1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 1. Pendahuluan Kebijakan Pemerintah dalam menyelesaikan masalah kerawanan pangan seringkali hanya berdasarkan pada aspek ketersediaan, padahal menurut Kepala Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Boyolali, Dirham, tolak ukur kerawanan pangan tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan pangan saja, namun akses jalan, ketersediaan air bersih, sarana sosial, dan indikator-indikator lainnya. Serta hasil yang dikemukakan oleh FSVA (A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia) Tahun 2009, bahwa kerangka konsep ketahanan pangan mempertimbangkan ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaatan pangan sebagai aspek-aspek utama penopang ketahanan pangan serta menghubungkan aspek-aspek tersebut dengan kepemilikan aset rumah tangga, strategi penghidupan, dan lingkungan politik, sosial, kelembagaan dan ekonomi [1]. Melihat beberapa aspek sosial dalam artikel yang dimuat oleh DKP dan Deptan, dirasa perlu menerapkan aspek-aspek sosial kemasyarakatan dalam pengidentifikasian ketahanan pangan suatu daerah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 5 Kecamatan pada Kabupaten Boyolali yang masih tergolong daerah rawan pangan tingkat II pada tahun 2010, padahal Informasi Laporan Peyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, menganugerahi Kabupaten Boyolali Kabupaten Lumbung Padi. Dalam kajian ketahanan pangan, sangat cocok jika didalam konsep ketahanan pangan tersebut diterapkan konsep-konsep dari geososial (Ruang, Proses, dan Pola). Dalam penelitian terdahulu, ketahanan pangan cenderung ditinjau dari banyaknya jumlah produksi pakan siap makan berbanding dengan kebutuhan normal seluruh penduduk dalam satu wilayah. Tidak tinjaunya aspekaspek sosial kemasyarakatan akan menimbulkan lemahnya informasi ketahanan pangan suatu wilayah tertentu karena kerawanan pangan itu sendiri seringkali ditimbulkan oleh beberapa faktor sosial, seperti kurang sadarnya penduduk terhadap pendidikan dan pengetahuan umum, sehingga penduduk atau masyarakat tidak bisa memaksimalkan potensi tahan pangan dalam sebuah rumah tangga. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah melakukan pengkajian terhadap indikator-indikator geososial yang bisa digunakan untuk membantu masyarakat khususnya pada Kabupaten Boyolali Jawa Tengah guna meningkatkan ketahanan pangan dan membantu dinas-dinas terkait dalam penyampaian informasi ketahanan pangan wilayah, serta dilakukan pemetaan untuk dapat mempermudah pemahaman informasi. Dengan bantuan kemudahan Pmapper Framework ditambah dengan bahasa PHP (Hypertext Preprocessor) dapat dibangun sebuah aplikasi untuk penyedia layanan informasi dan pemetaan. 2. Kajian Pustaka Pada penelitian yang dilakukan oleh Suwarno, dkk pada tahun 2010, yang berjudul "Identifikasi geososial Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Di Taman Nasional Karimun Jawa" mengungkapkan adanya pengaruh Pendistribusian Penduduk, Dinamika Penduduk dan Infrastruktur Sosial berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan masyarakat untuk mendukung ketahanan pangan pada 2

2 masyarakat karimun jawa. Berdasarkan pernyataan tersebut diperlukan perhitungan skor dalam proses pemetaan [2]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Asmara Rosihan, Hanani Nuhfil, dan Mutisari Rini tahun 2012 yang berjudul "Analisis Ketahanan Pangan Di Kota Batu." Menggunakann 18 indikator terkait dan menghitung masing-masing skor tiap-tiap indikator untuk mengetahui daerah mana yang berpotensi rawan pangan [3]. Penelitian lainnya dilakukan oleh A.K.A. Agustinus tahun 2012 yang berjudul " Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Menentukan Daerah Potensi Rawan Pangan Guna Mendukung Informasi Ketahanan Pangan (Studi di Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur)." Membahas mengenai pemetaan yang dilakukan setelah skor masing-masing dari tiap-tiap indikator terhitung [4]. Dari beberapaa artikel dan penelitian ilmiah tersebut didapatkan sebuah gagasan untuk membangun sebuah aplikasi penyampaian informasi ketahanan pangan dengan tidak hanya menggunakan indikator ketersediaan pangan saja namum juga memasukan beberapa indikator sosial yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan suatu wilayah, dan menampilkan dalam bentuk peta, grafik dan tabel. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan model sistem informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan, analasis, dan sistem yang mendekati dunia nyata dengan hasil sedekat mungkin dengan aslinya. Didalam Sistem Informasi Geografi itu sendiri terdapat beberapa subsistem yang digunakan untuk mengelola masukan-masukan data spasial yang ada serta menampilkan informasi baik dalam bentuk peta, tabel, maupun laporan. Sistem Informasi Geografi dapat dioperasikan jika komponen-komponen utama penyusun sistem tersebut telah terpenuhi. Komponen-komponenn tersebut antara lain pengguna, aplikasi, data penunjang, Software, dan Hardware [5]. Gambar 1 Komponen Sistem Informasi Geografi Pengguna yang ditunjukan pada Gambar 1 merupakan orang yang menjalankan sistem secara keseluruhan, orang tersebut dapat berprofesi sebagai operator, analisis, programmer, serta database administrator. Data yang digunakan dalam membangun SIG meliputi data grafis yang berupa rupa peta bumi dan data atributt yang berisikan sensus penduduk, jumlah produksi, dan data statistik lainnya. Aplikasi merupakan sekumpulan fungsi-fungsi yang digunakan untuk mengolah dataa menjadi informasi terkait. Perangkat lunak atau Software yang dimaksud pada SIG adalah program yang dibuat untuk mengelola, 3

3 menyimpan, memproses, dan menayangkan data spasial berupa peta. Sedangkan untuk perangkat keras pada komponen SIG yaitu seperangkat alat komputer yang dipergunakan untuk membangun SIG. Ketahanan Pangan Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 (Bab I, Pasal 1, Ayat 4) disebutkan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan [6]. Maka unsur utama yang harus terpenuhi dalam maksud ketahanan pangan adalah cukup tersedianya bahan pangan seperti beras, palawija, dan rempahrempah lain serta adanya yang memanfaatkan pangan tersebut, baik oleh individu, kelompok kecil seperti keluarga/rt/rw atau maupun kelompok besar seperti masyarakat Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Geografi Sosial Geografi Sosial merupakan salah satu percabangan ilmu geografi yang membahas tentang aspek-aspek sosial kemasyarakatan dimana manusia merupakan sebagai salah satu faktor penting pada obyek studi Geografi. Geografi Sosial sendiri memiliki unsur-unsur dan ciri-ciri tersendiri yaitu Manusia, Lingkungan Alam, dan Hubungan (Relasi, Interelasi, dan Interaksi). Manusia adalah sekelompok makhluk hidup yang bergantung satu sama lain dan yang telah memperkembangkan pola organisasi yang memungkinkan mereka hidup bersama dan dapat mempertahankan diri sebagai kelompok yang terdiri dari masyarakat dan komunitas, lingkungan alam merupakan lingkungan sekitar tempat manusia tinggal yang terdiri dari topografi, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan geologis, dan beberapa fenomena alam lainnya, dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia maupun dengan alam. Sehingga menurut Paul Vidal de La Blace kehidupan manusia tidak hanya ditentukan oleh alam saja, faktor tanah, iklim, dan ruang juga dapat mempengaruhi kehidupan manusia untuk membantu proses produksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Paul juga mengatakan bahwa manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor pasif yang ditentukan oleh alam, tetapi dapat mempengaruhi alam secara aktif dalam kehidupan ekonomi manusia tersebut [7]. Ketahanan Pangan Dengan Model Geososial Pada dasarnya pemerintah sudah melakukan beberapa riset guna membentuk daerah tahan pangan. Namun masih banyak pengaruh-pengaruh sosial yang tidak disebutkan dalam parameter pengukuran pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat 13 indikator yang dijadikan model untuk mempetakan ketahanan pangan menurut konsep geososial [8]. 4

4 Indikator pertama adalah Indikator Konsumsi Normatif per Kapita. Rumus yang digunakan adalah P = (P ) [1 (s + f + w)]... (1) M = (M ) cn... (2) R = P c... (3) P = R + M... (4) F =... (5) I =... (6) Indikator kedua adalah Indikator Penyediaan Pangan Melalui Toko Kelontong/Pracangan. Rumus yang digunakan adalah I =... (7) Indikator ketiga yaitu Indikator Presentase Jumlah Keluarga Miskin. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (8) Indikator keempat adalah Indikator Presentase Panjang Jalan Tanah. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (9) Indikator kelima adalah Indikator Presentase Rumah Tangga Tanpa Aliran Listrik. Rumus yang digunakan adalah I = [1 ] 100%... (10) Indikator keenam adalah Indikator Presentase Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih. Rumus yang digunakan adalah I = [1 ] 100%... (11) Indikator ketujuh adalah Indikator Presentase Penduduk Tidak Mengenyam Pendidikan Tinggi. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (12) Indikator kedelapan adalah Indikator Presentase Penduduk Tidak Bekerja. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (13) Indikator kesembilan adalah Indikator Presentase Pelayanan Tenaga Kesehatan. Rumus yang digunakan adalah I = ( (. ) ) 100%... (14) Indikator kesepuluh adalah Indikator Presentase Angka Kematian Bayi. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (15) Indikator kesebelas Indikator Presentase Jumlah Kejadian Bencana Alam. Rumus yang digunakan adalah Iba = (ba)... (16) 5

5 Indikator keduabelas adalah Indikator Presentase Rumah Yang Menggunakan Bambu. Rumus yang digunakan adalah I = 100%... (17) Indikator ketigabelas adalah Indikator Presentase Lahan Irigasi. Rumus yang digunakan adalah : I = (1 ) 100%... (18) Rumus Menghitung Indeks Ketahanan Pangan Komposit dan Pemberian Skor Setelah masing-masing indikator telah dihitung, proses selanjutnya adalah dilakukan penilaian tingkat kerawanan pangan secara individual (per indikator) dan komposit dan pemberian skor pada tingkat kerawanan pangan tersebut hingga didapatkan penilaian indeks komposit setiap kecamatan dengan range mulai dari 0 sampai dengan 1. Rumus yang digunakan adalah [8]. I =... (19).. Pemberian Skor Terhadap Indeks Komposit Tabel 1 Pengklasifikasian Skor Indeks Komposit I KPK Tingkat Potensi Rawan Pangan Skor Potensi >= 0.80 Sangat Berpotensi Rawan Pangan Berpotensi Rawan Pangan Agak Berpotensi Rawan pangan Cukup Berpotensi Rawan Pangan Berpotensi Tahan Pangan 2 <= 0.16 Sangat Berpotensi Tahan pangan 1 Penyamaan pemberian skor pada seluruh indikator dilakukan agar setiap indikator yang telah memiliki skor klasifikasi masing-masing dapat digabungkan sehingga menghasilkan sebuah skor akhir yang digunakan untuk menjadi penilaian akhir serta pengukuran potensi pada setiap kecamatan yang terdapat pada Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Rumus Menghitung Skor Potensi Gabungan Setelah masing-masing kecamatan memiliki skor potensi indikator dan skor potensi indeks rasio, selanjutnya dihitung skor total yang kemudian dijadikan sebagai tolak ukur tahan atau tidaknya potensi pangan pada masing-masing Kecamatan tersebut [3]. Rumus ini ditulis pada fungsi_total.php yang kemudian dimasukan kedalam basis data peta untuk ditampilkan. Rumus yang digunakan adalah SPG =... (20) Keterangan : SPG = Skor akhir potensi gabungan. x1 x13 = Skor potensi komposit per indikator. 6

6 Pada tahap selanjutnya dapat dilakukan perbandingan hasil potensi akhir yang dimiliki pada penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian potensi ketahanan pangan yang tidak menggunakan indikator geososial setelah diketahui skor akhir potensi gabungan pada setiap kecamatan. Perbandingan ini berguna untuk mengukur seberapa valid skor potensi penelitian ketahanan pangan dengan penelitian ketahanan pangan lainnya. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan validasi pengukuran metode yang ada. Karena pada setiap metode perhitungan yang diambil sudah merupakan metode perhitungan yang telah diteliti dan merupakan metode perhitungan yang valid pada penelitian sebelumnya baik penelitian yang dilakukan pada pemerintah, maupun penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dijadikan sebagai sumber referensi. Pmapper Framework Pmapper framework menyediakan fungsi yang besar serta konfigurasi ganda untuk mengatur fasilitas pada aplikasi MapServer yang didasarkan pada PHP/MapScript. Pmapper dibangun dengan bahasa PHP dan JavaScript. Fungsi-fungsi yang terdapat didalam Pmapper framework diantaranya 1)DHTML (DOM) zoom/pan, didukung browser: Mozila/Firefox, IE, Netscape, Opera, dan Konqueror, 2)Pan/zoom dengan mouse, keyboard, slider, dan reference map, 3)Fungsi dasar query (identity, select, search), 4)Hasil query ditampilkan dengan menggabungkan basisdata dan hyperlinks, 5)Fungsi cetak dalam format HTML maupun PDF, 6)Konfigurasi pada beberapa fungsi, tingkah laku dan tampilan menggukanan INI.file, 7)HTML legends, 8)Berbagai macam model untuk tampilan legenda dan tabel yang masuk kedalam plugins, 9)Penggunaan banyak bahasa interface (Inggris, Jerman, Itali, Perancis, dan Swedia) [9]. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif, dimana metode ini merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki [10]. Metode deskriptif memiliki ciri-ciri khusus seperti yang telah dikemukakan oleh Surakhmad (2002:140) yaitu 1)Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada, 2)Data yang telah terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisa [11]. Untuk tahapan penelitian ini sendiri dibagi menjadi 5 langkah, yaitu 1)Tahap Studi Literatur, 2)Tahap Analisis Penelitian, 3)Tahap Pengumpulan Data, 4)Tahap Perhitungan, Analisis Hasil dan Implementasi Program, 5)Tahap Penulisan Laporan. Pemodelan tahapan tersebut tergambar pada Gambar 2. 7

7 Gambar 2 Metode Penelitian Kegiatan awal dalam penelitian dimulai dengan melakukan tahap studi literatur guna mencari serta memastikan bahwa topik yang diangkat dalam penelitian belum pernah dilakukan oleh orang lain dan dapat diterapkan/nyata. Didalam tahap ini tedapat pula kegiatan yaitu dengan melakukan pengidentifikasian masalah yang menghasilkan penambahan indikator sosial untuk mendukung ketahanan pangan pada Kabupaten Boyolali, studi pustaka penelitian terdahulu, mengemukakan analisis dasar, dan penyusunan hipotesa. Tahapan ini menghasilkan sebuah hipotesa bahwa pada kenyataannya Kabupaten Boyolali masih belum dalam tahap bebas dalam masalah krisis pangan dikarenakan adanya beberapa faktor. Tahap analisis mengemukakan penentuan instrumen penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk memilih subyek dan variabel penelitian. Subyek penelitian yang diambil merupakan sebuah sistem perhitungan skor dan representasi informasi ketahanan pangan dalam bentuk peta di seluruh Kecamatan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, variabel penelitian mencakup data jumlah penduduk, jumlah produksi padi dan jagung, sarana infrastruktur sosial, dan data tenaga kerja dari dinas ketenagakerjaan. Metode yang digunakan adalah metode perhitungan indikator komposit. Sumber data yang digunakan didalam penelitian diambil dari berbagai macam sumber baik melalui situs resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali maupun penelitian terdahulu yang terkait. Data primer yang didapat meliputi data produksi padi, produksi jagung, jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut pendidikan terakhir, jumlah penduduk menurut kategori usia, jumlah penduduk menurut golongan kesejahteraan, jumlah rumah tangga yang dialiri listrik dan air, jumlah tenaga layanan kesehatan, tingkat kematian dan kelahiran, jumlah besar lahan, panjang jalan yang dikelola pemerintah dan jumlah kejadian bencana alam. Sedangkan data sekunder yang didapat berupa data artikel-artikel ilmiah pendukung dari penelitian terdahulu yang terkait. Alur pembuatan penelitian peta ketahanan pangan dengan indikator gabungan yang dimiliki pemerintah dan indikator dari pengidentifikasian geososial dapat dilihat pada Gambar 3. 8

8 Gambar 3 Alur Pembuatan Penelitian Peta Ketahanan Pangan Setelah semua data didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah perhitungan skor, analisa hasil skor termasuk penentuan daerah tahan pangan, dan implementasi pada program. Metode yang digunakan dalam implementasi adalah metode prototype. Gambar 4 Metode Prototype Pada Gambar 4, didapatkan alur kerja serta tahapan dalam implementasi program. Dalam pengimplementasian program dengan menggunakan metode prototype, proses yang terjadi adalah 1)pengumpulan requirement, 2)tahap perancangan, 3)tahap evaluasi. Tahap requirement atau tahap pengumpulan kebutuhan merupakan tahapan dimana customer memberikan pernyataan yang penting dalam sistem dan didalamnya mencakup aspek kebenaran, kebutuhan, tidak ambigu, dan terukur. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi dan kebutuhan yang dibutuhkan untuk merancang sistem informasi geografi ketahanan pangan. Kebutuhan yang maksud meliputi dataa peta dengan format.shp, penerapan Pmapper Framework 9

9 kedalam sistem, penambahan hak akses sebagai administrator serta desain antar muka sistem yang dibangun dengan memperhatikan kenyamanan, daya tarik, dan kemudahan penggunaan sistem tanpa mengurangi bobot informasi yang akan ditampilkan. Tahap perancangan meliputi kegiatan membangun sistem dengan mengkodekan model prototipe yang sudah disepakati yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman yang sudah dipilih. UML (Unified Modeling Language) ) yang digunakan dalam merancang sistem terdiri dari use case diagram, activity diagram, class diagram, dan development diagram. Pada use case diagram, user yang dimempunyai hak akses hanyalah seorang administrator yang ditunjuk untuk dapat melakukan pembaharuan data dan konten pada web. User selain administrator (guest) dapat langsung mengakses halaman web dan peta tanpa melalui pendaftaran. Gambar 5 Use Case Diagram Sistem Activity diagram menjelaskan proses aktifitas yang terjadi pada administrator dengann sistem. Proses dimulai ketika administrator melakukan proses login terlebih dahulu, dan ketika server mengenali user sebagai administrator, maka beberapa fungsi seperti mengubah isi konten pada website dan mengubah data pada peta dapat dilakukan. Kemudian secara sistem perubahan tersebut dijadikan parameter sebagai variabel-variabel halaman website dan peta yang nantinya akan ditampilkan. 10

10 Gambar 6 Activity Diagram Sistem Class diagram menunjukan relasi antara tabel dengan sistem yang sudah dibangun. Relasi tersebut adalah relasi one to one dan one to many atau many to one. Relasi one to one terjadi pada tabel tbl_user dengan tabel tbl_utama, tabel Pmapper, dan tabel admkec_boyolali. Relasi one to many terjadi pada tabel tbl_user dengan tabel tbl_konten, dimana seorang user dapat memperbaharui beberapa konten yang ada. Relasi one to many juga terjadi pada tabel admkec_boyolali dengan tabel Pmapper. Dimana beberapa variabel pada setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali dapat sekaligus diakses oleh sebuah Pmapper Framework yang nantinya akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar 7 Class Diagram Sistem Deployment Diagram menggambarkan rancangan devicee dan hardware yang digunakan untuk membangun sistem. 11

11 Gambar 8 Deployment Diagram Sistem Pembuatan prototype secara bertahap didasarkan pada kebutuhan dari pengguna sistem atau user sampai user merasa cukup puas dengan program yang telah dibuat. Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi atau yang sering disebut dengan tahap revisi sistem, pada tahapan ini pengguna sistem mengevaluasi apakah sistem yang sudah terbentuk melalui tahap perancangan sudah sesuai dengan kebutuhan. Jika sistem dirasa belum cukup memenuhi kebutuhan maka tahap pengembangan kembali kepada tahap pengumpulan kebutuhan, namun jika sistem dirasa sudah cukup mewakili seluruh kebutuhan pengguna, maka sistem tersebut dianggap telah selesai. Prototipe Prototipe 1 Prototipe 2 Prototipe 3 Tabel 2 Prototipe Sistem Aplikasi yang dibangun Deskripsi Revisi Penggunaan Pmapper Framework Penambahan User untuk memberikan informasi Interface sebagai ketahanan pangan Kabupaten Boyolali tampilan awal sehingga dalam bentuk peta pada sistem. informasi juga dapat ditampilkan tidak hanya dalam halaman web. Aplikasi Sistem Informasi Geografi Penambahan user sebagai yang sudah dilengkapi dengan administrator guna tampilan pada halaman awal dan peta memperbaharui data sebagai pusat informasi ketahanan secara langsung tanpa pangann pada daerah Kabupaten harus melalui Boyolali. penginputan manual pada database, penambahan fungsi penghitung skor, serta penyajian informasi tambahan melalui grafik. Aplikasi Sistem Informasi Geografi - yang sudah dilengkapi dengan fungsi pembaharuan data dan penghitungan skor secara sistem, yang disajikan dalam bentuk peta dan grafik. 12

12 User merupakan admin yang dapat melakukan pembaharuan data dan secara ototmatis dilakukan perhitungan skor oleh sistem yang kemudian ditampilkan dalam bentuk legenda peta. 4. Hasil dan Pembahasan Implementasi Model GUI Hasil implementasi dari penelitian ini adalah penyajian informasi ketahanan pangan dalam bentuk website portal dan peta yang menggunakan Pmapper4.1 Framework. Proses pemetaan pada sistem aplikasi diimplementasikan dengan mengolah data yang ada pada database menggunakan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Pmapper 4.1 Framework. Hasil proses pengolahan data ini masuk kedalam webserver yang kemudian ditampilkan pada halaman browser client dalam bentuk peta. Web Server yang digunakan pada penelitian ini adalah MS4W (MapServer for Windows) versi Implementasi pada tampilan awal menggunakan php5 yang disertai dengan css3 dan jquery. Tujuan dari pembuatan tampilan halaman awal ini adalah memudahkan pengakses data untuk memahami secara lebih jauh indikatorindikator geososial yang digunakan sebagai model pemetaan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG). Menu utama pada halaman web meliputi navigasi-navigasi yang menuju pembahasan mengenai ketahanan pangan. Navigasi-navigasi tersebut diantara lain adalah navigasi Beranda, Sejarah, Geografi Sosial, Ketahanan Pangan, Grafik, Peta Ketahanan Pangan, dan Hubungi Kami. Pada menu hak akses administrator terdapat menu tambahan yang menghubungkan pada proses pembaharuan data dan fungsi logout. Pada navigasi Grafik, sistem menampilkan data skor perhitungan dalam bentuk grafik per indikator. Tujuan fungsi ini dibuat untuk mempermudah penyajian informasi pada masyarakat dengan tidak hanya dalam bentuk peta, namun juga grafik batang. Penyajian data dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Grafik Tingkat Ketersediaan Pangan per Indikator pada Kecamatan Kabupaten Boyolali Tahun 2012 Berdasarkan total perhitungan indikator komposit (persamaan 20), Kecamatan Ampel, Boyolali, Cepogo, Mojosongo, Musuk, dan Teras menempati 13

13 kategori tingkat 2 sebagai kecamatan yang berpotensi tahan pangan. Kecamatan Banyudono, Karanggede, Ngemplak, Nogosari, Sambi, Sawit, Selo, dan Wonosegoro menempati kategori tingkat 3 sebagai kecamatan yang cukup berpotensi tahan pangan. Sedangkan kecamatan lainnya menempati kategori tingkat 4 yang cukup berpotensi tidak tahan pangan. Fungsi utama pada sistem ini terdapat pada navigasi Peta Ketahanan Pangan dimana Pmapper dapat menampilkan sebuah peta tematik pada halaman utama sistem. Proses penampilan peta terjadi ketika Pmapper secara benar memuat berkas-berkas peta yang terdapat pada database. Gambar 10 Potongan Kode Program Pemanggilan Berkas Peta yang terdapat pada Database Potongan kode program pada Gambar 10 menunjukan proses konfigurasi yang terdapat pada Pmapper Framework dengan database. Pemusatan kode program terjadi pada baris ke-149 sampai dengan baris ke-153 dimana jenis koneksi dan parameter yang terdapat pada database harus disebutkan dengan benar. Setelah koneksi berjalan dengan baik, proses selanjutnya adalah menentukan class dan menentukan klasifikasi warna dimana penentuan class digunakan untuk mendefinisikan kelas tematik pada suatu layer, sedangkan penentuan warna terjadi ketika layer memiliki lebih dari satu class. Pada sistem yang dirancang, setiap layer memiliki sebanyak 6 kelas dengan nilai dan kondisi yang berbeda. Kelas-kelas tersebut dibedakan oleh nilai dan pengkondisian yang sudah ditetapkan pada sistem. Gambar 11 Kode Program Penentuan Class dan Pengkondisian Warna Gambar 11 menunjukan bahwa terdapat sebuah kelas yang bernama Sangat Berpotensi Rawan Pangan dimana kelas tersebut ditunjukan dengan warna merah. Setiap kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 6 akan diklasifikasikan 14

14 pada kategori kelas Sangat Berpotensi Rawan Pangan dan kecamatan tersebut akan ditampilkan dengan warna merah pada halaman peta, kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 5 akan diklasifikasikan pada kategori kelas Berpotensi Rawan Pangan dan ditampilkan dengan warna oranye pada halaman peta, kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 4 akan diklasifikasikan pada kategori kelas Cukup Berpotensi Rawan Pangan dan ditampilkan dengan warna coklat pada halaman peta, kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 3 akan diklasifikasikan pada kategori kelas Cukup Berpotensi Tahan Pangan dan ditampilkan dengan warna hijau tua pada halaman peta, kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 2 akan diklasifikasikan pada kategori kelas Berpotensi Tahan Pangan dan ditampilkan dengan warna hijau muda pada halaman peta, sedangkan kecamatan yang memiliki skor_total sama dengan 1 akan diklasifikasikan pada kategori kelas Sangat Berpotensi Tahan Pangan dan ditampilkan dengan warna hijau pada halaman peta. Pengklasifikasian warna tersebut terdapat pada Peta tersebut juga disajikan dalam beberapa layer indikator yang dijadikan sebagai parameter pada peta. Penyajian data dalam bentuk peta dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Penyajian Data Ketahanan Pangan dalam bentuk Peta Tematik Pada Gambar 12, terlihat peta ketahanan pangan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah yang memiliki beberapa warna khusus warna merah adalah wilayah yang memiliki skor rata-rata tertinggi 6 dari jumlah seluruh skor indikator dibagi dengan 13 yang sangat berpotensi rawan pangan atau sangat berpotensi tidak tahan pangan. Warna oranye adalah wilayah yang memiliki skor rata-rata tertinggi kedua 5 setelah wilayah yang berwarna merah, wilayah ini masih tergolong dalam berpotensi rawan pangan, warna coklat adalah wilayah yang memiliki skor ratarata indikator 4, wilayah ini merupakan wilayah rata-rata yang memungkinkan cenderung berpotensi rawan pangan, warna hijau lumut memiliki skor rata-rata indikator 3 wilayah ini merupakan wilayah rata-rata yang memungkinkan cenderung berpotensi tahan pangan, warna hijau muda adalah wilayah yang memiliki skor rata-rata terendah kedua 2, wilayah ini memiliki kecenderungan sudah berpotensi tahan pangan, dan warna hijau dengan indikator 1 merupakan wilayah yang sangat berpotensi tahan pangan. Pada legenda peta yang terdapat pada sebelah kiri halaman peta merupakan indikator-indikator yang terkait dalam proses penelitian. Indikator tersebut telah dihitung dan hasil perhitungan diklasifikasikan kedalam kelompok-kelompok 15

15 indikator tertentu. Terdapat beberapa fungsi yang telah tersedia melalui Pmapper Framework, diantaranya adalah fungsi zoom to full extent, back, forward, zoom in, zoom out, pan, identify, select, tooltip, measure, transparency, dan refresh map. Fungsi search yang tersedia juga memudahkan pengguna untuk dapat mencari kecamatan yang diinginkan secara otomatis tertuju pada kecamatan terpilih. Selain fungsi-fungsi diatas Pmapper juga menyajikan pengunduhan data dalam bentuk xls, csv, pdf, dan pengunduhan peta dalam format. Fungsi-fungsi pada Pmapper tersebut dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Fungsi Search yang Terdapat pada Pmapper Framework Gambar 13 menunjukan bahwa daerah yang berwarna hijau kehitaman merupakan daerah terpilih, sedangkan tabel result merupakan tabel keterangan dari Kecamatan Juwangi dimana Kecamatan Juwangi memiliki skor_total sebanyak 4 yang berarti Kecamatan Juwangi cukup berpotensi untuk tidak tahan pangan. Tahap yang selanjutnya adalah proses evaluasi atau pengujian fungsi. Tahapan ini berguna untuk mengetahui apakah sistem telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang diinginkan atau sebaliknya. Tahap ini merupakan tahap akhir dari pembuatan sistem aplikasi berbasis web ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian alpha dan beta. Pengujian alpha menggunakan metode black box testing ini merupakan pengujian fungsi dari sistem yang dibangun. Pada pengujian alpa, input diberikan kepada sistem untuk menghasilkan output yang diinginkan. Pada saat output yang dihasilkan sesuai maka pengujian dianggap valid pengujian alpha dapat dilihat pada pada Tabel 3. Tabel 3 Pengujian alpha pada Sistem Pengujian Tindakan Hasil Status Fungsi Navigasi Menekan semua fungsi Halaman sistem mengarah kepada halaman tertentu Valid navigasi pada sesuai dengan menu sistem. navigasi yang telah ditekan. Fungsi Update Konten Memberikan data konten terbaru melalui admin Data pada database merupakan data terbaru sesuai dengan data yang diisikan. Konten pada web Valid 16

16 Fungsi Update Data kepada database Memberikan data baru kepada database. sesuai dengan data yang ada pada database. Data pada database merupakan data terbaru sesuai dengan data yang telah dipilih. Valid Fungsi Login dan Logout Masuk kedalam sistem dengan menggunakan hak akses administrator dan mengakhirinya setelah selesai. User administrator yang memiliki hak akses yang sesuai dengan database dapat masuk kedalam sistem dan dapat mengakhiri hak tersebut setelah selesai. Valid Seluruh hasil pengujian pada Tabel 3 menghasilkan nilai valid yang berarti pada sisi fungsionalitas sistem yang dibangun sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya dilakukan tahap pengujian beta dengan menggunakan teknik non probability sampling yang melibatkan beberapa responden terpilih yang memiliki keterkaitan dengan sistem yang dibangun. Pengujian mempersilakan 11 responden yang merupakan 1 administrator dan 10 guest atau pengguna untuk menggunakan sistem dan memberikan penilaian untuk dihitung sebagai hasil dari pengujian beta. Terdapat 5 soal dan 3 kategori sebagai tolak ukur pengujian yaitu baik, sedang, atau kurang berhasilnya sistem yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengujian beta pada Sistem Kategori P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah Baik Cukup Kurang Jumlah Pada pertanyaan pertama, 81% responden sebanyak 9 orang menilai aplikasi sudah berjalan dengan baik dan 2 responden lainnya menilai aplikasi sudah mencukupi kebutuhan. Pertanyaan kedua sebanyak dengan jumlah responden sebanyak 7 orang menilai informasi sudah dengan baik tersampaikan dan 4 responden lainnya meniliai informasi cukup tersampaikan dengan cukup. Pada pertanyaan ketiga, mengenai mudahnya penggunaan sistem sebanyak 7 responden (63%) menilai baik, 2 responden (18%) menilai cukup dan 2 responden (18%) menilai masih kurang mudahnya penggunaan sistem atau alur pada aplikasi yang 17

17 dibangun. Pertanyaan keempat 8 responden (72%) memberikan penilaian baik terhadap masa depan sistem untuk dapat membantu memperbaiki ketahanan pangan pada Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, 2 responden (18%) menilai cukup, dan 1 responden (9%) menyatakan kurang membantunya sistem. pertanyaan terakhir sebanyak 10 responden (90%) menyatakan tampilan sistem sudah baik, dan 1 responden (9%) menyatakan sudah cukup. Tabel 5 merupakan tabel pengujian hasil kuesioner. Tabel 5 Hasil Pengujian beta pada Sistem Kategori P1(%) P2(%) P3(%) P4(%) P5(%) Rata-rata Baik Cukup Kurang Jumlah(%) Hasil rata-rata presentase dari pengujian beta pada Tabel 5, didapatkan sebanyak 74,5% pada kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem yang dibangun telah sesuai dan dapat memberikan informasi secara jelas kepada user. 5. Simpulan Berdasarkan metode deskriptif, perhitungan indikator komposit dan pembuatan sistem diperoleh kesimpulan bahwa Kabupaten Boyolali Jawa Tengah masih jauh dari kategori kabupaten yang memiliki tingkat ketahanan pangan yang tinggi. Terbukti dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, terdapat 6 Kecamatan (31.5%) yang masuk dalam kategori berpotensi tahan pangan yaitu Kecamatan Ampel, Cepogo, Boyolali, Musuk, Teras dan Mojosongo. 9 Kecamatan (47.4%) cukup berpotensi tahan pangan yaitu Kecamatan Sawit, Sambi, Selo, Nogosari, Wonosegoro, Karanggede, Simo, Banyudono, Ngemplak dan 4 Kecamatan yang masih masuk dalam kategori cukup berpotensi tidak tahan pangan (21.1%) yaitu Kecamatan Klego, Andong, Kemusu, dan Juwangi. 6. Daftar Pustaka [1]. DKP, DepTan, & WFP Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia. Jakarta: PT. Enka Deli Raya. [2]. Suwarno, dkk Identifikasi geososial Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Taman Nasional Karimun Jawa. Jawa Tengah : Bakosurtanal. [3]. Rosihan Asmara, Nufhil Hanani, Rini Mutisari Analisis Indikator Ketahanan Pangan Di Kota Batu. Malang : Universitas Brawijaya. [4]. A.K.A Agustinus Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Menentukan Daerah Potensi Rawan Pangan Guna Mendukung Informasi 18

18 Ketahanan Pangan (Studi di Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur). UGM. Yogyakarta. [5]. Danny Manongga, Frederik Samuel Papilaya dan Elvina Rahardjo Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Geografis Kekurangan Gizi pada Balita di Kecamatan Tingkir Salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. [6]. Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Jakarta. [7]. Yani Ahmad, Rahmat Mamat Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer untuk SMA/MA Kelas XI. XgwA8C&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=on epage&q&f=false. Diakses pada tanggal 24 Juli [8]. Nuhfil, Hanani Monitoring dan Evaluasi Ketahanan Pangan. [9]. Indah Khurotul Aini Sistem Informasi Geografis Fasilitas Kota Bogor Menggunakan Framework Pmapper. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [10]. Nazir, Moh Metode Analisis Deskriptif. Yogyakarta : Penerbit Erlangga. [11]. Surakhmad Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Teknik. Bandung : Tarsito. 19

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah Prodi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun penelitian

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Retno Mufidah 1, Arif Basofi S.Kom., M.T., OCA 2, Arna Farizza S.Kom., M.Kom 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN WEBGIS PEMETAAN LOKASI PANTI SOSIAL MENGGUNAKAN PMAPPER (Studi Kasus : Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru)

RANCANG BANGUN WEBGIS PEMETAAN LOKASI PANTI SOSIAL MENGGUNAKAN PMAPPER (Studi Kasus : Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru) RANCANG BANGUN WEBGIS PEMETAAN LOKASI PANTI SOSIAL MENGGUNAKAN PMAPPER (Studi Kasus : Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru) 1 Joko Siswanto, 2 Muhammad Jazman Program Studi Sistem Informasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCARIAN DAN PEMESANAN RUMAH KOS BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY STUDI KASUS KECAMATAN BEKASI SELATAN KOTA BEKASI

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCARIAN DAN PEMESANAN RUMAH KOS BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY STUDI KASUS KECAMATAN BEKASI SELATAN KOTA BEKASI SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCARIAN DAN PEMESANAN RUMAH KOS BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY STUDI KASUS KECAMATAN BEKASI SELATAN KOTA BEKASI Disusun Oleh : Nama : RAHMAT HIDAYAT NPM : 201210227022

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LAPORAN TUGAS AKHIR... ii

DAFTAR ISI. LAPORAN TUGAS AKHIR... ii DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR... i LAPORAN TUGAS AKHIR... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB

Lebih terperinci

Nilai Informasi Konsep Sistem Informasi Sistem Informasi Geografis Pengertian Geografi

Nilai Informasi Konsep Sistem Informasi Sistem Informasi Geografis Pengertian Geografi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv RINGKASAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat beberapa proses pengelolaan dan penanganan yang kurang berjalan secara efektif, diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil 1. Tampilan Menu Utama Pada Halaman Menu Utama Sistem Informasi Geografis ini sebagai halaman pertama kali saat aplikasi ini dijalankan. Halaman ini berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Lokasi Bimbingan Belajar Di Kota Medan Berbasis Web, yang berisi tentang daftar bimbingan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG Herry Wiriawan, Wawiko Supeno, Harisno, dan Bens Pardamean Laporan Teknis

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan sistem informasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini membuat meningkatnya kebutuhan penggunaan komputer sebagai penunjang kerja.

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan

Bab 3 Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan dan Desain Sistem Metode rekayasa perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah metode prototyping. Metode prototyping adalah metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Try Out Ujian Nasional atau dengan kata lain dapat disebut dengan uji coba Ujian Nasional merupakan suatu bentuk ujian sebagai uji coba bagi setiap siswa/siswi sebelum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web Agung Wicaksono 10112380 Sistem Informasi Latar Belakang 1. Kemajuan bidang elektronik terjadi dengan

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL Nama : DODY ARFIANSYAH 3506 100 046 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo S., DEA. DESS. Pendahuluan Latar Belakang GIS & WEBSIG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah tujuan wisatawan domestik dan internasional yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah tujuan wisatawan domestik dan internasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Bintan yang terdiri dari dua daerah administratif yaitu Pemerintah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Kota Tanjungpinang merupakan daerah tujuan wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi mengenai geografis semakin dibutuhkan oleh banyak pihak misalnya informasi jarak antar daerah, lokasi, fasilitas, sumberdaya alam yang dicari, dan banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Informasi II.1.1. Sistem Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Dalam pengembangan sistem dibutuhkan suatu metode yang berfungsi sebagai acuan atau prosedur dalam mengembangkan suatu sistem. Metode pengembangan sistem

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan lokasi cabang Mode Fashion di Kota Medan yang begitu cepat harus diimbangi dengan penyampaian informasi dengan cepat dan tepat. Pemetaan lokasi cabang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil 1. Tampilan Halaman Menu Utama Pada Halaman Menu Utama Sistem Informasi Geografis ini sebagai halaman pertama kali saat aplikasi ini dijalankan, halaman ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN PENELITIAN BAB III PERANCANGAN PENELITIAN 3.1 Peralatan Pendukung Peralatan pendukung dalam pembuatan aplikasi berbasis website terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) untuk mendukung

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Alur Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Alur Metodologi Penelitian 3.1 Proses Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tabel 3.1 Alur Metodologi Penelitian Tahap Pengerjaan Tugas Akhir Input Proses Output Studi Literatur -Teori mengenai web GIS -Teori perancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan siswa sekolah di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali termasuk dalam kategori kabupaten yang sedang berkembang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Pada bab ini dijelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 103 TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN Rini Mutisari 1*, Rosihan Asmara 1, Fahriyah 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Sumberdaya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN DATA KARTU PELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 INDRALAYA. Abstrak

SISTEM PENGOLAHAN DATA KARTU PELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 INDRALAYA. Abstrak SISTEM PENGOLAHAN DATA KARTU PELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 INDRALAYA R.M. Nasrul Halim D 1, Rahmat Novrianda 2 Program Studi Teknik Informatika 1, Program Studi Teknik Komputer 2 Fakultas Ilmu Komputer 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton.

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap implementasi sistem adalah tahap yang mengubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh komputer sehingga

Lebih terperinci

Pendahuluan Kajian Pustaka

Pendahuluan Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Internet sering digunakan sebagai media untuk mempublikasikan informasi sehingga mudah diakses oleh masyarakat luas. Perkembangan teknologi internet berperan dalam menunjang berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Pedagang Besar Farmasi sebagai produsen obat-obatan sering

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Pedagang Besar Farmasi sebagai produsen obat-obatan sering BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan Pedagang Besar Farmasi sebagai produsen obat-obatan sering tidak diketahui dimana letaknya oleh para pemilik apotik dan rumah sakit. Mereka lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan kebutuhan akan informasi yang semakin meningkat saat ini, tentu saja memerlukan sebuah pelayanan akan pengolahan data yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Sistem Untuk pengembangan sistem, penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Selain untuk proses pembuatan, SDLC juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung yang berada di jalan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Sebelum sistem ini dibuat, beberapa pengujung ke Kabupaten Labuhan Batu baik pengujung dalam negeri maupun pengujung luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ciptaningtyas, Ijtihadie, dan Lumayung (2014) bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ciptaningtyas, Ijtihadie, dan Lumayung (2014) bahwa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut Setiyo (2013) bahwa Pengembangan e-learning merupakan suatu keharusan bagi seluruh perguruan tinggi agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan. E-learning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Cilegon sebagai daerah tujuan investasi memiliki daya tarik bagi investor dalam maupun luar negeri, hal ini dapat dilihat dari tingginya minat investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi saat ini fungsinya sudah merambah ke

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi saat ini fungsinya sudah merambah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi saat ini fungsinya sudah merambah ke berbagai bidang baik pendidikan, kesehatan, perbankan termasuk di dalamnya pada bidang pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris sejak dulu karena kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Semua dunia pun mengakui itu hingga bangsa-bangsa

Lebih terperinci

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan. 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman komputerisasi saat perusahaan-perusahaan atau instansi baik itu negeri

BAB I PENDAHULUAN. zaman komputerisasi saat perusahaan-perusahaan atau instansi baik itu negeri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi merupakan hal yang paling mendukung khususnya teknologi komputerisasi yang sangat membantu dalam penyajian informasi serta mempercepat proses pengolahan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis bisnis dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. jenis bisnis dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis dalam meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian

Bab 3 Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Metode Penelitian Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan yang saling berkaitan antara satu tahap dengan tahap lainnya. Flowchart tahapan penelitian yang dilakukan dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM 30 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang sedang berjalan Analisa terhadap suatu sistem sangat diperlukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan dalam suatu sistem.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Salah satu hal yang perlu diperhatikan sebelum menjalankan aplikasi ini adalah implementasi sistem. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

METODOLOGI. Pemahaman masalah dan solusi algoritma. Perencanaan kebutuhan (fitur, input, output, software, hardware)

METODOLOGI. Pemahaman masalah dan solusi algoritma. Perencanaan kebutuhan (fitur, input, output, software, hardware) 13 METODOLOGI Pengembangan sistem diawali dengan tahap pemahaman masalah dan solusi untuk mengatasi masalah yang ada. Tahap selanjutnya adalah tahap perancangan kebutuhan sistem seperti database, data

Lebih terperinci

Pengumpulan Data. Analisa Data. Pembuatan Use Case,Activity dan Sequence Diagram. Perancangan Database. Bisnis Proses.

Pengumpulan Data. Analisa Data. Pembuatan Use Case,Activity dan Sequence Diagram. Perancangan Database. Bisnis Proses. BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang bagian analisa dan perancangan sistem. Analisa sistem dilakukan dengan mendeskripsikan, kebutuhan perangkat lunak yang meliputi use

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian mengenai data Lokasi Konsumen Toyota Home Services (THS) di Kota Medan masih menggunakan daftar

Lebih terperinci

Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem

Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem Pada bab ini akan dibahas mengenai metode perancangan yang digunakan dalam membuat perancangan sistem aplikasi pendeteksian kata beserta rancangan design interface yang

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan

Bab 3 Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Dalam pelaksanaan perancangan aplikasi online booking Ambarawa tour and travelling menggunakan model waterfall. Model waterfall merupakan suatu teknik

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Sepakbola telah menjadi salah satu olahraga paling populer di dunia. Di Indonesia olahraga ini juga sangat populer. Ini terbukti dengan animo penduduk Indonesia terhadap olahraga ini baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan atau instansi tentu nya memiliki data yang cukup besar, salah satunya adalah inventory. Suatu kegiatan dalam proses pengolahan data pada suatu gudang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem Informasi lokasi rawan narkoba di kota Medan adalah menggambarkan lingkungan rawan narkoba yang harus dihindari oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Taman Kanak kanak Di Daerah Medan Marelan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR SIMBOL... xix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR SIMBOL... xix DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR SIMBOL... xix BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. dan memudahkan dalam pengembangan sistem selanjutnya. Tujuan dari analisa

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. dan memudahkan dalam pengembangan sistem selanjutnya. Tujuan dari analisa BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN.1. Analisis Sistem Dalam perancangan sebuah sistem diperlukan analisis untuk keperluan sistem. Dengan adanya analisis sistem, sistem yang dirancang diharapkan akan lebih

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: digestive, respiratory, codeigniter, framework.

ABSTRACT. Keywords: digestive, respiratory, codeigniter, framework. ABSTRACT This result project built an application of teaching aids the digestive system and respiratory system XI high school class who applied in the form of websites. This website consists of several

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Metode dan Analisis Kebutuhan Sistem Metode yang digunakan untuk perancangan sistem ini adalah metode prototype Perancangan sistem dengan menggunakan metode prototype memiliki

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI Lingga Prayoga (11104008) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Email : yoga_206@yahoo.com ABSTRAK Informasi tentang

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung

Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung 1 Eko Priyanto, 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang pembuatan dari aplikasi tugas akhir, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah yang ada pada pembuatan aplikasi ini, serta metodologi dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventaris adalah daftar yang memuat semua barang milik kantor yang dipakai untuk melaksanakan tugas. Salah satu atau beberapa perlengkapan mengalami gangguan pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem informasi geografis wilayah rawan kecelakaan di kota Medan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Studio musik yang ada pada saat ini sudah banyak memfasilitasi sebuah band dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan studio musik melakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian mengenai data SMA dan SMK di Nias Barat masih menggunakan daftar tabel yang tertulis, banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus 2010 hingga bulan Maret 2011 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Use Case Diagram dan Activity Diagram. Selain itu juga pada analisis ini akan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Use Case Diagram dan Activity Diagram. Selain itu juga pada analisis ini akan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Didalam analisis ini akan menjelaskan apa saja proses yang terjadi di SMP Negeri 2 Wanayasa dan mendeskripsikan persoalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian tentang Sistem Informasi Perusahaan dan Kepegawaian PT. BUHARUM berbasis website menggunakan metode Software Development Life

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DEPAN... HALAMAN JUDUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN... LEMBAR KEASLIAN... HALAMAN PERNYATAAN... ABSTRAKSI... ABSTRACT... KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Republik Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kementerian Negara Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna,

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu teknologi mengenai geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan peta, data spasial berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan teknologi informasi sudah mulai diterapkan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan teknologi informasi sudah mulai diterapkan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi sudah mulai diterapkan di berbagai bidang, seperti pemasaran, perbankan, pemerintahan, kesehatan, maupun bidang pendidikan. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan, dan analisis. Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil 1. Tampilan Menu Utama Pada Halaman Menu Utama Aplikasi Geografis ini merupakan halaman pertama kali saat aplikasi ini dijalankan. Halaman ini berisi menu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi (Lisa Ambarwati ;

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi (Lisa Ambarwati ; BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JALAN KABUPATEN PADA KABUPATEN KUDUS

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JALAN KABUPATEN PADA KABUPATEN KUDUS 1 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JALAN KABUPATEN PADA KABUPATEN KUDUS Abstract Dinas Bina Marga Kabupaten Kudus selama ini masih kesulitan dalam mengelola, menganalisis, merancang dan memperbaiki

Lebih terperinci