LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Pemantapan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran bagi Guru-Guru Bahasa Inggris di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur Oleh: Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. NIP Dra. Luh Putu Artini, M.A., Ph.D. NIP Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S. NIP PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016

2

3 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Manggarai merupakan salah satu dari 21 kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Kabupaten Managgarai adalah 1,669,42 km2 atau sekitar ha. Secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan, 132 desa dan 17 kelurahan, dengan pusat pemerintahan Kabupaten Manggarai di kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong. Jumlah guru di Manggarai Barat adalah sebagai berikut: 1) Taman Kanak-Kanak 43 orang, 2) Sekolah Dasar/MI 2.476, 3) SMTP Umum /MTS 974 orang, 4) SMA/MA Negeri 357 orang, 5) SMA/MA Swasta 145 orang, SMK Negeri 148 orang dan SMK pelayaran 10 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Barat, manggaraibaratkab.bps.go.id). Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kabupaten Manggarai masih kekurangan guru yang tentunya bisa mengarah pada kurang efektifnya pelaksanaan pembelajaran. Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur, kondisi pelaksanaan pembelajaran secara umum di Kabupaten Manggarai tidak semaju di dearah Indonesia bagian Barat seperti Bali. Banyak keterbatasan yang dialami oleh para guru di daerah NTT, di samping masalahmasalah keterbatasan fasilitas sarana pendukung pembelajaran, keterbatasan jumlah guru-guru, juga sangat kurangnya pelatihan-pelatihan pengembangan professional guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan dosen di Manggarai, dinyatakan bahwa guru-guru sangat membutuhkan pencerahan-pencerahan akademik, terutama tentang pelatihan tentang Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter masih dianggap membingungkan terutama karena guru-guru belum memahami dengan jelas bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam perencanaan, proses pembelajaran dan dalam asesmen. Permohonan dari Manggarai 1

4 tentang perlunya diadakan pelatihan tentang pendidikan karakter dilampirkan di bagian akhir laporan ini. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dan mencermati pelaksanaan pendidikan yang sempat penulis cermati selama di Flores, keterampilan mengimplemntasikan Pendidikan Karakter dalam praktek pembelajaran di kelas sangat dibutuhkan oleh para guru di Indonesia terlebih oleh mereka yang ada di Manggarai Nusa Tenggara Timur. Meskipun beberapa guru dan beberapa sekolah sudah mendapatkan sosialisasi Pendidikan Karakter tetapi pelatihan dan seminar sebagian besar bersifat teoritis normatif. Padahal yang dibutuhkan guru-guru adalah contoh-cotoh nyata yang implementatif di lapangan. Pentingnya pendidikan karakter juga didorong dengan adanya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun 2015 yang akan berdampak pada dorongan arus investasi dari luar masuk ke Indonesia yang akan menciptakan multi effect dalam berbagai sektor termasuk pendidikan yang akan mengarah pada persaingan bebas diantara negara-negara yang tergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, guru harus mempersiapkan para siswa agar mampu mengembangkan karakter tangguh, karakter untuk selalu mau meningkatkan diri, mengglobal, kesadaran dan pemahaman multikultural termasuk karakter-karakter lain agar siswa siap bersaing secara nasional dan internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan keterbatasan yang dimiliki oleh para guru di Manggarai dibandingkan dengan di Bali, dan pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk generasi muda dan pembangunan bangsa, dipandang sangat perlu dan mendesak untuk memberikan pengembangan profesional guru melalui pelatihan pendidikan karakter dan bagaimana menyisipkannya dalam pembelajaran bagi guru-guru Bahasa Inggris di Manggarai NTT. 2

5 1.2 TUJUAN Berdasarkan analisis situasi di atas, maka tujuan dari P2M ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pemantapan pendidikan karakter kepada guru-guru Bahasa Inggris sekabupaten Manggarai Barat, sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran. 1.3 MANFAAT Manfaat kegiatan ini bisa diuraikan sebagai berikut: a. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru-guru tentang pendidikan karakter. b. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru tentang strategi menyisipkan pendidikan Karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris. c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru Bahasa Inggris tentang strategi mengases pelaksanaan pendidikan karakter. 3

6 BAB II. METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Sehubungan dengan masalah dipaparkan di depan, kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan digambarkan dengan alur pelaksanaan kegiatan sebagai berikut. ANALISIS SITUASI: Guru di Manggarai, NTT kurang paham dalam memantapkan pendidikan karakter di kelas. KONDISI RIIL: Pemahaman dan keterampilan guru tentang Pend. Karakter perlu ditingkatkan Guru tidak paham serta tidak terampil tentang bagaimana memantapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran Pemecahan Masalah Guru Bahasa Inggris diberikan tentang pendidikan karakter dalm pembalajaran Pelatihan mengenai pemantapan pendidikan karakter Wawasan dan keterampilan tentang pendidikan karakter lebih baik Guru yg terampil dan mampu menyisipkan pend karaktr Pendidikan Karakter membudaya 4

7 2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaannya diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dialami kelompok masyarakat (khalayak sasaran). Dengan mengidentifikasi masalah yang dialami, kemudian dirancang kegiatan. Metode pelaksanaannya dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para guru-guru Bahasa Inggris sekabupaten Manggarai Barat Flores NTT. 2.3 INFORMASI TENTANG SUBJEK SASARAN Subjek sasaran adalah guru-guru Bahasa Inggris yang ada di Kabupaten Manggarai Barat. Mengingat pelatihan pendidikan itu begitu penting dan mendesak dan dibutuhkan oleh semua guru di semua tingkat pendidikan, maka pelatihan pendidikan karakter ini melibatkan guru-guru di semua tingkat. Karena jumlah guru yang terlalu banyak, maka subjek sasaran dipilih berdasarkan perwakilan dari semua tingkat pendidikan dan diharapkan mereka dapat memberikan pengimbasan kepada yang lain di sekolah/gugus masing-masing. Pelatihan ini bermaksud memberikan semacam orientasi profesional agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memantapkan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Diharapkan dengan keterampilan ini, guru memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang pendidikan karakter agar mereka mampu menyisipkan dalam pembelajaran di kelas. 2.4 JUSTIFIKASI PEMILIHAN OBJEK Pemantapan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris masih belum dipahami oleh para guru di Kabupaten Manggarai, NTT. Pendidikan karakter diprioritaskan dalam P2M ini karena pendidikan karakter merupakan fondasi dasar yang dibutuhkan generasi 5

8 muda penerus bangsa agar mereka mampu mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya membangun negara dan bangsa ini menjadi lebih baik. Dengan terbentuknya karakter yang baik, maka peningkatan kompetensi dalam bidang lain akan menjadi lebih mudah. Keterlambatan dalam pembentukan karakter bisa mengarah pada munculnya masalah-masalah lain. Oleh karena itu, maka pelatihan tentang pemantapan Pendidikan Karakter dianggap sangat perlu diberikan kepada para guru-guru Bahasa Inggris se-kabupaten Manggarai. 2.5 KETERKAITAN Keterkaitan program dengan pihak terkait dapat dipaparkan dengan tabel berikut. Tabel 2.1 : Keterkaitan Program dengan Pihak terkait. No 1 2 Institusi Peran dan Manfaat Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STKIP St. Menghubungkan pihak Paulus Ruteng Manggarai dan Diknas Pendidikan pemberi P2M dengan Ruteng pihak Diknas Pendidikan yang membawahi guruguru Bahasa Inggris di Manggarai Barat NTT. Sekolah se-kab. Manggarai Sebagai pihak yang melaksanakan pend. Karakter di sekolah. 2.6 RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN EVALUASI a. Persiapan 1. Menyusun program kerja dan diskripsi kerja untuk anggota tim. 2. Penyusunan indikator dan instrumen program. 3. Penetapan tim pelaksana program sesuai dengan kepakarannya. 4. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis. 6

9 b. Pelaksanaan 1. Pelatihan pemantapan Pendidikan Karakter. 2. Evaluasi dan indikator Pencapaian. Adanya peningkatan pemahaman dari guru-guru bahasa Inggris tentang pendidikan karakter serta bagaimana memantapan penyisipan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. 7

10 BAB III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan pengabdian masayarakat di Manggarai berlangsung dengan sangat serius. Masyarakat melakukan kegiatan dengan antusias; hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta yang membludak untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini. Pada awalnya, kegiatan direncanakan diikuti oleh 50 orang guru saja, tetapi kenyataaanya kegiatan diikuti oleh lebih dari 100 peserta baik itu pihak guru, dosen maupun mahasiswa. Deskripsi pelaksanaan kegiatan bisa digambarkan sebagai berikut. Pada tahap pertama dilakukan tahap pengenalan. Kegiatan pemantapan pendidikan karakter dilakukan dengan cara memberikan orientasi dan penjelasan tentang pendidikan karakter. Terdapat beberapa poin yang diberikan dalam tahapan ini. Slide berikut memberikan penjelasan tentang apa tujuan, fungsi, dan media pendidikan karakter. 8

11 Topik tentang hal ini sangat perlu untuk dijelaskan terlebih dahulu agar peserta pelatihan memahami hakekat dari pendidikan karakter yang dilakukan dan apa media untuk memperkenalkan pendidikan karakter. Hal ini merupakan pemahaman mendasar sebelum peserta memahami bagaimana pendidikan karakter ini disisipkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Slide berikut menunjukkan bahwa pemantapan tentang pendidikan karakter disampaikan untuk memantapkan pemahaman peserta tentang komponen pendidikan karakter. Dijelaskan bahwa ada tiga komponen pendidikan karakter yang dikutip dari pendapat Lickona (2013) yang terdiri dari komponen tentang pengetahuan moral. Dalam komponen ini, terkandung unsur-unsur yang meliputi kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan pribadi. Komponen pengetahuan ini begitu penting sebagai dasar bagi seseorang untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana perilaku yang baik dan bermoral. Dengan kata lain, sebagai dasar untuk bisa memilah antara perilaku yang baik dan buruk. Komponen yang kedua adalah perasaan moral yang mencakup di dalamnya hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati. Sedangkan komponen yang terakhir adalah tindakan moral yang mencakup di dalam kompetensi/kemampuan untuk melakukan/menunjukkan perilaku berkarakter, yang didasari oleh keiinginan dan dimanifestasikan dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan. 9

12 Penjelasan tentang konsep ini tampaknya memperjelas pemahaman peserta tentang pendidikan karakter karena peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam membahas konsep ini. Banyak yang bertanya dan memberikan ilustrasi tentang konsep ini ketika tim memberikan kesempatan untuk bertanya. Untuk memantapkan pemahaman tentang pendidikan karakter, peserta diberikan paparan tentang nilai-nilai karakter yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia, dan dibandingkan dengan nilai karakter universal yang dipakai oleh Lickona (2013). 10

13 Memberikan perbandingan antara nilai-nilai karakter universal dan nilai-nilai karakter yang tercantum dalam kurikulum 2013 ternyata memberikan pemahaman baru bagi peserta. Bahkan ada peserta yang merasa lebih nyaman dengan nilai-nilai karakter yang lebih sedikit (seperti yang diperkenalkan Lickona dibandingkan dengan menggunakan 18 nilai karakter seperti yang dinyatakan dalam Kurikulum 2013). Menurut mereka ada beberapa nilai karakter yang diperkenalkan dalam Kurikulum 2013 itu tumpang tindih, misalnya nilai karakter tentang cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Di samping itu, masalah yang dinyatakan oleh peserta tentang nilai-nilai karakter ini adalah mereka mengakui bahwa tidak semua nilai-nilai karakter tersebut bisa disisipkan dalam dalam pembelajaran. Dengan kata lain, mereka merasa sulit untuk menyisipkan nilai-nilai karakter yang ada di kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Oleh sebab itu, peserta perlu diberikan contoh-contoh nyata dan praktis bagaimana nilai karakter itu disisipkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. 11

14 Slide berikut ini memberikan pemahaman kepada peserta tentang desain penyisipan pendidikan karakter. Ditekankan melalui slide ini bahwa nilai-nilai karakter merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang dinyatakan dalam agama, UUD atau aturan hokum laiinya, yang ada dalam mata pelajaran dan diambil dari praktek-praktek baik dalam kehidupan nyata. Proses pengenalannya harus didasarkan atas intervensi dari pihak yang berwenang (Kepala sekolah atau Rektor) melalui surat keputusan atau aturan-aturan yang mengatur perilaku setiap orang anggota masayarakat yang ada di lingkungan tersebut. Aturan tersebut harus dilaksanakan oleh setiap insan dalam satuan pendidikan baik itu sekolah/kampus, masyarakat atau keluarga yang dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuknya pembiasaan-pembiasaan. Pembiasaan ini harus didukung oleh perangkat pendukun sarana prasarana, komitmen dari pemangku kepentingan. Konsep ini disadari sebagai sesuatu yang baru oleh peserta karena selama ini mereka mengakui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter belum didukung oleh sistem yang jelas dan tidak ada aturan secara khusus yang bisa dipakai sebagai acuan oleh guru agar mereka merasa wajib harus melakukan suatu nilai karakter tertentu. 12

15 Gambar berikut adalah contoh yang diberikan oleh tim kepada peserta tentang contoh praktis untuk memperkenalkan karakter hidup bersih. Contoh gambar berikut menunjukkan bahwa gambar yang sederhana ini dicontohkan sebagai upaya untuk mengejawantahkan aturan yang ditetapkan oleh sekolah. Agar terbentuk pembiasaan, aturan ini harus ditempel di tempat siswa melakukan cuci tangan sehingga mereka terbiasa melakukannya. Di samping itu, pernyataan dalam Bahasa inggris juga menunjukkan bahwa terjadi proses pheriperal learning dimana siswa secara tidak langsung akan belajar menggunakan Bahasa Inggris secara otentik. Contoh strategi sederhana ini bisa juga digunakan untuk nilai-nilai karakter yang lain. Gambar berikut adalah contoh poster yang diperkenalkan kepada peserta untuk ditempel di tembok sekolah. Poster ini memberikan pemahaman tentang bagaimana sikap siswa yang harus dipupuk untuk menjadi kreatif. Pemasangan poster seperti ini, memberikan contoh kepada peserta bahwa kreativitas itu perlu dilatih dan proses melatih untuk kreatif, para guru harus mengiklaskan siswa untuk berani membuat kesalahan karena dengan berani membuat kesalahan dan sesuatu yang berbeda dengan yang lain, bibit-bibit kreativitas akan muncul dan berkembang. 13

16 Poster sederhana ini memberi makna bahwa karakter kreatif itu dilatih untuk berani membuat salah atau melakukan sesuatu yang berbeda. Contoh-contoh praktis begini ternyata lebih mudah diterima peserta dalam pelatihan karena mereka pada prinsipmya lebih banyak memerlukan contoh-contoh nyata. Contoh yang lain adalah bagaimana melatih siswa untuk bisa membedakan sampah. 14

17 Contoh foto di atas menunjukan contoh yang diberikan kepada guru untuk melatih karakter peduli lingkungan. Guru harus memberi contoh untuk bisa memisahkan tempat sampah yang plastik, kertas atau sampah sisa-sisa makanan. Meskipun contoh yang diberikan begitu sederhana dan praktis ternyata tidak gampang bagi guru untuk mengungkapkan ide ini. Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa untuk memisahkan sampah di sekolahnya dan semua sampah masih dicampur dalam satu tempat sampah. Strategi lain yang bisa dipakai untuk memantapkan pendidikan karakter adalah memberikan penghargaan /rewards secara inovatif. Foto berikut adalah contoh yang diberikan sebagai bahan diskusi bagaimana cara memberikan reward secara inovatif kepada siswa. Contoh ini merupakan hal yang sangat baru bagi guru peserta pelatihan karena mereka belum pernah melakukan sebelumnya. Mereka sangat tertarik untuk bisa menerapkan hal ini dalam pelajaran Bahasa inggris di kelas mereka. Guru dilatih secara rinci bagaimana teknis memberikan penghargaan kepada siswa dan apa jenis penghargaan yang harus diberikan agar bermakna mendidik tetapi tetap efisien dan terjangkau bagi guru dan sekolah. 15

18 Contoh strategi lain yang diberikan kepada peserta adalah jenis penghargaan yang berbentuk kreatif dan juga diberikan secara inovatif. Contoh yang disampaikan bisa dilihat dalam foto berikut. Ini adalah contoh sertifikat yang ditunjukkan kepada peserta untuk memberikan penghargaan kepada peserta yang suka membaca dengan rajin. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk menghargai perilaku suka membaca yang telah dilakukan oleh siswa. Berdasarkan pengakuan peserta yang kebanyak guru-guru dinyatakan bahwa mereka sangat jarang memberikan sertifikat seperti contoh berikut kepada siswa mereka. Penghargaan yang diberikan lebih banyak berupa hadiah berupa buku atau alat alat tulis, biasanya hanya diberikan kepada siswa-siswa mereka yang mendapat nilai akademis tertinggi. Dengan kata lain, perubahan perilaku-perilaku tidak mendapat perhatian guru sehingga tidak pernah diberikan penghargaanpenghargaan seperti yang dicontohkan dalam pelatihan. Contoh-contoh sertifikat lain yang dicontohkan dalam pelatihan bisa dinyatakan dalam foto berikut. Contoh sertifikat diberikan sebagai contoh kepada para guru peserta pelatihan bahwa perilaku berkarakter yang mulai berkembang dan sudah ditunjukkan oleh siswa perlu dinotifikasi dan diberikan penghargaan. Contoh yang ditunjukkan saat pelatihan memberikan contoh konkrit kepada peserta pelatihan bahwa perubahan perilaku yang kecil sekalipun sangat penting untuk diberikan penghargaan. 16

19 Seperti dicontohkan dalam foto, perilaku berbagi kepada teman adalah perilaku yang mulai tumbuh dan berkembang pada siswa yang bernama Hikam. Contoh tersebut membuat pemahaman peserta pelatihan menjadi lebih mantap. Pemberian contoh-contoh nyata dengan membawa contoh-contoh nyata dan memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk memahami dengan menunjukkan contoh-contoh nyata membuktikan bahwa pemantapan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih gampang bagi peserta pelatihan dan terbukti dipahami dengan lebih cepat dan lebih mudah. 3.2 Hasil Pelaksanaan Pelatihan Hasil pelaksanaan pelatihan bisa dicermati dari kegiatan pada tahap tahap berikutnya yaitu pemantapan proses pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan dengan mengadakan simulasi-simulasi dan melatih guru melakukan pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peserta dalam mengikuti pelatihan. 17

20 Tabel 3.1: Peningkatan Kemampuan Peserta setelah Pelatihan Pendidikan Karakter Peserta Kelompok 1 (10 orang guru) Kelompok 2 (10 orang guru) Kelompok 3 (10 orang guru) Kelompok 4 (10 orang guru) Kelompok 5 (10 orang guru) Sebelum Pelatihan (berdasarkan hasil wawancara) -Tidak banyak tahu tentang teknik menyisipkan karakter. -Tidak inovatif dalam mengelola kelas berbasis pendidikan karakter. - sulit menilai Setelah Pelatihan (berdasarkan hasil observasi) Kelompok memiliki keterampilan bervariasi tentang menyisipkan pendidikan karakter Para guru lebih terampil dalam mengelola kelas: pembagian kelompok dilakukan secara bervariasi Mampu mengembangkan permainan dalam mengajar berbasis karakter Mampu menembangkan teknik-teknik sederhana menyisipkan karakter Mampu membuat cara inovatif untuk menilai karakter. Foto-foto berikut adalah suasana saat simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan yang dibimbing oleh tim/nara sumber.. Foto di atas merupakan salah satu peragaan tentang teknik mengelola kelas agar siswa disiplin tetapi tetap kreatif dalam berkespresi dalam Bahasa Inggris. 18

21 Dalam gambar tampak bagaimana peserta sangat girang ketika melaksanakan permainan bahasa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Nara sumber memperagakan contoh melatih peserta didik agar melakukan kegiatan secara kooperatif dan inovatif. Inovasi kegiatan terlihat dari cara yang diperkenalkan dalam membagi kelompok yang dilakukan sambil bermain. Dampak dari perilaku ini adalah guru dilatih untuk bisa membuat anak kooperatif tetapi dilakukan sambil bermain, dimana siswa tetap bergembira dan kreatif dalam bersimulasi/melaksanakan kegiatan tetapi tetap kooperatif dalam melaksakanakan tugas. Selanjutnya peserta mensimulasikan pengelolaan kelas mereka dibawah bimbingan nara sumber. 19

22 Gambar di atas memberikan contoh kepada guru/peserta pelatihan tentang bagaimana cara menangani kelas yang besar untuk pembelajaran keterampilan berbicara. Biasanya guru merasa kesulitan ketika harus mengajar keterampilan berbicara untuk kelas di atas 50 orang. Tetapi melalui pelatihan ini, guru sebagai peserta pelatihan mendapatkan contoh dan model pembelajaran keterampilan berbicara khusus untuk kelas besar. Penyisipan pendidikan karakter nya dilakukan secara blended tidak eklpisit. Misalnya bagaimana seorang guru harus memberikan aturan bermain di dalam kelas agar selama melakukan permainan, setiap anak mampu tetap disiplin, tidak rebut dan tetap saling menghargai. Di samping itu, penyisipan pendidikan karakter dilakukan on-going dimana siswa harus tetap mengikuti aturan berkomunikasi meskipun dalam bermain. Kemampuan guru untuk mengendalikan kelas besar tidak hanya menunjukkan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan mengajar Bahasa Inggris tetapi juga menunjukkan kematangan guru dalam mengelola suasana kelas agar tidak gaduh, siswa tetap tertib mengikuti aturan saling toleransi dalam mengungkapkan ide tetapi tetap dalam suasana bermain. 20

23 Foto-foto berikut adalah suasana peserta pelatihan ketika harus memperagakan strategi pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang ditunjukkan secara langsung oleh mereka dan diberikan masukan secara langsung oleh nara sumber. Gambar-gambar berikut adalah saat peserta kelompok besar dibagi dalam beberapa kelompok dan meeka harus mampu mengelola kelas atas suasana tetap dispilin dan tidak gaduh. 21

24 Foto berikut adalah peragaan dari peserta pelatihan dalam satu kelompok yang mensimulasikan jenis permaian untuk melatih konsentrasi dan kerjasama dalam kelompok secara inovatif. Semua peserta tampak serius dan melakukan dengan baik. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa semua peserta sangat antusias dalam melaksanakan pelatihan. Mereka semua aktif dan on-task dari awal sampai akhir kegiatan. Setiap peserta terlibat secara aktif, dan mereka mengikutinya dengan antusias. Dari simulasi dan presentasi yang dilakukan oleh seluruh peserta sangat nyata bahwa mereka telah mampu menunjukkan peningkatan keterampilan melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis karakter. Peserta mampu mengelola kelas yang besar dan mampu menekankan nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yang mereka laksanakan. Dengan kata lain, pelatihan yang dikuti berlangsung dengan sangat sukses dan peserta merasakan manfaat mengikuti pelatihan yang sangat berguna untuk tidak saja meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris tetapi juga menumbuhkan karakter mereka agar siap bersaing di dunia kerja dan mampu menunjukkan diri sebagai insan berkarakter. 22

25 BAB 1V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan di atas, dapat dipaparkan simpulan dan saran-saran sebagai berikut. 4.1 Simpulan Dengan mengikuti pelatihan yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa para peserta pelatihan telah mampu menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mereka tentang menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang ditunjukkan secara berkelompok lewat simulasi di dalam kelas. Di smaping itu, peningkatan keterampilan dan kemampuan peserta didik juga ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menyisipkan pendidikan karakter yang ditunjukkan dalam praktek pengelolaan kelas yang inovatif dan kreatif lewat simulasi secara berkelompok Saran Meskipun pelatihan berjalan sangat sukses, beberapa kendala berikut perlu diperhatikan dalam pelaksanaan P2M di Manggarai. 1. Waktu pelaksnaan P2M perlu diatur lebih baik agar tidak bersamaan dengan waktuwaktu sibuk di sekolah. 2. Jumlah peserta perlu diatur lebih tertib dibatasi untuk sejumlah yang memadai sehingga perhatian kepada tiap-tiap peserta menjadi lebih intensif. 23

26 DAFTAR PUSTAKA Dokumen Kurikulum (2013). Diunduh 4 Agustus 2014 dari ( Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 30 April Haryanti, T. Jambore Taman Bacaan Masayarakat Jumat, 15 April Indoensia PISA Centre. Hasil PISA Diakses 19 April 2016 Lickona, T.(2012). Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk Karakter. Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media. Kusmana, S Membangun Budaya Literasi. Diakses tanggal 15 April Padmadewi, N.N Techniques of promoting learning uutonomy in the classroom. Journal of Education and Social Science. 3: Panduan Pendidikan Karakter di sekolah Menengah Pertama Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 2010). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional.Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, (2011). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun

27 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Purcell-Gates, V., Anderson1, J.; Gagne1 M., Kristy J.; Lenters2, K.; and McTavish1, M Measuring Situated Literacy Activity: Challenges and Promises. Journal of Literacy Research 44(4) DOI: / X Diakses 19 April Sekolah Menulis INSPIRASI Literacy Based Education. Gerakan Literasi Sekolah. Diakses 19 April Sri Suryatini.(2011). Pendidikan Karakter. (buku elektronik diunduh pada tanggal 13 Januari 2012). Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter. Strategi Berperadaban. Yogjakarta: Pustaka Belajar. Membangun Karakter Bangsa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Pemantapan Pendidikan Karakter bagi Guru-Guru Bahasa Inggris SMP dan SMA di Kabupaten LarantukaFlores Nusa Tenggara Timur (NTT) Oleh: Prof. Dr. Ni Nyoman

Lebih terperinci

Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono, Endah Peniati, Eling Purwantoyo. Abstrak FMIPA UNNES

Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono, Endah Peniati, Eling Purwantoyo. Abstrak FMIPA UNNES UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMA MENGAJAR BIOLOGI DENGAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, DAN MENYENANGKAN DI MGMP BIOLOGI KABUPATEN DEMAK Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono,

Lebih terperinci

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada Oleh: Drs. I Made Suarjana, M.Pd. (Ketua) NIP. 196012311986031022 I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Mata pelajaran IPS memberikan pengetahuan pada

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IMPLEMENTASI KURIKULUM UNDIKSHA 2016

PANDUAN PELAKSANAAN PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IMPLEMENTASI KURIKULUM UNDIKSHA 2016 PANDUAN PELAKSANAAN PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IMPLEMENTASI KURIKULUM UNDIKSHA 2016 LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU (LPPPM) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016 Kata Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari proses pembelajaran diantaranya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK Oleh: NI NYOMAN PADMADEWI Guru Besar Universitas Pendidikan Ganesha Email:padmadewi@pedulisesamaphilanthropicwork.org Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi dan komunikasi berkembang pesat, salah satu dampak kemajuan teknologi adalah munculnya arus globalisasi. Daya

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA Made Juniantari 1, Ni Putu Sri Ratna Dewi 2, Ni Luh Pande Latria Devi 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Analisis Masalah

PENDAHULUAN A. Analisis Masalah PENDAHULUAN A. Analisis Masalah Kurikulum ahasa Inggris 2013 (K-13) mulai diberlakukan di beberapa sekolah sejak tahun 2013 dan mulai digunakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun 2014 ini.

Lebih terperinci

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG Ni Ketut Rapi, Iwan Suswandi, I G. A. Nyoman Sri Wahyuni. (2017). Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Buleleng. International Journal of Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DALAM PRESTASI, TERAMPIL DALAM KARYA DAN BUDAYA, BERWAWASAN IPTEK, BERLANDASKAN IMTAQ.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DALAM PRESTASI, TERAMPIL DALAM KARYA DAN BUDAYA, BERWAWASAN IPTEK, BERLANDASKAN IMTAQ. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang, terletak di Jalan Salatiga- Dadapayam Km. 11 Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global saat ini, semua negara berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas dan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi setiap bangsa demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara yang sedang

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN Henry Suryo Bintoro 1, Ratri Rahayu 2, Ristiyani 3 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Program

Lebih terperinci

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA MAHASISWA PGSD MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH POLA 3R

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA MAHASISWA PGSD MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH POLA 3R SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

PEMA UNDIKNAS Standar & Borang SPMI Rasio Dosen dan Mahasiswa D.39

PEMA UNDIKNAS Standar & Borang SPMI Rasio Dosen dan Mahasiswa D.39 1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR RASIO DOSEN MAHASISWA Kode/No : STD/SPMI-A5/D.39 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-4 STANDAR RASIO DOSEN MAHASISWA Proses Nama Penanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian SMK Negeri 1 Tengaran merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Kabupaten Semarang. SMK Negeri 1 Tengaran terletak

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt Oleh: Ketua Tim Pengusul Dra. Ni

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAPORAN KEGIATAN BEST PRACTICE PENGEMBANGAN KULTUR BERKARAKTER BEST PRACTICE PENGEMBANGAN KULTUR BERKARAKTER MELALUI KEGIATAN DISKUSI ILMIAH RUMPUN KEILMUAN MANAJEMEN KEUANGAN DI PROGRAM STUDI MANAJEMEN,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depdiknas mengembangkan suatu system pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dalam kehidupan yang berorientasi pada tujuan dan proses,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai penerapan disiplin ilmu lain. Banyak konsep dari

Lebih terperinci

04/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI

04/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI 04/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 KATA PENGANTAR Pedoman Umum Pemilihan Pustakawan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini berangkat dari hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMP Negeri 10 Bandung kelas VII-C selama 2 kali pertemuan pada mata pelajaran

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Oleh Dr. Siti Halimah, M.Pd. Disampaikan pada acara seminar dan tadabur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen kehidupan yang sangat penting sebagai investasi jangka panjang bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lainnya, termasuk dengan lingkungan sekitarnya, sehingga peranan bahasa sebagai alat pengungkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah didapat dan dijelaskan dalam BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Proses pembelajaran IT di SKACI berbasis pada penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota Pontianak. Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) Judul: Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru SMA dan SMP se-kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Oleh: I Gede Partha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATERI VERBAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO RECORDING DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATERI VERBAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO RECORDING DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi yang melibatkan guru sebagai pemberi atau penyampai informasi dan siswa sebagai penerima informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena bertanya berperan untuk menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu murid terkait dengan materi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan dari guru dengan siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan dari guru dengan siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan karena interaksi pembelajaran adalah kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi perubahan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

Luh Putu Artini 1*, Ni Nyoman Padmadewi 2. Abstrak. Pendahuluan

Luh Putu Artini 1*, Ni Nyoman Padmadewi 2. Abstrak. Pendahuluan Luh Putu Artini, Ni Nyoman Padmadewi. (2017). Pelatihan Pembelajaran Inovatif Berbasis Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 bagi Guru-Guru Bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK Se Kabupaten Manggarai Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life) merupakan semboyan yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. JURUSAN PEDAGOGIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia seperti halnya di negara lain, selalu ditinjau ulang setiap 10 tahunan. Hasil peninjauan ulang terakhir menghasilkan Kurikulum 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Salah satu untuk memperbaiki proses

Lebih terperinci

CERITA-CERITA HASIL PROSES PEMBELAJARAN

CERITA-CERITA HASIL PROSES PEMBELAJARAN A CERITA-CERITA CERITA-CERITA HASIL PROSES PEMBELAJARAN embelajaran aktif yang dikemas dengan cara kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan Pcerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya tertangkap dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui media

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas menjadi sesuatu hal yang begitu sangat penting yang harus dimiliki manusia, karena dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari hampir semua manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi Melalui Three Fun Diksi Berbasis Film Dokumenter Kelas VIIId SMP Negeri 3 Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi Latar belakang Siswa-siswa di sekolah di seluruh dunia akan lulus untuk menghadapi masa depan yang sangat

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena segala pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan faktor yang diperoleh dari dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar. Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal

I. PENDAHULUAN. maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan hal utama dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat komplek dan dinamis, dapat dipandang dari

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan RPP Bermuatan Kebudayaan Lokal dan Pendidikan Karakter Bangsa Untuk Guru-Guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Tejakula

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa khususnya generasi muda. Di era globalisasi ini, generasi muda tidak hanya dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam bangsa itu sendiri. Hal tersebut juga mengharuskan kita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Nurmalasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Nurmalasari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) memiliki peranan yang besar dalam membantu meletakkan dasar bagi anak dalam mengembangkan moral, nilai-nilai agama, sosial emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung

Lebih terperinci

PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG

PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG Sri Sulistyorini, Hardjono, Yuyarti Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar peserta didik terampil berbahasa Indonesia dengan benar, yaitu dalam kecakapan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO.

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO. NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO Oleh: Ermawan Susanto, S.Pd., M.Pd. NIP. 19780702 200212 1 004 Dibiayai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS BAHASA DAN SENI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS BAHASA DAN SENI Alamat : Kampus FBS Jalan A.Yani 67 Singaraja; Kode Pos 81116 Telepon/ Faks. : (0362) 21541/27561 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MAKNA MENULIS ARTIKEL DI JURNAL ILMIAH

MAKNA MENULIS ARTIKEL DI JURNAL ILMIAH MAKNA MENULIS ARTIKEL DI JURNAL ILMIAH Riwandi Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu email: riwandi_unib@yahoo.co.id Kita terkejut dengan berita di koran kompas tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu instansi telah menyebabkan munculnya persaingan yang semakin ketat bagi seluruh instansi. Salah satu faktor penentu keberhasilan bagi kinerja

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensial

Lebih terperinci

1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP Hp 08121575726 email: hermansp@uny.ac.id Staf Ahli PR3 UNY Bid. Penalaran 1 MOTIVASI MEMBUAT KARYA ARTIKEL ILMIAH MEMBIASAKAN DIRI MENYELESAIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP Oleh : Ma rifani Fitri Arisa Pengantar Undang-undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan, bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci