BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kemandirian Belajar Pengertian Kemandirian Belajar Menurut Tahar (2006) kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses di mana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk mendiagnosis kebutuhan belajar, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menentukan pendekatan strategi belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai. Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri peserta didik sehingga peserta didik berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Hiemstra (dalam Darmayanti, 2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya. Menurut Gilmore (dalam Thoha, 1996) kemandirian adalah sikap mental berdiri sendiri tercermin dalam rasa percaya diri, penuh inisiatif, dan bertanggung jawab tanpa mengelak kemungkinan resiko yang layak. Ciri ciri pribadi yang mempunyai kemandirian yaitu mempunyai rasa tanggung jawab dan memiliki pertimbangan dalam menilai problema yang dihadapi secara intelegen(gilmore dalam Thoha, 1996). 9

2 10 Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu kebebasan belajar yang seseorang lakukan sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain Ciri-ciri Kemandirian Belajar Menurut Gilmore dan Edward (dalam Thoha, 1996) menggabungkan teori mengenai kepribadian yang mandiri memberikan ciri sebagai berikut: 1. Mampu berpikir kritis Seseorang yang mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mereka tidak segera menerima begitu saja pengaruh dari orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul, tetapi mampu melahirkan suatu gagasan baru. 2. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain Seseorang yang dikatakan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain adalah orang yang mampu membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan percaya pada diri sendiri. 3. Tidak lari dan menghindari masalah Orang yang mandiri adalah tidak lari atau menghindari masalah di mana secara emosional berani menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain. 4. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam

3 11 Orang yang mandiri memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara inteligen dan mampu menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran 5. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Seseorang dapat dikatakan mandiri adalah apabila menjumpai masalah dan berusaha memecahkan masalah oleh dirinya sendiri. 6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain Ada perasaan aman dan percaya diri dalam mengajukan pendapat yang berbeda dengan orang lain. 7. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan Mampu bekerja keras dan sungguh-sungguh serta berupaya memperoleh hasil. 8. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Dalam melakukan segala tindakan seseorang yang mandiri akan selalu bertanggung jawab atau siap menghadapi segala resiko atau konsekuensi dari tindakannya

4 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa menurut Thoha (1996) dapat dibedakan menjadi dua arah, yakni: 1. Faktor dari Dalam Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung semakin mandiri.selain itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. 2. Faktor dari luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang ialah: a. Faktor kebudayaan Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan.masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana. b. Faktor keluarga terhadap anak Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga. Kecenderungan cara mendidik anak, cara memberi penilaian pada anak bahkan sampai pada acara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemadirian anak. Menurut Hasan Basri (2000) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

5 13 a. Faktor endogen (internal) Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya.segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. b. Faktor eksogen (eksternal) Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya Konsep Diri Pengertian Konsep Diri Konsep diri menurut Marsh (1990) merupakan gambaran mental diri sendiri yang terdiri atas banyak pengetahuan, keterampilan, harapan, dan penilaian terhadap diri sendiri.

6 14 Yenas (2002) mengatakan konsep diri merupakan suatu sikap dari diri sendiri sebagai suatu hal yang mempengaruhi secara keseluruhan seolah-olah hanya dirinya saja yang mengalami masalah tersebut. William D. Brooks(dalam Rakhmat, 2005)berpendapat bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.konsep diri terbentuk dari interaksi dengan orang dan tidak terbentuk karena keturunan. Konsep diri berkembang secara bertahap pada saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan identitas. Marsh (1992) menunjukkan bahwa hubungan antara konsep diri dengan prestasi akademik sangat spesifik.konsep diri secara umum dan aspek non-akademik konsep diri tidak berhubungan dengan pekerjaan akademik.pengukuran secara spesifik konsep diri akademikberhubungan sangat tinggi dengan keberhasilan pada bidang akademik. Jika prestasi akademik dipengaruhi oleh konsep diri atau harga diri, tetapi konsep diri merupakan prediktor lebih baik untuk melihat siswa yang berjalan lambat

7 15 atau berjalan cepat dalam belajarnya, hal itu akan terlihat bahwa ada beberapa variabel yang ikut berpengaruh Konsep Diri Akademik Marsh dan Shavelson (dalam Kevin McGrew, 2008) merumuskan bahwakonsep diri akademik didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap efikasi diri dalam mata pelajaran akademik. Konsep diri akademik terdiri dari mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah. Marsh dan Shavelson menyusun instrumen untuk mengukur konsep diri akademik yaitu ASDQ II yang ditujukan bagi siswa kelas 7 sampai kelas 10. ASDQ II merupakan desain baru dari pengembangan instrumen terdahulu yaitu SDQ II (Marsh& Shavelson, 1990).Pandangan Marsh (1992) mengenai konsep diri akademik dijabarkan sebagai berikut: 1. Bahasa Indonesia terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. 2. Bahasa Inggris terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

8 16 3. Bahasa Arab terhadap mata pelajaran Bahasa Arab di sekolah. 4. Sejarah terhadap mata pelajaran Sejarah di sekolah. 5. Geografi terhadap mata pelajaran Geografi di sekolah. 6. Ekonomi terhadap mata pelajaran Ekonomi di sekolah 7. Komputer terhadap mata pelajaran Komputer di sekolah.

9 17 8. IPA terhadap mata pelajaran IPA di sekolah. 9. Matematika terhadap mata pelajaran Matematika di sekolah. 10. Pendidikan Jasmani terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. 11. Pendidikan Kesehatan terhadap mata pelajaran Pendidikan Kesehatan di sekolah. 12. Seni Musik terhadap mata pelajaran Seni Musik di sekolah.

10 Kesenian terhadap mata pelajaran Kesenian di sekolah. 14. Kerajinan Tangan Aspek ini termasuk dalam konsep diri akademik yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan, kesukaan dan ketertarikan individu terhadap mata pelajaran Kerajinan Tangan di sekolah. 15. Pendidikan Agama terhadap mata pelajaran Agama di sekolah Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Kemandirian Belajar Asma-Tuz-Zahra,dkk (2010) mengemukakan bahwa konsep diri (persepsi subjektif seseorang tentang diri) berpengaruh penting pada pertumbuhan dan pengembangan.konsep diri memberikan peranan kepada individu memiliki dorongan terhadap aktualisasi diri. Secara pribadi konsep diri dan realitas didefinisikan memainkan peran sangat penting dalam pemikiran humanistik, dan individu memiliki kemandirian serta rasa tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Knowles (dalam Mary Kay Svedberg, 2010) berpendapat andragogi ini didasarkan pada setidaknya empat asumsi penting tentang karakteristik

11 19 pembelajar yang mandiri. Kemudian Knowles menambahkan asumsi yang kelima, yaitu: a. Konsep diri (self-concept) Sebagai orang yang matang, konsep dirinya bergerak dari salah satu kepribadian yang tergantung dengan yang lain menuju menjadi salah satu manusia yang mandiri (self-directed). b. Pengalaman (experience) Sebagai orang yang matang, dapat mengakumulasi suatu wadah untukbertumbuhnya pengalaman yang menjadi sumber peningkatan untuk belajar. c. Kesiapan untuk belajar(readiness to learn) Sebagai orang yang matang kesiapannya untuk belajar menjadi semakin berorientasi kepada tugas perkembangan peran sosialnya. d. Orientasi untuk belajar(orientation to learning) Sebagai orang yang matang,perspektif waktunya berubah dari salah satu aplikasi pengetahuan yang tertuda menuju kekesiapan aplikasi, dan sesuai orientasi ke arah perubahan pembelajaran dari salah satu keterpusatan subjek ke salah satu keterpusatan masalah. e. Motivasi untuk belajar (Motivation to learn) Sebagai orang yang matang, motivasi untuk belajar adalah internal (Knowles dalam Svedberg, 2010). Konsep diri akademik merupakan pandangan individu kemampuan, kesukaan dan ketertarikan individu terhadap mata pelajaran tertentu di sekolah.

12 20 Siswa yang memiliki minat, kemampuan dan ketertarikan terhadap suatu mata pelajaran di sekolah maka akan cenderung menekuni mata pelajaran tersebut. Apabila siswa yang mempunyai konsep diri akademik yang tinggi menghadapi masalah dalam pembelajaran maka akan secara mandiri berusaha untuk memecahkan masalah tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan sikap positif terhadap mata pelajaran tertentu. Sikap positif terhadap mata pelajaran tersebut yang membangun sikap mandiri dalam belajar. Hiemstra (dalam Darmayanti, 2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan,dan mengevaluasi usahanya. Hal yang senada juga dikemukakan Haryono (2001) bahwakemandirian belajar perlu diberikan kepada siswa supaya mempunyai tanggung jawabdalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar ataskemauan sendiri. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang sangat tinggi dapat berpikir kritis dan kreatif, tidak mudah terpengaruh orang lain, tidak lari dari masalah, mampu memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain, mampu belajar dengan tekun dan disiplin, serta bertanggung jawab (Gilmore dan Edward dalam Thoha, 1996). Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa konsep diri akademik akan berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa.kemandirian belajar akan tumbuh apabila pada diri seseorang memiliki kemampuan, kesukaan dan ketertarikan terhadap mata pelajaran sehingga siswa akan

13 21 mampumengatasipermasalahan pembelajaran yang dihadapi. Maka kemandirian belajar muncul apabila siswa mempunyai konsep diri akademik yang baik Penelitian yang Relevan Fauzi, Wawan Sukhron (2010) mengenai Hubungan Konsep diri dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) Siswa kelas X Program Teknik Permesinan SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen menunjukkan bahwa 1) ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar dengan p= 0,002< 0,050, 2) ada hubungan yang sangat signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar dengan p=0,000<0,050, 3) ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar yang ditunjukkan dengn p = 0,000<0,050. Sedangkan Muhammad Malik (2010) meneliti tentang Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Belajar Siswa kelas X MA 1 Malang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian belajar siswa yang ditunjukkan dengan p = 0,000 dan r xy = 0, Hipotesis Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik dengankemandirian belajar siswa kelas X SMA N 1 Klego Kabupaten Boyolali.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hasil Pembelajaran Matematika 2.1.1 Matematika Kata Matematika berasal dari bahasa Yunani (mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil tempat penelitian di SMA N 1 Klego Kabupaten Boyolali. Lokasi penelitian tersebut berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang sangat pokok, sehingga belajar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin pesat membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri. Siswa harus dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai

BAB II LANDASAN TEORI. bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kemandirian Belajar Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk elakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), siswa berarti seorang anak yang sedang belajar dan bersekolah dan salah satu komponen dalam pengajaran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan berlatih untuk bekerja sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belajar tergantung pada kemampuan setiap siswa. Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup pendidikan, tujuan proses pembelajaran diharapkan mampu memperoleh hasil yang optimal. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUTAKA

BAB II KAJIAN PUTAKA BAB II KAJIAN PUTAKA 2.1 Kemandirian Belajar Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan tentang kemandirian belajar. Kemandirian termasuk kedalam lingkup sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Aktivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya membutuhkan pendidikan sebagai kebutuhan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI 2 Dosen Pengampu: Dr. H. Purwanto, M. Pd. Disusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan oleh pemerintah. Saat ini pemerintah mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan oleh pemerintah. Saat ini pemerintah mengupayakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam proses perkembangan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sekarang ini menjadi sorotan oleh pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia. Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beralihnya masyarakat kita dari peradaban agraris ke peradaban mesin, industri dan informatika, mempengaruhi kehidupan. Akibat dari berbagai perubahan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran karena siswa kurang dilatih untuk memiliki kecakapan berpikir. Siswa banyak diarahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional yang diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuanya.dewasa ini sistem pendidikan menuntut siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuanya.dewasa ini sistem pendidikan menuntut siswa agar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya siswa usia sekolah dituntut untuk menggali potensi sebanyak mungkin lewat pembelajaran baik di sekolah, maupun diluar sekolah. Hal inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kedisiplinan Belajar a. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasal dari kata dasar disiplin dan mendapat imbuhan ke-an. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, kesulitan tersebut dapat memicu keaktivan siswa untuk selalu bertanya

BAB I PENDAHULUAN. siswa, kesulitan tersebut dapat memicu keaktivan siswa untuk selalu bertanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran sulit bagi sebagian besar siswa, kesulitan tersebut dapat memicu keaktivan siswa untuk selalu bertanya dan tergantung pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan masa depan yang gemilang. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran penting dalam suatu bangsa. Mengingat akan pentingnya peranan pendidikan, pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan seoptimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berfungsi sebagai ilmu atau pengetahuan, dan tentunya pembelajaran matematika disekolah mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar peserta didik terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Prestasi tersebut diperoleh setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Matematika membantu memudahkan dalam perhitungan suatu masalah dalam ilmu tersebut, misalnya ilmu ekonomi, ilmu fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil Belajar matematika memiliki peran yang sangat penting terhadap kehidupan. Penerapan matematika dalam kehidupan sangatlah luas, sehingga hasil belajar matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

HAYATI

HAYATI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH HAYATI e-mail: hayati@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self-directed Learning (SDL) atau belajar mandiri adalah usaha individu yang otonomi untuk mencapai kompetensi akademis. Knowles mendeskripsikan belajar mandiri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya, melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan (wawasan) dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI)

STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI) STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI) Oleh: SUJARWO, M.Pd PLS FIP UNY Jurusan pendidikan Luar sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN 1 Nama Judul : Eliza Widyastuti : Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk memperoleh perubahan dalam diri. Hal ini berarti siswa berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK A. Hakekat Peminatan Implementasi kurikulum 2013 menghendaki agar peserta didik mampu menentukan pilihan peminatan dengan tepat. Baik dalam peminatan kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari semua jenjang pendidikan. Menurut De Bono (1990) matematika adalah salah satu pelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci