BAB II METODE PEMBIASAAN DAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK. metode berasal dari dua suku kata, yaitu meta dan hodos.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE PEMBIASAAN DAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK. metode berasal dari dua suku kata, yaitu meta dan hodos."

Transkripsi

1 BAB II METODE PEMBIASAAN DAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK A. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Pembiasaan Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut terminologi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 1 Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. 2 Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biasa adalah lazim atau umum, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks pe dan sufiks an menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang 1 Moh. Hailami dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,(Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hlm Ibid., hlm

2 menjadi terbiasa. Menurut terminologi pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang masih kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan seharihari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. 3 Pembiasaan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan. 4 Cara lain yang digunakan oleh al Qur an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Al Qur an menjadikan kebiasaan itu sebagai slaah satu teknik atau metode pendidikan. 5 Hakikat pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang 3 Armai Arief, Op.cit., hlm Heri Gunawan, Op.cit, hlm Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm

3 pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di setiap harinya. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam dari pada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan. 6 Metode pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode ini sangat efektif untuk menguatkan hafalan-hafalan pada anak didik, dan untuk penanaman sikap beragama dengan cara menghafal doa-doa dan ayat-ayat pilihan. Misalnya Rosulullah senantiasa mengulang doa-doa yang sama di depan para sahabatnya, maka beliau hafal doa itu, dan para sahabatnya yang mendengarpun menjadi hafal Landasan Teori Metode Pembiasaan Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. 8 6 Muhammad Fadhilah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hlm Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Armai Arief, Op.cit., hlm

4 3. Syarat-syarat Pemakaian Metode Pembiasaan Syarat-sayarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, antara lain yaitu: a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. usia sejak bayi dianggap sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya. b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontiniu, teratur dan berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didi untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. d. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistik, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri. 4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya di dalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. 24

5 a. Kelebihan Kelebihan pendekatan ini antara lain: a) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. b) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah. c) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik. b. Kekurangan Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik Bentuk Pelaksanaan Pembiasaan Mulyasa berpendapat yang dikutip oleh Heri Gunawan bahwa pendidikan dengan pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran, atau tidak terprogram dengan kegiatan sehari-hari. a. Secara terprogram Kegiatan pembiasaan secara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal adalah sebagai berikut: 10 9 Ibid. hlm Heri Gunawan, Op.cit., hlm

6 a) Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya, keterampilannya, dan sikap baru dalam pembelajaran. b) Biasakan melakukan kegiatan inkuri dalam setiap proses pembelajaran. c) Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran. d) Biasakan belajar kelompok (cooperative learning) untuk menciptakan masyarakat belajar. e) Biasakanlah oleh guru untuk selalu menjadi model dalam setiap pembelajaran. f) Biasakan melakukan refleksi dalam setiap akhir pembelajaran. g) Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil dan transparan dengan berbagai cara. h) Biasakan peserta didik utnuk bekerja sama (team work) dan saling menunjang satu sama lainnya. i) Biasakanlah untuk belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar. j) Biasakanlah peserta didik melakukan sharing dengan temantemannya, untuk menciptakan keakraban. k) Biasakanlah peserta didik untuk berpikir kritis terhadap materi belajar. l) Biasakan untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada kedua orang tua peserta didik terhadap perkembangan perilakunya. 26

7 m) Biasakan perserta didik untuk berani mengambil keputusan dan juga berani menanggung resiko. n) Biasakan peserta didik untuk tidak mencari kambing hitam dalam memutuskan masalah. o) Biasakan peserta didik untuk selalu terbuka dalam saran dan kritikan yang diberikan orang lain. p) Biaskan peserta didi untuk terus-menerus melakukan inovais dan improvisasi dalam melakukan pembelajaran demi melakukan perbaikan selanjutnya. b. Secara tidak terprogram Kegiatan pembiasaan peserta didik yang dilakukan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut: 11 a) Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakuakan secara terjadwal. Seperti sholat berjamaah, sholat Dhuha bersama, upacara bendera, senam memelihara kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekolah, dan kegiatan yang lainnya. b) Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yakni pembiasaan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus. Misalnya pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antre, dan lain sebagainya. c) Kegiatan dengan keteladanan, yaitu pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan 11 Ibid, hlm

8 orang lain, datang ke sekolah dengan tepat waktu, dan lain sebagainya. B. Kemampuan Menghafal Surat-Surat Pendek 1. Pengertian Menghafal Menurut Suryabrata, istilah menghafal disebut juga mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki, artinya dengan sadar dan sungguhsungguh mencamkan sesuatu. Dikatakan dengan sadar dan sungguhsungguh, karena ada pula mencamkan yang tidak disengaja dalam memperoleh suatu pengetahuan. 12 Orang-orang Islam dahulu sangat menghargai ingatan yang kuat dan menganggap pengembangan ingatan untuk menghafal sebagai salah satu tujuan pendidikan. Menurut al-zarnujy yang dikutip oleh Oemar Muhammad bahwa hal-hal yang dapat dilakukan untuk menguatkan ingatan adalah: a. Mengulangi berkali-kali apa yang dihafal sebelum itu terus menerus mengulang dan belajar. b. Mengurangi makan. c. Sembahyang waktu malam dan membaca al Qur an. d. Menjauhi segala macam dosa (maksiat), kesusahan dan kesedihan. 13 Dari pengalaman sehari-hari kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. 12 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm Oemar Muhammad al Toumy al Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm

9 Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita. Akan tetapi, kenyataannya yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Acapkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan. Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Secara sederhana Gulo dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa lupa adalah ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. 14 Faktor-faktor penyebab lupa antara lain yaitu: a. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. b. Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak. c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. 14 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm

10 e. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. f. Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. 15 Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow, Reber, dan anderson yang dikutip oleh Muhibbin Syah adalah sebagai berikut: a. Overlearning Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa mempelajari respons tersebut dengan cara diluar kebiasaan. b. Extra study time Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. c. Mnemonic device Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. 15 Ibid. hlm

11 d. Pengelompokan Maksud kiat pengelompokan (clustering) ialah menata ulang itemitem materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikan dan lafal yang sama atau sangat mirip. e. Latihan terbagi Lawan latihan terbagi (distributed pratice) adalah latihan terkumpul (massed pratice) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cremming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. 16 f. Pengaruh letak bersambung Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar katakata(nama, istilah, dan sebagainya yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. 2. Metode Menghafal Al-Suyuti berpendapat yang dikutip oleh Syahidin bahwa dalam menghafal hendaknya menggunakan salah satu dari tiga metode, yaitu: 16 Ibid. Hlm

12 a. Siswa mendengarkan bacaan, setelah itu lalu mengulanginya sehingga guru dapat membetulkannya apabila siswa tersebut keliru membacanya. b. Siswa mendengarkan bacaan guru dan mencukupkan dengan hanya mendengarkan, jika siswa meragukan kemampuannya untuk mengucapkan suatu kalimat, maka guru memintanya untuk membacakan kalimat kepadanya. c. Siswa membaca dan guru mendengarkannya, lalu membetulkannya apabila keliru. 17 Menurut Abdul Aziz Abdul Rauf yang dikutip oleh Zaki Zamani bahwa ada 4 teknik dalam menghafal al Qur an: a. Teknik memahami ayat yang akan dihafal. b. Teknik mengulang-ulang sebelum menghafal. c. Teknik mendengarkan sebelum menghafal. d. Teknik menulis sebelum menghafal. 18 Menurut Suryabrata, hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencamkan antara lain: a. Menyuarakan dalam menghafal. Dalam proses menghafal akan lebih efektif bila seseorang menyuarakan bacaannya, artinya tidak membaca dalam hati saja. b. Pembagian waktu yang tepat dalam menambah hafalan, yaitu menambah hafalan sedikit demi sedikit akan tetapi dilakukan secara kontinu. c. Menggunakan metode yang tepat dalam menghafal, antara lain: hlm Syahidin, Op.cit, hlm Zaki Zamani, dkk. Metode Cepat Menghafal Al Qur an, (Yogyakarta: Al Barokah, 2014), 32

13 1. Metode keseluruhan/metode G (Ganzelern methode), yaitu metode menghafal dengan mengulang berkali-kali dari awal sampai akhir. 2. Metode bagian/metode T (teilern methode), yaitu menghafal bagian demi bagian sesuatu yang dihafalkan 3. Metode campuran/ metode V (vermittelendern), yaitu menghafal bagian-bagian yang sukar terlebih dahulu selanjutnya dipelajari dengan metode keseluruhan Strategi Menghafal Al Qur an a. Strategi pengulangan ganda Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali proses menghafal saja. Salah besar apabila seseorang menganggap dan mengharap dengan sekali menghafal saja kemudian menjadi seorang yang hafal al Qur an dengan baik. Presepsi ini adalah presepsi yang salah dan justru mungkin akan menimbulkan kekecewaan setelah menghadapi kenyataan yang berbeda dengan anggapannya. Untuk menanggulangi masalah seperti ini maka perlu sistem pengulangan ganda. Posisi akhir tingkat kemapanan suatu hafalan itu terletak pada pelekatan ayat-ayat yang dihafalnya pada bayangan, serta tingkat keterampilan lisan dalam memproduksi kembali terhadap ayatayat yang telah dihafalnya. Semakin banyak pengulangan maka semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatan. b. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal 19 Sumardi Suryabrata, Op.cit., hal

14 Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam menghafal al Qur an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebannyakbanyaknya. Hal ini menyebabkan proses menghafal itu sendiri menjadi tidak konstan atau tidak stabil. Dalam menghafal al Qur an diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengamati kalimat-kalimat dalam suatu ayat yang hendak dihafalnya, terutama pada ayat-ayat yang panjang. Yang perlu diingat bahwa banyaknya ayat-ayat yang ditinggalkan akan menganggu kelancaran, dan justru akan menjadi beban tambahan dalam proses mengahafal. c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayatnya. d. Menggunakan satu jenis mushaf Di antara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafal al Qur an ialah menggunakan satu jenis mushaf. Memang tidak ada keharusan menggunakan satu jenis mushaf yang yang disukai boleh dipilihasal tidak berganti-ganti. e. Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya Memahami pengertian, kisah atau asbabun-nuzul yang terkandung dalam ayat-ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal al Qur an. Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat dalam suatu ayat. 34

15 f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa Ditinjau dari aspek makna, lafal susunan atau struktur bahasanya diantara ayat-ayat dalam al Qur an banyak yang terdapat keserupaan atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Sebenarnya banyaknya pengulangan atau adanya ayat-ayat yang sama dapat membantu mempercepat hafalan. g. Disetorkan pada seorang pengampu Menghafal al Qur an memerlukan adanya bimbingan yang terusmenerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah setoran hafalan baru, atau untuk mengulang. Menghafal al Qur an dengan sistem setoran kepada pengampu akan lebih baik dibanding dengan menghafal sendiri dan juga akan memberikan hasil yang berbeda Surat-Surat Pendek a. Pengertian surat Dari segi bahasa surah berarti manzilah, atau kedudukan. Arti lainnya adalah Syaraf, atau kemuliaan. Menurut definisi yang dikenal dalam hubungannya dengan al-qur an, surah adalah kelompok tersendiri dari ayat-ayat al-qur an yang mempunyai awal dan akhir. Para ulama mengelompokkan surah-surah al-qur an yang berjumlah 114 itu menjadi empat, yaitu: a) Al-Thiwal. Yaitu surah yang panjang-panjang. b) Al-Mu in atau Al-Mi in. Yaitu surah-surah al-qur an yang jumlah ayatnya sekitar 100 ayat. 20 Ahsin W. Al Hafidz, Op.cit., hal

16 c) Al-Matsani. Surah-surah yang termasuk kelompok ini adalah surah yang ayatnya kurang dari seratus buah. Disebut matsani yang berarti diulang-ulang karena surah ini sering dibaca ulang. d) Al-Mufashshal. Yaitu surah-surah yang lebih pendek dari Al- Matsani. disebut Al-Mufashshal yang berarti terputus-putus, karena seringnya terputus. Sebabnya surah itu pendek. 21 b. Macam surat-surat pendek a) Surah Ad-dhuha Surah ini terdiri dari 11 ayat, termasuk surah-surah periode makiyyah dan diturunkan sesudah Al-fajr. Ad-Dhuha artinya adalah waktu matahari sepenggal naik. b) Surah Al-insyirah Surah ini terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surah-surah periode makiyyah dan diturunkan sesudah surah Ad-Dhuha. Surah Alinsyirah artinya bukankah kami telah melapangkan. c) Surah At-tin Surah ini terdiri dari 8 ayat, temasuk golongan surah-surah periode Makiyyah. Diturunkan sesudah surah Al-buruj (85). Nama At-tin diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama dalam surah ini yang artinya buah tin d) Surah Al- Alaq Surah ini terdiri dari 19 ayat termasuk golongan surah-surah periode makiyyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat al Kamaludin Marzuki, Ulm al-qur an, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarnya, 1994), hlm. 36

17 Qur an yang pertama kali diturunkan. Surah Al-Alaq (segumpal darah) diambil dari potongan ayat yang terdapat di ayat kedua, surah ini disebut juga dengan surah iqro atau Al qalam. e) Surah Al-Qadr Surah ini terdiri dari 5 ayat, termasuk golongan surah-surah periode Makiyyah. Diturunkan sesudah surah Abasa. Dinamakan surah Al- Qadr diambil dari ayat yang pertama dari surah ini artinya malam kemuliaan. f) Surah Al-Bayyinah Surah Al-Bayyinah terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surahsurah Al-Madaniyyah, diturunkan setelah surah Ath-Thalaq. Surah Al-Bayyinah berarti bukit. g) Surah Az-Zalzalah Surah Az-zalzalah terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surah-surah periode Madaniyyah, diturunkan sesudah surah an-nisa. Nama az- Zalzalah berarti kegoncongan. h) Surah Al-Adiyat Surah Al-Adiyat terdiri dari 11 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah diturunkan sesudah Al-ashr. Nama Al-Adiyat berarti kuda yang berlari kencang. i) Surah Al-Qari ah Surah Al-qariah terdiri dari 11 ayat, surah ini termasuk golongan Makiyyah diturunkan sesudah Al-Quraisy. Nama al-qari ah diambil 37

18 dari kata Al-Qar ah yang terdapat pada ayat 1, 2, dan 3, artinya: azab, bergoncang, bergoyang, gemuruh, menggeletar, kiamat. 22 j) Surah At-Takatsur Surah at-takatsur terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah surah Al-Kutsar. Nama At-Takatsur artinya adalah bermegah-megahan. k) Surah Al-Ashr Surah Al-ashr terdiri dari 3 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah Alam Nasyrah. Kata al-ashr berarti masa. l) Surah Al-Humazah Surah Al-Humazah terdiri dari 9 ayat, termasuk golongan surahsurah Makiyyah, diturunkan setelah Surah Al-Qiyamah. Nama Al- Humazah berarti pengumpat. m) Surah Al-Fiil Surah Al-Fiil terdiri dari 5 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah al-kafirun. Nama Al-Fiil diambil dari kata Al-Fiil yang terdapat pada ayat pertama artinya gajah. n) Surah Al-Quraisy Surah Al-Quraisy terdiri dari 4 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah at-tin. Nama Al-quraisy berarti suku Quraisy. 22 Nor hadi, Op.Cit., hlm

19 o) Surah Al-Ma un Surah al-ma un terdiri dari 7 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah At-Takatsur. Nama Al-Ma un artinya barang-barang yang berguna. 23 p) Surah Al-Kautsar Surah-surah Al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, termausk golongan surahsurah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah al-adiyat. Dinamakan Surah Al-Kautsar (nikmat yang banyak) diambil dari kata Al- Kautsar yang terdapat pada ayat yang pertama. q) Surah Al-Kafirun Surah al-kafirun terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah Al-Ma un. Dinamakan Surah Al-Kafirun (orang-orang kafir) diambil dari kata Al-Kafirun yang terdapat pada ayat pertama. r) An-Nashr Surah an-nashr terdiri dari 3 ayat, termausk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah At-Taubah. Surah An-Nashr berarti pertolongan. s) Surah Al-Lahab Surah Al-Lahab terdiri dari 5 ayat termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah Surah Al-Fath. Nama Al-Lahab artinya gejolak api. 23 Ibid, hlm

20 t) Surah Al-Ikhlas Surah Al-Ikhlash terdiri dari 4 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah diturunkan sesudah surah an-nas. Dinamakan Surah Al- Ikhlas disebabkan dalam Surah ini sepenuhnya menegaskan untuk memurnikan ketauhidan (keesaan) Allah SWT. u) Al-Falaq Surah Al-Falaq dari 5 ayat, termasuk golongan surah-surah makiyyah, diturunkan sesudah Surah al-fiil. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-falaq yang terdapat pada ayat pertama, artinya waktu subuh. v) Surah An-nas Surah an-nas terdiri atasa 6 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, diturunkan sesudah surah Al-Falaq. Nama an-nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surah ini, yang artinya: manusia Ibid, hlm

BAB IV ANALISIS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM PENDIDIKAN AL-QUR AN

BAB IV ANALISIS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM PENDIDIKAN AL-QUR AN BAB IV ANALISIS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM PENDIDIKAN AL-QUR AN A. Tujuan Pendidikan Al-Qur an Dalam penjelasan umum Peraturan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya. 1 Al Qur an diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya. 1 Al Qur an diturunkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al Qur an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rosul, dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Al-Qur an Hadis Jumlah Soal

Lebih terperinci

Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur an (BTA):

Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur an (BTA): Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur an (BTA): P r o b l e m a t i k a d a n S o l u s i n y a Pada jenjang pendidikan tingkat dasar, membaca dan menulis ayat-ayat Al-Qur an merupakan kompetensi dasar yang mesti

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 5 dan 6

PERTEMUAN KE 5 dan 6 PERTEMUAN KE 5 dan 6 Aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id PERSEPSI Dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, Dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimanan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk Guru:

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk Guru: LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA Kepala Madrasah/ tim pengembang kurikulum: 1. Bagaimana sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung 2. Apa Visi dan Misi Madrasah ini 3. Apa tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada konsep al-nas lebih ditekankan pada statusnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB III MAKNA IDIOM DALAM JUZ AMMA. An-Naba hingga surah An-Nas. Ciri utama surah-surah dalam juz amma

BAB III MAKNA IDIOM DALAM JUZ AMMA. An-Naba hingga surah An-Nas. Ciri utama surah-surah dalam juz amma BAB III MAKNA IDIOM DALAM JUZ AMMA A. Gambaran Umum Juz Amma Juz amma merupakan juz terakhir dari tiga puluh juz Al-qur an. Dalam juz amma terdapat tiga puluh tujuh surah yaitu mulai dari surah An-Naba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah melalui Malaikat Jibril as dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab dan maknanya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri. yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis,

BAB V PEMBAHASAN. Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri. yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, BAB V PEMBAHASAN A. Proses Pembentukan Kepribadian Siswa Melalui Pembiasaan Membaca Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri Kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang,

Lebih terperinci

Judul Asli : Edisi Indonesia : TAFSIR JUZ AMMA

Judul Asli : Edisi Indonesia : TAFSIR JUZ AMMA Judul Asli : نور العرفان في تفسير ايات الرحمن تفسير جزء عم Edisi Indonesia : TAFSIR JUZ AMMA Penyusun : Abu Hafizhah Irfan, MSI Setting Isi : Akh. Irfan Desain Sampul : Akh. Irfan Penerbit : Pustaka Al-Bayyinah

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Mata Pelajaran : Alqur an Hadis Jumlah soal : 50 butir

Lebih terperinci

KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PRAKTIK KURIKULUM 2006 SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. skripsi ini, dapat didiskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. skripsi ini, dapat didiskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian. BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas hasil penelitian yang berasal di dapat dari lapangan dan menjawab fokus penelitian dengan merujuk pada bab II pada skripsi ini, dapat didiskripsikan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

Disemak oleh: Datuk Hj. Ahmad Shahir bin Hj. Daud

Disemak oleh: Datuk Hj. Ahmad Shahir bin Hj. Daud Disediakan oleh: Datuk Hj. Mohamad Shahir bin Hj. Abdullah Disemak oleh: Datuk Hj. Ahmad Shahir bin Hj. Daud 1 JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA Cetakan Ketigabelas 2002 Hakcipta Terpelihara. Tidak dibenarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa adanya sebuah pendidikan maka sulit bagi manusia untuk. berkembang dalam segala aspek. Sebaiknya pendidikan itu dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. tanpa adanya sebuah pendidikan maka sulit bagi manusia untuk. berkembang dalam segala aspek. Sebaiknya pendidikan itu dimulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap manusia, tanpa adanya sebuah pendidikan maka sulit bagi manusia untuk berkembang dalam segala aspek. Sebaiknya pendidikan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KURIKULUM 2006

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KURIKULUM 2006 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BER NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KURIKULUM 2006 SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2016 KURIKULUM 2006. 1 Membaca

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Upaya membuat peserta didik mencintai Al Qur an dan Hadits merupakan tugas orang tua ketika di rumah dan tugas guru ketika di sekolah. Apapun dan bagaimanapun

Lebih terperinci

Aplikasi Surat-surat Pendek dalam Juz Amma pada Ponsel Berbasis Android. Oleh Muhamad Arif Pratama

Aplikasi Surat-surat Pendek dalam Juz Amma pada Ponsel Berbasis Android. Oleh Muhamad Arif Pratama Aplikasi Surat-surat Pendek dalam Juz Amma pada Ponsel Berbasis Android Oleh Muhamad Arif Pratama 50408555 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. Perkembangan aplikasi mobile yang menggunakan sistem operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat al-baqarah ayat 2 yang artinya: Kitab (al-quran) ini tidak ada keraguan. padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

BAB I PENDAHULUAN. Surat al-baqarah ayat 2 yang artinya: Kitab (al-quran) ini tidak ada keraguan. padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Sedangkan proses penyampaiannya melalui perantara malaikat Jibril. 1 Pada hakikatnya al-qur

Lebih terperinci

SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2017

SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2017 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2017 Jenis Sekolah Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kemampuan Kemampuan didalam bahasa Inggris disebut ability, kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, mampu adalah kuasa (sanggup melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG Setelah memperoleh data berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA 47 BAB III PENYAJIAN DATA Upaya Pembimbing Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Pada Anak Asuh Dipanti Asuhan Ar-Rahim Kota Pekanbaru. Sesuai dengan judul skripsi yang diajukan dalam Bab ini, penulis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI EVALUATIF ATAS KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM INTENSIF WALADUN SHOLIHUN PLAYEN GUNUNGKIDUL

STUDI EVALUATIF ATAS KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM INTENSIF WALADUN SHOLIHUN PLAYEN GUNUNGKIDUL STUDI EVALUATIF ATAS KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM INTENSIF WALADUN SHOLIHUN PLAYEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Oleh: DWI FERAWATI NPM: 20080720198 FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya reformasi pembelajaran yang sedang berkembang di Indonesia, saat ini para guru atau calon guru banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, maka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN A. Analisis Penggunaan Metode Pembiasaan dalam Menghafal Doa Harian di KB Al Barokah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian pustaka Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam diri manusia dalam rangka menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin modern dan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2013 M / 1434 H

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2013 M / 1434 H KETERAMPILAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN RASA TANGGUNG JAWAB TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT DI SMP NEGERI 2 SERUWAY ACEH TAMIANG SKRIPSI Diajukan Oleh : NUNUN SUAIDA DAMANIK Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PRAKTIK KURIKULUM 2006

KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PRAKTIK KURIKULUM 2006 KISI-KISI DAN PANDUAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PRAKTIK KURIKULUM 2006 SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun

Lebih terperinci

PANDUAN. Sembahyang Sunat Tarawih

PANDUAN. Sembahyang Sunat Tarawih PANDUAN Sembahyang Sunat Tarawih 1 PANDUAN SEMBAHYANG SUNAT TARAWIH JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA Aras 4 Blok D9, Kompleks D, Pusat Pentadbiran Kerajaan Persekutuan, 62519, W.P PUTRAJAYA, MALAYSIA Telefon

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 1. WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH a. Apa saja bentuk pembiasaan khususnya pembiasaan berakhlak yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk karakter siswa? b. Bagaimana proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap mukmin yakin bahwa dengan membaca Al-Qur'an sudah termasuk amal mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda bagi yang melakukannya. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Model pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlakul karimah

BAB V PEMBAHASAN. A. Model pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlakul karimah BAB V PEMBAHASAN A. Model pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MI Hidayatul Mubtadiin Pakel Ngantru Tulungagung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui

Lebih terperinci

DAFTAR {rasiat Surah rhasiat Surah {hasiat Surah ihasiat Surah Khasiat Surah

DAFTAR {rasiat Surah rhasiat Surah {hasiat Surah ihasiat Surah Khasiat Surah .ilmutasauf.c DAFTAR t',hasiat Surah rhasiat Surah ihasiat Surah {rasiat Surah.ilmutasauf.c.ilmutasauf.c.ilmutasauf.c 114 Surah Mujarab al-quran 21. al-anbiya'...117 22. al-hajj...123 23. al-mu'minun......126

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi kalam Allah yang digunakan sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan umat Islam. Adapun definisi Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk membantu manusia menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetapi belum memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena kualitas

Lebih terperinci

PANDUAN SOLAT SUNAT TARAWIH. Disediakan oleh Datuk Hj. Mohamad Shahir bin Hj. Abdullah

PANDUAN SOLAT SUNAT TARAWIH. Disediakan oleh Datuk Hj. Mohamad Shahir bin Hj. Abdullah PANDUAN SOLAT SUNAT TARAWIH Disediakan oleh Datuk Hj. Mohamad Shahir bin Hj. Abdullah Disemak oleh Datuk Hj. Ahmad Shahir bin Hj. Daud Tan Sri Syaikh Ismail bin Muhammad JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN A. Analisis Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan learning guna mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia ( SDM ) melalui kegiatan pengajaran. 1 Pendidikan merupakan sesuatu yang esensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENANAMANAKHLAK TERPUJI SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SALAFIYAH SYAFI IYAH PROTO 01 KEDUNGWUNI PEKALONGAN A. Analisis Implementasi Metode Pembiasaan Dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI 2 Dosen Pengampu: Dr. H. Purwanto, M. Pd. Disusun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kesulitan Belajar yang Dihadapi Oleh Siswa pada Mata Pelajaran Al-

BAB V PEMBAHASAN. A. Kesulitan Belajar yang Dihadapi Oleh Siswa pada Mata Pelajaran Al- 89 BAB V PEMBAHASAN A. Kesulitan Belajar yang Dihadapi Oleh Siswa pada Mata Pelajaran Al- Qur'an Hadits Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti di lapangan mengenai kesulitan belajar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teorities 1. Metode Permainan Perang Koboi Metode permainan perang koboi adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru bertujuan agar siswa berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI WALISONGO PEKAJANGAN Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo Pekajangan Kecerdasan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KURIKULUM 2006 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 NO. STANDAR KOMPETENSI 1. Membaca surat-surat al-qur an 2 Mengartikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS I 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT A. Analisis Bentuk Penyimpangan Perilaku Peserta Didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

Menghafal Nama-Nama Surah Al-Qur an Dengan Mudah Dan Menyenangkan Penulis: Syahid AbdulQodir Thohir*

Menghafal Nama-Nama Surah Al-Qur an Dengan Mudah Dan Menyenangkan Penulis: Syahid AbdulQodir Thohir* Menghafal Nama-Nama Surah Al-Qur an Dengan Mudah Dan Menyenangkan Penulis: Syahid AbdulQodir Thohir* LANGKAH- LANGKAH ATAU METODA; I. Menghafal nama-nama Surah dengan metoda cerita. alhikmah.com - Metoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roswilda Hadianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roswilda Hadianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Ta ala melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang merupakan kitab suci penyempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Quran merupakan ayat-ayat Allah yang berupa kalamullah yang diturunkan dengan bahasa arab, yaitu satu-satunya bahasa yang terjaga dengan baik. Hal ini semata-semata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

MANUAL OPERASIONAL JWS-E2

MANUAL OPERASIONAL JWS-E2 MANUAL OPERASIONAL JWS-E2 Jadwal Waktu Sholat dengan type JWS-E2 adalah penampil jadwal waktu sholat 5 waktu dengan spesifikasi sebagai berikut: Display jadwal waktu sholat full 7-segment Dimensi display

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Cek Kosong a. Pengertian Teknik Pembelajaran Hamdani menjelaskan bahwa teknik pembelajaran diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat), AR-Russ Media, Yogjakarta, hlm.26.

BAB I PENDAHULUAN. Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat), AR-Russ Media, Yogjakarta, hlm.26. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KURIKULUM 2006 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 NO. STANDAR KOMPETENSI 1. Membaca surat-surat al-qur an 2 Mengartikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT. model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar IPS

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT. model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar IPS BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT A. Kesimpulan Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS A. Pengertian Belajar Mengajar Seseorang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG TERKANDUNG DALAM JUZ AMMA PADA PRAKTEK MENGAJAR

BAB IV PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG TERKANDUNG DALAM JUZ AMMA PADA PRAKTEK MENGAJAR 60 BAB IV PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG TERKANDUNG DALAM JUZ AMMA PADA PRAKTEK MENGAJAR A. Metode Targhîb dan Tarhîb Sebagaimana dalam Q.S. adh-dhuhâ, Allah SWT memberikan motivasi bahwa apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. data yang didapatkan baik melalui observasi partisipan, dokumentasi dan

BAB V PEMBAHASAN. data yang didapatkan baik melalui observasi partisipan, dokumentasi dan BAB V PEMBAHASAN Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus memadukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain, ini terbukti dengan dianugrahkannya akal pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

PANDUAN Sembahyang Sunat Tarawih

PANDUAN Sembahyang Sunat Tarawih PANDUAN Sembahyang Sunat Tarawih Bahan cetakan ini mengandungi ayat al-quran. Jangan pijak/langkah. PANDUAN SEMBAHYANG SUNAT TARAWIH JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA Aras 4 Blok D9, Kompleks D, Pusat Pentadbiran

Lebih terperinci

AGAMA ISLAM KOMPETENSI YANG DIUJIKAN INDIKATOR

AGAMA ISLAM KOMPETENSI YANG DIUJIKAN INDIKATOR AGAMA ISLAM NO 1 Rajin Belajar 1.1 Siswa dapat mengetahui manfaat belajar 1.2 Siswa dapat melafalkan doa sebelum belajar 1.3 Siswa dapat mengetahui tugas nabi 1.4 Siswa dapat menyebutkan manfaat rajin

Lebih terperinci

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENERAPAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 3 PADA MATA PELAJARAN PAI DENGAN MATERI SHOLAT

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Data Khusus Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan data tentang Implementasi Pembiasaan Kegiatan TPQ Dalam Pembentukan

Lebih terperinci

KISI-KISI UTS AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI UTS AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI UTS AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS : 1 1 6.1 Mengenal kisah teladan Nabi Idris as Siswa dapat mengetahui tempat kelahiran Nabi Idris as Siswa dapat mengetahui tentang nikmat Allah

Lebih terperinci