BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengolahan Data atau Hasil Project dan Deskripsinya Capital Adequacy Ratio (CAR) Tabel 4.1 CAR Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

2 46 Tabel 4.2 CAR Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CAR Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% CAR 10.00% 5.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.1 CAR Quarterly CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Dari laporan keuangan bank X pada tahun , cukup bervariasi dari yang terendah yaitu 20,75% pada bulan desember tahun 2007 hingga yang tertinggi sebesar

3 47 29,84% pada bulan Juni tahun sedangkan rata rata CAR bank X adalah 25,42%. Dengan standart deviation sebesar 2,33 maka fluktuasi atau variasi nilainilai rasio CAR relatif masih dalam batas kewajaran Aktiva Tetap Terhadap Modal Tabel 4.3 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

4 48 Tabel 4.4 Aktiva Tetap Terhadap Modal Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Aktiva Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% Aktiva Tetap Terhadap Modal 10.00% 5.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.2 Aktiva Tetap Terhadap Modal Quarterly Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Dari laporan keuangan yang dimiliki bank X pada tahun , diketahui rasio aktiva tetap terhadap modal bank X yang terendah adalah 9,02% yaitu pada bulan September tahun 2002 dan rasio tertingginya

5 49 sebesar 28,33% pada bulan Desember tahun Rata rata aktiva tetap terhadap modal bank X sebesar 21,02%. Dengan standart deviation sebesar 7,25 maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio aktiva tetap terhadap modal relative cukup tinggi Non Performing Loan (NPL) Tabel 4.5 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

6 50 Tabel 4.6 NPL Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPL Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 18.00% 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% NPL 4.00% 2.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.3 NPL Quarterly NPL (Non Performing Loan) adalah kredit yang masuk ke dalam kategori kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dari laporan keuangan bank X pada tahun , sangat bervariasi dari yang terendah yaitu 1,26% pada bulan Desember tahun 2004 hingga yang tertinggi sebesar 16,22% pada bulan Juni tahun Sedangkan

7 51 rata rata NPL bank X adalah 7,52%. Variasi nilai-nilai NPL masih cukup tinggi dilihat dari standar deviasi yang sebesar 5, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif (PPAPAP) Tabel 4.7 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1,04 5% Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

8 52 Tabel 4.8 PPAPAP Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PPAPAP Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% PPAPAP 2.00% 1.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.4 PPAPAP Quarterly PPAP adalah pembentukan penyisihan aktiva produktif. PPAP berfungsi untuk menutup kerugian apabila risiko kredit benar-benar terjadi, yaitu debitor tidak membayar kreditnya sesuai yang diperjanjikan. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio PPAP bank X terendah adalah sebesar 4,85% yaitu pada bulan Maret tahun 2003 sedangkan rasio PPAP tertingginya sebesar 7,24% pada bulan Maret tahun Rata rata PPAP bank X adalah sebesar 5,72%.

9 53 Dengan standart deviation sebesar 0,76 fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio PPAP mendekati nilai mean sebesar 5,72 yang artinya perubahan nilainya tidak terlampau jauh Return On Asset (ROA) Tabel 4.9 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

10 54 Tabel 4.10 ROA Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 4.50% 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% ROA 1.00% 0.50% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.5 ROA Quarterly ROA (return on asset) Untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio ROA bank X yang terendah adalah sebesar 1,55% yaitu pada bulan Desember tahun 2001 sedangkan rasio ROA tertingginya sebesar

11 55 4,13% pada bulan Maret tahun Rata rata ROA bank X adalah sebesar 2,76%. Dengan standart deviation sebesar 0,74 maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio ROA perubahannya berkisar 2, Return on Equity (ROE) Tabel 4.11 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

12 56 Tabel 4.12 ROE Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROE Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% ROE 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.6 ROE Quarterly ROE (Return on Equity) untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran dividen. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio ROE bank X yang terendah adalah sebesar 2,76% yaitu pada bulan December tahun 2005 sedangkan rasio ROE tertingginya sebesar 41,81% pada bulan Maret tahun Rata rata ROE bank X

13 57 adalah sebesar %. Dengan standart deviation sebesar 11,56 maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio ROE sangat tinggi sehingga kemungkinan investor akan sangat mempertimbangkan rasio ini Net Interest Margin (NIM) Tabel 4.13 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

14 58 Table 4.14 NIM Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NIM Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% NIM 2.00% 1.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.7 NIM Quarterly NIM (net interest margin) atau yang disebut juga dengan margin bunga bersih, merupakan selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio NIM bank X yang terendah adalah sebesar 2,63% yaitu pada bulan Maret tahun 2002 sedangkan rasio NIM tertingginya sebesar 6,38% pada bulan Maret tahun Rata rata NIM bank

15 59 X adalah sebesar 4,02 %. Dengan standart deviation sebesar 0,97 dan mean sebesar 4,02 maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio NIM masih dalam batas kewajaran artinya selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga tidak terlampau besar Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tabel 4.15 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2,04 62% Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

16 60 Table 4.16 BOPO Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation BOPO Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss % 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% BOPO 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.8 BOPO Quarterly Rasio BOPO merupakan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO suatu bank, berarti efisiensi bank tersebut semakin tinggi. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio BOPO Bank X yang terendah adalah sebesar 61,73% yaitu pada bulan Maret tahun 2004 sedangkan rasio BOPO tertingginya sebesar 95,02% pada bulan

17 61 Desember tahun Rata rata BOPO bank X adalah sebesar 81,38 %. Dengan standart deviation sebesar 9,94 dan nilai mean yang sebesar 81,38 dapat terlihat perubahan nilai yang terjadi sangat signifikan, maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio BOPO relatif masih bisa diterima Loan to Deposit Ratio (LDR) Tabel 4.17 Quarterly Q4,01 *24.66% Q1,05 *55.92% Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

18 62 Tabel 4.18 LDR Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LDR Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% LDR 10.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.9 LDR Quarterly LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk mendeteksi fungsi intermediasi. LDR merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio LDR bank X yang terendah adalah sebesar 24,66% yaitu pada bulan Desember tahun 2001 sedangkan rasio LDR tertingginya sebesar 55,92% pada bulan Maret tahun Rata rata LDR bank X adalah

19 63 sebesar 45,17 %. Dengan standart deviation sebesar 10,54 maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio LDR bisa dikatakan relatife tinggi Giro Wajib Minimum (GWM) Tabel 4.19 Quarterly Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Q1, % Q1, % Q2, % Q2, % Q3, % Q3, % Q4, % Q4, % Sumber: data diolah

20 64 Tabel 4.20 GWM Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation GWM Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% GWM 4.00% 2.00% 0.00% Q4,01 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.10 GWM Quarterly Besaran pencadangan dana pihak ketiga (reserve requirement), atau yang dikenal dengan giro wajib minimum (GWM). Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio GWM bank X yang terendah adalah sebesar 5,07% yaitu pada bulan Maret tahun 2004 sedangkan rasio GWM tertingginya

21 65 sebesar 14% pada bulan Desember tahun Rata rata GWM bank X adalah sebesar 8,35 %. Standart deviation sebesar 3,03 hampir mendekati nilai mean, maka fluktuasi atau variasi nilai-nilai rasio GWM juga relatif masih cukup rendah Total Asset Tabel 4.21 Quarterly Q4,01 262,290,995 Q1,05 249,373,340 Q1,02 262,010,929 Q2,05 256,783,842 Q2,02 248,884,484 Q3,05 250,341,203 Q3,02 251,558,940 Q4,05 263,383,348 Q4,02 250,394,689 Q1,06 254,884,990 Q1,03 260,024,398 Q2,06 255,278,451 Q2,03 257,772,327 Q3,06 253,649,799 Q3,03 251,049,395 Q4,06 267,517,192 Q4,03 249,435,554 Q1,07 261,025,681 Q1,04 239,383,473 Q2,07 265,021,871 Q2,04 234,686,433 Q3,07 273,791,073 Q3,04 235,542,281 Q4,07 319,085,590 Q4,04 248,155,827 Sumber: data diolah (Dalam Jutaan)

22 66 Tabel 4.22 Total Asset Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Aset Valid N (listwise) 25 Sumber: Output Spss (Dalam Jutaan) 350,000, ,000, ,000, ,000,000 Total Aset 150,000, ,000,000 50,000,000 0 Q1,02 Q2,02 Q3,02 Q4,02 Q1,03 Q2,03 Q3,03 Q4,03 Q1,04 Q2,04 Q3,04 Q4,04 Q1,05 Q2,05 Q3,05 Q4,05 Q1,06 Q2,06 Q3,06 Q4,06 Q1,07 Q2,07 Q3,07 Q4,07 Gambar 4.11 Total Aset Quarterly Total aset adalah jumlah keseluruhan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Dari quarterly report bank X selama tahun , diketahui rasio Total Aset Bank

23 67 X yang terendah adalah sebesar Rp ,- yaitu pada bulan Desember tahun 2001 sedangkan rasio Total Aset tertingginya sebesar Rp ,- pada bulan Maret tahun Rata rata Total Aset bank X adalah sebesar Dengan standart deviation sebesar dan nilai mean sebesar berarti nilai-nilai tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. maka fluktuasi atau variasi nilainilai total asset cukup besar Pembahasan Hasil Penelitian atau Project Dalam tujuannya menjadi bank regional, Bank X harus memenuhi syarat sebagai bank sehat atau bank kinerja baik. Bank dianggap berkinerja baik kalau dalam tiga tahun berturut-turut memenuhi kriteria tersebut dan bank yang berkinerja baik akan berpotensi menjadi bank jangkar. Bank dapat dikategorikan sebagai Bank Kinerja Baik dan dapat berpotensi untuk menjadi bank jangkar apabila memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai berikut ini: (i) Bank memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, didukung dengan permodalan yang kuat dan stabil serta memiliki kemampuan mengabsorbsi risiko dan mendukung kegiatan usaha. Hal ini tercermin dari minimum CAR 12%. Dan bank X memiliki CAR sebesar 25,42% yang berarti sudah di atas minimum CAR bank yang sehat.

24 68 (ii) Bank juga memiliki kemampuan untuk tumbuh secara berkesinambungan yang tercermin dari profitabilitas yang baik. Hal ini tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) minimal 1,5%. ROA bank X sudah memenuhi kriteria bank sehat karena sudah di atas nilai minimum yaitu sebesar 2,76% (iii) Bank berperan dalam mendukung fungsi intermediasi perbankan guna mendorong pembangunan ekonomi nasional yang tercermin dari pertumbuhan ekspansi kredit dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Adapun pertumbuhan ekspansi kredit secara riil minimum 22% per tahun atau LDR minimum 50% dan rasio non-performing loan (NPL) di bawah 5% (net). Sedangkan NPL bank X sebesar 7,53% dan ini tidak termasuk kriteria bank sehat, namun pada Quartal 1 sampai 4 tahun 2007 NPL bank X sudah memenuhi syarat bank sehat, yaitu rata-rata NPL sebesar 3,29%. LDR yang dimiliki bank X adalah 45,17% dan ini berarti masih di bawah nilai minimum LDR bank sehat namun diawal tahun 2007 LDR bank X mengalami kenaikan yang sudah mencapai syarat bank sehat. (iv) Bank telah menjadi perusahaan terbuka, atau memiliki rencana untuk menjadi perusahaan terbuka dalam waktu dekat. (v) Bank memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menjadi konsolidator dengan tetap memenuhi kriteria sebagai bank dengan kinerja baik.

25 69 Tabel 4.23 Kriteria Bank Kinerja Baik Menurut Bank Indonesia Periode Q Q Ratio Keuangan Bank Kinerja Baik Bank X CAR Min. 12% 25,42% NPL Max. 5% 7,53%* LDR Min. 50% 45,17%* ROA Min. 1,5% 2,76% Sumber: data bank Indonesia dan bank X * Sedangkan NPL bank X sebesar 7,53% dan ini tidak termasuk kriteria bank sehat, namun pada Quartal 1 sampai 4 tahun 2007 NPL bank X sudah memenuhi syarat bank sehat, yaitu rata-rata NPL sebesar 3,29% * LDR yang dimiliki bank X adalah 45,17% dan ini berarti masih dibawah nilai minimum LDR bank sehat namun di awal tahun 2007 LDR bank X mengalami kenaikan yang sudah mencapai syarat bank sehat sebesar 54,02% Pada tabel di atas menjelaskan bahwa Ratio keuangan Bank X sudah memenuhi syarat bank sehat Proyeksi Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan rasio keuangan yang paling sensitif karena jika ada bank yang memilki CAR tidak memenuhi syarat maka waktu bertahan bank tersebut akan lebih singkat.

26 70 Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi rasio CAR pada periode-periode di masa yang akan datang Y = X Keterangan: Y X = proyeksi CAR = waktu atau periode CAR = X Berikut ini proyeksi rasio CAR per Quartal selama tahun Tabel 4.24 Proyeksi CAR Perquartal 2008 Proyeksi 2008 CAR Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 22,98% 22,79% 22,6% 22,41% 22,14% Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, CAR bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 22,14%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi CAR bank X periode 2008 (quarterly report) untuk Q1 (Maret) sebesar 22,98%, Q2 (Juni) sebesar 22,79%, Q3 (September) sebesar 22,6%, Q4 (Desember) sebesar 22,41%. Realisasi CAR Q ternyata sedikit lebih rendah dibandingakan hasil proyeksi penelitian ini.

27 Proyeksi Aktiva Tetap Terhadap Modal Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aktiva tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktiva tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain lain. Aktiva tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aktiva tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi rasio aktiva tetap terhadap modal pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi aktiva tetap terhadap modal = waktu atau periode Aktiva Tetap Terhadap Modal = X tahun Berikut ini proyeksi rasio aktiva tetap terhadap modal per Quartal selama

28 72 Tabel 4.25 Proyeksi Aktiva tetap Terhadap Modal Perquartal 2008 Proyeksi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah Rasio Aktiva tetap terhadap modal 32,65% 33,48% 34,31% 35,14% Realisasi ,16% Laporan keuangan Bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, aktiva tetap terhadap modal bank X periode Maret 2008 sebesar 26,16%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi aktiva tetap terhadap modal bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 32,65%, Q2 (Juni) sebesar 33,48%, Q3 (September) sebesar 34,31% dan Q4 (December) sebesar 35,14%. Bank mandiri mulai mengurangi investasi pada aktiva tetap yang mungkin dinilai kurang produktif sehingga hasil realisasi rasio aktiva tetap terhadap modal lebih rendah dari proyeksi rasio ini dari quartal-quartal sebelumnya.

29 Proyeksi Non Performing Loan (NPL) NPL (Non Performing Loan) adalah kredit yang masuk ke dalam kategori kredit kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin. Dengan kata lain, tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank X dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar. Faktor-faktor utama penyebab NPL dapat dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu: faktor internal bank itu sendiri, faktor kondisi debitur (termasuk calon debitur), dan faktor eksternal. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi NPL pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi NPL = waktu atau periode

30 74 NPL = X Berikut ini proyeksi rasio NPL per Quartal selama tahun Tabel 4.26 Proyeksi NPL Perquartal 2008 Proyeksi 2008 NPL Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 8,32% 8,39% 8,46% 8,53% 1,16% Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, NPL bank X perode Maret 2008 adalah sebesar 1,16%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi NPL bank X periode 2008 (quarterly report) yaitu untuk Q1 (Maret) adalah sebesar 8,32%, Q2 (Juni) sebesar 8,39% sedangkan Q3 (September) sebesar 8,46% dan untuk Q4 (Desember) adalah 8,53%. Berdasarkan hasil proyeksi menunjukkan bahwa seharusnya NPL quartal adalah 8,32%, angka ini terlampau tinggi dan jauh melampaui kriteria sehatnya suatu bank tetapi bank X mampu menerapkan konsep prinsip kehati-hatian maka realisasi NPL quartal jauh di bawah angka proyeksi yaitu sebesar 1,16.

31 Proyeksi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif (PPAPAP) PPAP adalah pembentukan penyisihan aktiva produktif. PPAP berfungsi untuk menutup kerugian apabila risiko kredit benar-benar terjadi, yaitu debitor tidak membayar kreditnya sesuai yang diperjanjikan. Bank wajib membentuk PPAP mengingat pemberian kredit pasti mengandung risiko. Besar-kecilnya nilai PPAP tersebut bergantung dari kolektibilitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit bank, maka PPAP yang dibentuk akan semakin besar. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi PPAP pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi PPAP = waktu atau periode PPAP = 0, ,0006 X Berikut ini proyeksi rasio PPAP per Quartal selama tahun 2008.

32 76 Tabel 4.27 Proyeksi PPAP Perquartal 2008 Proyeksi 2008 PPAP Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 6,51% 6,55% 6,63% 6,69% 4,09% Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, PPAP bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 4,09%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi PPAP bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 6,51%, Q2 (Juni) sebesar 6,55%, Q3 (September) sebesar 6,63%, Q4 (Desember) sebesar 6,69%. Rendahnya angka realisasi rasio PPAP Q konsisten dengan NPL yang terealisasi rendah ( lihat tabel 4.25 ). karena NPL rendah maka PPAP juga seharusnya rendah pula.

33 Proyeksi Return on Asset (ROA) ROA ( return on asset ) Untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat ROA pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi ROA = waktu atau periode ROA = X Berikut ini proyeksi rasio ROA per Quartal selama tahun 2008.

34 78 Tabel 4.28 Proyeksi ROA Perquartal 2008 Proyeksi 2008 ROA Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 1,63% 1,59% 1,55% 1,51% 2,78% Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data. ROA bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 2,78%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi ROA bank X periode 2008 (quarterly report) sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 1,63%, Q2 (Juni) sebesar 1,59%, Q3 (September) sebesar 1,55%, Q4 (Desember) adalah sebesar 1,51%. Keberhasilan bank X meningkatkan profitabilitasnya dalam ROA dengan menggunakan beberapa strategi yang tepat membuat angka realisasi ROA Q jauh melebihi angka proyeksi dari quartalquartal sebelumnya.

35 Proyeksi Return on Equity (ROE) ROE (Return on Equity) untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran dividen. Semakin besar rasio ini maka makin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar pula dividen yang diterima investor. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi rasio ROE pada periode-periode di masa yang akan datang Y = X Keterangan: Y X = proyeksi ROE = waktu atau periode ROE = X Berikut ini proyeksi rasio ROE per Quartal selama tahun 2008 Tabel 4.29 Proyeksi ROE Perquartal 2008 Proyeksi 2008 ROE Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 7,84% 6,77% 5,7% 4,63% 22,35%

36 80 Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, ROE bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 22,35%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi ROE bank X periode 2008 (quarterly report) yaitu pada Q1 (Maret) sebesar 7,84%, Q2 (Juni) sebesar 6,77%, sedangkan Q3 (September) adalah 5,7% dan Q4 (Desember) sebesar 46,3%. Angka realisasi ROE Q1 2008, hampir empat kali lipat dari angka proyeksi yang dibuat, hal ini tidak terlepas pula dari startegi yang tepat dijalankan oleh bank X Proyeksi Net Interest Margin (NIM) NIM (net interest margin) atau yang disebut juga dengan margin bunga bersih, merupakan selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi NIM pada periode-periode di masa yang akan datang Y = X Keterangan: Y X = proyeksi NIM = waktu atau periode NIM = X Berikut ini proyeksi rasio NIM per Quartal selama tahun 2008.

37 81 Tabel 4.30 Proyeksi NIM Perquartal 2008 Proyeksi 2008 NIM Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 5,42% 5,53% 5,4% 5,75% 5,08% Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, NIM bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 5,08%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi NIM bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 5,42%, Q2 (Juni) sebesar 5,53%, Q3 (September) sebesar 5,4% dan Q4 (Desember) adalah sebesar 5,75% Proyeksi Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO merupakan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO suatu bank, berarti efisiensi bank tersebut semakin tinggi. Pasalnya, biaya operasional digunakan bank sebagai salah satu

38 82 komponen penghitungan suku bunga kredit. Bank-bank juga akan makin bersaing untuk meningkatkan efisiensi, sehingga memberi dampak positif kepada debitor. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi BOPO pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi BOPO = waktu atau periode BOPO = 0, ,0002 X Berikut ini proyeksi rasio BOPO per Quartal selama tahun Tabel 4.31 Proyeksi BOPO Perquartal 2008 Proyeksi 2008 BOPO Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 81,6% 81,62% 81,64% 81,66% 69,88%

39 83 Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, BOPO bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 69,88%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi BOPO bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 81,6%, Q2 (Juni) sebesar 81,62%, Q3 (September) sebesar 81,64% dan Q4 (Desember) sebesar 81,66%. Efisiensi yang telah dijalankan oleh bank X mampu membukukan rasio BOPO pada Q sebesar 69,88%. Angka ini jauh lebih rendah dari proyeksi Q1 sampai Q Proyeksi Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk mendeteksi fungsi intermediasi. LDR merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa LDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain 1). Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank. 2). Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR minimum 50%), 3). Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum) sebuah bank.4). Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang akan merger. Begitu pentingnya arti angka LDR, maka

40 84 pemberlakuannya pada seluruh bank sedapat mungkin diseragamkan. Maksudnya, jangan sampai ada pengecualian perhitungan LDR diantara perbankan. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi LDR pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi LDR = waktu atau periode LDR = X Berikut ini proyeksi rasio LDR per Quartal selama tahun Tabel 4.32 Proyeksi LDR Perquartal 2008 Proyeksi 2008 LDR Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 61,9% 63,19% 64,48% 65,77% 56,64%

41 85 Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, LDR bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 56,64%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi LDR bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 61,9%, Q2 (Juni) sebesar 63,19%, Q3 (September) sebesar 64,48%, Q4 (Desember) sebesar 65,77%. Bank X tidak terlampau agresif dalam menyalurkan kreditnya, bisa jadi ini akibat dari prinsip kehatian-hatian yang dijalankan oleh bank X sehingga menyebabkan angka realisasi angka LDR lebih rendah dari angka proyeksi. Walaupun demikian angka realisasi tersebut masih di atas minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu minimal 50% Proyeksi giro wajib minimum (GWM) Besaran pencadangan dana pihak ketiga (reserve requirement), atau yang dikenal dengan giro wajib minimum (GWM). Merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Komponen dana pihak ketiga terdiri dari : Giro, Deposito berjangka Sertifikat deposito Tabungan Kewajiban Jangka Pendek Lainnya

42 86 Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi GWM pada periode-periode di masa yang akan datang Keterangan: Y = X Y X = proyeksi GWM = waktu atau periode GWM = X Berikut ini proyeksi rasio GWM per Quartal selama tahun Tabel 4.33 Proyeksi GWM Perquartal 2008 Proyeksi 2008 GWM Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah 13,26% 13,64% 14,02% 14,4% 11,05%

43 87 Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dikeluarkan oleh bank X dan menurut data, GWM bank X periode Maret 2008 adalah sebesar 11,05%. Untuk meramalkan kondisi keuangan bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi GWM bank X periode 2008 (quarterly report) adalah sebagai berikut Q1 (Maret) sebesar 13,26%, Q2 (Juni) sebesar 13,64%, Q3 (September) sebesar 14,02%, Q4 (Desember) sebesar 14,4%. Angka realisasi rasi GWM lebih rendah dari proyeksi Q1-Q Proyeksi Total Aset Total aset adalah jumlah keseluruhan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Dengan menggunakan model OLS (ordinary least squares) yang diolah dengan komputer maka dapat dibuat persamaan OLS yang selanjutnya persamaan ini untuk membuat proyeksi total asset pada periode-periode di masa yang akan datang Y = X Keterangan: Y X = proyeksi Total aset = waktu atau periode

44 88 Total aset = X Berikut ini proyeksi total aset per Quartal selama tahun Tabel 4.34 Proyeksi Total Aset Perquartal 2008 Proyeksi 2008 Total Asset Realisasi 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: data diolah Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Laporan keuangan bank X periode Maret 2008 sudah dipublikasikan oleh bank X dan menurut data, Total asset bank X periode Maret 2008 adalah sebesar Rp ,-. Untuk meramalkan kondisi keuangan Bank X selama tahun 2008 perlu dilakukan prediksi laporan keuangan. Prediksi total asset bank X periode 2008 (quarterly report) adalah Q1 (Maret) sebesar Rp ,-, Q2 (Juni) sebesar Rp ,-, Q3 (September) sebesar Rp ,-, Q4 (Desember) sebesar Rp ,-.

45 89 Peningkatan realisasi total aset quartal Bank X yang melebihi angka prediksi disebabkan oleh penerapan beberapa strategi yang diharapkan berdampak pada kenaikan aset seperti strategi: 1. Mempertahankan posisi di corporate banking 2. Meningkatkan market share commercial dan consumer banking 3. Meningkatkan market share dan kemampuan bersaing melalui merger dan akuisisi Tabel 4.35 Proyeksi Total Asset Perquartal 2009 Proyeksi 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 Total Asset Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 4.34 bisa dilihat bahwa proyeksi total aset perquartal tahun 2009 Bank X terus meningkat, walaupun peningkatan proyeksinya masih jauh dari hasil realisasi total asset Bank X bulan Maret 2008 yang sudah dipublikasikan yang bisa dilihat pada tabel Bisa dimungkinkan bahwa realisasi perquartal selama tahun 2009 juga akan jauh melampaui angka prediksinya seperti yang terjadi pada angka prediksi dan realisasi tahun 2008.

46 Strategi Bank X Bank X telah melakukan beberapa startegi dalam pencapaian visi menjadi regional champion bank. Strategi bank X adalah sebagai berikut : 1. Mempertahankan posisi di Corporate Banking : Latar belakang legacy bank yang bergabung menjadi bank X merupakan bank dengan fokus pada bisnis corporate banking sehingga menjadikan posisi bank X di segmen corporate banking cukup kuat. Pada saat ini, kekuataan posisi bank X di segmen corporate banking juga semakin ditopang dengan telah selesainya proses restrukturisasi yang menjadikan kredit korporasi lebih sehat dan profitable. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonominan dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan memasuki era pertumbuhan dan investasi yang tentunya akan memberikan peluang bisnis cukup besar, terutama untuk pembiayaan di sector infrastruktur. Dengan tujuan untuk mempertahankan posisi sebagai market leader sekaligus meningkatkan perannya sebagai lembaga intermediasi yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Bank X akan mencermati dan mengoptimalkan peluang ini dengan tetap berpegang pada asas dan prinsip prudential banking. Selain itu, untuk memelihara keunggulan tersebut maka strategi yang ditempuh adalah dengan memperluas difersifikasi bisnis corporate banking diantaranya melalui peningkatan produktivitas serta kualitas portfolio kredit.

47 91 2. Meningkatkan market share commercial dan consumer banking Penguasaan market share kredit commercial dan consumer banking bank X masih relatif kecil. Di lain pihak prospek pertumbuhan bisnis di segmen ini masih terbuka lebar, mengingat semakin dominannya peran sector usaha kecil dan menengah (UKM) pasca krisis dan masih rendahnya penetrasi pasar bank X untuk bisnis consumer banking di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut maka strategi yang ditempuh adalah meningkatkan market share commercial dan consumer banking melalui pengembangan bisnis yang lebih cepat, diantaranya dengan meningkatkan pertumbuhan secara organik (organic growth), melakukan merger dan akuisisi dan pengembangan jaringan pelayanan serta produk yang berkelanjutan. Strategi pengembangan consumer dan commercial banking ini merupakan bagian dari upaya untuk menempatkan bank X sebagai universal bank yang mampu melayani segmen nasabah. Strategi tersebut telah memperlihatkan hasilnya dengan pencapaian keseimbangan portfolio kredit corporate:non corporate sebesar 48% : 52% pada akhir tahun Mengembangkan penggunaan teknologi informasi Untuk mengoptimalkan dan mendukung rencana jangka panjang bank X maka telah disusun rencana strategis pengembangan sistem informasi/isp Bank X sebagai rencana induk (master plan) dan peta (road map) bagi pengembangan IT bank X 4 tahun kedepan. Rencana strategis ini kelanjutan dari rencana strategis tiga tahun sebelumnya dimana bank X telah

48 92 menginvestasikan dana sebesar USD 176 juta untuk penggantian infrastruktur IT dengan hardware dan software yang lebih handal dan modern. 4. Memperkuat manajemen resiko Upaya memperkuat manajemen risiko diwujudkan dengan megoptimalkan fungsi unit-unit pengelolaan dan monitoring resiko dalam organisasi yang meliputi credit risk, market risk, liquidity risk dan compliance risk serta pengembangan berbagai perangkat, metode dan analisis pengelolaan resiko. Pengembangan kemampuan manajemen resiko juga ditujukan untuk memepersiapkan bank X menghadapi penerapan basel II. Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko. 5. Memperkuat pengelolaan sumber daya manusia Sejalan dengan tranformasi bank X fase II ( ) yang dicanangkan sebagai periode pertumbuhan (growth), maka fungsi pegelolaan sumber daya manusia dalam periode ini diarahkan untuk dapat mereposisi perannya dari

49 93 fungsi administrative and operation menjadi strategic development. Dengan reposisi tersebut, keberadaan fungsi pengelolaan sumber daya manusia diharapkan dapat memberikan dukungan yang lebih optimal bagi pengembangan bisnis sehingga akhirnya dapat menghasilkan nilai tambah (value added) yang lebih besar bagi bank X. penyusunan strategi pengelolaan SDM mencakup formulasi baru tentang visi, misi, working values, serta paradigma-paradigma baru dalam penyusunan kebijakan human resource yang berbasis kompetensi (competency based human resources management). 6. Meningkatkan market share dan kemampuan bersaing melalui merger dan akuisisi Dalam mengupayakan pencapaian tujuan jangka menengah menjadi domestic dominant bank, bank X akan selalu melihat peluang untuk melaksanakan pertumbahan non organic melalui merger dan akuisisi. Inisiatif merger dan akuisisi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu scale acquisition dan capabilities acquisition. Scale acquisition ditujukan untuk meningkatkan skala bank X sehingga market share dan costumer base dapat ditingkatkan secara cepat dengan melakukan akuisisi, unutk selanjutnya akan dilakasanakan merger dengan target akuisisi untuk menigkatkan skala operasi (dengan efisiensi biaya yang lebih baik). Capabilities acquisition ditujukan untuk mendapatkan akses kepada kapabilitas atau pasar tertentu yang sulit dibangun atau ditembus oleh bank X melalui pertumbuhan organik. Usaha yang menjadi target akuisis jenis ini terutama adalah perusahaan multifinace

50 94 dan bank bank yang mempunyai spesialisasi usaha. Setelah pelaksanaan akuisisi untuk jenis ini, target akuisisi tetap dipertahankan sebagai bisnis yang (stand alone) tetapi dengan mengoptimalkan cross selling dan aliansi-aliansi strategis dengan bisnis bank X lainnya Perkembangan Aset dan Jaringan Bank X Perbankan Indonesia mendominasi jajaran dua ratus bank di Asia Tenggara dari sisi jumlah kendati tidak masuk urutan tiga besar. Dominasi bank-bank di Indonesia ini disebabkan jumlah bank di Indonesia masih relatif banyak dengan aset relatif kecil, yaitu 136 bank. Ada seratus lima bank yang masuk jajaran dua ratus bank di Asia Tenggara. Sementara di negara Asia Tenggara lain, jumlah bank jauh lebih kecil dengan adanya tren merger dan akuisisi guna menghadapi pasar global. Konsep Arsitektur Perbankan Indonesia pun diperkirakan tidak akan otomatis mampu membuat bank-bank nasional menyalip bank-bank Singapura atau Malaysia, kecuali dengan merger. Misalnya, merger Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN akan menghasilkan aset 59 miliar dollar AS. Bank hasil merger ini akan mampu menyalip OCBC dan DBS Bank, tetapi belum mampu menandingi kekuatan aset UOB ataupun DBS. Sampai saat ini bank yang ada di Indonesia yang berada di urutan 10 besar bank Asia Tenggara hanyalah Bank X yang menempati urutan ke 6. Pada tahun 2004 bank X menempati urutan ke enam bank regional terbesar di asia Tenggara dengan total aset sebesar Rp

51 95 Namun di tahun 2005 bank X mengalami penurunan peringkat menjadi urutan ke delapan pada kategori bank regional asia tenggara walaupun total aset meningkat sebesar Rp kalau dibandingkan dengan bank total aset tertinggi yaitu bank DBS, bank X hanya 20,20% dari total aset yang dimiliki oleh bank DBS (lihat tabel 4.35). Bank X tahun 2007 diperingkat sembilan di Asean. Posisi pertama saat ini ditempati UOB, DBS dan OCBC dari Singapura. Tabel 4.36 Bank Asia Tenggara dan Total Aset 2005 No Bank Negara Total Asset (Rp) 1. DBS Bank Singapura United Overseas Bank Singapura Overseas-Chinese Banking Singapura Bank X Indonesia Sumber: Asian Banker 2006 Tabel 4.37 adalah jaringan kantor cabang Bank X di luar negeri, tetapi di Asia Tenggara bank X hanya ada di dua negara, yaitu Singapore dan Timor Leste. Untuk menjadi bank Regional Champion Bank, bank X masih belum bisa. Paling tidak di setiap kawasan Asia Tenggara Bank X memiliki satu kantor cabang.

52 96 Tabel 4.37 Jaringan Kantor Cabang Bank X Luar Negeri Sumber: Bank X No Negara 1 Singapore 2 Hongkong 3 Cayman Island 4 Dili - Timor Leste 5 Europe - London 6 China - Shanghai

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank konvensional yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Bank UOB Indonesia sebagai salah satu anak perusahaan Grup UOB Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital Adequacy Requirements

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL),

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan, surat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, dan Net

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti terdahulu sebagai rujukan. Rujukan yang pertama menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Pudji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BANK

ANALISIS KINERJA BANK ANALISIS LAPORAN KEU. PERBANKAN KARTIKA SARI. UniversitasGunadarma. ANALISIS KINERJA BANK TUJUAN MATERI : 1. Menjelaskan pengertian analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. 2. Menyebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting di Indonesia. Bank dapat dikatakan sebagai lembaga penggerak perekonomian negara karena banyak kegiatan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan dampak bagi perekonomian di indonesia terutama pada struktur perbankan. Hal ini menyebabkan krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Sedangkan menurut undang-undang

Lebih terperinci

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) A. Capital (Permodalan) Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan ang dimiliki bank yang didasarkan pada: 1. Kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah berakibat sangat berat bagi perekonomian nasional. Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai lembaga perantara (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan utama suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara negara di Eropa, Amerika dan Jepang mendengar kata bank sudah tidak asing lagi. Bank sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga kepercayaan dengan tugas pokok menjadi perantara antara pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor yang mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Deskriptif Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing variabel yang diteliti. Hal ini

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK A. Analisis Rasio Likuiditas Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari hasil penelitian terdahulu. Dimana peneliti menganggap bahwa penjelasan dari penelitian terdahulu memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan jantung perekonomian suatu negara dan saat ini menjadi salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam sektor perekonomian.

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertin Kinerja Keuangan Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial intermediary. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip semua pelaku usaha adalah mencari laba yang maksimal atau berusaha untuk meningkatkan labanya. Hal ini menyebabkan laba menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan

Lebih terperinci

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha PENDAHULUAN Bab 9 PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 6 faktor, yaitu 1. CAPITAL ( Permodalan ), 2. ASSET QUALITY ( Kualitas

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

Lebih terperinci

KONSOLIDASI PERBANKAN

KONSOLIDASI PERBANKAN KONSOLIDASI PERBANKAN 1. MENGAPA KONSOLIDASI PERBANKAN DIPERLUKAN: a. Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang ikut andil maupun berperan penting dalam laporan keuangan suatu perusahaan, terutama untuk mengembangkan dan mengatur perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR), BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan Penelitian ini berangkat dari rumusan masalah berupa inkonsistensi penelitian terdahulu tentang perbandingan profitabilitas bank domestik dan bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Pengertian Perbankan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5. Dalam bab ini akan dijelaskan kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan BUMN. 5.1. Kesimpulan Penelitian

Lebih terperinci

: Maria Ancela :

: Maria Ancela : PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk Nama NPM Kelas Dosen Pembimbing : Maria Ancela :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Menurut Hermawan Darmawi (2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei 2011 merupakan tonggak sejarah dimana secara resmi PT Sampoerna Investama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci