BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pilihan Karier Pengertian Pilihan Karier Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang didefinisikan oleh Kamus Oxford Inggris sebagai lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orangtua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Faktor keturunan dan sejarah hidup mendirikan proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan. Pada dasarnya, pemilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotipe okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi tentang suatu okupasi dan penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama dalam pemilihan karier. Harmoni antara pandangan seseorang terhadap dirinya dengan okupasi yang disukainya membentuk modal personal style. Orientasi kesenangan pribadi (modal personal orientation) merupakan proses perkembangan yang terbentuk melalui hereditas dan pengalaman hidup individu dalam bereaksi terhadap tuntutan lingkungannya. 17

2 Individu memilih sebuah karir untuk memuaskan orientasi kesenangan pribadinya. Jika individu telah mengembangkan suatu orientasi yang dominan, maka akan lebih besar kemungkinan baginya mendapatkan kepuasan dalam lingkungan okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika dia belum dapat menentukan pilihan, maka kemungkinan mendapat kepuasan itu akan hilang. Pemilihan karier yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan karier seorang dewasa masih harus membuat pilihanpilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang mendalam. Adanya pencarian karier menciptakan homogenitas okupasi. Homogenitas okupasi merupakan jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola karier yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan tujuan okupasional yang bertentangan dengan lingkungan akan mempunyai pola karier yang inkonsisten dan divergen. Holland menekankan pentingnya self-knowledge dalam upayanya mencari kepuasan dan stabilitas vokasional. Holland (1985) memandang pemilihan karier sebagai ekspresi atau ekstensi kepribadian ke dalam dunia kerja, yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotype okupasional tertentu. Holland (1985) memandang modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu. 18

3 Sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu tidak akan cukup memadai apabila tidak dirumuskan bagaimana ciri-ciri lingkungan dan manusiannya. Maka dari itu Holland (dalam Sukardi, 1994) mengajukan enam model orientasi pribadi yang menandai lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Model orientasi pribadi atau lingkungan itu selalu sesuai dengan tipe kepribadian yaitu tipe kepribadian Realistik (R), Investigatif (I), Artistik (A), Sosial (S), Enterprising (E), Konvensional (K), karenanya setiap tipe kepribadian congruen dengan enam lingkungan yang berkaitan sejalan dengan pemilihan karier yakni : a) Orientasi Realistis Lingkungan realistis ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuninya. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerluakan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan dan ketahanan tertentu. Di antara kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisik untuk berpindah-pindah dan seringkali berada di luar gedung. Sifat-sifat yang Nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan atau keberhasilan. b) Orientasi Intelektual Lingkungan ini ditandai dengan berbagai tugas yang memerlukan berbagai kemampuan yang abstrak, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi dan imajinasi serta kepekaan terhadap bebagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kemampuan tulis menulis mutlak dipelihara dalam orientasi ini. 19

4 c) Orientasi Artistik Orientasi ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interprestasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui citarasa, perasaan dan imajinasi. Dengan artian lain orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut keterampilan fisik. d) Orientasi Sosial Orientasi ini memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status. e) Orientasi Enterprising Orientasi Enterprising ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepad kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. f) Orientasi Konvensional Orientasi konvensional ditandai dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. 20

5 Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan Realistik (The Realistic Environment), Lingkungan Penelitian/Pengusutan (The Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment), Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan Sosial (The Social Environment), Lingkungan Bersuasana Kegiatan Rutin (The Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan. Individu-individu berusaha untuk memperoleh karier atau jabatan dengan tujuan untuk melaksanakan potensi-potensi yang dimilikinya, menyatakan sikap dan nilai-nilai yang dimilikinya, mengambil peranan di dalamnya, serta menghindari berbagai peranan dan problema yang tidak dikehendaki dan disetujuinya. Menentukan karier dari sekelompok besar karier atau pekerjaan menuntut seseorang mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau pekerjaanya. Derajat pilihan karier ini ditentukan sejauh mana ketepatan individu dalam memilih pekerjaan yang ingin dimasukinya kelak. 21

6 2.1.2 Proses Pemilihan Karier Secara singkat proses pemilihan karier menurut Holland (1985) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar klasifikasi karier, selama perkembangannya ia mengadakan seleksi atau menjajaki karier-karier tersebut dengan berbagai kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya. b. Pilihan dari sekelompok besar karier-karier di mana orang / seseorang akan mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya (intelijensinya), untuk mengadakann pemilihan yang memadai terhadap lingkungan pekerjaannya. c. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam proses pilihan pekerjaan di atas disertai oleh sederetan atau sejumlah faktor-faktor pribadi, meliputi pengetahuan tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (Self-evaluation), dan pengetahuan tentang klasifikasi atau karier (arah atau luasnya informasi dan tingkat perbedaan antara dua dan dalam lingkungan pekerjaan), tingkat hirarkis perkembangan, dan sejumlah atau sederetan dari faktor-faktor lingkungan meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman-teman, penilaian atasan, dan potensi dari atasan, dan pembatasan-pembatasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan lingkungan fisik. 22

7 2.1.3 Syarat-syarat Pemilihan Karier Untuk dapat menentukkan pilihan kariernya secara tepat ada beberapa syarat yang harus di perhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada 3 (tiga) syarat pengambilan keputusan yang baik menurut Holland (dalam Sukardi 1994) yaitu: a). Pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi, pengambilan keputusan berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada kematangan emosional, konsep diri dan orientasi-orientasi nilai. b). Pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan relevan (sebelum memutuskan). Salah satu dari langkah-langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumver-sumber informasi kepada individu-individu bagaimana menggunakannya. c). Pengetahuan dan penggunaan strategi untuk mengkonfirmasikan informasi ini ke dalam tindakan. Individu-individu biasanya menggunkan berbagai strategi pengambilan keputusan berilah kemudahan menemukan strategi-strateginya dan bagaimana meningkatkannya. 23

8 2.1.4 Aspek Aspek Pilihan karier Ada 13 aspek dalam pemilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994). diantaranya yaitu : 1) Kemampuan inteligensi Kemampuan inteligensi yang dimiliki individu memegang peranan yang penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki suatu pekerjaan, jabatan atau karier dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki atau jenjang pendidikan tertentu. 2) Bakat Perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seorang anak-anak di sekolah diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan bakatnya dan memprediksi bidang kerja, jabatan, atau karier para murid setelah menamatkan studinya. 3) Minat Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai suatu pekerjaan jabatan, atau karier. Jika seseorang tidak berminat pada suatu pekerjaan yang dijabatnya maka orang tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga orang tersebut menjadi tidak nyaman atau mudah bosan terhadap pekerjaan yang dijabatnya. 24

9 4) Sikap Sikap merupakan suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu. Namun, pada masa remaja terjadi perubahan dalam sikap maupun perilaku. Hal ini akibat pengaruh teman sebayanya. Karena pada masa ini remaja mempunyai kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial sehingga pergaulan remaja semakin luas. 5) Konsep diri Konsep diri sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Karena pilihan karier merupakan cerminan dari konsep diri. Seseorang yang dapat memilih karier sesuai dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya sendiri terhadap pilihan karier yang dipilihnya. 6) Nilai Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Setiap individu mempunyai nilai sendiri-sendiri dalam bekerja. Karena nilai yang dianut individu berbeda dengan nilai yang dianut dalam bekerja. Misalnya individu yang mempunyai nilai bahwa seseorang yang telah lama bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun pantas mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan hari tua. Namun nilai yang dianut oleh perusahaan berbeda dengan orang tersebut yaitu karyawan atau pegawai tidak perlu kenaikan gaji karena yang didapatnya menurut perusahaan sudah mencukupi 25

10 7) Prestasi Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuni oleh seseorang berpengaruh terhadap pilihan jabatan di kemudian hari. 8) Keterampilan Keterampilan dalam bidang tertentu juga sangat berpengaruh terhadap pilihan jabatan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan khusus seperti keterampilan berbahasa asing, dapat mengoperasikan komputer, dan lain sebagainya maka orang tersebut akan kalah bersaing dengan orang yang memiliki keterampilan khusus. Dengan mempunyai keterampilan khusus maka orang tersebut memungkinkan diterima diperusahaan atau instansi yang dituju oleh pencari kerja. Karena mempunyai keterampilan berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh orang lain. 9) Penggunaan waktu senggang Penggunaan waktu senggang juga sangat menentukan pilihan karier seseorang. Waktu senggang dapat dimanfaatkan dengan kegiatan yang berguna, misalnya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti menulis artikel, membaca buku atau koran, berkebun dan lain sebagainya. 10) Hobi atau kegemaran Setiap individu mempunyai hobi yang berbeda dengan hobi yang dimiliki oleh orang lain. Kegemaran individu dalam bidang karang mengarang, tulis menulis artikel dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk menentukan kariernya sesuai dengan hobinya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang dapat memilih 26

11 pekerjaan yang sesuai dengan hobinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja yang dijabatnya. 11) Pengalaman kerja Pengalam kerja merupakan bekal seseorang untuk memasuki dunia kerja. Dengan pengalaman kerja yang didapat maka orang tersebut akan siap memasuki dunia kerja, sebaliknya, orang yang tidak mempunyai pengalaman kerja akan tidak siap memasuki dunia kerja. Sehingga tidak mengetahui yugas-tugas yang akan dijalaninya nanti. 12) Penampilan lahiriah Penampilan lahiriah juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan karier. Jika seseorang berpenampilan tidak rapi maka orang tersebut kemungkinan besar tidak diterima dalam pekerjaan. Karena penampilan lahiriah merupakan gambaran dari kepribadian orang tersebut. 13) Masalah pribadi Masalah atau problema dari diri juga dapat berpengaruh dengan pemilihan karier. Individu yang mengalami masalah akan menyelesaikan masalahnya dengan cara yang baik tanpa emosi, sehingga dapat diperkirakan apabila menghadapi masalah di pekerjaan nantinya akan menyelesaikan dengan cara yang baik pula Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan karier Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994) yaitu: 27

12 1). Faktor Pengetahuan Diri Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan individu tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peranan untuk meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri ini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri, penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya seperti usia dan jenis kelamin. Menurut Ginzberg (dalam Sukardi, 1994) pilihan karier siswa SMA berada pada periode tentatif berlangsung pada umur tahun. Pada tahap ini anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan segera dan konkrit tentang vokasional yang akan datang. Dengan kata lain, tugas utama perkembangan siswa SMA adalah melakukan eksplorasi, uji coba peranan untuk memperoleh kesesuaian antara konsep diri dan faktor-faktor lingkungan pekerjaan dan pendidikan yang mempersiapkan mereka pada suatu pekerjaan. Sedangkan untuk jenis kelamin kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa pria dan siswa wanita berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan studi ataupun aspirasi dan pilihan bidang pekerjaan (Holland, 1985). Karenanya tinggi rendahnya pengetahuan diri seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang diambil. 28

13 2). Faktor Luar atau Lingkungan Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan bahwa dalam memilih jabatan atau pekerjaan individu dapat dipengaruhi dengan tekanan sosial seperti, tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan pergaulan, dsbg. Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil pemilihan karier Pengukuran Pilihan Karier Pengukuran pilihan karier dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun oleh Holland, John L (1985) yaitu The Vocational Preference Inventory (VPI) yang telah dialih bahasakan oleh Noah, Sidek Mohd (1985) memiliki 160 pernyataan yang harus dipertimbangkan ketika menyesuaikan keadaan psikologis individu untuk memilih karier. 2.2 Konsep Diri Pengertian Konsep Diri Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah konsep berarti gambaran, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain, dan istilah diri berarti orang seorang (terpisah dari orang lain). Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri. Hampir senada dengan pengertian diatas, menurut Marsh (1990), konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri yaitu terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Pengetahuan disini ialah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri. 29

14 Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertemperamen tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara mengubah kelompok pembanding. Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu. Harapan ialah gagasan tentang kemungkina apa yang individu inginkan dalam hidup ini,seperti adanya keinginan untuk tampil sebagai pribadi yang menyenangkan, sehingga mudah dalam bergaul. Sedangkan penilaian ialah pengukuran diri atas kondisi ideal yang seharusnya terjadi pada diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Penilaian tersebut bagi remaja seperti remaja menilai dirinya serba kurang dibanding teman-temannya yang jauh lebih menarik. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya, maka semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh. 30

15 Konsep diri bukan bawaan (hereditas) sejak lahir, tetapi berkembang melalui tahapan tertentu karena interaksi dengan lingkungan sejak lahir. Dengan demikian pembentukan konsep diri melalui suatu proses belajar. Dalam melakukan kegiatannya seseorang memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan, penggunaan bahasa, suara, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya, interaksi sosial, hubungan interpersonal, kemampuan dalam bidang tertentu yang dinilai oleh diri, kelompok atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasikan potensi yang dimilikinya. Konsep diri dimulai di lingkungan keluarga (oleh orang tua) dalam perkembangannya dapat lebih dimantapkan atau diubah. Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain juga terbentuk melalui pengalaman individu dalam lingkungan sosialnya dan dipengaruhi secara khusus oleh evaluasi yang dilakukan oleh significant others, faktor-faktor pendorong yang lain, dan atribusi individu terhadap perilakunya sendiri. Jika seorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil (Marsh, 1990). Self-concept memainkan peranan yang penting dalam proses evaluasi (Marsh et al, dalam Nurmi, 1989): individu mengevaluasi kesempatan mereka merealisasikan tujuan dan rencananya didasarkan pada gambaran kemampuan diri mereka. 31

16 2.2.2 Aspek-Aspek Konsep Diri Menurut Marsh (1990) konsep diri terdiri dari 11 aspek yang terbagi menjadi 3 (tiga) aspek konsep diri akademik, 7 (tujuh) aspek konsep diri non-akademik, dan 1 (satu) aspek konsep diri secara umum. Aspek-aspek tersebut yaitu: 1. Konsep diri akademik, yang terdiri dari: a. Matematika (Math) Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan, kegemaran, dan ketertarikan individu terhadap mata pelajaran matematika. b. Bahasa (Verbal) Aspek ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan, kegemaran dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran bahasa (khusnya bahasa Indonesian ), membaca dan bertutur kata dengan orang lain. c. Sekolah secara umum (General School). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap, tingkah laku, penyesuaian diri siswa terhadap guru, teman, pelajaran dan lingkungan sekolah itu sendiri. Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademik bisa membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. 32

17 2. Konsep diri non-akademik, yang terdiri dari : a. Penampilan fisik (physical appearance). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa menilai penampilan fisik dirinya, kelebihan maupun kekurangan dari penampilan fisik yang dimiliki oleh siswa. b. Kejujuran-kepercayaan (Honesty-trustworthiness). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kejujuran dan kepercayaan siswa terhadap diri sendiri dan juga orang lain. c. Kemampuan fisik (physical abilities). Aspek ini bertujuan agar siswa dapat mengukur sampai dimana kemampuannya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan fisiknya, seperti olah raga dan menari. d. Stabilitas emosional (emotional stability). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa mengetahui, mengendalikan, dan menunjukkan perasaannya dalam segala situasi dan kondisi disekelilingnya. e. Hubungan dengan orang tua (parent relation). Aspek ini mengetahui bagaimana hubungan antara siswa dengan orang tuanya selama ini, terutama dalam hal komunikasi. f. Hubungan dengan teman sesame jenis kelamin (same sex relations). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan siswa dengan teman sekolah maupun teman diluar sekolah, yang berjenis kelamin sama. 33

18 g. Hubungan dengan lawan jenis kelamin (opposite sex relations). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman hubungan siswa dengan teman sekolah maupun teman di luar sekolah yang berbeda jenis kelamin. 3. Konsep diri secara umum. Konsep diri secara umum terdiri dari aspek diri secara umum (general self). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum diri siswa itu sendiri, bagaimana kepercayaan terhadap dirinya sendiri, kepuasan terhadap dirinya sendiri, dan kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh siswa. Rumusan kesimpulan dari aspek diri berdasarkan kajian teori adalah aspek konsep diri akademik (matematika, bahasa, sekolah secara umum), aspek konsep diri non akademik (penampilan fisik, kejujuran dan kepercayaan, kemampuan fisik, stabilitas emosional, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sejenis dan teman lawan jenis kelamin), dan aspek konsep diri secara umum Faktor-faktor konsep diri Menurut Marsh (1993), faktor yang mempengaruhi konsep yaitu : 1. Faktor Eksternal a) Orang tua Orang tua kita merupakan kontak sosial paling awal yang kita alami dan yang paling kuat. Informasi yang dikomunikasikan orang tua pada anak akan lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya dan orang tualah yang menetapkan penghargaan bagi anak-anaknya. 34

19 Mars (1993) menyatakan bahwa ada kaitan yang positif antara keyakinan orangtua dan keyakinan anak terhadap kemampuannya. Hubungan ini meningkat selama masa sekolah dasar. b) Teman Sebaya Teman sebaya sangatlah memepengaruhi konsep diri pada diri remaja. Remaja juga membutuhkan penerimaan dari temannya atau kelompoknya. Apabila anak selalu digoda, dicaci maki, dan dibentak, maka konsep diri anak akan terganggu. Jadi pandangan individu mengenai kemampuannya juga didapat dari pengaruh teman sebaya. c) Masyarakat Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka, kenyataannya bahwa mereka hitam atau putih, anak orang kaya atau bukan, mereka laki-laki atau perempuan. Tetapi masyarakat menganggap penting fakta semacam ini, akhirnya penilaian ini sampai pada anak dan mempengaruhi konsep dirinya. 2. Faktor Internal, menurut Marsh (dalam Sari, 2009) yang meliputi a) Kepercayaan diri Remaja yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan merasa yakin akan kemampuannya dan mereka akan berusaha mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya remaja yang mempunyai kepercayaan diri rendah akan diliputi keraguan akan kemampuan yang dimilikinya. 35

20 b) Penerimaan diri Para remaja yang dapat menerima baikkelebihan maupun kekurangannya akan dapat memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, dan yakin terhadap ukuran-ukurannya sendiri tanpa harus terpengaruh terhadap pendapat-pendapat orang lain selanjutnya remaja akan mampu untuk menerima keterbatasan dirinya tanpa harus menyalahkan orang lain. c) Penghargaan diri Rasa harga diri pada diri remaja tumbuh dan berasal dari penilaian pribadi yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, nilai-nilai, dan tujuannya yang membawa kearah keberhasilan atau kegagalannya. Pada remaja yang menghargai dirinya akan berpikir positif akan kemampuan dirinya. 2.3 Kajian yang Relevan Setiyarini (2008) melaksanakan penelitian Hubungan antara Konsep Diri dan Pilihan Karier Siswa Kelas XI SMA Negeri di kota Malang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Pengambilan sampel sekolah diambil dengan teknik areal quota proposional random sampling. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data berbentuk inventori konsep diri dan angket pilihan karier. Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment dan persentase. Temuan penelitian menunjukkan (1) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA N di Kota 36

21 Malang memiliki tingkat konsep diri positif (83,52%) dan untuk siswa yang memiliki tingkat konsep diri negatif (16,48%), (2) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA N di Kota Malang memiliki tingkat konsep diri negative yang mengacu pada aspek diri sosial (61,93%) (3) gambaran tingkat pilihan karier siswa kelas XI SMA N di Kota Malang siswa memilih tingkat jabatan atau karier pada tingkat Profesional dan Manajerial I dan II (58%), (4) gambaran bidang pilihan karier siswa kelas XI SMA N di Kota Malang siswa memilih bidang jabatan atau karier pada bidang organisasi (18,8%), (5) ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan pilihan karier siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Hasil analisis diperoleh r hitung sebesar 0,212 sedangkan r tabel sebesar 0,113, dengan kata lain r hitung > dari pada r tabel. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat konsep diri siswa, maka semakin baik atau realistis pilihan karier siswa. Widiana (2010) melakukan penelitian hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier siswa di kelas X SMAN 9 Malang dengan rancangan deskriptif dan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 9 malang. Pengambilan sampelnya sebesar 25% dilakukan dengan teknik proportional random sampling yang diambil sesuai dengan populasi kelas. Pengambilan sampel tiap kelas dilakukan secara random sampling. Dari hasil perhitungan ditemukan 75 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket berstruktur dengan empat skala jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS). Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase dan korelasi product moment. Berdasarkan hasil 37

22 penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) cukup banyak 94,67% Siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang yang memiliki konsep diri positif, (2) cukup banyak 58,67% siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang yang cukup tepat dalam memilih kariernya, (3) ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang. Yuningsih (2008) dalam penelitiannya di SMK Negeri 1 Blitar dengan penelitian hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa kelas X dengan jumlah populasi 146 siswa. Sampel penelitian diambil 50% dengan teknik random sampling dari hasil perhitungan ditemukan 73 siswa. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan angket (kuesioner). Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan analisis regresi linier sederhana dengan tingkat signifikasi 5% atau 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1) sebagian kecil siswa yang konsep dirinya berada dalam kategori positif yaitu 30 siswa (41,1%), (2) sebagian besar yang konsep dirinya dalam kategori menengah yaitu 43 siswa (58,9%), (3) tidak ada siswa yang konsep dirinya dalam kategori rendah/negatif yaitu 0 siswa (0,0%), (4) sebagian besar siswa kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Blitar yang mampu memilih karir, yaitu 61 siswa (83,6%), (5) sebagian kecil siswa yang sangat mampu memilih karier, yaitu 3 siswa (4,1%), (6) sebagian kecil siswa yang kurang mampu memilih karir, yaitu 9 siswa (12,3%) dan, (7) sebagian kecil yang tidak mampu memilih karir, yaitu 0 siswa (0,0%). Menemukan ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier sebesar 0,

23 2.4 Hipotesa Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai berikut : 1) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier realistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 2) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier investigatif pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 3) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier artistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 4) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier sosial pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 5) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier enterprising pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 6) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier konvensional pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga. 39

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pemilihan karir, ada beberapa teori dari beberapa tokoh yang merupakan bahan perbandingan dan bahan-bahan kajian untuk mengadakan pertimbangan yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: 1. TEORI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMK Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu SMK Negeri di Salatiga yang terletak di jalan Parikesit RT 002 RW 009, Dusun Warak, Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Kerja 1. Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan angkatan tahun 2007-2008, mayoritas berada dalam usia remaja akhir. Usia ini memasuki masa dewasa dini yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Apalagi dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Apalagi dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan tinggi sudah menjadi hal yang sangat dibutuhkan, bagi masyarakat. Apalagi dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan program pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap orang dalam situasi tertentu mempunyai suatu masalah dan pada saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan pengalaman diri

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KESESUAIAN MINAT MEMILIH JURUSAN. (Nisa Yustiana, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KESESUAIAN MINAT MEMILIH JURUSAN. (Nisa Yustiana, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KESESUAIAN MINAT MEMILIH JURUSAN (Nisa Yustiana, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pemahaman diri terhadap kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menentukan pilihan karir yang sesuai dengan kepribadian yang dimiliki invididu merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Ginzberg mengemukakan bahwa proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berjalannya suatu perusahaan bergantung pada sumber daya alam dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Berjalannya suatu perusahaan bergantung pada sumber daya alam dan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya suatu perusahaan bergantung pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilik perusahaan. Perusahaanpun harus berupaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR 95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN TEORI HOLLAND John Holland mengemukakan enam lingkungan okupasional dan enam tipe kepribadian. Holland berpendapat bahwa lingkungan-lingkungan okupasional itu adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara Konsep Diri dengan Pilihan Karier Realistik pada siswa kelas XI SMK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terkait perubahan kurikulum dalam pendidikan yang menggunakan acuan kurikulum 2013, terdapat beberapa perubahan system pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY TRIADIK, VOLUME 15, No.2, OKTOBER 2016: 30-42 PROFIL KECENDRUNGAN PEMILIHAN MINAT KARIR BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN SISWA SMA SE-KOTA BENGKULU Ambar Dewi Wulandari, I Wayan Dharmayana, Anni Suprapti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Sekolah Dasar (SD). SD merupakan jenjang pendidikan setelah taman kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. adalah Sekolah Dasar (SD). SD merupakan jenjang pendidikan setelah taman kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, terdapat beberapa jenjang pendidikan sekolah. Salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). SD merupakan jenjang pendidikan setelah taman kanakkanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Frekuensi Tipe Kepribadian Siswa Tabel. 4.1. Tipe Kepribadian Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Cukup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini dengan tingkat kompetensi pencarian pekerjaan yang cukup tinggi, pemilihan pekerjaan yang tepat sangat penting untuk dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang karakteristik, perilaku dan permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan jaman dan teknologi. Perkembangan teknologi tidak berarah keperubahan yang positif malah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempersiapkan masa depan, terutama karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya (Havighurst, dikutip Hurlock, 1999). Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Kesiapan Kerja Siswa. 1) Pengertian Kesiapan Kerja

BAB II KAJIAN TEORI Kesiapan Kerja Siswa. 1) Pengertian Kesiapan Kerja BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kesiapan Kerja Siswa 1) Pengertian Kesiapan Kerja Pengertian kesiapan kerja menurut Robert Brady (2009), berfokus pada sifatsifat pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk

PENDAHULUAN. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk 1 PENDAHULUAN Menentukan program pendidikan dengan berbagai pilihan variasinya, merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kesuksesan di masa depan. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perhatian terhadap anak berbakat khususnya di Indonesia sekarang ini sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan dalam

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan dalam membangun manusia yang kompeten. Dengan adanya pendidikan yang baik, dapat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru

Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru Tri Na imah Fakultas Psikologi- Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhawaluh PO Box 202 Purwokerto Email : trien.psikologi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin, 2006,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA 14 Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Memilih Jurusan IPA Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA Yuriani Rinni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan sosial 2.1.1 Definisi kecerdasan sosial Kecerdasan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan

Lebih terperinci

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Diajukan oleh : WIDYA ARIF RAHMANTYO F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sejalan dengan meningkatnya usia mereka terdapat beberapa penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK A. DEFINISI KARIR SUPER Donald Super memandang pilihan sebagai bentuk dari bentuk perkembangan. Teori Super pada dasarnya menganggap bahwa kerja merupakan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Orientasi Karir 1. Definisi Orientasi Karir Menurut Super (dalam Sukardi, 1989) memahami orientasi karir harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMAHAMAN KARIER DALAM BENTUK PERMAINAN MONOPOLI UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

INSTRUMEN PEMAHAMAN KARIER DALAM BENTUK PERMAINAN MONOPOLI UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INSTRUMEN PEMAHAMAN KARIER DALAM BENTUK PERMAINAN MONOPOLI UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Muwakhidah, Boy Soedarmadji Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, e-mail: muwakhidah08@gmail.com, ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan karir merupakan salah satu proses pembuatan keputusan terpenting dalam kehidupan individu. Keputusan yang ia buat akan berdampak pada apa yang akan dilalui

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL Oleh: MIF Baihaqi Disampaikan pada Kegiatan Career Planning Development/CPD untuk Mahasiswa Psikologi angkatan 2006 Di Gedung Perpustakaan UPI Sabtu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ahli telah merumuskan berbagai teori kepribadian dengan berbagai asumsi dan latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI. ahli telah merumuskan berbagai teori kepribadian dengan berbagai asumsi dan latar belakang BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Asumsi Dasar Teori Kepribadian Holland Kepribadian merupakan unsur penting dalam mencapai keberhasilan seseorang. Para ahli telah merumuskan berbagai teori kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II MASA DEWASA PEKERJAAN, KARIR DAN PENSIUN materi kuliah elearning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh : Dr Triana Noor Edwina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik dalam aspek fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kemandirian Belajar 2.1.1. Pengertian Kemandirian Belajar Menurut Tahar (2006) kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses di mana individu mengambil inisiatif sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, minat mempunyai peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara 58 BAB 6 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah. 6.1. Konsep Diri Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci