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Manajeme Sumberdaya Perairan Teknologi Hasil Perairan Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Peternakan Teknologi Produksi Ternak Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Kehutanan Manajemen Hutan Teknologi Hasil Hutan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Silvikultur Fakultas Teknologi Pertanian Teknik Mesin dan Biosistem Teknologi Pangan Teknologi Industri Pertanian Teknik Sipil dan Lingkungan

23 Lanjutan Tabel 1 Departemen Sebaran contoh berdasarkan proporsi jenis kelamin tiap departemen Jumlah mahasiswa laki-laki (Ni) % ni Contoh Jumlah mahasiswa Perempuan (Ni) 7 % ni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Statistika Meterologi Terapan Biologi Kimia Matematika Ilmu Komputer Fisika Biokimia Fakultas Ekonomi dan Manajemen Ekonomi dan Studi Pembangunan Manajemen Agribisnis Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Ekonomi Syariah Fakultas Ekologi Manusia Ilmu Gizi Ilmu Keluarga dan Konsumen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Total Jumlah minimal contoh yang diperoleh sebanyak 98 orang yang tersebar dari semua jurusan. Contoh terdiri atas 41 orang laki-laki dan 57 orang perempuan. Akan tetapi, terdapat 109 contoh (45 laki-laki dan 64 orang perempuan) dalam penelitian ini yang diambil berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara keseluruhan merupakan data primer. Data yang dikumpulkan tersebut meliputi: data riwayat kelahiran (berat dan panjang badan lahir), data antropometri yang terdiri atas berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan komposisi tubuh contoh saat ini, data konsumsi pangan, serta data aktivitas fisik. Data berat badan dan panjang badan lahir

24 8 dikumpulkan untuk mengetahui kategori berat badan dan panjang badan contoh saat dilahirkan dan dijadikan sebagai variabel utama untuk dianalisis dengan komposisi tubuh saat ini. Data ini diperoleh berdasarkan verifikasi orang tua yang masih mengingat berat dan panjang badan lahir anaknya dan jika masih tersedia, surat keterangan lahir dikumpulkan sebagai bukti validasi data. Variabel, jenis data, cara pengumpulan, dan alat yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap disajikan dalam Tabel 2. No. Tabel 2 Variabel, cara, dan alat pengumpulan data Variabel 1. Karakteristik contoh Usia Jenis kelamin Pendapatan per kapita Ukuran keluarga 2. Riwayat kelahiran Berat lahir (g) Panjang lahir (cm) 3. Keragaan status gizi Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Indeks massa tubuh (kg/m 2 ) 4. Komposisi tubuh Persen lemak tubuh Lemak viseral Lingkar pinggang dan pinggul (cm) Rasio lingkar pinggang-pinggul Massa bebas lemak Cara pengumpulan Wawancara Wawancara Pengukuran langsung Pengukuran langsung 5. Aktivitas fisik Recall aktivitas fisik 2 x 24 jam 6. Konsumsi pangan Food Recall 2 x 24 jam dan Food Frequency Quistionnaire Semi-Quantitative Alat Kuesioner Kuesioner - Timbangan digital merk Schlank Sein (ketelitian: 0.1 kg) - Microtoise merk General Care (ketelitian: 0.1 cm) - Body Composition Monitor Omron BF508 - Body Composition Monitor Omron BF508 - Pita meteran plastik (ketelitian: 0.1 cm) Kuesioner Kuesioner Data antropometri yang dikumpulkan terdiri dari berat dan tinggi badan, serta komposisi tubuh. Data berat dan tinggi badan dikumpulkan untuk menggambarkan keragaan status gizi contoh melalui perhitungan indeks massa tubuh dan penentuan status gizi.

25 Komposisi tubuh contoh diukur untuk memperoleh data mengenai persen lemak tubuh (PBF), massa bebas lemak (FFM), dan lemak viseral dengan menggunakan Body Composition Monitor merk Omron BF508. Terdapat pula data pengukuran lingkar pinggang dan pinggul contoh untuk mengetahui distribusi lemak perut dan rasio lingkar pinggang-pinggul. Selain itu, pengambilan data aktivitas fisik dan konsumsi pangan contoh dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh tingkat aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi, dan tingkat kecukupan protein yang dapat menjadi faktor perancu dalam menganalisis hubungan ukuran lahir terhadap keragaan status gizi dan komposisi tubuh di periode dewasa muda. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran langsung, diolah dan dianalisis berdasarkan kategori pengukuran masing-masing variabel menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 for Windows. Tahapan pengolahan terhadap data primer terdiri atas coding, entry, cleaning, grouping, dan dilanjutkan dengan analisis data. Pengategorian variabel penelitian disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3 Variabel, data yang dibutuhkan, dan kategori pengukuran Variabel Data yang dibutuhkan Kategori Pengukuran Karakteristik individu Pendapatan per kapita dalam <Rp (miskin) Rp (tidak miskin) Riwayat kelahiran Komposisi tubuh keluarga Ukuran keluarga Berat badan lahir Panjang badan lahir Persen lemak tubuh Sumber : BPS 2014 Kecil ( 4 orang) Sedang ( 5 7 orang) Besar (>7 orang) Sumber : BKKBN 1998 <2500 g (Berat badan lahir rendah) g (Normal) 4000 g Sumber : Kemenkes RI 2013 <48 cm (Panjang badan lahir pendek) cm (Normal) >52 cm (Tinggi) Sumber : Kemenkes RI 2013 Rendah (Perempuan: <20%; lakilaki: <8 %) Normal (Perempuan: %; lakilaki: %) Tinggi (Perempuan: %; lakilaki: %) Sangat Tinggi (Perempuan: 36%; laki-laki: 25%) Sumber : Deurenberg et al yang diadopsi untuk menentukan obesity judgment pada alat Omron 306 9

26 10 Lajutan Tabel 3 Variabel, data yang dibutuhkan, dan kategori pengukuran Variabel Data yang dibutuhkan Kategori Pengukuran Lemak viseral Normal (1 9) Tinggi (10-14) Sangat tinggi (15-30) Sumber : Omron BF Massa bebas Lemak - Lingkar pinggang Risiko rendah terhadap komplikasi metabolik (Perempuan: 79 cm; lakilaki: 93 cm) Risiko meningkat terhadap komplikasi metabolik (Perempuan: 80-87; lakilaki: cm) Risiko meningkat kuat terhadap komplikasi metabolik (Perempuan: 88 cm; laki-laki: 102 cm) Keragaan status gizi Konsumsi pangan Aktivitas fisik Rasio lingkar pinggang-pinggul Sumber: WHO 1997 Normal (Perempuan: <0.8; laki-laki: <0.9) Tinggi (Perempuan: 0.8; laki-laki: 0.9) Sumber: NHLBI 1985 Status gizi (IMT) Kurus (<18.5 kg/m 2 ) Normal ( kg/m 2 ) Kegemukan ( kg/m 2 ) Obesitas ( 25 kg/m 2 ) Sumber: WHO Asia-Pasific 2000 Tingkat kecukupan energi dan protein Tingkat aktivitas fisik Defisit berat (<70%) Defisit sedang (70-79%) Defisit ringan (80-89%) Normal (90-109%) Kelebihan ( 110%) Sumber: WNPG 2013 Sangat ringan (<1.40) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat ( ) Sangat berat (>2.40) Sumber: WHO 2001 Batas interval pendapatan per kapita contoh diperoleh berdasarkan garis kemiskinan Indonesia untuk desa kota berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun Melalui batas garis kemiskinan tersebut, contoh dapat dikategorikan dalam keluarga miskin dan tidak miskin. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows, yang terdiri atas analisis deskriptif dan inferensia. Analisis inferensia dilakukan setelah dilakukan uji normalitas terhadap data yang akan dianalisis. Analisis-analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

27 1. Analisis deskriptif yang meliputi: a. Karakteristik contoh yang meliputi: jenis kelamin, usia, pendapatan per kapita dalam keluarga, dan ukuran keluarga contoh. b. Riwayat kelahiran contoh yang meliputi: berat badan dan panjang badan lahir c. Komposisi tubuh yang meliputi : persen lemak tubuh, lemak viseral, massa bebas lemak, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang-pinggul d. Status gizi contoh e. Tingkat kecukupan energi dan protein contoh f. Aktivitas fisik contoh 2. Uji beda independent sample t-test digunakan untuk mengetahui dua perbedaan variabel dengan data yang tersebar secara normal, yaitu: berat badan lahir, rasio lingkar pinggang-pinggul, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, aktivitas fisik antara contoh laki-laki dan perempuan, 3. Uji beda Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan dua variabel dengan data yang tidak tersebar normal, yaitu: panjang badan lahir, persen lemak tubuh, level lemak viseral, massa bebas lemak, lingkar pinggang, indeks massa tubuh antara laki-laki dan perempuan, 4. Uji beda Kruskall-Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan variabel yang lebih dari dua kategori dengan data yang tidak tersebar normal, yaitu pada ukuran keluarga dengan indeks massa tubuh, 5. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (bivariate) yang kedua datanya menyebar secara normal, yaitu antara berat lahir dengan rasio lingkar pinggang-pinggul 6. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (bivariate) yang keduanya atau salah satu data tidak tersebar normal, yaitu antara berat dan panjang lahir dengan persen lemak tubuh, lemak viseral, massa bebas lemak, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang-pinggul (hanya dengan panjang lahir), serta hubungan antara panjang badan lahir rendah dengan persen lemak tubuh, 7. Uji korelasi chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel dengan jenis data kategorikal, yaitu antara ukuran keluarga dan status gizi, serta 8. Uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan pada ukuran lahir dan faktor-faktor perancu terhadap komposisi tubuh. Uji regresi ini dilakukan karena variabel-variabel yang diuji memiliki nilai kolinearitas kurang dari sepuluh. Variabel-variabel yang diuji yaitu, antara berat badan dan panjang badan lahir beserta faktor-faktor independen lain (jenis kelamin, tingkat kecukupan energi dan protein, aktivitas fisik, pendapatan per kapita, indeks massa tubuh) yang dianggap dapat mempengaruhi terhadap masingmasing variabel komposisi dan indeks massa tubuh. 11 Definisi Operasional Contoh adalah mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB yang berusia 18 sampai 20 tahun dan sedang berada dalam lokasi penelitian Karakteistik contoh adalah pengategorian contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, pendapatan per kapita dalam keluarga, dan ukuran keluarga

28 12 Ukuran lahir adalah berat dan panjang badan contoh saat dilahirkan Berat badan adalah ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan massa tubuh Tinggi badan adalah ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal yang diukur dengan menggunakan microtoise Indeks Massa Tubuh adalah perbandingan antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m 2 ) Keragaan Status gizi Contoh adalah keadaan gizi contoh yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator IMT WHO Asia-Pasific 2000 Komposisi tubuh adalah bagian tubuh yang tersusun atas adiposa (simpanan lemak) dan massa jaringan tubuh bebas lemak yang meliputi otot, tulang, cairan tubuh Persentase Lemak Tubuh adalah perbandingan antara total lemak tubuh dengan massa tubuh Lemak Viseral adalah lemak intra-abdominal yang terjadi dalam selubung yang dibentuk oleh otot-otot abdominal Massa Bebas Lemak adalah massa tubuh tanpa lemak, yang terdiri atas massa protein (otot rangka dan non rangka), mineral, cairan tubuh. Lingkar Pinggang adalah lingkar tubuh yang terletak di antara puncak iliaka dan tulang rusuk terbawah Rasio Lingkar Pinggang-pinggul adalah perbandingan antara lingkar pinggang dan lingkar pinggul HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia contoh dalam penelitian ini berkisar tahun. Sebagian besar contoh (60.5%), baik laki-laki maupun perempuan berusia 18 tahun dengan ratarata usia 18.4 ± 0.59 tahun. Menurut Hurlock (2006), seseorang dapat dikategorikan ke dalam fase dewasa muda apabila berada pada usia tahun, dengan demikian contoh dalam penelitian ini secara keseluruhan dapat digolongkan ke dalam fase tersebut. Kondisi perekonomian keluarga contoh dalam penelitian ini digambarkan melalui pendapatan per kapita/bulan dalam keluarga. Pendapatan keluarga merupakan besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga (Sukandar 2009). Berdasarkan pendapatan per kapita dalam keluarga tersebut, contoh digolongkan menjadi contoh yang berasal dari keluarga miskin dan tidak miskin atas dasar garis kemiskinan BPS Sebaran contoh berdasarkaan secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.

29 Tabel 4 Sebaran contoh menurut karakteristik Karakteristik contoh n Persentase (%) Rata-rata ± SD Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 18 tahun tahun tahun Pendapatan per kapita dalam keluarga 18.4 ± 0.54 tahun Miskin Rp ± Tidak miskin Besar keluarga Kecil Sedang Besar ± 1.26 orang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (79.8%) tergolong ke dalam keluarga tidak miskin dengan rata-rata pendapatan per kapita/bulan dalam keluarga sebesar Rp ± Terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0.01) berdasarkan hasil uji korelasi Spearman antara pendapatan per kapita/bulan dengan indeks massa tubuh. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar pendapatan per kapita dalam suatu keluarga, maka semakin tinggi nilai indeks massa tubuh yang menjadi alat ukur status gizi. Sukandar (2009) menyatakan bahwa pendapatan keluarga memiliki dampak terhadap kesehatan anak yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Apabila mempertimbangkan sisi ukuran keluarga yang dimiliki contoh, dapat diketahui bahwa lebih dari setengah contoh (51.4%) berada dalam kategori keluarga kecil, sedangkan sebanyak 42.2% contoh termasuk ke dalam kategori keluarga sedang, dan sisanya 6.4% contoh tergolong ke dalam kategori keluarga besar. Hasil uji korelasi chi-square menunjukkan, pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran keluarga dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji beda Kruskall-Wallis pun menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keluarga dengan indeks massa tubuh (p>0.05). Artinya, baik contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil maupun besar dapat memiliki kecenderungan status gizi yang baik ataupun buruk, begitu pula sebaliknya. Soehardjo (1989) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai andil dalam permasalahan gizi. Hal ini karena ukuran keluarga akan mempengaruhi konsumsi zat gizi di dalam suatu keluarga. Akan tetapi, permasalahan gizi tersebut tidak hanya bisa dipertimbangkan dari sisi besar keluarga saja. Menurut Wigati (2009), terdapat banyak faktor yang memengaruhi permasalahan kesehatan dan status gizi, salah satunya adalah selera makan dan gaya hidup. Kedua faktor ini tentunya sangat berkaitan dengan kondisi dan karakteristik yang dialami contoh saat ini. Sebagian besar contoh yang jauh dari orang tua, mengharuskan contoh untuk hidup secara mandiri, termasuk dalam pengaturan konsumsi pangan. Hal ini 13

30 14 mengakibatkan adanya kecenderungan untuk memilih makanan yang lebih praktis, instan, dan sesuai dengan selera pribadi. Riwayat Kelahiran Contoh Riwayat kelahiran contoh yang diteliti meliputi berat badan lahir dan panjang badan lahir. Lingkungan maternal merupakan determinan utama yang memengaruhi berat badan waktu lahir (Jayant et al. 2011). Ruchayati (2012) menyebutkan bahwa panjang badan lahir juga dipengaruhi oleh status gizi ibu saat hamil yang dapat dilihat dari kadar hemoglobin, lingkar lengan atas, dan pertambahan berat badan ibu. Berat dan panjang badan lahir ini merupakan salah satu diantara indikator kesehatan anak. Berat badan ibu sebelum kehamilan dan penambahan berat badan selama masa kehamilan merupakan penentu penting berat badan lahir bayi (Almatsier et al. 2011). Telah terdapat beragam penelitian yang menguji hipotesis awal yang menyatakan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) akan memengaruhi adaptasi janin yang mendorong terhadap kecenderungan terjadinya penyakit ketika dewasa. Hal ini menandakan bahwa berat badan lahir terutama bayi dengan BBLR dapat dijadikan sebagai penanda kejadian-kejadian penyakit seperti, hipertensi, hiperlipidemia, dan hiperinsulinemia yang secara keseluruhan penyakit-penyakit tersebut berhubungan dengan peningkatan lemak abdominal (Garnett et al. 2001). Sebaran berat dan panjang badan lahir contoh dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh menurut ukuran lahir Kategori ukuran lahir Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Berat badan lahir <2500 gram gram gram Rata-rata ± SD (gram) ± ± ± Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Rata-rata ± SD (cm) 48.7 ± ± ± 5.6 Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan suatu keadaan berat bayi baru lahir yang kurang dari 2500 gram. Menurut Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa et al. (2012), bayi BBLR terlahir dari seorang ibu yang dengan status gizi yang buruk. Hal ini juga akan mengakibatkan pertumbuhan otak janin yang terhambat, anemia, dan mudah terinfeksinya bayi yang baru lahir. Kondisi anak yang lahir dari ibu yang kukurangan gizi dan hidup dalam kemiskinan akan menghasilkan generasi dengan gizi kurang dan mudah terkena penyakit infeksi dan mengakibatkan berat dan tinggi badan yang kurang optimal.

31 Data yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (96.3%) memiliki berat badan lahir yang normal. Jumlah berat BBLR dalam penelitian ini hanya ditemukan sebesar 3.1%, yang secara keseluruhan terdapat pada jenis kelamin perempuan. Sebaliknya, kejadian berat lahir lebih dari atau sama dengan 4000 g pada penelitian ini sebesar 4.4% dan hanya ditemukan pada contoh berjenis kelamin laki-laki. Begitu pula dengan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan pada tahun , yang menemukan kejadian berat badan lahir rendah lebih banyak pada perempuan, sedangkan berat badan lahir lebih dari atau sama dengan 4000 g cenderung banyak terjadi pada laki-laki (Kemenkes RI 2013). Menurut Mukhlisan et al. (2013), variasi berat badan lahir dapat disebabkan oleh faktor maternal, seperti: status gizi, berat badan, paritas, dan kebiasaan merokok, serta berat plasenta. Selain itu, berat badan lahir juga dapat dipengaruhi oleh keadaan dari bayi itu sendiri, diantaranya: kelainan genetik tertentu, bayi kembar, dan perbedaan jenis kelamin. Supariasa et al. (2001) menyatakan bahwa nantinya laki-laki memiliki pertumbuhan yang lebih panjang dan lebih berat dibandingkan dengan perempuan. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara berat badan lahir laki-laki dengan berat badan lahir perempuan. Hal ini juga terlihat dari rata-rata berat badan lahir yang ukurannya tidak berbeda jauh diantara kedua jenis kelamin. Hal serupa terjadi pada panjang badan lahir contoh. Rata-rata panjang badan lahir diantara kedua jenis kelamin tidak berbeda secara signifikan, yaitu hanya terdapat selisih 1.3 ± 0.6 cm. Selain itu, tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara panjang badan lahir laki-laki dengan perempuan berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney. Mayoritas contoh dalam penelitian ini memiliki panjang badan lahir yang normal (67.9%), yaitu pada rentang cm. Diperoleh pula sebanyak 24.8% contoh lahir dengan riwayat lahir pendek. Kejadian panjang badan lahir >52 cm lebih banyak terjadi pada laki-laki (11.4%) dibandingkan dengan perempuan (4.7%). Menurut Rahayu dan Sofyaningsih (2011), panjang lahir merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada umur 6-12 bulan. Bayi yang lahir dengan panjang badan lahir yang kurang dari normal memiliki risiko untuk mengalami stunting pada anak 2.4 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan panjang badan lahir normal. 15 Keragaan Status Gizi Contoh Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa di atas umur 18 tahun, khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa et al. 2001). National Heart, Lung, and Blood Institute (1985) menyebutkan bahwa indeks massa tubuh ini secara signifikan berhubungan dengan total lemak tubuh. Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk menentukan status gizi dan memonitor perubahan berat badan. Sebaran contoh menurut indeks massa tubuh disajikan dalam Tabel 6.

32 16 Tabel 6 Sebaran contoh menurut indeks massa tubuh dan status gizi Kategori status gizi IMT Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Kurus < Normal Kegemukan Obesitas Total Rata-rata ± SD (kg/m 2 ) 21.1 ± ± ± 3.1 Data yang disajikan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas contoh (66.1%) memiiki indeks massa tubuh yang mengindikasikan status gizi normal, dengan rata-rata nilai IMT sebesar 21.2 ± 3.1 kg/m 2. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa IMT contoh laki-laki dengan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p>0.05). Menurut Harahap et al. (2005), indeks massa tubuh tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Walaupun dalam nilai IMT tidak terdapat perbedaan yang berarti diantara laki-laki dan perempuan, akan tetapi terlihat bahwa jumlah contoh yang mengalami gizi lebih (kegemukan dan obesitas) lebih banyak dialami oleh contoh berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 20.3%. Kecenderungan prevalensi obesitas pada dewasa (lebih dari 18 tahun) berdasarkan hasil Riskesdas (2013) pun dialami oleh lebih banyak perempuan (32.9%) dibandingkan dengan laki-laki (19.7%) (Kemenkes RI 2013). Ramachandran dan Snehalatha (2010) juga menyebutkan bahwa kegemukan lebih umum terjadi pada daerah perkotaan dan kelompok yang memiliki status sosial-ekonomi yang tinggi, terutama pada wanita. Masih cukup banyak pula contoh yang tergolong ke dalam status status gizi kurang (kurus) yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu sebesar 13.8%. Jumlah contoh laki-laki (17.8%) dengan status gizi kurus lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (10.9%). Hasil uji tabulasi silang antara status gizi terhadap status perekonomian contoh (Tabel 7) menunjukkan, sebanyak 26.7% contoh dengan status gizi kurus berasal dari keluarga miskin dan sisanya 73.3% berasal dari keluarga tidak miskin. Hal ini menunjukkan adanya suatu fenomena negative deviance, yaitu suatu penyimpangan negatif dalam permasalahn gizi yang dihubungkan dengan status ekonomi keluarga. Penyebab munculnya negative deviance ini diantaranya adalah status sosial, pola asuh anak yang kurang baik, gaya hidup hedonis, adanya makanan pantangan, pengeluaran non pangan yang lebih besar dari pada pegeluaran pangan, dan keterbatasan dalam mengakses pangan akibat pengaruh geografi daerah (Wigati 2012). Tabel 7 Sebaran contoh menurut status perekonomian terhadap keragaan status gizi Status perekonomian Kategori status gizi Kurus Normal Kegemukan Obesitas n % n % n % n % Miskin Tidak miskin Total

33 Terdapat satu dari dua contoh yang mengalami BBLR dan berat badan lebih dari atau sama dengan 4000 g ketika lahir mengalami kegemukan ketika menginjak fase dewasa muda dalam penelitian ini. Tian et al. (2006) berdasarkan hasil studinya melaporkan bahwa berat lahir yang paling rendah ataupun yang paling tinggi berhubungan dengan tingginya risiko berkembangnya obesitas abdominal dan hipertensi. Berat lahir rendah (BBLR) yang disertai obesitas abdominal menjadi prediktor yang kuat dari diabetes tipe 2. Kementerian Kesehatan (2012) menyatakan bahwa anak yang lahir BBLR dapat terjadi karena ibu yang mengalami kekurangan gizi kronik sejak masa awal kehamilannya. Kekurangan gizi yang dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun juga akan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan anak. Pemenuhan gizi optimal selama masa 1000 hari pertumbuhan, selain memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, juga berisiko lebih rendah mendertita penyakit degeneratif, seperti obesitas, diabetes mellitus, stroke, dan jantung koroner. Kategori ukuran lahir Tabel 8 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap status gizi Kategori status gizi Kurus Normal Kegemukan Obesitas n % n % n % n % 17 Total (%) Berat badan lahir <2500 gram gram gram Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa contoh dengan riwayat panjang lahir pendek (11.1%) cenderung lebih sedikit mengalami gizi lebih (kegemukan dan obesitas) dibandingkan dengan contoh dengan panjang lahir normal (23%) dan panjang lahir lebih dari 52 cm (25%). Walker et al. (2007) dalam studinya menemukan bahwa anak yang yang stunted memiliki IMT yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tumbuh secara normal. Diantara kelompok anak yang menderita stunted, perempuan lebih banyak yang memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kejadian status gizi berlebih diantara contoh yang memiliki ukuran lahir yang rendah diduga disebabkan oleh adanya catch-up growth yang cepat di masa anakanak yang dapat dimediasi oleh pengaruh fakor gaya hidup. Menurut Ramachandran dan Snehalatha (2010), kondisi kehidupan dapat mengubah status gizi. Fasilitas transportasi, pelayanan kesehatan dan kebiasaan makan, status pendidikan, serta pendapatan keluarga secara dramatis dapat mempermudah terhadap akses untuk mengubah gaya hidup. Hal-hal tersebut dapat memicu kenaikan indeks massa tubuh. Tingginya prevalensi obesitas terutama di daerah perkotaan berhubungan dengan perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan

34 18 penurunan tingkat aktivitas fisik dan peningkatan diet dengan densitas energi yang tinggi. Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Contoh Penilaian konsumsi pangan contoh dilakukan untuk mengetahui tingkat kecukupan gizi. Hardinsyah et al. (2002) menyebutkan bahwa tingkat kecukupan gizi merupakan perbandingan antara asupan zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Penentuan tingkat kecukupan gizi ini dilakukan untuk mengetahui intik gizi contoh selama dua hari, yaitu pada hari kuliah dan hari libur. Berdasarkan penelitian sebelumnya, intik zat gizi tersebut kemungkinan dapat menjadi potensial confounding dalam menentukan hubungan antara ukuran lahir dengan komposisi tubuh saat ini (Oyama 2010). Tingkat kecukupan energi dan protein dikelompokkan menjadi defisit berat, defisit sedang, defisit ringan, normal, dan kelebihan. Hasil penelitian menunjukkan, banyaknya contoh yang mengalami defisit berat, baik dalam tingkat kecukupan energi maupun protein secara berturut-turut adalah 38.5% dan 42.2%. Hanya 18.3% dan 14.7% contoh yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan proteinnya secara normal. Tingkat kecukupan energi dan protein contoh disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan protein Kategori tingkat Laki-laki Perempuan Total kecukupan energi dan protein n % n % n % Energi Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Kelebihan Total Rata-rata ± SD (%) 76.9 ± ± ± 19.1 Protein Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Kelebihan Total Rata-rata ± SD (%) 84.2 ± ± ± 22.9 Rendahnya tingkat kecukupan energi dan protein yang dimiliki contoh menandakan bahwa sebagian besar contoh belum dapat memenuhi kebutuhan energi dan protein bila dibandingkan dengan angka kecukupan gizi masing-masing. Rata-rata asupan energi contoh laki-laki adalah 2011 ± 453 kkal dan perempuan sebesar 1629 ± 418 kkal. Adapun rata-rata asupan protein laki-laki adalah 52.3 ± 15.5 gram dan perempuan adalah 39.7 ± 11.6 gram. Pertiwi et al. (2012)

35 menjelaskan bahwa asupan zat gizi sangat berkaitan dengan asupan kalori dan protein. Asupan energi yang kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya penurunan status gizi. Hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan status kesehatan dan daya kerja. Hanya terdapat sebagian kecil contoh yang mengalami kelebihan tingkat kecukupan energi (6.4%) dan tingkat kecukupan protein (10.1%) berdasarkam data yang disajikan pada Tabel 9. Menurut Pertiwi et al. (2012), asupan energi yang berlebih atau pengeluaran energi yang kurang berpotensi terjadinya kegemukan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat kecukupan energi dengan beragam komponen komposisi tubuh, namun ditemukan hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan massa bebas lemak (r=0.212, p=0.027). Hasil ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat kecukupan protein, maka akan semakin tinggi pula massa bebas lemak. Selain itu, diperoleh pula hubungan yang negatif signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan persen lemak tubuh (r= , p=0.001). Artinya, semakin tinggi tingkat kecukupan protein, maka akan semakin rendah persen lemak tubuh. Studi yang dilakukan Costa-Orvay et al. (2011) menunjukkan, penambahan energi dan protein pada formula bayi dapat berpengaruh terhadap perubahan komposisi tubuh, yaitu adanya peningkatan berat badan dan memicu terjadinya peningkatan massa bebas lemak tanpa memberikan efek negatif secara klinis. Krieger et al. (2006) pun menjelaskan bahwa diet energi rendah yang diperoleh dari karbohidrat berhubungan dengan penurunan massa tubuh, massa bebas lemak, dan persen lemak tubuh. Sebaliknya, peningkatan diet protein (>1.05 g/kg) akan berdampak pada peningkatan massa bebas lemak. Hasil uji beda independent simple t-test menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) diantara tingkat kecukupan energi laki-laki dengan perempuan. Akan tetapi, perbedaan yang signifikan (p<0.01) terjadi pada tingkat kecukupan protein diantara kedua kelompok jenis kelamin. Hal ini diduga berkaitan dengan frekuensi dan jumlah konsumsi pangan sumber protein yang cukup berbeda diantara kedua jenis kelamin. Rata-rata frekuensi dan jumlah konsumsi contoh per kali makan disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata frekuensi dan jumlah konsumsi contoh per kali makan Jenis pangan Frekuensi (kali/minggu) Jumlah per kali makan (g) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumber karbohidrat Nasi Roti Biskuit Sumber protein Telur ayam Tahu Tempe Data yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein laki-laki (84.2 ± 23.7 %) lebih besar dibandingkan dengan perempuan (70.2 ± 20.7%). Pebedaan rata-rata tingkat kecukupan protein yang 19

36 20 cukup besar diantara laki-laki dan perempuan dapat terlihat melalui kebiasan makan contoh. Contoh laki-laki dalam penelitian ini cenderung lebih sering mengonsumsi pangan sumber protein dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Tentunya, hal ini berpengaruh terhadap tingkat kecukupan protein diantara kedua kelompok jenis kelamin. Berdasarkan tingkat pendapatan per kapita/bulan dalam keluarga, hasil uji tabulasi silang menunjukkan bahwa baik contoh pada kelompok keluarga miskin maupun keluarga tidak miskin sebagian besar memiliki tingkat kecukupan energi (31.6% berasal dari keluarga miskin dan 40% berasal dari keluarga tidak miskin) dan protein (31% berasal dari keluarga miskin dan 44.4% berasal dari keluarga tidak miskin) yang tergolong ke dalam defisit berat (Lampiran 5). Banyaknya contoh yang tergolong ke dalam kategori defisit berat, baik dalam tingkat kecukupan energi maupun protein dapat terjadi oleh berbagai faktor. Diduga, hal ini terjadi salah satunya karena keterbatasan akses dalam memperoleh pangan, baik dalam segi waktu, preferensi, maupun keterbatasan pangan yang disediakan di sekitar kampus. Menurut Almatsier et al. (2011), usia muda memiliki pola makan yang tidak tertatur, yang mana kelompok usia ini sering mengabaikan dan melewatkan makan pagi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Aktivitas Fisik Contoh Aktivitas fisik didefinisikan sebagai beragam gerakan tubuh yang diproduksi oleh otot-otot skeletal yang membutuhkan energy expenditure (WHO 2014). Aktivitas fisik yang dilakukan oleh contoh dinilai dengan menggunakan rumus Physical Activity Level berdasarkan recall aktivitas fisik 2 x 24 jam, yaitu pada hari libur dan hari kuliah. Perhitungan aktivitas fisik ini dilakukan karena aktivitas fisik dianggap sebagai salah satu faktor perancu dalam menganalisis hubungan antara ukuran lahir dengan komposisi tubuh. Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara aktivitas fisik dengan indeks massa lemak diantara lakilaki dan perempuan dan hubungan yang positif signifikan dengan indeks massa bebas lemak perempuan (Chomtho et al. 2008). Sebaran contoh menurut tingkat aktivitas fisik secara lengkap disajikan pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Sebaran contoh menurut tingkatan aktivitas fisik Kategori Physical Laki-laki Perempuan Total Activity Level n % n % n % Sangat ringan (<1.40) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat ( ) Sangat berat (>2.40) Total Rata-rata ± SD 1.6 ± ± ± 0.2 Aktivitas fisik contoh pada penelitian ini berada pada tingkat aktivitas fisik dalam rentang sangat ringan sampai berat. Sebagian besar contoh memiliki aktivitas fisik yang ringan (64.2%), sedangkan sisanya didominasi oleh contoh yang

37 memiliki aktivitas fisik sangat ringan, sedang, dan berat secara berturut-turut. Hasil uji beda independent sample t-test menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) diantara aktivitas fisik laki-laki dengan perempuan. Selain itu, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat aktivitas fisik dengan beragam komponen komposisi tubuh pada penelitian ini. Walaupun sebagian besar contoh memiliki aktivitas fisik yang ringan, tetapi bila dibandingkan, rata-rata aktivitas fisik laki-laki sedikit lebih besar (1.6 ± 0.23) dibandingkan dengan perempuan (1.5 ± 0.2). Rendahnya aktivitas fisik ini berkaitan sebagain besar waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa dalam sehari, yaitu untuk duduk dan belajar sebanyak 37.5%, sekitar 30% untuk tidur, dan jarang melakukan olahraga (Paramita 2013). Menurut WHO (2014), rendahnya aktivitas fisik ini diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat yang memicu terjadinya mortalitas global. 21 Komposisi Tubuh Contoh Persen Lemak Tubuh (Percentage Body Fat) Persen lemak tubuh merupakan perbandingan antara total lemak tubuh dengan massa tubuh (Lukaski 1985). Going et al. (2011) menyebutkan bahwa pada level persen lemak tubuh yang lebih tinggi, maka faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular pun akan semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.01) antara persen lemak tubuh laki-laki dengan perempuan berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney. Sebaran contoh menurut persen lemak tubuh secara lengkap di sajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh menurut persen lemak tubuh Kategori persen lemak Laki-laki Perempuan Total tubuh n % n % n % Rendah Normal Tinggi Sangat Tinggi Total Rata-rata ± SD (%) 14.6 ± ± ± 7.5 Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 12, dibandingkan dengan ratarata persen lemak tubuh contoh berjenis kelamin laki-laki (14.6 ± 5.4%), contoh perempuan memiliki rata-rata persen lemak tubuh (27.1 ± 3.5%) yang lebih tinggi. Sebagian besar contoh memiliki persen lemak tubuh yang normal (72.5%), akan tetapi masih terdapat pula sebanyak 8.9% contoh laki-laki yang memiliki persen lemak tubuh yang rendah. Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa jumlah contoh yang memiliki persen lemak tubuh yang tinggi lebih banyak terdapat pada perempuan (23.4%) dibandingkan laki-laki (13.3%). Persen lemak tubuh perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki berkaitan dengan perbedaan metabolisme energi tubuh diantara kedua jenis kelamin tersebut. Wu et al. (2011) menjelaskan bahwa

38 22 perempuan lebih banyak menyimpan lemak karena lebih banyak mengonsumsi energi dibandingkan dengan laki-laki, terutama di masa kehamilan. Selain itu, perempuan dapat menggunakan lemak yang disimpannya tersebut lebih efisien dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki jumlah hormon estrogen dalam jumlah yang lebih banyak. Hormon estrogen ini diketahui sebagai bagian yang bertanggung jawab terhadap penururan oksidasi asam lemak esensial pospandrial. Penurunan oksidasi asam lemak pospandrian ini berhubungan dengan peningkatan massa lemak tubuh. Terdapat beberapa studi cross-sectional yang menunjukkan bahwa laki-laki dapat lebih banyak mengoksidasi lemak yang diasup. Apabila mempertimbangkan sisi riwayat kelahiran, jumlah contoh dengan riwayat panjang badan lahir normal (23.0%) lebih banyak memiliki persen lemak tubuh yang tinggi dibandingkan dengan contoh yang dahulunya memiliki panjang badan lahir pendek (14.8%). Sebaliknya, persen lemak tubuh yang rendah lebih banyak dimiliki oleh contoh dengan panjang badan lahir pendek (11.1%) dibandingkan dengan yang dahulunya memiliki panjang badan lahir yang normal (1.4%). Walker et al. (2010) menyebutkan bahwa anak yang tumbuh stunted cenderung memiliki persen lemak tubuh yang rendah dibandingkan dengan mereka yang tumbuh normal. Tabel 13 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap persen lemak tubuh Kategori persen lemak tubuh Kategori Sangat Total Rendah Normal Tinggi Ukuran lahir tinggi (%) n % n % n % n % Berat badan lahir <2500 gram gram gram Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Menurut berat badan lahir, diperoleh hasil bahwa satu dari dua contoh dengan riwayat BBLR memiliki persen lemak tubuh yang tergolong tinggi. Contoh yang lahir dengan berat badan normal dan memiliki persen lemak tubuh dalam kategori tinggi sebanyak 19%, sedangkan yang memiliki kategori sangat tinggi sebesar 4.8%. Walaupun demikian, contoh dalam penelitian ini yang memiliki ukuran lahir yang besar, baik panjang maupun berat badan secara keseluruhan memiliki persentase lemak tubuh yang tergolong normal. Hasil studi yang dilakukan Kensara et al. (2005) menunjukkan bahwa di masa tua, individu yang dahulunya terlahir dengan BBLR memiliki proporsi lemak tubuh yang lebih tinggi, distribusi lemak yang lebih sentral, dan massa otot yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang lahir berat badan lahir yang besar. Studi yang dilakukan oleh Going et al. (2011) pada anak-anak dan remaja (6-18 tahun) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara persen

39 lemak tubuh dengan beragam faktor risiko penyakit kronis. Laki-laki yang memiliki kemungkinan lebih besar mengalami faktor risiko penyakit kronis paling buruk (misalnya, CVD) terdapat pada kelompok laki-laki yang memiliki persen lemak tubuh lebih dari 20%. Selain itu, perempuan dengan persen lemak tubuh lebih dari 25%, khususnya yang melebihi batas 30% lemak tubuh, memiliki kemungkinan mengalami risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki koleseterol LDL (94.9 ± 27.7 mg/dl) dan trigliserida (91.0 ± 51.5 mg/dl) lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki (92.2 ± 25.9 mg/dl untuk kolesterol LDL dan 89.6 ± 54.0 mg/dl untuk trigliserida). Lemak Viseral Lemak viseral merupakan lemak yang dibentuk oleh otot-otot abdominal (Kelly 2012). Tingkatan tinggi rendahnya lemak viseral digolongkan ke dalam tiga kategori yang disesuaikan dengan cut off alat yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa lebih dari 90% contoh pada masing-masing kelompok jenis kelamin memiliki level lemak viseral yang normal. Hanya terdapat 2.2% contoh yang memiliki level lemak viseral yang sangat tinggi. Baik dari kedua kelompok jenis kelamin, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.01) dalam level lemak viseral menurut hasil uji beda Mann-Whitney. Hasil pengukuran level lemak viseral contoh secara lengkap disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh menurut level lemak viseral Kategori level lemak Laki-laki Perempuan Total viseral n % n % n % Normal (1-9) Tinggi (10-14) Sangat Tinggi (15-30) Total Rata-rata ± SD (poin) 4.5 ± ± ± 2.6 Level lemak viseral laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata lemak viseral laki-laki yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan, yaitu dengan selisih 1.6 ± 1.4 poin. Hal ini sejalan dengan hasil peneltian Liu et al. (2003) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki volume lemak viseral yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, sehingga laki-laki memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi. Selain itu, Kelly (2012) menyebutkan bahwa lemak viseral berhubungan dengan faktorfaktor risiko metabolik dan semua penyebab kematian pada pria, dengan demikian lemak viseral ini dianggap sebagai depot patogen. Data hasil penelitian pada Tabel 15 menunjukkan, contoh yang memiliki riwayat lahir dengan berat dan panjang badan lahir diluar rentang ukuran normal secara keseluruhan (100%) memiliki lemak viseral yang tergolong normal. Sebaliknya, contoh dengan riwayat lahir normal dalam penelitian ini sebagian kecil memiliki level lemak viseral dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Terdapat 4.8% dan 1% contoh secara berturut-turut memiliki lemak viseral dalam kategori tinggi dan sangat tinggi berasal dari kelompok contoh dengan riwayat berat badan lahir normal. 23

40 24 Tabel 15 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap level lemak viseral Kategori level lemak viseral Total Kategori ukuran lahir (%) Normal Tinggi Sangat tinggi n % n % n % Berat badan lahir <2500 gram gram gram Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Massa Bebas Lemak (Fat Free Mass) Massa bebas lemak merupakan massa yang diperoleh sebagai hasil pengurangan antara massa tubuh dengan massa lemak tubuh (Lukaski 1985). Bersama-sama dengan lemak tubuh, massa bebas lemak ini memiliki implikasi terhadap kesehatan dan fungsi fisik di usia tua (Bann et al. 2013). Berikut hasil perhitungan statistik massa bebas lemak contoh yang disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Data statistik massa bebas lemak contoh Statistik Massa bebas lemak tubuh (kg) Laki-laki Perempuan Rata-rata 49.1 ± ± 3.8 Minimum Maksimum Berbagai macam penelitian menyebutkan bahwa secara umum wanita memiliki jumlah lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Wu et al. 2011). Hal ini tentunya akan berdampak pada massa bebas lemak laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Data yang disajikan pada Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata massa bebas lemak contoh laki-laki 12 ± 2.2 kg lebih banyak dibandingkan dengan massa bebas lemak contoh perempuan. Hasil uji beda Mann-Whitney pun menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.01) antara massa bebas lemak tubuh laki-laki dengan perempuan. Adapun rata-rata berat badan contoh laki-laki adalah 57.9 ± 9.7 kg dengan rata-rata tinggi badan ± 5.7 cm, sedangkan perempuan memiliki rata-rata berat badan sebesar 51.1 ± 7.2 kg dengan rata-rata tinggi badan ± 5.1 cm. Derby et al dalam WHO (2008) menyatakan, laki-laki memiliki massa bebas lemak dan massa mineral tulang yang lebih besar, tetapi tersusun atas massa lemak yang lebih rendah dibandingkan perempuan. Perbedaan tersebut akan berlanjut selama kehidupan dewasa. Selain itu, ditemukan pula bahwa laki-laki memiliki otot lengan yang lebih besar, tulang-tulang yang lebih besar dan kuat, serta secara relatif memiliki distribusi lemak sentral yang lebih besar. Menurut Almatsier et al. (2011), penambahan massa otot laki-laki yang lebih banyak dibandingkan dengan penambahan massa lemaknya disebabkan oleh adanya pengaruh hormon testosteron dan hormon anabolik adrenal androgen.

41 Adanya peningkatan pertumbuhan linier menyebabkan rangka tubuh menjadi lebih berat dan pembentukan sel darah yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Derby et al dalam WHO (2008) menemukan adanya hubungan antara penurunan level testosteron bebas dengan peningkatan massa lemak dan penurunan massa otot. Jumlah total dan level testosteron bebas tersebut secara negatif berhubungan dengan kejadian obesitas. Lingkar Pinggang (Waist Circumference) Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) (1998), lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengukur kadar lemak abdominal. World Health Organization (1997) membagi kategori ukuran lingkar pinggang ke dalam tiga kategori untuk masing-masing jenis kelamin berdasarkan kemungkinan terkena risiko komplikasi metabolik yang berhubungan dengan kejadian obesitas. Beragam fakta yang diperoleh dari berbagai penelitian epidemiologi menyebutkan bahwa ukuran lingkar pinggang ini dapat dijadikan indikator untuk menilai kadar lemak abdominal yang lebih baik dibandingkan dengan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP/WHR) (NHLBI 1998). Lingkar pinggang tersebut ternyata memiliki hubungan yang kuat dengan indeks massa tubuh seseorang. Sebaran contoh menurut ukuran lingkar pinggang dijelaskan melalui Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh menurut ukuran lingkar pinggang Kategori ukuran lingkar pinggang Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Risiko rendah terhadap komplikasi metabolik ( a L: 93cm; b P: 79 cm) Risiko meningkat terhadap komplikasi metabolik (L: cm; P: 80-87) Risiko meningkat kuat terhadap komplikasi metabolik (L: 102 cm; P: 88 cm) Total Rata-rata ± SD (cm) 75.3 ± ± ± 7.9 a L = Laki-laki ; b P = Perempuan Ukuran lingkar pinggang dalam penelitian ini sebagian besar (93.3% untuk laki-laki, 84.4% untuk perempuan) tergolong normal. Artinya, bahwa contoh tersebut memiliki risiko yang rendah terhadap risiko komplikasi metabolik. Lingkar pinggang contoh laki-laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0.05) menurut hasil uji beda Mann-Whitney. Meskipun tidak memiliki perbedaan yang nyata, akan tetapi terlihat bahwa laki-laki memiliki rata-rata ukuran lingkar pinggang yang lebih besar (75.3 ± 8.9 cm) dibadingkan dengan perempuan (73.0 ± 7.0 cm). Stevens et al. (2010) menyebutkan bahwa laki-laki memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hal ini terlihat pada semua umur dan tingkatan lemak. Penambahan lingkar pinggang yang lebih besar cenderung dialami saat berada dalam fase dewasa muda dibandingkan di usia tua. 25

42 26 Kemungkinan, hal ini disebabkan oleh peningkatan berat badan yang lebih besar terjadi di masa dewasa. Adanya peningkatan berat tersebut, terjadi peningkatan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-pinggul, namun laki-laki lah yang mengalami peningkatan berat badan dan lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Data yang disajikan pada Tabel 17 menunjukkan, berdasarkan ukuran lingkar pinggangnya, contoh perempuan yang mengalami peningkatan risiko (10.9%) dan peningkatan risiko yang kuat (4.7%) terhadap komplikasi metabolik lebih banyak terjadi dibandingkan dengan laki-laki (4.4% mengalami peningkatan risiko dan 2.2% mengalami peningkatan risiko yang kuat kuat). Apabila dibandingkan dengan status gizi contoh saat ini, diperoleh sebanyak 28.6% contoh perempuan mengalami peningkatan risiko memiliki status gizi yang normal. Selain itu, diperoleh pula 33% perempuan yang tergolong kuat memiliki peningkatan risiko komplikasi metabolik memiliki status gizi normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa seseorang berstatus gizi normal pun juga dapat mengalami risiko komplikasi metabolik bila didasarkan pada ukuran lingkar pinggangnya. Tabel 18 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap lingkar pinggang Kategori lingkar pinggang Risiko Kategori ukuran Risiko Risiko rendah meningkat lahir meningkat kuat Total (%) n % n % n % Berat badan lahir <2500 gram gram gram Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Hasil penelitian pun menemukan bahwa terdapat satu dari dua contoh dengan riwayat BBLR mengalami peningkatan risiko terhadap komplikasi metabolik, sedangkan contoh dengan berat lahir lebih dari atau sama dengan 4000 g, secara keseluruhan memiliki risiko yang rendah terhadap komplikasi metabolik. Hasil studi Tian et al. (2005) yang meneliti keterkaitan antara berat lahir dengan risiko diabetes menunjukkan, seseorang dengan riwayat BBLR dan berat lahir lebih dari atau sama dengan 3500 g ternyata memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang lahir normal. Faktor-faktor independen yang ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya diabetes tipe 2 ini meliputi: berat lahir, usia, lingkar pinggang, dan riwayat diabetes pada keluarga. Studi ini pun menginformasikan bahwa semakin rendah berat badan lahir, maka semakin tinggi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Selain itu, dibandingkan dengan contoh yang memiliki panjang badan lahir normal, persentase contoh yang lahir dengan tubuh pendek maupun panjang lahir lebih dari 52 cm lebih banyak yang mengalami peningkatan risiko dan peningkatan

43 risiko yang kuat terhadap komplikasi metabolik. Terdapat 6.8% dan 4.1% contoh dengan panjang lahir normal secara berturut-turut mengalami peningkatan risiko dan peningkatan risiko yang kuat. Penelitian kali ini menemukan, persentase jumlah contoh yang mengalami peningkatan risiko sebesar 11.1% untuk contoh dengan riwayat panjang lahir pendek dan contoh dengan panjang lahir lebih dari 52 cm mengalami peningkatan risiko dan peningkatan risiko yang kuat terhadap komplikasi metabolik masing-masing sebanyak 12.5%. Walker et al. (2007) menemukan bahwa anak yang tumbuh stunted memiliki ukuran lingkar pinggang yang lebih kecil dibandingkan dengan anak yang tumbuh secara normal. Hal ini ternyata berlaku pada penelitian ini, yang mana contoh yang lahir dengan panjang lahir pendek memiliki lingkar pinggang (71.7 ± 5.3 cm) yang lebih kecil dibandingkan dengan contoh yang lahir dengan dengan panjang badan lahir normal (74 ± 8.6 cm) Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP) Rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) menunjukkan hubungan antara perbedaan pengukuran pinggang dan pinggul (NHLBI 1985). Pengukuran rasio ini dianjurkan untuk mengetahui distribusi lemak tubuh. Rasio ini dapat diukur secara lebih tepat dibandingkan dengan pengukuran lipatan kulit (skin fold). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa obesitas abdominal yang diukur dengan rasio lingkar pinggang-pinggul memiliki hubungan terhadap risiko peningkatan kejadian myocard infarction, stroke, dan kematian prematur, yang mana penyakit-penyakit tersebut tidak berhubungan dengan pengukuran yang mengeneralisasikan kejadian obesitas, seperti misalnya indeks massa tubuh (WHO 2008). Pengolompokkan RLPP ini didasarkan pada peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular (NHLBI 1985). Sebaran contoh menurut rasio lingkar pinggang-pinggul disajikan dalam Tabel 19. Tabel 19 Sebaran contoh menurut rasio lingkar pinggang-pinggul Kategori rasio lingkar Laki-laki Perempuan Total pinggang-pinggul n % n % n % Normal ( a L: <0.9 ; b P:<0.8) Tinggi (L : 0.9 ; P: 0.80) Total Rata-rata ± SD 0.82 ± ± ± 0.05 a L = laki-laki b P= perempuan Sebanyak 79.8% contoh memiliki RLPP yang normal pada kedua kelompok jenis kelamin. Menurut hasil uji beda independent samples t-test, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.01) antara RLPP laki-laki dengan perempuan. Rasio lingkar pinggang-pinggul yang lebih besar dimiliki oleh contoh laki-laki dengan rata-rata 0.82 ± Berdasarkan Blaak (2001), hal ini berkaitan dengan distribusi lemak tubuh pada laki-laki yang lebih banyak pada daerah abdominal (viseral), sedangkan pada perempuan distribusi lemak lebih besar pada daerah gluteal-femoral. Walaupun demikian, sebagian besar contoh yang memiliki nilai RLPP tinggi didominasi oleh contoh perempuan (29.7%) dengan rata-rata nilai rasionya sebesar 0.84 ±

44 28 Penelitian ini menunjukkan bahwa satu dari dua contoh dengan riwayat BBLR tergolong memiliki RLPP yang tinggi, sedangkan hanya 20% contoh dengan riwayat berat lahir normal termasuk ke dalam kategori ini. Begitu pula yang terjadi pada contoh dengan panjang badan lahir di luar kategori normal. Sebanyak 25.9% dengan riwayat lahir pendek dan 25% contoh dengan panjang lahir lebih dari 52 cm memiliki RLPP yang tinggi. Koning et al. (2006) mengemukakan bahwa RLPP secara signifikan memiliki hubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dengan jenis kelamin perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 20 Sebaran contoh menurut ukuran lahir terhadap rasio lingkar pinggangpinggul Kategori ukuran lahir Kategori rasio lingkar pinggang-pinggul Total Normal Tinggi (%) n % n % Berat badan lahir <2500 gram gram gram Panjang badan lahir <48 cm cm >52 cm Hubungan Ukuran Lahir dengan Komposisi Tubuh Hubungan Berat lahir dan Panjang Lahir dengan Persen Lemak Tubuh Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) menurut hasil uji korelasi Spearman antara berat dan panjang badan lahir dengan persen lemak tubuh. Hubungan yang tidak siginfikan ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Oyama et al. (2010) terhadap contoh berumur tahun. Selain itu, Sayer et al. (2004) tidak menemukan ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan massa lemak yang diperoleh dari persentase lemak terhadap massa tubuh. Begitu pula yang terjadi dengan panjang badan lahir. Hasil studi Corvalan et al. (2007) menyatakan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara panjang badan lahir dengan persen lemak tubuh. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara berat dan panjang badan lahir dengan persen lemak tubuh diduga karena persen lemak tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh beragam faktor yang lebih dominan yang terjadi setelah masa dalam kandungan. Menurut Sachdev et al. (2005), perubahan dan penambahan indeks massa tubuh pada masa kanak-kanak akhir dan remaja yang dapat memprediksi peningkatan jaringan lemak tubuh. Persen lemak tubuh akan meningkat dengan meningkatnya usia dan indeks massa tubuh, menurut Abolhasani et al. (2013). Selain itu, adanya faktor lingkungan dan gaya hidup, seperti diet dan level olahraga yang dilakukan dapat memengaruhi besarnya lemak tubuh seseorang (Eriksson et al. 2001).

45 Apabila dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori ukuran lahir, contoh dengan berat badan lahir lebih dari atau sama dengan 4000 g cenderung memiliki persen lemak tubuh yang lebih tinggi dengan semakin meningkatnya berat badan lahir. Sebaliknya, contoh dengan berat lahir paling rendah pada kelompok contoh dengan riwayat BBLR memiliki persen lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan satu contoh lain yang juga memiliki riwayat BBLR. Yliharsila et al. (2007) menyatakan bahwa berat badan lahir yang rendah memiliki hubungan terhadap semakin tingginya persen lemak tubuh dengan adanya penyesuaian terhadap indeks massa tubuh saat ini. Korelasi Spearman menunjukkan adanya kecenderungan negatif antara panjang badan lahir yang pendek dengan persen lemak tubuh, walaupun hubungan ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan (p>0.05). Meskipun demikian, hasil ini mengindikasikan bahwa semakin rendah panjang badan lahir, maka akan semakin tinggi persen lemak tubuh yang dimiliki saat dewasa muda. Hoffman et al. (2000) menyatakan bahwa anak stunted dapat mengalami gangguan dalam mengoksidasi lemak yang salah satunya disebabkan oleh menurunnya jumlah insulin-like growth hormone (IGF-I). Gangguan ini mengakibatkan oksidasi lemak pada anak stunted menurun dibandingkan dengan anak yang tumbuh normal karena IGF-I yang jumlahnya menurun tidak dapat secara maksimal mengaktivasi hormon-sensitive lipase menjadi lipolytic hormones. Keadaan fisiologis ini mengakibatkan lemak yang tidak teroksidasi harus disimpan dalam tubuh dan hal ini dapat mempercepat peningkatan deposit lemak, terutama ketika intik lemak berlebih terjadi. Telah dijelaskan pula sebelumnya bahwa persen lemak tubuh yang tinggi erat kaitannya dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kronis, salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Terdapat penelitian yang menujukkan adanya hubungan negatif antara berat lahir dengan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki risiko terkena penyakit paling tinggi adalah mereka yang memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dan tumbuh dengan massa tubuh yang lebih besar. Adanya hubungan antara berat lahir dan kejadian penyakit kardiovaskular ini sebagaian besar mempertimbangkan pertumbuhan di kehidupan mendatang (Eriksson 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa berat dan panjang lahir bukanlah merupakan determinan utama dari kejadian penyakit kardiovaskular. Hubungan Berat Lahir dan Panjang Lahir dengan Lemak Viseral Hasil uji korelasi Spearman antara berat badan lahir dan panjang badan lahir menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) terhadap lemak viseral contoh. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi berat dan panjang lahir maka akan semakin tinggi pula lemak viseral di dalam tubuh di masa dewasa muda. Hal ini didukung dengan studi yang pernah dilakukan oleh Rolfe et al. (2010), yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan lemak viseral apabila dalam penentuan hubungan tersebut tidak mempertimbangkan indeks massa tubuh saat ini. McNeely et al. (2007) dalam studinya mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan lemak viseral bila dilihat dari segi umur, jenis kelamin, dan suku. 29

46 30 Tidak adanya hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan lemak viseral mengindikasikan bahwa penambahan berat badan setelah kelahiran merupakan suatu hal yang penting dibandingkan dengan berat lahir itu sendiri. Laju pertumbuhan berat badan mulai dari lahir hingga dewasa dapat mengubah lemak viseral seseorang dibandingkan dengan berat badan lahir yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan yang cepat pada masa setelah kelahiran dirasa lebih penting dibandingkan dengan lingkungan janin untuk pengaturan komposisi tubuh di masa mendatang (Rolfe et al. 2010). Diperoleh hasil dalam penelitian ini bahwa satu dari dua contoh dengan riwayat berat badan lahir terendah pada kelompok contoh BBLR memiliki level lemak viseral yang lebih tinggi diabndingkan dengan contoh lainnya. Barker et al. (1997), mengemukakan bahwa terdapat sejumlah studi yang menyatakan bahwa berat badan lahir rendah berhubungan dengan suatu pola distribusi lemak yang sentral. Studi yang dilakukan oleh Barker et al. (1997) pun menemukan bahwa perempuan yang memiliki ukuran yang kecil saat dilahirkan, tetapi mengalami kegemukan di saat remaja sebagian besar mengalami obesitas sentral. Selain itu, Rasmussen et al dalam studinya pada laki-laki dewasa muda menemukan bahwa subjek dengan riwayat BBLR secara signifikan memiliki total massa abdominal yang lebih besar. Menururt Kelly (2012), sel-sel lemak viseral secara metabolisme aktif dan memiliki dampak yang luas terhadap berbagai faktor risiko klinis, termasuk level glukosa, serum trigliserida, dan kolesterol. Lain halnya dengan lemak subkutan yang fungsi utamanya adalah menyimpan energi. Lemak viseral lebih berbahaya dibandingkan dengan lemak subkutan karena sel-sel lemak viseral mengeluarkan protein-protein yang berkontribusi terhadap terjadinya inflamasi, aterosklerosis, dislipidemia, dan hipertensi. Hubungan Berat Lahir dan Panjang Lahir dengan Massa Bebas Lemak Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderung peningkatan massa bebas lemak seiring dengan meningkatnya berat badan saat lahir, akan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara berat badan lahir dengan massa bebas lemak. Hasil ini didasarkan pada uji korelasi Spearman. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang konsisten menemukan adanya hubungan positif yang signifikan diantara kedua variabel tersebut. Euser et al. (2005) dan Sachdev et al. (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan massa bebas lemak ketika dewasa dengan mempertimbangkan faktorfaktor lain yang berpengaruh, seperti jenis kelamin dan kondisi sosial ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Singhal et al. (2003) menunjukkan bahwa penambahan 1 SD berat badan lahir secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya massa bebas lemak sebanyak kg (2-3%) pada remaja (13-16 tahun), tetapi tidak berhubungan terhadap massa lemak tubuhnya. Hubungan ini bergantung kepada jenis kelamin, tinggi badan, tahap pubertas, status sosial ekonomi, dan aktivitas fisik. Lain halnya dengan berat badan lahir, pada penelitian kali ini korelasi Spearman menunjukkan bahwa panjang badan lahir memiliki hubungan yang signifikan dengan massa bebas lemak (r=0.197, p=0.040). Artinya, semakin tinggi panjang badan lahir, maka akan semakin tinggi pula massa bebas lemak tubuh ketika dewasa. Begitu pula hasil yang ditunjukkan berdasarkan uji korelasi Pearson

47 yang menerangkan adanya kecenderungan positif antara panjang lahir pendek dengan massa bebas lemak. Hasil studi Corvalan et al. (2007) pada populasi stunting menyebutkan bahwa panjang lahir mempunyai hubungan yang positif dengan massa bebas lemak. Studi ini juga memberikan temuan bahwa peningkatan panjang badan dalam tiga tahun pertama kehidupan tidak memiliki dampak yang besar terhadap massa lemak dibandingkan dengan massa bebas lemak. Hal ini diduga karena panjang badan mulai dari lahir disusun dengan melibatkan rangka tubuh dan otot-otot rangka yang secara terus menerus tumbuh secara linier sampai batas waktu tertentu. Hal ini kemudian mengakibatkan peningkatkan massa tubuh. Menurut Sayer et al. (2004) terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran lahir dengan massa otot dan massa tulang yang merupakan bagian dari massa bebas lemak. Artinya, semakin besar ukuran tubuh saat lahir akan berdampak pada peningkatan massa bebas lemak tubuh yang lebih besar pula. Hubungan Berat Badan dan Panjang Lahir dengan Lingkar Pinggang Hubungan positif yang signifikan (p>0.05) tidak ditemukan antara berat badan lahir dengan lingkar pinggang berdasarkan hasil uji korelasi Spearman. Begitu pula hasil yang diperoleh Rolfe et al. (2005) dalam studinya yang tidak menemukan hubungan antara berat lahir dengan lingkar pinggang, lemak viseral, total lemak tubuh, dan lemak abdominal subkutan. Lingkar pinggang contoh dalam penelitian kali ini memiliki kecenderungan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan panjang badan lahir. Akan tetapi, tidak ditemukan hubungan yang signifikan (p>0.05). Hasil ini berbeda dengan hasil studi Corvalan et al. (2007) yang memperoleh hubungan yang signifikan diantara panjang badan lahir dengan lingkar abdominal. Hal ini diduga karena perbedaan karakteristik contoh, yang mana studi yang dilakukan oleh Corvalan et al. (2007) berada di suatu populasi stunted, sedangkan penelitian kali ini dilakukan terhadap contoh tanpa membedakan status gizinya sewaktu lahir. Menurut Motswagole et al. (2012), dibandingkan dengan anak stunted, anak dengan status gizi normal memiliki lingkar pinggang yang lebih besar. Lingkar pinggang contoh dengan riwayat lahir terendah pada penelitian ini memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan dengan contoh lain yang memiliki riwayat BBLR. Selain itu, ditemukan pula kecenderungan bahwa semakin pendek ukuran contoh saat dilahirkan, maka akan semakin besar pula ukuran lingkar pinggangnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak dengan status gizi stunted dapat mengalami penigkatan risiko obesitas (Hoffman 2000) dan berat lahir rendah memiliki hubungan dengan ukuran lingkar pinggang yang lebih besar di saat dewasa (Han et al dalam Barker 1997). Penemuan ini memperlihatkan bahwa gangguan pada pertumbuhan janin memicu terjadinya peningkatan deposit lemak pada bagian perut di saat dewasa. Hubungan Berat Badan dan Panjang Lahir dengan Rasio Lingkar Pinggang- Pinggul Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara berat badan lahir berdasarkan korelasi Pearson dan panjang badan lahir berdasarkan korelasi Sperman dengan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP). Akan tetapi, terdapat 31

48 32 kecenderungan terjadinya peningkatan nilai RLPP saat dewasa seiring dengan meningkatnya berat badan lahir. Menurut Rogers et al. (2003), tidak adanya hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan RLPP ini didukung oleh lima studi yang dilakukan terhadap dewasa muda berumur tahun di Belgia. Adanya pengaruh berat badan saat ini, mengakibatkan terjadinya hubungan negatif yang signifikan antara RLPP dengan berat badan lahir. Rasio lingkar pinggangpinggul ini akan mengalami penurunan sebesar 0.97%/kg dengan meningkatnya berat badan lahir. Adanya perbedaan ini diduga bahwa pertumbuhan dan lingkungan pada masa perkembangan setelah kelahiran memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pembentukan komposisi tubuh, dalam hal ini rasio lingkar pinggang dan pinggul. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap berat badan saat ini, hasil penelitian ini pun menunjukkan adanya hubungan negatif antara berat badan lahir dengan RLLP, namun tidak ditemukan hasil yang signifikan (p>0.05). Berdasarkan hasil studi Lim et al. (2011), dibandingkan dengan bangsa berkulit putih, wanita keturunan Asia memiliki lemak viseral yang lebih besar dibandingkan dengan wanita berkulit putih. Perbedaan kadar lemak viseral ini berhubungan dengan rendahnya kapasitas orang Asia dalam menyimpan lemak pada bagian peripheral yang dimulai sejak usia muda. Karakteristik biologis lainnya dapat pula berkontribusi terhadap lebih besarnya jaringan adiposit sentral dan lebih rendahnya jaringan adiposit periheral. Selain itu, walaupun dengan jumlah lemak viseral yang sama, wanita keturunan Asia memiliki rata-rata lingkar pinggul yang lebih kecil. Oleh karena itu, diduga hal ini dapat mempengaruhi besarnya nilai RLPP orang keturunan Asia yang akan relatif menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa berkulit putih. Hubungan Berat Badan dan Panjang Lahir dengan Indeks Massa Tubuh Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara panjang badan lahir dengan indeks massa tubuh berdasarkan hasil uji korelasi Spearman. Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Sorensen et al. (1977) yang tidak menemukan adanya hubungan antara panjang badan lahir dan indeks massa tubuh pada dewasa muda. Berbeda halnya dengan panjang badan lahir, hubungan positif yang signifikan diperoleh antara berat badan lahir dengan indeks massa tubuh (r=0.217, p=0.023). Studi yang dilakukan oleh Sorensen et al. (1997) menemukan bahwa berat badan lahir secara positif berhubungan dengan indeks massa tubuh dua puluh tahun kemudian. Hasil serupa diperoleh pula secara konsisten dari penelitianpenelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan berat badan lahir dengan indeks massa tubuh (Sayer et al. 2004). Rogers et al. (2003) menunjukkan bahwa hubungan antara berat lahir dan indeks massa tubuh atau kejadian overweight tidak selalu menunjukkan adanya peningkatan lemak seiring meningkatnya berat lahir. Hubungan positif tersebut dapat dimediasi oleh meningkatnya adiposit total atau adiposit sentral. Akan tetapi, hal ini juga mungkin terjadi akibat meningkatnya lean body mass dibandingkan dengan jaringan adiposit. Beragam studi yang mengukur lean body mass dan massa lemak tubuh cenderung menemukan hubungan positif antara berat badan lahir massa bebas lemak dan hubungan negatif dengan jaringan adiposit. Sayer et al. (2004) menyatakan bahwa hubungan yang positif antara berat lahir dengan indeks massa tubuh menunjukkan adanya pengaruh masa prenatal dan

49 maternal terhadap massa bebas lemak tubuh dibandingkan dengan massa lemak tubuh pada usia tua. Menurut Euser et al. (2005) dalam penelitiannya mengindikasikan bahwa adanya hubungan yang positif tersebut ditentukan pada dua trimester awal masa kehamilan. Akan tetapi, lingkungan postnatal dapat lebih memengaruhi dibandingkan faktor-faktor prenatal dalam perkembangan obesitas di kehidupan mendatang (Sayer et al. 2004). 33 Hubungan Ukuran Lahir dan Faktor-Faktor Perancu terhadap Komposisi Tubuh Uji regresi yang dilakukan pada berat badan lahir dan panjang badan lahir terhadap komposisi tubuh dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16 for Windows. Uji regresi linear berganda dilakukan secara terpisah untuk masingmasing jenis komposisi tubuh yang menjadi outcome. Adapun independent factor yang diuji meliputi: berat badan lahir dan panjang badan lahir serta faktor-faktor yang diluar komposisi tubuh yang dianggap dapat memengaruhi keadaan komposisi tubuh. Faktor-faktor lain tersebut yaitu, jenis kelamin, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, aktivitas fisik, dan pendapatan per kapita dalam keluarga dan indeks massa tubuh contoh saat ini. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa berat badan lahir memiliki hubungan yang signifikan terhadap massa bebas lemak (p=0.017) dan indeks massa tubuh (p=0.047). Menurut Bann (2014), sebagian besar serat otot pada dewasa ditentukan oleh kelahiran. Hubungan yang positif antara berat lahir dan massa bebas lemak dapat menunjukkan adanya penambahan jumlah serat otot yang lebih besar ketika di dalam rahim. Kemungkian lain adalah bahwa peningkatan jumlah massa bebas lemak tersebut diperoleh setelah kelahiran. Berat badan lahir dengan penyesuaian dari faktor-faktor perancu lainnya memiliki hubungan terhadap massa bebas lemak dengan nilai R-square = Hal ini mengindikasikan bahwa berat badan lahir, indeks massa tubuh, dan jenis kelamin serta faktor-faktor lainnya memiliki hubungan terhadap massa bebas lemak sebesar 83.1%. Model persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = X X X3 Dimana : Y = Massa bebas lemak X1 = Berat badan lahir X2 = Indeks massa tubuh X3 = Jenis kelamin (laki-laki = 1 ; perempuan = 0) Sebaliknya, hubungan antara berat badan dan faktor independen lain terhadap indeks massa tubuh sangatlah rendah (R-square = 0.048). Hanya berat badan lahir saja yang tetap memiliki hubungan signifikan terhadap indeks massa tubuh. Berikut merupakan model persamaan regresi yang diperoleh. Y = X1 Dimana : Y = Indeks massa tubuh X1 = Berat badan lahir

50 34 Hubungan berat badan lahir terhadap indeks massa tubuh tersebut tidak ditemukan (p>0.05, R-square = 0.032) ketika faktor-faktor independent lain yang dianggap turut memengaruhi status gizi dihilangkan. Hal ini menandakan bahwa berat badan lahir bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi indeks massa tubuh, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara panjang badan lahir terhadap massa bebas lemak (p =0.008). Selain panjang badan lahir, indeks massa tubuh dan jenis kelamin turut memiliki hubungan dengan massa bebas lemak. Nilai R square sebesar menunjukkan adanya hubungan panjang badan lahir dan faktor independen lainnya terhadap massa bebas lemak, yaitu sebesar 83.3%. Model regresi linear yang diperoleh adalah sebagai berikut. Y = X X X3 Dimana : Y = Massa bebas lemak X1 = Panjang badan lahir X2 = Indeks massa tubuh X3 = Jenis kelamin (laki-laki = 1 ; perempuan = 0) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama tahun 2013 dalam penelitian ini berusia tahun. Sebagian besar contoh tergolong ke dalam kategori tidak miskin (79.8%) dan berada dalam kelompok keluarga kecil (51.4%). Mayoritas contoh memiliki berat badan lahir (96.3%) dan panjang badan lahir (67.9%) yang normal, namun tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara berat dan panjang badan lahir pada laki-laki dan perempuan. Hanya sebagian kecil contoh memiliki riwayat lahir BBLR (1.8%) dan memiliki panjang badan lahir yang tinggi (7.3%). Rata-rata persen lemak tubuh perempuan (27.1 ± 3.5%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (14.6 ± 5.4%). Sebaliknya, lemak viseral, massa bebas lemak, lingkar perut, dan rasio lingkar pinggang-pinggul yang lebih tinggi ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.01) pada persen lemak tubuh, lemak viseral, massa bebas lemak, dan rasio lingkar pinggang-pinggul antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada lingkar pinggang. Mayoritas contoh (66.1%) memiliki status gizi normal dan tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara indeks massa tubuh laki-laki dan perempuan. Persen lemak tubuh, ukuran lingkar pinggang yang tinggi, serta rasio lingkar pinggang pinggul yang tinggi, dialami oleh satu dari dua contoh yang lahir dengan riwayat BBLR dan sebanyak satu dari dua contoh dengan riwayat berat dan panjang badan lahir rendah mengalami kegemukan. Indeks massa tubuh contoh saat ini merupakan variabel yang memiliki hubungan yang nyata (p=0.023) dengan berat badan lahir, sedangkan panjang badan

51 lahir memiliki hubungan yang signifikan (p=0.040) dengan massa bebas lemak contoh saat ini. Panjang badan lahir, indeks massa tubuh saat ini, dan jenis kelamin berhubungan secara signifikan terhadap massa bebas lemak dengan penyesuaian faktor lainnya (tingkat kecukupan energi dan protein, aktivitas fisik, serta kondisi perekonomian) sebesar 83.3%, sedangkan berat badan lahir memiliki hubungan sebesar 83.1% terhadap massa bebas lemak dan sebesar 4.8% berhubungan dengan indeks massa tubuh. Berat dan panjang badan lahir bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh seseorang di masa mendatang. 35 Saran Kesadaran masyarakat akan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan serta kesehatan ibu hamil perlu lebih ditingkatkan agar dapat menghindari lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah. Selain itu, penting untuk menjaga surat riwayat kelahiran agar dapat digunakan dalam memperhatikan perkembangan kesehatan individu di kemudian hari. DAFTAR PUSTAKA Abolhasani M, Dehghani S, Yazdani T, Farahani AV, Sehat M, Jahromi SR. Does body fat percentage associate with age and body mass index? Int Res J Appl Sci. 5(10): Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arisman Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Bann D, Kuh D, Wills AK, Adams J, Brage S, Cooper R Physical Activity Across Adulthood in Relation to Fat and Lean Body Mass in Early Old Age: Findings From the Medical Research Council National Survey of Health and Development, Am J Epidemiol.doi: /aje/kwu033. Hardy R, Sayer AA Birth weight and growth from infancy to late adolescence in relation to fat and lean mass in early old age: findings from the MRC National Survey of Health and Development. Int J Obesity Barker M, Robinson S, Osmond C, Barker DJP Birth weight and body fat distribution in adolescent girls. Arch Dis Child. 77: doi: /adc Barker DJP Mothers, Babies and Health in Later Life. Di dalam. Ernawati F, Kartono D, Puspitasari DS Hubungan antenatal care dengan berat badan lahir bayi di Indonesia (analisis lanjut data Riskesdas 2010). J Gizi Indonesia. 34(1): [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Buku Pengangan Untuk Petugas Lapangan Mengenai Reproduksi Sehat. Jakarta (ID): BKKBN.

52 36 Blaak E Gender differences in fat metabolism. Curr Opin Clin Nutr Metab Care.4: [BPS] Badan Pusat Statistik. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Provinsi, Maret [internet].[8 Agustus 2014]. Tersedia pada Chichlowska KL, Rose KM, Diez-Roux AV, Golden SH, McNeill AM, Heiss G Life Course Socioeconomic Conditions and Metabolic Syndrome in Adults: The Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) Study. J Ann Epidemiol. 19(12): doi: /j.annepidem Chomtho S, Wells JCK, Williams JE, Lucas A, dan Fewtrell MS Associations between birth weight and later body composition: evidence from the 4-component model. Am J Clin Nutr. 88: Corvalan C, Gregory CO, Ramirez-Zea M, Martorell R, Stein AD Size at birth, infant, early and later childhood growth and adult body composition : a prospective study in a stunted population. Int J Epidemiol.36: doi: /ije/dym010. Costa-Orvay AJ, Figueras-Alloy J, Romera G, Closa-Monasterolo R, Carbonerl- Estrany X The effect of varying protein and energy intakes on the growth and body composition of very low birth weight infants. Nutr J. 10 (140). Derby CA, Zilber S, Brambilla D et al Body mass index, waist circumference and waist to hip ratio and change in sex steroid hormones: the Massachusetts Male Ageing Study. Di dalam [WHO] World Health Organization Waist Circumference and Waist-Hip Ratio:Report of a WHO Expert Consultation. Geneva (CH). Deurenberg P, Yap M, Steveren WA van Body mass index and percent body fat: a meta analysis among different ethnic groups. Int J Obesity. 22: Ekelund U, Sarnblad S, Brage S, Ryberg J, Wareham NJ, Aman J Does physical activity equally predict gain in fat mass among obese and nonobese young adult?. Int J Obesity.31: Eriksson J, Forsen T, Tuomilehto J, Osmond C, Barker D Size at birth, childhood growth, and obesity in adult life. Int J Obesity.25: The fetal origins hypothesis-10 years on: Events before birth remain important, but we need to consider later modifiers too. Brit Med J. 330: Euser AM, Finken MJJ, Keizer-Veen MG, Hille ETM, Wit J M, Dekker FW Associations between prenatal and infancy weight gain and BMI, fat mass, and fat distribution in young adulthood: a prospective cohort study in males and females born very preterm. Am J Clin Nutr. 81:

53 Garnett SP, Cowell CT, Baur LA, Fay RA, Lee J, Coakley J, Peat JK, Boulton TJ Abdominal fat and birth size in healty prepuberal children. Int J Obesity.25: Gibney MJ, Margetts B M, Kearney JM, Arab L Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.hlm 290. Going SB, Lohman TG, Cussler EC, Wiliams DP, Morrison JA, Horn PS Percent body fat and chronic disease risk factors in U.S. Children and Youth. Am J Prev Med.41(4S2):S77 S86 Han TS, McNell G, Campbell DM The relationship between woman s birth and their current intra-abdominal fat mass. Di dalam. Barker M, Robinson S, Osmond C, Barker DJP Birth weight and body fat distribution in adolescent girls. Arch Dis Child. 77: doi: /adc Harahap, H, Widodo Y, Mulyati S Penggunaan berbagai cut off point indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas terkait penyakit degeneratif di Indonesia. J Gizi Indonesia.31:1-12. Hardinsyah, Retnaningsih, Herawati T, Wijaya R Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG). Institut Pertanian Bogor. Hoffman DJ, Sawaya AL, Verreschi I, Tucker KL, Roberts SB Why are nutritionally stunted children at increase risk of obesity?studies of metabolic rate and fate oxidation in shantytown children from Sao Paulo, Brazil. Am J Clin Nutr. 72: Hurlock EB Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Keenam: Jakarta (ID): Erlangga. Istiono W, Suryadi H, Haris M, Irnizarifka, Tahitoe D Analisis faktor yang mempengaruhi gizi balita. Berita Kedokteran Masyarakat. 25(3): Jayant D, D Phalke B, B Bangal V, Peeyuusha D, Sushen Bhatt Maternal risk factor for low birth weight neonates: a hospital based case-control study in rural area of Western Maharshtra, India. Natl J Community Med: Jonston L B, A J L Clark, M O Savage Genetic factors contributing to birth weight. Arch Dis Child. 86:F2 F3. Kelly TL Practical and technical advantages of DXA visceral fat assessment compared with computed tomography. Hologic Inc. Bedfort (US). Kensara OA, Wotton SA, Philips D I, Patel M, Jackson AA, Elia M, Hertfordshire Study Group Fetal programming of body composition: relation between birth weight and body composition measured with dual-energy X- ray absoptiometry and antropometric methodes in older Englishmen. Am J Clin Nutr. 82: [Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan RI Hari Pertumbuhan yang Menentukan. [internet][19 Agustus 2014]. Tersedia pada [Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 37

54 38 Koning LD, Merchant AT, Pogue J, Anand SS Waist circumference and waist-to-hip ratio as predictors of cardiovascular events: meta-regression analysis of prospective studies. Eur Heart J doi: /euheartj/ehm026. Krieger JW, Sutren HS, Daniels MJ, Henken BL Effect of variation in protein and carbohydrate intake on body mass and composition during energy restriction: a meta-regression. Am J Clin Nutr Lim U, Ernst T, Buchthal SD, Latch M, Albright CL, Wilkens LR, Kolonel LN, Murphy SP, Chang L, Novotny R, Marchand LL Asian women have greater abdominal and visceral adiposity than Caucasian women with similar body mass index. Nutr Diab.doi: /nutd Liu KH, Chan YL, Chan WB, Kong WL, Kong MO, Chan JCN Sonographic measurement of mesenteric fat thickness is a good correlate with cardiovascular risk factors: comparison with subcutaneous and preperitoneal fat thickness, magnetic resonance imaging and anthropometric indexes. Int J Obesity. 27: Lukaski HC, Johnson PE, Bolonchuk WW, Lykken GI Assessment of fatftree mass using bioelectrical impedance measurments of human body Am J Clin Nutr. 41: McNeely MJ, Fujimoto WY, L Donna, Tsai EC, Boyko EJ Brief Epidemiologic Report: The association between birth weight and visceral fat in midde-age adults. Obesity.15: [Menkokesra] Human Development Index [Internet]. [8 Oktober 2013]. Tersedia pada files/pendidikan_file/human_developement_index_2011.pdf Motswagole BS, Kruger HS, Faber M, Monyeki KD Body composition in stunted, compared to non-stunted black South African children, from two rural communities. S Afr J Clin Nutr. 25 (2). Mukhlisan H, Liputo NI, Ermawati Hubungan berat plasenta dengan berat badan lahir bayi di Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas. 2(2). [NHLBI] National Heart, Lung, Blood Institute Clinical guidelines on theidentification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adults The evidence report.nih Publication No Oyama M, Saito T, Nakamura K Rapid weight in early infancy is associated with adult body fat percentage in young woman. Environ Health Prev Med.15: Paramita I Analisis hubungan konsumsi buah dan sayur dengan ukuran lingkar pinggang pada perempuan usia dewasa muda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pertiwi LJ, Haroen H, Karwati Hubungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status balita di Desa Cipacing. Jurnal Unpad.ac.id/ejournal/article/view/763/809.

55 Rahayu LS, Sofyaningsih M Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan pemeberian ASI eksklusif terhadap perubahan status stunting pada balita di Kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Prosiding Seminar Nasional Peran Masyarakat dalam Pencapaian MDG s di Indonesia Rasmussen EL, et.al Altered fat tissue distribution in young adult men who had low birth weight. American Diabetes Association. 28(1): Ramachandran A, Snehalatha C Review article: Rising burden of Obesity in Asia. J Obesity.doi: /2010/ Ruchayati F Hubungan kadar hemoglobin dan lingkar lengan atas ibu hamil trisemester III dengan panjang bayi lahir di Puskesmas Halmahera Kota Semarang. JKM. 1(2): Rogers I, the Euro-BLCS Study Group The influence of birthweight and intrauterine environment on adiposity and fat distribution in later life. Intr J Obese. 27: Rolfe EDL, Loos RJF, Druet C, Stolk RP, Ekelund Ulf, Griffin SJ, Forouhi NG, Wareham NJ, Ong KK Association between birth weight and visceral fat in adults. Am J Clin Nutr. 92: Sachdev HS, Fall CHD, Osmond C, Lakshmy R, Biswas SKD, Leary SD, Reddy KS, Barker DJP, Bhargava SK Anthropometric indicators of body composition in young adults: relation to size at birth and serial measurements of body mass index in childhood in the New Delhi birth cohort. Am J Clin Nutr.82: Sayer AA, Syddall HE, Dennison EM, Gilbody HJ, Duggleby SL, Cooper C, Barker DJ, Phillips DI Birth weight, weight at 1 y of age, and body composition in older men: findings from the Hertfordshire Cohort Study. Am J Clin Nutr.80: Singhal A, Wells J, Cole TJ, Fewtrell M, Lucas A Programming of lean body mass: a link between birth weight, obesity, and cardiovascular disease?am J Clin Nutr. 77: Siregar S Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana Soehardjo Sosio Budaya Gizi. Di dalam: Sukandar Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan dan Gizi, dan Sanitasi: Petani Transmigran di Rokan Hulu Provinsi Riau. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Soetjiningsih Tumbuh Kembang Anak. Di dalam Supariasa I, Bakrie B, Fajar I. Penilaian Status Gizi Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Sorensen HT, Sabroe S, Rothman KJ, Gillman M, Fischer P, Sørensen TIA Relation between weight and length at birth and body mass index in young adulthood: cohort study. Brit Med J 315: Stephenson T, Symonds ME Maternal nutrition as a determinant of birth weight. Arch Dis Child.86: F4-F6. 39

56 40 Stevens J, Katz EG, Huxley RR Association between gender, age and waist circumference. Eur J Clin Nutr. 64:6-15. Sukandar Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan dan Gizi, dan Sanitasi: Petani Transmigran di Rokan Hulu Provinsi Riau. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Supariasa I, Bakrie B, Fajar I Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Tian JY, Cheng Q, Song X, Li G, Jiang G, Gu Y, Luo M. Birth weight and risk of type 2 diabetes, abdominal obesity and hypertension among Chinese adult. Eur J Endrocinol. 155: doi: /eje UNICEF Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing Countries. New York (US). Walker SP, Chang SM, CA Powell The association between early childhood stunting and weight in late adolescence. Int J Obesity. 31: [WHO] World Health Organization Western Pasific Region/IOTF The Asia- Pasific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment. Melbourn (AU). [WHO] World Health Organization Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva (CH) Human Energy Requirement:Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Rome (IT) Waist Circumference and Waist-Hip Ratio:Report of a WHO Expert Consultation. Geneva (CH) Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health [internet]. [30 Juni 2014]. Tersedia pada : Wigati TR Fenomena gizi buruk pada keluarga dengan status ekonomi baik: sebuah studi tentang negative deviance di Indonesia. The Indonesian Journal of Public Health. 5(3): [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Angka Kecukupan Gizi. Wu BN, O Sullivan AJ Review article: Sex difference in energy metabolism need to be considered with lifestyle modification in humans. J Nutr and Metab. doi: /2011/ Yliharsila H, Kajantie E, Osmond C, Forsen T, Barker DJP, Eriksson JG Birth size, adult body composition, and musle strength ini later life. Int J Obesity.31: Yongky, Hardinsyah, Gulardi, Marhamah Status gizi awal kehamilan dan pertambahan berat badan ibu hamil kaitannya dengan BBLR. JGP. 4(1): 8-12.

57 Lampiran 1 Nilai normalitas data dengan One-Sanple Kolmogorov-Smirnov test Variabel Normalitas (Asymp. Sig. (2-tailed) Berat badan lahir Panjang badan lahir Persen lemak tubuh Lemak viseral Massa bebas lemak Lingkar pinggang Rasio lingkar pinggang-pinggul Indeks massa tubuh Lampiran 2 Hasil uji hubungan berat badan lahir dengan rasio lingkar pinggang-pinggul 41 Berat badan lahir Rasio lingkar pinggang-pinggul BERAT BADAN LAHIR Korelasi Pearson Sig. (2-tailed).451 n WAIST TO HIP RATIO Korelasi Pearson Sig. (2-tailed).451 n Lampiran 3 Hasil uji hubungan berat badan lahir dengan komposisi tubuh

58 42 Lampiran 4 Hasil uji hubungan panjang badan lahir dengan komposisi tubuh Lampiran 5 Uji tabulasi silang status perekonomian terhadap tingkat kecukupan energi

59 43 Lampiran 6 Pengaruh berat badan lahir terhadap komposisi tubuh Variabel komposisi tubuh B p IMT Persen lemak tubuh Lemak viseral Lingkar pinggang RLPPP Massa bebas lemak Lampiran 7 Pengaruh panjang badan lahir terhadap komposisi tubuh Variabel komposisi tubuh B p IMT Persen lemak tubuh Lemak viseral Lingkar pinggang RLPPP Massa bebas lemak

60 44 Lampiran 3 Kuisioner Kode Responden: KUISIONER PENELITIAN UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Sheet 1 : COVER A1. Nama Pewawancara : A2. Nama Responden : A3. Kode Responden : A4. Jenis Kelamin : A5. Umur Responden : A6. Program Studi/Kelas : A7. Gedung/No. Kamar : A8. Nomor HP : A9. Tanggal Wawancara : DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

61 45 Kode Responden: PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Ukuran Lahir, Keragaan Status Gizi, dan Komposisi Tubuh Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama responden : Jenis kelamin : Umur reponden : Program studi : Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi contoh penelitian yang akan dilakukan oleh Restu Pertiwi dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bogor, 2014 Mengetahui, Peneliti, Responden, Restu Pertiwi NIM I NIM...

62 46 Kode Responden: Sheet 2: RIWAYAT KELAHIRAN B1. Usia kandungan ibu saat Anda dilahirkan : bulan/minggu* B2. Berat lahir : gram B3. Panjang lahir : cm B4. Cara kelahiran (persalinan ibu) : a. Normal b. Normal dengan bantuan induksi c. Sectio cesarea (operasi), alasan... a. Faktor medis b. Faktor lain, sebutkan... d. Ekstraksi vacum e. Ekstraksi forcep/cunam Sheet 3: RIWAYAT PENYAKIT C1. Apakah semasa balita, Anda sering mengalami sakit seperti di bawah ini? 1. Diare 2. Demam 3. Demam sampai kejang 4. Infeksi saluran pernapasan 5. Lainnya, sebutkan : 6. Tidak ada C2. Seberapa sering Anda menderita sakit terserbut? Jawaban :... kali /...bulan/tahun* C3. Apakah ada penyakit yang Anda derita saat ini? a. Ya (Sebutkan:...) b. Tidak Sheet 4 : SOSIAL/EKONOMI D1. Besar keluarga yang tinggal di rumah (termasuk Anda)... orang Jumlah anggota keluarga No Nama Hub dgn KK* Jenis Kelamin* Usia Pend. Terakhir* Pekerjaan BB (kg) TB (cm)

63 47 *)Keterangan : Hub. Keluarga Jenis Kelamin Kode Responden: : 1 = Ayah ; 2 = ibu ; 3 = saudara (kakak/adik) ; 4 = Orang tua (kakek/nenek); 5= Saudara lainnya : 1 = Laki-laki ; 2 = Perempuan Pendidikan terakhir : 1 = Tidak sekolah ; 2 = SD ; 3 = SMP ; 4 = SMA 5 = Diploma/sederajat ; 6 = Sarjana/Pascasarjana Pekerjaan : 1 = Tidak bekerja ; 2 = PNS/ABRI ; 3 = Peg. Swasta 4 = Wirausaha ; 5 = Buruh ; 6 = Jasa (sebutkan...) D10. Di dalam keluarga, Anda adalah anak ke-... dari... bersaudara 2. Keadaan Ekonomi D2. Pendapatan/bulan D21. Ayah = Rp... D22. Ibu = Rp... D23. Anggota keluarga lainnya yang ikut membantu= Rp... D24. Total = Rp... D25. Jumlah uang saku yang Anda terima/bulan = Rp... D26. Jumlah alokasi uang untuk makan/hari/minggu/bulan* = Rp... Sheet 5: ANTROPOMETRI E1. Berat badan : Kg E2. Tinggi Badan : cm E3. IMT : Kg/m 2 Sheet 6 : KOMPOSISI TUBUH F1. PBF (percent body fat) : F2. WHR (waist to hip ratio) : F3. AC (abdominal circumference) : F4. FFM (fat free mass) : F5. MBF (mass body fat) : F6. LBM (lean body mass) : *) coret yang tidak perlu

64 48 Kode Responden: Sheet 7: RECALL AKTIVITAS FISIK Isilah sesuai aktivitas yang dikerjakan sehari-hari Contoh : Waktu Aktivitas Durasi (jam) Pagi (bangun tidur Mencuci 1 G1. Hari Biasa Tanggal Wawancara : Waktu Aktivitas Durasi (jam) Pagi (bangun tidur Siang ( ) Sore ( ) Malam (19.00 tidur) Mohon diisi dengan durasi waktu tidur malam Anda Jumlah durasi selama 1 (satu hari) 24

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Pengembangan Surveilans Faktor Risiko Penyakit dan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai masalah gizi yang cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah adanya gangguan pada perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan manusia karena mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Melihat tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan faktor-faktor lainnya dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kotamadya Bogor. Contoh diambil dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Tanah Sareal, meliputi kelurahan Tanah Sareal,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang - Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci