POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA."

Transkripsi

1 POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN DJUWITA ANDINI. Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak di bawah Dua Tahun (Baduta) pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan KATRIN ROOSITA. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola pemberian susu formula dan konsumsi zat gizi anak usia di bawah dua tahun (baduta) pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di Kota Bogor. Tujuan khususnya yaitu 1). Membandingkan karakteristik keluarga dan anak baduta pada kelompok ibu bekerja dan kelompok ibu tidak bekerja; 2). Membandingkan pengetahuan gizi ibu pada kedua kelompok; 3). Mempelajari pola pemberian ASI, susu formula, dan MPASI pada kedua kelompok; 4). Mengetahui kontribusi zat gizi dari konsumsi ASI, susu formula dan makanan terhadap tingkat konsumsi zat gizi pada anak baduta dari kedua kelompok; dan 5). Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik anak, dna pengetahuan gizi ibu dengan pola pemberian ASI dan susu formula. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kelurahan Bantarjati dan Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Pemilihan lokasi Kecamatan dan Kelurahan ditentukan secara purposive. Pemilihan RW pada kedua kelurahan tersebut dilakukan secara random. Waktu penelitian dari bulan Juni sampai Agustus Responden penelitian adalah ibu yang memiliki anak berumur 1323 bulan yang memberikan susu formula dan bersedia diwawancarai. Contoh penelitian adalah anak baduta yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status pekerjaan ibu yaitu kelompok ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Jumlah contoh dari masingmasing kelurahan adalah 15 orang dari keluarga ibu bekerja dan 15 orang dari keluarga ibu tidak bekerja, sehingga jumlah contoh keseluruhan adalah 60 orang. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikategorikan dan diolah menggunakan tabulasi silang dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan Microsoft Excel dan SPSS 10.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda t, uji beda Mann Whitney, dan uji korelasi Rank Spearman. Data konsumsi pangan yang diperoleh dikonversikan dari ukuran rumah tangga ke satuan gram dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah & Briawan, 1994). Kemudian dihitung kandungan Energi dan zat gizinya dengan menggunakan Microsoft Excel dengan program Food Processor. Kontribusi konsumsi energi dan zat gizi ASI, susu formula dan makanan terhadap konsumsi zat gizi dan kecukupan zat gizi diperoleh berdasarkan perbandingan antara jumlah zat gizi yang dikonsumsi dari ASI, susu formula dan makanan dengan pangan total dan kecukupan gizi. Berdasarkan hasil penelitian, pada kelompok ibu tidak bekerja sebesar 53,3% contoh merupakan anak pertama, 40% contoh merupakan anak ke2 atau ke3. Pada kelompok ibu bekerja sebesar 23,3% contoh merupakan anak pertama, 73,3% contoh merupakan anak ke2 atau ke3. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan urutan anak antara kedua kelompok (p<0,05). Sebesar 90% contoh di kedua kelompok dilahirkan dengan bantuan dokter/bidan, tidak ada perbedaan penolong kelahiran contoh pada kedua kelompok. Umur responden ibu bekerja adalah 3039 tahun (70%), dan responden ibu tidak bekerja berumur 2029 tahun (60%), terdapat perbedaan umur ibu pada kedua kelompok (p<0,01). Sebesar 66,7% responden ibu bekerja dan 43,3% responden ibu tidak bekerja

3 merupakan lulusan perguruan tinggi, tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan ibu pada kedua kelompok. Tingkat pengetahuan gizi 53,3% responden ibu tidak bekerja dan 76,7% responden ibu bekerja termasuk kategori baik, terdapat perbedaan tingkat pengetahuan gizi ibu pada kedua kelompok (p<0,05). Keluarga contoh baik kelompok ibu tidak bekerja (96,7%) dan kelompok ibu bekerja (96,7%) sudah berada di atas batas kemiskinan penduduk perkotaan di Jawa Barat (Rp ,00/kapita/bulan). Hasil uji beda menunjukkan tingkat pendapatan keluarga contoh tidak berbeda. Sebesar 76,7% keluarga ibu tidak bekerja dan 80% keluarga ibu bekerja merupakan keluarga kecil ( 4 orang), tidak terdapat perbedaan besar keluarga pada kedua kelompok contoh. Proporsi terbesar contoh kelompok ibu tidak bekerja (90%) dan ibu bekerja (80%) mendapat kolostrum. Sebanyak 76,7% contoh kelompok ibu tidak bekerja dan 50% contoh kelompok ibu bekerja mendapat minuman pralaktal, terdapat perbedaan praktek pemberian minuman pralaktal antara kedua kelompok contoh (p<0,05). Lebih dari separuh contoh di kedua kelompok sudah tidak memperoleh ASI lagi. Pola pemberian ASI kelompok ibu tidak bekerja berada pada kategori sedang (63,3%), sedangkan kelompok ibu bekerja berada pada kategori baik (63,3%). Ada perbedaan pola pemberian ASI antara kedua kelompok contoh (p<0,05). Proporsi terbesar contoh ibu tidak bekerja (36,7%) dan contoh ibu bekerja (40%) mendapat susu formula pada usia kurang dari satu bulan. Jika dibandingkan dengan aturan pada kemasan susu formula, pengenceran dan frekuensi pemberian susu formula kepada contoh di kelompok ibu tidak bekerja (66,7% dan 63,3%) dan kelompok ibu bekerja (63,3% dan 66,7%) adalah tidak tepat. Cara membersihkan botol yang dilakukan oleh responden ibu tidak bekerja (80%) dan responden ibu bekerja (83,3%) adalah dengan merebus botol susu. Pola pemberian susu formula pada kelompok ibu tidak bekerja (60%) dan kelompok ibu bekerja (56,7%) termasuk kategori sedang. Tidak ada perbedaan usia pemberian susu formula, ketepatan pengenceran, ketepatan frekuensi pemberian, cara membersihkan botol, dan kategori pola pemberian susu formula antara kedua kelompok. Sebesar 80% contoh kelompok ibu tidak bekerja dan 83,3% contoh kelompok ibu bekerja mendapat MPASI pada umur kurang dari enam bulan. Jenis MPASI yang pertama diberikan responden ibu tidak bekerja (46,7%) dan responden ibu bekerja (40%) adalah bubur bayi instan. Pola pemberian MPASI kelompok ibu tidak bekerja (56,7%) dan kelompok ibu bekerja (66,7%) berada pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan usia pemberian MPASI, jenis MPASI pertama, dan kategori pola pemberian MPASI antara kedua kelompok contoh. Konsumsi total energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi di kedua kelompok baduta contoh sudah memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan dan sebagian besar baduta contoh termasuk kategori cukup (>70% AKG). Berdasarkan uji beda Mann Whitney tidak ada perbedaan kategori tingkat kecukupan energi pada kedua kelompok. Pada kedua kelompok contoh, ratarata konsumsi energi dan vitamin A dari makanan lebih besar daripada konsumsi dari ASI dan susu formula. Ratarata konsumsi protein, vitamin C, kalsium, dan zat besi dari susu formula lebih besar daripada konsumsi ASI dan makanan. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan konsumsi zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi) total, konsumsi zat gizi dari ASI, susu formula dan makanan pada kedua kelompok contoh. Kontribusi energi, protein, dan vitamin A dari makanan terhadap konsumsi dan kecukupan lebih besar daripada kontribusi ASI dan susu formula. Tetapi kontribusi vitamin C, kalsium, dan zat besi dari susu formula terhadap konsumsi dan kecukupan lebih besar daripada ASI dan makanan. Kontribusi zat gizi dari ASI, susu formula, dan makanan terhadap konsumsi total dan kecukupan tidak ada perbedaan menurut uji beda t pada kedua kelompok.

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak Usia di bawah Dua Tahun (Baduta) pada Keluarga Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja adalah karya saya sendiri di bawah arahan dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan Katrin Roosita, SP., M.Si belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2006 Djuwita Andini NRP A

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 September Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Muhammad Junus dan Alma Riani. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) ditempuh dari tahun 1989 sampai 1995 di SD AlMukhlisin Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Negeri 21 Semarang dan tamat pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 4 Semarang dan lulus pada tahun Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) dan Forum Keluarga Mushola GMSK (FKMG) periode tahun 2002/2003 dan 2003/2004. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Gizi dan Kesehatan, Sistem Pangan dan Gizi, dan Manajemen Sumberdaya Keluarga. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis juga aktif dalam mengikuti perlombaan karya tulis. Pada tahun 2004 penulis dan tim mendapat Juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat IPB dan finalis LKTM Bidang Pendidikan Tingkat Wilayah B.

6 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak Usia di bawah Dua Tahun (Baduta) pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan Katrin Roosita, SP., MSi sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS sebagai dosen penguji dan Ir. Eddy S. Mudjajanto, MS sebagai dosen pemandu seminar yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis. 3. Anfamedhiarifda dan Tria Anggita sebagai pembahas seminar, telah banyak memberikan masukan untuk skripsi penulis. 4. Papa dan Mama tercinta atas doa dan kasih sayangnya; abang, adik dan nenekku tersayang atas dukungannya selama ini. 5. Keluarga kecilku selama di Bogor yang telah mengisi harihariku dengan cahaya keimanan. 6. Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil, Puskesmas Tegal Gundil, dan para kader posyandu atas izin dan bantuan yang diberikan selama pengumpulan data. 7. Ibu Megawati Simanjuntak, SP yang telah membantu pengolahan data. 8. Seluruh dosen dan pegawai di Departemen GMSK yang telah membantu, dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen GMSK. 9. Temantemanku tersayang, Dedet, Wulan, Vidya, Ruri, Ema, Tias, Tutut, Rian (Alm), Ratnasari, Indria, Vijay, Gamasakers 38 lainnya dan Alih Jenjang 40 atas persahabatan, kebersamaan, bantuan dan semangat selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi serta seminar penulis. Semoga Allah memperkuat ukhuwah diantara kita.

7 10. Ria Mariana Mustofa dan Khairunisa, S. P. (Mba Nisa) yang telah menemani, mendukung dan menyemangati penulis pada detikdetik seminar dan sidang. 11. Temanteman seperjuangan di jurusan, fakultas, PAI, TPI, dan 4saik atas persaudaraan, kerjasama, bantuan, semangat dan pengertian selama ini. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di surganya. 12. Temanteman di Pondok Adinda Balio (Dwi, Mba Neno, Mba Desy, Mba Elmi, Mba Siwi, Hani, Vidya, Rosita, Sari, Santi, Nurul, dan Selly) atas persahabatan, bantuan, dan pengertian selama ini. 13. Temanteman GMSK 3441, MUB 3741, temanteman yang telah hadir pada seminar penulis, dan semua temanteman mahasiswa IPB yang telah membantu penulis selama ini. Penulis sadari skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis sangat berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Amin. Bogor, Februari 2006 Djuwita Andini

8 POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Djuwita Andini A PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

9 Judul Nama NRP : POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA : Djuwita Andini : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Katrin Roosita, SP., M.Si NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Anak Baduta... 4 Makanan Anak Baduta... 4 Air Susu Ibu (ASI)... 5 Minuman Pralaktal... 6 Susu Formula... 7 Makanan Pendamping ASI (MPASI) Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula Karakteristik Ibu Karakteristik Keluarga Karakteristik Anak Akses Informasi Ibu Pengetahuan Gizi Ibu KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 82

11 x DAFTAR TABEL No. Uraian Halaman 1. Komposisi Kolostrum, ASI, dan Susu Formula Penggolongan Susu Bayi (infant formula) Standar Komposisi Susu Bayi Pola Makanan Balita menurut Umur (bulan) Kategori dari Variabel Karakteristik Keluarga Kategori dari Variabel Karakteristik Anak Baduta Sebaran Orang Tua Contoh menurut Umur Sebaran Orang Tua Contoh menurut Tingkat Pendidikan Sebaran Contoh menurut Pekerjaan Utama Ayah Sebaran Contoh menurut Pekerjaan Ibu Sebaran Contoh menurut Tingkat Pendapatan Keluarga Sebaran Pendapatan Keluarga Contoh menurut Batas Kemiskinan Sebaran Contoh menurut Besar Keluarga Sebaran Contoh menurut Umur dan Jenis Kelamin Sebaran Contoh menurut Jarak Kelahiran dan Urutan Anak Sebaran Contoh menurut Riwayat Kelahiran Sebaran Contoh menurut Akses Informasi Ibu Sebaran Contoh menurut Sumber Informasi Gizi Dan Kesehatan Anak Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Sebaran Contoh menurut Pemberian Minuman Pralaktal Sebaran Contoh menurut Pemberian Kolostrum Sebaran Contoh menurut Berdasarkan Waktu Pemberian ASI Sebaran Contoh menurut Cara Pemberian ASI Sebaran Contoh menurut Pemberian ASI Saat Ini Sebaran Contoh menurut Lama dan Frekuensi Menyusui Sebaran Contoh menurut Penggunaan Pompa Payudara Sebaran Contoh menurut Pemberian ASI Saat Anak Sakit... 44

12 xi No. Uraian Halaman 28. Sebaran Contoh menurut Kategori Pola Pemberian ASI Sebaran Contoh menurut Waktu Pemberian Susu Formula Sebaran Contoh menurut Sumber Informasi Susu Formula Sebaran Contoh menurut Ketepatan Frekuensi Pemberian Susu Formula Sebaran Contoh menurut Penggunaan Sendok Takar Sebaran Contoh menurut Ketepatan Pengenceran Sebaran Contoh menurut Cara Membersihkan Botol Susu Sebaran Contoh menurut Pemberian Sisa Air Susu Formula Sebaran Contoh menurut Kategori Pola Pemberian Susu Formula Sebaran Contoh menurut Umur Pemberian MPASI Sebaran Contoh menurut Jenis MPASI Pertama Sebaran Contoh menurut Kategori Jenis MPASI Pertama Sebaran Contoh menurut Kategori Pola Pemberian MPASI Sebaran Contoh menurut Praktek Pemberian Makanan Saat Anak sulit Makan Sebaran Contoh menurut Kategori Tingkat Kecukupan Sebaran Contoh menurut Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Kontribusi terhadap Kecukupan Sebaran Contoh menurut Konsumsi Pangan dan Kontribusi Zat Gizi terhadap Konsumsi Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Pemberian ASI Hubungan Karakteristik Anak dengan Pola Pemberian ASI Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola Pemberian ASI Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Pemberian Susu Formula Hubungan Karakteristik Anak dengan Pola Pemberian Susu Formula Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola Pemberian Susu Formula... 73

13 xii DAFTAR GAMBAR No. Uraian Halaman 1. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian ASI, Susu Formula, dan MPASI serta Kontribusi terhadap Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Baduta... 18

14 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Uraian Halaman 1. Hasil Mann Whitney Test karakteristik keluarga, karakteristik contoh, tingkat pengetahuan gizi ibu, kategori akses informasi, dan kategori pola pemberian ASI, susu formula, dan MPASI Hasil Independent Sample t Test pola pemberian ASI, susu formula, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) Hasil Independent Sample t Test konsumsi pangan anak baduta Hasil Independent Sample t Test kecukupan zat gizi anak baduta Hasil korelasi Rank Spearman antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan gizi ibu dengan pola pemberian ASI dan susu formula... 86

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Keluarga merupakan institusi pertama yang sangat berperan dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Undangundang (UU) No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk memberikan hak tumbuh kembang bagi anakanaknya. Anakanak merupakan aset bagi masa depan bangsa, karena mereka merupakan bibit generasi yang akan melanjutkan pembangunan. Oleh karena itu pada masa pertumbuhannya anak harus dipersiapkan dengan baik agar dihasilkan sumberdaya manusia yang berpotensi dan berkualitas. Masa janin (prenatal) sampai dengan usia remaja merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM. Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan periode yang paling kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan ditinjau dari aspek gizi, kesehatan, dan psikologi. Kekurangan gizi pada periode kritis tersebut terutama pada masa bayi sampai umur dua tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan mental dan kemampuan motorik anak. Kekurangan energi dan protein dalam periode kritis ini dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Syarief, 1997). Bayi memerlukan makanan yang cukup dengan zat gizi yang baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang baik untuk bayi terutama pada bulanbulan pertama dan tetap berguna sampai berumur dua tahun. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan bayi. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan yang dibutuhkan bayi untuk menjaga kesehatan tubuhnya agar tidak terganggu oleh berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi. Dengan menerima ASI bayi dapat berinteraksi dengan ibunya, sehingga mendukung perkembangan psikologisnya.

16 2 Kesadaran masyarakat untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi masih rendah. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun , bayi yang diberi ASI sampai empat bulan sebanyak 55,1 persen dan bayi yang diberi ASI sampai enam bulan sebanyak 39,5 persen. Pemberian ASI eksklusif sampai empat bulan sebanyak 52 persen (Anonymous, 2004). Susu formula merupakan salah satu Pengganti Air Susu Ibu (PASI) disebut demikian karena pada prosesnya susu formula diolah dan zat gizinya didekatkan dengan kandungan zat gizi ASI (Muchtadi, 2002). Dewasa ini puluhan macam susu formula beredar di pasaran. Menurut Berg (1986) faktor lain yang mempengaruhi merosotnya kegiatan menyusui adalah tingkat pendidikan, ekonomi, pengetahuan, struktur keluarga dan peranan ibu yang berubah serta sikap komersialisme pengusaha susu formula. Anakanak balita di perkotaan ratarata memperoleh ASI selama hampir 21,2 bulan. Namun jika dibarengi dengan pemberian makanan tambahan, lama pemberian ASI menurun menjadi 16,6 bulan (BPS, 1999). Menurunnya lama menyusui anak pada ibuibu di perkotaan menyebabkan waktu penyapihan yang lebih dini. Penyapihan yang lebih dini itu dapat berakibat negatif terhadap status gizi anak apabila makanan anak yang disapih itu tidak diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan makin menurunnya jumlah air susu ibu dan tidak diimbangi dengan makin bertambahnya makanan pendamping air susu ibu. Menurut Suhardjo (1989) penyapihan dini terjadi antara lain karena ibu harus meninggalkan rumah untuk bekerja mencari nafkah atau karena aspek sosial budaya tertentu. Ibu memegang peranan penting dalam menyediakan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Pemberian makan (feeding) pada anak usia dini melibatkan interaksi antara ibu atau pengasuh dengan anak yang bersangkutan. Ibu yang bekerja di luar rumah memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengasuh anak dibanding ibu yang tidak bekerja. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui pola pemberian susu formula dan konsumsi zat gizi anak usia di bawah dua tahun (baduta) pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di kota Bogor.

17 3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola pemberian susu formula dan konsumsi zat gizi anak baduta pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di Kota Bogor. Tujuan Khusus 1. Membandingkan karakteristik keluarga dan anak baduta pada kelompok ibu bekerja dan kelompok ibu tidak bekerja. 2. Membandingkan akses sumber informasi dan pengetahuan gizi ibu pada kedua kelompok. 3. Mempelajari pola pemberian ASI pada kedua kelompok. 4. Mempelajari pola pemberian susu formula pada kedua kelompok. 5. Mempelajari pola pemberian makanan pendamping ASI pada kedua kelompok. 6. Mengetahui kontribusi zat gizi dari konsumsi ASI, susu formula dan makanan terhadap tingkat konsumsi zat gizi anak baduta pada kedua kelompok. 7. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan pengetahuan gizi ibu dengan pola pemberian ASI dan susu formula. Kegunaan Penelitian Penelitian ini menghasilkan informasi tentang pola pemberian susu formula dan konsumsi zat gizi anak baduta pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di Kota Bogor. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan pihak terkait (stakeholder) lainnya bagi peningkatan gizi anak khususnya anak baduta. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran konsumen untuk memperhatikan penggunaan susu formula secara tepat.

18 TINJAUAN PUSTAKA Anak Baduta Anak di bawah dua tahun (baduta) merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dari semua siklus kehidupan manusia. Pada masa ini anak mengalami peningkatan berat badan dan tinggi badan yang cepat dari keadaan semasa lahir. Selain itu usia baduta merupakan saat yang menentukan kecerdasan anak di masa mendatang. Pertumbuhan otak dimulai sejak masa janin dan pada usia dua tahun mencapai sekitar 9095 persen tumbuh kembang otak (Hardinsyah & Martianto, 1992). Usia baduta merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling rawan terhadap berbagai kekurangan zat gizi dan gangguan penyakit. Oleh karena itu dibanding tahap perkembangan lainnya, kecukupan gizi anak baduta per kilogram berat badan lebih tinggi. Kekurangan konsumsi pangan dan gizi pada masa ini dapat mengakibatkan berbagai kemungkinan penyakit akibat gizi kurang. Kekurangan energi dan protein dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan anak terhambat seperti berat badan dan tinggi badan yang rendah (Hardinsyah & Martianto, 1992). Makanan Anak Baduta Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama yang harus diberikan pada bayi sejak lahir sampai berumur dua tahun. Pemberian ASI secara eksklusif (tanpa makanan/minuman yang lain) sangat dibutuhkan oleh bayi sampai berumur enam bulan. Setelah enam bulan dimana produksi ASI menurun dan tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi, merupakan saat pemberian makanan tambahan tetapi pemberian ASI tetap dilakukan. Pemerintah telah menetapkan aturan pemberian makanan pada bayi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI eksklusif, dan produk Pengganti Air Susu Ibu (PASI) dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 (Anonymous, 2004).

19 5 Air Susu Ibu (ASI) ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan (Roesli, 2004). Menurut As ad (2002) jika dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan seperti : (1) Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal; (2) Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi; (3) Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi; (4) Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi; (5) Ekonomis dan praktis, tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal, dalam keadaan segar dan bebas dari kuman; (6) Berfungsi menjarangkan kehamilan. Pemberian ASI dapat menumbuhkan kasih sayang dan ikatan emosional antara ibu dan bayinya, yang akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak di kemudian hari (Sulistijani & Herlianty, 2003). Selain itu dengan menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara, memperpanjang masa tidak subur setelah melahirkan (Muchtadi, 2002). Keuntungan yang lainnya adalah pemberian ASI dapat meningkatkan pertambahan tinggi badan anakanak. Penambahan tinggi badan secara nyata lebih besar pada anakanak yang mendapat ASI lebih lama dibandingkan anakanak yang disapih lebih dini (Simondon et al., 2001). Eckhardt et al. (2001) juga menyatakan bahwa pemberian ASI secara penuh selama minimal empat bulan pertama dapat meningkatkan pertumbuhan fisik bayi. Praktek pemberian ASI. Sebaiknya ASI diberikan segera setelah bayi lahir, umumnya 30 menit setelah lahir (Sulistijani & Herlianty, 2003). Depkes RI (1996) pun menyatakan pemberian ASI yang baik yaitu diberikan secara tidak terjadwal sesuai dengan keinginan bayi dan disusui dengan kedua payudara secara bergantian tiap kali menyusui. Tetapi akan lebih baik lagi jika bayi disusui secara terjadwal sehingga bayi akan terbiasa untuk makan secara teratur. Anak sebaiknya disusui dengan kedua payudara karena payudara yang dilupakan bisa berhenti menghasilkan ASI, dan menimbulkan pembengkakan payudara.

20 6 Kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang agak kental berwarna kekuningkuningan yang keluar pada minggu pertama setelah melahirkan. Kolostrum mengandung lebih banyak protein (terdapat sekitar 10% protein dalam kolostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu putih), lebih banyak mengandung imunoglobulin A (Ig A), laktoferin dan selsel darah putih yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit (infeksi). Kolostrum lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa; lebih banyak mengandung karoten dan vitamin A serta mineral natrium (Na) dan seng (Zn) (Muchtadi, 2002). Perbandingan antara komposisi ASI, kolostrum dan susu formula dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi Zat Gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (g) Fosfor (g) Besi (g) Vitamin A (SI) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam askorbat (mg) Sumber : Winarno (1995) Kolostrum (15 hari) Susu 100 g ASI (100 g) Susu Sapi (100 g) Minuman Pralaktal Minuman pralaktal adalah jenis minuman yang diberikan kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar, seperti air kelapa, air tajin, air teh, dan madu. Hal ini sering mengganggu keberhasilan menyusui secara eksklusif (Depkes, 2000). Selain itu sebagian besar rumah sakit memberikan makanan pralaktal berupa susu formula, susu sapi, atau air gula. Roesli (2001) menyebutkan kerugian pemberian makanan pralaktal bagi bayi dan ibu adalah sebagai berikut : (1) Bayi tidak mau lagi menghisap dari payudara ibunya karena cairan lain telah menghentikan rasa laparnya. Hal ini menyebabkan payudara ibu tidak distimulasi untuk mengeluarkan ASI dengan baik. Jika ASI tidak

21 7 dikeluarkan dengan baik, maka ASI akan keluar lebih lama dan akan memungkinkan ibu menderita mastitis; (2) Bayi dapat mengalami diare, karena cairan tersebut mungkin tercemar; (3) Bayi kemungkinan menderita alergi karena pernah diberi susu formula atau susu sapi; (4) Bayi mengalami kebingungan puting bila makanan pralaktal diberikan dengan botol susu; (5) Ibu akan lebih sering mengalami kesukaran menyusui dan cenderung lebih cepat berhenti menyusui. Pemberian Minuman Pralaktal. Umumnya ibu memberian minuman pralaktal kepada bayinya sebagai pengganti ASI karena ASI belum keluar, payudara bengkak sehingga tidak bisa menyusui, puting luka, dan ASI kurang. Roesli (2001) menyatakan bahwa pemberian makanan pralaktal dengan anjuran bidan adalah hal yang sering dikemukakan dan menjadi kebiasaan di sebagian besar rumah sakit. Petugas kesehatan biasanya takut bayi akan lapar atau kekurangan air dalam beberapa hari karena ASI dianggap masih sedikit. Padahal pemberian makanan pralaktal akan membuat bayi tidak mau menghisap dari payudara ibunya karena bayi sudah kenyang. Hruschka et al. (2003) menambahkan bahwa pemberian makanan pralaktal ini dapat menyebabkan penundaan permulaan menyusui, dan meningkatkan resiko penghentian ASI secara total. Susu Formula Ruang lingkup produk Pengganti Air Susu Ibu (PASI) dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.237/Menkes/SK/IV/1997 adalah makanan yang dipasarkan atau dinyatakan sebagai makanan bayi dan digunakan sebagai pengganti ASI baik secara keseluruhan maupun sebagian. Produknya meliputi susu formula bayi, susu formula lanjutan dan makanan pendamping ASI yang diberikan dengan menggunakan botol atau dot (Depkes, 1997). Menurut Soekarto (2005), istilah PASI saat ini sudah tidak digunakan lagi dan diganti dengan istilah susu formula. Definisi susu formula bayi menurut Depkes (1997) adalah produk makanan yang formulanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dari lahir sampai usia antara 4 dan 6 bulan sesuai dengan karakteristik fisiknya. Sedangkan susu formula lanjutan adalah produk makanan yang formulanya dimaksudkan untuk bayi setelah berumur 6 bulan.

22 8 Muchtadi (2002) menyatakan susu formula adalah susu bayi yang berasal dari susu sapi yang telah diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI. Susu formula dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu susu formula adaptasi, susu formula awal, dan susu formula lanjutan. Susu formula adaptasi (adapted formula), adapted berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Komposisinya sangat mendekati ASI sehingga cocok untuk digunakan untuk bayi baru lahir sampai berumur 4 bulan. Contohnya adalah Vitalac, Nutrilon, Nan, Bebelac, Dumex sb, dan Enfamil. Susu formula awal (Complete starting formula), memiliki susunan zat gizi yang lengkap dan dapat diberikan sebagai formula permulaan. Kadar protein dan mineral susu formula ini lebih tinggi dari susu formula adaptasi. Rasio antar fraksifraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam ASI. Cara pembuatan complete starting formula lebih mudah daripada adapted formula, maka harganya lebih murah. Biasanya bayi diberi adapted formula sampai berumur tiga bulan, kemudian dilanjutkan dengan susu formula ini. Contohnya adalah SGM 1, Lactogen 1, dan New Camelpo. Susu formula lanjutan (followup formula), diberikan bagi bayi berumur 6 bulan ke atas. Kandungan protein dan mineralnya lebih tinggi daripada susu formula sebelumnya. Rasio fraksi proteinnya tidak mengikuti rasio yang terdapat dalam ASI. Contohnya adalah Lactogen 2, SGM 2, Chilmil, Promil dan Nutrima. Produsen susu bayi juga membuat susu formula khusus (special formula atau formula diit) untuk diberikan pada bayi (anak kecil) dengan kelainan metabolisme tertentu. Produk susu ini tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi sehat, sebab susunan zat gizinya justru menjauhi susunan yang terdapat pada ASI. Penggolongan susu bayi berdasarkan kondisi bayi, waktu pemberian, keadaan protein, dan berdasarkan rasa, dapat dilihat pada Tabel 2.

23 9 Pengggolongan 1. Berdasarkan kondisi bayi : a. Keadaan normal b. Keadaan khusus 1). Diare 2). Prematur 3). Alergi protein susu 2. Berdasarkan waktu pemberian : a. Susu formula awal b. Susu formula lanjutan 3. Berdasarkan keadaan protein : a. Casein predominant b. Whey adapted 4. Berdasarkan rasa : a. Mendekati rasa ASI b. Manis Sumber : Muchtadi (2002) Tabel 2. Penggolongan Susu Bayi (infant formula) Contoh Nan, Lactogen, SGM, Nutrilon, S26 LLM, Almiron, Bebelac FL Enfalac, Nenatal Nutrisoya, Prosobec Lactogen 1, SGM 1, Morinaga, S26, Nutrilon Lactogen 2, SGM 2, Chilmil, Promil, Nutrima Lactogen, SGM, Lactona, Camelpo Vitalac, Nan, Nutrilon, Enfamil, S26 Lactogen 1, Nan, Vitalac, S26, Nutrilon Lactogen 2, SGM Menurut Muchtadi (2002), untuk menjamin mutu gizi susu bayi, ditetapkan standar mutu untuk masingmasing jenis susu bayi. Pada Tabel 3 disajikan standar komposisi susu bayi (bubuk) yang berisi persyaratan minimum atau maksimum untuk masingmasing komponen zat gizi, yang terkandung dalam susu bayi menurut Codex Alimentarius dan ESPGAN. Tabel 3. Standar Komposisi Susu Bayi (untuk setiap 100 Kkal) Energi Komponen Infant Formula (a) Adapted Infant Formula (b) 6472 Kcal/100 ml Followup Infant Formula (c) 6085 Kcal/100 ml Protein, min 1.8 g g g Lemak Asam linoleat g 300 mg g g 300 mg Karbohidrat 812 g 812 g Vitamin Vit A Vit D Vit E, min. Vit K1, min. Vit C, min. Vit B1, min. Vit B2, min. Nikotinamid, min. Vit B6, min. Asam folat, min. 250 IU500 IU 40 IU80 IU 0.7 IU 4 ug 8 mg 40 ug 60 ug 250 ug 35 ug 4 ug Komposisi vitamin sama dengan Infant Formula ug 12 ug 0.5 mg Vitamin larut air tidak dispesifikasi

24 10 Komponen Vitamin As. Pantotenat, min. Vit B12, min. Biotin, min. Choline, min. Mineral Natrium (Na) Kalium (K) Chlorida (Cl) Kalsium (Ca), min. Fosfor (P), min. Magnesium (Mg), min. Besi (Fe), min. Iod (I), min. Tembaga (Cu), min. Seng (Zn), min. Infant Formula (a) 300 ug 0.15 ug 1.5 ug 7 mg 20 mg60 mg 80 mg200 mg 55 mg150 mg 50 mg 25 mg 6 mg 0.15 mg 5 ug 60 ug 0.5 ug 5 ug Tabel 3. (Lanjutan) Adapted Infant Formula (b) 1.76 meq/l (Total Na, K dan Cl, max. 50 meq/l) 60 mg 30 mg 6 mg mg 5 ug 30 ug 0.3 ug 5 ug Mangan (Mn), min. Sumber : (a) Codex Stan (FAO/WHO) dalam Muchtadi (2002) (b) ESPGAN Committee on Nutrition (1977) dalam Muchtadi (2002) (c) ESPGAN Committee on Nutrition (1981) dalam Muchtadi (2002) Followup Infant Formula (c) meq/l meq/l meq/l 90 mg 60 mg 6 mg mg 5 ug 0.5 ug Pemberian Susu Formula. Pemberian PASI kepada bayi hanya diperbolehkan apabila ibu tidak bisa memberikan ASI karena keadaan tertentu yaitu ibu meninggal, ibu sakit keras atau indikasi medis (Depkes, 1985). Menurut Sulistijani dan Herlianty (2003), pemberian PASI dapat dimengerti jika disebabkan oleh masalah pada pihak ibu seperti : ibu menderita infeksi, luka puting (mastitis); ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi; ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi. Biasanya susu formula diberikan sebagai makanan tambahan dan sebagai pengganti ASI (PASI). Susu formula sebagai makanan tambahan karena anak menangis terus atau karena ibu merasa ASInya kurang, sedangkan susu formula sebagai pengganti ASI (PASI) karena ASI tidak keluar atau anaknya tidak mau ASI, karena sudah disapih, karena ditinggal bekerja, karena anjuran dari para paramedis atau karena diberi susu formula oleh bidan (Fitrisia, 2002). Pemberian susu formula harus dilakukan dengan tepat. Masalah kesehatan dapat timbul apabila orang tua tidak membaca petunjuk yang tertulis pada kemasan, misalnya agar susu kaleng lebih irit. Bila susu diberikan dalam keadan encer, maka

25 11 bayi akan mengalami kekurangan gizi, namun bila pemberian berlebihan maka akan menyebabkan obesitas serta beban bagi kerja ginjal dan pencernaan (Depkes, 1994). Botol susu bayi dan dot botol dapat mudah terkontaminasi. Botol sebaiknya terbuat dari gelas (bukan plastik) dan bertanda mililiter yang jelas. Dot botol harus tahan terhadap proses pendidihan. Semua peralatan makan/minum bayi setelah dicuci, disterilisasi dengan cara pendidihan selama 510 menit. Kemudian ditiriskan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan tertutup. Jika cara pendidihan tidak mungkin dilakukan, maka peralatan dapat dicuci dengan air panas lalu dibilas dengan air minum (air matang yang telah dingin) atau larutan garam (Muchtadi, 2002). Makanan Pendamping ASI (MPASI) Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacammacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani & Herlianty, 2003). Perbedaan waktu pemberian MPASI tidak mempengaruhi pertumbuhan bayi baik berat badan maupun tinggi badan (WHO, 2002). Namun menurut Baker et al. (2004), pemberian MPASI secara dini (kurang dari 4 bulan) dapat meningkatkan berat badan bayi. Pemberian MPASI. Pemberian MPASI yang terlalu dini (<6 bulan) akan berdampak pada terganggunya sistem metabolisme atau pencernaan karena bayi belum siap mencerna makanan selain ASI dan asupan gizi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Sebaliknya, penundaan pemberian makanan dapat menghambat pertumbuhan jika energi dan gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi kebutuhannya (Pudjiadi, 2000). Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani & Herlianty, 2003). Pola makanan balita menurut Depkes (2000) ada pada Tabel 4.

26 12 Tabel 4. Pola Makanan Balita Menurut Umur (bulan) Umur Makanan Makanan Makanan Makanan ASI (bulan) Lumat Halus Lumat Lunak Padat Keterangan : Makanan lumat halus adalah makanan yang dihancurkan terbuat dari tepung dan tampak homogen. Misalnya adalah bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring, dll. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata. Misalnya adalah pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang pure. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Misalnya adalah bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur manado. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair, seperti lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula Karakteristik Ibu Pendidikan dan pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup seharihari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita & Fallah, 2004). Faktor pendidikan ibu mempengaruhi pengasuhan gizi anak baik dalam penyediaan pangan yang cukup secara kuantitas maupun kualitasnya, juga perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Salah satu pengasuhan gizi anak adalah pemberian ASI pada anak balita. Hasil kajian Susenas 1995 dan 2003, secara nasional pemberian

27 13 ASI terutama pada bayi di bawah satu tahun menurun dari 46,5% tahun 1995 menjadi 31,1% pada tahun Berdasarkan lamanya pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan relatif masih rendah dan tidak ada peningkatan dari tahun 1995 ke tahun 2003 yaitu sekitar 1517% (Atmarita & Fallah, 2004). Pendidikan ibu di samping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam penyusunan pola makan untuk keluarga. Pendidikan ibu juga berpengaruh terhadap pemberian ASI. Menurut Syarief dan Husaini (2000) dalam Fitrisia (2002), proporsi pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih rendah dibandingkan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non formal. Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Pendidikan akan menentukan besar kecilnya penggunaan pendapatan keluarga untuk pengadaan pangan seharihari (Sayogyo et al., 1994). Bhandari et al. (2000) menambahkan bahwa pendidikan ibu yang rendah merupakan penghalang utama praktek pengasuhan anak yang baik. Pengasuhan yang dimaksud adalah pemberian makanan pada anak, perilaku perawatan kesehatan anak, dan perilaku higienitas. Status pekerjaan ibu. Peningkatan partisipasi wanita dalam memasuki lapangan kerja di luar rumah dari waktu ke waktu semakin meningkat. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), laju peningkatan partisipasi pekerja wanita lebih tinggi daripada lakilaki. Tenaga kerja wanita meningkat dari 1,8 persen per tahun sebelum krisis ekonomi menjadi 4,2 persen pada tahun (Martianto & Ariani, 2004). Masuknya wanita dalam dunia kerja akan mengubah peran ibu dalam mengasuh anak. Turut sertanya ibu bekerja untuk mencari nafkah khususnya ibu yang masih menyusui anaknya menyebabkan bayi tidak dapat menyusui dengan baik dan teratur. Maka susu sapi atau susu formula merupakan satusatunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan di rumah. Dalam penelitian Enoch dan Djumadias (1998) dalam Fitrisia (2002), alasan penyapihan terutama karena ibu bekerja atau sibuk di luar rumah sebesar 21,6%.

28 14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh RSCM, ibu yang bekerja dapat berpengaruh terhadap produksi ASI. Meskipun pada ibu telah diajarkan cara mempertahankan produksi ASI dengan cara memompa ASI pada saat di tempat kerja serta dengan menyusui bayi lebih sering pada malam hari, ternyata jumlah ibu yang ASInya masih cukup sampai bayi berumur 6 bulan lebih sedikit jika dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Kondisi ini diduga akibat beban fisik ibu karena pekerjaan sehingga tidak dapat mempertahankan produksi ASI (Suradi, 1986). Karakteristik Keluarga Besar keluarga. Besar keluarga mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga. Semakin besar jumlah keluarga yang tidak ditunjang oleh tingkat pendapatan yang baik maka pangan bagi setiap anak akan berkurang. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang mampu sangat rawan terhadap masalah gizi kurang. Anak paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan (Suhardjo, 1989). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Latief, Atmarita, Minarto, Jahari dan Tilden (2002) bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga, maka semakin berkurang kontribusi energi, protein dan lemak terhadap total konsumsi pangan. Faktor besar keluarga juga diduga erat kaitannya dengan perhatian ibu dalam pengasuhan anak. Jumlah anak yang lebih sedikit akan memungkinkan ibu memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup dalam mengasuh anaknya. Menurut Sukarni (1989), jika jarak anak pertama dengan yang kedua kurang dari dua tahun, perhatian dan waktu ibu terhadap pengasuhan kepada anak yang pertama akan berkurang setelah kedatangan anak berikutnya, padahal anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus. Pendapatan keluarga. Hal ini akan mempengaruhi pola pengeluaran dalam rumah tangga terutama untuk konsumsi pangan anggota rumah tangga, yaitu bayi dan anak balita (Roedjito, 1987). Pada golongan pendapatan tinggi terdapat kecenderungan peningkatan penggunaan PASI dan memulai pemberian makanan pendamping yang lebih awal. Faktor pendapatan keluarga sangat menentukan pola

29 15 menyusui beralih dari ASI ke susu buatan (Haryono, 1977 ; Bantje & Yambi, 1983 dalam Fitrisia, 2002). Semakin meningkatnya pendapatan dan kekayaan terdapat kecenderungan pangan yang dikonsumsi lebih beragam dan lebih banyak (Arimond & Ruel, 2004). Semakin bertambahnya pendapatan keluarga, pembelian susu formula semakin menunjukkan peningkatan yang cukup besar dan menyusui anak mengalami penurunan yang sangat cepat. Contoh ini dapat dilihat dari 60% ibu di Gujarat yang memiliki penghasilan rendah menyusui anaknya hingga berumur 6 bulan. Persentase ini menurun dengan tajam ketika pendapatan meningkat dan hanya 8% saja dari ibu yang pendapatannya tinggi menyusui anaknya (Berg, 1986). Karakteristik Anak Urutan anak. Menurut Hurlock (2000), anak yang lahir pertama cenderung lebih diperhatikan oleh orang tua dibandingkan anak yang lahir kemudian. Hal ini diduga dapat mempengaruhi pola pemberian makan yang dilakukan oleh ibu kepada anak. Akses Informasi Ibu Menurut Madanijah (2003), pengetahuan ibu selain dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendidikan ayah dan keadaan sosial ekonomi keluarga (pendapatan keluarga), juga dipengaruhi oleh akses terhadap informasi. Engle, Manon, dan Hadad (1997), menyatakan bahwa perolehan informasi bisa didapat dari membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi, dan kemudian memahami informasi tersebut. Tucker dan Sanjur (1988) dalam Engle, Manon, dan Hadad (1997), menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang zat gizi tertentu, frekuensi membaca, juga berhubungan positif dengan asupan makanan dan status antropomentri. Menurut Satoto (1990), kurangnya kesempatan belajar atau untuk mengembangkan diri dari para ibu merupakan unsur yang menghambat ibu dalam melaksanakan pengasuhan anak semaksimal mungkin. Kesempatan tersebut mungkin memang benarbenar tidak tersedia (karena ketersediaan dana yang minim), atau sebaliknya justru ada dan tersedia tetapi para ibu karena kesibukannya (selaku pencari

30 16 nafkah ataupun karena terlalu banyak anak) tidak ada waktu untuk menggunakan kesempatan yang tersedia ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986), terdapat kecenderungan pengaruh pengetahuan gizi ibu terhadap tingkat konsumsi pangan anak dan keluarga. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu, maka tingkat konsumsi pangan anak dan keluarga akan semakin baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik akan mempermudah pelaksanaan tanggung jawab seorang ibu yaitu berupa pemilihan jenis pangan yang mengandung zat gizi yang baik untuk keluarganya. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan dapat diperoleh dari media massa, dokter/bidan, keluarga atau teman. Selain itu perlu dilakukan penyuluhan gizi dan kesehatan anak secara rutin. Albernaz et al. (2003) menyatakan bahwa konsultasi tatap muka yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih adalah cara yang efektif untuk mengurangi waktu pengenalan MPASI secara dini dan meningkatkan durasi/lama menyusui.

31 KERANGKA PEMIKIRAN Anak usia di bawah dua tahun (baduta) termasuk kelompok usia yang rawan karena merupakan masa pertumbuhan yang cepat dan menentukan kualitas manusia pada usia remaja dan dewasa. Asupan gizi melalui makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan sel otak yang berlangsung sejak masa janin sampai mencapai klimaksnya pada usia di bawah dua tahun. Konsumsi pangan anak baduta dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan karakteristik anak. Selain itu juga dipengaruhi oleh sumber informasi gizi dan kesehatan, dan pengetahuan gizi ibu. Karakteristik keluarga meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orangtua; besar keluarga, dan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga menentukan kualitas dan kuantitas makanan anak. Tingkat pengetahuan orangtua khususnya ibu dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak. Besar keluarga juga akan mempengaruhi distribusi makanan dalam keluarga. Sedangkan yang termasuk faktor anak adalah umur, jenis kelamin, urutan anak dan riwayat kelahiran. Konsumsi pangan anak baduta meliputi ASI, susu formula, dan makanan. Jumlah dan jenis konsumsi pangan tersebut akan memberikan kontribusi terhadap tingkat konsumsi zat gizi anak baduta. Alur keterkaitan faktorfaktor di atas dijabarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar 1.

32 18 Akses sumber informasi gizi dan kesehatan Pengetahuan gizi ibu Karakteristik Keluarga Umur orangtua Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Besar keluarga Pendapatan keluarga Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan Anak Riwayat kelahiran Pola pemberian ASI Pola pemberian susu formula Pola pemberian MPASI Konsumsi zat gizi anak baduta Keterangan : : Hubungan yang diteliti : Variabel yang diteliti Gambar 1. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian ASI, Susu Formula dan MPASI serta Kontribusi terhadap Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Baduta

33 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan membandingkan dua kelompok anak baduta dengan status pekerjaan ibu yang berbeda. Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu Kelurahan Bantarjati dan Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan ditentukan secara purposive berdasarkan data dari Dinas Keluarga Berencana Kota Bogor tahun 2004 bahwa Kecamatan Bogor Utara memiliki jumlah ibu bekerja paling banyak. Pemilihan kelurahan dilakukan secara purposive berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor bahwa Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil memiliki estimasi jumlah balita terbanyak pada tahun Untuk memenuhi kebutuhan jumlah responden didapatkan sebanyak 5 RW dari 17 RW yang terpilih secara random pada Kelurahan Tegal Gundil dan sebanyak 8 RW dari 16 RW di Kelurahan Bantarjati. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus Cara Pemilihan Contoh Responden penelitian adalah ibu yang memiliki anak berumur 1323 bulan yang memberikan susu formula dan bersedia diwawancarai. Sedangkan contoh penelitian ini adalah anak baduta tersebut. Contoh kemudian dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status pekerjaan ibu yaitu kelompok ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria berumur bulan, rutin mengkonsumsi susu formula dan sehat. Data contoh diperoleh dari data balita sasaran MOPPING UP Polio Jumlah contoh dari masingmasing Kelurahan adalah 15 orang dari keluarga ibu bekerja dan 15 orang dari keluarga ibu tidak bekerja, sehingga jumlah contoh keseluruhan adalah 60 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung. Data sekunder diperoleh dari posyandu setempat berupa data

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu Sejak lahir makanan pokok bayi adalah Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan LAMPIRAN KUESIONER Identitas 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : a. < 20 tahun b. 20-30 tahun c. 31-40 tahun d. > 40 tahun 4. Pendidikan formal terakhir : a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD b. SD / sederajat

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF ASI adalah satu satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASI PADA BAYI BARU LAHIR ASI adalah satu-satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI sangat dianjurkan pada bayi sampai usia 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun karena ASI akan memberikan sejumlah zatzat gizi yang berguna untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Artikel Pola asuh gizimerupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN

STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN Oleh KIKI RISKI AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kurang gizi dan gizi buruk merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Data tahun 2007 memperlihatkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) Denie Septina A, Dwi Anita A & Titik Anggraeni Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Batita atau Toddler a. Konsep Batita atau Tooddler Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), dimana pada periode ini anak berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI ( Air Susu Ibu) eksklusif adalah bayi hanya diberi saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR.

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR. PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR Temu Salmawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tempat : Puskesmas Turen Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Turen Tanggal : Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama rohani dengan

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes PENDAHULUAN Bayi : Umur 0-12 bulan Bayi Cukup Bulan (Full term) Usia kehamilan Berat Badan Tinggi Badan : 270 290 hari : 2,7 3,2 kg : 48 50 cm 2. Bayi Prematur 3. Bayi BBLR Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyapihan 1. Pengertian Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU Ria Mariana Mustafa PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN RIA MARIANA

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada makanan padat sebagai makanan tambahannya. Berdasarkan ilmu gizi, para bayi perlu diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis-jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d² 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI (Air Susu Ibu ) adalah suatu cara pemberian makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan emosional yang unik bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi usia 6-12 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RENA NINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 20 Juli 2013 di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dengan jumlah responden sebanyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT. Bagi Petugas Lapangan

PEDOMAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT. Bagi Petugas Lapangan PEDOMAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT Bagi Petugas Lapangan DEPARTEMEN KESEHATAN RI DITJEN BINA KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT 2007 KATA PENGANTAR Pemberian

Lebih terperinci

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( ) GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BAYI USIA 6-12 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DAN YANG DIBERIKAN SUSU FORMULA DI KELURAHAN LEBAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH Naili Nur Meifanna

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak v Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak Speaker: dr. FALLA ADINDA BIOGRAFI dr. Fala Adinda Pringgayuda Dokter Laktasi sertifikasi SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) Head consultant doctor PT Pathlab Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Melindungi kesehatan ibu :

Melindungi kesehatan ibu : KONSELING MENYUSUI 1/1 MANFAAT MENYUSUI A S I Zat-zat gizi yang lengkap Mudah di cerna, diserap secara efesien Melindungi terhadap infeksi MENYUSUI Membantu bonding dan perkembangan Membantu menunda kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui adalah hak asasi. Hak asasi bagi ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan hak asasi bayi untuk mendapatkan zat gizi terbaik. Menyusui adalah cara alamiah

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Status gizi yang baik pada masa bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik tangguh, mental

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI 1 AIR SUSU IBU A. PENDAHULUAN Dalam rangka pekan ASI (Air Susu Ibu) yang jatuh pada minggu I bulan Agustus Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berupaya untuk memberikan informasi yang memadai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). AKB tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan

Lebih terperinci

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI YULIA WULANSARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih rendah - Rasio protein whey dan casein leb

Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih rendah - Rasio protein whey dan casein leb FORMULA BAYI Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci