To measure the correlation of the Implementation of Good Governance (GG) with a performance at the South Jakarta City Government Administration using

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "To measure the correlation of the Implementation of Good Governance (GG) with a performance at the South Jakarta City Government Administration using"

Transkripsi

1 PUBLIC PERCEPTION ON THE IMPLEMENTATION OF GOOD GOVERNANCE AND RELATIONSHIP WITH PERFORMANCE (CASE STUDY: CITY GOVERNMENT ADMINISTRATION SOUTH JAKARTA) Yerina Novalinda Undergraduate Program, Faculty of Economics Gunadarma University Keywords: Good Governance, performance. ABSTRACT Good governance in the public sector can be interpreted as relating to how to manage the administration of public affairs such as the use of economic power, politics and administration to manage state affairs at all levels. Good governance also includes all the mechanisms, processes and institutions in which citizens and community groups to express their interests, using legal rights, obligations and bridge the differences between them. This study aimed to examine the implementation of the Good governance in South Jakarta, to determine the performance of the South Jakarta City Government, and to determine whether there is a relationship between the GG on performance. Characteristics of Good Governance by UNDP represented by Participation, Rule of Law, Transparency, Responsiveness, Consensus Orientation, Equity, Efficiency & Effectiveness, Accountability and Strategic Vision. While for the performance represented by the Vision and Mission of South Jakarta's city government. This study uses a questionnaire instrument, the results of a questionnaire for the variable (X), namely the implementation of Good Governance and obtained a value of 72.45% for the variable (Y), namely the implementation of Vision and Mission obtained a value of 69.13%. This shows that the implementation of the implementation of Good Governance (GG) and the implementation of performance in South Jakarta City Government Administration have done better.

2 To measure the correlation of the Implementation of Good Governance (GG) with a performance at the South Jakarta City Government Administration using Spearman rank correlation calculated or 89.80%, which means having a strong unidirectional relationship. From the results of the coefficient determinant of the value of 80.64% means that the relationship between these two variables have a significant influence amounted to 80.64%. Where the implementation of Good Corporate Governance (GCG) affect the performance of 80.64% and the remaining 19.36% influenced by other factors outside of Corporate Governance.

3 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA ( STUDI KASUS : PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN ) Yerina Novalinda Universitas Gunadarma Abstrak Good governance dalam sektor publik dapat diartikan sebagai cara mengelola pemerintahan yang menyangkut urusan-urusan publik seperti penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Good governance juga mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga di mana warga dan kelompokkelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan Good governance di Jakarta Selatan, untuk mengetahui kinerja Pemkot Jakarta Selatan, dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara GCG terhadap kinerja. Pelaksanaan Good Governance diwakili oleh Karakteristik menurut UNDP yaitu Participation, Rule Of Law, Transparancy, Responsiveness, Consensus Orientation, Equity, Efficiency&Effectiveness, Accountability dan Strategic Vision. Sedangkan untuk kinerja diwakili oleh Visi dan Misi yang dimiliki Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner, dari hasil kuesioner untuk variabel (X) yaitu pelaksanaan Good Governance memperoleh nilai sebesar 72,45% dan untuk variabel (Y) yaitu pelaksanaan Visi dan Misi memperoleh nilai sebesar 69,13%. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan pelaksanaan Good Governance (GG) dan pelaksanaan kinerja pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan telah dilaksanakan dengan Baik. Untuk mengukur hubungan Pelaksanaan Good Governance (GCG) dengan kinerja pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menggunakan hasil perhitungan korelasi rank spearman sebesar 0,898 atau 89,80% yang artinya mempunyai hubungan searah yang sangat kuat. Dari hasil koefisien determinan dengan nilai 80,64% mempunyai arti bahwa hubungan kedua variabel mempunyai pengaruh sebesar 80,64%. Dimana implementasi Good Governance (GG) mempengaruhi kinerja sebesar 80,64% dan sisanya sebesar 19,36% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di luar Good Governance. Kata kunci : Good Governance, kinerja

4 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sesuai dengan otonomi daerah berdasarkan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan keuangan Antara Pemerintah pusat Dan Daerah, kemudian mengalami perubahan dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, membuat perubahan yang sangat mendasar dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sistem pengelolaan sumber pendapatan daerah. dalam hal ini menegaskan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya mempercepat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat publik menuntut terselenggaranya lembaga-lembaga sektor publik yang good corporate governance yang merupakan tata kelola usaha yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja usaha. Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1997 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan diseluruh sektor di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Namun dalam pemerintahan di kenal dengan good governance yang berarti tata kelola pemerintahan. Dalam sektor publik good governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Tidak hanya menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan pembangunan masyarakat tetapi juga menekankan pada aspek politik. ekonomi, dan administratif dalam mengelola negara. Kinerja pemerintahan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kegagalan pemerintahan dalam melakukan pemantauan dan penentuan perencanaan strategis. Dimensi lain penyebab buruknya kinerja pemerintahan secara umum adalah pelanggaran terhadap etika kepemerintahan. Seperti diketahui, budaya suap- menyuap, kolusi-korupsi dan nepotisme (KKN) masih marak mewarnai praktik pemerintahan di Indonesia. Sangat tingginya antusiasme serta respon positif masyarakat beberapa tahun ini terhadap sistem good governance menumbuhkan harapan terselenggaranya pemerintahan yang terbuka, adil dan bertanggung jawab. Hal tersebut sebagai akibat dari banyaknya organisasi yang memiliki kinerja yang kurang bahkan tidak menggembirakan. Di samping itu, tidak efektifnya perangkat hukum dan peraturan-peraturan organisasi menjadi perhatian utama para akademisi dan praktisi akuntansi untuk membenahi serta menata kembali sistem governance. Kedua penyebab tersebut tidak hanya melanda organisasi yang berorientasi pada keuntungan (profit motive organization) tetapi juga non-profit motive organization serta instansi pemerintah. Keinginan untuk membangun sistem good governance tengah bergerak sangat cepat di beberapa negara Eropa Timur, Afrika dan Asia Pasifik. Hal ini dilakukan dengan membangun standar-standar akuntansi keuangan untuk pemerintahan, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melalui revitalisasi organisasi sektor publik.

5 Mengacu pada perkembangan otonomi daerah saat ini, menunjukkan betapa pentingnya penerapan good governance dalam mendukung pencapaian tujuan pemerintah daerah. Namun masih sedikitnya penelitian terhadap penerapan good governance di tingkat pemerintahan, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta ingin mengetahui penerapan good governance pada pemerintah khususnya pada pemerintah daerah yang berhubungan langsung dengan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah diantaranya sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Good Governance di Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan? 2. Bagaimana kinerja Pemerintahan Kota Adminstrasi Jakarta Selatan? 3. Apakah terdapat hubungan antara Good Governance terhadap kinerja Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan good governance dan hubungannya dengan kinerja Pemerintah Kota Admistrasi Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Good Governance di Kota Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara Good Governance dengan Kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Pengertian Good Corporate Governance dan Good Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai tata kelola perusahaan. World bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan adanya aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan negara. World bank (dalam Mardiasmo, 2004:24) mendefinisikan good governance sebagai : Suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

6 2.1.2 Karakteristik Good Governance Karakteristik pelaksanaan good governance menurut UNDP (dalam Mardiasmo, 2004 : 24) sebagai berikut : 1. Partisipasi (Participation), keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. Dalam hal ini mendorong setiap warga negara untuk menggunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan publik. 2. Penegakan Hukum (Rule of law), kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. Mewujudkan adanya law enforcement yang adil tanpa kecuali yang menunjang HAM dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. 3. Transparansi (Transparancy), tranparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh-oleh mereka yang membutuhkan. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan untuk mendapatkan informasi. 4. Daya Tanggap (Responsiveness), lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder. Dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa pengecualian. 5. Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. Memberikan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. 6. Kesetaraan (Equity), setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. 7. Efektifitas dan Efisiensi (Efficiency and Effectiveness), pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. 8. Akuntabilitas (Accountability), pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. Bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. 9. Visi Strategi (Strategic vision), penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan. Bertujuan untuk membangun berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Dari 9 karakteristik tersebut, paling tidak terdapat 3 hal yang dapat diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas publik, dan value of money (economy, efficiency, dan effectiveness) Tujuan Penerapan Good Governance Pada Institusi Pemerintah Tujuan implementasi Good Governance pada otonomi daerah terbagi dua sisi yaitu sebagai berikut: 1. Sisi Output : pelayanan publik yang lebih berkualitas dan lebih terjangkau. 2. Sisi Proses : responsif, akuntabel, transparan, partisipatif, efisien dan kepastian hukum.

7 2.2 Kinerja Pengertian Kinerja Pengertian kinerja merupakan istilah yang saat ini sering dipergunakan dalam masyarakat dan organisasi baik swasta maupun pemerintah. Kinerja mengarah pada suatu tingkat pencapaian tugas yang dilakukan oleh seseorang. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Menurut Murdjianti P. (2004:29) dikutip dari Fedi menyatakan bahwa : Kinerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika Sistem Penilaian Kinerja Mark C. Zweig dalam Henry Simamora (2004: ) dikutip dari Fedi mengartikan sebagai berikut: Penilaian kinerja adalah proses penilaian hasil kerja yang akan digunakan pihak manajemen untuk memberi informasi kepada karyawan secara individual tentang mutu hasil pekerjaannya dipandang dari sudut kepentingan perusahaan. Menurut Gary Dessler (2006: ) dikutip dari Fedi, ada 5 faktor dalam penilaian kinerja yang populer yaitu : 1. Kualitas pekerjaan, meliputi: akurat ketelitian, penampilan, dan penerimaan keluaran. 2. Kuantitas pekerjaan meliputi: volume keluaran dan kontribusi. 3. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan, atau perbaikan. 4. Kehadiran, meliputi: regulasi, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu. 5. Konservasi,meliputi: pencegahan pemborosan, kerusakan, pemeliharaan peralatan. 2.3 Hubungan Good Governance terhadap kinerja pemerintah Pendekatan Good Governance akan menuntut adanya pengembangan kinerja institusi baik pemerintah, bisnis dan masyarakat secara komprehensif pada semua tingkatan. Semua ini harus didukung dengan adanya sistem pelaporan akuntabilitas kepada publik yang merupakan prasyarat bagi terbentuknya pemerintahan yang good governance. Sehingga secara konseptual, hubungan antara good governance dengan kinerja yang diwakili dengan terbentuknya visi dan misi yang hendak dicapai oleh institusi adalah mutualistik dan saling mendukung.

8 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat dilingkungan wilayah jakarta selatan yang merasakan dampak langsung terhadap kinerja pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan. 3.2 Data dan Variabel Penelitian 1) Variabel Independen (Variabel X) Variabel independen atau variabel bebas menurut Indriantoro (2002), adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent (diberi notasi X) adalah penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) menurut UNDP yang meliputi Participation, Rule Of Law, Transparancy, Responsiveness, Consensus orientation, Equity, Efficiency and Effectiveness, Accountability, Strategic vision. 2) Variabel Dependen (Variabel Y) Variabel dependen atau variabel terkait menurut Indriantoro (2002), yaitu tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Yang menjadi variabel dependen (diberi notasi Y) adalah kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan. 3.3 Alat analisis Yang digunakan Pengujian validitas Santosa dan Ashari (2005) Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur konstruk tersebut secara akurat. Variabel indikator memenuhi kriteria valid jika memiliki Corrected Item-Total Correlation yang bernilai positif. Jika masih terdapat nilai Corrected Item-Total Correlation yang negatif, maka harus dilakukan pengujian kembali sampai tidak ada Corrected Item-Total Correlation yang bernilai negatif Pengujian Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach s diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach s 0 sampai 1. Alpha Cronbach s merupakan model internal consistency score berdasarkan korelasi purata antara butirbutir (items) yang ekuivalen Pengujian analisis Rank Spearman Tujuan dari penggunaan analisis korelasi Rank Spearman adalah untuk menentukan hubungan antara variabel yang ada, yaitu variabel independent dan variabel dependen. Dalam analisis data penulis telah menetapkan dua variabel yaitu: 1) Pelaksanaan karakteristik Good Governance pada Pemerintah Kota sebagai variabel independent, dengan notasi X

9 2) Kinerja Pemerintah Kota sebagai variabel dependen, dengan notasi Y Dalam menganalisis hubungan pelaksanaan GG terhadap kinerja Pemerintah Kota digunakan rumus korelasi Rank Spearman, yaitu : r s = 1- n 6 di 2 i = 1 n (n 2 n) Rumus diatas dapat dipergunakan jika tidak terdapat data kembar dari data yang diperoleh, namun apabila dua subjek atau lebih memperoleh skor yang sama maka kita perlu mengkoreksi jumlah kuadratnya terlebih dahulu dengan mempertimbangkan angka yang sama. Faktor korelasi yang dimaksud adalah dengan rumus sebagai berikut : T = t 2 - t 12 Dimana : t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu. Sehubungan dengan adanya faktor korelasi tersebut, maka rumus yang dipergunakan untuk menghitung r s jika terdapat angka yang sama yaitu : Dimana : x 2 = n 3 n Tx 12 y 2 = n 3 n Tx 12 r s = x 2 + y 2 - di 2 2 ( x 2 )( y 2 ) Nilai korelasi rank spearman ( rs ) berkisar antara -1 < rs < 1 tanda negatif atau positif diartikan sebagai berikut : Tabel 3.1 Nilai Koefisiensi Korelasi Rank Spearman Interval Koefisien Koefisien Korelasi Tafsirannya 0,00 0, dan - Hubungan sangat rendah 0, 20 0,399 + dan - Hubungan rendah 0,40 0,59 + dan - Hubungan cukup kuat 0,60 7,99 + dan - Hubungan kuat 0,80 1,000 + dan - Hubungan sangat kuat Dari analisis akan diperolah apakah r positif ataukan negatif. Jika korelasi r positif ( r > 0 ) berarti terdapat hubungan yang positif atausearah. Artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti kenaikan pada variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti penurunan pada variabel Y. Koefisien korelasi ( r ) negatif ( r < 0 ) berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti

10 oleh penurunan variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti kenaikan pada variabel Y. Untuk menghitung sumbangan atau kontribusi pada variabel X terhadap naik atau turunnya variabel Y dihitung koefisien determinasi dengan rumus : R 2 = r 2 s x 100% Dimana : R 2 = koefisien determinasi r s = nilai koefisiensi korelasi rank spearman 3.4 Pengujian Hipotesis Suatu koefisien korelasi haruslah mempunyai nilai yang berarti (signifikan). Untuk menguji keberartian koefisien korelasi maka langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : rs 0, Berarti terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan GG terhadap kinerja Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Ha : rs > 0, Berarti terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara pelaksanaan GG terhadap kinerja Pemerintah Kota Jakarta Selatan. 2) Menentukan taraf signifikan sebesar 5% ( 0,05 ) 3) Kriteria pengambilan keputusan t = rs n- 2 1 rs2 Dari penerapan rumus diatas maka akan diperoleh distribusi student dengan tingkat kebebasan ( dk ) = n-2. Melalui dk dan taraf signifikan maka akan diperoleh nilai t melalui tabel dan keputusan yang diambil adalah : Ho akan diterima apabila t test t tabel Ha akan diterima apabila t test > t tabel PEMBAHASAN 4.1 Tanggapan Responden Terhadap Kuesioner Untuk Variabel X dan Variabel Y Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang diperoleh dengan memberikan skor atas jawaban kuesioner diatas. Sesuai dengan skala penilaian jawaban kuesioner yang digunakan, yaitu skala likert, maka akan diperoleh skor akhir berkisar 20% - 100% dari skor maksimum. Oleh karena itu, dibuat kriteria penilaian berdasarkan presentase skor jawaban untuk variabel X dan variabel Y. 1. Deskripsi Tanggapan Responden Variabel Pelaksanaan Good Governance (GG) Hasil penelitian atas implementasi Good Governance (GG) diperoleh melalui jawaban kuesioner hasil penelitian. Hasil jawaban responden kemudian diolah untuk memperoleh skor setiap pertanyaan dengan menggunakan weighted mean score. Skor dan persentase yang diperoleh kemudian dianalisis dengan kriteria dibawah ini. Kategori diperoleh dengan membagi interval 20% -100% berdasarkan skala Likert, yaitu 1 sampai 5. Kategori pertama diperoleh dengan membagi 100%

11 dengan 5, maka diperoleh batas terendah sebesar 20%, selanjutnya membagi 80% dengan 5, maka diperoleh nilai sebesar 16 %. Tiap batas kemudian ditambahkan dengan nilai tersebut (16%), dimulai dari batas terendahnya (20%). Berdasarkan perhitungan tersebut, maka kriteria yang ditetapkan dapat dibuat sebagai berikut : 1. Skor 20% - 36% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa penerapan GG sangat buruk. 2. Skor 37% - 52% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa penerapan GG buruk. 3. Skor 53% - 68% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa penerapan GG cukup baik. 4. Skor 69% - 84% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa penerapan GG baik. 5. Skor 85% - 100% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa penerapan GG sangat baik.. Tabel 4.1 Weighted Mean Score Variabel X Pelaksanaan Good Governance Indikator Pertanyaan No SB Fx B Fx CB Fx Br Fx SBr Fx X Ratarata Ideal % Participation ,95% ,81% Rule Of Law ,52% ,48% Transparancy ,80% ,64% Responsiveness ,37% ,81% Consensus Orientation ,65% ,10% ,78% Equity ,78% ,35% Effisiency effectiveness & ,74%

12 ,80% ,64% Accountability ,41% ,97% Strategic vision ,54% ,81% JUMLAH , ,45% SB = Sangat Baik B = Baik CB = Cukup Baik Br = Buruk SBr = Sangat Buruk Dari Tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai skor kuesioner atas variabel X adalah 72,45%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan Good Governance pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan sebesar 72,45%. adalah baik. Berikut ini hasil analisis indikator variabel untuk pelaksanaan Good Governance : 1. Partisipacion 1) Usaha pemkot untuk mendorong masyarakat untuk mau ikut berpendapat dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 78,95%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sel untuk mendorong masyarakat untuk ikut berpendapat dan terlibat dalam pengambilan keputusan adalah Baik. 2) Dalam menampung aspirasi masyarakat diperlukannya tempat untuk menampung aspirasi tersebut, apakah Pemkot telah menyediakan tempat tersebut dengan baik. Dari hasil kuesioner diperoleh 66,81%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sel dalam menyediakan tempat untuk menampung aspirasi masyarakat dinilai Cukup Baik. 2. Rule of Law 1) Usaha Pemkot Jak-Sel dalam menangani permasalah hukum di Jak-Sel. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 66,52%. Hal ini menunjukan bahwa usaha Pemkot Jak-Sel dalam menangani permasalah hukum dinilai Cukup Baik. 2) Upaya pemerintah kota dalam menegakan hukum terhadap tindak kejahatan di Jak-Sel. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 73,48%. Hal ini menunjukan bahwa kejahatan di wilayah Jakarta Selatan telah ditangani dengan Baik. 3. Transparancy 1) Upaya Pemkot dalam menyediakan informasi yang akurat dan memadai yang diperlukan masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 75,80%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sel tlah menyediakan informasii yang akurat yang diperlukan oleh masyarakat dengan Baik. 2) Upaya pemkot untuk terbuka kepada publik mengenai kegiatan kepemerintahan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 74,64%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot JakSel telah terbuka mengenai kepemerintahan dengan Baik.

13 4. Responsiveness 1) Tanggapan Pemkot Jak-Sel dalam menanggapi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 76,37%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sela telah menanggapi aspirasi masyarakat Jak-Sel dengan Baik. 2) Pemkot Jak-Sel dalam menanggapi permasalahan-permasalahan publik seperti masalah keamanan, kenyamanan, ketertiban. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 76,81%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sel telah menanggapi permasalahan publik Jak-Sel dengan Baik. 5. Consensus Orientasion 1) Pelayanan yang diberikan Pemkot Jak-Sel kepada masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 65,65%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot Jak-Sel dalam memberikan pelayanan publik dinilai Cukup Baik 2) Program-program yang telah dibuat oleh Pemkot Jak-Sel seperti dalam bidang kesehatan,pendidikan, ketertiban dan sebagainya. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 77,10%. Hal ini menunjukan bahwa Pemda Bekasi telah membuat program dan tindakan sesuai dengan kebutuhan publik dengan Baik. 3) Usaha Pemkot untuk merealisasikan anggaran sampai dengan ke tingkat kelurahan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 74,78%. Hal ini menunjukan bahwa Pemda telah merealisasikan anggaran kepedesaan dengan Baik. 6. Equity 1) Upaya Pemkot dalam membentuk kesejahteraan bagi masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 64,78%. Hal ini menunjukan bahwa Pemda telah membentuk kesejahteraan untuk masyarakat dengan Cukup Baik. 2) Dalam membentuk kesejahteraan masyarakat diperlukan keadilan agar merata dan tidak terjadi kecemburuan sosial. Apakah Pemkot telah berupaya dengan baik dalam hal tersebut. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 64,35%. Hal ini menunjukan bahwa Pemda telah membentuk kesejahteraan untuk masyarakat dengan Cukup Baik. 7. Efficiency & Efectiveness 1) Pencapaian Pemkot dalam membangun wilayah anda kearah yang lebih baik secara efisien. dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 71,74%. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian Pemda dalam membangnun wilayah masyarakat kearah lebih baik dan efisien adalah Baik. 2) Fasilitas umum yang disediakan Pemkot Jak-Sel untuk masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 75,80%. hal ini menunjukan bahwa fasilitas yang telah disediakan oleh Pemkot dinilai Baik. 3) Tingkat keberhasilan program dan kebijakan Pemda untuk publik. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 76,64%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan program dan kebijakan Pemda untuk masyarakat adalah Baik. 8. Accountability 1) Upaya Pemkot dalam menghadapi KKN dilingkungan pemerintahan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 68,41%. Hal ini menunjukan bahwa upaya Pemkot Jaksel dalam menghadapi KKN dilingkungan pemerintahan adalah Cukup baik. 2) Tingkat pertanggungjawaban Pemkot dalam menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 67,97%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertanggungjawaban Pemkot dalam menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat adalah Cukup Baik. 9. Strategik Vision

14 1) Kerjasama penyelenggara pemerintah dan masyarakat untuk memajukan kota Jakarta Selatan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 77,54%. Hal ini menunjukan bahwa kerjasama Pemkot dan masyarakat untuk memajukan kota Jakarta Selatan adalah Baik. 2) Visi dan misi yang dimiliki Pemkot Jak-Sel untuk memajukan masyarakat dimasa mendatang. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 76,81%. Hal ini menunjukan bahwa visi dan misi yang dimiliki Pemkot dinilai dengan Baik oleh masyarakat. 2. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan Hasil penelitian atas kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan diperoleh melalui jawaban kuesioner penelitian. Hasil jawaban responden tersebut kemudian diolah untuk memperoleh skor setiap pernyataan dengan menggunakan weighted mean score. Skor dan persentase yang diperoleh kemudian dianalisis dengan kriteria di bawah ini : 1. Skor 20% - 36% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa kinerja pemerintahan sangat buruk. 2. Skor 37% - 52% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa kinerja pemerintahan buruk. 3. Skor 53% - 68% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa kinerja pemerintahan cukup baik. 4. Skor 69% - 84% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa kinerja pemerintahan baik. 5. Skor 85% - 100% : mengindikasikan tanggapan responden mengenai pertanyaanpertanyaan yang diajukan bahwa kinerja perusahaan sangat baik. Tabel 4.2 Weighted Mean Score Variabel Y Penerapan Kinerja Indikator Pertanyaan No SB Fx B Fx CB Fx Br Fx SBr Fx X Ratarata Ideal % VISI ,41% ,68% MISI % ,28% ,35% ,57% ,70% JUMLAH , ,13%

15 SB = Sangat Baik B = Baik CB = Cukup Baik Br = Buruk SBr = Sangat Buruk Dari Tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai skor kuesioner atas variabel Y adalah 69,13%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum Kinerja yang diukur dari visi dan misi Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan sebesar 69,13% adalah Baik. Berikut ini hasil analisis indikator variabel untuk penerapan kinerja : 1. Visi 1) Upaya pemkot dalam menciptakan kenyamanan, ketertiban, dan ketentraman di wilayah Jakarta Selatan. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 78,41%. Hal ini menunjukan bahwa kerukunan antar umat beragama di kota bekasi adalah Baik. 2) Kinerja aparatur pemerintahan dalam mensejahterakan masyarakatnya. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 67,68%. Hal ini menunjukan bahwa kinerja aparatur pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat adalah Cukup Baik. 2. Misi 1) Pelaksanaan tata kepemerintahan Pemkot JakSel menurut masyarakat. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 70%. Hal ini menunjukan bahwa tata kepemerintahan Jaksel menurut masyarakat telah berjalan dengan Baik. 2) Pelayanan kesehatan yang diberikan Pemkot terhadap masyarakat di wilayah JakSel. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 65,28%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot JakSel dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat dinilai Cukup Baik. 3) Pembangunan sarana dan prasarana di kota Bekasi. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 74,35%. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan sarana dan prasarana di kota bekasi adalah Baik. 4) Kinerja aparatur pemerintah melayani masyarakat dalam pembuatan KTP dan suratsurat lainnya. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 59,57%. hal ini menunjukan bahwa aparatur pemerintah melayani pembuatan KTP adalah Cukup baik. 5) Upaya Pemkot untuk menjalin kerjasama dengan masyarakat unttulk mempertahankan wilayah JakSel sebagai daerah resapan air. Dari hasil kuesioner diperoleh skor sebesar 68,70%. Hal ini menunjukan bahwa Pemkot dalam mempertahankan wilayah JakSel sebagai daerah resapan air telah dilakukan dengan Cukup Baik. 4.2 Hubungan Pelaksanaan Good Governance dengan Kinerja pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan 1. Analisis Korelasi Rank Spearman Mempunyai hubungan positif searah yang sangat kuat yaitu sebesar artinya bila pelaksanaan GG dilaksanakan dengan baik maka kinerja Pemerintah Kota Jakarta Selatan pun akan meningkat. 2. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi diperoleh sebesar 80,64%. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh pelaksanaan GG terhadap kinerja pemkot Jakarta Selatan sebesar 80,64% sedangkan sisanya 19,26% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 3. Uji t

16 Pada tahap terakhir ini dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 artinya bahwa hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan atau masih bisa diterima bila ada kekeliruan dalam proses penelitian tidak lebih dari 0,5. diperoleh t test adalah 23,37 dan t tabel adalah 1,645, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena t test > t tabel = 23,37 > 1,645, artinya bahwa pelaksanaan Good Governance ( GG ) di Pemerintah Kota Jakarta Selatan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kota Jakarta Selatan. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya mengenai Hubungan Pelaksanaan Good Governance (Variabel X) Terhadap Kinerja (Variabel Y) Pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan maka penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Good Governance (GG) pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan sesuai dengan perhitungan hasil kuesioner menunjukan bahwa pelaksanaan GG pada Pemerintah Kota Jakarta Selatan telah dilaksanakan dengan baik. 2) Kinerja pada Pemerintah Kota Admnistrasi Jakarta Selatan sesuai dengan perhitungan hasil kuesioner menunjukan bahwa pelaksanaan kinerja pada pemerintah kota Jakarta Selatan ini telah dilaksanakan dengan baik. 3) Diketahui dari hasil perhitungan korelasi rank spearman hubungan pelaksanaan Good Governance (GG) Terhadap Kinerja pada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan terdapat hubungan yaitu hubungan searah dan sangat kuat. 5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang mungkin dapat berguna bagi Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan yaitu : 1) Diharapkan Pemerintah Kota Jakarta Selatan secara konsisten dan berkesinambungan untuk mengimplementasikan Good Governance (GG) serta meningkatkan mutu pelaksanaan Good Governance (GG) guna tercapainya tata pemerintahan yang baik. 2) Pemerintah dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas para aparatur untuk mendukung peningkatan kinerja yang lebih efektif, efisien serta tepat waktu, dan Pemerintah juga harus terus meningkatkan kerjasama dengan masyarakat untuk dapat mewujudkannya. 3) Hubungan antara pelaksanaan Good Governance (GG) dan kinerja adalah sangat kuat dan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kinerja pemerintah kota adalah pelaksanaan Good Governance (GG). Jadi agar kinerja pemerintah kota lebih maksimal dapat tercapai, Pemerintah Kota harus meningkatkan kualitas daripada pelaksanaan Good Governance (GG) dan lebih mengembangkan karakteristik Good Governance (GG) secara berkala sehingga masyarakat merasa puas terhadap kinerja pemerintah kota. 4) Sosialisasi penerapan Good Governance (GG) sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan agar seluruh pegawai lebih mengerti dan memahami sehingga pada akhirnya dapat melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya sesuai dengan karakteristik Good Governance (GG).

ihsan bermakna bahwa pembangunan kota Bekasi dalam kurun waktu diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ihsan. ihsan berarti nil

ihsan bermakna bahwa pembangunan kota Bekasi dalam kurun waktu diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ihsan. ihsan berarti nil HUBUNGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI. Diana Pratiwi (20205332) Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100, Depok- 16424 ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Masalah Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA)

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA) PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA) Putri Mardiani Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24 Kotak POs 164 ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, tetapi keberadaan RSD masih dipandang sebelah mata oleh. masyarakat. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, tetapi keberadaan RSD masih dipandang sebelah mata oleh. masyarakat. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Daerah (RSD) merupakan salah satu sarana kesehatan di daerah, tetapi keberadaan RSD masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah

Lebih terperinci

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH Modul ke: GOOD GOVERNANCE Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Istilah good governance lahir sejak berakhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an. Pemerintahan yang baik diperkenalkan

Lebih terperinci

EKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH

EKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH (Studi Kasus Pada Penerapan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 di Dinas Pendapatan Kota Cimahi) EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin maraknya tindakan korupsi di lingkungan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk melakukan reformasi birokrasi dan menerapkan prinsip good governance.

Lebih terperinci

Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.5, Desember 2012, 12-16 12 Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Desi Handayani Program Studi Akuntansi - Politeknik Caltex Riau desi@pcr.ac.id

Lebih terperinci

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.domain publik sendiri memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 51 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Ari Kunto (1998:15), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1998 mendorong lahirnya reformasi dalam semua bidang. Lahirnya UU no.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta citacita bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada 84 BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada Kantor Pos Besar Bandung 40000 Dalam penelitian ini penulis menyebarkan 80 lembar kuisioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

BAB III. Objek dan Metode Penelitian 46 BAB III Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa publik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, employee performance. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, employee performance. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Balanced Scorecard (BSC) is a performance measurement system that not only measure performance through the financial perspective, but through nonfinancial perspective as well. Balanced Scorecard

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

REVIEW ILMU ADM NEGARA

REVIEW ILMU ADM NEGARA ILMU ADMINISTRASI NEGARA dalam PERSPEKTIF KEKINIAN SEPTI SRI REJEKI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA REVIEW ILMU ADM NEGARA Ilmu Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari semua kegiatan mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods and services disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandarlampung. Pemilihan objek penelitian ini dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai instrumen dalam pengambilan kebijakan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ini pemerintahan kita dituntut untuk mereformasi seluruh bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk mencapai terciptanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan angka-angka dan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan angka-angka dan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan angka-angka dan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan perekonomian suatu negara, karena berkaitan erat dengan mampu dan tidaknya negara

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GOOD GOVERNANCE by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan : 1. Pengertian, Konsep dan Karakteristik Good Governance. 2. Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik di Indonesia sangatlah diperlukan bagi terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 18 responden laki-laki dengan persentase 43% dan 24 orang responden

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 18 responden laki-laki dengan persentase 43% dan 24 orang responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan pada ERHA CLINIC Bandung Hasil Penelitian pada bab ini penulis membahas hasil penelitian tentang pengaruh Pelatihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Kudus. Visi Pemerintah Kabupaten Kudus yaitu "Terwujudnya Kudus Yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Kudus. Visi Pemerintah Kabupaten Kudus yaitu Terwujudnya Kudus Yang 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Kudus Visi Pemerintah Kabupaten Kudus yaitu "Terwujudnya Kudus Yang Sejahtera" dengan misi meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Management Control System, Intellectual Capital, Simple regression Method. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Management Control System, Intellectual Capital, Simple regression Method. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This study was conducted to determine how is the process of control management system, intellectual capital existence the relationship between the implementation of management control systems

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG Oleh : Ria Liza Novita TH Skripsi Sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Dasar Hukum UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara PP nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP PROSES PENINGKATAN NILAI TAMBAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Administrasi Negara 2.1.1 Pengertian Administrasi Administrasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan secara kerjasama untuk mencapai tujuan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

IMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA IMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA Oleh: Henry Arianto Dosen FH - UIEU henry_arianto_77@yahoo.com ABSTRAK Good governance dapat dikatakan bermula dari adanya rasa ketakutan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World Bank memberikan definisi governance sebagai: The way statement is used in managing economic

Lebih terperinci

DAMPAK PEMEKARAN KELURAHAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN ADMINISTRASI PADA KANTOR KELURAHAN RAPAK DALAM KOTA SAMARINDA

DAMPAK PEMEKARAN KELURAHAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN ADMINISTRASI PADA KANTOR KELURAHAN RAPAK DALAM KOTA SAMARINDA DAMPAK PEMEKARAN KELURAHAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN ADMINISTRASI PADA KANTOR KELURAHAN RAPAK DALAM KOTA SAMARINDA Oleh Puspita Sri Dewi, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan otonomi daerah berakibat pada terjadinya dinamika perkembangan dan perbaikan sistem keuangan serta akuntansi di pemerintahan daerah menuju pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. Dari segi pemerintahan salah

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 1.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian peneliti. Objek penelitian merupakan sesuatu yang kita ukur tetapi apa yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian 4.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PT KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PT KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PT KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN Yoni Fetri Suci (chi3nthaa@yahoo.com) Siti Khairani (siti.khairani@mdp.ac.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. governance, tetapi juga di sektor-sektor lain. Good governance sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. governance, tetapi juga di sektor-sektor lain. Good governance sekarang ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Good governance (tata kelola yang baik) sangat penting untuk diterapkan di Indonesia. Karena sekarang ini banyak terjadi kejadian yang menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi politik yang bergulir sejak Tahun 1998 merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pemerintahan yang berkeadilan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Dalam Sektor Publik Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia sebelum era reformasi dapat dinilai kurang pesat. Pada waktu itu, akuntansi sektor publik kurang mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penganggaran merupakan suatu proses pada organisasi sector publik, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait dalam penentuan

Lebih terperinci

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The study was conducted at PT. Semangat Sejahtera Bersama located in Tangerang. The purpose of this study was to determine the adequacy and application of Management Control Systems to determine

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 4.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan Kecamatan Bandung Kulon sebagai Satuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat dikarenakan Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya pemerintah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok) ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok) LATAR BELAKANG Perguruan Tinggi Swasta (PTS) merupakan salah

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: 2407-3881 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN E-KTP PADA KANTOR KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KATINGAN Oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2007 dan Keputusan Walikota Bandung Nomor 250 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok,

Lebih terperinci