Roman La Gloire de Mon Père: Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu Menurut Émile Durkheim

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Roman La Gloire de Mon Père: Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu Menurut Émile Durkheim"

Transkripsi

1 Roman La Gloire de Mon Père: Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu Menurut Émile Durkheim Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Prancis oleh Atik Rohmawati JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 ii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi, hari : Senin tanggal : 6 Mei 2013 Mengetahui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum. Suluh Edhi W., S.S, M.Hum. NIP NIP ii

3 iii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada, hari : Jumat tanggal : 17 Mei 2013 Panitia Ujian Skripsi Ketua, Sekretaris, Dr. Abdurrachman Faridi, M. Pd. Dr. Zaim Elmubarok, M. Ag. NIP NIP Penguji I, Ahmad Yulianto, SS., M.Pd. NIP Penguji II, Penguji III, Suluh Edhi W., S.S, M.Hum. Dr. B. Wahyudi Joko S., M.Hum. NIP NIP iii

4 iv PERNYATAAN Dengan ini saya, Nama : Atik Rohmawati NIM : Prodi Jurusan Fakultas : Sastra Prancis : Bahasa dan Sastra Asing : Bahasa dan Seni. menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Roman La Gloire de Mon Père : Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu Menurut Emile Durkheim saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benarbenar merupakan karya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui penelitian, pembimbingan, diskusi dan pemaparan/ujian. Semua kutipan, baik yang langsung maupun tidak langsung, maupun sumber lainnya, telah disertai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan ilmiah. Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembimbing skripsi ini membubuhkan tanda tangan sebagai keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya. Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya. Semarang, Mei 2013 Yang membuat pernyataan, Atik Rohmawati NIM iv

5 v MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : 1. Bismillahirrohmanirrohim 2. Syukur adalah cara hidup 3. Muliakan diri dengan ilmu 4. The secret of living is giving Persembahan : Karya ini ku persembahkan untuk ayah-ibuku tercinta, kakak-kakaku, Kang Rus, Kang Rofi i, Kang Ni, Mbak Pi ah, keluarga besarku, para sahabat, serta segenap keluarga besar entreupreuneur muda HSE Semarang yang mencintaiku, dan tak lupa pula almamaterku, Universitas Negeri Semarang. v

6 vi PRAKATA Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada penggenggam jiwa ini, penguasa alam jagat raya, yang menentukan takdir setiap ciptaannya namun membebaskan nasib setiap hambanya. Allah SWT telah memberikan penulis proses yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini. Tempaan, pilihan, dan kesempatan yang telah penulis dapatkan membuat penulis mengerti lebih baik tentang makna diri. Rasa syukur juga penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya skripsi yang berjudul Roman La Gloire de Mon Père : Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu Menurut Emile Durkheim ini, segala puji hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr. Zaim Elmubarok, M.Ag., yang memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini. 3. Pembimbing I, Bapak Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum., yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan ketelitian. 4. Pembimbing II, Bapak Suluh Edhi W., S.S, M.Hum., yang telah membimbing saya dengan caranya yang luar biasa. vi

7 vii 5. Penguji sidang skripsi, Bapak Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd., yang telah bersedia menguji dan memberikan saran-saran yang membangun. 6. Kedua orang tua saya tercinta yang selalu sabar dan ikhlas dalam menghadapi saya serta mau memberikan yang terbaik untuk saya. 7. Kakak-kakak saya tersayang, Kang Rusdi, Kang Rofi I, Kang Rohani, dan Mbak Supi ah yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, doa, dan kepercayaan kepada saya. 8. Sahabat-sahabat sejati yang selalu menjaga silaturrahim dan selalu ada untuk saya, Marfu atin, Icha, dan Ghea. 9. Teman-teman seperjuangan saya yang luar biasa, Les Belles Cadettes (Mawar & Iin) untuk setiap tawa yang kalian berikan. 10. Para entreupreneur muda HSE Semarang tanpa kecuali, karena telah mengajarkan pada saya kedewasaan, keikhlasan, dan kebijaksanaan. 11. Keponakan-keponakan saya yang kocak dan sering menagih banyak hal dari saya, Teguh, Ririn, Pipit, Agung, Dhoni, si kembar Usamah-Thoriq, Alfi, Salma, Muhannad, dan Nayla. Kalian adalah hadiah yang dikirim dari langit. 12. Seluruh keluarga besar yang selalu mengalirkan cinta kasih tanpa henti untuk saya. 13. Mo Lova, Arief S. Nugraha yang sudah menjadi penggembira dalam hidup saya. Thank you for loving me. 14. Teman-teman Sastra Prancis 07 yang unik-unik, Iin, Mawar, Angel, Aji, Eri, Kholik, Sinta, Wulan, Oski, Ega, Ali, Mega, dan Indah. 15. Semua mahasiswa Sastra Prancis, terutama Mbak Ditha serta anak-anak SP 09 dan 11 yang telah menghadirkan banyak keceriaan di kampus. vii

8 viii 16. My perfect enemy Mbak Elly Rosalina Dewi, yang selalu menjadi musuh sekaligus teman untuk mengadu dan meminta saran, serta Mi Hijo Dewa Indaryanto yang telah mengajarkan kepada saya agar tidak mengeluh dan untuk setiap bantuan yang selalu diberikannya. 17. Ibu dan Bapak Kos yang sudah memperlakukan saya layaknya anak sendiri, juga para junior, Niswah dan Widi yang selalu menjadi junior yang manis. 18. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sadar bahwa karya ini belum sempurna, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pecinta karya sastra. Semarang, 17 Mei 2013 Penulis viii

9 ix SARI Rohmawati, Atik Roman La Gloire de Mon Père : Tinjauan dari Sudut Pandang Pemujaan Individu menurut Emile Durkheim. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum. dan Pembimbing II: Suluh Edhi Wibowo, S.S., M.Hum. Kata kunci : La Gloire de Mon Père, pemujaan individu Roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol merupakan roman biografi yang menggambarkan kehidupannya ketika ia masih kecil. Roman ini banyak bercerita mengenai kebanggaan Pagnol terhadap ayahnya, Joseph Pagnol. Selain itu, roman ini juga memberi gambaran kehidupan sosial masyarakat Prancis yang termanifestasikan dalam keluarga Pagnol pada abad ke-20. Fokus penelitian ini adalah pemujaan individu, sebuah pendekatan sosiologis dari Emile Durkheim. Penelitian ini bertujuan 1) Mendeskripsikan pemikiran para tokoh dalam roman La Gloire de Mon Père melalui sudut pandang homo duplex, 2) Mendeskripsikan bentuk perwujudan individualisme moral para tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père, dan 3) Mendeskripsikan bentuk perwujudan pemujaan individu oleh Marcel Pagnol sebagai tokoh utama terhadap ayahnya, Joseph Pagnol. Korpus data penelitian ini adalah roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi. Simpulan penelitian ini adalah adanya fakta pemujaan individu melalui tahapan 1) homo duplex yang terepresentasikan dalam masyarakat Prancis secara umum dan keluarga Marcel Pagnol, 2) realitas individualisme moral masyarakat Prancis yang direpresentasikan oleh keluarga Pagnol, tercermin oleh tokoh-tokoh di dalam roman, 3) Dalam pemujaan individu terhadap ayahnya, tokoh Marcel Pagnol menunjukkan sebuah kebanggaan terhadap ayahnya yang berlanjut pada rasa simpati dan kerelaan dalam melakukan sesuatu yang dianggap berguna dan dapat membantu ayahnya sebagai tokoh yang dipujanya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemujaan individu tidak didasari oleh egoisme melainkan oleh perasaan-perasaan simpati yang tercermin dalam hakikat manusia sebagai homo duplex dan adanya individualisme moral dalam masyarakat. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat menjadi kerangka acuan dalam memahami hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, terlebih lagi kaitannya dalam pemujaan individu menurut Emile Durkheim. ix

10 x ROMAN LA GLOIRE DE MON PÈRE : UNE PERSPECTIVE DU CULTE DE L INDIVIDU D APRÈS EMILE DURKHEIM Atik Rohmawati., Wahyudi Joko S., Suluh Edhi W. Département de Langue et de Littérature Étrangère Faculté des Langues et des Arts Université d État de Semarang. EXTRAIT Le roman La Gloire de Mon Père, l œuvre de Marcel Pagnol est un roman autobiographique qui représente sa vie quand il était petit. Ce roman parle beaucoup de fiertés de Marcel Pagnol envers son père, Joseph Pagnol. En outre, ce roman donne aussi l image de la vie sociale en France qui est représenté dans la famille de Pagnol en 20 éme siècle. L'objectif de cette étude est le culte de l'individu, une approche sociologique de Durkheim. Cette étude vise à 1) décrire la pensée des personnages dans le roman par l idée de l'homo duplex, 2) décrire les modes de réalisation de l'individualisme moral par les individus contenues dans le roman et, 3) Décrire le culte de la l individu qui est réalisé par Marcel Pagnol comme le personnage principal envers son père, Joseph Pagnol. Le corpus de cette recherche est le roman La Gloire de Mon Père l œuvre de Marcel Pagnol. La méthode de collecte des données utilisée dans cette étude est la méthode de bibliographique. Et puis, la technique de collecte des données utilisée dans cette étude est la technique d étude bibliographique. Ensuite, la méthode d'analyse des données utilisée dans cette recherche est descriptif analytique, et puis la technique de l'analyse des données utilisée dans cette étude est celle de l analyse du contenu. La conclusion de cette analyse est l existence du culte de l individu par les étapes 1) Le roman de La Gloire de Mon père est un roman autobiographique où se trouve les éléments de l homo duplex de la société française en général et de la famille de Marcel Pagnol, 2) dans l individualisme moral, un individu devient une représentation collective qui attache son désir individuel afin qu il ne fasse pas ce qu il veut. Dans ce roman, une personne devient un aspect collectif de l autre personne, 3) dans le culte de l individu, le personnage de Marcel Pagnol a montré une fierté et une admiration sur son père, et ses sentiments suivent la sympathie et la disposition pour faire quelque chose qui pourrait donner des secours à son père. Le résultat de cette analyse montre que le culte de l individu n est pas basé sur l égoïsme mais par les sentiments sympathiques qui sont reflétés dans la nature de l homme comme l homo duplex et l existence de l individualisme moral dans la société. L intérêt peut être donnés de la recherche est que cette analyse peut être un cadre de référence pour comprendre la nature de l'homme comme un être social qui ne peut pas vivre seul, surtout en ce qui concerne le culte de l individu selon Emile Durkheim. Kata kunci : La Gloire de Mon Père, culte de l individu x

11 xi 1. Introduction Le roman est un genre littéraire, caractérisé pour l'essentiel par une narration fictionnelle plus ou moins longue, ce qui le distingue de la nouvelle. La place importante faite à l'imagination transparaît dans certaines expressions comme «C'est du roman!» ou dans certaines acceptions de l adjectif «romanesque» qui renvoient à l'extraordinaire des personnages, des situations ou de l intrigue ( (littérature)). Le roman est le genre qui tient plutôt au développement des mouvements intérieurs de l âme qu aux événements qu on se persuade aisément que tout peut arriver ainsi ; ce n est pas l histoire du passé, mais on dirait souvent que c est celle de l avenir (Staël dans Rey 1992:13). D après le sens ci-dessus, on peut voir que même si le roman soit une histoire imaginaire, mais l événement dans son histoire est basé sur la réalité. Les caractéristiques fictionnels qui existent dans le roman est un des caractéristiques du roman en tant qu une œuvre littéraire. Avec les caractéristiques fictionnels cidessus, les lecteurs sont censés d y apprécier les faits et les problèmes (Sumardjo 1994:13). Le roman La Gloire de Mon Père est la première œuvre de Marcel Pagnol publiée en Auparavant, il était connu comme metteur en scène. Il était le premier metteur en scène à avoir été couronné par l Académie Française en Son roman, La Gloire de Mon Père, est l un de ses souvenirs d enfance qui lui vaudra un regain de succès, donc, on peut dire que ce roman est un chef-d œuvre de Marcel Pagnol ( xi

12 xii Le roman La Gloire de Mon Père a raconté l enfance de Marcel Pagnol, l origine de ses aïeux, et sa famille. En accord avec le titre du roman, son histoire raconte que son père lui a donné une grande influence des pensées en ce momentlà. Il a pensé que son père faisait partie de sa vie. Le type principal de ce roman raconte une admiration individuelle de Marcel Pagnol envers son père. Basée sur l explication ci-dessus, on peut constater que les grands écrivains sont ceux qui savent combiner entre les faits qui existent dans la société et leurs personnages fictifs (Ratna 2009:334). À partir de ce fait, je m intéresse à analyser le roman La Gloire de Mon Père par le perspectif de la sociologie d Emile Durkheim, principalement sur le culte de l individu par le personnage de Marcel Pagnol sur son Père, Joseph Pagnol. Il existe, une autre raison du choix du roman comme matériel d étude, c est que ce roman est écrit dans la langue française moderne, et il utilise des mots simples. D ailleurs, ce roman est un roman autobiographique ( il signifie que l écrivain raconte les faits qui peuvent être analysé par la théorie de la sociologie, notamment par le culte de l individu d Emile Durkheim. Dans des nombreux de ses œuvres, Durkheim parle d une idée du culte de l individu. Ce corpus donne à la culture moderne une représentation collective qui peut intégrer et organiser la société. Le culte de l individu n est pas du même perspectif que l égoïsme. Dans le culte de l individu, il s agit de quelqu un qui est disposé à se sacrifier son importance au nom de l individualité appartenue à tout le monde, tandis que l égoïsme parle d un individu qui ne pense qu à son importance (Ritzer et Goodman 2010:120). xii

13 xiii Selon la perspective d Emile Durkheim (Johnson 1986 :173), une perception individuelle sur l intérêt privé n est pas formée d une isolation d autrui, mais d une confiance collective et des valeurs collectives suivies par les membres de la société. 2. Théorie Fauconnet (dans Ritzer et Goodman 2010:109) dit que jusqu à maintenant, l attention se concentre sur le concept de Durkheim de la société et de l étude en recherche pour développer son concept. Il y a un autre point important qui ne correspond pas au focus d attention de Durkheim par rapport au fait social, c est son idée du culte de l individu. Cette idée contient trois étapes, ce sont : (i) l homo duplex, (ii) l individualisme moral, (iii) le culte de l individu. 2.1 Homo Duplex Durkheim dit que l âme de l être-humain se compose de deux natures. La première nature est basée sur l individualité humaine isolée et la deuxième nature est basée sur la nature de l homme comme la créature sociale. La nature comme créature sociale est plus importante que celle de l individualité humaine isolée, car dans ce cas-là nous sommes disposés à se sacrifier notre existence et notre importance physique (Ritzer et Goodman 2010:109). 2.2 Individualisme Moral L individualisme moral veut dire que l individu devient une représentation collective. Grâce à cette idée, l individualisme moral attache un espoir de cohésion sociale autour de l idée d individualité (Ritzer 2010:110). xiii

14 xiv 2.3 Culte de L individu Le culte de l individu apparait comme la suite de l homo duplex et de l individualisme moral. Il n est pas basé sur l égoïsme, mais basée sur le sentiment de sympathie qui est en concurrence avec le malheur humain et la justice sociale (Giddens 2007:144). Durkheim dit (dans Ritzer et Goodman 2010:111) l adoration envers quelqu un, soit chez l adorateur ou bien chez la personne adorée, ne s adresse pas à un certain être qui forme soi-même et qui porte son nom, mais à un être-humain qu on peut trouver partout dans n importe quelle manifestation. 3. Méthodologie de la Recherche Pour l approche de la recherche, j utilise la théorie sociologie d Emile Durkheim. L objet de cette recherche est de 1) décrire la pensée des personnages dans le roman La Gloire de Père par l idée de l'homo duplex, 2) décrire les modes de réalisation de l'individualisme moral par les individus contenues dans le roman et, 3) Décrire le culte de l individu qui réalisé par Marcel Pagnol comme le personnage principal envers son père, Joseph Pagnol. Il y a deux sources des données dans cette méthodologie, ce sont la source des données primaire et les sources des données secondaires. La source des données primaire est le roman de La Gloire de Mon Père œuvre de Marcel Pagnol et celles de secondaires sont des théories concernant la sociologie d Emile Durkheim. La méthode de collecte de données utilisée dans cette étude est la méthode de lire attentivement. Et puis, la technique de collecte des données utilisée est la xiv

15 xv technique de lire et noter. Ensuite, la méthode d'analyse des données utilisée dans cette recherche est descriptif analytique, et finalement, la technique de l'analyse des données utilisée dans cette étude est la technique de l analyse du contenu. 4. Analyse L analyse se divise en trois étapes: (1) la représentation de la réalité de l homo duplex par des personnages du roman de La Gloire de Mon Père, (2) la représentation de la réalité de l individualisme moral dans la société française par la famille de Pagnol, (3) la réalité du culte de l individu par la figure de Marcel Pagnol envers son père, Joseph Pagnol. 4.1 Représentation de la réalité de l homo duplex par des personnages du roman de La Gloire de Mon Père Chaque personne a deux classes de conscience différentes, ce sont l origine et l essence. La réalité de l homo duplex dans cette analyse est partagée par deux parties. Premièrement, la réalité de l homo duplex de la société française en générale et deuxièmement, la réalité de l homo duplex de la société française qui est représentée par la famille de Pagnol Réalité de l homo duplex de la société française en générale Avant parler de sa famille, Pagnol, l écrivain et le personnage principal de ce roman donne une réflexion de la société française en générale. D abord, il parle de la société française reflétée par l Eglise et par l éducation laïque. La citation suivante montre la vie de M. le Curé comme représentant de l Eglise en France : (1) Il est vrai, d autre part, que le curé de mon village, qui était fort intelligent, et d une charité que rien ne rebutait, considérait la Sainte Inquisition comme une sorte de Conseil de Famille : il disait xv

16 xvi que si les prélats avaient brûlé tant de Juifs et de savants, ils l avaient fait les larmes aux yeux, et pour leur assurer une place au Paradis. (LGdMP/1/16) Ce roman de Pagnol est une réflexion sociale parlant du gouvernement de la République Parlementaire et Laïcité ( ). C est la troisième République en France. La laïcité ou le sécularisme désigne le principe de séparation de l'état et de la religion et donc l'impartialité ou la neutralité de l'état à l'égard des confessions religieuses. Par extension, la laïcité et le sécularisme désignent également le caractère des institutions, publiques ou privées, qui sont indépendantes du clergé ( Tout le monde sait que l Eglise avant la révolution française avaient occupait la position la plus haute et la plus importante dans le gouvernement de la France. Elle avait la fonction religieuse à la fois la fonction socio-politique. Dans la citation «ils l avaient fait les larmes aux yeux, et pour leur assurer une place au Paradis», elle montre qu il y avait un conflit dans la figure de M. le Curé. D un côté, il était chagriné du fait que les prélats avaient brûlé tant de Juifs et de savants, mais d un autre côté, c était son environ social qui les avait brûlé. Alors, il honorait la Sainte Inquisition de l Eglise, mais par contre il a pleuré et a prié les victimes de cette peine de mort et les assurer une place au Paradis. Cette analyse donne une preuve qu il y a un conflit dilemmatique dans l âme de M. le Curé. Dans ce cas-ci c est le phénomène de l homo duplex. xvi

17 xvii Représentation de la réalité de l homo duplex de la société française par la famille de Pagnol Le jeudi et le dimanche, la tante Rose, qui était la sœur ainée de la mère de Pagnol venait déjeuner chez Pagnol. Après le déjeuner elle l invitait à visiter le parc Borély. La citation de la donnée (10), montre le fait de l homo duplex dans la figure de Marcel Pagnol. (10) Ma principale occupation était de lancer du pain aux canards. Ces stupides animaux me connaissaient bien. Dès que je montrai un croûton, leur flottille venait vers moi, à force de palmes, et je commençais ma distribution. Lorsque ma tante ne me regardait pas, tout en leur disant, d une voix suave, des paroles de tendresse, je leur lançais aussi des pierres, avec la ferme intention d en tuer un. Cet espoir, toujours déçu, faisait le charme de ces sorties, et dans le grinçant tramway du Prado, j avais des frémissements d impatience. (LGMP/1/38-39) Dans la citation de la donnée (10), il paraît que Pagnol comme l être individuel a un caractère assez obstiné. Il a donné des croûtons aux canards, mais dans les croûtons, il a glissé des pierres, et puis il les lançait. Il faisait sa mesure quand il n y avait personne. Dans la citation «je leur lançais aussi des pierres, avec la ferme intention d en tuer un», affirme que Pagnol voulait tuer un des canards mais il aura compris que son acte n est pas permit par la société. Il a donné les croûtons aux canards mais il les lançait des pierres en cachette. La réalité de l homo duplex dans cette analyse se trouve dans l acte de Marcel Pagnol quand il faisait sa distribution du pain aux flottilles de canards mais en même temps il les lançait aussi des pierres. xvii

18 xviii 4.2. Représentation de la réalité de l individualisme moral dans la société française par la famille de Pagnol Le petit dialogue de la donnée (21) ci-dessous est une citation qui nous indique l individualisme moral dans la vie sociale représentée par les figures de la mère, de l oncle de Pagnol, et du petit Marcel Pagnol. (21) Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse, pendant que ma mère, horrifiée, crie : «Henri! tu es idiot! Henri, je te défends» C est que mon oncle Henri, le frère de ma mère, me lance en l air, et me rattrape au vol. Je hurle d angoisse, mais quand ma mère m a repris dans ses bras, je crie : «Encore! Encore!». (LGMP/2/27) On peut y voir ci-dessus, que l oncle Henri à invité son neveu, Pagnol à jouer d une façon assez effrayant. Alors, ce garçon avait peur comme dans la citation «Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse». L oncle Henri a essayé de lui faire plaisir en jetant son neveu au ciel puis il l a repris. Quand la mère de Pagnol a vu cet événement, elle était horrifiée et hystérique, parce qu elle avait peur si son frère, Henri a manqué à reprendre son fils. On exprime l inquiétude de la mère de Pagnol être dans la citation «pendant que ma mère, horrifiée, crie : «Henri! Tu es idiot! Henri, je te défends». L action de l oncle Henri est jugé dangereux car s il manque à capturer Pagnol, la conséquence sera fatale, par exemple, Pagnol risque d être foulé ou se rompre les os. Donc, le fait d individualisme moral se trouve quand Augustine, la mère de Marcel Pagnol a défendu son frère, Henri, de jeter son fils au ciel et puis de le capturer. Elle est devenue la représentation collective de la société qui xviii

19 xix attachait les tendances individuelles d Henri et de Pagnol pour qu ils ne jouent pas d une façon extrême. Dans ce cas-ci, la réprimande d Augustine à Pagnol est aussi la réalité de l individualisme moral, parce qu il a demandé à son oncle de le jeter encore comme dans la citation «Je hurle d angoisse, mais quand ma mère m a repris dans ses bras, je crie : «Encore! Encore!». 4.3 Réalité du culte de l individu par la personnage de Marcel Pagnol envers son père, Joseph Pagnol La citation de la donnée (54) nous raconte le culte de l individu d un fils envers son père qui se passe dans l histoire de La Gloire de Mon Père. (54) Je m étais approché, et je voyais le pauvre Joseph. Sous sa casquette de travers, il mâchonnait nerveusement une tige de romarin, et hochait une triste figure. Alors, je bondis sur la pointe d un cap de roches, qui s avançait au-dessus du vallon et, le corps tendu comme un arc, je criai de toutes mes forces : «Il les a tuées! Toutes les deux! Il les a tuées!» Et dans mes petits poings sanglants d où pendaient quatre ailes dorées, je haussais vers le ciel la gloire de mon père en face du soleil couchant. (LGMP/3/198) Le père de Pagnol était triste parce qu il avait manqué de tirer sur la bartavelle. Il se sentait coupable et avait du regret. Tout à coup, Marcel Pagnol a apparu d un cap de roches, qui s avançait au-dessus du vallon. Il a crié de toutes ses forces que son père avait tué toutes les deux bartavelles. Ce cas est prouvé dan la citation «je bondis sur la pointe d un cap de roches, qui s avançait au-dessus du vallon et, le corps tendu comme un arc, je criai de toutes mes forces : «Il les a tuées! Toutes les deux! Il les a tuées!»». Le père de Pagnol qui est un chasseur amateur a eu du succès d avoir bien abattu deux bartavelles d une seule coup, c est-à-dire l oiseau considéré par Marcel Pagnol comme «la gloire de son père». xix

20 xx Cette analyse montre une réalité du culte de l individu de Marcel Pagnol envers son père. Pagnol voulait implicitement montrer à son père qu il était formidable. Alors, Il a crié fortement que son père avait réussi à tuer toutes les deux bartavelles. C est un grand succès parce qu une bartavelle est un gibier de rêve de tous les chasseurs. Au début, le père de Pagnol était un chasseur débutant humilié par l oncle Jules, mais finalement il est devenu gagnant de cette épreuve. Le fait du culte de l individu est prouvé par l acte de Marcel Pagnol, quand il a crié de toute ses puissances jusqu à ce que son corps ait tendu comme un arc. C est une disposition qui est fait par un fils sur son admirable père. 5. Conclusion Basée sur les analyses des données qui sont présentées dans le chapitre quatre sur les trois problèmes dans la recherche du culte de l individu d Emile Durkheim sur le roman de La Gloire de Mon Père, on a trouvé trois conclusions suivantes. Premièrement, le roman de La Gloire de Mon père est un roman autobiographique où se trouve les éléments de l homo duplex dans la société française en général et dans la famille de Marcel Pagnol. La réalité de l homo duplex de ce roman est prouvée par l existence de deux natures de personnalité possédées par les personnages du roman. Deuxièmement, dans le processus vers le culte de l individu, il y a une phase appelée l individualisme moral. Dans l individualisme moral, un individu devient une représentation collective qui attache son désir individuel afin qu il ne fasse pas ce qu il veut. Dans ce roman, une personne devient un aspect collectif de xx

21 xxi l autre personne, par exemple, la mère ou le père de Pagnol devient des aspects collectifs pour Pagnol et son frère, Paul. Troisièmement, le culte de l individu qui est appliqué par l auteur, Marcel Pagnol, sur son père est généralement fait par beaucoup d enfants sur leurs parents, surtout sur leurs pères. Dans ce culte de l individu envers son père, le personnage de Marcel Pagnol lui a montré une fierté et une admiration envers son père, et puis son sentiment de la fierté et de l admiration suivent la sympathie et la disposition pour faire quelque chose qui pourrait donner des secours à son père. 6. Remerciements Je tiens à remercier mon père, ma mère, mes frères, et ma sœur de me supporter et de me combler toujours de leur amour. Ensuite, je remercie également mes professeurs de m avoir guidée et de m avoir donné un autre point de vue pour voir la vie. Et finalement, je remercie aussi mes amis de leurs joies et de leurs bonheurs. xxi

22 xxii 7. Bibliographie Arifin, Winarsih dan Farida Soemargono Kamus Perancis-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cotterrell, Roger Durkhem on Justice, Morals and Politics. London: Queen Mary University of London. Damono, Sapardi Djoko Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Giddens, Anthony kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Terjemahan Soeheba Kramadibrata. Jakarta: UI Press. Johnson, Doyle Paul Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Narwoko, J Dwi dan Bagong Suyanto (ed) Sosiologi Text Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Prenada. Nazir, M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Pagnol, Marcel La Gloire de Mon Père. Paris: Edition de Fallois. Pierre, Jean dkk Dictionnaires des Ecrivains de Langue Française. Paris: Larousse. Ratna, Nyoman Kutha Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. xxii

23 xxiii Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rey, Pierre-Lois Le Roman. Paris : Hachette. Ritzer, George dan Douglas J. Goodman Teori Sosiologi. Terjemahan Nurhadi. Bantul: Kreasi Wacana. Siswantoro Sunanda, Adyana Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press. Suharianto, S Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Sumardjo, Jacob dan Saini K.M Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Surajiyo, dkk Dasar-Dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara. Wellek dan Warren Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (littérature) xxiii

24 xxiv sabtu, 1 Februari :27:4 xxiv

25 xxv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi SARI... ix EXTRAIT... x DAFTAR ISI... xxv DAFTAR LAMPIRAN... xxviii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 9 BAB 2 LANDASAN TEORI Kaitan antara Sosiologi dan Sastra secara Umum Konsep Emile Durkheim mengenai Pemujaan Individu Homo Duplex xxv

26 xxvi Individualisme Moral Pemujaan Individu BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Objek Penelitian Sumber Data Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis data Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Langkah Kerja Penelitian BAB 4 MANIFESTASI PEMUJAAN INDIVIDU DURKHEIM PADA TOKOH MARCEL PAGNOL Realitas Homo Duplex yang Direpresentasikan oleh Pemikiran Marcel Pagnol Realitas Homo Duplex Masyarakat Prancis secara Umum Realitas Homo Duplex Masyarakat Prancis yang Direpresentasikan oleh Keluarga Pagnol Realitas Individualisme Moral yang Terdapat dalam Masyarakat Prancis yang Dimanifestasikan oleh Keluarga Pagnol Realitas Pemujaan Individu yang Dimanifestasikan oleh Tokoh Marcel Pagnol kepada Ayahnya, Joseph Pagnol BAB 5 PENUTUP Simpulan xxvi

27 xxvii 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA xxvii

28 xxviii DAFTAR LAMPIRAN 1. Ringkasan cerita roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol 2. Keterangan mengenai perdrix bartavelle 3. Gambar-gambar perdrix bartavelle xxviii

29 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan dalam visi kontemporer menjelaskan bahwa fiksi digunakan untuk menyebutkan karya sastra dengan keseluruhan hakikatnya, sebagai kata benda, sedangkan imajinatif, kreatif, konotatif, subjektif, interpretatif, dan sebagainya, adalah keseluruhan ciri-cirinya (Ratna 2007 :310). Berbeda dengan pengetahuan masyarakat pada umumnya, yang menganggap bahwa karya sastra merupakan khayalan dan lamunan yang sematamata dialami oleh pengarang secara individual, fiksi dalam pengertian ini diperoleh atas dasar kenyataan sehari-hari, dunia fiksional yang dengan mudah dialami oleh orang lain (Ratna 2007: ). Ratna (2007:311) menyebut bahwa karya sastra tidaklah secara keseluruhan bersifat rekaan. Hal ini karena karya sastra yang secara keseluruhan merupakan rekaan justru tidak mungkin dapat dipahami karena pembaca tidak memiliki referensi-referensi untuk mengadakan identifikasi. Karya sastra diciptakan sebagai tiruan masyarakat karena menceritakan kembali realita yang terjadi dalam masyarakat. Karya sastra cenderung mempermasalahkan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan juga terhadap realitas yang berlangsung sepanjang zaman. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terjadi dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup 1

30 2 hubungan antar masyarakat dengan orang-orang antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia merupakan kenyataan yang melatarbelakangi terciptanya sebuah karya sastra (Damono, 2002:4). Wellek dan Werren (1990:108) mengungkapkan bahwa sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Masih menurut Wellek dan Werren (1990:108), sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial, masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol, dan mitos. Karya sastra mempunyai beberapa bentuk yaitu, prosa, drama dan puisi. Prosa terbagi atas cerita pendek dan roman. Penelitian ini menggunakan roman sebagai bahan kajian. Istilah roman berasal dari kesastraan Prancis. Roman adalah nama bahasa rakyat sehari-hari di negara tersebut yang pertama kali digunakan oleh pengarang di sana untuk menceritakan kehidupan rakyat biasa (Suharianto 2005:30). berikut. Dalam sebuah sumber di Wikipedia dijelaskan pengertian roman sebagai Le roman est un genre littéraire, caractérisé pour l'essentiel par une narration fictionnelle plus ou moins longue. La place importante faite à l'imagination transparaît dans certaines expressions comme «C'est du roman!» ou dans certaines acceptions de l adjectif «romanesque» qui renvoient à l'extraordinaire des personnages, des situations ou de l intrigue ( (littérature)).

31 3 Roman adalah suatu jenis karya sastra, yang melukiskan ciri-ciri pokok melalui narasi fiksional yang cukup panjang. Posisi penting yang dibuat dalam imajinasi yang tampak dalam ekspresi tertentu seperti «inilah roaman!» atau dalam makna tertentu dari kata sifat «romanesque» yang menggambarkan sesuatu yang luar biasa dalam penokohan, situasi, dan alur cerita ( (littérature)). Dalam pengertian modern, roman berarti prosa yang melukiskan pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam suatu keadaan (Leeuwen dalam Nurgiyantoro 2009 :15). Berikut ini adalah kutipan yang saya ambil dari buku Le Roman Paris karya Pierre-Lois Rey : Le roman est le genre qui tient plutôt au développement des mouvements intérieurs de l âme qu aux événements qu on se persuade aisément que tout peut arriver ainsi; ce n est pas l histoire du passé, mais on dirait souvent que c est celle de l avenir (Staël dalam Rey 1992:13). Roman adalah jenis karya sastra yang lebih menekankan pada perkembangan gerak batin daripada kisah yang diceritakan. Semua cerita yang ada di dalam roman seolah-olah benar-benar terjadi sehingga dapat diterima dengan mudah; roman bukan cerita tentang masa lalu tetapi lebih tepat sebagai cerita masa depan (Staël dalam Rey 1992:13). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa walaupun roman berupa cerita rekaan tetapi kejadian yang ada di dalamnya seolah-olah benar-benar terjadi. Sifat rekaan yang ada di dalam roman merupakan salah satu ciri roman sebagai karya sastra. Dengan adanya sifat rekaan tersebut pembaca diharapkan dapat menghayati kenyataan-kenyataan dan masalah di dalam bentuk konkretnya.

32 4 Dengan demikian, pembaca dapat menjawab terhadap kenyataan atau masalah yang disajikan dengan seluruh kepribadiannya (Sumardjo 1994:13). La Gloire de Mon Père adalah roman pertama Marcel Pagnol yang diterbitkan pada tahun 1957, sebelumnya Marcel Pagnol lebih dikenal sebagai seorang sutradara film yang karya-karyanya banyak dikenal oleh masyarakat luas. Roman ini membawanya kembali ke kesuksesannya sehingga roman ini dapat dikatakan sebagai karya agung (masterpiece) Marcel Pagnol. Dia adalah salah satu pengarang besar dari abad ke-20 dan dia merupakan sutradara film pertama yang menerima penghargaan dari l Académie Française pada tahun 1946 atas beberapa karyanya (Pierre 1994:1341). Marcel Pagnol lahir pada tanggal 28 Februari 1895 di Aubagne, di selatan Prancis, dekat Marseille, dia adalah anak tertua dari seorang guru yang bernama Joseph Pagnol dan tukang jahit Augustine Lansot. Marcel Pagnol tumbuh dewasa di Marseille bersama adik-adiknya yaitu Paul, René, dan Germaine. Pada tahun 1913, pada umur yg ke-18 tahun, Pagnol mulai belajar tentang sastra di Universitas Aix-en-provence. Ketika Perang Dunia I pecah, dia dipanggil ke dalam infanteri di Nice tapi pada bulan Januari 1915 dia keluar karena Undang- Undang yang lemah. Pada tanggal 2 Maret 1916 dia menikahi Simone Collin di Marseille dan pada bulan November dia lulus dari jurusan Sastra Inggris ( Pada tahun 1992, dia pindah ke Paris, tempat dia mengajar Bahasa Inggris dan menjadi penulis naskah drama sampai tahun Berpisah dengan Simone Collin sejak 1926 (meskipun tidak bercerai hingga tahun 1941), dia menjalin hubungan dengan penari muda berkebangsaan Inggris Kitty Murphy: Putranya,

33 5 Jacques Pagnol lahir pada tanggal 24 September 1930 ( Pada tahun 1945, Pagnol menikah lagi, dengan artis Jacqueline Bouvier dan dikaruniai dua anak, Frédéric (lahir 1946) dan Estelle (lahir 1949). Dia kembali menulis naskah drama, tapi setelah karyanya tidak diterima baik oleh masyarakat dia memutuskan mengganti pekerjaannya sekali lagi dan mulai menulis seri dari roman otobiografi Souvenirs d enfance- berdasarkan pengalaman masa kanakkanaknya. Pada tahun 1957, kedua roman seri pertamanya, La Gloire de Mon Père dan Le Château de Ma Mère yang dipublikasikan, langsung diterima dengan baik oleh masyarakat Prancis ( Pagnol meninggal di Paris pada tanggal 18 April Dia dimakamkan di pemakaman La Treille di Marseille, bersama dengan orangtua, para adik laki-laki, dan istrinya. Novel La Gloire de Mon Père dan Le Château de Ma Mère juga difilmkan dengan sukses oleh sutradara Yves Robert pada tahun 1990 ( Roman otobiografi tersebut menceritakan tentang masa kanak-kanak Marcel Pagnol, tentang asal-usul nenek moyangnya, dan tentang keluarganya sendiri. Sesuai judul roman tersebut, kisahnya banyak bercerita mengenai ayahnya. Dia menganggap ayahnya adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap pola pikirnya pada masa itu dan dia menganggap ayahnya sebagai bagian dari hidupnya. Ciri utama roman ini menceritakan tentang kebanggaan seorang anak terhadap ayahnya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa pada umumnya para pengarang yang berhasil adalah merekalah yang mampu untuk

34 6 mengombinasikan antara fakta-fakta yang ada dalam masyarakat dengan ciri-ciri fiksional (Ratna 2009 :334). Datang dari berbagai pertimbangan tersebut, saya memiliki ide untuk mengkaji roman La Gloire de Mon Père melalui sudut pandang pemikiran sosiologi Emile Durkheim yaitu bentuk perwujudan pemujaan individu oleh tokoh Marcel Pagnol terhadap ayahnya, Joseph Pagnol. Selain beberapa pertimbangan di atas, alasan lain dalam pemilihan roman tersebut sebagai bahan kajian yaitu, roman ini ditulis dalam bahasa Prancis modern, dan menggunakan gaya ungkap yang lugas sehingga mudah untuk dipahami. Selain itu, roman ini juga merupakan roman otobiografi ( yang berarti pengarang roman tersebut bercerita tentang sebuah fakta yang bisa dianalisis menggunakan teori sosiologi Emile Durkheim khususnya melalui perspektif pemujaan individu. Dalam sejumlah karyanya, Durkheim membahas gagasan tentang pemujaan individu yang memberi budaya modern representasi kolektif yang mampu mengintegasikan dan mengatur masyarakat. Pemujaan individu dibedakan dari egoisme. Dalam egoisme, individu hanya peduli dengan kepentingan sendiri, sementara dalam pemujaan individu, orang rela mengorbankan kepentingan mereka atas nama suatu individualitas yang sama-sama dimiliki oleh setiap manusia (Ritzer dan Goodman 2010:120). Pemujaan individu itu merupakan rekan sejawat bagi perkembangan pembagian kerja, akan tetapi isinya sama sekali berbeda dari bentuk-bentuk tradisional dari komunitas moral (Giddens 2007:99). Dalam perspektif Durkheim (Johnson 1986:173), persepsi individu tentang kepentingan pribadinya tidak dibentuk dalam isolasi dari sesamanya, melainkan dibentuk oleh kepercayaan

35 7 bersama serta nilai-nilai yang dianut bersama orang-orang lainnya dalam masyarakat. Pemujaan individu ini memiliki tiga konsep dasar, yaitu homo duplex atau hakikat manusia sebagai makhluk ganda, individualisme moral atau individu dianggap sebagai representasi kolektif yang mampu mengikat hasrat masingmasing individu lain yang dianggap terlalu berlebihan, dan pemujaan individu yang muncul dari rasa simpati yang mengakibatkan individu rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi individu yang dipujanya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat diajukan adalah: 1. Bagaimanakah pemikiran para tokoh dalam roman La Gloire de Mon Père melalui sudut pandang homo duplex? 2. Bagaimanakah bentuk perwujudan individualisme moral para tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père? 3. Bagaimanakah bentuk perwujudan pemujaan individu oleh Marcel Pagnol sebagai tokoh utama terhadap ayahnya, Joseph Pagnol? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pemikiran para tokoh dalam roman La Gloire de Mon Père melalui sudut pandang homo duplex.

36 8 2. Mendeskripsikan bentuk perwujudan individualisme moral para tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père. 3. Mendeskripsikan bentuk perwujudan pemujaan individu oleh Marcel Pagnol sebagai tokoh utama terhadap ayahnya, Joseph Pagnol. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini setidaknya dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang penelitian sosiologi pada mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Asing. 2. Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang sosiologi dalam kaitannya dengan dunia sastra. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat: 1. Mengembangkan teori sosiologi Emile Durkheim tentang pemujaan individu. 2. Memperkaya khasanah tentang roman yang merupakan sebuah cerminan dari masyarakat tertentu. 1.5 Sistematika Penelitian Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal skripsi, inti skripsi, dan akhir skripsi.

37 9 Bagian awal skripsi berisi halaman judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan, moto dan persembahan, prakata, article, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berupa landasan teori yang mengungkapkan pendapat para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Bab II ini meliputi penjelasan mengenai karya sastra dan sosiologi Emile Durkheim. Bab III berisi tentang penjelasan mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai metode dan pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data, serta langkah kerja penelitian. Bab IV berisi analisis terhadap roman La Gloire de Mon Père melalui tinjauan sudut pandang pemujaan individu menurut Emile Durkheim. Bab V berisi simpulan dan saran. Adapun bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiranlampiran.

38 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kaitan antara Sosiologi dan Sastra Secara Umum Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Ratna 2009 :334). Ratna menambahkan, bahwa diantara genre karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di antaranya : a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalahmasalah kemasyarakatan yang juga paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna 2009: ). Menurut Hauser (dalam Ratna 2009:336) karya sastra lebih jelas dalam mewakili ciri-ciri zamannya. Veeger (dalam Narwoko 2004 :3) berpendapat bahwa kekhususan sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat 10

39 11 dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan ditunjang bersama. Ratna (2007:269) berpendapat bahwa sastra dan masyarakat berhubungan secara potensial. Masih menurut Ratna (2007 :269), secara sosiologis jelas pengarang memiliki hubungan yang intens dengan masyarakatnya. Imajinasi dan kreativitas, dan dengan demikian juga bahasa yang digunakan untuk mengungkapkannya juga milik masyarakat. Setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan atau milieu tempat pengarang tinggal dan berasal. Kita dapat mengumpulkan tentang latar belakang sosial, latar belakang keluarga, dan kondisi ekonomi pengarang (Wellek dan Werren 1990 :112). 2.2 Konsep Emile Durkheim mengenai Pemujaan Individu Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada sebuah fungsi. Fungsi yang mereka lakukan demi mempertahankan kesehatan dan keseimbangan suatu masyarakat (

40 12 Berbeda dengan para pendahulunya seperti Saint-Simon dan Compte, Durkheim mengembangkan basis akademis yang lebih solid ketika kariernya mulai menanjak. Durkheim mendaulat sosiologi di Prancis, dan karyanya menjadi kekuatan dominan dalam perkembangan sosiologi secara umum dan teori sosiologi khususnya (R. Jones dalam Ritzer dan Goodman 2010 :18) Durkheim sering kali disebut sebagai seorang yang berhaluan politik konservatif, dan pengaruhnya dalam bidang sosiologi jelas-jelas konservatif. Namun, pada zamannya ia dipandang sebagai seorang liberal, dan ini tercermin ketika dia secara aktif berperan dalam membela Alfred Dreyfus, kapten tentara keturunan Yahudi yang divonis mati karena penghinaan terhadap Tuhan dirasakan banyak orang sebagai anti semit (Farrel dalam Ritzer dan Goodman 2010 :90-91). Durkheim sangat tersinggung oleh persoalan Dreyfus, khususnya anti- Semitisme yang ada di dalamnya. Namun Durkheim tidak menyebut anti- Semitisme tersebut sebagai rasisme di kalangan masyarakat Prancis. Secara khusus, ia melihatnya sebagai penyakit moral yang dihadapi masyarakat Prancis secara keseluruhan (Birnbaum dan Todd dalam Ritzer dan Goodman 2010:91). Minat Durkheim pada kasus Dreyfus lahir dari minatnya yang begitu dalam dan lama terhadap moralitas dan krisis moral yang dihadapi masyarakat modern (Ritzer dan Goodman 2010:91). Fauconnet (dalam Ritzer dan Goodman 2010 :109) mengungkapkan bahwa sejauh ini, fokus perhatian kita adalah konsep Durkheim tentang masyarakat dan serangkaian penelitian yang mengembangkan konsep tersebut.

41 13 Ada tema penting lain yang pada awalnya terlihat tidak selaras fokus perhatian Durkheim tentang fakta sosial, yaitu idenya tentang individualisme. Memang salah satu dari pengikutnya menulis bahwa kita tidak akan mengada-ada jika menamai teori [Durkheim] dengan individualisme. Durkheim membedakan individualisme moral dengan egiosme (Ritzer dan Goodman 2010:109). Egoisme adalah kesadaran tentang individualitas kita, kita bisa lebih sadar tentang individu kita, kebutuhan dan hasrat non sosial. Sedangkan dalam individualisme moral, individu menjadi representasi kolektif dan oleh karena itu mengikat harapan kohesi sosial di sekitar ide individualitas (Ritzer dan Goodman 2010:110). Pada kenyataanya dalam masyarakat-masyarakat kontemporer, bentuk kohesi ini (solidaritas mekanis) makin lama makin diganti oleh suatu jenis baru dari kohesi sosial (solidaritas organis). Akan tetapi berfungsinya solidaritas organis tidak bisa ditafsirkan dengan cara teori utilitarianisme (Giddens 2007:99). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari atau mengurangi kerugian yang diakibatkan

42 14 oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain ( Memang betul ada suatu bidang, di mana conscience collective (kesadaran kolektif) menjadi diperkuat dan dibuat lebih tepat: dalam hubungannya dengan kultus individu. Pertumbuhan kultus individu hanya mungkin, oleh karena sekularisasi dari kebanyakan sektor kehidupan sosial. Ini berlawanan dengan bentuk-bentuk tradisional conscience collective yaitu dalam hal, bahwa walaupun kultus individu terdiri atas kepercayaankepercayaan dan sentiment-sentimen bersama, namun kepercayaan dan perasaan terpusat kepada nilai dan gengsi pribadi orang dan bukannya kepada kolektivitas (Giddens 2007:99). Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut: Seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap punya kehidupan sendiri; kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular. (Durkheim dalam Ritzer dan Goodman 2010:85). Dalam sebuah jurnal yang berjudul durkheim s Cult of the Individual and the Moral Reconstitution of Society karya Charles E. Marske yang diterbitkan pada tahun 2003 menegaskan bahwa inti dari hasil pemikiran Durkheim yang utama adalah mengenai Individualisme moral. Although the expanding literature on Durkheim s thought contains a variety of interpretations of much of his work, the significance of his long-standing concern with the development of

43 15 individualism in society is undeniable. The age-old question of the relationship between the individual and society is a keystone of his work ( Meskipun perluasan hasil karya pemikiran Durkheim terdiri dari bermacam-macam interpretasi dari sekian banyak hasil pemikirannya, makna dari pemikiran yang panjang mengenai perkembangan individualisme dalam masyarakat tidak bisa diabaikan. Pertanyaan kuno mengenai hubungan antara individu dan masyarakat adalah jawaban dari hasil pemikirannya ( Masih dari sumber yang sama, individualisme moral Durkheim tampak pada konsep mengenai pemujaan individu. Sebagaimana dapat kita lihat melalui kutipan berikut: This chronological sequence culminates in Durkheim s development of the idea of moral individualism as seen in his cult of the individual, a potentially integrative factor in modern society ( Urutan kronologis ini puncaknya adalah perkembangan paham individualisme moral Durkheim seperti terlihat dalam pemujaan individu yang diajukannya, sebuah faktor yang melekat dalam masyarakat modern ( Homo Duplex Menurut Durkheim, dalam diri kita terdapat dua hakikat. Hakikat yang pertama didasarkan pada individualitas tubuh kita yang terisolasi dan kedua adalah hakikat kita sebagai makhluk sosial. Hakikat yang terakhir inilah yang merupakan diri kita yang tertinggi dan merepresentasikan segala sesuatu yang

44 16 deminya kita rela mengorbankan kedirian dan kepentingan jasmaniah kita sendiri (Ritzer dan Goodman 2010:109). Dua diri ini hadir dalam ide tubuh dan pikiran: Bukan tanpa alasan kalau manusia merasakan dirinya menjadi ganda, karena dia memang ganda. Dalam dirinya ada dua kelas kesadaran yang berbeda satu sama lain dalam hal asal dan hakikatnya, dan dalam hal tujuan akhir yang ingin dicapai keduanya. Kelas pertama selalu mengekspresikan organisme kita dan objek-objek yang terkait dengannya. Karena bersifat sangat individual, kesadaran dari kelas ini hanya menghubungkan kita dengan diri kita sendiri, dan kita tidak bisa melepaskan mereka dari diri kita sebagaimana halnya kita tidak bisa lepas dari tubuh kita sendiri. Kesadaran dari kelas kedua, sebaliknya, datang kepada kita dari masyarakat, dia mengirim masyarakat ke dalam diri kita dan menghubungkan diri kita dengan sesuatu yang melebihi kita. Karena bersifat kolektif, impersonal, kesadaran ini mengarahkan kita kepada tujuan yang sama-sama ingin kita capai bersama orang lain; hanya melalui kesadaran inilah kita dapat dan mungkin berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, sebenarnya hakikat kita terbagi menjadi dua bagian, dan layaknya dua makhluk berbeda, yang meskipun terkait erat satu sama lain, namun terdiri dari unsur yang sangat berbeda dan mengarahkan kita menuju arah yang berlawanan (Durkheim dalam Ritzer dan Goodman 2010: ). Seperti yang dijelaskan oleh Durkheim di atas, dua diri tersebut selalu berada dalam bentuk ketegangan, tetapi juga saling berhubungan. Pengertian

45 17 kita tentang individualitas kita berkembang sebagaimana berkembangnya masyarakat (Ritzer dan Goodman 2010:110). Analisis ini bisa dikaitkan lagi kepada teori campur berbaurnya agama dan moralitas yang bersifat primitif. Dimana-mana dalam pemikiran, orang telah membayangkan diri sebagai dua makhluk berlainan, raga dan jiwa. Raga dikatakan berada di dunia materiil, jiwa di dalam lingkungan yang tidak kontinu dari yang kudus. Suatu kepercayaan yang universal bukanlah suatu kebetulan dan sama sekali juga bukan khayalan, serta harus berada si atas suatu kegandaan, yang hakiki untuk kehidupan manusia di dalam masyarakat (Giddens 2007:142). Dalam masyarakat modern, homo duplex merepresentasikan perbedaan antara mengejar ego dan hasrat individual kita dengan kesiapan untuk mengorbankan mereka atas nama individualitas yang kita percaya bahwa semua manusia memiliki keadaan yang sama (Ritzer dan Goodman 2010:110) Individualisme Moral Durkheim sangat memperhatikan kebutuhan untuk memperkuat aspek kolektif dari diri kita agar ada kontrol terhadap hasrat individu kita yang berlebihan. Di satu pihak, ketika kita sadar tentang individualitas kita, kita bisa menjadi lebih sadar tentang individu kita, kebutuhan dan hasrat nonsosial. Inilah yang disebut oleh Durkheim dengan egoisme. Di pihak lain, sebagaimana ide individualitas berkembang dalam masyarakat, individu menjadi representasi kolektif. Oleh karena itu, individualisme moral tersebut

46 18 mengikat harapan kohesi sosial di sekitar ide individualitas. Durkheim menamai ini dengan individualisme moral (Ritzer dan Goodman 2010:110). Tole (dalam Ritzer dan Goodman 2010:110) mengungkapkan bahwa bagi Durkheim, adalah etika individualisme yang melandaskan kebebasan manusia pada solidaritas komunal, suatu etika yang mengakui hak individu dalam hubungannya dengan keberadaan seluruh warga alih-alih dengan upaya individual terhadap pemuasan kepentingan-diri. Inilah etika yang merepresentasikan pengalaman sesungguhnya dari cita-cita individualisme, dan bagi Durkheim adalah satu-satunya jalan keluar bagi persoalan bagaimana individu bisa tetap punya solidaritas sementara dia semakin menjadi otonom. Tiap orang memulai kehidupannya sebagai makhluk yang egoistis (walaupun tentunya bukan makhluk anomi), yang hanya mengetahui perasaan, di mana kegiatan-kegiatannya dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan rasa. Akan tetapi dengan adanya sosialisasi terhadap anak, sifat egoistisnya sebagian menjadi tertutup segala sesuatu yang dia pelajari dalam masyarakat. Dengan demikian, setiap orang mempunyai sisi egoistis pada pribadinya, dan pada saat yang sama dia merupakan makhluk sosial (Giddens 2007:143). Tuntutan moral dari kehidupan dalam masyarakat tidak bisa seluruhnya akur dengan kecenderungan-kecenderungan egoistisnya: masyarakat tidak bisa dibentuk atau dipertahankan keberadaanya, tanpa kita diharuskan memberikan pengorbanan dengan terus-menerus dan berharga (Giddens 2007:143). Giddens (2007:143) melanjutkan bahwasanya ada suatu aneka ragam keinginan-keinginan egoistis, yang tidak berasal dari kebutuhan-

47 19 kebutuhan rasa. Justru egoisme kita inilah sebagian besar merupakan hasil dari masyarakat. Individualisme moral berasal dari masyarakat. Individualisme adalah produk sosial sama seperti moralitas dan agama. Bahkan dari masyarakatlah individu menerima keyakinan moral yang membuatnya menjadi tuhan (Durkheim dalam Ritzer dan Goodman 2010:111). Durkheim on Justice, Morals and Politics merupakan judul dari sebuah jurnal karya Roger Cotterrell yang di dalamnya menyinggung mengenai individualisme moral. Durkheim beranggapan bahwa individualisme moral merupakan moralitas utama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern. Moral individualism, the system of ultimate values which modern society needs, establishes the individual as a moral being with dignity and autonomy; and society, through this value system, determines what dignity, autonomy, rights, etc (Cotterell 2010:12). Individualisme moral, sistem nilai utama yang merupakan kebutuhan masyarakat modern, menetapkan individu sebagai moral yang dengan moral dan otonomi, dan masyarakat, melalui sistem nilai, menentukan apa itu martabat, otonomi, hak dan lain-lain. Pandangan Durkheim berikutnya mengenai individualisme dalam masyarakat ialah dalam konteks modernitas. Durkheim mengamati bahwa keseragaman ide, termasuk ide tentang moralitas mulai menurun dengan adanya peningkatan pembagian kerja dan peningkatan perbedaan struktur pada masyarakat modern. The individual comes to acquire even wider rights over his own person and over the possession to which he has title; he also comes to form ideas about the world that seem to him most fitting

48 20 and to develop his essential qualities without hindrance ( Individu hadir untuk memperoleh bahkan kebenaran yang lebih luas terhadap dirinya sendiri dan terhadap gelar yang dimilikinya. Individualisme juga hadir untuk membentuk ide tentang dunia yang tampak baginya paling tepat dan mengembangkan kualitas intinya tanpa penghalang ( Moralitas, bagi Durkheim, memiliki tiga komponen. Pertama, moralitas melibatkan disiplin, yaitu suatu pengertian tentang otoritas yang menghalangi dorongan-dorongan idiosinkratis (cara berbuat/bertingkah laku secara khusus terhadap seseorang). Kedua, moralitas menghendaki keterikatan dengan masyarakat karena masyarakat adalah sumber moralitas. Ketiga, melibatkan otonomi, suatu konsep tentang individu yang bertanggung jawab atas tindakan mereka (Ritzer dan Goodman 2010:113) Pemujaan Individu Kultus individu (Giddens 2007:144), tidak didasari oleh egoisme akan tetapi oleh kelanjutan dari perasaan-perasaan simpati yang sama sekali bertolak belakang bagi penderitaan manusia dan keadilan sosial. Kendatipun individualisme mau tidak mau memproduksi suatu peningkatan dalam egoisme, individualisme dalam segi apa pun tidak berasal dari egoisme, dan dengan demikian tidak produktif bagi suatu egoisme moral yang sekiranya akan membuat tidak mungkin adanya solidaritas apa pun.

49 21 Durkheim percaya bahwa problem utama masyarakat modern adalah moral alami dan bahwa solusi satu-satunya hanya ada dalam penguatan daya moralitas kolektif. Meskipun Durkheim mengakui bahwa tidak mungkin mengembalikan kekuatan kesadaran kolektif masyarakat solidaritas mekanis, namun dia yakin kalau bentuk modern solidaritasnya dapat diwujudkan. Untuk menguatkan fakta bahwa individu bisa menjadi sakral bagi kita, dia mengistilahkan bentuk modern kesadaran kolektif dengan pemujaan individu, Tole (dalam Ritzer dan Goodman 2010:110). Durkheim (dalam Ritzer dan Goodman 2010:111) mengungkapkan bahwa pemujaan terhadap seseorang yang merupakan yang dipuja sekaligus pemuja tidak mengalamatkan dirinya kepada makhluk tertentu yang membentuk dirinya dan membawa namanya, akan tetapi seorang manusia, dimanapun dia dapat ditemui, dan dalam perwujudan apa pun. Karena impersonal dan anonim, seseorang yang dipuja itu berada diatas kesadaran partikular dan menjadi titik tuju. Maka individualisme yang diperluas ini bukanlah pengudusan suatu diri, akan tetapi individu secara umum. Sumbernya bukan dari egoisme tapi dari simpati untuk semua yang disebut manusia. Hal ini dipertegas oleh Durkheim dalam kutipan berikut ini. The individual who is the subject of the ideas embodied in moral individualism is not the specific individual or personality, but man in general. The basis of the morality of the cult of the individual is composed of those of man in the abstract. These values are the direct opposite of the self-interest of egoistic individualism; the imply sentiments of sympathy for others and for human suffering (

50 22 Individu yang menjadi subjek dari ide-ide yang terkandung dalam individualisme moral bukan individu tertentu atau pribadi, tetapi manusia pada umumnya. Dasar moral pengkultusan individu adalah konsep moral manusia secara abstrak. Nilai-nilai tersebut adalah kebalikan dari kepentingan individualisme egois, yang menyiratkan perasaan simpati bagi orang lain dan bagi penderitaan manusia ( Durkheim juga berpendapat sebagai berikut. The cult, moreover, has all that required to take the place of the religious cults of former times. It serves as well as they to bring about the communion of minds and wills which is a first condition of any social ( Kultus individu ini, lagi pula, memiliki semua yang perlu untuk menggantikan pemujaan yang bersifat keagamaan pada masa lalu. Kultus semacam ini menghadirkan penyatuan pikiran dan kehendak yang menjadi syarat utama kehidupan sosial ( Pemujaan individu di sini dibatasi sebagai ikatan sosial, sebagaimana dipertegas dalam kutipan berikut ini. The cult of man is something, accordingly, very different from the egoistic individualism above referred to, which lead to suicide. Far from detaching individuals from society and from every aim beyond themselves, it unites them in one thought, make them servant of one work ( Dengan demikian, pemujaan terhadap manusia adalah sesuatu yang sangat berbeda dari individualisme egois yang disebut di atas, yang menyebabkan bunuh diri. Tanpa memisahkan individu dari masyarakat dan dari tujuan di luar diri mereka sendiri, pemujaan individu menyatukan mereka

51 23 dalam satu pikiran, dan menjadikan mereka hamba dari satu karya (

52 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai Pendekatan Penelitian, Objek Penelitian, Sumber data, Metode dan Teknik Pengumpulan Data, Metode dan Teknik Analisis Data serta Langkah Kerja Penelitian. 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat (Ratna 2009:59). Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, dan c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna 2009:60). Ratna (2009:60) menambahkan, sesuai dengan hakikatnya, sebagai sumber estetika dan etika, karya sastra tidak bisa digunakan secara langsung. Sebagai sumber estetika dan etika karya sastra hanya bisa menyarankan. Oleh karena itulah, model pendekatannya adalah pemahaman dengan harapan akan terjadi perubahan perilaku masyarakat. Apabila manusia sudah tidak mungkin untuk 24

53 25 mencari kebenaran melalui logika, ilmu pengetahuan, bahkan agama, maka hal ini diharapkan dapat terjadi dalam karya sastra. Pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Aspek estetis memiliki kekuatan besar dalam mengorganisasikan massa (Ratna 2009:61). Pada dasarnya kita hidup di tengah masyarakat yang cenderung melihat segala sesuatu disebabkan oleh individu, bahkan persoalan sosial sekalipun seperti rasisme, polusi, dan resesi ekonomi. Durkheim mendekati masalah ini dari perspektif yang berlawanan, ia lebih menekankan dimensi sosial dari seluruh fenomena manusia (Ritzer dan Goodman2010:80). Teori pemujaan individu dengan pendekatan sosiologis dalam penelitian ini untuk memahami bagaimana Marcel Pagnol sebagai pengarang menceritakan masa kecilnya ketika berusia delapan tahun, yang hidup bersama anggota keluarganya. Dia bercerita lebih khusus mengenai sebuah kebanggaan terhadap ayahnya. Bagi Pagnol, ayahnya merupakan bagian yang tidak bisa dihilangkan dari masa lalunya sehingga membentuk dirinya ketika dewasa. 3.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu objek penelitian material dan objek penelitian formal. Objek penelitian material merupakan sasaran material suatu penelitian yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian dan diselidiki atau disorot oleh suatu disiplin ilmu (Surajiyo 2009:36). Objek material penelitian ini adalah roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol.

54 26 Objek penelitian formal merupakan pendekatan secara cermat dan bertahap yang dipakai atas objek material yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang yang diteliti. Objek formal disebut juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau sudut pandang darimana objek material itu disorot (Surajiyo 2009:36). Objek formal terdiri dari dua unsur. Unsur-unsur pertama dibicarakan dalam kaitannya dengan sistem sosiokultural yang lebih luas, sedangkan unsur-unsur yang kedua dibicarakan dalam kaitannya dengan karya sastra sebagai totalitas (Ratna 2009:50). Kaitan karya sastra sebagai sistem sosiokultural dan sebagai totalitas dalam objek formal ini yaitu hakikat manusia sebagai homo duplex, individualisme moral yang tercermin dalam kehidupan dan lingkungan Marcel Pagnol, serta gambaran pemujaan individu terhadap ayahnya. 3.3 Sumber Data Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber utama data (Siswantoro 2004:140). Sumber data primer penelitian ini adalah roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol. Karya tersebut menggunakan bahasa Prancis modern yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti menerjemahkan dengan pemahaman sendiri untuk kebutuhan analisis. Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua (Siswantoro 2004:140). Sumber data sekunder dalam penelitian ini, yaitu data-data yang bersumber dari buku-buku acuan, yang dimaksud buku-buku acuan adalah buku-buku teori yang digunakan dalam menganalisis sumber data primer.

55 Metode danteknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir 2003:111). Selanjutnya, masih menurut Nazir (2003:112) metode kepustakaan merupakan langkah yang penting setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu metode kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik studi kepustakaan. Teknik studi kepustakaan merupakan aktivitas pengumpulan berbagai jenis data sekunder yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengutip berbagai teori dari berbagai buku, mempelajari dan mengutip berbagai informasi dari internet dan media cetak (Narbuko dan Achmadi 2003:81).

56 28 Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan menelaah sumber data yang ada relevansinya dengan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh data yang kemudian digunakan dalam menganalisis objek penelitian. Langkah selanjutnya adalah memasukkan data tersebut ke dalam sebuah kartu data. Berikut adalah contoh kartu data: 5 Data: Papa nous avait dit (avec une certaine joie laïque) que la mante dite «religieuse» était un animal féroce et sans pitié ; qu on pouvait la considérer comme le «tigre des insectes», et que l étude de ses mœurs était de plus intéressantes. Je décidai donc les étudier, c est-à-dire que, pour déclencher une bataille entre les deux plus grosses, je les présentai de fort près l une à l autre, les griffes en avant (LGMP/3 /106) Terjemahan : Papa bilang pada kami (dengan kebahagiaan seorang atheis) bahwa la mante religiuse (nama sejenis serangga, belalang) adalah hewan buas dan tanpa belas kasihan, bisa dikatakan seperti «harimaunya serannga», dan bahwa mempelajari tingkah laku mereka sangatlah menarik. Jadi, aku memutuskan untuk mempelajarinya, dengan maksud untuk melancarkan perang antara dua belalang yang paling besar, sambutlah belalang-belalang terkuat, cakar di depan. Analisis : Keterangan : 5 : Nomor data LGMP : Judul Roman (La Gloire de Mon Père) 3 : Kode kajian (pemujaan individu) 106 : halaman yang digunakan

57 Metode dan Teknik Analisis Data Metode analisis data dapat diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian diikuti oleh analisis. Analisis yang dimaksud dalam kasus ini bukanlah semata-mata menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan (Ratna 2009:53). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi. Isi dalam teknik analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen (Ratna 2009:48). Dasar pelaksanaan teknik analisis isi adalah penafsiran, sedangkan dasar penafsiran teknik analisis isi adalah memberikan perhatian pada isi pesan (Ratna 2009:49). Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mencari fakta yang relevan pada objek penelitian, kemudian hasil yang diperoleh dideskripsikan. Pada langkah selanjutnya, peneliti menganalisis data-data yang ditemukan dengan memberi penjelasan-penjelasan lebih lanjut, sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Berikut adalah contoh analisis data:

58 30 5 Data: Papa nous avait dit (avec une certaine joie laïque) que la mante dite «religieuse» était un animal féroce et sans pitié ; qu on pouvait la considérer comme le «tigre des insectes», et que l étude de ses mœurs était de plus intéressantes. Je décidai donc les étudier, c est-à-dire que, pour déclencher une bataille entre les deux plus grosses, je les présentai de fort près l une à l autre, les griffes en avant (LGMP/3 /106) Terjemahan : Papa bilang pada kami (dengan kebahagiaan seorang atheis) bahwa la mante religiuse (nama sejenis serangga, belalang) adalah hewan buas dan tanpa belas kasihan, bisa dikatakan seperti «harimaunya serangga», dan bahwa mempelajari tingkah laku mereka sangatlah menarik. Jadi, aku memutuskan untuk mempelajarinya, dengan maksud untuk melancarkan perang antara dua belalang yang paling besar, sambutlah belalang-belalang terkuat, cakar di depan. Analisis: Menurut ayahnya, belalang bagi para serangga merupakan serangga paling kejam dan suka berlaku sewenang-wenang. Jika diibaratkan hewan yang lebih besar dia adalah macan bahkan jika diibaratkan manusia dia adalah raja atau penguasa yang kejam. Maka dari itu, pada kutipan Je décidai donc les étudier, c est-à-dire que, pour déclencher une bataille entre les deux plus grosses Jadi, aku memutuskan untuk mempelajarinya, dengan maksud untuk melancarkan perang antara dua belalang yang paling besar, menunjukan bahwa dia percaya pada perkataan sang ayah sehingga Pagnol berusaha membuktikan perkataan ayahnya tersebut dengan cara mengadu belalang untuk menentukan mana yang terhebat. Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Marcel Pagnol cenderung menerapkan bentuk pemujaan individu terhadap ayahnya. Baginya, ayahnya yang seorang guru bersertifikasi memang sangat pandai. Dia

59 31 menganggap ayahnya sangat mengagumkan karena selalu memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan dan pandai memberi penjelasan logis. Realitas pemujaan individu Pagnol terhadap ayahnya dibuktikan dengan adanya aplikasi yang dilakukannya untuk menganalisis belalang-belalang yang dianggap sebagai macannya serangga. Seandainya yang mengatakan hal tersebut bukan ayahnya, Pagnol bisa saja tidak mempedulikan pengetahuan baru tersebut. Namun karena dalam diri anak itu terdapat sebuah kebanggaan dan rasa simpati tertentu kepada ayahnya, maka dia mau meluangkan waktunya dan mengorbankan tenaganya untuk membuktikan ucapan ayahnya, walaupun pengorbanan itu diwujudkannya dengan caranya sendiri, yaitu dengan menggunakan cara anak-anak. 3.6 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik penyajian analisis data yang disebut sebagai teknik informal. Menurut Sudaryanto (1993:145), teknik penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa. Maksudnya, dalam menyajikan hasil analisis data, peneliti menggunakan tanda, lambang-lambang ataupun grafik. 3.7 Langkah Kerja Penelitian Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguasai pengertian dasar tentang karya sastra, roman, dan teori sosiologi Emile Durkheim tentang pemujaan individu.

60 32 2. Menentukan teks sastra atau sumber data yang akan dijadikan penelitian, yairu roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol. 3. Membaca dan memahami keseluruhan isi teks roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol secara berulang-ulang. 4. Mencari unsur-unsur dalam teks yang berkaitan dengan teori sosiologi pemujaan individu Emile Durkheim yaitu : homo duplex, individualisme moral dan pemujaan individu. 5. Menganalisis hasil deskripsi dari roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol, dengan menggunakan teori pemujaan individu oleh Emile Durkheim, kemudian menambahkan hasil pemikiran yang relevan. 6. Menganalisis masalah dengan menambah penjelasan-penjelasan yang mudah dimengerti dan relevan. 7. Menyimpulkan hasil analisis terhadap roman La Gloire de Mon père yang ditinjau melalui teori pemujaan individu menurut Emile Durkheim. 8. Memberikan saran berdasarkan atas hasil analisis.

61 BAB 4 MANIFESTASI PEMUJUAAN INDIVIDU DURKHEIM PADA TOKOH MARCEL PAGNOL Penelitian ini membahas pokok-pokok pemikiran pemujaan individu Emile Durkheim yang termanifestasikan pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol. Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu akan disebutkan pokok-pokok pemikiran pemujaan individu Durkheim. Dasar utama pemikiran Durkheim adalah homo duplex. Homo duplex menjelaskan bahwa hakikat manusia terdiri dari dua yakni manusia sebagai individu itu sendiri dan manusia sebagai makhluk sosial. Dari pemikiran homo duplex tersebut, Durkheim menjelaskan lebih lanjut implementasi dari pemikiranpemikirannya yang berupa individualisme moral dan pemujaan individu yang kemudian diaplikasikan pada tokoh-tokoh yang ada dalam roman La Gloire de Mon Père, terutama pada tokoh Marcel Pagnol. 4.1 Realitas Homo Duplex yang Direpresentasikan oleh Pemikiran Tokoh Marcel Pagnol Homo duplex ialah hakikat bahwa manusia terdiri dari dua, yakni hakikat manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Homo duplex atau yang juga dikenal sebagai dua diri ini hadir dalam ide tubuh dan pikiran. Dalam diri manusia ada dua kelas kesadaran yang berbeda satu sama lain dalam hal asal dan hakikatnya. Realitas homo duplex dalam analisis ini terbagi menjadi dua, yakni realitas homo duplex masyarakat Prancis secara umum dan 33

62 34 realitas homo duplex masyarakat Prancis yang terepresentasikan oleh keluarga Marcel Pagnol Realitas Homo Huplex Masyarakat Prancis secara Umum Marcel Pagnol sebagai penulis dan tokoh utama, menunjukkan adanya perwujudan homo duplex melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père. Sebelum masuk pada inti analisis terhadap keluarga Pagnol, berikut representasi kondisi masyarakat Prancis secara umum, atau lebih tepatnya representasi masyarakat Prancis dari segi gereja dan pendidikan pada masa itu. (1) Il est vrai, d autre part, que le curé de mon village, qui était fort intelligent, et d une charité que rien ne rebutait, considérait la Sainte Inquisition comme une sorte de Conseil de Famille : il disait que si les prélats avaient brûlé tant de Juifs et de savants, ils l avaients fais les larmes aux yeux, et pour leur assurer une place au Paradis. (LGMP/1/16) Betul, selain itu, pastor di desaku, yang sangat pintar, dan memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama yang tabah terhadap apapun yang dihadapinya, dia menghormati pengadilan Katolik seperti dewan keluarga. Dia mengatakan jika gereja membakar banyak orang Yahudi dan orang pandai, mereka membuat pastor tersebut mencurahkan air mata, dan menjamin mereka sebuah tempat di surga. Bukan rahasia lagi, bahwa gereja-gereja di Prancis pada masa sebelum revolusi menduduki kedudukan yang paling tinggi dan sangat penting. Selain sebagai fungsi relijius, gereja juga memiliki fungsi politik dan sosial. Pemerintahan Prancis diatur oleh undang-undang gereja. Pada masa Marcel Pagnol, kekuasaan gereja mulai padam. Data di atas memberikan gambaran realitas homo duplex masyarakat prancis yang diwakili oleh pastor yang ada di desa Pagnol tinggal pada masa itu. Pada kutipan «ils l avaients fais les larmes aux yeux, et pour leur assurer une place au Paradis mereka membuat pastor tersebut mencurahkan air mata,

63 35 dan menjamin mereka sebuah tempat di surga» menunjukan sebuah pertentangan dalam diri dan kehidupan sosial sang pastor. Di satu sisi dia merasa sedih sampai harus menangis dan mendoakan korban pembakaran gereja terhadap bangsa Yahudi dan orang-orang pandai yang ada di Prancis, sedangkan di sisi lain lingkungan gerejalah (lingkungan sosial sang pastor) yang melakukan pembakaran tersebut. Sehingga antara kehidupan diri sendiri dan kehidupan sosialnya mengalami sebuah pertentangan. Pertentangan dalam diri pastor membuktikan dengan jelas bahwa terdapat fenomena dua diri dalam dirinya yang disebut homo duplex. Roman La Gloire de Mon Père merupakan refleksi masyarakat pada masa lanjutan kebijakan République Parlementaire et Laïcité ( ) yang merupakan masa Republik ketiga. Pada masa itu pemerintah mengeluarkan kebijakan sekulerisme ( Bentuk nyata kebijakan ini melalui roman La Gloire de Mon Père digambarkan adanya pernggantian pelajaran ilmu ketuhanan dengan ilmu anti gereja, yang dapat dilihat pada halaman 44 dalam roman tersebut. Kutipan berikut ini menyoroti masalah pendidikan di Prancis yang menjadikan buku pegangan murid-murid, khususnya buku sejarah sebagai teks propaganda bagi generasi masa depan Prancis oleh pemerintah yang sedang berkuasa. (2) Je n en fais pas grief à la République : tous les manuels d histoire du monde n ont jamais été que des livrets de propagande au service des gouvernements. (LGMP/1/16) Saya tidak mengeluh pada Republik : semua buku pegangan sejarah dunia tidak lain merupakan buku-buku propaganda demi kepentingan pemerintah.

64 36 Masyarakat Prancis pada masa itu terbagi menjadi dua, yaitu masyarakat atheis dan masyarakat relijius. Pagnol merupakan individu yang termasuk dalam masyarakat atheis. Dalam kalimat «Je n en fais pas grief à la République Saya tidak mengeluh pada Republik» menegaskan bahwa Pagnol tidak keberatan dengan adanya pemerintahan sekuler di negaranaya. Baginya, bukan suatu masalah jika pemerintahannya melepaskan diri dari kekuasaan gereja. Dia menerima kebijakan pemerintah Prancis untuk menjadikan negaranya menganut paham sekularisme. Dia tidak keberatan ketika pemerintahnya menghegemoni generasi muda melalui institusi pendidikan dengan dalih sejarah. Realita homo duplex dalam kasus ini hadir dalam diri tokoh Marcel Pagnol, meskipun ideologi antara pemerintah dan Pagnol sama. Mengenai hal tersebut, bisa jadi karena ideologi Pagnol merupakan hasil dari hegemoni pemerintahnya. Bagaimanapun juga dengan pemerintahan sekuler, kehidupan individu bisa lebih bebas dibandingkan jika pemerintahan berada di bawah kendali gereja atau agama. Fakta homo duplex dalam kasus ini muncul tanpa adanya pertentangan, karena sebagai individu dan sebagai makhluk sosial, Pagnol dan pemerintahnya sama-sama memilih sekularisme sebagai falsafah hidup. Hakikat diri individu Pagnol mengikuti hakikat diri sosialnya tanpa menghadirkan sebuah pertentangan. Masih membahas mengenai pendidikan di Prancis, murid-murid dididik agar lebih menyadari tentang bahaya gereja, kerajaan, dan alkohol yang dianggap sebagai kemelut di negara mereka. Para murid diajarkan untuk menentang kekuasaan mereka.

65 37 (3) Mais ce qu ils haïssaient le plus farouchement, c étaient les liqueurs dites «disgestives», les bénédictines et les chartreuses, «avec privilège du Roy», qui réunissaient, dans une trinité atroce, l Eglise, l alcool et la Royauté. Au-dela de lutte contre ces trios fléaux, le programme de leurs etudes était très vaste, et admirablement conçu pour en faire les instructeurs du peuple, qu ils pouvaient comprendre à merveille, car ils étaient presque tous fils de paysans ou d oùvriers. (LGMP/1/17-18) Namun, yang mereka benci paling sengit, adalah minuman keras yang disebut digestives atau yang membantu pencernaan, yaitu bénédictines dan chartreuses, «dengan hak istimewa raja», yang mempersatukan dalam sebuah tri tunggal mengerikan, yakni gereja, alkohol dan kerajaan. Lebih jauh mengenai pergulatan melawan tiga kemelut ini, program dari pendidikan mereka sangatlah luas. Dengan hebat membentuk pendidik-pendidik dari masyarakat, yang dapat memahami keajaiban, karena mereka hampir semua merupakan anak petani atau buruh. Dua jenis minuman keras digestives atau yang disebut sebagai minuman pembantu pencernaan yaitu bénédictines dan chartreuses merupakan minuman keras buatan rahib atau biarawan dari ordo Bénédictine dan Chartreux (Arifin dan Soemargono 1999:95,157). Para biarawan tersebut diberi hak oleh pemerintah yang sedang berkuasa ketika itu sedang berkuasa untuk memproduksi minuman beralkohol tersebut. Hal itu sebagaimana tercermin dalam kutipan ««avec privilège du Roy», qui réunissaient, dans une trinité atroce, l Eglise, l alcool et la Royauté «dengan hak istimewa raja», yang mempersatukan dalam sebuah tri tunggal mengerikan, yakni gereja, alkohol dan kerajaan». Tiga kemelut yang dimaksud di atas adalah gereja, alkohol, dan kerajaan. Hal itu disebut kemelut karena ketiganya memiliki kekuasaan tirani untuk menghancurkan masyarakat. Dengan asumsi bahwa kerajaan sebagai kekuasaan tertinggi di Prancis melegalkan gereja untuk memproduksi minuman keras yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat secara berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan moral masyarakat pada waktu itu. Oleh karena itu, para murid diberi

66 38 penjelasan yang mampu menyadarkan mereka untuk melawan tiga kekuasaan yang mampu membinasakan masyarakat secara moral tersebut. Dalam kutipan «Au-dela de lutte contre ces trios fléaux, le programme de leurs etudes était très vaste, et admirablement conçu pour en faire les instructeurs du peuple, qu ils pouvaient comprendre à merveille, car ils étaient presque tous fils de paysans ou d oùvriers Lebih jauh mengenai pergulatan melawan tiga kemelut ini, program dari pendidikan mereka sangatlah luas. Dengan hebat membentuk pendidik-pendidik dari masyarakat, yang dapat memahami keajaiban, karena mereka hampir semua merupakan anak petani atau buruh» membuktikan bahwa masyarakat di sekitar mereka, termasuk orang tua mereka sendiri yang berada dibawah kendali kerajaan dan gereja yang juga tergantung pada minuman keras, akan tetapi jiwa anak-anak muda ini terdidik dan diajari agar tidak percaya pada gereja dan tidak terpengaruh oleh kerajaan juga agar tidak mengikuti jejak orang tua mereka yang kecanduan minuman keras. Unsur homo duplex yang terdapat dalam kutipan tersebut dibuktikan oleh adanya dua diri dalam masyarakat Prancis, khususnya murid-murid di sekolah keguruan École Normale Supérieure. École Normale Supérieure atau yang biasa disebut Normale Sup, Normale, atau biasa disingkat ENS ini merupakan sebuah perguruan tinggi negeri yang menelurkan guru-guru berkualitas di Prancis. Sekolah tinggi ini didirikan pada tahun 1794, atau sekitar masa revolusi Prancis. Di sekolah tinggi filsafat ini para murid dilatih untuk berjiwa kritis dan dipahamkan tentang nilai-nilai sekular. Para alumninya tersebar di seluruh Prancis dengan profesi sebagai filsuf, penulis, ilmuan, negarawan, dan bahkan orang gereja (

67 39 Secara otomatis, ketika sedang berada di rumah bersama keluarga, mereka harus menerima kenyataan bahwa orang tua mereka adalah pecandu alkohol. Selain itu, para murid ini harus berada di bawah kendali aturan pemerintah yang secara otomatis dipengaruhi oleh gereja, sementara itu di sekolah mereka diajari untuk menentang ketiga hal tersebut, sehingga tampak jelas adanya fakta homo duplex dalam diri setiap murid di sekolah tinggi fisafat tersebut. Pagnol menggambarkan tentang kondisi ENS yang ada di Prancis pada masa itu. Di sekolah tersebut, para guru mengajarkan kepada murid-muridnya pelajaran tentang paham yang menentang gereja alih-alih memberi pelajaran agama. Kutipan berikut ini merupakan realitas pendidikan pada masa itu. Bagi para murid yang telah lulus dari sekolah pendidikan, mereka disebar di beberapa tempat di Prancis untuk menjadi guru. Biasanya mereka akan ditempatkan di desa lalu akan dipindah ke daerah pinggiran kota kemudian bagi guru yang berprestasi akan dipindah dan menetap di kota. Setelah menyelesaikan tugas, mereka akan pensiun dan hidup di pedasaan untuk bercocok tanam, seperti terdapat dalam kutipan berikut ini. (4) On fêtait un jour, solennellement, ses palmes académiques : trois ans plus tard, il «prenait sa retraite», c est le règlement la lui imposait. Alors, souriant de plaisir, il disait «je vais enfin pouvoir planter mes choux» Sur quoi, il se couchait, et il mourait. J en ai connu beaucoup, de ces maîtres d autrefois. (LGMP/1/19) Suatu hari kelak mereka membuat perayaan, sebuah pesta resmi. Medali penghargaan dalam bidang akademik mereka: tiga tahun kemudian, dia pensiun, yaitu karena peraturanlah yang membuatnya harus begitu. Jadi, sambil tersenyum bahagia, dia berkata akhirnya saya bisa menanam kubis Di atas mana, dia tidur dan dia meninggal dunia. Saya mengenal model guru-guru seperti ini jaman dulu.

68 40 Pernyataan Pagnol di atas menunjukkan bahwa para guru yang rata-rata sudah pensiun memilih untuk hidup di desa dan menanam kubis. Anasir homo duplex terlihat pada kutipan «c est le règlement la lui imposait. yaitu karena peraturanlah yang membuatnya harus begitu». Peraturan di sini merupakan perwakilan dari masyarakat karena peraturan dibuat oleh masyarakat. Peraturanlah yang membuat para guru ini harus melakukan perayaan penghargaan bidang akademik dan mereka harus pensiun pada waktu yang telah ditentukan. Secara individu, tentu saja masing-masing individu memiliki keinginaan dan harapanharapan tersendiri. Misalnya ada di antara para guru yang pensiun itu yang masih ingin mengajar tapi kembali pada peraturan sebagai representasi masyarakat yang mengharuskannya pensiun pada waktunya. Termasuk rata-rata pensiunan guru yang senang hidup tenang dan menjadi petani kemudian mati dengan tenang pula di tempat tidur, meskipun tidak semua individu pensiunan guru di Prancis masa itu yang menginginkan menghabiskan sisa umur mereka di desa. Namun, sebagian pensiunan guru menghabiskan sisa umur mereka dengan tinggal di desa kemudian bertani sebagaimana tercantum dalam kutipan «je vais enfin pouvoir planter mes choux akhirnya saya bisa menanam kubis». Hal tersebut dipertegas oleh Pagnol sebagai saksi hidup yang mengetahui fakta-fakta tentang pensiunan guru-guru negeri di Prancis melalui kutipan «J en ai connu beaucoup, de ces maîtres d autrefois Saya mengenal model guru-guru seperti ini jaman dulu».

69 Realitas Homo Duplex Masyarakat Prancis yang Direpresentasikan oleh Keluarga Marcel Pagnol Data-data berikut ini menunjukkan analisis mengenai ideologi masyarakat Prancis yang tercermin oleh keluarga Marcel Pagnol. Keluarga Pagnol menjadi representasi kolektif masyarakat Prancis pada abad ke-20. Pagnol memulai roman La Gloire de Mon Père dengan menceritakan tentang tempat dia dilahirkan dan asal usul keluarganya. Kutipan berikut ini bercerita mengenai kakek Pagnol yang berprofesi sebagai seorang pemahat batu. (5) Dès qu il avait un jour de liberté c est-à-dire cinq ou six fois par an il emmenait toute la famille déjeuner sur l herbe, à cinquante mètres du pont du Gard. Pendant que ma grande-mère préparait le repas, et les enfants petaugeaient dans la rivière, il montait sur les tabliers du monument, prenait des messures, examinait des joints, relevait des coupes, caressait des pierres. Après le déjeuner, il s asseyait dans l herbe, devant la famille en arc de cercle, en face du chef d œuvre millénaire, et jusqu au soir, il le regardait. C est pourqoui, trente ans plus tard, ses fils et ses filles, au seul nom du pont du Gard, levaient les yeux au ciel, et poussaient de longs gémissements. (LGMP/1 /13-14) Segera setelah dia memiliki hari libur yaitu lima atau enam kali per-tahun, dia mengajak seluruh anggota keluarga untuk sarapan di atas rumput, berjarak lima puluh meter dari Pont du Gard. Selama nenekku menyiapkan menu, sedangkan anak-anak bermain air di sungai, dia naik ke atas tirai bangunan, mengukur, menguji engsel, menangkap pukulan, membelai-belai batunya. Setelah selesai sarapan, dia duduk di atas rerumputan, di depan keluarganya yang membentuk setengah lingkaran, di hadapan hasil karya agung yang berusia lebih dari seribu tahun, dan dia memandanginya sampai sore. Itulah mengapa, tigapuluh tahun kemudian, anak-anaknya, ketika sekali saja mendengar nama Pont du Gard disebut, mereka langsung menengadahkan wajah ke langit dengan mata terbuka sambil mengeluarkan keluhan yang panjang. Tokoh Marcel Pagnol mencoba mengungkapkan sebuah perwujudan homo duplex melalui karakter kakeknya yang ketika memiliki hari libur ia sering

70 42 mengajak seluruh anggota keluarga untuk berekreasi di dekat Pont du Gard. Pont du Gard dibangun oleh Marcus Vipsanius Agrippa (63-12 SM). Pont-du-Gard adalah tempat untuk mengalirkan air yang terbuat dari batu yang beratnya mencapai enam ton. Bangunannya terdiri dari tiga tingkatan melintasi sungai Gardon, yang paling atas adalah kanal air walaupun tampak seperti jembatan. Pont-du-Gard terletak di kota Vers-Pont-du-Gard, dekat Remoulins, Departemen Gard di daerah selatan Perancis. Bangunan ini diciptakan untuk memasok air bagi Romawi dari Uzès ke Nimes (ketika masih menjadi kota Romawi kuno bernama Nemausus). Bangunan ini telah ditambahkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia pada tahun 1985 karena adanya nilai sejarah yang penting ( Kakek Pagnol yang seorang tukang pahat batu sangat mengagumi jembatan tersebut, sebagaimana tampak dalam kutipan «il montait sur les tabliers du monument, prenait des messures, examinait des joints, relevait des coupes, caressait des pierres dia naik ke atas tirai bangunan, mengukur, menguji engsel, menangkap pukulan, membelai-belai batunya» dan «en face du chef d œuvre millénaire, et jusqu au soir, il le regardait di hadapan hasil karya agung yang berusia lebih dari seribu tahun, dan dia memandanginya sampai sore». Dalam kutipan di atas tampak bahwa hakikat kakek Pagnol sebagai makhluk individu lah yang ditonjolkannya. Dalam hakikat dua diri manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, tidak selamanya sisi sosial yang diutamakan. Sebagaimana data di atas, kakek Pagnol tidak mempedulikan bagaimana perasaan anak-anaknya sebagai makhluk sosial yang ada di sekitarnya. Pada kenyataanya, anak-anaknya tidak menyukai kegiatan tersebut. Namun

71 43 karena memerankan tokoh masyarakat sebagai seorang anak yang harus hormat dan taat kepada orang tua maka mereka pun menuruti keinginan ayahnya. Bentuk ketidaksenangan anak-anaknya tersirat dalam kutipan «C est pourqoui, trente ans plus tard, ses fils et ses filles, au seul nom du pont du Gard, levaient les yeux au ciel, et poussaient de longs gémissements Itulah mengapa, tigapuluh tahun kemudian, anak-anaknya, ketika sekali saja mendengar nama Pont du Gard disebut, mereka langsung menengadahkan wajah ke langit dengan mata terbuka sambil mengeluarkan keluhan yang panjang». Kutipan tersebut juga menunjukkan bahwa dikarenakan ayah mereka sangat mengagumi Pont du Gard, dengan sekali mendengar nama jembatan yang terkenal di Prancis itu disebut, anak-anaknya langsung teringat dengan ayahnya. Kemudian secara spontan, mereka mengeluarkan keluhan yang panjang. Di dekat rumah Pagnol ada rumah pemotongan hewan. Selagi ada kesempatan dia memperhatikan proses penjagalan di tempat tersebut. (6) Pendant que ma mere faisait son petit ménage, je grimpais sur une chaise, devant la fenêtre de la salla à manger, et je regardais l assasinat des bœufs et des porcs avec le plus vif intérêt. Je crois que l homme est naturellement cruel : les enfants et les sauvages en font la preuve chaque jour. (LGMP/1/30) «Selama ibuku mengerjakan pekerjaan rumah kecilnya, aku naik ke atas kursi, di depan jendela di ruang makan, dan aku menyaksikan pembunuhan sapi dan babi dengan perhatian yang paling besar. Aku yakin bahwa manusia memiliki sifal alami yang kejam : anak-anak dan binatang buas membuktikannya setiap hari. Dalam kalimat «Je crois que l homme est naturellement cruel : les enfants et les sauvages en font la preuve chaque jour Aku yakin bahwa manusia memiliki sifal alami yang kejam : anak-anak dan binatang buas membuktikannya setiap hari», menggambarkan sebuah pemikiran homo duplex bahwa diri Pagnol secara pribadi menganggap manusia itu memiliki sifat dasar nakal karena tega

72 44 membunuh binatang, padahal beberapa hewan memang diciptakan untuk dikonsumsi manusia. Terlepas dari dia masih kanak-kanak, dia melihat pada anakanak dan binatang-binatang buas yang tega melakukan pembantaian terhadap makhluk yang lebih lemah. Misalnya anak-anak tega membunuh semut. Dilihat dari kacamata masyarakat, hal itu memang wajar dan alami. Hal tersebut terbukti dengan anggapan bahwa Pagnol yang masih anakanak menganggap penyembelihan terhadap hewan-hewan ternak merupakan sesuatu yang lucu dan bisa membuat tertawa, namun ibunya ternyata memiliki pendapat lain. (7) Mais ma mère, qui survenait toujours au meilleur moment, me faisait descendre de mon observatoire, et tout en coupant des cubes de viande pour le pot-au-feu familial elle me tenait des propos incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher. (LGMP/1/31) Tapi ibuku, yang selalu datang di saat yang terbaik, menurunkan diriku dari pengamatanku. Dan sambil memotong daging membentuk kubus untuk menu le pot-au-feu dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si sapi yang malang, keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si jagal itu. Melalui kutipan «elle me tenait des propos incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si sapi yang malang, keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si jagal itu», ibu Marcel Pagnol berusaha menanamkan perasaan simpati pada diri putranya. Pagnol menganggap proses penyembelihan dan proses hewan yang sekarat adalah sesuatu yang lucu dan untuk ditertawakan, padahal menurut ibunya dan bisa juga menurut orang lain di sekitarnya, proses penjagalan memang harus ada tetapi sebagai manusia tidak boleh menertawakannya atau menjadikannya lelucon melainkan harus kasihan,

73 45 karena hewan-hewan tersebut tidak punya pilihan lain selain agar dapat dikonsumsi manusia. Dari hal yang kecil itulah manusia akan mampu bersimpati dan berempati terhadap sesama makhluk hidup. Realitas homo duplex yang terdapat dalam analisis di atas dapat dilihat ketika Pagnol mengamati proses penjagalan dan menganggapnya sebagai lelucon, di sisi lain dia harus mendengarkan pendapat ibunya meskipun dia menganggap pendapatnya itu tidak masuk akal. Namun karena pada kenyataanya selain Pagnol adalah makhluk individu dia juga makhluk sosial, maka dia pun lebih mengutamakan hakikat dirinya sebagai makhluk sosial sehingga dia tidak membantah ibunya meskipun ibunya dianggap memunculkan ide yang dianggapnya tidak logis. Terkadang ibu Marcel Pagnol juga memiliki kekhawatiran yang berlebihan mengenai kecerdasan anaknya. Ketika ibunya hendak belanja ke pasar, Pagnol kecil yang belum berusia enam tahun selalu dititipkan di kelas ayahnya mengajar. Dia menjadi terbiasa melihat ayahnya mengajar di kelas membaca. Pagnol sendiri memiliki kecerdasan lebih dibanding anak-anak lain yang seusianya atau bahkan yang lebih tua darinya sehingga dia bisa membaca lebih dini hanya dengan sering melihat sang ayah mengajari murid-muridnya. Hal tersebut membuat ibunya ketakutan karena umurnya yang belum cukup untuk menerima pelajaran. Ibunya khawatir otaknya akan meledak. Kekhawatiran tersebut muncul pada kalimat berikut. (8) Non, je n avais mal à la tête, mais jusqu à l age de six ans, il ne me fut plus permis d entrer dans une classe, ni d ouvrir un livre, par crainte d une explosion cérébrale. Elle ne fut rassurée que deux ans plus tard, à la fin de mon premier trimestre scolaire, quand mon institutrice lui

74 46 déclara que j étais doué d une mémoire surprenante, mais que ma maturité d esprit était celle d un enfant au berceau. (LGMP/1/33) Tidak, saya tidak sakit kepala, tapi sampai umur enam tahun, ayah tidak mengizinkan lagi saya untuk masuk ke dalam kelas, juga tidak boleh membuka sebuah buku, karena takut otak meletus. Ibu tidak percaya sampai dua tahun kemudian, pada akhir triwulan sekolahku, ketika guruku memberitahu dia bahwa saya memiliki bakat ingatan yang mengagumkan, tapi kematangan psikologis saya adalah anak yang masih dalam buaian. Pada dasarnya, Pagnol pandai membaca tetapi kedua orang tuanya melarang karena takut anaknya mengalami kerusakan otak. Mereka belum menyadari jika anak mereka memiliki bakat. Kutipan «Elle ne fut rassurée que deux ans plus tard, à la fin de mon premier trimestre scolaire, quand mon institutrice lui déclara que j étais doué d une mémoire surprenante, mais que ma maturité d esprit était celle d un enfant au berceau Ibu tidak percaya sampai dua tahun kemudian, pada akhir triwulan sekolahku, ketika guruku memberitahu dia bahwa saya memiliki bakat ingatan yang mengagumkan, tapi kematangan psikologis saya adalah anak yang masih dalam buaian» menunjukkan bahwa orang tua Pagnol tetap menghawatirkan jika otak anaknya rusak. Sejak kejadian Pagnol bisa membaca, dia tidak diizinkan lagi oleh kedua orang tua mereka mengikuti kelas sang ayah atau membaca buku apapun sampai dua tahun kemudian ketika dia sudah masuk sekolah. Bahkan ibunya baru percaya jika anaknya memiliki bakat setelah guru Pagnol mengatakan pada akhir triwulan bahwa, meskipun secara psikis Pagnol masih anak-anak namun secara kecerdasan dia memiliki tingkat intelelektualitas yang lebih tinggi dibanding anak-anak seusianya. Dari kutipan (8) tampak adanya unsur homo duplex, karena adanya hakikat dua diri dalam individu ibu Pagnol yakni ketika dia melarang anaknya belajar membaca dengan ikut di kelas ayahnya atau membaca buku apapun.

75 47 Sebagai individu dia takut anaknya mengalami kerusakan otak, dia tidak mempedulikan keinginan anaknya untuk mengasah kemampuannya sejak usia dini dikarenakan ketidakmengertiannya mengenai bakat bawaan yang dimiliki oleh anak sulungnya tersebut. Bentuk pemikiran homo duplex juga muncul saat Marcel Pagnol memperkenalkan adiknya, Paul. (9) Mon frère Paul était un petit bonhomme de trois ans, la peau blanche, les joues rondes, avec de grands yeux d un bleu très clair, et les boucles dorées de notre grand-père inconnu. Il était pensif, ne pleurait jamais, et joait tout seul, sous une table, avec un bouchonou un bigoudi ; mais sa voracité était surprenante : de temps à autre, il y avait un drame éclaire : on le voyait tout à coup s avancer, titubant, les bras écartés, la figure violette. Il était en train de mourir suffoque. Ma mère affolée frappait dans son dos, enfonçait un doight dans sa gorge, ou le secouait en le tenant par les talons, comme fit jadis la mère d achille. Alors dans un râle affreux, il expulsait une grosse olive noire, un noyau de pêche, ou une longue lanière de lard. Après quoi, il reprenait ses jeux solitaires, accroupi comme un grand crapaud. (LGdMP/1/35) Adikku Paul adalah seorang anak kecil berumur tiga tahun, kulitnya putih, pipinya tembam, dengan bola mata besar berwarna biru cerah, dan rambut ikalnya yang berwarna keemasan didapatnya dari kakek kami yang tak dikenal. Dia asik dengan pikirannya sendiri, tidak pernah menangis, dan selalu bermain sendirian di bawah meja, dengan sebuah gabus atau dengan sebuah rol rambut ; tetapi kerakusannya mengejutkan : kadang-kadang, terjadi tragedi : tiba-tiba dia berjalan terhuyung-huyung dengan lengan direntangkan, wajahnya pucat pasi. Dia sedang setengah mati tercekik. Ibuku memukuli punggungnya dengan bingung, dia memasukkan jari ke dalam tenggorokan Paul, atau menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil memegangi tumitnya, seperti yang dilakukan ibunya Achille dulu. Sesudah itu, dengan suara nafas yang menegerikan, dia memuntahkan buah zaitun berwarna hitam besar, biji persik, atau lemak babi yang dipotong panjang. Setelah itu, dia kembali bermain sendirian dengan mainanmainannya, berjongkok seperti seekor katak besar. Pada kutipan «Il était pensif, ne pleurait jamais, et joait tout seul, sous une table, avec un bouchonou un bigoudi Dia asik dengan pikirannya sendiri,

76 48 tidak pernah menangis, dan selalu bermain sendirian di bawah meja, dengan sebuah gabus atau dengan sebuah rol rambut», menegaskan bahwa Paul memiliki karakter penyendiri. Paul bisa menyenangkan dirinya sendiri hanya dengan bermain mainan remeh temeh. Pagnol mengatakan bahwa adiknya sangat rakus sampai membuatnya keheranan. Hal itu terlihat dengan kebiasaanya menelan makanan bulat-bulat tanpa perlu banyak mengunyahnya. Sampai-sampai anak itu pernah hampir mati tersedak makanan, sehingga ibunya yang berjuang mengeluarkan makanan yang menyumbat kerongkongan adiknya. Tampak dalam kalimat «Ma mère affolée frappait dans son dos, enfonçait un doight dans sa gorge, ou le secouait en le tenant par les talons Ibuku memukuli punggungnya dengan bingung, dia memasukkan jari ke dalam tenggorokan Paul, atau menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil memegangi tumitnya», jika ibu Pagnol yang membantu mengeluarkan makanan-makanan yang hampir membunuh adiknya itu. Usaha ibunya memberi bukti bahwa Paul sebagai makhluk sosial lebih utama daripada Paul sebagai makhluk individu. Meskipun pada akhirnya dia kembali kepada individualitasnya sebagai dirinya sendiri yang penyendiri yang tampak dalam kutipan «Après quoi, il reprenait ses jeux solitaires Setelah itu, dia kembali bermain sendirian dengan mainan-mainannya, berjongkok seperti seekor katak besar». Meskipun demikian, Paul merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain, apalagi dia masih anak-anak yang berusia tiga tahun. Fenomena homo duplex pada diri Paul ialah ketika ia yang penyendiri ternyata masih membutuhkan ibunya untuk bertahan hidup ketika dia tersedak makanan yang biasa ditelannya tanpa banyak dukunyahnya.

77 49 Ketika umur Marcel Pagnol mendekati enam tahun, dia masuk ke sekolah taman kanak-kanak. Setiap hari kamis dan minggu, Bibi Rose mengajaknya jalanjalan di taman Borély dan selalu duduk di bangku yang sama. Biasanya ketika bibinya sedang merajut, Pagnol akan bermain sendirian seperti yang terdapat dalam kalimat-kalimat berikut ini. (10) Ma principale occupation était de lancer du pain aux canards. Ces stupides animaux me connaissaient bien. Dès que je montrai un croûton, leur flottille venait vers moi, à force de palmes, et je commençais ma distribution. Lorsque ma tante ne me regardait pas, tout en leur disant, d une voix suave, des paroles de tendresse, je leur lançais aussi des pierres, avec la ferme intention d en tuer un. Cet espoir, toujours deçu, faisait le charme de ces sorties, et dans le grinçant tramway du Prado, j avais des frémissements d impatience. (LGMP/1/38-39) Kesibukan utamaku adalah memberi roti pada itik-itik. Binatang bodoh ini sudah mengenalku dengan baik. Segera setelah saya mengangkat kulit roti, armada kecil mereka datang ke arahku, pada kaki selaput yang kuat, dan saya mulai membagikan. Dikarenakan bibi tidak memperhatikanku, semua dari mereka berbicara, dengan suara merdu, berbicara lembut, saya juga melempari mereka dengan batu-batu, dengan niat yang kuat agar bisa membunuh satu ekor. Harapan itu, selalu kecewa, melakukan dengan indah pelepasan itu, dan deritan trem dari Prado, saya gelisah dalam ketidaksabaran. Sebagai makhluk individu, tampak dalam kutipan di atas bahwa Marcel Pagnol memiliki karakter yang cukup bandel untuk ukuran anak-anak seusianya. Pada kutipan «je leur lançais aussi des pierres, avec la ferme intention d en tuer un saya juga melempari mereka dengan batu-batu, dengan niat yang kuat agar bisa membunuh satu ekor», menegaskan bahwa jika bibinya tidak melihat perbuatannya, dia ingin membunuh salah satu ekor itik. Dia berpura-pura menjadi anak yang manis dengan memberi roti pada itik-itik yang ada di sungai padahal dia juga menyertakan batu ketika melemparkan rotinya. Harapan Pagnol yang besar agar batu-batunya berhasil membunuh salah satu itik-itik itu selalu kandas,

78 50 dikarenakan kebisingan dari trem yang lewat sehingga dia merasa gelisah dan tidak sabar. Realitas homo duplex pada data (10) di atas hadir ketika Pagnol secara individu berhasrat ingin membunuh salah satu itik namun dia menyadari jika dilihat dari moralitas masyarakat, hal itu merupaka perbuatan yang amoral. Oleh karena itu, dia melakukan aksinya dengan sembunyi-sembunyi, yaitu dengan cara berpura-pura membagikan roti pada para penghuni sungai Borély tersebut. Begitu pula ketika penjaga taman tersebut memperhatikan apa yang dia lakukan, dia akan bersikap manis dan membagikan roti pada itik sambil melontarkan kalimat-kalimat menyenangkan. Kalimat berikut mempertegas ide mengenai homo duplex pada tokoh Marcel Pagnol. (11) Le garde un blassé me parut peu intéressé par ce spectacle : il tourna simplement le dos, et s en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j eus la joie un peu inquiète d atteindre en pleine tête le vieux père canard. Mais au lieu de chavirer et de couler à pic comme je l espérais ce dur-à-cuire vira de bord, et s enfuit à toutes palmes, en poussant de grands cris d indignation. A dix mètres du bord, il me lança toutes les injures qu il savait, soutenu par les cris déchirants de toute sa famille. (LGMP/1/39-40) Penjaga yang bosan tampak olehku kurang tertarik pada pertunjukan ini : dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang sidikat cemas mengenai tengah-tengah kepala bapak itik tua. Tapi di tengahtengah terbalik karam dengan menukik seperti yang saya harapkan si sukar untuk dimasak ini menepi, dan melarikan kaki-kaki berselaputnya, sambil meneriakkan teriakan keras karena kesal. Sepuluh meter dari tepian dia berhenti dan kembali ke arah saya, masuk ke dalam air dan mengepak-epakkan sayapnya, dia melontarkan pada saya semua luka yang dia bisa, tertahan oleh jeritan yang menyayat hati dari semua keluarganya. Dari kutipan «il tourna simplement le dos, et s en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j eus la joie un peu inquiète d atteindre en pleine tête le vieux père canard dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan

79 51 langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang sidikat cemas mengenai tengah-tengah kepala bapak itik tua» dapat diketahui jika Pagnol hanya akan melakukan usahanya untuk membunuh itik-itik tersebut ketika tidak ada seorang pun yang melihat aksinya. Realitas homo duplex dari data tersebut muncul ketika Marcel Pagnol tidak berani melempari itik dengan batu ketika ada penjaga taman. Sebaliknya ketika tidak ada penjaga yang mengamatinya dia segera melempari itik dengan batu meskipun tentu saja dengan perasaan cemas, karena jika ada orang yang melihat apa yang dikerjakannya, tentu orang itu akan melarangnya. Alhasil Pagnol melempari itik dengan sembunyi-sembunyi dan perasaan cemas yang menghinggapinya karena takut ada yang menangkap basah perbuatanya itu merupakan wujud adanya elemen homo duplex. Di satu sisi, dia sangat berhasrat membunuh si itik namun disisi lain, sebagai makhluk sosial perbuatannya itu merupakan sebuah tindakan yang menyalahi aturan masyarakat. Pada suatu pagi ketika sedang sarapan, ayah dan ibu Pagnol sedang berkumpul di ruang makan, kemudian Pagnol menyambangi mereka karena kopi susunya pun sudah tersedia di meja makan. (12) Elle me demanda : - Tu t es lavé les pieds? Comme je savais qu elle attachait une importance particulière à cette opération futile, et dont la nécessité me parassait inexplicable (puisque les pieds, ça ne voit pas), je repondis avec assurence : - Tous les deux. - Tu t es coupé les ongles? Il me sembla que l aveu d un oubli confirmerait la réalité du reste. - Non, dis-je, je n y ai pas pensé. Mais je les ai taillés dimanche. - Bien, dit-elle. Elle parut satisfaite. Je les fus aussi. (LGMP/1/55) Dia bertanya pada saya : - Kamu sudah mencuci kakimu?

80 52 Karena saya tahu bahwa dia menambatkan suatu kepentingan tertentu pada pekerjaan remeh-temeh ini, dan kebutuhan yang bagiku terlihat tak dapat dijelaskan (dikarenakan kaki tidak terlihat), saya menjawab dengan pasti : - Dua-duanya. - Kamu sudah memotong kuku jari kakimu? Sepertinya pengakuan bahwa saya lupa mengonfirmasi kenyataan yang tersisa. - Tidak, saya bilang, saya tidak kepikiran. Tapi saya sudah memotongnya pada hari minggu. - Bagus, katanya. - Dia tampak puas. Begitu pula saya. Bagi ibu Pagnol atau ibu-ibu lainnya, sudah menjadi hal yang biasa untuk menanyakan apakah anaknya sudah mengerjakan kewajibannya. Salah satunya dengan menanyakan apakah Pagnol sudah membersihkan kakinya atau belum, sebagaimana terdapat dalam kutipan «Comme je savais qu elle attachait une importance particulière à cette opération futile, et dont la nécessité me parassait inexplicable (puisque les pieds, ça ne voit pas), je repondis avec assurence Karena saya tahu bahwa dia menambatkan suatu kepentingan tertentu pada pekerjaan remeh-temeh ini, dan kebutuhan yang bagiku terlihat tak dapat dijelaskan (dikarenakan kaki tidak terlihat), saya menjawab dengan pasti». Menurut sudut pandang Pagnol saat itu, ibunya sangat berlebihan dalam mengurusi hal-hal sepele seperti mencuci kaki dan memotong kuku. Dikarenakan sudah terbiasa dengan pertanyaan macam itu, Pagnol memilih untuk berbohong pada ibunya bahwa dia sudah mengerjakan pekerjaan tersebut. Realitas homo duplex yang terdapat dalam pribadi Marcel Pagnol adalah ketika dia memilih untuk membohongi ibunya demi menghindari kemarahan sang ibu atau perintah untuk mengerjakan pekerjaan yang dianggap sepele olehnya namun penting bagi ibunya saat itu juga. Perintah-perintah yang sama pun dialami

81 53 oleh Paul ketika dia ikut bergabung dalam rutinitas pagi itu, yang tampak dalam percakapan (13) berikut ini. (13) J allais poser mille questions, lorsque ma mère me dit: - Mange. Et comme j oubliais ma tartine, elle poussa ma main vers ma bouche. Puis, elle se tourna vers Paul : - Toi, va d abord mettre tes pantoufles, sinon tu vas nous faire encore une angine. Allez, file! Il fila. (LGMP/1/56) Saya hendak mengajukan ribuan pertanyaan, ketika ibu berbicara pada saya : - Makan. Dan karena saya lupa kue saya, dia mendorong ke arah mulut saya. Kemudian, dia beralih kepada Paul : - Kamu, pakai dulu sepatu rumahmu, jika tidak kamu akan terkena radang amandel. Ayo segera! Paul pun beranjak. Dalam kalimat «comme j oubliais ma tartine, elle poussa ma main vers ma bouche karena saya lupa kue saya, dia mendorong ke arah mulut saya», Pagnol menunjukkan bahwa hasrat individunya yang ingin menanyakan banyak hal dihalau oleh ibunya dan agar dia segera memakan kuenya. Begitu pula dengan yang terjadi dengan Paul. Paul yang dengan sesuka hatinya tidak mau memakai sandal rumah harus rela menepis hasrat individunya itu, yang kemudian ia pun beranjak dan mengambil sandal rumahnya. Hal itu terlihat dalam kutipan «Toi, va d abord mettre tes pantoufles, sinon tu vas nous faire encore une angine. Allez, file! - Il fila Kamu, pakai dulu sepatu rumahmu, jika tidak kamu akan terkena radang amandel. Ayo segera! - Paul pun beranjak». Sikap menurut yang dilakukan oleh Pagnol dan saudaranya memunculkan fenomena homo duplex. Di satu sisi menuruti pribadi masing-masing, Marcel dan Paul ingin melakukan sesuatu yang menurut orang lain (di sini ibunya) tidak boleh dilakukan akan tetapi pada akhirnya mereka menurut dengan melakukan hal yang

82 54 sama yang diharapkan orang lain atau masyarakat lain di sekitarnya. Seperti untuk tidak banyak berbicara ketika sedang makan dan memakai sandal rumah agar tidak terkena radang amandel. Meskipun mereka ingin melakukan segala sesuatu sesuai kehendak individu masing-masing tetapi mereka tidak bisa melakukannya karena ibunya yang merupakan representasi dari masyarakat melarang mereka bertindak di luar kebiasaan. Pagnol beserta keluarganya sedang mengadakan perjalanan menuju vila untuk menghabiskan liburan musim panas. Mereka menyewa petani yang memiliki bagal jantan untuk membawakan barang-barang kebutuhan mereka. Dalam perjalanan, mereka kadang-kadang beristirahat. Kesempatan ini digunakan Paul untuk bersenang-senang bersama si bagal jantan. Perasaan iri yang menghinggapi hati kecil Marcel Pagnol ketika menyaksikan adiknya naik bagal jantan pada kutipan (14) berikut ini juga menunjukan adanya fakta homo duplex. (14) Paul poussa un cri de joie et courut à la rencontre du mulet : le paysan le prit par les hanches et le mit à califourchon sur l encolure de l animal C est ainsi qu il vint à notre hauteur : cramponné au collier, ivre de fierté et de peur, il avait un petit sourire, à mi-chemin entre la joie et la panique. Cependant, une honteuse jalousie me dévorait. (LGMP/1/81) Paul mengeluarkan jeritan senang dan berlari mendekati si bagal jantan : pak tani menaikkannya ke pangkal paha lalu mendudukannya de leher binatang tersebut yang tingginya sampai setinggi kami : menempel terus pada leher, terbuai oleh kebanggaan dan ketakutan, dia tersenyum kecil, di tengah-tengah antara senang dan panik. Meskipun demikian, aku diserang perasaan malu karena iri. Paul sangat senang ketika pak tani menaikkannya ke punggung bagal jantan yang mengangkut barang-barang mereka dalam sebuah perjalanan menuju vila musim panas. Hal itu membuat Pagnol ingin merasakan kebahagiaan yang sama, namun karena dia menyadari bahwa status sosialnya sudah lebih dewasa dibanding adiknya, dia pun merasa malu karna sempat merasa iri terhadap

83 55 adiknya yang dibuktikan dengan kalimat «Cependant, une honteuse jalousie me dévorait Meskipun demikian, aku diserang perasaan malu karena iri». Rasa malu karena telah cemburu pada kebahagiaan adiknya merupakan pembuktian adanya elemen homo duplex, karena Marcel Pagnol tidak dapat menghindari rasa iri hati saat melihat adiknya dinaikkan bagal jantan oleh pak tani. Hanya saja, Marcel Pagnol sadar bahwa dia sudah lebih besar dan tidak pantas diperlakukan seperti adiknya yang tentu saja lebih kecil dibandingkan dirinya. Kesadaran akan status sosial sebagai seorang kakak inilah yang membuatnya merasa malu karena sempat merasa iri terhadap saudaranya. Mereka tiba di tempat tujuan mereka di Bastide Neuve. Bastide Neuve, sebagaimana disebutkan dalam novel La Gloire de Mon Père pada halaman 99 merupakan reruntuhan tanah pertanian tua, yang dibangun kembali tiga puluh tahun kemudian oleh seorang pria dari kota, yang menjual kain untuk tenda, kain pel, dan sapu. Ayah dan paman Marcel Pagnol menyewanya seharga 80 francs per tahun (atau empat mata uang emas Prancis lama). Ketika sedang terjadi badai, keluarga Pagnol dan Paman Jules berkumpul di ruang keluarga. Paman Jules bercerita tentang kebun anggur. Hingga suatu ketika Paman Jules melontarkan pertanyaan pada Marcel Pagnol, yang jawabannya justru membuat Paman Jules tidak senang. (15) - Voilà le résultat d une école sans Dieu! Les effets grandioses de l Amour, il les attribue à la crainte du Sulfate de Cuivre! Cet enfant, qui n est pas un monstre, vient donc de faire spontanément une réponse montrueuse. Mesurez, mon cher Joseph, la grandeur de vos effrayentes responsabilités! - Voyons, Jules, dit ma mère, vous pensez bien qu il a dit ça pour rire! - Pour rire? s écria l oncle. Ce serait encore pire!... Je préfère croire qu il n a pas bien compris ma question. (LGMP/1/119)

84 56 - Ini dia hasil sebuah sekolah tanpa Tuhan! Efek yang mengesankan tentang cinta, sekolah itu memberi murid-muridnya ketakutan pada sulfat tembaga! Bocah ini, yang bukanlah seorang monster, baru saja memberi jawaban secara sepontan seperti monster. Pikirkan itu Joseph, besarnya tanggung jawab yang mengerikan! - Lihat, Jules, kata ibuku, pikirkan baik-baik kalau dia mengatakan itu untuk lelucon! - Untuk lelucon? Teriak paman. Itu malah lebih buruk lagi! Saya lebih suka mempercayai bahwa dia tidak memahami dengan baik pertanyaanku. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa Paman Jules memiliki ide bahwa keponakannya yang masih polos itu memiliki dua hakikat diri yang saling bertentangan. Hal itu ditunjukkan melalui ucapannya, «Cet enfant, qui n est pas un monstre, vient donc de faire spontanément une réponse montrueuse Bocah ini, yang bukanlah seorang monster, baru saja memberi jawaban secara sepontan seperti monster». Paman Jules menganggap jika pada hakikatnya Pagnol bukanlah anak yang mengerikan, namun karena pengaruh dari ayah dan lingkungan sekolahnya dia menjadi manusia yang tumbuh menjadi seperti monster. Bahkan Paman Jules tidak bisa mengerti pembelaan ibu Pagnol yang mengatakan bahwa jawaban putranya itu dilontarkannya untuk sebuah lelucon. Bagi Paman Jules jawaban Marcel Pagnol yang menyiratkan ketidakadaan campur tangan Tuhan dalam urusan kehidupan di dunia ini menunjukkan hasil didikan ayah dan sekolahnya yang atheis. Hal itu disiratkan oleh kalimat «Voyons, Jules, dit ma mère, vous pensez bien qu il a dit ça pour rire! - Pour rire? s écria l oncle. Ce serait encore pire!... Je préfère croire qu il n a pas bien compris ma question Lihat, Jules, kata ibuku, pikirkan baik-baik kalau dia mengatakan itu untuk lelucon! - Untuk lelucon? Teriak paman. Itu malah lebih buruk lagi! Saya lebih suka mempercayai bahwa dia tidak memahami dengan baik pertanyaanku»

85 57 Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan mengenai ide paman Jules bahwa Pagnol seharusnya bukanlah monster, akan tetapi karena pendidikan yang diberikan kepadanya adalah pendidikan atheis, maka dia pun tumbuh layaknya monster yang tidak percaya pada Tuhan. Fenomena homo duplex muncul pada tokoh Marcel Pagnol melaului pemikiran Paman Jules. Ide pertama adalah anggapan bahwa secara individu Marcel Pagnol kecil sebenarnya adalah manusia baik yang percaya pada Tuhan, namun disebabkan oleh ayahnya yang tidak percaya pada Tuhan memasukkannya ke sekolah atheis. Akibatnya dia terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya yang tidak percaya Tuhan, sehingga paman Jules beranggapan bahwa keponakannya menjadi seperti monster sebagaimana orang-orang di sekelilingnya. Aktivitas penting selanjutnya adalah rencana untuk berburu yang akan dilakukan oleh ayah dan paman Jules. Ketika dia mengetahui dirinya tidak diajak dia pun menjadi skeptis dan memaksa untuk ikut. Hal itu mebuat ayah dan pamannya menyerah dan terpaksa membohonginya. Mereka mengatakan jika Pagnol diizinkan untuk ikut. Dia merasa sangat senang karena mengira akhirnya ayah dan pamannya berkenan mengajaknya. Dia pun memiliki ide untuk tidak memberitahu Paul agar sang adik yang dianggapnya masih kecil tidak ingin ikut berburu juga. (16) - Seulement, dis-je ensuite, il ne faudra pas en parler à Paul, parce qu il trop petit. Il ne pourrait pas marcher si loin. - Hé hé, dit mon père, tu vas donc mentir à ton frère? - Je ne mentirai pas, mais je ne lui dirai rien. - Mais s il t en parle? dit ma mère. - Je lui menterai, parce que c est pour son bien. - Il a raison! dot mon oncle. Puis, me regardant bien dans les yeux, il ajouta :

86 58 - Tu viens de dire une parole importante, tâche de ne pas l oublier : il est permis de mentir aux enfants, lorsque c est pour leur bien. (LGMP/1/ ) - Hanya saja, kataku selanjunya, tidak perlu berbicara tentang ini pada Paul, karena dia terlalu kecil. Dia tidak bisa berjalan sangat jauh. - O o, kata ayahku, kamu akan berbohong pada adikmu? - Saya tidak akan berbohong, tapi saya tidak akan mengatakan apa-apa padanya. - Tapi, bagaimana kalau dia bicara padamu mengenai hal itu? Tanya ibuku. - Saka akan berbohong padanya karena itu demi kebaikannya. - Dia benar! Kata pamanku. Kemudian, sambil menatap ke dalam mataku, dia menambahkan: - Kamu baru saja mengatakan sebuah kalimat penting, wajib untuk tidak melupakannya: orang boleh berbohong kepada anak-anak, karena itu demi kebaikan mereka. Setelah merasa yakin telah diizinkan ikut berburu, Pagnol mengungkapkan idenya pada ayah dan pamannya agar mereka tidak memberitahu adiknya mengenai rencana mereka tersebut. Dia menganggap adiknya itu masih kecil, dia khawatir adiknya tidak sanggup berjalan terlalu jauh yang pada akhirnya pasti akan sangat merepotkan mereka. Pagnol merasa bahwa tidaklah berdosa berbohong kepada anak-anak dan kebohongan itu demi kebaikan saudaranya sendiri. Dia tidak menyadari jika dimata orang dewasa dia tidak ada bedanya dengan Paul. Pagnol baru berusia delapan tahun waktu itu. Oleh karena itu, Paman Jules memanfaatkan pemikiran keponakannya itu dengan member penegasan kepada ucapannya sebagaimana tampak dalam kutipan Tu viens de dire une parole importante, tâche de ne pas l oublier: il est permis de mentir aux enfants, lorsque c est pour leur bien Kamu baru saja mengatakan sebuah kalimat penting, wajib untuk tidak melupakannya: orang boleh berbohong kepada anak-anak, karena itu demi kebaikan mereka. Berdasarkan analisis di atas menunjukkan bahwa Marcel Pagnol secara kesadaran sosial mengetahui bahwa berbohong pada Paul yang masih kecil

87 59 merupakan perbuatan yang benar. Hal itu dia lakukan demi kebaikan adiknya sebagai wujud rasa sayang. Hanya saja dia tidak menyadari bahwa bagi orang dewasa dia juga masih anak-anak meskipun dia lebih tua dari adiknya. Di sini jelaslah bahwa dalam diri Marcel Pagnol terdapat fakta homo duplex. Pada hakikatnya dia sadar umurnya baru delapan tahun dan masih anak-anak tapi di sisi lain dia merasa sudah cukup dewasa karena dia seorang anak tertua. Pada suatu malam, Paman Pagnol mengatakan jika perburuan akan diundur padahal perburuan tetap akan dilakukan keesokan harinya. Pagnol akhirnya mengetahui jika dia dibohongi oleh semua orang dewasa karena diberitahu oleh Paul tentang rencana yang sebenarnya. Hakikat dua diri yang hadir dalam ide tubuh dan pikiran Marcel Pagnol dipertegas dalam kutipan berikut ini. (17) Je fis tourner, lentement, la clef Je tirai Le vantail vint à moi J entrai dans le vaste placard, je haussai la bougie : ils étaient là, les deux gros carniers de cuir fauve, avec leurs poches de filet Ils étaient gonflés à crever et, de chaque côté, pointait le goulot bouché d une bouteille Sur une étagère, à côté des carniers, les deux cartouchières que j avais garnies moi-même. Qulle fête se préparait! Une grande indignation me souleva, et je pris une décision farouche : j irais avec eux, malgré eux! (LGMP/1/165) Aku memutar perlahan-lahan kunci, aku menarik daun pintu ke arahku. Aku masuk ke lemari dinding yang luas, aku mengangkat lilin : mereka di sana, dua kantong besar yang terbuat dari kulit berwarna kekuningan, dengan kantong-kantong yang terbuat dari jaring. Mereka menggembung sampai hampir robek di setiap masing-masing sisinya, mencuat leher botol. Pada sebuah rak di samping kantong, kedua senapan yang telah ku lumas oleh diriku sendiri. Pesta macam apa yang sedang disiapkan! Kemarahan besar membakar diriku, dan aku mengambil sebuah keputusan: aku akan pergi bersama mereka meskipun mereka tidak mengizinkan. Setelah Paul memberitahu kebenaran mengenai keberangkatan dalam berburu yang tidak ditunda, Pagnol segera membuktikan hal itu dengan melihat persiapan di lemari makan di dapur ketika seluruh anggota keluarga sudah tertidur pulas. Pada kalimat «je pris une décision farouche: j irais avec eux, malgré

88 60 eux aku mengambil sebuah keputusan: aku akan pergi bersama mereka meskipun mereka tidak mengizinkan» menunjukkan sebuah kenekatan yang akan diambil oleh seorang anak yang berusia delapan tahun yang memiliki keberanian besar. Realita homo duplex dari kutipan di atas terjadi ketika Marcel Pagnol bersikeras ingin ikut berburu padahal orang lain melarangnya. Data di atas menunjukkan pula bahwa Pagnol lebih mengutamakan hasrat individualnya sebagai makhluk individu yang terisolasi oleh pemikirannya sendiri dibandingkan dirinya sebagai makhluk sosial. Ayah Pagnol yang berhasil mendapatkan dua burung paling didambakan oleh para pemburu yaitu le coup du roi membawa kedua burung tersebut ke kota untuk menambah pengetahuan mengenai bartavelle. Kali ini, Pagnol diajak serta oleh ayahnya, kemudian mereka menemui seorang pastor yang tahu banyak tentang perdrix royales tersebut. (18) L arrivée de notre groupe lui fit lever la tête, et comme «ces gens profitent de tout». Il fit à mon père un grand beau sourire, et dit, d une voix agréable : - Monsieur, si ces perdrix royales ne viennent pas de quelque marchand, permettez-moi de vous faire mon compliment! C était la première fois que je voyais mon père en face de l ennemi sournois. A ma grande surprise, il lui répondit fort poliment : Elles viennent du vallon de Lancelot, Monsieur le Curé. (LGMP/1/210) Kehadiran rombongan kami membuat pastor itu mengangkat kepala, dan seolah-olah berpikir bahwa «orang-orang ini menguntungkan dari segala hal». Dia tersenyum lebar kepada ayahku, dan dia bilang, dengan suara senang : - Tuan, jika burung perdrix royales ini bukan berasal dari pedagang, ijinkan saya memberi pujian! Ini untuk pertama kalinya saya melihat ayah di depan musuh berlaku munafik. Di tengah keterkejutanku, dia menjawab pastor itu dengan sangat sopan. - Mereka berasal dari lembah Lancelot, Tuan pastor. Pada kutipan (18), dapat diketahui bahwa sang pastor memberikan pujian atas keberhasilan ayah Pagnol dalam mendapatkan buruan yang paling luar biasa

89 61 tersebut. Tanggapan ramah ayahnya yang seorang atheis kepada pastor membuat Pagnol keheranan, sebagaimana tampak dalam kalimat C était la première fois que je voyais mon père en face de l ennemi sournois. A ma grande surprise, il lui répondit fort poliment Ini untuk pertama kalinya saya melihat ayah di depan musuh berlaku munafik. Di tengah keterkejutanku, dia menjawab pastor itu dengan sangat sopan. Keramahan ini tidak biasa karena Pagnol baru mengetahuinya untuk pertama kali. Fakta homo duplex dari analisis di atas ditunjukkan oleh tokoh ayah Pagnol. Hal tersebut dikarenakan ayah Pagnol yang seorang atheis dan biasanya tidak menyukai sesuatu yang berbau agama tiba-tiba berlaku sangat sopan kepada pastor. Ketidakbiasaan ini tersirat dalam ungkapan Pagnol «A ma grande surprise, il lui répondit fort poliment Di tengah keterkejutanku, dia menjawab pastor itu dengan sangat sopan». Dalam diri ayah Pagnol bisa saja menganggap bodoh dan merendahkan orang yang percaya pada Tuhan, namun karena masyarakat Prancis saat itu masih menganggap tabu apa saja yang bertentangan dengan gereja maka ayah Pagnol bertoleransi dengan baik. Ayahnya sedang menempatkan diri pada posisi yang semestinya, yakni dengan berlaku sopan dan hormat kepada tokoh masyarakat yang biasa disegani oleh banyak orang. Hal itu membuktikan bahwa ayah Pagnol lebih mengutamakan individunya sebagai makhluk sosial dibanding hakikat dirinya sebagai makhluk individu, meskipun bertentangan dengan keyakinan individualnya. Pada hakikatnya manusia bisa saja memiliki ide, kepercayaan dan keinginan yang berbeda dengan orang lain di sekitarnya. Meskipun demikian, sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang memiliki

90 62 sebuah adat dan norma tertentu maka mereka harus bisa ikut berbaur dan menyesuaikan diri. Seandainya mereka tidak mau atau tidak bisa mengikuti kesadaran kolektif yang ada di tengah masyarakat maka mereka akan terasing dan hidup dengan berbagai macam kekhawatiran karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah homo duplex atau makhluk ganda sebagaimana tercermin pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol ini. 4.2 Realitas Individualisme Moral yang Terdapat dalam Masyarakat Prancis yang Dimanifestasikan oleh Keluarga Pagnol Dalam individualisme moral, individu menjadi representasi kolektif. Oleh karena itu, individu mengikat harapan kohesi sosial di sekitar individualitas. Adanya individualisme moral akan memperkuat aspek kolektif dari diri agar ada kontrol terhadap hasrat individu yang berlebihan. Individualisme moral ini berasal dari masyarakat karena merupakan produk sosial sebagaimana moralitas dan agama. Kutipan-kutipan berikut ini dapat menjelaskan mengenai individualisme moral tersebut. Jika dalam analisis homo duplex membahas dualitas hakikat manusia dalam masyarakat Prancis secara umum, maka dalam analisis yang menyoroti individualisme moral berikut ini, hanya akan dibahas mengenai realitas individualisme moral dalam keluarga Pagnol dan tokoh-tokoh yang ada di sekitarnya. Kisah pertama dimulai dari kakeknya yang masih sempat dikenalnya. Ketika itu dia masih kecil, dia menceritakan bahwa kakeknya yang seorang

91 63 pemahat batu bekerja keras agar bisa memberikan pendidikan yang bagus untuk anak-anaknya termasuk untuk ayahnya. (19) Cet homme habile n avait reçu qu une instruction sommaire. Il savait lire et signer, mais rien de plus. Il en souffrit secrètement toute sa vie, finit par croire que l instruction était le Souverain Bien, et il s imagina que les gens les plus instruits étaient ceux qui enseignaient les autres. Il se «saigna» donc «aux quatre veines», pour établir ses six enfants dans l enseignement, et c est ainsi que mon père, à vingt ans, sortit de l Ecole Normale d Aix-en-Provence, et devint instituteur public. (LGMP/2/14) Kakekku orang terampil yang hanya bisa mengerti petunjuk sederhana. Dia bisa membaca dan membuat tanda tangan, tapi hanya itu. Diam-diam dia mengeluh sepanjang hidupnya, akhirnya percaya bahwa pendidikan merupakan hal yang paling baik. Dia membayangkan sendiri jika orang-orang yang paling pandai adalah mereka yang mengajar orang lain. Dia memeras keringat agar bisa menyekolahkan keenam anaknya di sekolah keguruan, begitu pula dengan ayahku yang pada usia 20 tahun lulus dari sekolah keguruan Aix-en-Provence, dan menjadi guru negeri. Kakek Pagnol rela bekerja keras demi mengubah nasib anak-anaknya yang terbukti dalam kutipan «Il se «saigna» donc «aux quatre veines», pour établir ses six enfants dans l enseignement Dia memeras keringat agar bisa menyekolahkan keenam anaknya di sekolah keguruan». Hal tersebut ia lakukan agar di masa yang akan datang, keturunannya tidak seperti dirinya yang berprofesi sebagai pemahat batu. Kebanyakan orang berpandangan bahwa menjadi guru atau tenaga pengajar merupakan profesi yang paling mulia dan paling bagus dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya. Orang yang mengajar pasti memiliki kepandaian lebih karena dia dituntut agar bisa memberi penjelasan dan menularkan kepandaiannya. Selain itu, seorang guru merupakan sosok panutan bagi murid-muridnya. Para murid tersebut di masa mendatang akan menjadi generasi penerus bangsa. Bangsa yang maju dihasilkan oleh generasi yang pintar karena dididik oleh para guru yang cerdas. Bermula dari sudut pandang ini, kakek Pagnol memiliki harapan agar semua anaknya bisa menjadi guru.

92 64 Data di atas menunjukkan adanya fenomena individualisme moral. Ayah Pagnol beserta saudara-saudaranya menjadi representasi kolektif bagi kakek Pagnol yang kemudian mengikat harapan kohesi di sekitar individualitas kakeknya. Realiatas individualisme moral kakek Pagnol ditunjukkan dengan usahanya dalam memperjuangkan anak-anaknya agar menjadi manusia hebat dengan menjadikan mereka guru. Dia mengikat hasrat individunya untuk membelanjakan uang hasil jerih payahnya untuk hal lain. Dia lebih memilih menggunakan hasil jerih payahnya untuk menyekelohkan semua anaknya. Kisah selanjutnya, Pagnol menceritakan tentang bibinya dari pihak ayah yang bernama Marie. Bibi Marie sedang kebingungan membantu ibu Pagnol yang sedang kesakitan ketika akan melahirkan anak pertamanya yang adalah Marcel Pagnol itu sendiri. Di tengah kebingungannya, Bibi Marie memutuskan meminta bantuan tetangganya. Kutipan berikut menunjukkan adanya elemen individualisme moral pada tokoh Augustine sebagai ibu Pagnol, yang mampu mengikat hasrat individu tokoh Bibi Marie dan tetangganya. (20) Alors, la tante Marie alla frapper aux volets d un voisin, qui possédait un boughey et un petit cheval. C était une époque bénie, où les gens se rendaient service : il n y avait qu à demander. Le voisin attela son cheval, la tante enveloppa Augustine dans des châles, et nous voilà partis au petit trot, tandis que sur la crête des collines la moitié d un grand soleil rouge nous regardait à travers les pins. (LGMP/2/24) Jadi, Bibi Marie pergi untuk meminta bantuan tetangga, yang memiliki kereta dan kuda kecil. Saat itu merupakan masa yang menyenangkan, tempat orang-orang masih suka tolong-menolong: tidak hanya ketika diminta. Si tetangga menyiapkan kudanya, Bibi menyelimuti Augustine dengan syal, dan berangkatlah kami beserta langkah kuda, meskipun di atas puncak bukit-bukit setengah besar matahari yang berwarna merah mengamati kami melalui pohon-pohon pinus.

93 65 Pada saat itu, mereka hidup pada masa solidaritas mekanik yang masih kuat di tengah masyarakat Prancis yang tercermin pada kutipan C était une époque bénie, où les gens se rendaient service Saat itu merupakan masa yang menyenangkan, tempat orang-orang masih suka tolong-menolong. Di sini, Bibi Marie tidak bisa mengabaikan Augustine, terlepas karena Augustine adalah saudara iparnya atau bukan, melainkan karena dia sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial. Begitu pula tetangganya yang tidak mungkin tega tidak memberi bantuan meminjami kereta kudanya ketika melihat tetangganya sedang sangat membutuhkan bantuannya. Apalagi pada saat mereka masih hidup dalam masyarakat yang masih menganut sistem gotong royong. Nilai moral dan etika dalam masyarakatlah yang menggerakkan mereka untuk berbuat kebaikan kepada Augustine. Bibi Marie dan tetangganya yang rela memberi bantuan kepada Augustine merupakan sebuah aplikasi individualisme moral. Augustine yang sedang menderita mampu mengikat hasrat individu Bibi Marie dan tetangganya untuk tidak mengabaikannya. Mereka tidak membiarkan Augustine mengalami penderitaannya sendirian. Pagnol menganggap dirinya memiliki kenangan cukup banyak di Aubagne karena dia tinggal di sana selama tiga tahun. Salah satu kenangan tersebut mengenai pamannya yang bernama Henri. Kutipan berikut ini memberi penjelasan lebih lanjut mengenai individualisme moral, yakni ketika Paman Henri dan Pagnol sedang memainkan permainan yang membuat ibu Pagnol histeris. (21) Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse, pendant que ma mère, horrifiée, crie : «Henri! tu es idiot! Henri, je te défends»

94 66 C est que mon oncle Henri, le frère de ma mère, me lance en l air, et me rattrape au vol. Je hurle d angoisse, mais quand ma mère m a repris dans ses bras, je crie : «Encore! Encore!». (LGMP/2/27) Kemudian aku melihat sebuah plafond yang jatuh ke arahku dengan kecepatan mengerikan, sementara ibuku, dengan ngeri berteriak «Henri! Kamu bodoh! Henri, aku melarang kamu». Itulah Pamanku Henri, saudara dari ibuku. Dia melemparku ke udara dan menangkapku kembali di tengah penerbangan. Aku melolong ketakutan, tapi ketika ibuku sudah mengambilku, aku berteriak lagi! Lagi! Paman Henri sedang mengajak keponakannya, Pagnol bermain dengan cara yang cukup mengerikan sehingga anak itu merasa ketakutan sebagaimana tampak dalam kutipan «Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse Kemudian aku melihat sebuah plafond yang jatuh ke arahku dengan kecepatan mengerikan». Paman Henri mencoba menggembirakan Pagnol dengan cara menerbangkannya ke atas kemudian menangkapnya kembali. Ketika ibunya melihat hal tersebut, dia menjadi histeris karena takut saudaranya itu kelewat menangkap anaknya. Kekhawatiran ibu Pagnol tampak dalam kutipan «pendant que ma mère, horrifiée, crie : «Henri! Tu es idiot! Henri, je te défends Sementara ibuku, dengan ngeri berteriak «Henri! Kamu bodoh! Henri, aku melarang kamu». Perbuatan Paman Henri dinilai berbahaya karena jika sekali saja dia salah menangkap Pagnol maka akibatnya bisa fatal, misalnya saja jika sampai anak itu terjatuh maka bisa mengakibatkan terkilir, lecet atau patah tulang. Fakta individualisme moral dari kutipan di atas adalah ketika Augustine melarang saudaranya menyenangkan Pagnol dengan cara yang berbahaya. Augustine menjadi representasi kolektif masyarakat yang mengikat hasrat individu Henri dan Pagnol yang ingin melakukan permainan yang ekstrim. Teguran Augustine inilah yang menjadi realitas individualisme moral yang terdapat dalam data tersebut.

95 67 Augustine juga menjadi sosok yang mampu menekan hasrat indivudu Pagnol ketika putranya tersebut sedang mengamati aktivitas penjagalan yang ada di depan rumah mereka melalui jendela rumah. (22) Le boucher lui tranchait élégamment le gosier, tout en continuant une conversation avec son assistant, et sans accorder la moindre attention à ce qu il faisait. Quand il en avait égorgé trois ou quatre, il plaçait les cadraves, les pattes en l air, sur des sortes de berceaux. Puis, avec un soufflet, il le gonflait prodigieusement, pour décoller la peau de la chair : je croyais qu il essayait d en faire des ballons, et j espérais les voir s envoler : mais ma mère, qui survenait toujours au meilleur moment, me faisait descendre de mon observatoire, et tout en coupant des cubes de viande pour le pot-au-feu familial elle me tenait des propos incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher. (LGMP/2/30-31) Jagal itu menyembelih tenggorokan dengan elegan, dilanjutkan dalam sebuah percakapan dengan pembantunya, dan tanpa memberi perhatian sedikit pun pada apa yang dikerjakannya. Ketika dia telah menyembelih tiga atau empat leher-leher tersebut, dia meletakkan tubuhtubuh hewan mati itu dengan kaki berada di udara, seperti ayunan. Kemudian, dengan sekali tiup, dia menggembungkan mereka secara luar biasa, untuk mengelupas kulit dari dagingnya : aku percaya jika dia sedang berusaha membuat balon, dan saya berharap bisa melihat mereka terbang : tapi ibuku, yang selalu datang di saat yang terbaik, menurunkan diriku dari pengamatanku. Dan sambil memotong daging membentuk kubus untuk menu le pot-au-feu dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si sapi yang malang, keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si jagal itu. Pagnol tidak senang ketika pengamatannya tentang proses penyembelihan binatang di rumah penyembelihan hewan itu dihentikan oleh ibunya. Dalam pengamatannya itu, dia membayangkan jika binatang yang sedang dikuliti dengan cara ditiup itu akan berubah menjadi balon dan dia berharap bisa melihat balonbalon itu terbang, sebagaimana tampak dalam kutipan «je croyais qu il essayait d en faire des ballons, et j espérais les voir s envoler aku percaya jika dia sedang berusaha membuat bola, dan saya berharap bisa melihat mereka terbang». Pada kenyataanya, ibunya menghalangi harapannya itu dengan menasihatinya bahwa

96 68 dia harus merasa kasihan pada binatang-binatang yang disembelih tersebut karena ketika mereka hidup, mereka baik dan ramah. Hal itu terbukti dalam kutian «mais ma mère, qui survenait toujours au meilleur moment, me faisait descendre de mon observatoire, et tout en coupant des cubes de viande pour le pot-au-feu familial elle me tenait des propos incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher tapi ibuku, yang selalu datang di saat yang terbaik, menurunkan diriku dari pengamatanku. Dan sambil memotong daging membentuk kubus untuk menu le pot-au-feu dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si sapi yang malang, keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si jagal itu». Berdasarkan kutipan tersebut, ibu Pagnol juga menambahkan bahwa para penjagal adalah orang yang kejam karena dengan tega dan tanpa berperasaan mereka menyembelih hewan-hewan itu tanpa menunjukkan rasa belas kasihan. Melalui data (22), dapat diketahui adanya fakta individualisme moral ketika ibu Pagnol menasihatinya agar merasa kasihan kepada hewan-hewan yang telah disembelih. Pagnol diberitahu tentang kebaikan hati dan keramahan hewanhewan itu ketika mereka masih hidup. Meskipun Pagnol merasa ucapan ibunya tidak masuk akal tetapi hal itu bisa menekan hasrat individunya agar berhenti melakukan pengamatan. Ibu Pagnol menjadi representasi kolektif yang mengikat imajinasi Pagnol mengenai binatang-binatang yang dihayalkannya akan menjadi balon yang bisa terbang. Pagnol yang sudah berusia enam tahun bersekolah di Taman Kanak-kanak. Gurunya bernama Nona Guimard menyadari betul kecerdasan Pagnol dalam

97 69 bidang membaca tetapi anak itu ketinggalan dalam bidang seni, dalam hal ini pelajaran menyanyi. Fakta individualisme moral berikut ini menjelaskan tentang Pagnol sebagai seorang murid yang harus patuh kepada gurunya. Kepatuhan semacam ini mengandung nilai moral yang dianut oleh kebanyakan orang. (23) Elle apprenait patiemment leurs letters à mes petits camarades, mais elle ne s occupait pas de moi, parce que je lisais couramment, ce qu elle considérait comme une inconvenance préméditée de la part de mon père. En revanche, pendant les leçons de chant, elle disait, devant toute la classe, que je chantais faux, et qu il valait mieux me taire, ce que je faisais volontiers. (LGMP/2/37) Dia mengajarkan huruf-hurufnya dengan sabar pada teman-teman kecilku, tapi dia tidak mengurusi saya, karena saya membaca dengan lancar, apa yang dianggap sebagai ketidakwajaran terencana pada bagian dari ayahku. Sebaliknya, selama pelajaran menyanyi, dia bilang, di depan seluruh kelas, bahwa aku menyanyi tidak benar, dan sebaiknya aku diam saja, yang aku lakukan dengan suka rela. Nona Guimard sudah menyadari kecerdasan Marcel Pagnol dalam bidang membaca, sehingga dia tidak memperhatikannya. Dia lebih memilih memberikan perhatiannya kepada murid-murid lain yang lebih membutuhkan, yang tampak dalam kutipan «Elle apprenait patiemment leurs letters à mes petits camarades, mais elle ne s occupait pas de moi, parce que je lisais couramment Dia mengajarkan huruf-hurufnya dengan sabar pada teman-teman kecilku, tapi dia tidak mengurusi saya, karena saya membaca dengan lancar». Sebaliknya, Nona Guimard yang juga mengajar menyanyi mengatakan bahwa Pagnol melakukannya dengan buruk sehingga dia menyarankan agar Pagnol diam saja. Biasanya jika dalam sebuah paduan suara ada yang menyanyi dengan buruk maka hal tersebut akan merusak keindahan lagu, sehingga Nona Guimard mencoba menghilangkan kekurangan itu dengan menyuruh sumber keburukan tersebut untuk diam. Hal tersebut tampak dalam kutipan «En revanche, pendant les leçons de chant, elle disait, devant toute la classe, que je chantais faux, et qu il valait mieux me taire,

98 70 ce que je faisais volontiers Sebaliknya, selama pelajaran menyanyi, dia bilang, di depan seluruh kelas, bahwa aku menyanyi tidak benar, dan sebaiknya aku diam saja, yang aku lakukan dengan suka rela». Kutipan tersebut menunjukkan bahwa apa yang diinginkan Nona Guimard sama dengan keinginan Pagnol, yaitu diam. Secara tersirat hal tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya Pagnol tidak suka pelajaran menyanyi, sehingga dengan suka rela dia menuruti kemauan gurunya. Realitas individualisme moral dari analisis di atas ialah, fakta bahwa Nona Guimard menjadi representasi kolektif masyarakat sebagai seorang guru yang mampu memaksa Pagnol untuk mengikat hasrat individunya. Kebetulan dalam kasus ini keinginan mereka sama. Meskipun pada dasarnya, jika dilihat dari nilai moralitas yang ada, apa yang dilakukan oleh Nona Guimard dengan melarang Pagnol menyanyi dalam pelajaran menyanyi adalah suatu tindakan yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang guru, karena semakin menenggelamkan ketidakmampuan seorang anak. Namun kembali lagi, sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki peran sebagai guru, Pagnol harus mematuhi keinginannya itu terlepas dari rasa senang atau tidak senang dan selaras atau tidak dengan keinginan mereka. Data berikut ini juga menunjukkan adanya fakta individualisme moral, yaitu ketika Pagnol berusaha melempari itik-itik yang ada di sungai di taman Borély. Dia melakukan aksinya tersebut ketika sedang tidak ada orang yang memperhatikannya. (24) Le garde un blassé me parut peu intéressé par ce spectacle : il tourna simplement le dos, et s en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j eus la joie un peu inquiète d atteindre en pleine tête le vieux père canard. Mais au lieu de chavirer et de couler à pic comme je l espérais ce dur-à-cuire vira de bord, et s enfuit à toutes palmes, en

99 71 poussant de grands cris d indignation. A dix mètres du bord, il me lança toutes les injures qu il savait, soutenu par les cris déchirants de toute sa famille. (LGMP/2/39-40) Penjaga yang bosan tampak olehku kurang tertarik pada pertunjukan ini: dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang sedikit cemas mengenai tengah-tengah kepala bapak itik tua. Tapi di tengahtengah terbalik karam dengan menukik seperti yang saya harapkan si sukar untuk dimasak ini menepi, dan melarikan kaki-kaki berselaputnya, sambil meneriakkan teriakan keras karena kesal. Sepuluh meter dari tepian dia berhenti dan kembali ke arah saya, masuk ke dalam air dan mengepak-epakkan sayapnya, dia melontarkan pada saya semua luka yang dia bisa, tertahan oleh jeritan yang menyayat hati dari semua keluarganya. Pada kutipan «Le garde un blassé me parut peu intéressé par ce spectacle : il tourna simplement le dos, et s en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j eus la joie un peu inquiète d atteindre en pleine tête le vieux père canard Penjaga yang bosan tampak olehku kurang tertarik pada pertunjukan ini: dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang sedikit cemas mengenai tengah-tengah kepala bapak itik tua», menjelaskan bahwa Marcel Pagnol takut jika kenakalannya diketahui oleh seseorang. Dia baru melempari itikitik setelah penjaga taman Borély tersebut menghilang. Hal tersebut juga membuktikan bahwa dia menyadari jika perbuatannya itu salah sehingga dia merasa cemas ketika melempari itik-itik tersebut. Kecemasannya bukan karena merasa menyesal, melainkan karena dia takut jika sampai ada yang mengetahui kesalahannya. Data di atas menunjukkan adanya anasir individualisme moral karena penjaga taman Borély memperkuat aspek kolektif dari diri Marcel Pagnol sebagai makhluk sosial, sehingga ada kontrol terhadap hasrat individunya. Penjaga taman berperan menjaga, melindungi dan merawat apa saja yang ada di taman. Pagnol

100 72 menyadari betul bahwa perbuatan atau usahanya membunuh salah satu dari itikitik tersebut bukanlah perbuatan baik. Dengan adanya penjaga taman, Marcel Pagnol tidak bisa berbuat semena-mena. Ada kepercayaan kolektif yang menghalangi keinginannya itu sehingga dia melakukan perbuatan yang dianggap tercela tersebut secara sembunyi-sembunyi. Individualisme moral merupakan produk dari masyarakat. Dalam artian, masyarakatlah yang menciptakan nilai moral tertentu. Kutipan berikut ini terdapat pula contoh individualisme moral, yaitu ketika Marcel bersama bibinya pulang dari taman dan bibinya melarang untuk tidak bercerita kepada siapapun mengenai peristiwa perkenalan dengan Paman Jules dan mengenai peristiwa ketika Paman Jules telah membayari ongkos tramway mereka. (25) En arrivant sur la porte de notre maison, ma tante me recomanda à voix basse de ne parler jamais a personne de cette rencontre. Elle m apprit que ce monsieur était le propriétaire du parc Borély, que si nous disions un seul mot de lui, il le saurait certainement, et qu il nous défendrait d y retourner. Comme je lui demander pourqui, elle me répondit que c était un «secret». Je fus charmé de connaître, sinon un secret, du moins son existence. Je promis, et je tins parole. (LGMP/2/41) Sesampainya di depan pintu rumah kami, bibiku memohon dengan suara pelan untuk tidak membicarakan dengan seseorang tentang pertemuan itu. Dia memberitahuku bahwa tuan itu adalah pemilik taman Borély, yang jika kami mengatakan satu kata saja mengenai dirinya, dia akan mengetahuinya dengan pasti, dan bahwa kami akan dilarang untuk kembali ke sana. Ketika saya bertanya mengapa, dia menjawab bahwa itu adalah sebuah «rahasia». Saya tertarik untuk tahu jika bukan sebuah rahasia, setidak-tidaknya keberadaanya. Aku berjanji dan aku menepati kata-kataku. Pagnol yang masih anak-anak, dengan mudah percaya begitu saja pada apa yang dikatakan bibinya. Bibinya mengatakan bahwa seorang pria yang berkenalan dan membayari ongkos tramway mereka adalah pemilik taman yang sering mereka kunjungi. Bibinya membohongi keponakannya tersebut adalah demi menjaga nama baik dan kehormatannya. Bibinya tidak ingin orang salah paham

101 73 ketika mendengar celotehan Pagnol tentang kebaikan seorang pria terhadap mereka, sedangkan Panol lebih menganggap jika sampai dia melanggar janjinya kemudian menceritakan kisah tentang Bibi Rose dan Paman Jules kepada seseorang, akibatnya mereka akan dilarang berkunjung ke taman Borély lagi. Tentu saja Pagnol tidak ingin itu terjadi sehingga dia memutuskan untuk menuruti perkataan bibinya. Keputusan Pagnol tersebut terdapat dalam kutipan «Je fus charmé de connaître, sinon un secret, du moins son existence. Je promis, et je tins parole Saya tertarik untuk tahu jika bukan sebuah rahasia, setidak-tidaknya keberadaanya. Aku berjanji dan aku menepati kata-kataku». Analisis di atas membuktikan adanya fenomena individualisme moral. Terlepas dari apa yang dikatakan Bibi Rose kebenaran atau kebohongan semata, namun Bibi Rose adalah individu yang merupakan perwakilan dari masyarakat. Dia adalah seorang dewasa yang perkataan dan perbuatannya mengandung nilai yang cenderung dianut oleh anak-anak. Pagnol tertarik dengan apa yang dikatakan oleh bibinya sebagai rahasia, namun karena kepercayaan pada ucapan bibinya yang membuatnya terpaksa berjanji, dia pun menekan hasrat ingin tahunya. Kemudian, keputusannya itu membatnya menepati janjinya. Suatu ketika, keluarga Pagnol melewati makan malam tanpa ibunya karena ibunya sedang menemani Bibi Rose yang sedang melakukan persalinan anak pertama buah pernikahannya dengan Paman Jules. Sebelum tidur, Marcel Pagnol mencoba memberi penjelasan kepada adiknya bahwa proses melahirkan itu sangat menyakitkan. (26) Tout en tirant sur mes chaussettes, je dis à paul : «La tante Rose, ils sont en train de la déboutonner.»

102 74 Il lisait dans son lit ses chers Pieds Nickelés, et il ne me répondit pas. Mais j avais résolu de l initier aux grands mystèrs, et j insistai : «Est-ce que tu sais pourquoi?» Il ne bougea pas davantage, et je m aperçus qu il dormait. Alors, je tirai doucement son livre de ses mains, j aplatis ses genoux et, du premier coup, je soufflai la lampe. (LGMP/2 /51) Sambil memakai kaos kaki, aku bicara pada Paul : «Bibi Rose, sedang dibuka pusarnya» Dia membaca di atas kasurnya cerita Pieds Nickelés kesayangannya, dan dia tidak menjawabku. Tapi aku telah memiliki keputusan untuk mengajarinya tentang misteri-misteri besar, dan aku bersikeras: Apa kamu tahu mengapa? Dia tidak bergerak lagi, dan aku menyadari kalau dia sudah tertidur. Maka, aku menarik buku dari tangannya pelan-pelan, saya meluruskan kakinya dan, dengan sekali kembusan, saya meniup lampu. Pagnol berusaha berbagi dengan adiknya tentang apa yang diketahuinya. Dia ingin memberi penjelasan mengenai sebuah misteri seorang ibu melahirkan yang dianggapnya sebagai salah satu misteri besar sebagaimana tampak dalam kutipan «Il lisait dans son lit ses chers Pieds Nickelés, et il ne me répondit pas. Mais j avais résolu de l initier aux grands mystèrs Dia membaca di atas kasurnya cerita Pieds Nickelés kesayangannya, dan dia tidak menjawabku. Tapi aku telah memiliki keputusan untuk mengajarinya tentang misteri-misteri besar». Meskipun Paul tidak menanggapi apa yang dikatakannya, bahkan pada akhirnya Paul justru teridur, Pagnol tidak marah melainkan memperbaiki posisi tidur kemudian menyelimuti adiknya sebagai wujud rasa kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya. Perihal kasih sayang terhadap adiknya tersebut tersirat melalui kutipan «Alors, je tirai doucement son livre de ses mains, j aplatis ses genoux et, du premier coup, je soufflai la lampe Maka, aku menarik buku dari tangannya pelan-pelan, saya meluruskan kakinya dan, dengan sekali kembusan, saya meniup lampu».

103 75 Setiap orang memulai kehidupannya sebagai makhluk egoistis yang hanya mengetahui perasaan, yang kegiatan-kegiatannya dikuasai oleh kebutuhankebutuhan rasa. Akan tetapi dengan adanya resolusi terhadap anak, sifat egoistisnya sebagian menjadi tertutup segala sesuatu yang dipelajarinya dalam masyarakat. Adapun Marcel Pagnol yang masih anak-anak, menyadari betul perannya dalam keluarga. Selain menjadi seorang anak dia juga seorang kakak. Pada awalnya dia berusaha menampilkan sisi egoisnya dengan memaksakan kehendaknya untuk memberi tahu adiknya sesuatu yang dianggap luar biasa agar adiknya juga mengerti. Alih-alih mendengarkan dan menanggapi perkataan kakaknya, Paul justru tertidur. Hal itu bukannya membuat Marcel marah atau membangunkan adiknya agar mau memperhatikan ucapannya melainkan dia justru membenarkan posisi tidur adiknya. Marcel menekan hasrat individunya dan menggantinya dengan melakukan penjagaan dan pelindungan terhadap adiknya. Cerita selanjutnya berkisar pada kegiatan di meja makan yang diselingi oleh obrolan-obrolan kecil sebuah keluarga. Kutipan percakapan berikut ini juga mengandung unsur individualisme moral. (27) Elle me demanda : - Tu t es lavé les pieds? Comme je savais qu elle attachait une importance particulière à cette opération futile, et dont la nécessité me parassait inexplicable (puisque les pieds, ça ne voit pas), je repondis avec assurence : - Tous les deux. - Tu t es coupé les ongles? Il me sembla que l aveu d un oubli confirmerait la réalité du reste. - Non, dis-je, je n y ai pas pensé. Mais je les ai taillés dimanche. - Bien, dit-elle. Elle parut satisfaite. Je les fus aussi. (LGMP/2/55) Dia bertanya pada saya : - Kamu sudah mencuci kakimu? Karena saya tahu bahwa dia menambatkan suatu kepentingan tertentu pada pekerjaan remeh-temeh ini, dan kebutuhan yang bagiku

104 76 terlihat tak dapat dijelaskan (dikarenakan kaki tidak terlihat), saya menjawab dengan pasti : - Dua-duanya. - Kamu sudah memotong kuku jari kakimu? Sepertinya pengakuan bahwa saya lupa, dapat mengonfirmasi kenyataan yang tersisa. - Tidak, saya bilang, saya tidak kepikiran. Tapi saya sudah memotongnya pada hari minggu. - Bagus, katanya. Dia tampak puas. Begitu pula saya. Data percakapan di atas menunjukkan sebuah kebiasan yang banyak di lakukan oleh banyak keluarga. Seorang ibu biasanya akan banyak mengingatkan tentang banyak hal kepada anak-anaknya, termasuk mengenai hal-hal kecil. Sedangkan seorang anak, apalagi anak laki-laki akan sedikit membohongi ibunya karena sang ibu dinilai terlalu banyak menuntut. Wujud individualisme moral muncul dalam kutipan «Il me sembla que l aveu d un oubli confirmerait la réalité du reste. - Non, dis-je, je n y ai pas pensé. Mais je les ai taillés dimanche Tidak, saya bilang, saya tidak kepikiran. Tapi saya sudah memotongnya pada hari minggu». Pagnol membohongi ibunya selain karena alasan bahwa dia mengedepankan rasa egoistisnya untuk menghindari memotong kuku kakinya yang bisa dikarenakan rasa malas, hal itu bisa pula disebabkan karena dia ingin menyenangkan ibunya. Dia tidak ingin membuat ibunya kecewa. Selain itu, bisa dikarenakan juga dia tidak mau dianggap melanggar peraturan. Apapun alasan Pagnol, kebohongannya itu membuktikan adanya individualisme moral yaitu ketika ibunya menjadi representasi kolektif sehingga dia berpura-pura sudah melakukan semua yang diminta oleh ibunya. Dalam banyak hal, individualisme moral biasanya menaruh perhatian pada situasi-situasi yang kepentingan-kepentingan kolektivitasnya jauh mendahului kepentingan-kepentingan pribadi. Kutipan berikut menceritakan tentang rencana

105 77 perjalanan menuju vila untuk menghabiskan liburan musim panas yang dirasa ibu Pagnol sebagai perjalanan yang sangat jauh. Kutipan ini juga dapat memberi penjelasan mengenai perhatian terhadap individualisme moral. (28) Cependent, ma mère disait, soucieuse: - Joseph, c est bien loin! - Et nous n y sommes pas encore! dit joyeusement mon père Il nous reste au moin une heure de marche! - Aujoujd hui, nous n avons pas de paquets, mais quand il faudra monter des provisions - On les montera, dit mon père. - Maman, nous sommes trois hommes, dit Paul. Toi, tu ne porteras rien. (LGMP/2/81) Meskipun begitu, ibuku berkata, cemas : - Joseph, itu jauh sekali! - Dan kita belum sampai! Kata ayahku dengan ceria. Masih ada kurang lebih satu jam perjalanan! - Hari ini, kita tidak punya paket, tapi ketika harus melengkapi barang persediaan - Kita akan menaikkannya, kata ayahku. - Ibu, kami bertiga laki-laki, kata Paul. Ibu tidak perlu membawa apapun. Augustine merasa cemas mengetahui jauhnya perjalanan yang akan mereka tempuh, belum lagi membawa barang-barang kebutuhan yang harus mereka bawa. Namun keputusan tetap harus dijalankan, dan rasa simpati pun muncul dalam diri Paul untuk ibunya. Sehingga dia menentramkan hati ibunya dengan mengatakan agar ibunya tidak perlu membawa barang apapun, yang ia ungkapkan melalui kalimat «Maman, nous sommes trois hommes, dit Paul. Toi, tu ne porteras rien Ibu, kami bertiga laki-laki, kata Paul. Ibu tidak perlu membawa apapun». Menurut Paul, ibunya adalah seorang individu, yaitu individu di luar diri Paul yang merupakan orang lain dan anggota dari masyarakat serta bagian dari masyarakat. Paul berusaha mendahulukan kebutuhan kolektif sebagai seorang laki-laki daripada kesenangan individualnya sebagai seorang anak-anak. Jika dilihat dari tingkat kedewasaan, Paul hanyalah seorang anak-anak tapi dia

106 78 berusaha melindungi dan ingin meringankan beban ibunya karena dia menganggap dirinya laki-laki. Kebanyakan kepercayaan umum dalam masyarakat di dunia ini, laki-laki adalah makhluk yang kuat sedangkan wanita adalah makhluk yang lemah. Laki-laki adalah pelindung sedangkan wanita adalah yang dilindungi. Realitas individualisme moral dalam kutipan di atas ialah ketika Paul mendahulukan kebutuhan kolektif dari pada kebutuhan individualnya, yaitu kebutuhan bekerja sama membantu membawa barang-barang agar ibunya tidak kesulitan, dari pada mengutamakan kebutuhan individualnya sebagai anak-anak yang manja dan masih ingin bersenang-senang. Selain itu, tidak ada yang menuntutnya melakukan itu melainkan karena rasa suka rela dan simpati. Dalam sebuah iring-iringan perjalanan menuju vila untuk liburan musim panas, Pagnol tiba-tiba menyadari bahwa ibunya kesulitan dalam berjalan karena memakai sepatu yang tidak tepat. Dia pun sebisa mungkin mengusahakan agar ibunya dapat kembali berjalan dengan senyaman mungkin. (29) Je m aperçus soudain que ma mère ne marchait pas très facilement, à cause des talons «Louis XV» de ses bottines à boutons. Sans mot dire, je rejoignis la charrette et réussis à en tirer la petite valise, que l on avait glissée sous les cordes, à l arrière du véhicule. - Que fais-tu? Dit-elle surprise. Je posai la valise à terre, et j en tirai ses espadrilles. Elles n étaient pas plus grandes que les miennes. Elle me fit un merveilleux sourire de tendresse, et dit : - Gros bêta, on ne peut pas s arrêter ici! - Pourquoi? Nous les rattraperons! Assise sur un rocher au bord de la route, elle changea de chaussures, sous les yeux de Paul, venu assister à l opération, qui lui parut assez audacieuse du point de vue de la pudeur, car il regarda de tous côtés, pour s assurer que personne n avait pu voir les bas maternels. (LGMP/2/89-90) Tiba-tiba aku melihat ibuku berjalan dengan susah payah dikarenakan tumit sepatu but Louis XV -nya yang berkancing. Tanpa basa-basi, aku menyusul gerobak barang dan berhasil menarik sebuah

107 79 kopor kecil, yang disisipkan di bawah tali-tali, pada bagian belakang kendaraan. - Apa yang kamu lakukan? Tanya ibuku terkejut. Aku meletakkan kopor di tanah, dan mengeluarkan sandal ibu. Sandalnya tidak lebih besar dari sandalku. Dia tersenyum padaku dengan penuh kasih saying, dan berkata: - Dasar bodoh, kita tidak bisa berhenti di sini! - Kenapa? Kita akan menyusul mereka. Duduk di atas batu yang ada di tepi jalan, ibu mengganti sepatu, dengan diparhatikan oleh Paul, yang mendekat untuk melihat kegiatan itu, yang menurutnya tidak baik dilakukan di tempat terbuka jika dilihat dari segi kesopanan, karena dia melihat ke segala penjuru, untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat melihat stocking ibu. Pagnol merasa kasihan melihat ibunya yang berjalan dengan susah payah. Tanpa berpikir panjang dia menarik kopor berisi sandal yang nyaman untuk diberikan kepada ibunya sebagaimana tampak dalam kutipan «Sans mot dire, je rejoignis la charrette et réussis à en tirer la petite valise, que l on avait glissée sous les cordes, à l arrière du véhicule Tanpa basa-basi, aku menyusul gerobak barang dan berhasil menarik sebuah kopor kecil, yang disisipkan di bawah talitali, pada bagian belakang kendaraan». Ketika memberikan sandal pengganti kepada ibunya, dia bahkan tidak menghiraukan keluhan ibunya yang mengatakan mereka bisa ketinggalan rombongan. Demikian halnya yang terjadi pada Paul, yang tampak dalam kutipan «sous les yeux de Paul, venu assister à l opération, qui lui parut assez audacieuse du point de vue de la pudeur, car il regarda de tous côtés, pour s assurer que personne n avait pu voir les bas maternels dengan diparhatikan oleh Paul, yang mendekat untuk melihat kegiatan itu, yang menurutnya tidak baik dilakukan di tempat terbuka jika dilihat dari segi kesopanan, karena dia melihat ke segala penjuru, untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat melihat stocking ibu». Paul ikut berhenti dan mengamati ibunya berganti sepatu dan mengawasi sekitar dan berharap tidak ada yang

108 80 melihat kaki ibunya. Melalui gelagat Paul, tersirat bahwa menurutnya seorang wanita yang berganti sepatu di luar rumah merupakan hal yang tabu. Data di atas mempertegas fenomena individualisme moral dalam jiwa anakanak Marcel dan Paul Pagnol. Ketika menyadari ibunya kesulitan dalam berjalan karena sepatunya, tanpa bertanya dan tanpa meminta izin, Marcel langsung memberikan sandal agar ibunya merasa nyaman dalam perjalanan. Hal itu, Pagnol lakukan bukan karena kewajiban, melainkan karena perasaan terikat yang tulus. Pagnol merasa sudah selayaknya seorang anak mengorbankan sedikit kenyamanannya ketika dia menyadari ibunya mengalami kesulitan. Pagnol tidak keberatan jika harus tertinggal rombongan dikarenakan harus berhenti beberapa saat ketika menunggui ibunya mengganti sepatu. Dalam individualisme moral, seseorang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi orang lain. Hal serupa juga terjadi pada Paul. Paul tidak ingin ada orang yang melihat stocking ibunya sehingga dia mengamati sekitarnya. Seandainya anak itu tidak mementingkan kepentingan sosialnya dia tidak akan mempedulikan lingkungan sekitarnya dan memilih melanjutkan mengikuti kereta barang dari pada mengambil resiko tertinggal. Di vila tempat liburan musim panas, mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi. Ketika mandi, anak-anak biasanya senang bemain air dan membuang-buang air tanpa memikirkan akibat jika air sampai habis. mereka hanya berpikir untuk bersenang-senang. Kutipan berikut ini memberi penjelasan mengenai realitas individualisme moral. (30) J arrosais Paul, puis il m inondait. Cette façon de faire était une invention géniale de mon père, car l abominable «toilette» était devenu un jeu : elle durait jusqu à ce que ma mère nous criât par la fenêtre :

109 81 «assez! Quand la citerne sera vide, nous serons obligés de partir!» (LGMP/3/103) Aku menyiram Paul, kemudian dia menyiramku. Cara mandi yang demikian merupakan penemuan yang jenius dari ayahku, karena mandi yang biasanya merupakan hal yang mengerikan menjadi suatu permainan: kegiatan tersebut berlangsung hingga ibuku berteriak kepada kami melalui jendela: Cukup! Kalau tangki airnya sampai habis, nanti kita harus pergi! Kutipan (30) menceritakan kebahagiaan anak-anak ketika mandi. Pada umumnya, anak-anak tidak suka mandi, tapi mereka senang bermain air. Oleh karena itu, keberhasilan ayahnya dalam mengalirkan air dari keran di dapur menggunakan pipa selang sampai ke teras, dianggap Pagnol sebagai kejeniusan ayahnya. Dengan penemuan itu, kegiatan mandi yang tadinya sangat mengerikan menjadi menyenangkan seperti permainan. Bahkan mereka sampai tidak ingin berhenti bermain air jika ibunya tidak berteriak dari jendela dan menyuruh mereka berhenti. Hal ini tercermin melalui kutipan elle durait jusqu à ce que ma mère nous criât par la fenêtre : «assez! Quand la citerne sera vide, nous serons obligés de partir! «kegiatan tersebut berlangsung hingga ibuku berteriak kepada kami melalui jendela: Cukup! Kalau tangki airnya sampai habis, nanti kita harus pergi!». Fakta individualisme moral di atas hadir ketika ibu Pagnol berteriak dari jendela dan menyuruh agar anak-anaknya berhenti bermain air. Dia mengatakan jika sampai airnya habis, mereka harus pergi. Itu artinya mereka semua harus menyudahi masa liburan musim panas mereka lebih awal. Ibu Pagnol menjadi representasi kolektif yang mengikat hasrat individu anak-anaknya agar tidak menuruti hasrat individu mereka yang berlebihan dengan membuang-buang air. Pagnol, selain anak yang cerdas, sebenarnya dia juga anak yang baik hati. Pernyataan tersebut terbukti ketika Paman Jules memberi penjelasan tentang masa

110 82 kecilnya di perkebunan anggur. Pamannya menceritakan tentang sesuatu yang mengharukan mengenai buah anggur yang diberikan oleh ibu-ibu kepada anakanaknya secara sembunyi-sembunyi. Menanggapi cerita tersebut, Pagnol bertanya apakah pamannya memakan buah anggur yang dilihatnya. Kemudian pamannya balik bertanya dengan pertanyaan berikut ini. (31) Il insista : - Pourquoi cette grappe a-t-elle fait tour complet de la famille? Il me regardait, de ses yeux pleins de bonté. Je voulus lui faire plaisir, et je concentrai toute mon attention sur ce problème : dans un éclair, je vis la vérité, et je m écriai : - C est parce qu elle était sulfatée! (LGMP/2/118) Paman Jules bersikeras : - Kenapa anggur itu dapat melengkapi keluarganya? Dia menatapku dengan tatapan mata penuh kebaikan hati. Aku ingin membuatnya senang, dan saya berkonsentrasi pada masalah ini : dalam sorot mata, aku melihat kebenaran, dan aku berteriak : - itu karena pohon anggurnya disemprot dengan larutan asam belerang. Pada kutipan «Je voulus lui faire plaisir, et je concentrai toute mon attention sur ce problème Aku ingin membuatnya senang, dan saya berkonsentrasi pada masalah ini», membuktikan dengan jelas adanya kebaikan hati yang tertanam dalam diri Marcel Pagnol. Pada analisis homo duplex telah dijelaskan bahwa Marcel Pagnol oleh ayahnya dididik secara sekuler sedangkan Paman Jules adalah seorang Katolik yang taat. Meskipun demikian, Pagnol tetap memiliki keinginan untuk menyenangkan pamannya yang memiliki ideologi yang berbeda dari ideologinya dengan berusaha memberi jawaban yang tepat sesuai harapan pamannya. Dia juga menunjukkan bahwa dia rela memberi pengorbanan dengan berfikir keras dalam usahanya menemukan jawaban untuk menyenangkan pamannya sebagaimana tampak dalam kutipan «je concentrai toute mon attention sur ce problème saya berkonsentrasi pada masalah ini».

111 83 Demikian bentuk realitas individualisme moral dari kutipan di atas, yaitu penekanan hasrat individu terhadap kepentingan sosial yang dilakukan oleh Marcel Pagnol dengan cara berusaha memberi jawaban yang bisa menyenangkan pamannya dari pada memberi jawaban yang sesuai keyakinannya. Paman Jules merupakan representasi kolektif yang mampu mengikat hasrat individu Marcel Pagnol untuk memberi jawaban sesuka hatinya. Pada kisah selanjutnya, tampak bahwa Paman Jules tidak setuju dengan jawaban Marcel Pagnol. Marcel Pagnol memang memberi jawaban yang logis, tapi bagi Paman Jules, pupuk dan sejenisnya bukanlah apa-apa jika dibanding dengan Tuhan yang menghendaki buah anggur tumbuh dengan baik. Paman Jules kemudian menyalahkan ayah Pagnol yang menyekolahkan anaknya di sekolah anti-tuhan. Marcel Pagnol sendiri tidak bisa menerima kenyataan ayahnya disalahkan oleh pamannya karena dia tidak pernah merasa keberatan dengan semua yang diajarkan kepadanya. (32) Il se tourna vers moi. - Ecoute-moi bien. Si tu trouvais une très belle grappe de raisin, une grappe admirable, unique, est-ce que tu ne la porterais pas à ta mère? - Oh oui! dis-je, sincèrement. - Bravo! dit l oncle. Voilà une parole qui vient du cœur!... Et il se tourna vers mon père, pour ajouter : - Je suis heureux de constater que malgré le matérialisme atroce que vous lui enseignez, il a trouvé dans son cœur la Loi de Dieu, et il garderait la grappe pour sa mère! Je vis qu il tromphait, et je vins au secours de mon père, car j ajoutai : - Mais j en mangerais la moitié en route. (LGMP/2/119) Paman Jules menoleh padaku. - Dengar baik-baik. Seandainya kamu menemukan sedompol buah anggur, sedompol yang mengagumkan, unik, apakah kamu tidak membawanya pada ibumu? - Tentu! Kataku, dengan tulus. - Bagus! Kata paman. Itulah kata-kata yang berasal dari sanubari! Dia menoleh pada ayahku, untuk menambahkan:

112 84 - Saya senang melihat bahwa keduniawian yang bertentangan dengan kemanusiaan yang kamu ajarkan padanya, dia sudah menemukan di dalam hatinya hukum Tuhan, dan dia menyimpan anggur tersebut untuk ibunya! Saya dapat melihat bahwa dia menang, maka saya datang memberi bantuan pada ayahku, karena saya menambahkan: - Tapi saya akan memakannya sebagian di jalan. Pengajaran nilai moral bukan dengan cara menasihati juga bukan dengan cara mendoktrin. Pengajaran nilai moral seyogyanya dengan cara menjelaskan dan dengan cara memberi contoh. Paman Jules mencoba menasihati keponakannya tentang ketuhanan yang telah didoktrin oleh ayah dan pendidikannya yang berhaluan sekuler. Dia mencoba menasihatinya melalui perumpamaanperumpamaan kecil seperti penemuan buah anggur. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip pengajaran moralitas yang harusnya dijelaskan sehingga Marcel Pagnol yang merasa kasihan pada ayahnya yang dipojokkan oleh Paman Jules pun berbalik membela ayahnya dengan cara menyatakan bahwa dia tidak akan menjaga anggur sepenuhnya untuk sang ibu. Dia akan memakan sebagian di jalan. Dia berlaku sebagaimana manusia normal pada umumnya. Realitas individualisme moral pada data di atas muncul pada kutipan «Si tu trouvais une très belle grappe de raisin, une grappe admirable, unique, est-ce que tu ne la porterais pas à ta mère? - Oh oui! Dis-je, sincèrement Seandainya kamu menemukan sedompol buah anggur, sedompol yang mengagumkan, unik, apakah kamu tidak membawanya pada ibumu? - Tentu! Kataku, dengan tulus» dan «Je vis qu il tromphait, et je vins au secours de mon père Saya dapat melihat bahwa dia menang, maka saya datang memberi bantuan pada ayahku», yakni ketika Pagnol ingin memberikan buah anggur yang ditemukannya dan saat dia membela ayahnya dari serangan kata-kata Paman Jules. Adanya keinginan

113 85 memberikan apa yang dimilikinya dan memberikan pembelaan kepada orang tua merupakan sebuah perwujudan individualisme moral karena dia meletakkan kepentingan kolektif di atas kepentingan individunya. Ketika ayah dan paman Pagnol sedang menguji senapan yang akan digunakan untuk berburu, semua orang mencoba menyelamatkan diri. Bibi Rose masuk ke kamar untuk memberi susu pada putranya, Pierre, sedangkan ibunya bersembunyi di dapur. Pagnol pun berusaha melindungi ibunya jika sampai percobaan tersebut gagal dan menghancurkan seluruh rumah seperti yang pernah terjadi pada leluhurnya. (33) Ma mère s était assise sur une chaisse, à deux mètres de la table : je restai debout devant elle, entre ses genoux. Je pensais qu ainsi mon corps la protégait en cas d explosion. (LGMP/2/139) Ibuku duduk di atas kursi, yang berjarak dua meter dari meja : saya berdiri diam di depannya, di antara lututnya. Saya berpikir mungkin saja tubuhku dapat melindunginya seandainya ada resiko ledakan. Masyarakat merupakan bagian paling penting dalam kehidupan. Berangkat dari perspektif ini, Pagnol merasa memiliki keterikatan atau tanggung jawab terhadap peran yang dimilikinya. Meskipun melindungi ibunya dalam kasus ini bukanlah tuntutan eksternal, karena tidak ada keharusan dia melakukan itu, akan tetapi nilai moral dan rasa kasih sayanglah yang membuatnya merasa harus berbuat demikian. Pada kutipan «je restai debout devant elle, entre ses genoux. Je pensais qu ainsi mon corps la protégait en cas d explosion saya berdiri diam di depannya, di antara lututnya. Saya berpikir mungkin saja tubuhku dapat melindunginya seandainya ada resiko ledakan» menunjukkan bahwa ibu Pagnol merupakan individu yang menjadi representasi kolektif dan oleh karena itu Pagnol merasa perlu melindungi ibunya dari pada mencari tempat perlindungan untuk dirinya sendiri.

114 86 Marcel Pagnol sangat ingin ikut berburu. Dia pun mengira sudah pasti akan diajak serta, namun ketika dia mengetahui bahwa ayah dan pamannya tidak berniat mengajaknya, dia menjadi sangat kecewa dan memaksa untuk ikut. Dia berjanji akan membantu apa saja dalam perburuan nanti. Kerelaan Marcel pagnol dalam kutipan berikut ini mengandung unsur individualisme moral, karena Pagnol rela melakukan sesuatu yang dianggapnya bisa memberi sumbangan yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada kutipan berikut ini. (34) Je n insistai pas : il n y aurait de chien. C est donc qu ils comptaient sur moi pour retrouver le gibier abattu. On ne l avait pas dit, mais c était évidemment sous-entendu : il n était pas nécessaire d obtenir une promesse solennelle, sourtout devant Paul, qui avait exprimé son intention de suivre la chasse «de loin» avec du coton dans les oreilles. (LGMP/2/ ) Saya tidak memaksa: Tidak akan ada anjing. Maka dari itu, mereka bisa mengandalkan diriku untuk menemukan kembali binatang buruan yang tertembak. Mereka tidak bergeming, tetapi itu dengan jelas terselubung: tidak perlu mematuhi janji yang resmi, terutama di depan Paul, yang mengungkapkan niatnya untuk mengikuti perburuan dari jauh dengan menyumbat telinga. Dalam kutipan «il n y aurait de chien. C est donc qu ils comptaient sur moi pour retrouver le gibier abattu Tidak akan ada anjing. Maka dari itu, mereka bisa mengandalkan diriku untuk menemukan kembali binatang buruan yang tertembak» menunjukkan adanya fakta individualisme moral karena Pagnol ingin memberi pengorbanan jika diizinkan ikut berburu. Dia tidak minta diajak dengan cuma-cuma tanpa memberi bantuan. Namun, pada kenyataanya tuntutan moral dalam masyarakat tidak bisa seluruhnya akur dengan kecenderungankecenderungan egoistis individu. Kecenderungan egoistis Pagnol adalah keinginannya yang besar untuk ikut berburu. Dia menyangka karena ayahnya sering melibatkan dirinya dalam kegiatan latihan menembak, ditambah lagi

115 87 dengan pekerjaan-pekerjaan cukup besar sebelumnya yang sering melibatkan dirinya, maka secara otomatis dia merasa yakin bahwa dia sudah pasti diajak. Kembali pada prinsip individualisme moral yang tidak selalu selaras dengan hasrat individu maka Pagnol pun tidak mendapat kesempatan untuk diizinkan ikut. Di mata orang dewasa berburu merupakan kegiatan yang berbahaya. Hanya saja, Marcel pagnol yang kedewasaanya pada waktu itu belum sampai ke sana, justru merasa dihianati dengan kenyataan bahwa ayah dan pamannya tidak berniat mengajaknya setelah apa yang dilakukannya selama itu. Kutipan berikut ini berisi tentang kegiatan latihan berburu yang dilakukan oleh ayahnya dan dibantu oleh Marcel Pagnol. Dalam kutipan berikut, tampak jelas bahwa Pagnol memberi pengorbanan kepada ayahnya sebagai wujud individualisme moral. (35) Parfois, le matin, il m emmenait avec lui sur le chemin du vallon de Rapon, qui était bordé d une haie d arbustes. Et là nous répétions en cachette le «coup du roi» : je jouais le rôle de la perdrix, puis, au moment de m envoler, je lançais de toutes mes forces une pierre pardessus la haie, et mon père essayait de la suivre, du bout de son fusil brusquement épaulé Ensuite pour le tir au lapin je lançais dans l herbe, sans le prévenir. Une vieille boule moisie, épave d un jeu de quilles disparu, que j avais trouvée dans le jardin. D autres fois, il m envoyait me cacher dans un buisson, et me donnait l ordre de fermer les yeux. Là, j attendais, les oreilles grandes ouvertes, et attentif au moindre craquement. Soudain, il posait la main sur mon épaule, et disait : «Est-ce que tu m as entendu venir?». (LGMP/2/153) Sekali waktu, pada pagi hari, ayah mengajakku bersamanya ke jalan di lembah Rapon, yang dikelilingi oleh pagar hidup semak-semak. Dan di sana kami berlatih diam-diam tentang «coup du roi»: aku memerankan peran sebagai burung perdrix, lalu, ketika aku pura-pura terbang, aku melontarkan batu-batu dengan sekuat tenaga ke atas pagar tanaman, dan ayahku mencoba mengikutinya, dari ujung senapannya tiba-tiba terpikul Kemudian untuk tembakan pada kelinci aku melompat ke rerumputan, tanpa memberi tahu sebelumnya, sebuah bola jelek bulukan,

116 88 puing-puing permainan bowling lenyap, yang pernah saya temukan di taman. Dulu, ayah menyuruhku sembunyi di semak-semak, dan memerintahkan aku untuk menutup mata. Di sana, saya mendengarkan, telinga terbuka lebar, dan penuh perhatian pada bunyi derak paling kecil sekalipun. Tiba-tiba, dia meletakkan tangannya di bahuku, dan mengatakan: apa kamu tidak mendengar saya datang? Masyarakat bisa dikatakan membentuk bagian terbaik dalam diri seseorang. Seperti halnya moralitas membatasi dan mengekang seseorang dalam merespons kebutuhan alamiahnya, maka ketika masyarakat menuntut komitmen dan ketundukan kita terhadap kelompok, dia sekaligus juga memaksa kita mengejawantahkan diri kita sendiri. Peran ayah Pagnol sebagai individu yang menjadi aspek kolektif bagi anaknya, sedangkan Marcel Pagnol sendiri sebagai individu yang menjadi bagian dari masyarakat. Individu tersebut harus melakukan pengorbanan dan menaati peraturan yang ada jika dia ingin masuk dan diterima dalam sebuah masyarakat. Hal tersebut bisa juga dilakukan oleh Pagnol karena suka rela atau otonomi. Pada kutipan-kutipan «je jouais le rôle de la perdrix aku memerankan peran sebagai burung perdrix», «pour le tir au lapin je lançais dans l herbe untuk tembakan pada kelinci aku melompat ke rerumputan», dan «il m envoyait me cacher dans un buisson, et me donnait l ordre de fermer les yeux ayah menyuruhku sembunyi di semak-semak, dan memerintahkan aku untuk menutup mata» menunjukkan adanya elemen individualisme moral. Pagnol sebagai seorang anak mau mengorbankan dirinya demi membantu ayahnya berperan menjadi binatang-binatang dalam latihan berburu. Hal tersebut terjadi karena ayahnya sebagai seorang individu yang menjadi perwakilan dari

117 89 masyarakat yang mampu membentuk bagian terbaik dari diri Pagnol, sehingga Pagnol dengan senang hati membantu ayahnya. Bentuk kerelaan dan pengorbanan Marcel Pagnol juga muncul dalam kutipan berikut. Dia yang merasa akan diajak dalam petualangan perburuan menawarkan diri memberi bantuan. (36) Je rentrai dans la maison au moment où l oncle Jules repliait la carte en disant : - Douze kilomètres dans les collines, ce n est pas excessif, mais ça fait tout de même une trotte. Je dis bravement : - Moi, je porterai le déjeuner. - Quel déjeuner? dit l oncle. - Le nôtre. Je prendrai deux mussettes, et je porterai le déjeuner. (LGMP/2/157) Saya pulang ke rumah ketika Paman Jules melipat peta sambil berkata : - Dua belas kilometer di perbukitan, itu tidak berlebihan, tapi biar bagaimanapun juga merupakan perjalanan kaki yang jauh sekali. Aku berkata dengan berani. - Saya, saya yang akan membawa sarapan. - Sarapan apa? Tanya paman. - Sarapan kita. Saya akan membawa dua tas, dan saya akan membawakan sarapannya. Dalam perburuan, mereka akan menempuh perjalanan yang cukup panjang, yakni 12 kilometer di daerah perbukitan yang di tempuh dengan berjalan kaki. Mendengar hal tersebut Pagnol bukannya khawatir, dia justru menawarkan diri membantu membawa perbekalan. Dia yang masih anak-anak dengan memiliki semangat yang tinggi merasa memiliki kemampuan setara dengan orang dewasa. Dia tidak benar-benar menyadari apa yang sedang dihadapinya. Marcel Pagnol dalam kutipan «Moi, je porterai le déjeuner Saya, saya yang akan membawa sarapan» merupakan perwujudan individualisme moral. Meskipun tidak ada yang meminta dia merasa perlu memberi jasa karena dia mengira akan diizinkan ikut berburu. Hal tersebut dilakukan oleh Pagnol bukan

118 90 karena kewajiban atau kererikatan melainkan karena otonomi atau suka rela dan kesadaran sebagai individu dan bagian dari masyarakat. Dikarenakan pernyataan Marcel Pagnol yang dengan senang hati menawarkan diri membantu membawa bekal berburu, tentu membuat pamannya menjadi bingung. Karena dari awal paman dan ayahnya tidak berniat mengajaknya. Menyadari kebingungan pamannya, Pagnol pun tergerak untuk memberi penjelasan logis kepada pamannya. Kutipan berikut dapat menunjukkan pemahaman lebih dalam mengenai individualisme moral. (37) - A la chasse, dis-je. Moi, je n ai pas de fusil, c est tout naturel que je porte le déjeuner. Vous, ça purrait vous gêner. Et puis, si vous le mettez ça dans le carnier, il n y aura plus de place pour mettre le gibier. Et puis, moi, quand je marche, je ne fais pas de bruit. J ai bien étudié les Peaux-Rouges, je sais marcher comme un Comanche. La preuve, c est que j attrape des cigales tant que je veux. Et puis moi, je vois de loin, et l autre jour, c est moi qui vous ai fait voir l épervier, et encore vous n avez pas de chien, et les perdrix, quand vous les tuerez vous ne pourrez pas les retrouver, tandis que moi, je suis petit, je me faufile dans les broussailles Et puis comme ça, pendant que je les chercherai, vous pourrez en tuer d autres. Et puis (LGMP/2/158) - Dalam perburuan, kata saya. Saya tidak punya senapan, maka wajarlah kalau saya yang membawa sarapan. Lagian membawa sarapan itu bisa merepotkan kalian. Kemudian, jika kalian meletakkan sarapan dalam kantong berburu, tidak akan ada tempat untuk menyimpan binatang buruan. Kemudian, ketika saya berjalan, saya tidak melakukan kebisingan. Saya sudah mempelajari dengan baik mengenai suku Indian, saya bisa berjalan seperti kepala suku Indian. Buktinya, ketika saya menangkap jangkrik sebanyak yang saya mau. Kemudian saya melihat dari kejauhan, dan pada hari yang lain, sayalah yang membuat kalian melihat burung buas, dan juga kalian tidak segera melihatnya. Kemudian, kalian tidak memiliki anjing, dan burung-burung perdrix, ketika kalian membunuh mereka kalian tidak perlu menemukannya, tapi saya saja, saya kan kecil, saya bisa menyelinap dalam semak-semak. Kemudian begitulah, selama saya mencari mereka, kalian bisa membunuh yang lain. Dan kemudian Dalam kutipan «A la chasse, dis-je. Moi, je n ai pas de fusil, c est tout naturel que je porte le déjeuner. Vous, ça purrait vous gêner Dalam perburuan, kata saya. Saya tidak punya senapan, maka wajarlah kalau saya yang membawa

119 91 sarapan. Lagian membawa sarapan itu bisa merepotkan kalian», Pagnol berusaha menunjukkan eksistensinya dalam perburuan tersebut. Dia mengajukan dirinya dan ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa dia bisa bermanfaat dengan memberi bantuan-bantuan yang mampu dilakukannya. Data di atas menunjukkan adanya sebuah fenomena individualisme moral. Pagnol dengan segala kerendahan hatinya ingin membantu ayah dan pamannya dalam berburu. Dalam artian dia bersedia memberi bantuan untuk meringankan kesulitan yang akan dialami oleh kedua pemburu tersebut. Di satu sisi, Pagnol menunjukkan rasa kebersamaan yang kuat bahwa dia ingin dilibatkan dalam membantu meringankan beban, namun di sisi lain Pagnol tampak menonjolkan hasrat individu dan egoistisnya. Justru egoisme semacam inilah yang sebagian besar hasil dari masyarakat. Meskipun demikian, nilai individualisme moral tampak jelas dalam kutipan di atas karena Pagnol sebagai individu rela memberi pengorbanan kepada ayah dan pamannya yang merupakan individu-individu representasi dari masyarakat. Alih-alih memarahi putra sulungnya yang rewel, ayah dan ibu Pagnol justru berusaha menenangkannya. Dalam kutipan berikut, Pagnol berperan sebagai representasi kolektif yang mampu mengikat dorongan hasrat pribadi ayah dan ibunya untuk mengabaikan atau memarahai keteguhan hati anaknya yang memaksa ingin diajak dalam petualangan yang berbahaya itu. (38) Sur quoi, je courous au mur, et contre mon bras replié, je me mis à pleurer bruyamment. Mon père ne savait que dire et il caressait mes cheveux. Ma mère entra et, sans un mot, me prit sur ses genoux. (LGMP/2/159) Atas apa, aku berlari ke dinding, dan di atas lenganku yang terlipat aku menangis keras-keras. Ayahku hanya bisa bicara dan membelai rambutku.

120 92 Ibuku masuk dan, tanpa sepatah kata, dia memangkuku. Usaha ayah dan ibu Pagnol untuk menghibur anaknya merupakan perwujudan individualisme moral. Sebagai orang tua, ketika melihat anaknya bersedih, maka sudah sewajarnya mereka menghibur atau menenangkanya. Dari data di atas, Pagnol merupakan refleksi dari masyarakat, yakni ketika ada orang lain di luar individu yang sedang kesusahan ada semacam dorongan dari masyarakat yang menarik sebuah individu untuk melakukan penghiburan atau memberi rasa simpati, sebagaiman terdapat dalam kutipan «Mon père ne savait que dire et il caressait mes cheveux. Ma mère entra et, sans un mot, me prit sur ses genoux Ayahku hanya bisa bicara dan membelai rambutku. Ibuku masuk dan, tanpa sepatah kata, dia memangkuku». Realita individualisme moral muncul dalam usaha orang tua Pagnol untuk menenangkannya. Fakta individualisme moral juga muncul ketika Pagnol menulis surat untuk ibunya ketika dia akan pergi diam-diam untuk mengikuti ayah dan pamannya berburu. (39) J embrassai Paul, qui se recoucha aussitôt, et je descendis au rez-dechaussée. Rapidement, je rallumai la bougie, je déchirai une page de mon cahier. «Ma chère maman. Ils ont fini par m emmener avec eux. Ne te fais pas de Mauvais Sang. Garde-moi de la crème fouettée. Je te fais deux mille bises.» Je mis ce papier bien en évidence sur la table de la cuisine. Puis je glissai dans ma musette un morceau de pain, deux barres de chocolat, une orange. Enfin, serrantle manche du couteau pointu, je m élançai sur la piste des fusilleurs. (LGMP/2/ ) Aku memeluk Paul, yang segera tertidur kembali, dan saya turun ke lantai dasar. Dengan cekatan, saya menyalakan lilin, saya menyobek selembar buku tulisku. Ibuku tersayang. Akhirnya mereka mengajakku ikut berburu. Ibu tidak usah menghawatirkanku. Sisakan krim kocok untukku ya. Beriburibu cium sayang untuk ibu Saya meletakkan kertas di tempat yang terlihat jelas di meja dapur. Kemudian saya memasukkan pelan-pelan ke dalam tasku sepotong roti,

121 93 dua batang cokelat, dan jeruk. Akhirnya, sambil menggenggam erat gagang pisau tajam, saya menghambur ke jalanan yang penuh dengan orang bersenapan. Data di atas menunjukkan bahwa Pagnol tidak ingin ibunya khawatir akan keselamatannya. Dia berbohong bahwa ayah dan pamannya akhirnya mau mengajaknya berburu. Surat Pagnol kepada ibunya yang berbunyi «Ma chère maman. Ils ont fini par m emmener avec eux. Ne te fais pas de Mauvais Sang. Garde-moi de la crème fouettée. Je te fais deux mille bises. Ibuku tersayang. Akhirnya mereka mengajakku ikut berburu. Ibu tidak usah menghawatirkanku. Sisakan krim kocok untukku ya. Beribu-ribu cium sayang untuk ibu». Dalam surat tersebut menegaskan kepedulian Pagnol kepada ibunya, di sana tersirat harapan dan rasa cintanya kepada sang ibu agar tidak usah mencemaskannya dengan mengatakan bahwa kedua orang dewasa itu telah mengajaknya. Jika dia mengatakan akan pergi diam-diam, ibunya pasti akan merasa sangat khawatir ketika mengetahui anak yang disayanginya berada di antara orang-orang yang membawa senapan. Di antara masyarakat dan individu Pagnol, terdapat ikatan yang kuat karena masyarakat merupakan bagian dari diri Pagnol itu sendiri. Dalam kutipan di atas, tokoh-tokoh yang merupakan representasi masyarakat adalah ayah, ibu, paman, Paul dan bahkan tokoh Marcel Pagnol itu sendiri. Dalam individualisme moral, masyarakat dianggap mampu membentuk bagian terbaik dari individu. Bagian terbaik yang terbentuk dalam diri Pagnol dari data di atas adalah bentuk kasih sayang terhadap adik dan ibunya yaitu dengan cara memberikan pelukan kepada adiknya, lalu dia menulis pesan agar ibunya tidak perlu khawatir akan dirinya. Selain itu, kerelaan untuk menyenangkan pamannya dengan memberi jawaban

122 94 yang sesuai harapan pamannya tersebut, serta bantuan suka rela untuk ayahnya juga merupakan bukti adanya realitas individualisme moral dalam roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol. 4.3 Realitas Pemujaan Individu yang Dimanifestasikan oleh Tokoh Marcel Pagnol kepada Ayahnya, Joseph Pagnol Pemujaaan individu tidak didasari oleh egoisme, melainkan didasari oleh kelanjutan dari perasaan-perasaan simpati yang berlawanan dengan penderitaan manusia dan keadilan sosial. Pemujaan individu itu bersifat komunal, dalam artian dilakukan pula oleh komunitas, sedangkan sasaran kultus individu bersifat individual. Dalam pembahasan ini, penelitian akan terbatas pada pemujaan individu oleh tokoh Marcel Pagnol terhadapap ayahnya, Joseph Pagnol. Analisis ini merupakan pemujaan oleh individu terhadap individu lain. Individu pemuja merupakan representasi kolektif masyarakat. Kebanyakan anak-anak dalam masyarakat melakukan pemujaan individu terhadap orangtua mereka. Dalam hal ini, pemujaan anak laki-laki terhadap ayahnya. Kutipan pertama dari analisis ini merupakan kalimat pembuka Marcel Pagnol ketika memperkenalkan ayahnya kepada pembaca dengan cara mendeskripsikan ciri fisik ayahnya. (40) Mon père, qui s appelait Joseph, était alors un jeune homme brun, de taille médiocre, sans être petit. Il avait un nez assez important, mais parfaitement droit, et fort heuresement raccourci aux deux bouts par sa moustache et ses lunettes, dont les verres ovales étaient cerclés d un mince fil d acier. Sa voix était grave et plaisante et ses cheveux, d un noir bleuté, ondulaient naturellement les jours de pluie. (LGMP/2/21) Ayahku, yang bernama Joseph adalah seorang pria muda berkulit sawo matang, tidak terlalu tinggi, tetapi tidak kecil. Dia memiliki hidung yang cukup besar dan untungnya kedua ujung hidungnya memendek

123 95 yang disebabkan oleh kumis dan kacamatanya yang berbentuk oval yang dilapisi baja tipis. Suaranya berat dan enak didengar serta rambutnya yang berwarna hitam kebiru-biruan, berombak secara alami ketika kehujanan. Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pagnol ingin memperkenalkan ayahnya pada dunia dengan cara mendeskripsikan secara detil ciri fisik ayahnya. Dari bentuk fisik dapat ditarik simpulan bahwa ayah Pagnol adalah pria muda yang cerdas, berpendidikan, dan berwibawa. Data di atas belum menunjukkan ranah pemujaan individu yang sesungguhnya namun dari sana dapat dilihat bahwa Pagnol dengan sungguh-sungguh ingin menunjukkan pada dunia mengenai ayahnya. Dalam kutipan «Sa voix était grave et plaisante Suaranya berat dan enak didengar» menunjukkan sebuah penilaian yang positif terhadap ayahnya. Menurutnya, meskipun suara ayahnya terdengar berat, namun tetap enak didengar oleh telinganya. Keyakinan semacam ini menunjukkan adanya sebuah simpati yang nantinya dapat membawa pada sebuah pemujaan individu. Berikut ini merupakan kutipan-kutipan yang mengandung pemujaan individu oleh tokoh Marcel Pagnol terhadap ayahnya. Kutipan pertama, bercerita mengenai betapa Marcel Pagnol mencintai ayah dan ibunya. (41) Je n ai jamais su comment ils s étaient connus, car on ne parlait pas de ces choses-là à la maison. D autre part, je ne leur ai jamais rien demandé à ce sujet, car je n imaginais ni leur jeunesse ni leur enfance. Ils étaient mon père et ma mère, de toute éternité, et pour toujours (LGMP/2/22) Saya tidak pernah tahu bagaimana mereka mengenal satu sama lain, karena tidak ada yang membicarakan tentang hal itu di rumah. Di lain pihak, saya juga tidak pernah bertanya pada mereka mengenai subjek ini, karena tak terbayangkan bagaimana masa muda, tidak juga masa anak-anak mereka. Merekalah ayah dan ibu saya dari dulu dan untuk selamanya Kutipan «Ils étaient mon père et ma mère, de toute éternité, et pour toujours Merekalah ayah dan ibu saya dari dulu dan untuk selamanya»

124 96 membuktikan bahwa Pagnol tidak hanya menganggap ayahnya sebagai bagian dari masa lalunya tetapi juga sebagai bagian dari kehidupannya. Kutipan di atas juga menunjukkan bahwa Pagnol bangga menjadi anak ayahnya. Dia tidak merasa ingin menjadi anak orang lain tidak peduli bagaimana orang tuanya, khususnya dia tidak peduli bagaimana ayahnya memulai kehidupannya, sebagaimana tersirat dalam kalimat «je n imaginais ni leur jeunesse ni leur enfance tak terbayangkan bagaimana masa muda, tidak juga masa anak-anak mereka». Dia menerima dengan tulus ayahnya sebagaimana adanya. Penerimaan Marcel Pagnol terhadap berkah ini merupakan bentuk perwujudan pemujaan individu, karena perasaan tersebut muncul berdasarkan rasa simpati yang kemudian diaplikasikannya dengan menunjukkan perasaannya tersebut. Wujud nyata aplikasi tersebut adalah ketidakpeduliannya pada masa lalu ayahnya dan ide bahwa dia adalah anak dari ayahnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kebiasaan di pagi hari, ketika ibu Pagnol hendak pergi ke pasar, dia selalu menitipkan anaknya di kelas ayahnya mengajar. Dalam kutipan berikut ini, tersirat adanya pengkultusan individu oleh Marcel terhadap ayahnya. (42) Lorsqu elle allait au marché, elle me laissait au passage dans la classe de mon père, qui apprenait à lire à des gamins de six ou sept ans. Je restais assis, bien sage, au premier rang et j admirais la toute-puissance paternelle. Il tenait à la main une baguette de bambou : elle lui servait à montrer les lettres et les mots qu il écrivait au tableau noir, et quelquefois à frapper sur les doight d un cancre inattentif. (LGMP/3/31) Ketika ibu pergi ke pasar, dia menitipkanku di kelas ayahku, yang mengajar membaca pada bocah-bocah yang berumur enam atau tujuh tahun. Saya duduk tenang, tidak nakal, di deretan pertama dan aku mengagumi semua kekuatan sifat khas seorang ayah. Dia memegang tongkat bambu : tongkat itu digunakannya untuk menunjuk kalimat dan kata-kata yang tertulis di papan tulis, dan kadang-kadang untuk memukul jari-jari murid yang malas, yang tidak mau memperhatikan.

125 97 Dari data (42), dalam kutipan «j admirais la toute-puissance paternelle aku mengagumi semua kekuatan sifat khas seorang ayah» menunjukkan bahwa Pagnol sangat mengagumi sifat kebapakan ayahnya. Baginya ayahnya benar-benar pria sejati yang memiliki kekuatan untuk mengajarkan kepandaian kepada banyak orang dan juga dapat menghukum orang yang tidak mau memperhatikan pelajaran dengan saksama. Hal itu dipertegas dalam kutipan «Il tenait à la main une baguette de bambou : elle lui servait à montrer les lettres et les mots qu il écrivait au tableau noir, et quelquefois à frapper sur les doight d un cancre inattentif Dia memegang tongkat bambu : tongkat itu digunakannya untuk menunjuk kalimat dan kata-kata yang tertulis di papan tulis, dan kadangkadang untuk memukul jari-jari murid yang malas, yang tidak mau memperhatikan». Dalam pemujaan individu, seseorang yang dipuja itu berada di atas kesadaran partikular dan menjadi titik tuju. Terlepas dari ayahnya seorang guru pun Pagnol tetap bersimpati pada ayahnya yang memiliki kekuatan sebagai lelaki. Rasa simpati itu muncul bukan karena egoisme melainkan dari individualisme moral yang kemudian berujung pada pemujaan individu. Masyarakatlah yang menuntun masing-masing individu untuk menganggap tokoh masyarakat seperti guru sebagai sesuatu yang sakral. Pagnol menunjukkan sebuah pemujaan individu pada ayahnya yang merupakan seorang pria sejati. Dia bersimpati pada kepandaian ayahnya ketika mengajar dan keberaniannya menghukum anak-anak yang bandel. Dengan adanya rasa simpati yang tumbuh menjadi pemujaan individu itu, Pagnol bersikap manis di dalam kelas agar tidak mengganggu proses

126 98 ayahnya mengajar, yang tampak dalam kutipan «Je restais assis, bien sage, au premier rang Saya duduk tenang, tidak nakal, di deretan pertama». Paman Jules berasal dari daerah Roussillon yang terletak di bagian selatan Prancis. Dikarenakan hal itulah, dia memiliki aksen yang berbeda dengan keluarga Pagnol yang beraksen provensal. Aksen provensal adalah aksen yang berasal dari daerah Provence. Provence adalah wilayah di Prancis tenggara yang berbatasan dengan Laut Tengah dan Italia. Bangsa Romawi menaklukan wilayah ini pada abad ke-2 SM, dan dijuluki Provincia Nostra atau Provincia, yang dalam bahasa Perancis menjadi Provence ( Dia merasa bangga dengan aksen dari daerahnya tersebut. Bagi Pagnol, aksen pamannya yang ketika mengucapkan huruf R terdengar seperti bunyi batu pasir yang terbawa air di sungai, merupakan sebuah kekurangan yang dimiliki sang paman sebagaimana tampak dalam pendapatnya berikut ini. (43) Je l imitais, pour faire rire mon frère Paul. Nous pensions en effet que l accent provençale était le seul accent français veritable, puisque c était celui de notre père, examinateur au Certificat d Etudes, et que les R de l oncle Jules n étaient que le signe extérieur d une infirmitée cachée. (LGMP/3/44) Saya menirunya (mengucapkan R seperti paman Jules), untuk membuat adikku Paul tertawa. Kami berpikir sebagai akibat bahwa aksen provensal merupakan satu-satunya aksen Prancis yang sesungguhnya, karena aksen tersebut merupakan aksen dari ayah kami, guru bersertifikat pendidikan, dan huruf-huruf R paman Jules hanyalah tanda yang tampak dari luar sebagai sebuah kelemahan yang disembnyikan. Berdasarkan kutipan (43), yang berbunyi «Nous pensions en effet que l accent provençale était le seul accent français veritable, puisque c était celui de notre père, examinateur au Certificat d Etudes Kami berpikir sebagai akibat bahwa aksen provensal merupakan satu-satunya aksen Prancis yang sesungguhnya, karena aksen tersebut merupakan aksen dari ayah kami, guru

127 99 bersertifikat pendidikan», Pagnol memiliki pandangan bahwa aksen yang dimiliki ayahnya adalah aksen yang paling baik dan paling benar, karena ayahnya adalah guru yang memiliki sertifikat mengajar. Baginya, sertifikat mengajar itulah yang menjadi bukti dan tolok ukur kebenaran suatu aksen bahasa di Prancis. Kebanyakan anak-anak di dunia mengkultuskan orang tua mereka sebagai yang paling baik dan paling benar. Ide Pagnol tersebut juga membuktikan bahwa dia adalah anak yang masih lugu. Ide Marcel Pagnol tentang aksen terorisinil di Prancis adalah aksen provensal yang merupakan aksen ayahnya, muncul dari rasa simpati yang kemudian mampu membentuk individunya untuk melakukan pengkultusan terhadap individu ayahnya. Perwujudan pengkultusan individu oleh Marcel Pagnol dari data di atas dibuktikan dengan adanya pembelaan dan keyakinan terhadap kebenaran aksen ayahnya dan kebanggaannya pada sertifikat mengajar yang dimiliki ayahnya. Selain itu, dia bahkan menganggap aksen yang dimiliki Paman Jules sebagai sebuah kekurangan yang ditutupi dan dia juga menjadikan aksen Pamannya itu sebagai lelucon, yaitu ketika dia meniru pamannya mengucapkan R sang paman Jules untuk menghibur adiknya. Suatu ketika Pagnol bercerita mengenai ayahnya yang pandai membahas permasalahan sosial dan politik yang ada di negaranya. (44) J adorais ces conférences politico-sociales de mon père, que j interpretais à ma façon, et je me demandais pourqoui le Président de la Republique n avait jamais pensé à l appeler, tout au moins pendant les vacances, car il eût fait en trois semaines le bonheur de l humanité. (LGMP/3/79) Saya mengagumi pembahasan politik-sosial ayahku, yang aku artikan dengan caraku sendiri, dan aku bertanya-tanya mengapa Presiden Republik tidak pernah berpikir untuk memanggilnya, setidaknya selama liburan, karena dia akan bahagia sebagai manusia selama tiga minggu.

128 100 Kelihaiaan ayah Pagnol dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya membuat anaknya merasa bersimpati dan kagum. Hal tersebut muncul dalam kalimat «J adorais ces conférences politico-sociales de mon père Saya mengagumi pembahasan politik-sosial ayahku». Kekaguman dan rasa simpati itulah yang menyebabkan munculnya pemujaan individu oleh Pagnol terhadap ayahnya. Meskipun dalam kutipan «que j interpretais à ma façon yang aku artikan dengan caraku sendiri», menunjukkan bahwa Pagnol tidak paham dengan apa yang dimaksud ayahnya karena pada waktu itu dia masih kecil, namun dia meyakini bahwa pembahasan tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa. Keluguan dan kepolosan seorang anak kecil ditunjukkan oleh Marcel Pagnol ketika menerjemahkan pembehasan ayahnya mengenai sosial-politik dengan pemahamannya sendiri. Pagnol bahkan bertanya-tanya mengapa Presiden Republik Prancis tidak mengundang ayahnya untuk membahas kondisi sosial politik bersamanya, sebagaimana terdapat dalam kalimat «je me demandais pourqoui le Président de la Republique n avait jamais pensé à l appeler aku bertanya-tanya mengapa Presiden Republik tidak pernah berpikir untuk memanggilnya». Akibat dari rasa simpati dan kultus individu di atas, dia berharap agar ayahnya di undang presiden Republik agar ayahnya bahagia, sebagaimana tampak dalam kutipan «tout au moins pendant les vacances, car il eût fait en trois semaines le bonheur de l humanité setidaknya selama liburan, karena dia akan bahagia sebagai manusia selama tiga minggu». Kutipan tersebut menjelaskan pula mengenai seorang anak yang masih polos dan lugu yang memiliki ide tentang seorang ayah yang sangat hebat dan karena kehebatnya dia pantas diundang oleh presiden. Adanya

129 101 pengandaian yang dilakukan oleh Pagnol untuk ayahnya agar diundang oleh presiden ini menunjukan adanya realitas pemujaan individu yang terdapat dalam data (44) tersebut. Ayah Pagnol selalu bisa menjadi sosok yang diidolakan Pagnol. Selain ayahnya adalah orang yang pandai berteori, ayahnya juga pandai dalam beraplikasi. Hal tersebut terbukti ketika ayahnya bisa memasang selang air yang dapat mengalirkan air dari dapur sampai ke teras. (45) Mon père avait adapté un long tuyau en caoutchouc au robinet de la cuisine. Il en sortait par la fenêtre, et venait aboutir à un bec de lance en cuivre, sur la terrase. J arrosais Paul, puis il m inondait. Cette façon de faire était une invention géniale de mon père, car l abominable «toilette» était devenu un jeu : elle durait jusqu à ce que ma mère nous criât par la fenêtre : «assez! Quand la citerne sera vide, nous serons obligés de partir!». (LGMP/3/103) Ayahku memasang selang air yang panjang ke keran dapur. Dia mengulurkan keran tersebut keluar melalui jendela, dan disambungkan dengan corot selang air yang terbuat dari tembaga, di beranda. Aku menyiram Paul, kemudian dia menyiramku. Cara mandi yang demikian merupakan penemuan yang jenius dari ayahku, karena mandi yang biasanya merupakan hal yang mengerikan menjadi suatu permainan: kegiatan tersebut berlangsung hingga ibuku berteriak kepada kami melalui jendela: Cukup! Kalau tangki airnya sampai habis, nanti kita harus pergi! Ayah Pagnol merupakan sosok yang dikagumi oleh anak-anaknya. Ayahnya sering bisa menciptakan hal-hal kreatif sebagaimana tampak dalam kutipan «Mon père avait adapté un long tuyau en caoutchouc au robinet de la cuisine. Il en sortait par la fenêtre, et venait aboutir à un bec de lance en cuivre, sur la terrase Ayahku memasang selang air yang panjang ke keran dapur. Dia mengulurkan keran tersebut keluar melalui jendela, dan disambungkan dengan corot selang air yang terbuat dari tembaga, di beranda». Itulah salah satu penyebab Pagnol merasa bersimpati dan bangga terhadap ayahnya sebagaimana

130 102 tampak dalam kalimat, «Cette façon de faire était une invention géniale de mon père, car l abominable «toilette» était devenu un jeu Cara mandi yang demikian merupakan penemuan yang jenius dari ayahku, karena mandi yang biasanya merupakan hal yang mengerikan menjadi suatu permainan». Bagi anak-anak, biasanya aktivitas mandi merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan, namun karena kecerdasan ayahnya, dia mampu memasang selang air yang dapat mengucurkan air dari dapur ke luar jendela, kegiatan mandi pun menjadi aktifitas yang menyenangkan. Realitas pemujaan individu dari data di atas dapat dilihat melalui apresiasi Pagnol terhadap hasil karya ayahnya dan anggapan bahwab penemuan ayahnya sebagai sesuatu yang jenius. Ayah Pagnol pandai memberi pengaruh kepada anaknya dalam banyak hal, seperti memberi pengaruh dalam berbagai segi kehidupan seperti agama, sosial, dan pendidikan. Data (46) berikut ini, merupakan salah satu bentuk pengaruh yang diberikan oleh ayah Pagnol kepada putranya dalam bidang ilmu pengetahuan. (46) Papa nous avait dit (avec une certaine joie laïque) que la mante dite «religieuse» était un animal féroce et sans pitié ; qu on pouvait la considérer comme le «tigre des insectes», et que l étude de ses mœurs était des plus intéressantes. Je décidai donc de les étudier, c est-à-dire que, pour déclencher une bataille entre les deux plus grosses, je les présentai de fort près l une à l autre, les griffes en avant. (LGMP/3/106) Papa bilang kepada kami (dengan kebahagiaan sebagai seorang atheis) bahwa belalang merupakan binatang yang kejam dan tanpa belas kasih. Bisa diibaratkan sebagai «macannya serangga», dan bahwa mempelajari tingkah lakunya sangatlah menarik. Saya memutuskan untuk mempelajarinya, dengan maksud melancarkan perang di antara dua belalang yang paling besar, sambutlah belalang-belalang terkuat, cakar di depan. Ucapan ayah Pagnol kepada anaknya, bahwa belalang merupakan binatang yang sangat kejam sampai bisa disebut sebagai macannya serangga memberi inspirasi pada Pagnol untuk melakukan observasi dengan caranya sendiri

131 103 sebagaimana tampak dalam kutipan «Papa nous avait dit (avec une certaine joie laïque) que la mante dite «religieuse» était un animal féroce et sans pitié ; qu on pouvait la considérer comme le tigre des insectes Papa bilang kepada kami (dengan kebahagiaan sebagai seorang atheis) bahwa belalang merupakan binatang yang kejam dan tanpa belas kasih. Bisa diibaratkan sebagai «macannya serangga»». Dia mengadu binatang tersebut untuk mengetahui belalang yang paling kuat. Perbuatan Pagnol mengadu dua belalang tersebut menunjukkan bahwa apa yang dimaksud ayahnya tidak benar-benar dimengerti olehnya, namun pada kenyataanya dia mau berusaha mengamati habitat belalang yang dianggap sebagai serangga paling kejam. Dari analisis di atas, ayah Pagnol memberitahu putra sulungnya itu bahwa mempelajari kebiasaan-kebiasaan belalang merupakan sesuatu yang menarik «l étude de ses mœurs était des plus intéressantes mempelajari tingkah lakunya sangatlah menarik», karena orang yang mempelajari tingkah laku mereka akan bertambah luas wawasannya. Jika Pagnol benar-benar melakukan hal tersebut maka ayahnya akan senang karena harapannya direalisasikan oleh anaknya. Pada kenyataannya, Pagnol pun mengerjakan apa yang dikatakan ayahnya sebagaimana dibuktikan oleh kalimat «Je décidai donc de les étudier Saya memutuskan untuk mempelajarinya». Inti pemujaan individu dari data di atas ialah ketika Pagnol memutuskan membuktikan perkataan ayahnya mengenai kebiasaan belalang. Paman Jules sering menyalahkan ayah pagnol karena telah mempengaruhi dan mengajarkan atheisme yang diikutinya kepada anak-anaknya. Ketika Pagnol memberi jawaban yang secara tersirat mengakui adanya Tuhan, paman Jules melihat hal tersebut bisa ia gunakan untuk menyerang keatheisan ayah Pagnol.

132 104 (47) Et il se tourna vers mon père, pour ajouter : - Je suis heureux de constater que malgré le matérialisme atroce que vous lui enseignez, il a trouvé dans son cœur la Loi de Dieu, et il garderait la grappe pour sa mère! Je vis qu il tromphait, et je vins au secours de mon père, car j ajoutai : - Mais j en mangerais la moitié en route. (LGMP/3/119) Dia menoleh pada ayahku, untuk menambahkan: - Saya senang melihat bahwa keduniawian yang bertentangan dengan kemanusiaan yang kamu ajarkan padanya, dia sudah menemukan di dalam hatinya hukum Tuhan, dan dia menyimpan anggur tersebut untuk ibunya! Saya dapat melihat bahwa dia menang, maka saya datang memberi bantuan pada ayahku, karena saya menambahkan: - Tapi saya akan memakannya sebagian di jalan. Ketika mengetahui keyakinan orang yang dikaguminya diserang oleh paman Jules, sebagaimana tampak dalam kalimat yang diucapkan pamannya itu dalam kutipan «Je suis heureux de constater que malgré le matérialisme atroce que vous lui enseignez, il a trouvé dans son cœur la Loi de Dieu, et il garderait la grappe pour sa mère! Saya senang melihat bahwa keduniawian yang bertentangan dengan kemanusiaan yang kamu ajarkan padanya, dia sudah menemukan di dalam hatinya hukum Tuhan, dan dia menyimpan anggur tersebut untuk ibunya!», Pagnol merasa tidak dapat menerima kenyataan bahwa ayahnya dikalahkan oleh pamannya secara lisan. Dia yang masih anak-anak, belum memahami benar apa makna sebuah ketuhanan, yang dia tau adalah bahwa ayahnya adalah orang yang selalu bisa membuatnya kagum dan bangga. Menurut pendapatnya, ayahnya selalu benar, sehingga dia tidak ingin ada seorang pun yang boleh mengalahkan kehebatan atau pun menyangkal kebenaran ideologi ayahnya. Data (47) menunjukkan realita pemujaan individu Pagnol terhadap ayahnya, karena Pagnol membela ayahnya dengan mengatakan bahwa tidak semua anggur akan diberikan kepada ibunya, melainkan dia akan memakannya sebagian di jalan, sebagaimana tampak dalam pernyataan Pagnol «Mais j en mangerais la moitié en

133 105 route Tapi saya akan memakannya sebagian di jalan». Data tersebut menunjukkan sebuah kerelaan Marcel Pagnol untuk membantu orang yang dipujanya agar tidak jatuh dalam kekalahan atas serangan Paman Jules. Dia memberi jawaban tambahan yang logis, bahwa tidak semua anggur yang ia punya akan diberikan seluruhnya kepada ibunya, melainkan dia akan memenuhi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu baru membagi anggur dengan ibunya. Pagnol yang selalu merasa bangga pada ayahnya, merasa sangat terpukul ketika melihat ayahnya digurui oleh paman Jules. Ayahnya yang biasanya selalu dominan dalam berbagai hal tiba-tiba seperti direndahkan ketika ayah dan pamannya berencana melakukan perburuan, ayahnya menjadi pihak yang didominasi seperti orang bodoh dan tidak berpendidikan. Pagnol pun berusaha mengutarakan perasaan kecewanya itu kepada ibunya. (48) L oncle Jules avait parlé toute la soirée en savant et en professeur, tandis que mon père, lui qui était examinateur au Certificat d études, l avait écouté d un air attentif, d un air ignare, comme un éléve. J en étais honteux et humilié. Le lendemain matin, pendant que ma mère versait du café dans mon lait, je lui fis part de mes sentiments. - Ça te plaît, toi, que papa aille a la chasse? - Pas trop, me dit-elle. C est un amusement dangereux. - Tu as peur qu il tombe dans l escalier avec ses cartouches? - Oh non! dit-elle. Il n est pas si maladroit Mais tout de même, cette poudre, c est traitre. - Eh bien, moi ce n est pas pour ça que ça ne me plait pas. - Alors, c est pourqoui? J hésitai un instant, que je mis à profit pour avaler une bonne gorgée de café au lait. - Tu n as pas vu comme l oncle Jules est fier? C est toujours lui qui commande, et qui parle tout le temps! - C est justement pour lui apprendre, et il le fait par amitié. - Moi, je vois bien qu il est rudement content d être plus fort que papa. Et ça ne me plît pas du tout. Papa le gagne toujours, aux boules ou aux dames. Et là, je suis sûr qu il va perdre. Je trouve que c est bête de jouer à des jeux qu on ne sait pas. Moi, je ne joue jamais au ballon parce que j ai les mollets trop petits, et les autres se moqueraient de

134 106 moi. Mais je juou toujours aux billes, ou aux barres, ou à la marelle, parce que je gagne presque toujours. - Mais gros bêta, la chasse ce n est pas un concours! C est une promenade avec un fusil, et puisque ça l amuse lui fera beaucoup de bien. Même s il ne tue pas de gibier. - S il ne tue rien, eh bien moi, ça me dégoûtera. Oui ça me dégoûtera. Et moi, je ne l aimerai plus. (LGMP/3/ ) Paman Jules telah berbicara semalaman seperti seorang cendekiawan dan seperti seorang guru, sementara itu ayahku, yang seorang guru bersertifikat pendidikan, hanya mendengar dengan seksama seperti orang bodoh, seperti murid. Aku merasa malu dan terhina. Keesokan paginya, sementara ibu menuangkan kopi ke dalam susuku, aku mengutarakan perasaanku kepadanya. - Ibu senang, ayah pergi berburu? - Tidak terlalu, kata ibu. Itu adalah cara senang-senang yang berbahaya. - Ibu takut kalau ayah jatuh dari tangga dengan peluru-pelurunya? - Tidak! kata ibu. Dia tidak seceroboh itu. Tapi biar bagaimanapun juga, mesiu itu berbahaya. - Baiklah, tapi bukan karena itu aku tidak senang. - Lalu kenapa? Aku terdiam sejenak untuk meminum seteguk kopi susu. - Ibu tidak memperhatikan betapa sombongnya Paman Jules? Dialah yang memberi perintah dan berbicara setiap saat. - Sebenarnya, itu untuk mengajari ayah, dan dia melakukan itu demi persahabatan. - Aku melihatnaya dengan jelas kalau dia sangat senang karena lebih hebat dari ayah, dan aku sama sekali tidak menyukainya. Ayah selalu menang main judi atau main kartu. Dan aku yakin ayah akan kalah dalam berburu. Menurutku, merupakan tindakan bodoh melakukan permainan yang tidak kita kuasai. Aku sama sekali tidak pernah bermain sepak bola karena betisku terlalu kecil, dan teman-teman mengejekku. Tetapi aku selalu bermain kelereng atau bermain galah asin, atau bermain engklek, karena aku hampir selalu menang. - Dasar bodoh, berburu, bukanlah sebuah pertandingan! itu merupakan perjalanan dengan membawa senapan, dan karena hal itu baik untuknya. Meskipun ayah tidak mendapatkan binatang buruan sekalipun. - Jika ayah sampai tidak membunuh apa-apa, itu akan membuatku malu. Ya, itu akan membuatku malu. Dan aku tidak akan mencintainya lagi. Pagnol merasa sangat kecewa karena untuk pertama kali dalam hidupnya, ayahnya yang selalu dibanggakan mendadak menjadi inferior. Padahal ayahnya yang secara resmi merupakan guru dengan sertifikat kependidikan, tiba-tiba di

135 107 hadapannya bertingkah seperti yang digambarkannya sebagai murid sekolah yang belum tau apa-apa. Hal tersebut tampak dalam kutipan «L oncle Jules avait parlé toute la soirée en savant et en professeur, tandis que mon père, lui qui était examinateur au Certificat d études, l avait écouté d un air attentif, d un air ignare, comme un éléve Paman Jules telah berbicara semalaman seperti seorang cendekiawan dan seperti seorang guru, sementara itu ayahku, yang seorang guru bersertifikat pendidikan, hanya mendengar dengan seksama seperti orang bodoh, seperti murid». Bagi seorang anak yang memiliki simpati yang tinggi terhadap ayahnya, Pagnol tentu merasa sangat terhina. Hal itu tersirat dalam kalimatnya «J en étais honteux et humilié aku merasa malu dan terhina». Ucapannya itu menunjukkan bahwa Pagnol berpendapat jika Paman Jules telah merendahkan ayahnya dan ayahnya menerima begitu saja perlakuan pamannya itu. Pagnol beranggapan bahwa perburuan yang akan dilakukan oleh paman dan ayahnya merupakan sebuah pertandingan. Dia membandingkan perburuan tersebut dengan permainan-permainan yang biasa dimenangkan olehnya atau oleh ayahnya. Mendengar pendapat putranya, ibu Pagnol menjelaskan bahwa berburu berbeda dengan permainan kartu atau permainan-permainan lain yang biasa dimenangkan olehnya atau oleh ayahnya seperti yang terdapat dalam kutipan «Mais gros bêta, la chasse ce n est pas un concours! C est une promenade avec un fusil, et puisque ça l amuse lui fera beaucoup de bien. Même s il ne tue pas de gibier Dasar bodoh, berburu, bukanlah sebuah pertandingan! itu merupakan perjalanan dengan membawa senapan, dan karena hal itu baik untuknya. Meskipun ayah tidak mendapatkan binatang buruan sekalipun». Bahkan, dalam kutipan «S il ne tue rien, eh bien moi, ça me dégoûtera. Oui ça me dégoûtera. Et

136 108 moi, je ne l aimerai plus Jika ayah sampai tidak membunuh apa-apa, itu akan membuatku malu. Ya, itu akan membuatku malu. Dan aku tidak akan mencintainya lagi», Pagnol mengancam akan berhenti menyayangi ayahnya jika sampai ayahnya mengecewakannya dengan tidak berhasil mendapatkan seekor pun binatang buruan. Realitas pemujaan individu dari data di atas terdapat dalam perasaan kecewa Marcel Pagnol terhadap ayahnya yang biasanya berlaku layaknya intelek berubah 180 derajat menjadi orang yang bodoh. Hanya dengan bertingkah seperti murid yang mendengarkan Paman Jules memberi penjelasan saja sudah membuatnya sangat terhina apalagi jika sampai ayahnya gagal, sudah pasti sebagai tokoh pemuja, Pagnol akan merasa sangat terpukul. Seandainya Pagnol tidak melakukan pemujaan individu terhadap ayahnya, dia pasti akan merasa biasa saja atau tidak peduli. Namun, karena rasa simpati yang besar terhadap ayahnya, ada harapan dalam diri Pagnol terhadap ayahnya agar tokoh yang dipujanya itu tetap menjaga kesuperioritasannya. Setelah Pagnol mengutarakan isi hatinya kepada sang ibu, dia masih tetap merasa khawatir jika ayah yang selalu dikaguminya itu akan dikalahkan oleh Paman Jules dalam perburuan, padahal ibunya sudah memberi penghiburan dan penjelasan bahwa perburuan bukanlah pertandingan yang harus dimenangkan oleh salah seorang diantara mereka. Selain itu, ibunya telah meyakinkan bahwa ayahnya akan bisa belajar dengan cepat. Dia khawatir harga diri ayahnya jatuh jika sampai tidak membunuh seekor binatang buruan pun. Pada dasarnya ayah Pagnol masih sangat amatir sedangkan pamannya sudah lihai dalam berburu.

137 109 Kekhawatiran pagnol yang justru membuktikan adanya pemujaan terhadap individu ayahnya tertuang dalam kutipan berikut ini. (49) Elle ne mentait pas pour me rassure. Elle avait confiance. Elle était sûre de son Joseph. Mais moi, jétais dévoré d inquiétude, comme le seraient les enfants de notre vénéré président de la République, s il leur confiait son intention de s engager dans le Tour de France cycliste. (LGMP/3/143) Ibu tidak berbohong untuk meyakinkanku. Dia memiliki keyakinan. Dia percaya pada Josephnya. Tapi aku, aku dirongrong oleh rasa cemas, seperti anak-anak dari Presiden Republik kami yang mengagumkan, yang mempercayakan mereka pada niatnya untuk bergabung dalam balap sepeda Tour de France. Kalimat «Mais moi, jétais dévoré d inquiétude, comme le seraient les enfants de notre vénéré président de la République, s il leur confiait son intention de s engager dans le Tour de France cycliste Tapi aku, aku dirongrong oleh rasa cemas, seperti anak-anak dari Presiden Republik kami yang mengagumkan, yang mempercayakan mereka pada niatnya untuk bergabung dalam balap sepeda Tour de France», menunjukkan rasa simpati Pagnol terhadap ayahnya yang begitu besar. Rasa simpati yang merupakan akar dari munculnya pemujaan individu. Kemudian, pemujaan individu itu melahirkan adanya kepedulian. Terbukti dari kutipan di atas, meskipun Pagnol bisa melihat ketulusan ibunya dalam meyakinkannya bahwa ayahnya pasti berhasil, namun Pagnol tetap dirongrong rasa khawatir. Perasaan khawatirnya pun sangat besar hingga dia mengibaratkan kekhawatirannya tersebut layaknya kekhawatiran seorang presiden Republik Prancis terhadap anak-anaknya yang akan mengikuti kejuaraaan balap sepeda Tour de France (Tour de France adalah kejuaraan balap sepeda paling bergengsi di dunia. Kejuaraan ini merupakan balapan jalanan jarak jauh untuk pembalap sepeda profesional yang diadakan sepanjang tiga minggu pada bulan juli di

138 110 Prancis. Tour de France diadakan setiap tahun sejak tahun 1903, namun pernah berhenti saat Perang Dunia I dan II ( Kaitan analisis di atas dengan pemujaan individu terletak pada kekhawatiran Marcel Pagnol terhadap ayahnya. Penggambaran rasa khawatirnya itu begitu besar sehingga bisa diibaratkan perasaan khawatir yang dimiliki orang besar seperti presiden kepada anak-anaknya yang akan mengikuti lomba balap sepeda Tour de France. Lomba tersebut dilaksanakan sampai berminggu-minggu dan harus dilakukan oleh atlit profesional. Sedangkan anak-anak presiden bukanlah seorang atlit professional balap sepeda. Demikian halnya ayah pagnol yang seorang guru Negeri, seharusnya dia mengajar saja bukannya mencoba mempermalukan diri sendiri dengan melakukan aktivitas yang tidak dikuasainya seperti berburu. Ketika untuk pertama kalinya ayah Pagnol berlatih menembak, Pagnol berpikir seandainya ayahnya sampai meleset mengenai sasaran maka dia memiliki pendapat agar ayahnya membatalkan rencana berburunya itu. Menurutnya mengundurkan diri dari rencana perburuan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan. (50) Mon père visa. Je tremblais qu il ne manquât la porte : c eût été l humiliation définitive, et l obligation, à mon avis, de renoncer à la chasse. Il tira. La détonation fut effrayante, et son épaule tressaillit viollement. Il ne parut ni ému ni surpris, et s avança vers la cible d un pas tranquille je le devançai. Le coup avait frappé le milieu de la porte, car les plombs entouraient le journal sur les quatre côtés. Je ressentis une fierté triomphale, et j attendais que l oncle Jules exprimât son admiration. (LGMP/3/149) Ayahku membidik. Aku gemetar kalau dia gagal mengenai pintu: itu sudah pasti merupakan kehinaan, dan menurutku membatalkan perburuan merupakan keharusan. Dia menembak. Letusannya mengerikan, dan bahunya tersentak dengan keras. Dia tidak tampak terharu dan terkejut, dan melangkah

139 111 maju menuju sasaran dengan langkah tenang aku berjalan mendahuluinya. Tembakan mengenai tengah-tengah pintu, karena peluru mengelilingi koran pada tiga sisi. Aku merasakan sebuah kebanggan yang penuh kemenangan, dan saya menanti Paman Jules mengungkapkan kekagumannya. Pagnol masih saja menyiratkan kekhawatirannya terhadap ayahnya. Dia menilai seandainya saja sang ayah ketika menembak lalu meleset mengenai sasaran, maka hal itu merupakan sebuah kehinaan baginya dan bagi ayahnya, sebagaimana tampak dalam kutipan «Je tremblais qu il ne manquât la porte: c eût été l humiliation définitive, et l obligation, à mon avis, de renoncer à la chasse Aku gemetar kalau dia gagal mengenai pintu: itu sudah pasti merupakan kehinaan, dan menurutku membatalkan perburuan merupakan keharusan». Alasan penghakiman Pagnol terhadap ayahnya ketika salah mengenai sasaran maka ayahnya harus mengundurkan diri dari perburuan tidak lain karena rasa khawatir dan takut jika nilai dan harga diri ayahnya akan jatuh. Ketika pada akhirnya ayahnya berhasil mengenai sasaran, Pagnol pun merasakan adanya kebanggaan yang timbul dari jiwanya, sebagaimana tampak dalam kutipan «Je ressentis une fierté triomphale, et j attendais que l oncle Jules exprimât son admiration Aku merasakan sebuah kebanggan yang penuh kemenangan, dan saya menanti Paman Jules mengungkapkan kekagumannya». Bahkan Pagnol yakin Paman Jules akan mengungkapkan kekagumannya karena dia merasa ayahnya memang pantas dikagumi. Kekhawatiran Pagnol ketika ayahnya sedang membidik sasaran dan kebanggaan serta harapan agar keberhasilan ayahnya diapresiasi oleh Paman Jules menunjukkan adanya sebuah realitas pemujaan individu terhadap ayahnya. Ide untuk menyarankan ayahnya mengundurkan diri seandainya si ayah gagal dalam

140 112 uji coba pertamanya, merupakan wujud tindak lanjut pengkultusan individu Pagnol kepada ayahnya. Percobaan sang ayah yang gemilang dilanjutkan dengan latihan-latihan lanjutan yang dibantu oleh Pagnol. Dalam latihan-latihan berburu tersebut, ayahnya menunjukkan kemajuan yang bagus, namun kenyataannya kekhawatirannya justru bertambah besar, sebagaimana terdapat dalam data (50) berikut ini. (51) Ainsi, mon père préparait l «Ouverture», avec une application si minutieuse et si humble que, pour la première fois de ma vie, je doutai de sa toute-puissance, et mes inquietudes ne faisaient que grandir. (LGMP/3/153) Demikian, ayahku mempersiapkan «petualangan»nya, dengan sebuah aplikasi sangat kecil dan sangat sederhana, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku meragukan semua kekuatannya, dan kekhawatiranku malah semakin bertambah besar. Pagnol biasanya selalu bangga dan yakin pada kemampuan dan kehebatan ayahnya, namun setelah melihat kejadian belakangan itu ketika ayahnya bersama Paman Jules hendak pergi berburu, kebanggaan dan pemujaan tersebut mulai berkurang. Dalam kutipan «pour la première fois de ma vie, je doutai de sa toutepuissance untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku meragukan semua kekuatannya», terdapat penggambaran bahwa Pagnol sedang mengalami krisis pemujaan dan krisis kepercayaan atas kehebatan ayahnya. Unsur pemujaan individu Pagnol terhadap ayahnya semakin dipertegas dalam kalimat «mes inquietudes ne faisaient que grandir kekhawatiranku malah semakin bertambah besar». Dikarenakan rasa simpati yang besar dan kemudian memunculkan pemujaan individu terhadap ayahnya, maka Pagnol pun merasa khawatir jika ayahnya sampai gagal kemudian melunturkan kebanggaan dan pemujaan individu yang selama itu ada dalam dirinya. Pemujaan individu dari

141 113 data di atas, tersirat melalui ungkapan perasaan-perasaan cemas, khawatir dan ragu atas kemampuan ayahnya dalam hal berburu, karena perasaan-perasaan semacam itu hanya dirasakan oleh mereka yang memiliki kepedulian lebih kepada suatu individu. Realitas pemujaan terhadap individu ayahnya juga ditunjukkan oleh Pagnol melalui kutipan berikut ini. (52) Ma mère entra et, sans un mot, me prit sur ses genoux. J étais au comble du désespoir. D abord parce que cette ouverture m apparaissait comme un grand départ vers l Averture, vers les hautes garrigues inconnues que je regardais depuis si longtemps. Et surtout, je voulais aider mon père dans son épreuve : je me glisserais dans les broussailles, et je rabattrais le gibier sur lui. S il manquait un perdreau, je dirais : «Je l ai vu tomber!», et je rapporterais triomphalement quelques plumes que j avais ramassées dans le poulailler, afin de lui donner confiance. Mais cela, je ne pouvais pas le dire, et mon amour déçu me brisait le cœur. (LGMP/3/159) Ibuku masuk kemudian tanpa kata, dia memangkuku. Saya sedang dalam puncak keputusasaan. Pertama karena petualangan ini tampak olehku seperti awal yang besar menuju petualangan, menuju dataran tinggi tanah gersang berkapur yang tak dikenal yang saya lihat sejak lama. Dan terutama, saya ingin membantu ayah dalam ujiannya: saya akan menyelusup ke dalam semak belukar, dan saya akan menggiring hewan buruan ke arahnya. Jika dia kehilangan burung perdreau, saya akan bilang aku sudah melihatnya jatuh! dan saya akan memperlihatkan dengan penuh kemenangan beberapa bulu yang saya ambil dari kandang ayam, agar dia percaya. Namun begitu, saya tidak bisa mengatakan kepadanya, dan rasa cintaku dikecewakan, yang membuat hatiku sakit. Ayah Pagnol adalah orang kota yang hanya tau mengajar di sekolah negeri, yang selalu memiliki jawaban dan penjelasan atas setiap pertanyaan Pagnol. Sekarang dia sedang benar-benar mencoba menjadi pemburu. Sebuah aktivitas yang belum pernah sekalipun dikerjakannya. Meskipun demikian, Pagnol merasa sedih jika sampai dalam petualangan yang baru dan besar ini dia tidak diajak. Dia ingin menjadi saksi hidup dalam petualangan besar pertama ayahnya. Dalam

142 114 kutipan «Et surtout, je voulais aider mon père dans son épreuve Dan terutama, saya ingin membantu ayah dalam ujiannya», Pagnol menunjukkan bahwa dia tidak hanya sekedar ingin melihat ayahnya berpetualangan, tapi dia juga ingin memberi sumbangsih dengan membantu melakukan apa saja yang bisa membantu orang yang dicintainya tersebut. Termasuk jika harus menyenangkan ayahnya ketika dia menembak seekor burung dan meleset, dia akan mengatakan bahwa burung tersebut sudah tertembak dan dia sudah melihat burung itu terjatuh. Dia bahkan memiliki ide untuk membawa bulu-bulu ayam yang dia siapkan dari rumah untuk ditunjukkan pada ayahnya sebagai bulu burung yang tertembak agar ayahnya percaya dirinya berhasil mengenai sasaran, sebagaimana terdapat dalam kalimat «S il manquait un perdreau, je dirais : «Je l ai vu tomber!», et je rapporterais triomphalement quelques plumes que j avais ramassées dans le poulailler, afin de lui donner confiance Jika dia kehilangan burung perdreau, saya akan bilang aku sudah melihatnya jatuh! dan saya akan memperlihatkan dengan penuh kemenangan beberapa bulu yang saya ambil dari kandang ayam, agar dia percaya». Pemujaan individu Marcel Pagnol terhadap ayahnya tampak dalam ideidenya untuk memberi bantuan dan usahanya membawa bulu-bulu ayam yang ingin diperlihatkannya sebagai bulu perdreau yang berhasil ayahnya tembak. Dia ingin membantu ayahnya agar ayahnya tidak mengalami kesulitan dalam petualangan besarnya. Dia berpikir nantinya akan berusaha meyakinkan ayahnya dengan bulu-bulu ayam untuk menyenangkan hatinya dan menghapus rasa sedih di hati ayahnya karena tidak berhasil menembak jatuh coup du roi. Selain itu juga, agar ayahnya tidak direndahkan oleh Paman Jules karena telah menembak

143 115 bartavelle, meskipun itu hanya persangkaan Pagnol belaka. Semua itu dilakukannya atas dasar kecintaan terhadap ayahnya dan karena adanya sebuah pengkultusan individu terhadap orang yang dicintainya tersebut. Pada kenyataanya, ayah dan pamannya tetap pada keputusan untuk meninggalkan Pagnol, meskipun dengan cara membohonginya. Dikarenakan mengetahui kebohongan yang direncanakan kedua orang dewasa tersebut, Pagnol pun membuat keputusan untuk mengikuti mereka secara diam-diam. Di tengah hutan, Pagnol kehilangan jejak mereka, sehingga dia menangis, merasa sedih dan putus asa. Kemudian, dia teringan pada nasihat sang ayah. Nasihat tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. (53) Voilà où mené ma désobéissance et la félonie de l oncle Jules. Alors me revint en mémoire une phrase que mon père répétait souvent, et qu il m avait fait copier plusieurs fois quand il me donnait des leçons d écriture (cursive, ronde, batarde) : il n est pas besoin d espérer pour entreprendre ni de réussir pour persévérer. Il m en avait longuement expliqué le sens, et m avait dit que c était la plus belle phrase de la langue française. Je la répétai plusieurs fois, et comme par une formule magique, je sentis que je devenais un petit homme. J eus honte d avoir pleuré, honte d avoir désespéré. (LGMP/3/195) Inilah akibat dari ketidakpatuhanku dan penghianatan Paman Jules. Jadi, saya teringat pada sebuah kalimat yang sering dikatakan oleh ayahku, dan yang aku salin beberapa kali ketika dia memberi pelajaran menulis (tulisan miring, tulisan bulat, tulisan yang tidak bulat dan tidak panjang) : «sebuah harapan tidaklah penting untuk memulai suatu pekerjaan, yang terpenting adalah usaha.» Dia butuh waktu yang lama untuk menjelaskan padaku makna dari kalimat tersebut, dan memberitahuku bahwa kalimat tersebut adalah kalimat paling indah dalam bahasa Prancis. Aku mengulangnya beberapa kali, dan seperti mantra, aku merasa menjadi seorang pria kecil. Aku malu telah menangis, aku malu telah berputus asa. Dalam penyesalannya ketika sedang tersesat di dalam hutan, Pagnol tidak menyalahkan ayahnya yang telah menghianatinya, melainkan menyalahkan

144 116 dirinya sendiri karena sudah melanggar aturan dan menyalahkan Paman Jules yang telah berhianat. Kebangkitannya diawali oleh ingatannya pada nasihat sang ayah yang pernah mengatakan bahwa sebuah harapan saja tidaklah cukup, yang terpenting adalah usaha, yang secara lebih jelas dapat dilihat melalui kutipan «il n est pas besoin d espérer pour entreprendre ni de réussir pour persévérer sebuah harapan tidaklah penting untuk memulai suatu pekerjaan, yang terpenting adalah usaha». Nasihat ayahnya yang kali ini diakuinya sebagai sesuatu yang cukup sulit untuk dipahami karena ayahnya harus menjelaskan sampai berkali-kali sebelum akhirnya dapat dimengerti, dianggap olehnya sebagai mantra yang mampu membuatnya tersadar seketika itu juga. Ia menguatkan diri dan ia menyesal karena telah seperti anak kecil yang merasa takut, menangis dan menjadi lemah. Deskripsi di atas menunjukkan adanya sebuah pemujaan individu oleh tokoh Marcel Pagnol terhadap ayahnya, karena dalam pemujaan individu, orang yang semula bersimpati kepada seseorang kemudian berlanjut pada sebuah pemujaan terhadap individu tertentu yang mengakibatkan sebuah pergerakan diri. Pagnol yang semula menangis dan putus asa setelah tersesat di tengah hutan seorang diri, kemudian karena teringat pada nasihat tokoh yang dipujanya, dia pun menjadi kuat dan bangkit dari keterpurukannya. Dia menyesali kelemahannya dengan mengaplikasikan nasihat ayahnya untuk tidak cukup sekedar berharap tapi juga harus berusaha. Sebuah usaha merupakan sesuatu yang terpenting dalam memulai pekerjaannya agar bisa menemukan ayah dan pamannya kembali. Setelah berhasil menguasai diri dan bangkit dari keterpurukannya, Pagnol pun berhasil menemukan ayah dan pamannya, tepat ketika ayahnya berhasil

145 117 menembak dua bartavelle yang disebutnya sebagai la gloire de mon père. Kedua burung tersebut jatuh tepat mengenainya. Setelah memungut kedua burung yang langsung dikenalinya sebagai coup du roi melalui ciri-ciri yang telah dikemukakan oleh Paman Jules sebelumnya, dia kemudian mendekati ayah dan pamannya yang belum menyadari kehadirannya. Mereka bahkan belum menyadari keberhasilan Joseph dalam membunuh dua burung yang paling diincar oleh para pemburu itu. (54) Je m étais approché, et je voyais le pauvre Joseph. Sous sa casquette de travers, il mâchonnait nerveusement une tige de romarin, et hochait une triste figure. Alors, je bondis sur la pointe d un cap de roches, qui s avançait au-dessus du vallon et, le corps tendu comme un arc, je criai de toutes mes forces : «Il les a tuées! Toutes les deux! Il les a tuées!» Et dans mes petits poings sanglants d où pendaient quatre ailes dorées, je haussais vers le ciel la gloire de mon père en face du soleil couchant. (LGMP/3/198) Aku mendekat, dan melihat Joseph yang malang. Di balik topinya yang miring, dia mengunyah dengan cemas sebuah tangkai romarin, dan menggelengkan kepala dengan sedih. Lalu, aku melompat ke atas sebuah batu, yang menjulang di atas sebuah lembah kecil, dan dengan tubuh menegang bagaikan busur panah, aku berteriak sekuat tenaga : «Dia membunuhnya! Kedua-duanya! Dia membunuhnya!» Dan dalam genggaman-genggaman kecilku yang berlumuran darah tempat menggantung empat sayap keemasan, aku mengangkat tinggi-tinggi kedua burung yang menjadi kemenangan ayahku (bartavelle) menghadap matahari. Ayah Pagnol yang sedang dirundung duka karena anggapan bahwa dirinya gagal dalam menembak bartavelle, sedangkan Paman Jules yang memarahi ayahnya dikejutkan oleh Marcel Pagnol yang tiba-tiba muncul dan berteriak keras mengatakan bahwa ayahnya sudah berhasil menembak kedua burung yang berharga tersebut, sebagaimana tampak dalam kuripan «je bondis sur la pointe d un cap de roches, qui s avançait au-dessus du vallon et, le corps tendu comme un arc, je criai de toutes mes forces : «Il les a tuées! Toutes les deux! Il les a tuées!» Aku melompat ke atas sebuah batu, yang menjulang di atas sebuah

146 118 lembah kecil, dan dengan tubuh menegang bagaikan busur panah, aku berteriak sekuat tenaga : Dia membunuhnya! Kedua-duanya! Dia membunuhnya!». Di sini letak inti dari roman biografi ini, yaitu la gloire de mon père atau bartavelle, burung impian yang menjadi incaran semua pemburu ternyata dapat ditembak oleh seorang pemburu amatir dan pemula seperti ayahnya. Data (54) menunjukkan sebuah pemujaan individu Marcel pagnol terhadap ayahnya. Secara tidak sadar Pagnol ingin menunjukkan pada ayahnya yang sedang bersedih bahwa ayahnya adalah yang terhebat, dengan cara meneriakkan sekuat tenaga mengenai keberhasilan ayahnya menembak burung impian hampir semua pemburu yaitu bartavelle atau coup du roi. Sebuah keberhasilan besar yang disebutnya dengan la gloire de mon père. Dia menyebut demikian karena selain sebagai wujud penghormatan juga sebagai realitas pemujaan individu terhadap ayahnya. Selain itu, juga untuk menunjukkan bahwa ayahnya yang tadinya seperti direndahkan oleh Paman Jules ternyata bisa membuktikan bahwa dia mampu mengalahkan pamannya yang sudah terbiasa dengan perburuan. Keberhasilan yang luar biasa tersebut menghadirkan kebahagiaan pada semua orang terutama Marcel Pagnol yang telah menjadi saksi kemenangan ayahnya. Mereka kembali ke rumah, berkumpul dengan semua keluarga dan menceritakan petualangan mereka. (55) Cependant mon père contait en détail les exploits de l oncle Jules : son flair de chien de chasse, sa marche silencieuse, la sûreté de son jugement, l extraordinaire rapidité de son tir et sa meurtrière justesse L oncle écoutait, devant sa femme ravie, et ma mère admirative. Au bout du cinq ou six strophes, il fut complètement débartavellisé, et il se mit à chanter la gloire de Joseph : sa nervosité, ses première maladresses, ses efforts pour se dominer, sa résistance à la fatigue, et enfin, sa merveilleuse inspiration, couronnement d une belle journée; il termina par une phrase qui fit briller les yeux noirs de ma mère :

147 119 - Un «coup du roi» doublé sur des perdrix royales, exécuté par un débutant, je peux dire qu on n a jamais vu ça! (LGMP/3/ ) Ayahku menceritakan secara detil keberhasilan Paman Jules : naluri penciuman anjing pemburunya, jalannya yang tidak menimbulkan suara, ketepatan dalam penilaian, kecepatan yang luar biasa dari tembakan dan ketepatan celah tembaknya. Paman mendengarkan, di hadapan istrinya yang bahagia, dan ibuku yang penuh kekaguman. Di akhir bait yang ke-lima atau ke-enam, dia benar-benar terfokus pada bartavelle, dan dia menyanyikan kemenangan Joseph : kegugupannya, kecerobohan pertamanya, usaha-usahanya dalam menguasai diri, dan akhirnya, inspirasi luar biasanya, termahkotai oleh sebuah perjalanan yang indah. Dia mengakhiri dengan kalimat yang membuat mata hitam ibuku berbinar: - Sebuah coup du roi dobel pada perdrix royales, yang ditembak oleh seorang pemula, bisa saya katakanan bahwa saya belum pernah menjumpainya! Ayah Pagnol menunjukkan kebahagiaan di hadapan keluarganya. Dia juga menceritakan kehebatan rekan berburunya yaitu Paman Jules, kemudian dia menceritakan tentang kesulitan-kesulitannya ketika melakukan perburuan pertamanya yang pada akhirnya berhasil dengan sangat gemilang dan ayahnya menyebut keberhasilannya itu sebaga la gloire de Joseph, sebagaimana tampak dalam kalimat Au bout du cinq ou six strophes, il fut complètement débartavellisé, et il se mit à chanter la gloire de Joseph Di akhir bait yang kelima atau ke-enam, dia benar-benar terfokus pada bartavelle, dan dia menyanyikan kemenangan Joseph. Dia mengakhiri ceritanya dengan mengatakan bahwa dua bartavelle yang ditembak oleh seorang pemula merupakan sesuatu yang luar biasa karena bisa dikatakan hal tersebut belum pernah ada. Hal tersebut tercermin dalam kutipan «Un «coup du roi» doublé sur des perdrix royales, exécuté par un débutant, je peux dire qu on n a jamais vu ça! Sebuah coup du roi dobel pada perdrix royales, yang ditembak oleh seorang pemula, bisa saya katakanan bahwa saya

148 120 belum pernah menjumpainya». Fenomena pemujaan individu yang terdapat dalam data (55) di atas ditunjukkan oleh Pagnol melalui ungkapan ayahnya bahwa seorang pemula yang tidak berpengalaman dalam berburu, mampu menembak dua bartavelle sekaligus.

149 BAB 5 PENUTUP Bagian terakhir penulisan skripsi ini terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan diambil dari analisis Bab sebelumnya, yakni Bab 4, sedangkan saran berisi rekomendasi peneliti berdasarkan hasil simpulan. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pendekatan pemujaan individu Emile Durkheim dalam roman La Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol ini, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama, roman La Gloire de Mon Père menunjukkan adanya unsur homo duplex dalam masyarakat Prancis. Unsur homo duplex tersebut terepresentasikan melalui masyarakat Prancis secara umum dan keluarga Marcel Pagnol itu sendiri. Realitas homo duplex dalam roman ini dibuktikan dengan adanya dua hakikat diri yang dimiliki oleh para tokoh yang terdapat di dalamnya. Kedua, dalam proses menuju pemujaan individu, ada sebuah fase yang disebut dengan individualisme moral. Dalam individualisme moral individu menjadi representasi kolektif yang mengikat hasrat sebuah individu agar tidak berbuat semaunya, karena individualisme berbeda dengan egoisme. Dalam Roman La Gloire de Mon Père ini, seorang tokoh menjadi aspek kolektif yang mampu mengikat tokoh lain agar ada kontrol terhadap hasrat individunya yang berlebihan. Tokoh-tokoh yang menjadi representasi kolektif bagi hasrat individu Marcel Pagnol adalah ayah, ibu, paman, bibi, dan adiknya. 120

150 122 Ketiga, Pemujaan individu yang dilakukan oleh Marcel Pagnol terhadap ayahnya, pada dasarnya juga banyak dilakukan oleh hampir semua anak-anak kepada orang tua mereka. Dalam pemujaan individu terhadap ayahnya ini, tokoh Marcel Pagnol menunjukkan sebuah kebanggaan terhadap ayahnya yang berlanjut pada rasa simpati dan kerelaan dalam melakukan sesuatu yang dianggap berguna dan dapat membantu ayahnya sebagai tokoh yang dipujanya. Contohnya, dia rela membantu ayahnya mengerjakan hal-hal yang dianggap mampu meringankan beban ayahnya termasuk membantu dalam latihan berburu. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut : Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Asing, khususnya mahasiswa program studi Sastra Perancis, bahwa karya sastra dan ilmu lainnya dapat dikombinasikan. Dalam hal ini, ilmu sastra dikombinasikan dengan sosiologi. Kedua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dalam memahami hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, terlebih lagi kaitannya dalam pemujaan individu menurut Emile Durkheim. Ketiga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menelaah karya sastra khususnya yang berhubungan dengan homo duplex, individualisme moral, dan pemujaan individu untuk digunakan sebagai teori yang dapat diaplikasikan pada karya sastra lain ataupun sebaliknya, yaitu roman La

151 123 Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol yang digunakan sebagai objek penelitian yang dianalisis menggunakan teori lain.

152 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Winarsih dan Farida Soemargono Kamus Perancis-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cotterrell, Roger Durkhem on Justice, Morals and Politics. London: Queen Mary University of London. Damono, Sapardi Djoko Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Giddens, Anthony kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Terjemahan Soeheba Kramadibrata. Jakarta: UI Press. Johnson, Doyle Paul Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Narwoko, J Dwi dan Bagong Suyanto (ed) Sosiologi Text Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Prenada. Nazir, M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Pagnol, Marcel La Gloire de Mon Père. Paris: Edition de Fallois. Pierre, Jean dkk Dictionnaires des Ecrivains de Langue Française. Paris: Larousse. Ratna, Nyoman Kutha Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rey, Pierre-Lois Le Roman. Paris : Hachette. Ritzer, George dan Douglas J. Goodman Teori Sosiologi. Terjemahan Nurhadi. Bantul: Kreasi Wacana. Siswantoro Sunanda, Adyana Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press. 124

153 125 Suharianto, S Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Sumardjo, Jacob dan Saini K.M Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Surajiyo, dkk Dasar-Dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara. Wellek dan Warren Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (littérature) sabtu, 1 Februari :27:4

154 LAMPIRAN I : Ringkasan Cerita Roman La Gloire de Mon Père Marcel Pagnol baru berumur delapan tahun. Dia adalah putra pertama dari pasangan Joseph Pagnol dan Augustine Lansot. Dia mempunyai adik laki-laki berumur tiga tahun yang bernama Paul. Marcel Pagnol lahir pada tahun 1895 di sebuah desa kecil bernama Aubagne yang berpenduduk sepuluh ribu jiwa. Letak desa tersebut tidak jauh dari kota Marseille. Tetapi, dia hanya tiga tahun tinggal di Aubagne, kemudian dia dan keluarganya pindah ke Saint-Loup, sebuah desa yang terletak di pinggiran kota Marseille, dan di sanalah adiknya, Paul, lahir. Marcel Pagnol sangat bangga terhadap ayahnya yang merupakan seorang guru dengan sertifikat kependidikan. Ayahnya mengajar di sekolah dasar terbesar di Marseille, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang pandai menjahit, dia sering membuatkan pakaian untuk suami dan anak-anaknya. Suatu hari Marcel dan keluarganya merencanakan menghabiskan liburan musim panas mereka bersama paman Jules dan tante Rose, di sebuah villa yang terletak di Bellons. Musim panas adalah musim yang ditunggu-tunggu oleh para pemburu, karena pada musim itu ada peristiwa besar, yaitu perburuan bartavelle (nama sejenis burung), bagi pemburu yang berhasil menangkapnya maka akan dianugrahi penghargaan coup de roi. Ayah dan paman Marcel ikut serta dalam perburuan tersebut. Bagi ayah Marcel, Joseph, berburu merupakan hal yang baru karena itu merupakan pengalaman pertamanya, jadi dia tidak tahu apa-apa mengenai berburu, sedangkan bagi paman Jules, berburu sudah mendarah daging dalam dirinya karena dia telah melakukannya sejak berumur tujuh tahun. Dia membagi 126

155 127 ilmu berburunya dengan Joseph. Setiap hari mereka berlatih teknik-teknik berburu dan menggunakan senjata, dan di setiap latihan, Marcel selalu ikut membantu mereka. Hal ini membuatnya merasa yakin bahwa dia juga akan ikut dalam perburuan tersebut, selain itu dia juga merasa dirinya sudah cukup besar untuk ikut berburu. Tetapi pada kenyataannya dia tidak diizinkan ikut oleh ayah dan pamannya karena berburu terlalu berbahaya untuk anak seusianya. Marcel yang tidak diizinkan ikut berburu, merengek memaksa ikut berburu bersama ayah dan pamannya. Hal ini membuat mereka terpaksa membohonginya dengan menjanjikannya ikut serta dalam perburuan tersebut. Tetapi ketika hari perburuan tiba, Marcel mengetahui dari adiknya bahwa dia telah dibohongi. Dia menjadi putus asa dan marah, sehingga malam itu juga, dia memutuskan untuk mengikuti mereka secara diam-diam. Ketika Marcel membuntuti ayah dan pamannya, di tengah perjalanan dia kehilangan jejak mereka dan dia tersesat di dalam hutan. Rasa takut dan putus asa membuat semangatnya luntur. Tetapi kemudian, semangatnya tumbuh kembali karena dia teringat oleh nasihat ayahnya bahwa harapan itu tidak penting, yang terpenting adalah kegigihan dalam berusaha. Nasihat itulah yang membuatnya yakin bahwa dia akan dapat bertemu kembali dengan orang-orang yang dicintainya. Setelah hampir seharian Marcel berputar-putar mencari jalan pulang, akhirnya dia bertemu kembali dengan ayah dan pamannya, dan sekaligus menjadi saksi kemenangan ayahnya yang berhasil menangkap bartavelle.

156 128 LAMPIRAN II: Sumber: PERDRIX BARTAVELLE La perdrix bartavelle ou simplement bartavelle (Alectoris graeca), aussi nommée Perdrix royale, perdrix de roche, perdrix grecque, fait partie de la famille des phasianidés (1). Elle est la plus grande des perdrix (2), avec une taille variant de 32 à 43 cm et un poids oscillant entre 460 et 770 grammes. Elle a une gorge blanche, circonscrite d'un collier noir. C'est une perdrix qui ressemble beaucoup à la perdrix rouge, les différences sont que la perdrix rouge a un plumage plus rouge sur le torse alors que la bartavelle a un plumage plus jaunâtre. Chez les bartavelles, on ne peut pas différencier un mâle d'une femelle ; c'est au printemps lors de la reproduction que l'on peut les différencier, car le mâle sera un peu plus gros que la femelle et qu'il chantera pour attirer d'autres compagnes. Il faut savoir que cette perdrix vit surtout sur les pentes rocheuses alpines entre et m d'altitude. En France, elle a été rendue célèbre par le roman autobiographique de Marcel Pagnol, la Gloire de mon père (3). Son nid est posé sur le sol dans les rochers et les zones pierreuses à végétation rare. Elle pond de 8 à 14 œufs, à des intervalles de 24 à 36 heures, qui sont couvés par la femelle de 24 à 26 jours. Les petits, nidifuges, sont élevés par les deux parents durant trois semaines. Ils atteignent leur taille adulte vers l'âge d'environ deux mois.

157 129 Elle vit dans des régions relativement élevées, pierreuses ou rocheuses, dans des zones montagneuses, même légèrement boisées. En hiver, elle descend à des altitudes plus basses. On la rencontre en Europe du sud-est, dans les Balkans, en Asie, au Proche-Orient ainsi que dans le golfe Persique. Perdrix bartavelle atau yang biasa disebut bartavelle (Alectoris Graeca), juga disebut Perdrix royale, perdrix de roche, perdrix grecque, merupakan bagian dari famili dari phasianidés (1). Bartavelle merupakan jenis burung perdrix (2) dengan ukuran paling besar, dengan ukuran mulai dari 32 sampai 43 cm dan berat antara 460 sampai 770 gram. Burung ini memiliki leher berwarna putih yang dilingkari garis hitam. Perdrix ini mirip dengan perdrix merah, bedanya kalau perdrix merah memiliki bulu yang berwarna lebih merah di bagian dada, sementara ada warna kekuniangan pada perdrix bartavelle. Bartavelle tidak bisa dibedakan jenis kelaminnya, kecuali pada musim semi ketika mereka bereproduksi, baru mereka bisa dibedakan, karena perdrix jantan memiliki ukuran lebih besar daripada perdrix betina. Sebagian besar perdrix ini hidup di lereng pegunungan berbatu dengan ketinggian antara 1000 sampai 2000 m. Di Prancis, burung ini menjadi terkenal karena ditulis dalam roman otobiografi oleh Marcel Pagnol, dengan judul La Gloire de Mon Père (3). Sarang burung bartavelle diletakkan di tanah di daerah berbatu dengan vegetasi yang jarang. Dia meletakkan telur pada interval 8-14 dari jam, yang diinkubasi oleh perdrix betina pada hari ke Ketika masih kecil, prekosial, mereka dibesarkan oleh kedua orang tua mereka selama tiga minggu. Mereka mencapai ukuran dewasa pada usia sekitar dua bulan.

158 130 Bartavelle tinggal di daerah yang relatif tinggi, berbatu, daerah pegunungan, bahkan daerah hutan yang tidak begitu lebat. Pada musim dingin, dia turun menuju ketinggian yang lebih rendah. Hal ini terjadi di kawasan Eropa tenggara, di daerah Balkan, di Asia, di daerah Timur-Dekat, dan di teluk Persia. Catatan: (1) Famille de phasianidés atau familia Phasianidae termasuk perdrix atau ayam hutan, ayam hutan hias, burung puyuh, kuau, merak, dan lain-lain. Burung-burung dalam famili ini banyak menghabiskan waktunya di tanah. Mereka memiliki bermacam-macam ukuran, tapi pada umumnya bersayap pendek dan biasanya, pejantan berukuran lebih besar dari pada yang betina ( (2) Perdrix dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan istilah ayam hutan, dalam roman La Gloire de Mon Père disebut juga sebagai Caccabis saxatilis atau coup du roi (lihat LGMP hal.221). (3) La Gloire de Mon Père adalah seri pertama dari Souvenirs d enfance, yang merupakan roman otobiografi karya Marcel Pagnol yang diterbitkan pada tahun 1957 (

159 131 LAMPIRAN III : Contoh gambar-gambar Bartavelle :

160 132

WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran BAB IV KESIMPULAN Gérondif banyak digunakan baik dalam bp lisan maupun tulis, sedangkan bi tidak memiliki bentuk ini, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penerjamahan. Permasalahan itu antara lain

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK : STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM

SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS DAN KONFLIK BERPASANGAN TOKOH DALAM CERITA PENDEK LE TAILLEUR NOIR SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM. 0911130007 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL

PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL SKRIPSI OLEH: GAZI ADAM NIM. 105110300111010 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM

ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM 0811130001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM

Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM 0811130002 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI 0911130026 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI OLEH: RADIK BABAROSA NIM. 105110301111005 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM 0811130023 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS PROGRAM BAHASA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Membaca : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis BAB III KESIMPULAN Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis menggunakan teori semiotika menurut Danesi. Hewan-hewan yang ada dalam tiga dongeng ini disebut sebagai penanda (signifier).

Lebih terperinci

REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN

REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN 0811133003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah satunya ialah ilmu komunikasi. Mengingat bahwa komunikasi ialah aspek penting yang dibutuhkan

Lebih terperinci

KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI

KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI OLEH: RR. SARASWATI PUSPITANGSA NIM. 105110301111001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa 65 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Muchsin. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Anas, Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Arifin,

Lebih terperinci

PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM.

PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM. PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM. 105110300111004 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PERANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI

TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI Oleh : Feri Andika Prasetya NIM. 105110300111009 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan pengarang sebagai penghasil imajinasi dan kreativitas sastra secara individual dan pembaca

Lebih terperinci

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan BAB III KESIMPULAN Titeuf merupakan komik berbahasa Prancis yang dikenal sebagai komik yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan para tokoh dalam percakapan sehari-hari.

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM

KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM 0811130006 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa, sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan pribadi

Lebih terperinci

RÉSUME. Ce mémoire parle de l analyse sociologique de la littérature qui utilise

RÉSUME. Ce mémoire parle de l analyse sociologique de la littérature qui utilise 130 L APPROCHE STRUCTURALE-GÉNÉTIQUE DU ROMAN MOI NOJOUD, 10 ANS, DIVORCÉE DE NOJOUD ALI ET DELPHINE MINOUI: UNE SOCIOLOGIE DU ROMAN Par: Natiqotul Muniroh 07204241003 RÉSUME 1. L introduction Ce mémoire

Lebih terperinci

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH: LUISIANA INDRAWATI NIM. 105110300111013 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT

Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT Remercié à Dieu Allah SWT et le Prophète Muhammad SAW, parce que leur amour, me ramener à compléter mon memoire

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET KELAS XII SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Lebih terperinci

ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI

ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Prancis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel yang terlibat dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN I. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Expression Ecrite III Kode Mata Kuliah : PRC 219 Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis Pengampu : Dian Swandayani, M.Hum. Jumlah SKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa dari abad ke abad. Tulisan awal tentang wanita dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu

Lebih terperinci

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 Faktor Ketidaksadaran Personal pada Gede Suta dalam Roman Une Saison Indonésienne Karya Jean Rocher: Tinjauan Teori Psikologi Analitik Carl Gustav Jung Skripsi diajukan dalam rangka menyelesaikan studi

Lebih terperinci

RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI

RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI OLEH : NUR ANGGRAENI PRASTIWI NIM. 105110301111007 PROGRAM STUDI BAHASA DAN

Lebih terperinci

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG SKRIPSI OLEH: CICILIA TRAPSIWI RESTI PALUPI NIM. 105110301111012 PROGRAM

Lebih terperinci

TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI

TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI 105110307111003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI

MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Journal of Lingua Litteratia

Journal of Lingua Litteratia JLL 2 (2) (2014) Journal of Lingua Litteratia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lel ROMAN 813 KARYA MAURICE LEBLANC: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM Iwan Ariesta Sandy, Suluh Edhi Wibowo,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI

PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI 10511030111023 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM.

PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM. PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM. 105110301111006 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX. Evi Permata Dara Damanik

ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX. Evi Permata Dara Damanik 1 ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX Evi Permata Dara Damanik Section française Département des langues étrangères Faculté des lettres

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Tema Aspek/ Keterampilan Alokasi Waktu : SMA N 1 Sanden : XI/2 : Bahasa Perancis : La Famille : Expression Écrite (Menulis)

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dikaguminya. Ia menyebutnya dengan panggilan mesra Lou. Sebagai karya

BAB IV KESIMPULAN. dikaguminya. Ia menyebutnya dengan panggilan mesra Lou. Sebagai karya BAB IV KESIMPULAN Poèmes à Lou merupakan karya sastra antologi atau kumpulan puisi karya Guillaume Apollinaire didedikasikan untuk seorang perempuan yang dicintai dan dikaguminya. Ia menyebutnya dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

L existence du personnage principal du roman Trois Jours Chez Ma Mère de François Weyergans

L existence du personnage principal du roman Trois Jours Chez Ma Mère de François Weyergans LAMPIRAN 121 L existence du personnage principal du roman Trois Jours Chez Ma Mère de François Weyergans Adelia Fika Kurniasih 10204241011 Introduction : Une œuvre littéraire est la source de la pensée

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DAN PENGUASAAN BAHASA PRANCIS SISWA KELAS BAHASA SMA NEGERI 7 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI

KORELASI ANTARA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DAN PENGUASAAN BAHASA PRANCIS SISWA KELAS BAHASA SMA NEGERI 7 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI KORELASI ANTARA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DAN PENGUASAAN BAHASA PRANCIS SISWA KELAS BAHASA SMA NEGERI 7 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs yang merupakan model

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs  yang merupakan model BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab lima ini, peneliti akan menyampaikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pertanyaan pada rumusan masalah pada bab satu dan hasil penelitian pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

Oleh. Hajar Krisminia JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Oleh. Hajar Krisminia JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PERKEMBANGAN PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN LE DESERT DE L AMOUR KARYA FRANÇOIS MAURIAC : TINJAUAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan.

Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan. ii iii iv MOTTTO Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan. Jangan biarkan kekurangan yang kau miliki mengalahkan dan menghentikan

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN I. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Expression Orale III Kode Mata Kuliah : PRC 215 Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis Pengampu : Dian Swandayani, M.Hum. Jumlah SKS :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Berbicara : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra sudah sangat erat dengan kehidupan dan kebudayaan manusia, karena dimanapun manusia

Lebih terperinci

NOVEL L ASSOMMOIR KARYA EMILE ZOLA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI MIKRO GEORG SIMMEL

NOVEL L ASSOMMOIR KARYA EMILE ZOLA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI MIKRO GEORG SIMMEL NOVEL L ASSOMMOIR KARYA EMILE ZOLA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI MIKRO GEORG SIMMEL Skripsi diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Prancis

Lebih terperinci

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd.

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 0 DESKRIPSI

Lebih terperinci

L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR. Dinar Primarry

L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR. Dinar Primarry LAMPIRAN L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR Dinar Primarry 10204244011 A. Introduction Une œuvre littèraire est la source de la pensée et aussi

Lebih terperinci

KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI

KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 3) sama halnya

Lebih terperinci

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

Kebutuhan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Bonjour Tristesse karya. Françoise Sagan: Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney.

Kebutuhan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Bonjour Tristesse karya. Françoise Sagan: Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney. Kebutuhan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Bonjour Tristesse karya Françoise Sagan: Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

PAMERAN FOIRE DE LILLE April 2013

PAMERAN FOIRE DE LILLE April 2013 PAMERAN FOIRE DE LILLE 2013 13-21 April 2013 Pameran Foire de Lille merupakan pameran nomor empat terbesar untuk pameran-pameran sejenis yang di adakan di setiap kota di Perancis. Foire de Lille pertama

Lebih terperinci

ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM.

ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM. ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM. 115110300111015 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan

BAB III KESIMPULAN. namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan 40 BAB III KESIMPULAN Lirik lagu Quand c est? karya Stromae merupakan lirik lagu yang rumit namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan yang mempermudah pendengar

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ Oleh Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Dante Darmawangsa, M.Pd. Publik (pembelajar) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut juga merambah di bidang linguistik yang merupakan

Lebih terperinci

2014 ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK PADA KUMPULAN KARYA SASTRA PUISI LES CONTEMPLATIONS

2014 ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK PADA KUMPULAN KARYA SASTRA PUISI LES CONTEMPLATIONS 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu hasil karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya dan dapat menimbulkan rasa indah bagi siapapun yang menikmatinya.

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI Oleh Yunita Trisnaningtyas NIM 070110201032 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2011 KAJIAN PSIKOLOGI

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BALOK BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS KELAS X SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BALOK BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS KELAS X SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BALOK BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS KELAS X SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU TOKOH UTAMA DALAM ROMAN CLAUDE GUEUX KARYA VICTOR HUGO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F. SKINNER

ANALISIS PERILAKU TOKOH UTAMA DALAM ROMAN CLAUDE GUEUX KARYA VICTOR HUGO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F. SKINNER ANALISIS PERILAKU TOKOH UTAMA DALAM ROMAN CLAUDE GUEUX KARYA VICTOR HUGO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F. SKINNER skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN COMPRÉHENSION ÉCRITE BERBASIS MACROMEDIA FLASH PROFESIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS XI SMA N 1 TAYU SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN COMPRÉHENSION ÉCRITE BERBASIS MACROMEDIA FLASH PROFESIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS XI SMA N 1 TAYU SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN COMPRÉHENSION ÉCRITE BERBASIS MACROMEDIA FLASH PROFESIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS XI SMA N 1 TAYU SKRIPSI Skripsi ini diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd.

No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd. No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013 LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON 2013 22 Maret 1 April 2013 Pameran Foire de Lyon merupakan pameran nomor tiga terbesar untuk pameran-pameran sejenis yang di adakan di setiap kota di Prancis.

Lebih terperinci

Id, Ego, dan Superego Tokoh-Tokoh dalam Cerpen. L Enfant dan Le Papa de Simon Karya Guy de Maupassant. BerdasarkanTeori Psikoanalisis Sigmund Freud

Id, Ego, dan Superego Tokoh-Tokoh dalam Cerpen. L Enfant dan Le Papa de Simon Karya Guy de Maupassant. BerdasarkanTeori Psikoanalisis Sigmund Freud Id, Ego, dan Superego Tokoh-Tokoh dalam Cerpen L Enfant dan Le Papa de Simon Karya Guy de Maupassant BerdasarkanTeori Psikoanalisis Sigmund Freud SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI

PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS  (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS WWW.BFMTV.COM (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untukmemenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM

SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM ABSURDITAS DALAM DIALOG ANTARTOKOH NASKAH DRAMA LES BONNES KARYA JEAN GENET MELALUI PELANGGARAN MAKSIM KUANTITAS DAN RELEVANSI SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM. 105110313111004 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

SILABUS HISTOIRE DE FRANCE (PR217)

SILABUS HISTOIRE DE FRANCE (PR217) SILABUS HISTOIRE DE FRANCE (PR217) Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

Lebih terperinci

ANALISIS METAFORA DAN PENERJEMAHANNYA DALAM NOVEL DWIBAHASA HARI TERAKHIR SEORANG TERPIDANA MATI KARYA VICTOR HUGO ALIH BAHASA OLEH LADY LESMANA

ANALISIS METAFORA DAN PENERJEMAHANNYA DALAM NOVEL DWIBAHASA HARI TERAKHIR SEORANG TERPIDANA MATI KARYA VICTOR HUGO ALIH BAHASA OLEH LADY LESMANA ANALISIS METAFORA DAN PENERJEMAHANNYA DALAM NOVEL DWIBAHASA HARI TERAKHIR SEORANG TERPIDANA MATI KARYA VICTOR HUGO ALIH BAHASA OLEH LADY LESMANA SKRIPSI OLEH : OKY MUSTIKA SARI NIM. 105110307111001 PROGRAM

Lebih terperinci

REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA Oleh DELTA RATIH ASMARA NIM 09340164 PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan BENTUK DAN POLA HEADLINE IKLAN MAKANAN DAN MINUMAN DI MAJALAH FEMME ACTUELLE EDISI JANUARI DESEMBER 2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN)

LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN) 1 LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN) Kristin Waruwu Drs. Balduin Pakpahan, M.Hum Dr. Marice, M.Hum Nurilam Harianja, S.Pd.,

Lebih terperinci

KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH JE DALAM ROMAN LE DERNIER JOUR D UN CONDAMNÉ KARYA VICTOR HUGO

KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH JE DALAM ROMAN LE DERNIER JOUR D UN CONDAMNÉ KARYA VICTOR HUGO KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH JE DALAM ROMAN LE DERNIER JOUR D UN CONDAMNÉ KARYA VICTOR HUGO skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Asing

Lebih terperinci

DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414

DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS ANALYSE DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414 Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan

Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan LAMPIRAN 118 Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan dalam dirinya. 2. Kepulangan Charles ke

Lebih terperinci

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111)

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA KELAS X SMA N 10 YOGYAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA KELAS X SMA N 10 YOGYAKARTA SKRIPSI EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA KELAS X SMA N 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Prancis.

SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Prancis. CITRA PARA TOKOH WANITA DALAM CERPEN CLOCHETTE, BOULE DE SUIF, HISTOIRE D UNE FILLE DE FERME DAN MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT: TINJAUAN DARI PERSPEKTIF FEMINISME JULIA KRISTEVA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK LIRIK LAGU LA VIE EN ROSE DAN L HYMNE À L AMOUR KARYA ÉDITH PIAF SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK LIRIK LAGU LA VIE EN ROSE DAN L HYMNE À L AMOUR KARYA ÉDITH PIAF SKRIPSI ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK LIRIK LAGU LA VIE EN ROSE DAN L HYMNE À L AMOUR KARYA ÉDITH PIAF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS. (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV

PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS. (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik 2014/2015) SKRIPSI

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS SOAL TES SUMATIF BAHASA PRANCIS BUATAN GURU DI KOTA PATI BERDASARKAN MATERI, KONSTRUKSI, DAN BAHASA SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS SOAL TES SUMATIF BAHASA PRANCIS BUATAN GURU DI KOTA PATI BERDASARKAN MATERI, KONSTRUKSI, DAN BAHASA SKRIPSI ANALISIS KUALITAS SOAL TES SUMATIF BAHASA PRANCIS BUATAN GURU DI KOTA PATI BERDASARKAN MATERI, KONSTRUKSI, DAN BAHASA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Novi Aristasari NIM :

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Iis Sopiawati, S. Pd.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Iis Sopiawati, S. Pd. SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103 Iis Sopiawati, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 1 SATUAN ACARA

Lebih terperinci

GEGAR BUDAYA TOKOH UTAMA DALAM FILM ANIMASI PRANCIS PERSEPOLIS Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : FITRI ROFIYARTI NIM.

GEGAR BUDAYA TOKOH UTAMA DALAM FILM ANIMASI PRANCIS PERSEPOLIS Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : FITRI ROFIYARTI NIM. GEGAR BUDAYA TOKOH UTAMA DALAM FILM ANIMASI PRANCIS PERSEPOLIS Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : FITRI ROFIYARTI NIM. 105110313111001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi dalam Cahyani (2008:20), penggunaan metode yang tepat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Mendengarkan : 2 x 45 menit A.

Lebih terperinci

Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh Utama. dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot. (Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm) SKRIPSI

Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh Utama. dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot. (Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm) SKRIPSI Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh Utama dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot (Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

TELAAH INTERAKSI SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SKRIPSI

TELAAH INTERAKSI SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SKRIPSI TELAAH INTERAKSI SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SKRIPSI Oleh: MOH. ANIS NIM 09340119 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci