PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH BANTEN LAMA, KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN WONDO HENDRATMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH BANTEN LAMA, KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN WONDO HENDRATMO"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH BANTEN LAMA, KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN WONDO HENDRATMO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 203

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi "Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 202 Wondo Hendratmo A

4 ABSTRAK WONDO HENDRATMO. Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten. Dibimbing oleh SETIA HADI dan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Banten Lama merupakan salah satu kerajaan Islam yang besar di nusantara. Banten Lama yang berada di pesisir Utara Banten, Kecamatan Kasunyatan, Kota Serang, Provinsi Banten, pernah menjadi kota pelabuhan internasional dari sebuah kerajaan Islam yang berjaya pada abad ke7 kemudian runtuh pada abad ke9. Perjalanan panjang Banten Lama menghasilkan peninggalan bersejarah yang mencerminkan kejayaan di masa lalu, antara lain Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Tasikardi, Situs Masjid Pecinan Tinggi, Vihara Alokitesvara, dan berbagai artefak yang berasal dari dalam maupun luar Banten. Usaha pelestarian kawasan telah dilakukan sejak tahun 967 dengan aktivitas eskavasi hingga penetapan status Benda Cagar Budaya (BCB) pada setiap peninggalan bersejarah tersebut. Upaya memperkenalkan nilai sejarah kepada masyarakat juga dilakukan dengan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata, namun dalam aktivitas wisata tersebut terjadi degradasi sehingga perlu disusun suatu perencanaan lanskap yang dapat memenuhi kebutuhan wisata dan menjaga kelestarian kawasan sejarah Banten Lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter lanskap sejarah, menganalisis aspek yang berkaitan dengan upaya pelestarian lanskap sejarah sebagai dasar perencanaan lanskap wisata sejarah dan menrencanakan lanskap wisata sejarah di kawasan sejarah Banten Lama. Tahapan penelitian ini menggunakan metode berdasarkan Simonds dan Starke (2006) yang meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis lalu tahap perencanaan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kesejarahan agar menghasilkan rencana lanskap wisata sejarah yang dapat mendukung aspek pelestarian pada situs dan benda sejarah. Hasil akhir penelitian ini ditampilkan dalam bentuk peta perencanaan lanskap dan peta detail perencanaan yang dilengkapi dengan ilustrasiilustrasi sebagai gambaran situasi tapak. Pada perencanaan lanskap tersebut dijelaskan, rencana ruang wisata, rencana aktivitas dan fasilitas, serta rencana jalur sirkulasi sebagai jalur interpretasi yang memudahkan wisatawan dalam mendapatkan informasi sejarah pada kawasan wisata sejarah Banten Lama. Keywords: Perencanaan Lanskap, Banten Lama, Wisata Sejarah ABSTRACT WONDO HENDRATMO. Landscape Planning of Banten Lama as Historical Tourism, Site in Serang City, Banten Province. Supervised by SETIA HADI and NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Banten Lama is one of the great Islamic empires in the nation. It is located in the north coast of Banten, Kasunyatan Subdistrict, Serang Regency and City of Serang, Banten Province. Banten Lama was once the international port city of an Islamic empire that later collapsed in the 9th century. The long journey of the

5 Banten Lama produced historical heritages site that reflects the glory of the past, among of them are Surosowan Palace, the Great Mosque of Banten, Kaibon Palace, Fort Speelwijk, Tasikardi Lake, Chinatown High Site Mosque, Vihara Alokitesvara, and other various artifacts that came from within and outside the old city. Conservation efforts in the region have been carried out since 967, from the excavation activity until the determination of the status of heritage objects in each historical heritages site. Efforts to introduce historical value to the public is also done by making the region a tourism destination, however degradation caused by tourism activities makes it necessary to form a landscape plan that can meet the needs of tourism attractions and historical preservation of this site. The purpose of this study is to identifiey historical landscape character, to analize aspects relating the preservation of the landscape, and to plan a historical landscape tourism. This study used methods based on Simonds and Starke (2006) which includes preparation stage, inventory, analysis, synthesis and planning stage. This research also used historical approach to produce a plan that can support historical preservation aspect of the site and it's historical objects. The final results of this research is presented with a landscape plan which is described more with detailed plans that includes illustrations to give a clear picture of the site's situation. The landscape plan also explains it's conservation plan, spatial tourism plan, activities and facilities plan, and the circulation as interpretation circulation which allows travelers to access the historical tourism sites. Keywords: Landscape Planning, Banten Lama, Historical Tourism

6

7 PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH BANTEN LAMA, KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN WONDO HENDRATMO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 203

8

9 Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten Nama : Wondo Hendratmo NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Setia Hadi, MS. Pembimbing I Dr Ir Nurhayati H.S Arifin, M.Sc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul skripsi Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dengan Mayor Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing skripsi pertama dan Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, masukan dan kesabarannya hingga penelitian ini terselesaikan. Kepada Dr. Ir. Afra DN Makalew, MSc, sebagai dosen penguji atas masukan dan sarannya bagi perbaikan skripsi ini. Kepada Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya kepada BP3 Kota Serang, Museum Situs Kepurbakalaan Serang, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Banten, serta pihak yang terkait dalam proses pengambilan data selama masa penelitian. Tidak lupa penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis, M. Ridwan dan Tati Hendrawati atas do a yang tidak pernah terputus, kakak dan adik penulis atas motivasinya. Seluruh temanteman Arsitektur Lanskap 44 yang tidak pernah berputus asa dalam memberikan dorongan semangat hingga selesainya tugas akhir ini. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan, inspirasi dan memberikan manfaat bagi pembaca. Bogor, Juni 202 Wondo Hendratmo

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN.... Latar Belakang....2 Perumusan Masalah....3 Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian... 2 BAB II METODE Lokasi dan Waktu Alat Penelitian Metode Penelitian... 4 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Kesejarahan Sejarah Banten Lama Banten sebelum masuknya Islam Masuknya Islam ke Banten Masa Pemerintahan Kesultanan Banten Maulana Hasanuddin (552570) Maulana Yusuf (570580) Maulana Muhammad (580596) Sultan Abul Mafakir Mahmud Abdul Kadir (59665) Sultan Ageng Tirtayasa Abul Fath Abdul Fattah (65683) Sultan Haji Abun Nasr Abdul Kahhar (683687) Kesultanan setelah Sultan Haji Perkembangan Lanskap Kawasan Banten Lama Elemen Pembentuk Kawasan Banten Lama Kota Inti Banten Lama (Kota dalam Benteng) Area Pendukung Kota Inti Pelestarian dan Pengelolaan Fisik dan Biofisik Administrasi Kota Serang Luas dan Batas Tapak Iklim Topografi Vegetasi Hidrologi Visual Aksesbilitas dan Sirkulasi Penutupan Lahan Wisata Objek Wisata Fasilitas pendukung wisata Pengunjung Aktivitas wisata Persepsi dan Harapan Pengunjung vi vi vi

12 3.4 Analisis Analisis Kesejarahan Analisis Fisik dan Biofisik Sintesis Konsep Perencanaan Lanskap Wisata Konsep Dasar Perencanaan Konsep Pelestarian Konsep Pengembangan a. Konsep Ruang Wisata b. Konsep Sirkulasi dan Interpretasi c. Konsep Aktifitas dan Fasilitas Zona Pelestarian Rencana Blok (Block Plan) Perencanaan Rencana Ruang Wisata Rencana Aktifitas dan Fasilitas Daya Dukung Rencana Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama Rencana Sirkulasi dan Jalur Interpretasi Program Wisata BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP... 65

13 DAFTAR TABEL Jenis, Bentuk dan Sumber Data 5 2 Kriteria penilaian potensi daya tarik objek sejarah 5 3 Daftar penetapan BCB di kawasan Banten Lama 7 4 Ratarata Curah Hujan dan Hari Hujan tahun Ratarata Suhu Udara, Kelembaban dan THI 20 6 Daftar Objek Sejarah Kawasan Banten Lama 26 7 Aktifitas wisata 30 8 Skoring objek sejarah di kawasan sejarah Banten Lama 34 9 Analisis deskriptif 36 0 Alternatif jalur wisata 38 Konsep ruang wisata sejarah 40 2 Rencana zona pelestarian 42 3 Pembagian ruang pada zona unit wisata sejarah 44 4 Rencana pembagian ruang 45 5 Rencana aktifitas dan fasilitas 46 6 Perhitungan daya dukung kawasan 48 7 Rencana sirkulasi dan jalur interpretasi 56 8 Program wisata 60 DAFTAR GAMBAR Kerangka pikir 2 2 Lokasi penelitian 3 3 Kerangka penelitian 4 4 Sungai Cibanten, penghubung Banten Girang dengan laut 7 5 Sketsa keadaan Kota Banten yang disamakan dengan Kota Amsterdam tahun Sketsa peta Istana Tirtayasa 7 Peta Banten sekitar tahun 902 oleh Serruirer 3 8 Skema perkembangan lanskap sejarah Banten Lama 4 9 Peta Banten tahun Peta Banten sekitar tahun Peta administrasi Kota Serang 8 2 Luas dan batas lokasi penelitian 9 3 Vegetasi di sekitar kawasan Banten Lama 2 4 Visual Banten Lama 22 5 Peta aksesbilitas kawasan Banten Lama 23 6 Peta sirkulasi situs Banten Lama 24 7 Peta penutupan Lahan 24 8 Peta RTRW Kota Serang 25 9 Peta persebaran objek sejarah Banten Lama Fasilitas wisata 29 2 Jumlah wisatawan (20202) Jumlah wisatawan (20202) berdasarkan jenis wisatawan 30

14 23 a. Sumber informasi sejarah Banten Lama, b. Pengetahuan sejarah Pengetahuan situs dan benda sejarah 3 25 a. Harapan pengunjung (kiri), b. Fasilitas yang diharapkan (kanan) 3 26 Peta hasil analisis karakter lanskap sejarah Peta hasil analisis perubahan penutupan lanskap sejarah Peta area bersejarah Peta hasil analisis nilai objek sejarah Peta hasil analisis penutupan lahan 37 3 Estimasi waktu dan jarak tempuh Konsep pelestarian Konsep ruang wisata Gunn (988) Konsep ruang wisata sejarah Peta zonasi pelestarian lanskap sejarah Peta rencana blok (block plan) Rencana lanskap Detail Rencana Lanskap (Surosowan) 5 39 Detail Rencana Lanskap (Pecinan) Detail Rencana Lanskap (Tasikardi) 53 4 Detail Rencana Lanskap (Pelabuhan) Detail Rencana Lanskap (Kaibon) Rencana Sirkulasi dan Jalur Interpretasi 58

15 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Banten lama pada awalnya merupakan negeri yang kaya dan memiliki kekhasan karena wilayah ini berada di antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi kerajaan Jawa dan tradisi Melayu (Guillot, 2008). Berdasarkan kondisi dan letaknya yang strategis dengan adanya sungai Cibanten, tempat ini pernah menjadi ibukota sekaligus kota pelabuhan internasional dari sebuah kerajaan Islam. Sebagai kota besar di masa lampau, Banten Lama memiliki perjalanan panjang menghasilkan berbagai peninggalan bersejarah yang tersebar di kawasan situs kepurbakalaan Banten Lama sebagai cerminan kejayaan Banten di masa lalu, antara lain Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Tasikardi, Situs Masjid Pacinan Tinggi, Vihara Avalokitesvara dan berbagai artefak peninggalan dari dalam dan luar Banten (Rahardjo et al. 20). Usaha untuk melindungi berbagai peninggalan telah dilakukan seperti ekskavasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Universitas Indonesia sejak tahun 967 serta berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 9 Tahun 990 kawasan ini telah ditetapkan menjadi kawasan wisata budaya. Saat ini masyarakat lebih mengenal Banten Lama sebagai tujuan wisata ziarah karena terdapat sejumlah makam yang dikeramatkan. Kedatangan wisatawan ziarah ke Banten Lama mendatangkan manfaat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Namun disisi lain, situs sekitar menjadi kumuh karena para pedagang membangun kios tanpa terkontrol (Rahardjo et al, 20). Hal tersebut dapat mengancam kelestarian situs dan bangunan bersejarah lainnya. Padahal lanskap sejarah sangat penting dilestarikan karena lanskap sejarah dapat memberikan faktafakta pada seseorang dalam mengenali dan melihat dirinya sendiri dalam konteks kesejarahan (Goodchild, 990). Tersebarnya objek sejarah serta didukung oleh UU No. Tahun 200 dan PP No. 0 Tahun 993 tentang benda cagar budaya dan pemanfaatan benda cagar budaya menjadi dasar perlu dilakukan perencanaan lanskap wisata sejarah agar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif wisata dan pendidikan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan nilainilai kesejarahan yang dikandung oleh kawasan Banten Lama..2 Perumusan Masalah Objekobjek yang bernilai sejarah, telah ditetapkan kedalam satu kawasan wisata budaya dan sejarah. Namun ada kesenjangan aktivitas wisata antara wisata ziarah dan wisata sejarah yang membuat menurunnya kelestarian objek sejarah dan pengetahuan masyarakat akan nilai sejarah pada kawasan Banten Lama. Tersebarnya objek sejarah membuat pengunjung kesulitan dalam mengakses wisata sejarah dalam satukesatuan. Hal tersebut menjadi dasar perlu adanya suatu perencanaan lanskap wisata sejarah Banten Lama yang terintegrasi dan berfungsi secara optimal. Perumusan masalah tersebut disusun dalam kerangka pikir berikut (Gambar ).

16 2 Kawasan Bersejarah Banten Lama Objekobjek Sejarah Banten Lama Kawasan Wisata Wisata Religi : Aktivitas Ziarah yang tidak mendukung kegiatan pelestarian situs. Pengunjung terpusat pada kegiatan ziarah tanpa menyentuh sisi kesejarahan Banten Lama. Wisata Sejarah : Objek sejarah kurang terberdayakan sebagai objek wisata. Belum terdapat sistem wisata yang mengintegrasi tersebarnya objek wisata sejarah Perlu Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama yang terintegrasi dan berfungsi secara optimal. Gambar Kerangka pikir.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :. Mengidentifikasi karakter lanskap sejarah pada kawasan Banten Lama. 2. Menganalisis aspek yang berkaitan dengan upaya pelestarian lanskap sejarah sebagai dasar perencanaan wisata sejarah pada kawasan Banten Lama. 3. Merencanakan lanskap wisata sejarah di kawasan sejarah Banten Lama..4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :. Memberikan informasi tentang nilai sejarah dan kondisi elemen lanskap sejarah yang terdapat di kawasan Banten Lama. 2. Memberikan masukan pada pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pelestarian lanskap sejarah dan pengembangan wisata sejarah..5 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hingga menghasilkan sebuah perencanaan lanskap yang digambarkan beberapa ilustrasi untuk menggambarkan produk perencanaan lanskap tersebut.

17 3 BAB II METODE 2. Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan situs Banten Lama yang berada di wilayah Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten dengan jarak sekitar 0 km dari Kota Serang (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli hingga Maret 202. Situs arkeologi Banten Lama berada dalam kawasan administratif lima desa, yaitu Desa Banten, Kasunyatan, Margaluyu, berada di wilayah Kecamatan Kasemen, Kota Serang dan dua desa lainnya, yaitu Desa Pamengkang, dan Margasana berada di wilayah Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. 2.2 Alat Penelitian Gambar 2 Lokasi penelitian Penelitian ini menggunakan alat dan bahan untuk menunjang proses pengambilan data hingga pengolahan data. Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis, perangkat komputer, kamera digital, GPS (Global Positioning System), dan perangkat lunak untuk pengolahan data seperti Microsoft Word, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Auto CAD serta data yang berasal dari berbagai peta dan pustaka.

18 4 2.3 Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan tahapan penelitian berdasarkan Simond dan Starke (2006) meliputi tahap persiapan, inventaris, analisis, sintesis lalu tahap perencanaan (Gambar 3). Persiapan Penyelusuran data awal Penyusunan Usulan Penelitian Pembuatan Perizinan Penelitian Pengumpulan data primer, sekunder dan informasi Kawasan Banten Lama Inventarisasi Kesejarahan Nilai Sejarah Elemen Sejarah Pengelolaan dan Pelestarian Fisik dan Biofisik Topografi Aksesbilitas dan Sirkulasi Iklim Vegetasi Hidrologi View Penutupan lahan Wisata Potensi Objek Wisata Sejarah Preferensi Pengunjung Analisis Zona Kesejarahan Zona Kesesuaian Wisata Sintesis Rencana Blok (Block Plan) Konsep Pelestarian Konsep Perencanaan Perencanaan Perencanaan Lanskap Gambar 3 Kerangka penelitian. Tahap persiapan : pada tahap persiapan dilakukan kegiatan penentuan tujuan studi, penyusunan rencana kerja dan rencana anggaran biaya, dan persiapan dokumen untuk menunjang berlangsungnya kegiatan studi. 2. Inventarisasi : pada tahap inventaris dilakukan kegiatan pengumpulan data dan informasi mengenai keadaan tapak. Jenis data, bentuk dan sumbernya dijelaskan pada Tabel.

19 5 Tabel Jenis, Bentuk dan Sumber Data Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Kesejarahan Sejarah Kota Banten Lama Elemen Lanskap Sejarah BP3S, Studi Pustaka, Wawancara BP3S, Studi Pustaka, Survei Lapang Fisik Biofisik Kepariwisataan Letak Tapak (Geografis dan Administratif) Topografi Aksesbilitas dan Sirkulasi Penutupan Lahan Utilitas dan Fasilitas Vegetasi Iklim Hidrologi Objek Wisata Preferensi Pengunjung Aspek Legal Bappeda, Studi Pustaka Bappeda, Studi Pustaka Bappeda, Survei Lapang Citra Satelit, Survei Lapang Survei Lapang BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala), Studi Pustaka, Survei lapang BMKG Serang Bappeda, Survei Lapang BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala), Studi Pustaka, Disbudpar BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala), Kuesioner Studi Pustaka, Disbudpar 3. Analisis : data yang telah ada, dianalisis berdasarkan aspek kesejarahan, aspek fisik dan biofisik dan wisata lalu diolah dengan metode kuantitatif yaitu skoring dan deskriptif. Pada analisis nilai sejarah menggunakan kriteria berdasarkan Nurisjah dan Pramukanto (200) (Tabel 2). Hasil skoring tersebut dibagi kedalam tiga kelas dengan menggunakan rumus interval (Slamet 983, diacu dalam Anggraeni, 20) sebagai berikut : Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa)Skor minimum (SMi) Jumlah Kategori (n) Tinggi = SMi + 2IK + sampai SMa Sedang = SMi + IK + sampai (SMi + 2IK) Rendah = SMi sampai SMi +IK Analisis skoring juga dilakukan pada proses overlay peta untuk mendapatkan peta komposit.

20 6 Tabel 2 Kriteria penilaian potensi daya tarik objek sejarah Kriteria Penilaian Nilai sejarah (Kurang sesuai untuk area wisata sejarah) Mengandung elemen lanskap sejarah yang mendukung objek sejarah dan terkait dengan peristiwa sejarah Skor 2 (cukup sesuai untuk area wisata sejarah) Terdapat elemen lanskap sejarah yang bukan BCB dengan nilai sejarah dalam skala lokal 3 (sesuai untuk area wisata sejarah) Terdapat elemen lanskap sejarah yang merupakan BCB dan objek wisata sejarah dengan nilai sejarah dalam skala nasional dan internasional Keunikan objek sejarah Keaslian objek sejarah Terdapat objek sejarah dengan nilai keunikan lokal Terdapat objek sejarah yang memiliki keaslian kurang dari 30% Terdapat objek sejarah dengan nilai keunikan nasional Terdapat objek sejarah dengan tingkat keaslian 30%80% Terdapat objek sejarah dengan keunikan internasional Terdapat objek sejarah dengan tingkat keaslian lebih dari 80% Keutuhan objek sejarah Objek sejarah yang memiliki keutuhan kurang dari 30% Objek sejarah yang memiliki keutuhan antara 30%80% Objek sejarah yang memiliki keutuhan lebih dari 80% Sumber : Nurisjah dan Pramukanto, Sintesis : tahap ini akan menjawab analisis sehingga dapat zonasi untuk aspek kesejarahan dan aspek kesesuaian untuk wisata. Pada tahap ini juga disusun konsep pelestarian dan konsep perencanaan sebagai dasar pembentukan rencana blok yang akan dikembangkan pada tahap selanjutnya. 5. Perencanaan : pada tahap ini dilakukan perencanaan sesuai dengan sintesis yang akan memberikan hasil akhir berupa perencanaan lanskap wisata sejarah berbasis pada pelestarian lanskap sejarah.

21 7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Kesejarahan 3.. Sejarah Banten Lama 3... Banten sebelum masuknya Islam Banten Lama mencapai kejayaan pada abad XIX memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Setelah jatuhnya Kerajaan Jawa oleh Sriwijaya, di tanah bekas Kerajaan Tarumanagara yang pernah ada hingga akhir abad ke5, berdiri sebuah kerajaan bernama Sunda dengan ibu kota yaitu Banten Girang yang tunduk dibawah kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 932M (Gulliot, 2008). Penguasaan Sriwijaya terhadap SundaBanten berlangsung hingga penghujung abad ke2. Pada kurun waktu tersebut Banten Girang mengalami kemakmuran yang ditandai dengan pertumbuhan impor keramik cina selama abad ke hingga abad ke2. Banten girang memiliki sebuah pelabuhan di sebelah utara dengan jarak sekitar 3 km ke utara (Gambar 4) yang ramai didatangi oleh pedagang asing. Secara geografis jalur yang digunakan untuk menghubungkan Banten Girang dengan pelabuhannya melalui jalur air yaitu Sungai Cibanten dan jalur darat melalui Kelapa Dua. Perseteruan antara Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Jawa mengakibatkan daerah perbatasan seperti Banten Girang menjadi daerah yang jarang tersentuh oleh kebijakan pada saat salah satu dari kerajaan tersebut menguasai Banten Girang sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh Banten Girang untuk mengembangkan negerinya secara mandiri. Gambar 4 Sungai Cibanten, penghubung Banten Girang dengan laut (Sumber : Lubis, 2004) Masuknya Islam ke Banten Menjelang Kerajaan Sunda berakhir pada tahun 579, pangeran Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyebarkan Islam dari Cirebon ke Banten. Syarif Hidayatullah beserta pasukan dari Kerajaan Demak, tiba di Banten pada

22 8 tahun 522 untuk menyebarkan agama Islam dan terbentuk komunitas Islam di Banten (Lubis, 2004). Pada awal abad ke6 yang berkuasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umun dengan pusat pemerintahan setingakat kadipaten di Banten Girang dibawah kekuasaan Kerajaan Padjajaran (Guillot, 2008). Penaklukan Banten Girang oleh Syarif Hidayatullah dimulai dengan menaklukan kawasan Pulosari sebagai daerah spiritual Banten Girang pada tahun 525 (Michrob dan Chudari, 20). Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan penaklukan Banten Girang secara keseluruhan. Setelah menguasai Banten Girang, ajaran agama Islam mulai diterima dan berkembang, Syarif Hidayatullah lalu menikah dengan Nyai Kawunganten dan melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Winahon dan Hasanuddin. Setelah putranya dewasa, Syarif Hidayatullah dan Hasanuddin terus berusaha memperluas penyebaran agama Islam kepada masyarakat Banten. Dengan memerintahkan anaknya, Maulana Hasanuddin, untuk memindahkan ibukota Banten dari Banten Girang ke pesisir sebelah utara Banten. Peristiwa tersebut dimungkinkan terjadi pada tanggal Muharram 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 526 Masehi (Michrob dan Chudari, 20). Peranan Syarif Hidayatullan masih tinggi dalam perkembangan agama Islam dan tata kota, hingga tahun 552 Banten menjadi negara bagian dibawah kekuasaan Kerajaan Demak dengan Hasanuddin yang bergelar Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan sebagai rajanya Masa Pemerintahan Kesultanan Banten. Maulana Hasanuddin (552570) Penggambaran pembentukan kesultanan Banten pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin memiliki data yang terbatas. Diogo do Couto dan Fransisco de Sa menggambarkan bahwa kota Banten terletak di pesisir dengan lebar 3 mil, kota ini memiliki panjang 850 depa di tepi pantai panjangnya 400 depa. Ada anak sungai disepanjang pinggiran kota yang hanya dapat dimasuki oleh perahu kecil. Kota Banten dikelilingi oleh benteng terbuat dari bata selebar tujuh telapak tangan. Bangunan pertahanannya terbuat dari kayu (Djayadiningrat 983, diacu dalam Michrob dan Chudari, 20). Terdapat area alunalun dengan beragam fungsi seperti kegiatan rapat kerajaan, ketentaraan, kesenian dan pasar di pagi hari. Sebelah selatan alunalun terdapat istana raja dan berdiri bangunan Srimaganti di samping istana yang digunakan sebagai tempat raja menyambut tamu dan bertatap muka dengan rakyat. Penempatan Kota Banten di pesisir utara membuat hubungan perdagangan dengan negara di nusantara serta dunia menjadi lebih mudah. Maulana Hassanuddin mengembangkan pertumbuhan perekonomian dengan memperluas area pertanian dan perkebunan terutama perkebunan lada sebagai komoditi utama saat itu. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 570 dan dimakamkan di samping Masjid Agung dan kepemerintahan Banten diteruskan oleh putranya Maulana Yusuf. 2. Maulana Yusuf (570580) Pada pemerintahan Maulana Yusuf, pembangunan kota lebih tertumpu pada keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Sejak pemerintahan Maulana

23 Hasanuddin, Banten telah membentuk pasukan khusus yang dapat bergerak cepat dibawah pimpinan Maulana Yusuf untuk mengatasi ancaman dari luar terutama dari Kerajaan Padjajaran dan pada tahun 579 pasukan Banten merebut Pakuan, ibukota Kerajaan Padjajaran. Upaya dalam memperkuat pertahanan kota juga diwujudkan dengan memperkuat kota dan dinding benteng seperti yang disebutkan dalam Babad Banten pupuh XXII yang mengatakan bahwa Maulana Yusuf membangun kota dan benteng dari bata dan karang (Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis ). Maulana Yusuf juga membentuk kebijakankebijakan dalam mengatur penempatan penduduk berdasarkan keahlian dan asal daerah penduduk (Ambary, 977). Secara umum penempatan penduduk asing di tempatkan di luar benteng kota sedangkan penduduk dalam negeri ditempatkan di dalam benteng. Nama yang digunakan mencerminkan penduduknya seperti Pecinan, diperuntukan bagi pendatang dari Cina, Pabean yang berarti tempat pemungutan bea masuk dan bea keluar, Pakojan pemukiman untuk pendatang dari India, Kebalen tempat untuk pendatang dari Bali, Pamarican tempat penyimpanan merica, Panjunan tempat pemukiman pengrajin gerabah (anjun), Sukadiri tempat pengecoran logam dan senjata lalu ada Kesantrian untuk para senopati dan prajurit, Kafakihan untuk pada ulamaulama (Michrob 98, diacu dalam Michrob dan Chudari 20). Penataan kota yang baik dan gangguan dari luar yang telah berkurang membuat Banten berkembang dengan pesat, pengembangan yang lain berupa penambahan serambi timur Masjid Agung (Mundardjito 978, diacu dalam Michrob dan Chudari, 20) dan menara dengan bantuan arsitek muslin asal Mongolia, Cet Ban Cut (Ismail 983, diacu dalam Michrob dan Chudari 20). Sedangkan untuk mendukung kegiatan pertanian Maulana Yusuf membangun danau buatan bernama Tasikardi yang berfungsi sebagai penampung air untuk mengairi sawahsawah dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan keluarga raja di Keraton Surosowan. Maulana Yusuf wafat pada tahun 580 dan dimakamkan di Pekalangan Gede dekat Desa Kasunyatan saat ini. 3. Maulana Muhammad (580596) Pada masa pemerintahan Maulana Muhamad pertama kali kapal asal Belanda datang ke Banten. Kapalkapal besar berlabuh di teluk Banten sedangkan untuk transportasi dan mengangkut berbagai komoditas digunakan kapalkapal kecil yang dapat berlayar melalui sungai yang mengapit Kota Banten. Keadaan Kota Banten tergambar dalam sketsa peta oleh Cornelis de Houtman pada tahun 596 yang memperkirakan saat itu luas kota Banten serupa dengan luas kota Amsterdam (Gambar 5). Perluasan daerah kekuasaan dan penyebaran agama terjadi pada sebuah peristiwa penyerangan ke Palembang, hal tersebut diusulkan oleh Pangeran Mas, Putra Aria Pangiri dari Demak. Meskipun pasukan 200 kapal perang Maulana Muhammad serta pasukan dari darat dibawah kepemimpinan Mangkubumi dapat memukul mundur pasukan Palembang, namun peristiwa ini mengakibatkan meninggalnya Maulana Muhammad dan Banten kembali tanpa hasil (Michrob dan Chudari 20). Pemerintahan kemudian diserahkan kepada anaknya, Abul Mafakhir. 9

24 0 Gambar 5 Sketsa keadaan Kota Banten yang disamakan dengan Kota Amsterdam tahun 596. (Sumber : Tropen Museum) 4. Sultan Abul Mafakir Mahmud Abdul Kadir (59665) Abul Mafakir dinobatkan sebagai penerus Maulana Muhammad ketika beliau berusia 5 bulan sehingga ditunjuklah seorang wali yaitu Mangkubumi Jayanagara, seorang pejabat tinggi pemerintah (punggawa) untuk menjalankan roda pemerintahan. Kejayaan Banten dibawah kepemimpinan Mankubumi mulai goyah setelah wafatnya pada tahun 602 dan digantikan oleh adiknya. Banyak ketidakpuasan yang terjadi antara pihak pangeran dan punggawa. Kondisi saat itu digambarkan sangat kacau sehingga perdagangan dihentikan (Guillot, 2008) sampai terjadinya peristiwa pailir atau peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh Pangeran Kulon, cucu dari Maulana Yusuf dari Ratu Winaon dan Pangeran Gabang. Perjanjian damai dilakukan untuk mengatasi perang saudara yang berlangsung kurang lebih selama empat bulan tersebut. Keadaan Banten mulai mereda dan Pangeran Arya Ranamanggala diangkat sebagai wali raja. Sultan Abul Mafakhir dewasa memegang kekuasaan Banten secara penuh setelah Arya Ranamanggala mengundurkan diri pada tahun 624 (Guillot, 2008). Situasi politik saat itu terjadi berbagai pertempuranpertempuran dengan Belanda yang telah Batavia. Pertempuranpertempuran yang didominasi oleh kemenangan Banten tersebut berakhir dengan gencatan senjata pada tanggal 0 Juli 636 (Michrob dan Chudari, 20). Pada tanggal 0 Maret 95, Sultan Abul Mafakir Abdul Kadir meninggal dunia dan dikebumikan di Desa Kenari. 5. Sultan Ageng Tirtayasa Abul Fath Abdul Fattah (65683) Penguasaan Belanda semakin kuat di tanah nusantara, terlebih setelah Belanda menguasai Malaka pada tahun 64, merebut Ambon dan Tidore (605) dan peristiwa perjanjian Mataram dengan Belanda (647) yang membuat kegiatan perdagangan dimonopoli oleh Belanda (Michrob dan Chudari, 20). Saat itu,

25 pelabuhan Banten menjadi sepi karena kapalkapan dari negara lain segan untuk berlabuh karena ancaman serangan oleh Belanda yang menetap di Jayakarta sejak tahun 60. Untuk mengatasi itu, Sultan Abul Fath yang dinobatkan menjadi raja pada tangal 0 Maret 65, mengatur strategi untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dan sosial Banten dengan memerintahkan pasukannya untuk membuat kerusuhan pada setiap instalasi milik Belanda dan pada tahun 658 tercetuslah perang antara pasukan Banten dengan Batavia dengan nama Perang Sabil. Penyerangan yang dilakukan oleh pasukan Banten membuat Belanda terdesak dan pada tanggal 0 Juli 659 dilakukan perjanjian damai. Perjanjian damai tersebut dimanfaatkan oleh Sultan Abul Fath untuk memperbaiki kondisi Banten akibat perang serta mempersiapkan senjata dan prajurit. Untuk mengontrol pergerakan Batavia, Sultan Abul Fath juga membuat istana sekaligus sebagai tempat peristirahatan di daerah Desa Tirtayasa, Pontang (Gambar 6). Gambar 6 Sketsa peta Istana Tirtayasa (Sumber : Tropen Museum) Pada bidang pertanian, sultan memerintahkan kepada sekitar orang warganya untuk menanam pohon kelapa di dekat Sungai Ontong Jawa (Cisadane) dekat perbatasan Batavia. Penempatan penduduk tersebut memiliki maksud politis sebagai pendudukan wilayah perbatasan serta dapat mendukung aktifitas di Istana Tirtayasa. Untuk memudahkan jalur komunikasi dan pengangkutan hasli pertanian Sultan Abul Fath membuat jalur perairan yang menghubungkan Banten dengan Istana Tirtayasa. Proyek tersebut dimulai pada tanggal 27 April 663 dengan membuat terusan yang menghubungkan Sungai Tanara ke Sungai Pasilian lalu bulan September 663 diteruskan dengan membuat terusan dari Sungi Pasilian ke Sungai Cisadane. pada bulan Oktober 670, sultan melaksanakan proyek pengairan kedua yang menghubungkan daerah Pontang dan Tanara dengan membuat terusan kearah laut. Terusan tersebut merubah tanah disekitarnya menjadi lahan pertanian (Guillot, 2008). Dalam masa pembangunan tersebut Sultan Abul Fath menetap di Istana Tirtayasa dan bergelar Sultan Ageng Tirtayasa.

26 2 6. Sultan Haji Abun Nasr Abdul Kahhar (683687) Sultan Abun Nasr mendapat julukan Sultan Haji setelah menunaikan ibadah haji. Saat itu sultan Haji menjabat sebagai putra mahkota yang kekuasaannya meliputi kebijakan dalam negeri sedangkan kebijakan luar negeri dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Selama Sultan Haji pergi ke Mekkah, pemerintahan Surosowan diserahkan kepada adiknya, Pangeran Purbaya (Michrob dan Chudari, 20). Kepercayaan yang diberikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepada Pangeran Purbaya membuat hubungan antara mereka dengan Sultan Haji merenggang, hal tersebut dimanfaatkan oleh Belanda untuk menghasut Sultan Haji. Kedekatan Sultan Haji dengan Belanda membuat Sultan Haji berkeingingan untuk menguasai Banten secara menyeluruh. Karena dirasa pengaruh Belanda sudah semakin besar kepada pemerintahan Banten, tanggal 27 Februari 682, Sultan Ageng Tirtayasa menyerang dan berhasil merebut Keraton Surosowan. Namun, pada bulan Maret 682 dengan bantuan Belanda Sultan Haji menyerang dan berhasil merebut Surosowan kembali. Pada bulan Desember 682 setelah melakukan perjanjian kerjasama dengan Belanda Sultan Haji menyerang Istana Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa terdesak dan membumihanguskan Istana Tirtayasa sebelum akhirnya ditangkap dan dipenjara di Batavia hingga meninggal pada tahun 692 (Michrob dan Chudari, 20). Jenasah Sultan Ageng Tirtayasa dikirim kembali dan dimakaman di samping makam utara Masjid Agung Banten (Hichrob dan Chudari, 20). Setelah menyusutnya perlawanan dari pendukungpendukung Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Haji dikukuhkan menjadi pemimpin pemerintahan Kesultanan Banten dengan berbagai syarat yang diajukan oleh Belanda. Gambar 7 Peta Banten sekitar tahun 902 oleh Serruirer. (Sumber : Juliadi et all, 2005)

27 Peristiwa tersebut juga mengakibatkan hancurnya Keraton Surosowan yang pertama. Namun dibangun kembali oleh Sultan Haji dengan bantuan arsitek Belanda Lucas Cardeel, pada masa Sultan Haji inilah dibangun benteng Belanda Speelwijk untuk meningkatkan kontrol Belanda terhadap Banten pada tahun di bagian barat laut kota seperti pada peta oleh Serruier (Gambar 7). 7. Kesultanan setelah Sultan Haji Michrob dan Chudari (20) menjelaskan bahwa kepemerintahan setelah sultan Haji dipegang oleh anak pertamanya yaitu Abudul Fadhl (687690), namun kepemerintahannya hanya berlangsung 3 tahun dan Sultan Abudul Fadhl meninggal karena sakit. Setelah itu digantikan oleh adiknya, Sultan Zainul Abidin (690733) lalu digantikan oleh putra keduanya, Sultan Shifa Zainul Arifin (733750). Perjanjianperjanjian yang dilakukan dengan Belanda semakin menurunkan kekuasaan sultan terhadap negerinya. Status sultan menjadi seperti pegawai yang harus menjual hasil pertanian kepada Belanda dengan harga yang rendah. Kekuasan sultansultan tersebut semakin berkurang hingga pada tahun 86, kesultana Banten dihapuskan oleh Belanda atas perintah Daendels. Periode sultan selanjutnya diteruskan oleh sultansultan setelah Sultan Shifa Zainul Arifin. a. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil (750752) b. Sultan Muhammad Wasi Zainul Alimin (752753) c. Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin (753773) d. Sultan Abul Mafakhir Aliyuddin (773799) e. Sultan Muhyiddin Zainussolihin (79980) f. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (80802) g. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (802803) h. Sultan Agilludin (Aliyuddin II) (803808) i. Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (808809) j. Sultan Muhammad Syafiuddin (80983) k. Sultan Muhammad Rafiuddin (83820) Pada masa setelah Sultan Haji, terjadi penghancuran Kota Banten yang kedua dari yang dilakukan oleh Belanda diatas pimpinan Daendels pada tahun 808 dan berlangsung hingga tahun 832. Peristiwa penghancuran keraton dan dinding pertahanan hanyan meninggalkan pondasi dan sisasisa bangunan karena bahan bangunan yang lain digunakan untuk mendukung pembangunan Belanda di Kota Serang saat ini (Permana, 2003) Perkembangan Lanskap Kawasan Banten Lama Perubahan penutupan lahan pada kawasan sejarah Banten Lama terjadi secara bertahap dibawah pengaruh kebijakan kesultanan saat itu. Berdasarkan Athie (2000) perkembangan lanskap sejarah kawasan Banten Lama terbagi menjadi delapan tahap dengan perkembangan pola dan fasilitas kota (Gambar 8). Pola perkembangan lanskap sejarah Banten Lama membentuk komponen kota yang lengkap dan jelas tergambar pada abad ke7 sekitar tahun (Gambar 8E). Pada masa itu merupakan masa kejayaan Banten dibawah kepemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa serta adanya pendatang asing asal Belanda yang mencatat pola tata kota dalam bentuk sketsa. 3

28 4 4 Gambar 8 Skema perkembangan lanskap sejarah kawasan Banten Lama (Sumber : Ratu Athie, 2000)

29 Elemen Pembentuk Kawasan Banten Lama Pembentukan Kota Banten Lama terjadi secara bertahap hingga tercipta lanskap dengan karakter berbeda dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Elemen sejarah pembentuk kawasan Banten Lama berada dalam dua area yaitu : Kota Inti Banten Lama (Kota dalam Benteng) Kebijakankebijakan untuk mengatur tata ruang kota telah dibentuk sejak pemerintahan Hassanudin dan diperkuat lagi dalam masa pemerintahan Maulana Yusuf. Berbagai informasi tentang perkembangan Kota Banten Lama ini terekam dalam catatan perjalanan para pelayar dari mancanegara. Salah satunya adalah catatan Cornelis de Houtman yang memperlihatkan sketsa kota dengan bentengnya yang berbentuk zigzag (Gambar 9). Gambar 9 Peta Banten tahun 596 (Sumber: Royal Tropical Institute) Elemen kota ini terdiri dari Keraton Surosowan sebagai bangunan kepemerintahan, Masjid Agung Banten sebagai pusat keagamaan, jembatan rantai sebagai gerbang pajak, alunalun kota, pemukiman dan pasar sebagai tempat aktifitas sosial. Kota inti ini dikenal dengan sebutan kota dalam benteng karena adanya dinding pertahanan yang mengelilingi kota yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (570580). Pemukiman di dalam benteng terbagi kedalam beberapa kampung yang dijaga oleh seorang bangsawan dan masingmasing kampung terdapat pintu penjagaan yang saat ini dikenal dengan gardu dan ronda (Guillot, 2008). Elemen lain berupa bangunan militer yaitu Benteng Speelwijk yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Haji, dan elemen berupa artefak yaitu meriam Ki Amuk dan Watu Gilang sebagai tempat pentasbihan para sultan.

30 Area Pendukung Kota Inti Area pendukung kota inti adalah area yang terbentuk di luar kota inti. Area ini dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu Pecinan, Tasikardi, Keraton Kaibon dan Pelabuhan Karangantu. Area Pecinan adalah pemukiman di luar benteng kota bagian barat, merupakan pemukiman yang dikhususkan bagi penduduk asing terutama etnis Tionghoa. Pada area ini terdapat elemen sejarah bangunan keagamaan yaitu Vihara Alokitesvara dan Masjid Pecinan Tinggi sebagai tempat peribadatan. Kedua, area Tasikardi terdiri dari elemen keairan Danau Tasikardi, taman pulau di tengah danau, saluran air dan tiga pengindelan (bangunan penyaring air). Ketiga, area Keraton Kaibon dengan elemen sejarah bangunan keraton tempat peristirahatan keluarga sultan dan berfungsi sebagai pusat kepemerintahan pada akhir keruntuhan Keraton Surosowan. Keempat, area Pelabuhan Karangantu dengan elemen sejarah berupa kanal pelabuhan sebagai pintu pelabuhan bagian timur dan elemen pasar sebagai tempat perekonomian. Pada area pelabuhan, penduduk yang menetap lebih beragam berasal dari orang asing dan nusantara. Kondisi tersebut terlihat pada peta dari Perpustakaan Nasional Paris yang menggambarkan detail keadaan Kota Banten sekitar tahun 630 (Gambar 0). Gambar 0 Peta Banten sekitar tahun 630 (Sumber : Tropen Museum) 3..4 Pelestarian dan Pengelolaan Pelestarian dan pengelolaan kawasan sejarah Banten Lama secara umum dilakukan oleh tiga pihak, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Untuk aspek pelestarian dan perlindungan dilakukan oleh unit pelaksana teknis Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) dibawah Direktorat peninggalan Purbakala. Salah satu upaya pelestarian yang dilakukan adalah penetapan objek dan situs sejarah sebagai benda cagar budaya (BCB) (Tabel 3).

31 7 Tabel 3 Daftar penetapan BCB di kawasan Banten Lama Objek/ situs sejarah Kompleks Keraton Surosowan Tanggal 6 Juni 998 (27 Juli 2006) Penetapan Nomor 39/M/998 (430/Kep.459Huk/2006) Yang menetapkan Menteri/Bupati Watu Gilang 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Meriam KiAmuk 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Jembatan Rantai 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Kompleks Masjid Agung Banten 6 Juni 998 (27 Juli 2006) 39/M/998 (430/Kep.459Huk/2006) Menteri/Bupati Pelabuhan Karangantu 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Benteng Speelwijk 6 Juni 998 (27 Juli 2006) 39/M/998 (430/Kep.459Huk/2006) Menteri/Bupati Makam Belanda (Kerkhof) 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Vihara Alokitesvara 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Masjid Pecinan Tinggi 27 Juli /Kep.459Huk/2006 Bupati Keraton Kaibon 6 Juni 998 (27 Juli 2006) 39/M/998 (430/Kep.459Huk/2006) Menteri/Bupati Tasikardi 6 Juni /M/998 Bupati Pangindelan Sumber : BP3S 6 Juni 998 (27 Juli 2006) 39/M/998 (430/Kep.459Huk/2006) Menteri/Bupati Sedangkan, pada aspek pemanfaatan dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, pemerintah Kota Serang dan pemerintah Kabupaten Serang. Pihak swasta, yaitu PT. Agnosa Geopilar, dibawah pimpinan H. Syuhada yang memanfaatkan kawasan sejarah Danau Tasikardi sebagai area rekreasi dan lembaga tradisional kenadziran yang mengelola area Masjid Agung Banten Lama sebagai area ibadah dan wisata ziarah (Rahardjo et al, 20). Pihak masyarakat yang terlibat menurut Rahardjo dkk (20) terbagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok masyarakat Dusun Kebalen sebagai masyarakat pendahulu yang menempati situs sejarah, kelompok pedagang kecil yang menjadikan kawasan situs sebagai tempat strategis untuk berjualan, kelompok masyarakat biasa yang menggunakan kawasan situs sejarah untuk keperluan seharihari seperti menggembala kambing dan bermain, kelompok tokoh masyarakat sebagai tokoh agama, mantan pejabat maupun jurnalis, dan kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Banten Heritage dan Rumah Dunia yang memiliki kepedulian terhadap kawasan situs sejarah. Aktifitas pengelolaan yang dilakukan masih berupa aktifitas rutin pembersihan sampah dan pemotongan rumput, banyaknya kepentingan dari masingmasing pihak menjadi salah satu faktor kurang tercapainya aktifitas pelestarian dan pengelolaan secara optimal.

32 8 3.2 Fisik dan Biofisik 3.2. Administrasi Kota Serang Kota Serang berada di wilayah Banten yang terletak di ujung barat pulau Jawa dengan koordinat antara 05 o 0606 o 46 BT dan 5 o 467 o LS. Kota ini merupakan salah satu dari delapan kabupaten/ kota di Provinsi Banten dan sekaligus menjadi ibukota provinsi tersebut. Kota Serang memiliki luas wilayah mencapai 266,7 km 2 yang terdiri dari 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Curug, Walantaka, Cipocok Jaya, Serang, Taktakan, dan Kasemen (Gambar ). Gambar Peta administrasi Kota Serang Kota Serang dibatasi oleh Teluk Banten dan Kabupaten Serang, berikut batasbatas Kota Serang:. Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Banten 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikuesal, Kecamatan Petir, Kecamatan Baros Kabupaten Serang 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung, Kecamatan Kramat Watu Kabupaten Serang Kawasan situs arkeologi Banten Lama berada di wilayah Kecamatan Kasemen, Serang bagian utara Luas dan Batas Tapak Luas tapak dalam penelitian ini memiliki luas wilayah sekitar 342,7 ha. Penentuan tersebut merupakan hasil penelusuran sejarah terhadap kawasan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan Kota Banten Lama (Gambar 2).

33 9 Gambar 2 Luas dan batas lokasi penelitian Iklim Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Serang, musim hujan terjadi pada bulan November hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi sekitar bulan Juni hingga bulan Oktober (Tabel 4). Tabel 4 Ratarata Curah Hujan dan Hari Hujan tahun Bulan Ratarata Curah Hujan (mm) Januari 260,2 Februari 277 Maret 205 April 90,2 Mei 22,8 Juni 69,8 Juli 53,8 Agustus 4,6 September 77,2 Oktober 80,2 November 5,2 Desember 26,6 Sumber : BMKG Serang 202 Ratarata Hari Hujan (hari) 22,2 23,2 7,8 4,4 3,4 2,6 6,6 6,6 7 0,2 5,2 20,4 Intensitas Menengah Menengah Menengah Rendah Menengah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah Kenyamanan kegiatan wisata juga dipegaruhi oleh keadaan suhu dalam area wisata tersebut. Untuk mengetahui derajat kenyamanan suatu area dapat diketahui

34 20 melalui perhitungan dengan menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) dengan rumus THI = 0,8T + [(RH x T)/500]. Secara umum, masyarakat tropis derajat kenyamanan yang ideal berada disekitar angka 27 sehingga akan tidak nyaman jika THI lebih dari 27 (Fandelli dan Muhammad 2009, diacu dalam Iqbal 200). Tabel 5 Ratarata Suhu Udara, Kelembaban dan THI Bulan Suhu Udara ( o C) Kelembaban (%) THI Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 27,0 26,9 27,4 26,9 27, 27,2 26,6 26,8 27,0 27,8 27,2 27, ,03 26,09 26,30 26,5 26,2 26,7 25,43 25,46 25,60 26,52 26,28 26,37 Ratarata 27, 80,5 26,04 Sumber : BMKG Serang 202 Berdasarkan perhitungan THI dari data pada Tabel 5 menunjukan THI berkisar antara 26,5225,43 dengan ratarata 26,04 sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Serang termasuk nyaman untuk kegiatan wisata. Namun, berdasarkan pengamatan pada tapak, suhu udara akan naik menjelang siang hari dan kembali turun pada saat hari menjelang sore. Sehingga tapak pada siang hari terasa kurang nyaman Topografi Secara umum sebagian Kota Serang termasuk kedalam kawasan dataran rendah dengan ketinggian 050 mdpl di sepanjang pesisir utara Laut Jawa. Kemiringan lahan di kawasan ini berkisar antara 05%. Banten Lama saat ini berjarak sekitar 3 km dari garis pantai merupakan daratan aluvial pantai yang ketinggiannya antara 05 mdpl dengan kemiringan lahan kurang dari 2% sehingga kawasan ini relatif landai dan datar (Rahardjo et al, 20) Vegetasi Jenis vegetasi di kawasan Banten Lama didominasi oleh vegetasi seperti pohon Beringin (Ficus benjamina), Kelapa (Cocos nucifera), Asam (Tamarindus indica), Angsana (Pterocarpus indicus), Petai cina (Leucaena leucocephala), Ketapang (Catapa indica) dan Flamboyan (Delonix regia). Berdasarkan dokumentasi Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S), tidak banyak perubahan pada jenis vegetasi yang ada (Gambar 3).

35 2 a.pohon Kelapa b.flamboyan c. Petai Cina (Cocos nucifera) (Delonix regia) (Leucaena leucocephala) Gambar 3 Vegetasi di sekitar kawasan Banten Lama Hidrologi Terdapat badan air alami dan buatan di kawasan Banten Lama. Badan air alami yaitu Sungai Cibanten yang berhulu di kaki gunung Pulosari dan bermuara di Teluk Banten. Sungai ini terbelah menjadi dua dan mengapit Kota Banten Lama. Selain menjadi sumber air, dahulu sungi ini merupakan jalur perairan utama untuk dapat mengakses ke dalam Kota Banten. Saat ini kondisi sungai bagian barat telah terjadi proses pengendapan dan menjadi daratan, sedangkan sungai bagian timur masih mengalir dan aktif sebagai jalur para nelayang. Badan air alami yang lain yaitu Teluk Banten, merupakan sebuah tempat yang pernah menjadikan Kota Banten sebagai pelabuhan internasional yang ramai. Badan air buatan, berupa parit mengelilingi Keraton Surosowan yang dahulu berfungsi untuk menghalau pergerakan dari luar keraton. Parit juga ditemukan di situs Keraton Kaibon. Sumber air parit ini diperkirakan berasal dari Sungai Cibanten. Badan air buatan yang lain adalah Danau Tasikardi, danau ini merupakan sumber air bersih untuk kebutuhan Keraton Surosowan yang saat ini sudah tidak digunakan lagi Visual Visual pada kawasan situs sejarah Banten Lama terbentuk dari keberadaan situs sejarah dan kondisi alamnya. Visual yang terbentuk dari keberadaan situs sejarah berupa peninggalanpeninggalan dengan ciri khas yang kuat, contohnya adalah bangunan Menara Masjid Agung Banten Lama yang saat ini dijadikan ikon Provinsi Banten dan bangunan sejarah lainnya. Sedangkan visual dari kondisi alam sekitar Banten Lama dibentuk oleh hamparan lahan pertanian, kanal Pelabuhan Karangantu, perairan Teluk Banten, dan Gunung Karang (Gambar 4). Pemandangan semakin terlihat jelas dari puncak menara Masjid Agung Banten. Dari menara ini dapat terlihat lanskap pertanian, lanskap pegunungan dan lanskap pantai yang mengitari kawasan Banten Lama, dari tempat ini pula dapat terlihat dengan jelas situs Keraton Surosowan secara keseluruhan. Begitupula jika kita berada di situs Keraton Surosowan dapat terlihat dengan jelas Menara Masjid Agung Banten Lama.

36 22 Gambar 4 Visual Banten Lama Aksesbilitas dan Sirkulasi Aksesbilitas dalam mencapai kawasan Banten Lama dari dalam maupun luar kota dapat di tempuh dari beberapa jalur trasportasi menggunakan berbagai kendaraan seperti motor, mobil pribadi, kendaraan umum, dan kereta. Aksesbilitas dari luar kota dapat ditempuh seperti pada keterangan berikut : a. Arah barat (Cilegon, Lampung dan sekitarnya) dapat ditempuh melalui Jalan Arteri yaitu Jalan Raya Cilegon dan langsung dapat menuju Jalan Karangantu. Atau dapat ditempuh melalui jalan Tol dan keluar melalui pintu Tol Serang Timur untuk dilanjutkan ke Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung menuju Jalan Karangantu. Atau dapat menggunakan jasa Kereta MerakSerang dan berhenti di Stasiun Karangantu lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten.

37 b. Arah Selatan (Rangkas dan Pandeglang) dapat ditempuh melalui Jalan Raya Pandeglang, Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung dilanjutkan ke Jalan Karangantu. c. Arah Timur (Jakarta dan Sekitarnya) dapar ditempuh melalui Jalan Raya Jakarta, Jalan Jendral Ahmad Yani dan dilanjutkan ke Jalan Karangantu. Jalur lain yaitu melalui jalan Tol TangerangMerak, keluar di pintu Tol Serang Timur, dilanjutkan ke Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung menuju Jalan Karangantu. Jalur dengan menggunakan jasa Kereta Jurusan JakartaMerak dan turun di Stasiun Karangantu lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten. d. Untuk jalur laut dari arah utara dapat berlabuh ke pelabuhan karangantu dan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten. 23 Gambar 5 Peta aksesbilitas kawasan Banten Lama Sirkulasi dalam kawasan situs sejarah Banten Lama (Gambar 6) terdapat tiga kelas jalan yaitu, jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan lingkungan. Diperkirakan beberapa jalur sirkulasi saat ini merupakan jalur sirkulasi sejarah yang terbentuk pada masa kesultanan, namun belum dapat ditentukan secara pasti keberadaannya. Sedangkan sirkulasi berupa badan air diantaranya adalah kanal timur Pelabuhan Karangantu yang masih digunakan hingga saat ini. Jalur sirkulasi perairan aktif digunakan oleh para nelayan dengan menggunakan sampan maupun perahu bermotor. Badan air lain berupa parit keraton yang terhubung dengan pintu pajak air terjadi pengendapan sehingga beberapa diantaranya tidak digunakan sebagai jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi baru, berupa jalur kereta api yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda menghubungkan Pelabuhan Merak dengan Jakarta.

38 24 Gambar 6 Peta sirkulasi situs Banten Lama Penutupan Lahan Penutupan lahan atau land cover didominasi oleh pemukiman dan lahan pertanian yaitu persawahan, sedangkan sisanya berupa jalan, ruang terbuka berupa lapangan, ruang terbuka hijau dan area perairan berupa sungai, parit dan danau (Gambar 7). Gambar 7 Peta penutupan lahan

39 Wisata 3.3. Objek Wisata Berdasarkan Peta Rencana Pola Ruang Kota Serang , kawasan situs arkeologi Banten Lama termasuk kedalam rencana kawasan cagar budaya (Gambar 8). Gambar 8 Peta RTRW Kota Serang. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 990, kawasan Banten Lama telah dijadikan kawasan wisata budaya. Objek wisata yang terdapat di kawasan ini memiliki nilai sejarah perkembangan Kota Banten. Objek wisata tersebut berupa situs dan benda arkeologis seperti Situs Keraton Surosowan, Masjid Agung, dan objek lainnya (Tabel 6) (Gambar 9) Fasilitas pendukung wisata Ada beberapa fasilitas pendukung wisata yang disediakan oleh pemerintah, masyarakat maupun pedagang. Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah berupa, museum, petunjuk jalan, gerbang utama masuk kawasan, jalan. papan peringatan dan papan media interpretasi. Sedangkan fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang disediakan oleh warga maupun pedagang dalam kawasan berupa kantin, toko souvenir, dan toilet (Gambar 20).

40 26 26 Tabel 6 Daftar Objek Sejarah Kawasan Banten Lama Objek Tahun Pembuatan Deskripsi Kondisi saat ini Status Pengelola Kompleks Keraton Surosowan BCB Watu Gilang Meriam Ki Amuk Jembatan Rantai Kompleks Masjid Agung Banten Didirikan pada tahun 526 oleh Sultan Hasanuddin (552570) Telah ada dalam sketsa Cornellis de Houtman pada tahun 596 Merupakan tempat tinggal para sultan dan menjadi pusat kerajaan. Dilakukan perluasan dan pembangunan benteng pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (570580). Perubahan benteng menjadi bastion (disebut juga sebagai fort diamond) pada masa pemerintahan Sultan Haji (672687) oleh bantuan Hendrik Laurenzns Caedeel (68068). Kehancuran pertama terjadi saat perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji pada tahun 680. Kehancuran kedua saat Gubernur Belanda, Herman Daendels pada tahun 83. Artefak berbentuk persegi dengan panjang 90cm, lebar 2cm dan tebal 6,5cm, terbuat dari batu andesit yang berfungsi sebagai pentahbisan para sultan. Ada dua watu gilang yaitu watu gigilan sebagai singgasana Sultan Hasanuddin dan watu singayaksa yang menurut cerita adalah tempat bertapa Betara Guru Jampang. Digunakan untuk menghalau serangan yang dipasang di gerbang selatan. Terletak sekitar 300m utara Keraton Surosowan. Diduga berfungsi seperti jembatan kota intan di Jakarta. Dalam Babad Banten disebutkan bahwa Sultan Maulana Yusuf membangun pintu pajak sebagai fasilitas kota. 552 Masjid ini didirkan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin ( ) Kompleks Masjid Agung Banten terdiri dari :. Bangunan Masjid Agung: Bangunan ini berbentuk persegi dengan atap berbentuk limas 5 susun, serambi kanan. 2. Menara: Bangunan menara ini terbuat dari bata dengan tinggi 30 meter, dibangun oleh arsitek mongol, Cet Ban Cut pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. 3. Bangunan Tiyamah: Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibangun oleh Hendrik Lucazs Cardeel (Pangeran Wiraguna) dengan gaya arsitektur Belanda pada masa pemerintahan Sultan Haji (65672) berfungsi sebagai tempat bermusyawarah masalah keagamaan dan sosial. 4.Komplek Makam: Merupakan makam sultansultan dan keluarganya, berada di serambi kanan dan serambi kiri dari bangunan masjid. Surosowan memiliki luas ± 4 hektar yang saat ini hanya berupa sisasisa pondasi, reruntuhan tembok keraton dan benteng. Watu Gigilang terdapat di alunalun Keraton Surosowan dan Watu Singayaksa terdapat di sisi utara alunalun. Namun keduanya dibiarkan tanpa ada perlakuan khusus. Disimpan dan dipagar di depan kawasan Museum Kepurbakalan Banten Lama Masih bertahan sisa bangunan jembatan yang menjadi dua karena konstruksi jembatan yang terbuat dari kayu sudah tidak ada lagi. Masjid agung lah yang saat ini masih digunakan karena fungsi sebagai tempat keagamaan dan aktifitas ziarah yang saat ini menjadi salah satu daya terik terbesar di kawasan ini. BCB BCB BCB BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Pemerintah Kota Serang Kenadziran

41 27 Objek Tahun Pembuatan Deskripsi Kondisi saat ini Status Pengelola Benteng oleh BCB Speelwijk Belanda Nama Speelwijk diambil dari nama gubernur VOC, Cornelis Janzs Speelman (68684), Benteng ini di rancang oleh Hendric Lucas Cardeel. Ditinggalkan sekitar tahun 8 pada masa pemerintahan Daendels. Tersisa hanya reruntuhan benteng, ruangruang bawah tanah dan dinding benteng. Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Makam Belanda (Kerkhof) Vihara Alokitesvara Tahun 77 pada salah satu makam tertua. Pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah Salah satu makam terbesar merupakan makam Hugo Pieter Faure (77763) dan yang lainnya makam Jacob Wits, Catharina Maria van Doorn, Maria Susana Acher. Berada sekitar 500m sebelah barat Masjid Agung. Didirikannya vihara ini merupakan sebuah kebijakan dari Syarif Hidayatulllah yang awalnya adalah tempat singgah rombongan Cina. Masih terdapat bangunan makam. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Masih dalam keadaan lestari dan masih menjadi tempat peribadatan. BCB Yayasan Ummat Khong Hu Cu Masjid Pecinan Tinggi Pada masa Syarif Hidayatullah ( ) Masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) terletak di Desa Kasunyatan, Kabuaten Serang. Sisasisa pondasi bangunan yang terbuat dari bata dan batu karang. Sisa mihrab dan menara. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Keraton Kaibon Terletak di Kampung Kroya, sekitar 500m dari Keraton Surosowan. Keraton ini merupakan bekas kediaman Sultan Syaifuddin (809 83), Sisasisa reruntuhan bangunan, pintu gerbang, dan parit. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Tasikardi Dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf (570580) Merupakan danau buatan dengan luas sekitar 6,5 ha, 2 km arah tenggara Keraton Surosowan, dibangun dengan menggunakan alas lapisan ubin bata dan berfungsi sebagai penampungan air yang digunakan untuk mengaliri sawahsawah dan kebutuhan seharihari Keraton Surosowan. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat rekreasi keluarga sultan. Masih tersisa danau yang saat ini dijadikan tempat rekreasi umum dan dikelola oleh pihak swasta. BCB Pemerintah Kabupaten Serang dan Swasta Pangindelan Dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf (570580) Bangunan air yang memiliki panjang 8,20m, lebar 5,64m, tinggi 3,45m, dan kedalaman m ini memiliki fungsi sebagai tempat pengendapan air dari Tasikardi ke Keraton Surosowan agar air menjadi jernih. Terdapat 3 pengindelan yaitu, Pangindelan Abang, Pangindelan Putih, dan Pangindelan Emas. Masih tersisa bangunan pangindelan ini dan salurannya namun sudah tidak berfungsi lagi. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang 27

42 28 28 Gambar 9 Peta persebaran objek sejarah Banten Lama

43 29 a.papan Interpretasi b. Gerbang Utama Kawasan c. Gerbang Wisata d. Jalan e. Toko Souvenir dan Kantin f. Toilet Gambar 20 Fasilitas wisata Pengunjung Kawasan Banten Lama yang memiliki karakter khas dari tempat wisata lainnya membuat tempat ini menjadi alternatif wisata yang ramai dikunjungi terutama pada harihari libur. Pada umumnya, wisatawan yang berkunjung merupakan wisatawan yang akan melakukan ziarah ke makam para sultan. Sedangkan, untuk wisatawan yang mengunjungi kawasan sejarah tercatat dalam kurun dua tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah wisatawan pertahunnya (Gambar 2). Wisatawan yang berkunjung berasal dari masyarakat Kota Serang, wisatawan lokal dari luar kota dan wisatawan asing. Jumlah wisatawan sejarah berdasarkan jenis, didominasi oleh wisatawan umum dan dari kalangan pelajar (Gambar 22) Gambar 2 Jumlah wisatawan (20202). (Sumber : Museum Situs Kepurbakalaan Serang)

44 30 Gambar 22 Jumlah wisatawan (20202) berdasarkan jenis wisatawan. (Sumber : Museum Situs Kepurbakalaan Serang) Aktivitas wisata Aktifitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung pada masingmasing objek sejarah tidak jauh berbeda, seperti : berfoto, melihat objek wisata, wisata kuliner, bersantai, dan berjalanjalan. Namun, di beberapa objek sejarah seperti Masjid Agung dan Vihara Alokitesvara diramaikan oleh aktifitas ibadah dan wisata ziarah (Tabel 7). Tabel 7 Aktifitas wisata Tempat Wisata Aktivitas Wisata Keraton Surosowan Masjid Agung Benteng Speelwijk Pelabuhan Karangantu Keraton Kaibon Panindelan Danau Tasikardi Vihara Alokitesvara Piknik, berfoto, melihat objek sejarah, wisata belanja souvenir. Berfoto, wisata ziarah, ibadah, dudukduduk. Piknik, berfoto, melihat objek sejarah, dudukduduk, memancing Berfoto, memancing, belanja di pasar ikan, jalanjalan, dudukduduk. Piknik, berfoto, memancing, melihat objek sejarah. Melihat objek sejarah. Piknik, berfoto, jalanjalan, dudukduduk, bebekbebekan. Berfoto, melihat objek sejarah, ibadah Persepsi dan Harapan Pengunjung Dari penyebaran 25 kuisioner kepada pengunjung untuk mendapatkan persepsi terhadap kawasan bersejarah Banten Lama dan harapan untuk pengembangan perencanaan wisata Banten Lama, didapatkan hasil sebagai berikut. Gambar 23 a. Sumber informasi sejarah Banten Lama b. Pengetahuan sejarah Sebagian besar (68%) responden mendapatkan informasi terhadap kawasan secara personal melalui kerabat, orang tua, dan informasi dari institusi seperti

45 sekolah atau tempat kerja, selebihnya melalui media cetak (28%) dan internet (4%) (Gambar 23a). Untuk pengetahuan sejarah terhadap kawasan, responden menjawab sedikit tahu sebanyak 80% dan sisanya menjawab tidak tahu sebanyak 20 % (Gambar 23b). Pengetahuan terhadap situs dan benda bersejarah terbanyak pada Masjid Agung (96%), Keraton Surosowan (64%) dan Meriam Ki Amuk (48%). Sedangkan, pengetahuan terhadap objek sejarah lain hanya mencapai 28% pada watu gilang dan 24% pada objek sejarah Tasikardi, Pelabuhan Karangantu, dan Jembatan Rantai (Gambar 24). 3 Gambar 24 Pengetahuan situs dan benda sejarah Sebanyak 44 % responden mengharapkan adanya pengelolaan yang lebih intensif terhadap kawasan bersejarah Banten Lama terutama pada bidang kebersihan, sebanyak 28% mengharapkan adanya penataan ruang kawasan agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik (Gambar 25a). Fasilitas yang diharapkan umumnya berupa fasilitas untuk membantu pengunjung untuk menginterpretasi objek sejarah seperti fasilitas peta wisata (56%), jalur wisata (56%), kendaraan wisata (56%), dan bangku taman (60%) serta fasilitas pendukung lainnya (Gambar 25b). 3.4 Analisis Gambar 25 a. Harapan pengunjung (kiri), b. Fasilitas yang diharapkan (kanan) 3.4. Analisis Kesejarahan Analisis kesejarahan terdiri dari analisis karakter lanskap sejarah, analisis perubahan penggunaan lahan sejarah, analisis elemen lanskap sejarah yang menghasilkan zona kesejarahan. Unit karakter lanskap sejarah dibentuk sesuai dengan karakter lanskap sejarah pada masingmasing elemen pembentuk kota, zona tersebut dijadikan acuan agar perkembangan yang terjadi di kawasan Banten Lama tetap mempertahankan karakter aslinya (Gambar 26).

46 32 Gambar 26 Peta hasil analisi karakter lanskap sejarah Pada peta hasil analisis karakter lanskap sejarah terdapat lima unit karakter yang menggambarkan perkembangan kawasan sejarah Banten Lama. Unit karakter lanskap sejarah tersebut adalah : a. Unit Lanskap Surosowan (552) : perkembangan inti Kota Banten (kota dalam benteng). Pada unit ini terdapat Keraton Surosowan, Masjid Agung, Jembatan Rantai, Watu Gilang, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk dan berbagai benda sejarah lain yang tersimpan dalam Museum Kepurbakalaan. b. Unit Lanskap Pecinan (562) : area dengan karakter pecinanan, masyarakat pendatang yang memberikan pengaruh terhadap hubungan sosial dan perdagangan. Terdapat bangunan sejarah dan budaya yaitu Masjid Pacinan Tinggi dan Vihara Alokitesvara. c. Unit Lanskap Tasikardi (570) : kawasan taman untuk hiburan keluarga sultan dan sebagai pendukung kebutuhan kebutuhan pertanian dan air bersih Kota Banten. Terdapat objek sejarah danau, pulau dan pangindelan. d. Unit Lanskap Pelabuhan (Abad ke6) : telah ada pada masa Kerajaan Padjajaran namun menjadi bandar internasional pada abad ke6. Merupakan kawasan masyarakat campuran yang lebih beragam dan menjadi pintu perairan bagi pedagang lokal maupun mancanegara dengan kanal pelabuhan sebagai elemen utamanya. e. Unit Lanskap Kaibon (Abad ke7) : kawasan peristirahatan bagi ibunda sultan serta menjadi pusat pemerintahan setelah peristiwa penghancuran Keraton Surosowan oleh Belanda dengan Keraton Kaibon sebagai pusatnya. Analisis perubahan penutupan lanskap sejarah dilakukan untuk mengetahui area yang mengalami perubahan penutupan lahan dari terbentuknya Kota Banten Lama hingga kondisi seperti saat ini. Pada peta hasil analisis perubahan penutupan lanskap sejarah terbagi menjadi tiga zona yaitu, area perubahan tinggi, sedang,

47 dan rendah. Semakin rendah perubahan penggunaan lahan tersebut semakin tinggi nilai keaslian penutupan lahan tersebut (Gambar 27). 33 Gambar 27 Peta hasil analisis perubahan peutupan lanskap sejarah Pada area tersebut tersebar objek dan situs sejarah yang telah terdaftar sebagai BCB. Pada lokasi penelitian, area sejarah terbagi menjadi area masuk BCB dan tidak masuk BCB pada area penelitian (Gambar 28), peta tersebut kemudian dilakukan analisis nilai objek wisata sejarah. Gambar 28 Peta area bersejarah

48 34 Objek sejarah yang tersebar dilakukan skoring sesuai dengan kriteria. Analisis nilai objek wisata sejarah dilakukan untuk mengetahui nilai objek sejarah sebagai potensi objek wisata sejarah perencanaan lanskap wisata sejarah Banten Lama. Kriteria yang digunakan meliputi nilai sejarah, keunikan objek sejarah, keaslian objek sejarah, dan keutuhan objek sejarah (Tabel 8). Tabel 8 Skoring objek sejarah di kawasan sejarah Banten Lama Objek Sejarah Kriteria Penilaian I II III IV Total Skor Kategori Ruang Kompleks Keraton A Surosowan Watu Gilang A Meriam Ki Amuk A Jembatan Rantai B Kompleks Masjid Agung A Banten Pelabuhan Karangantu C Benteng Speelwijk A Makam Belanda (Kerkhof) A Vihara Alokitesvara A Menara Masjid Pecinan B Tinggi Keraton Kaibon B Tasikardi A Pangindelan A Keterangan: I : Nilai sejarah, A : Tinggi II : Keunikan objek sejarah, III : Keaslian objek sejarah, B : Sedang C : Rendah IV: Keutuhan objek sejarah. Hasil analisis tersebut dilakukan pengkelasan yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu potensi tinggi (skor 47), potensi sedang (skor 80) dan potensi rendah (skor 2). Dari hasil analisis pengkelasan dapat dikatakan bahwa objek sejarah yang memiliki nilai tinggi yaitu, Kompleks Keraton Surosowan, Watu Gilang, Meriam KiAmuk, Masjid Agung Banten, Benteng Speelwijk, Vihara Alokitesvara, Tasikardi dan Pengindelan memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan objek utama pada masingmasing ruang wisata karena nilai dan keutuhan objek yang tinggi. Nilai sedang yaitu, Jembatan Rantai, Menara Masjid Pecinan Tinggi, dan Keraton Kaibon memiliki potensi sedang untuk dijadikan objek wisata sejarah. Meskipun keutuhan objek tersebut secara umum berkisar pada 30%80% namun masih dapat dilihat sisa bangunan dari peninggalan sejarah tersebut. Nilai rendah yaitu, Pelabuhan Karangantu karena rendahnya keutuhan serta keaslian pada situs tersebut. Namun tetap menjadi potensi objek wisata sejarah karena memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga diperlukan media untuk tetap dapat diinterpretasi sebagai bagian sejarah dari perkembangan kawasan sejarah Banten Lama. Hasil skoring tersebut juga ditampilkan dalam bentuk spasial (Gambar 29)

49 35 Gambar 29 Peta hasil analisis nilai objek sejarah Analisis Fisik dan Biofisik Analisis fisik dan biofisik dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis spasial. Analisis deskriptif berupa analisis potensi kendala dilakukan pada data topografi, iklim, vegetasi, hidrologi dan visual (Tabel 9). Sedangkan analisis spasial dilakukan pada data penutupan lahan (Gambar 30) dan data sirkulasi (Gambar 3) (Tabel 0). Analisis penutupan lahan diarahkan kepada posibilitas perubahan lahan yang akan digunakan untuk mendukung aspek wisata. Analisis dilakukan dengan membagi penutupan lahan kedalam tiga kriteria. Pertama, potensi tinggi, penutupan lahan yang memiliki kemungkinan tinggi dapat dijadikan area wisata berupa lahan terbuka, area persawahan dan area vegetasi. Kedua, potensi sedang, penutupan lahan yang memiliki kemungkinan sedang untuk dijadikan area wisata berupa badan air. Ketiga potensi sedang, penutupan lahan yang kemungkinan rendah perubahannya digunakan sebagai area wisata berupa lahan terbangun dan pemukiman. Analisis tersebut menghasilkan menghasilkan tiga zona yang memiliki potensi perubahan penggunaan lahan sebagai area wisata, yaitu : potensi tinggi, potensi sedang, dan potensi rendah (Gambar 30). Semakin tinggi kemungkinan dapat dijadikan area wisata semakin tinggi pula potensinya.

50 36 Tabel 9 Analisis deskripsi 36 Aspek Fisik dan Biofisik Topografi Iklim Vegetasi Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Penyelesaian Kendala Memberikan kesan monoton dan berpotensi menimbulkan genangan pada area yang lebih datar. Topografi yang cenderung landai membuat semua objek relatif memiliki ketinggian yang sama. Memberikan kemudahan dalam perencanaan terutama jalur sirkulasi. Hari hujan yang cukup pendek sekitar 65 hari dalam satu bulan terjadi di pertengahan tahun (MaretNovember). Terdapat variasi jenis vegetasi dengan fungsi penaung dan pengarah. Intensitas hujan yang cukup tinggi di awal dan akhir tahun. Suhu udara yang relatif panas pada siang hari. Belum dapat diketahui vegetasi yang memiliki nilai sejarah. Membangun fasilitas menara pandang untuk mengakomodasi aktifitas interpretasi pada area objek sejarahyang luas. Membangun jalur sirkulasi yang dapat memberikan kesan formal. Digunakan untuk melakukan aktifitas wisata dengan merencanakan jalur wisata dan interpretasi dengan alternatif durasi yang bervariasi. Menanaman vegetasi lokal sesuai fungsinya. Mengatasi kesan monoton dengan menciptakan keragaman pada jenis vegetasi dan faslitas wisata. Mengatasi genangan pada area datar dengan membuat saluran drainase dan lubanglubang resapan air. Penggunaan material tahan air dan penggunaan beberapa fasilitas yang dilengkapi dengan atap (shelter). Menggunakan vegetasi jenis penaung untuk menciptakan ameliorasi iklim mikro. Menggunakan jenis vegetasi eksisting dan vegetasi lokal dikawasan Banten Lama. Hidrologi Terdapat badan air berupa : a.danau (Tasikardi), b.parit (Keraton Surosowan, Kaibon dan Benteng Speelwijk) c.kanal Pelabuhan Karangantu Sirkulasi dan Aksesbilitas Visual Aksesbilitas menuju kawasan relatif mudah. Jalur sirkulasi eksisting relatif sudah terbentuk dalam menghubungkan antar objek sejarah. Terdapat visual alami dan buatan dengan kualitas baik. Terjadi mendangkalan. Kualitas air belum teruji. Sirkulasi belum terklasifikasikan sehingga pejalan kaki masih bercampur dengan pengguna kendaraan. Belum ada jalur wisata dan jalur interpretasi untuk memudahkan wisatawan. Kualitas visual yang buruk disebabkan karena banyaknya sampah dan kurang tertatanya kantin dan parkir dalam kawasan Banten Lama. Pemanfaatan sebagai salah satu area wisata dan dapat digunakan sebagai saluran drainase alami. Penambahan fasilitas penunjuk arah agar lebih memudahkan wisatawan. Jalur sirkulasi dapat diadaptasi kedalam perencanaan. Penataan lanskap yang dapat menonjolkan objek atau area yang memiliki kualitas visual yang baik. Dilakukan pengerukan dan penjagaan badan air dari proses pendangkalan. Dilakukan uji kelayakan dan perbaikan kualitas air. Pembuatan kelas jalan dengan peruntukan tertentu bagi pejalan kaki dan kendaraan. Membentuk jalur wisata dan jalur interpretasi. Perbaikan kualitas lingkungan dan penataan kantin dan parkir.

51 37 Gambar 30 Peta hasil analisis penutupan lahan Analisis sirkulasi dilakukan berdasarkan pengamatan lapang didapatkan estimasi waktu dan jarak tempuh antara tiap objek sejarah (Gambar 3). Gambar 3 Estimasi waktu dan jarak tempuh Berdasarkan estimasi waktu dan jarak tempuh, didapatkan kombinasi waktu dan jarak tujuan wisata yang menghasilkan alternatif jalur wisata pada Tabel 0.

52 38 Tabel 0 Alternatif jalur wisata Alternatif Objek Wisata Jalur Utama dan Alternatif AB AC AD AE Jalur Jalur 3 Jalur 5 Jalur 6 Utama dan 2 Alternatif ABC ABE ACD ADE Utama dan 3 Alternatif ABCD ABCE Utama dan 4 alternatif Jalur + Jalur 2 Jalur + Jalur 6 Jalur 3 + Jalur 4 Jalur 5 + Jalur 7 Jalur + Jalur 2 + Jalur 4 Jalur + Jalur 3 + Jalur 7 ABCDE Jalur + Jalur 2 + Jalur 4 + Jalur 7 Jarak,5 km 2, km,7 km 2,6 km 3 km 4, km 3,7 km 4,2 km 4,6 km 6, km Waktu Tempuh Jalan kaki 8 mt 24 mt 20 mt 3 mt 36 mt 49 mt 43 mt 50 mt 55 mt jam 2 mt Kendaraan 3 mt 4 mt 3 mt 5 mt 6 mt 9 mt 6 mt 8 mt 8 mt 2 mt 7, km jam 25 mt 3 mt 3.5 Sintesis Pada tahap sintesis, disusun konsep pelestarian dan konsep perencanaan untuk membentuk rencana blok (blokplan) dengan pembagian ruang yang akan dikembangkan menjadi rencana lanskap wisata Banten Lama Konsep Perencanaan Lanskap Wisata. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan lanskap kawasan Banten Lama adalah melestarikan lanskap sejarah Banten Lama dengan mengintegrasilkan objek wisata sejarah dan memanfaatkan sebagai lanskap wisata yang didukung dengan media interpretasi, ruang pendukung dalam jalur interpretasi. Konsep perencanaan tersebut dikembangkan dalam konsep pengembangan meliputi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep jalur interpretasi, konsep aktifitas dan fasilitas serta konsep pelestarian. 2. Konsep Pelestarian Penentuan zona pelestarian lanskap sejarah dilakukan sebagai upaya dalam menjaga kelestarian lanskap sejarah Banten Lama. Zona pelestarian terbagi menjadi tiga yaitu, ruang inti, ruang penyangga dan ruang pengembangan sesuai dengan konsep pelestarian (Gambar 32).

53 39 Gambar 32 Konsep pelestarian Zona inti adalah ruang yang terdapat situs atau benda cagar budaya yang dilindungi, aktivitas yang berada dikawasan inti merupakan aktivitas yang bersifat konservatif untuk menjaga kelestarian situs atau benda cagar budaya tersebut. Zona penyangga adalah ruang yang berfungsi untuk menahan atau pembatas aktifitas maupun perkembangan yang tidak sesuai dengan fungsi ruang inti. Sedangkan zona pengembangan adalah ruang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas pendukung wisata. 3. Konsep Pengembangan a. Konsep Ruang Wisata Konsep ruang wisata yang digunakan pada perencanaan ini mengadaptasi model ruang wisata menurut Gunn (988) yang menghubungkan beberapa tapak dalam satu sistem untuk dapat merepresentasikan nilai sejarah secara keseluruhan (Gambar 33). Gambar 33 Konsep ruang wisata Gunn (988) Konsep ruang wisata oleh Gunn (988) kemudian dimodifikasi sesuai dengan konsep pelestarian dan kondisi tapak pada perencanaan lanskap sejarah Banten Lama menghasilkan konsep ruang wisata perencanaan lanskap sejarah wisata Banten Lama (Gambar 34).

54 40 Gambar 34 Konsep ruang wisata sejarah Konsep ruang wisata perencanaan lanskap sejarah dijelaskan pada Tabel berikut: Tabel Konsep ruang wisata sejarah Zona Penggunaan Ruang Deskripsi Pelestarian Zona Inti Zona Penyangga Zona Pengembangan Ruang Wisata Utama (Ruang Objek Wisata) Ruang Wisata Sekunder (Ruang Transisi) Ruang Penerimaan Ruang Pendukung Wisata Ruang ini digunakan sebagai wisata sejarah primer dengan objek maupun situs sejarah sebagai objek wisata yang kelestariannya tetap dijaga. Ruang wisata sekunder digunakan sebagai ruang wisata alternatif atau dapat digunakan sebagai ruang transisi. Ruang ini juga digunakan sebagai ruang penerimaan yang digunakan untuk mendukung wisata primer seperti wisata belanja, area parkir, gedung pengelola dan pusat informasi. Ruang pendukung wisata digunakan untuk fasilitas pendukung wisata seperti penginapan. b. Konsep Sirkulasi dan Interpretasi Sirkulasi pada tapak berfungsi untuk menghubungkan antar ruang wisata, menghubungkan antar objek wisata, dan berbagai fasilitas didalamnya. Untuk mendukung hal tersebut maka jenis sirkulasi terbagi menjadi tiga jenis yaitu : a. Sirkulasi Primer : Menghubungkan ruang wisata. Dilalui kendaraan besar, sedang, dan kendaraan kecil. b. Sirkulasi Sekunder : Menghubungkan objek wisata dalam satu unit lanskap wisata sejarah Dilalui pejalan kaki. c. Sirkulasi Tersier : Menghubungkan antar fasilitas wisata Dilalui oleh pejalan kaki Dalam memudahkan wisatawan dalam mendapatkan nilai sejarah kawasan wisata Banten Lama, dibentuk jalur interpretasi yang menghubungan ruang wisata

55 dan objekobjek didalamnya berdasarkan nilai sejarah perkembangan lanskap sejarah kawasan Banten Lama. Jalur interpretasi tersebut mengarahkan wisatawan untuk mendapatkan pengalaman dan informasi nilai sejarah dari sejarah pembentukan hingga runtuh dan dihapuskannya Kerajaan Banten Lama berdasarkan dengan unit karakter lanskap sejarah Banten Lama. Konsep alur sejarah pada jalur interpretasi ditentukan sesuai dengan nilai historis pada ruang wisata yaitu, ruang wisata Keraton Surosowan (Start), ruang wisata Pecinan, ruang wisata Tasikardi, ruang wisata Pelabuhan, dan ruang wisata Kaibon (Finish). Setiap objek wisata sejarah pada masingmasing ruang wisata berfungsi sebagai titik pemberhentian (stops). Fasilitas sirkulasi disediakan untuk mendukung aktifitas interpretasi dan disediakan pula alat transpostasi yang terintegrasi dengan sistem wisata untuk memudahkan wisatawan dalam mengakses ruang wisata. c. Konsep Aktifitas dan Fasilitas Konsep aktifitas yang direncanakan pada tapak disesuaikan dengan ruang wisata sejarah. Aktifitas pada ruang wisata utama dibentuk untuk membantu pengunjung dalam menginterpretasi objek dan situs sejarah. Aktifias pada ruang wisata sekunder diarahkan kepada aktifitas wisata kedua seperti wisata belanja atau wisata kuliner. Sedangkan aktifitas wisata pada ruang pendukung wisata berupa aktifitas dlm mendukung kegiatas wisata seperti menginap. Fasilitas wisata adalah fasilitas yang disediakan untuk mendukung aktivitas wisata dan kebutuhan personal. Fasilitas pada ruang wisata contohnya media interpretasi, pada ruang wisata sekunder dapat berupa kantin, toko souvenir, gedung pengelola dan tempat parkir. Sedangkan, fasilitas pada ruang pendukung dapat berupa penginapan. Fasilitas lain yang bersifat kebutuhan personal seperti toilet terdapat di semua ruang wisata Zona Pelestarian Sesuai dengan konsep pelestarian lanskap sejarah, dilakukan overlay antara Peta hasil analisis nilai objek sejarah dan peta hasil analisis perubahan penggunaan lahan untuk menghasilkan zona pelestarian lanskap sejarah. Pembagian zona tersebut ditampilkan pada Gambar 35 dan Tabel 2. Penentuan zona pelestarian tersebut menjadi informasi penting bagi wisatawan. Setelah wisatawan mengenal nilainilai sejarah yang terkandung dalam lanskap bersejarah Banten Lama melalui aktivitas wisata, wisatawan dapat mengetahui zona kawasan dengan tingkat nilai sejarah yang terdapat pada kawasan sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian situs sejarah Banten Lama. Penentuan zona pelestarian juga menjadi acuan untuk menentukan tindakan pelestarian lebih lanjut dengan melibatkan berbagai pihak terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat dan menjadi dasar untuk pengembangan perencanaan lanskap wisata. 4

56 42 Gambar 35 Peta zonasi pelestarian lanskap sejarah Tabel 2 Rencana zona pelestarian Zona Penggunaan Ruang Deskripsi Zona Inti Zona Penyangga Zona Pengembangan Zona Pelestarian Tinggi Zona Pelestarian Sedang Zona Pelestarian Rendah Area yang dilindungi untuk kelestarian benda dan situs sejarah. Dapat digunakan sebagai area wisata dengan tetap menjaga kelestarian benda dan situs. Fasilitas wisata yang digunakan pada area ini harus mendukung sisi pelestarian situs sejarah. Area yang berfungsi untuk menyangga atau menghambat pengaruh terhadap area inti. Fasilitas wisata yang digunakan berfungsi sebagai alternatif kegiatan wisata yang terkait dengan nilai sejarah. Area yang tetap dijaga kelestariannya namun dapat perkembangannya lebih bersifat fleksibel. Pada area ini didominasi oleh pemukiman sehingga perkembangan pada area ini tidak dilakukan secara ekstensif. Namun area dapat dikembangkan secara intensif yaitu peningkatan kualitas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai area wisata alternatif seperti penginapan atau sebagai kampung wisata Rencana Blok (Block Plan) Rencana blok (block plan) merupakan hasil akhir sintesis yang dihasilkan dari overlay tiga peta yaitu peta unit karakter lanskap sejarah, peta zona pelestarian lanskap, dan peta kesesuaian wisata lalu diterapan konsep perencanaan. Rencana blok (Gambar 36) (Tabel 3) kemudian dikembangkan pada tahap perencanaan sesuai dengan konsep pengembangan.

57 43 Gambar 36 Peta rencana blok (block plan) 43

58 44 44 Tabel 3 Pembagian ruang pada zona unit lanskap wisata sejarah Unit Karakter Lanskap Surosowan Objek wisata Keraton Surosowan Masjid Agung Banten Jembatan Rantai Meriam KiAmuk Watu Gilang Deskripsi Ruang Wisata Ruang Transisi Ruang Pendukung Ruang wisata sejarah religi (Kota Inti) : menawarkan karakter lanskap keraton dengan tatanan pemukiman sebagai kota inti Banten Lama. Menawarkan wisata religi, Banten Lama sebagai bagian dari kegiatan dakwah islam. Ruang transisi berupa kawasan pertanian yang dipertahankan penggunaan lahannya sebagai representasi aktivitas pertanian pendukung kota lama. Pemukiman Banten Lama digunakan sebagai penginapan Pelabuhan Pelabuhan karangantu Wisata sejarah (Hub. Internasional) : menawarkan wisata pelabuhan sebagai representasi pelabuhan utama kota dan fungsi area perdagangan yang diarahkan kepada wisata kuliner hasil laut. Ruang transisi berupa kawasan tambak dan hasil perikanan sebagai representasi karakter pelabuhan. Pemukiman pelabuhan digunakan sebagai penginapan dan kiosk kuliner hasil laut. Pecinan Tasikardi Kaibon Vihara Alokitesvara Masjid Pecinan Tinggi Benteng Speelwijk Kerkhoff Danau Tasikardi Pangindelan Keraton Kaibon Wisata sejarah budaya (Budaya) : menawarkan wisata sejarah budaya yang merepresentasikan daerah pendukung kota (area pecinan) sebagai cerminan toleransi beragama dan asimilasi budaya cina serta perjalanan perjuangan Banten melawan kolonialisme Belanda. Wisata rekreasi (Teknologi Keairan) : menawarkan wisata yang merepresentasikan kawasan rekreasi keluarga Kesultanan serta teknologi kerairan Banten Lama. Wisata sejarah (Keraton akhir) : menawarkan wisata sejarah pembentukan kawasan pendukung kota inti dan peristiwa akhir dari kesultanan. Ruang transisi berupa kawasan pertanian dan tambak. Ruang transisi berupa kawasan pertanian yang dipertahankan penggunaan lahannya sebagai representasi aktivitas pertanian pendukung kota lama. Ruang transisi berupa kawasan pertanian dan hutan sebagai representasi batas kota. Pemukiman pecinan digunakan sebagai penginapan

59 Perencanaan 3.6. Rencana Ruang Wisata Ruang wisata dibagi berdasarkan karakter lanskap sejarah agar dapat memunculkan nuansa berbeda pada tiap ruang wisata. Pembagian ruang wisata dengan masingmasing ruang penerimaan dilakukan untuk menyetarakan tingkat wisata agar konsentrasi wisatawan tersebar kepada pilihanpilihan wisata. Alokasi penggunaan ruang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Rencana pembagian ruang Ruang Objek wisata Luas (ha) Persentase (%) Ruang Wisata Surosowan Pelabuhan Pecinan Tasikardi Kaibon Ruang Penerimaan Surosowan Pelabuhan Pecinan Tasikardi Kaibon Keraton Surosowan Masjid Agung Banten Jembatan Rantai Meriam KiAmuk Watu Gilang Pelabuhan Karangantu Vihara Alokitesvara Masjid Pecinan Tinggi Benteng Speelwijk Kerkhoff Danau Tasikardi Pangindelan Keraton Kaibon 9,59 3,8 7,85,7 4,40 5,72 0,94 2,29 3,42,28 Total 46,73 3,65 5,3 0,32,39,45 0,4,49 0,09 0,4 0,42 0,2 Total 8,70 2,53 Ruang Transisi 203,94 59,50 Ruang Pendukung 83,34 24,32 Total 342,73 00, Rencana Aktifitas dan Fasilitas Sesuai dengan konsep aktifitas dan fasilitas, rencana aktifitas disesuaikan dengan kondisi objek sejarah dan unit karakter lanskap wisata. Adapun ketersediaan fasilitas ditunjukan untuk menunjang aktifitas yang ada pada setiap ruang (Tabel 5).

60 46 Tabel 5 Rencana Aktifitas dan Fasilitas Ruang Wisata Aktifitas Surosowan Pelabuhan Pecinan Tasikardi Kaibon Penerimaan Transisi Pendukung Fasilitas Berjalan Jalur Pedestrian Istirahat Melihat Pemandangan Melihat Museum Melihat Pentas Seni Berkemah Interpretasi Bermain Bangku Taman Menara Pandang Museum Area Pentas Seni Area berkemah Jalur Interpretasi Peta Interpretasi Penanda Interpretasi Media Interpretasi Papan Interpretasi Booklet, Leaflet Children Playground Foto Hunting Bersampan Memancing Piknik Beribadah Ziarah Kuliner Membeli Souvenir Mencari Informasi Parkir Sampan Dek Area Piknik Masjid Vihara Shelter ziarah Kantin Kiosk Souvenir Gedung Pengelola Area Parkir Menginap Penginapan Kebutuhan personal Toilet Mushalla Lainnya Keterangan : ( ) : Tersedia, () : Tidak tersedia Toilet Mushalla Gerbang Utama Gerbang Sekunder Mobil wisata

61 3.6.3 Daya Dukung Tindakan pelestarian kawasan terkait dengan aktivitas wisata, salah satunya dapat menggunakan perhitungan daya dukung kawasan untuk menentukan batas kunjungan wisatawan. Perhitungan daya dukung kawasan wisata menurut Boulon dalam WTO dan UNEP (992) dalam Nurisjah, Pramukanto dan Wibowo (2003) dapat menggunakan rumus berikut: DD = A/S T = DD x K K=N/R 47 Keterangan : DD : Daya Dukung (orang) A : Area yang digunakan wisatawan (m 2 ) S : Standard ratarata individu (x m 2 / orang) T : Total pengunjung perhari pada area yang diperkenankan (orang) K : Koefisien rotasi N : Jam kunjungan per hari area yang diijinkan (jam) R : Ratarata waktu kunjungan (jam) Perhitungan pada Tabel 6 memberikan informasi bahwa kawasan wisata sejarah Banten Lama memiliki daya dukung total pada ruang wisata berkisar pengunjung (0,69 m 2 /org) dalam satu hari. Sedangkan daya dukung pada ruang penerimaan berkisar orang (3.29 m 2 /org) Rencana Lanskap Wisata Sejarah Banten Lama Rencana lanskap wisata sejarah Banten Lama adalah hasil akhir dari penelitian ini. Produk yang dihasilkan merupakan hasil dari rencana ruang, rancana aktifitas dan fasilitas, produk tersebut ditampilkan berupa rencana lanskap (Gambar 37) dan rencana detail rencana lanskap (Gambar, 38,39,40,4, dan 42) Rencana Sirkulasi dan Jalur Interpretasi Rencana sirkulasi terbagi menjadi tiga kelas jalan yaitu sirkulasi primer, sekunder dan tersier. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur yang menghubungkan tiap ruang wisata, pada jalur ini terdapat sistem transportasi massal berupa kereta wisata. Sirkulasi sekunder menghubungkan objekobjek wisata sejarah dalam satu ruang wisata, sedangkan sirkulasi tersier adalah sirkulasi yang menghubungkan fasilitas wisata yang ada. Jalur sirkulasi tersebut menggunakan jalur eksisting yang telah ada pada tapak. Jalur interpretasi merupakan jalur yang disusun berdasarkan alur sejarah Banten Lama. Sirkulasi dan jalur interpretasi ditampilkan pada Tabel 7 dan Gambar 43.

62 48 48 Tabel 6 Perhitungan Daya Dukung Kawasan Ruang/ Sub Ruang Fasilitas Satuan Luas total Standar (m2/ DD (org) Koef. DD Total Σ Luas (m2) (m2) org) Rotasi (org/hari) Ruang Surosowan Area Parkir Gd. Pengelola /bus 2/mobil 3/motor bus 538 mbl mtr Total ruang penerimaan 2.52 Kantin dan Toko Souvenir Museum Kr. Surosowan Menara Pandang Masjid Musholla Area Pentas Seni Toilet Ruang Pelabuhan Ruang Pecinan Total ruang wisata Area Parkir /bus 4 bus /mobil 47 mobil /motor 283 motor 566 Gd. Pengelola Total ruang penerimaan.602 Kiosk Pasar Ikan Area Kuliner Dek Jalan Utama Masjid Musholla Toilet Total ruang wisata Area Parkir /bus 5 bus 250 2/mobil 2 mobil 250 3/motor 83 motor Gd. Pengelola Total ruang penerimaan

63 49 Ruang/ Sub Ruang Ruang Tasikardi Ruang Kaibon Fasilitas Kerkhof Benteng Speelwijk Vihara Aokitesvara Situs Msjd Pecinan Musholla Toilet Σ 3 3 Satuan Luas (m2) Luas total (m2) Standar (m2/ org) DD (org) Koef. Rotasi 2 2 DD Total (org/hari) Total ruang wisata 2.30 Area Parkir /bus 62 bus /mobil 42 mobil /motor.000 mtr Gd. Pengelola Total ruang penerimaan Danau Pangindelan Dek Taman Area Berkemah Kantin Musholla Toilet /sampan Total Area Parkir /mobil 28 mobil /motor 200 motor 400 Gd. Pengelola Total ruang penerimaan 534 Menara Pandang Keraton Kaibon Toilet Musholla Total.25 Total daya dukung ruang wisata sejarah Total daya dukung pada ruang penerimaan

64 50 50 Gambar 37 Rencana lanskap

65 5 5 Gambar 38 Rencana Detail Lanskap (Keraton Surosowan)

66 52 52 Gambar 39 Rencana Detail Lanskap (Pecinan)

67 53 53 Gambar 40 Rencana Detail Lanskap (Tasikardi)

68 54 54 Gambar 4 Rencana Detail Lanskap (Pelabuhan)

69 55 55 Gambar 42 Rencana Detail Lanskap (Kaibon)

70 56 Tabel 7 Rencana jalur interpretasi No Objek wisata Deskripsi I Durasi (menit) Jarak (meter) RUANG PENERIMAAN SUROSOWAN Aktifitas : Kedatangan wisatawan, parkir, mendapatkan informasi terkait wisata Banten Lama. Jalan Kaki (menit) Waktu Tempuh Berkendaraan (menit) Media Interpretasi Fasilitas Interpretasi 56 II III RUANG WISATA SUROSOWAN Aktifitas : Mengenal dan menginterpretasi asal mula dan proses pembentukan Kesultanan Banten Lama, komponen pembentuk kota. Total jarak :, km Total waktu : 3 jam 26 menit*. Museum (Start) 2. Keraton Surosowan 3. Watu Gilang 4. Meriam KiAmuk 5. Jembatan Rantai 6. Masjid Agung Banten Lama Titik mulai wisatawan. Interpretasi situs sejarah keraton surosowan sebagai pusat Kesultanan. Interpretasi tempat pentasbihan para sultan Banten. Interpretasi kekuatan, pertahanan Kesultanan Banten. Interpretasi pintu pajak representasi sistem perekonomian Banten. Interpretasi titik awal pemindahan ibukota dan aktifitas dakwah. 30 menit 60 menit 0 menit 0 menit 20 menit 60 menit 360 meter 60 meter 70 meter 40 meter 40 meter 230 meter 5 menit 2 menit 3 menit menit 2 menit 3 menit Total 90 menit.00 meter 6 menit RUANG WISATA PECINAN Aktifitas : Mengenal dan menginterpretasi hubungan Banten dengan dunia internasional. Total jarak : 2,3 km Total waktu : 2 jam 50 menit*, jam 33 menit** 7. Masjid Pecinan 8. Vihara Alokitesvara 9. Benteng Speewijk 0. Kerkhoff Interpretasi proses akulturasi Banten dengan kebudayaan China, masjid pertama. Interpretasi proses akulturasi dan kerukunan beragama serta hubungan Banten dengan dunia internasional. Interpretasi masuknya kolonialisme, keadaan Banten pada masa perjuangan dan peristiwa proses runtuhnya Kesultanan Banten. Interpretasi tokohtokoh belanda pada masa kolonialisme. 0 menit 60 menit 60 menit 0 menit.700 meter 450 meter 00 meter 60 meter 20 menit 7 menit 2 menit menit Total 40 menit 2.30 meter 30 menit 3 menit 3 menit Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi Tempat duduk Menara pandang Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk Tempat duduk

71 No Objek Wisata Deskripsi IV V IV RUANG WISATA TASIKARDI Aktifitas : Mengenal dan menginterpretasi teknologi keairan keraton. Total jarak : 3 km Total waktu : jam 56 menit*, jam 3 menit**. Tasikardi Interpretasi tempat rekreasi keluarga sultan, tempat penerimaan tamu, dan teknologi keairan Kesultanan. 2. Pangindelan Interpretasi sistem filtrasi representasi kemajuan teknologi keairan dan pertanian Banten. Durasi (menit) 60 menit 20 menit Jarak (meter) meter 400 meter Jalan Kaki (menit) Waktu Tempuh 3 menit 5 menit Berkendaraan (menit) 6 menit Total 80 menit meter 36 menit 6 menit RUANG WISATA PELABUHAN Aktifitas : Mengenal dan menginterpretasi pintu gerbang Banten dengan dunia internasional. Total jarak :,6 km Total waktu : jam 9 menit*, jam 2 menit** 3. Pelabuhan Karangantu Interpretasi pelabuhan sebagai gerbang hubungan internasional Banten Lama. Total 60 menit.600 meter 9 menit 2 menit RUANG WISATA KAIBON Aktifitas : Mengenal dan menginterpretasi komponen pendukung kota dan peristiwa penghapusan kesultanan Banten. Total jarak :,5 km Total waktu : jam 8 menit*, jam 30 menit** 4. Keraton Kaibon (Finish) Interpretasi komponen pendukung kota inti, keraton peristirahatan, serta peristiwa penghapusan kesultanan Banten dan pengambilalihan kepemerintahan oleh Belanda ke pusat kota Serang. Media Interpretasi Papan Interpretasi Papan Interpretasi 57 Fasilitas Interpretasi Tempat duduk. dek Tempat duduk 60 menit.600 meter 9 menit 2 menit Papan Interpretasi Tempat duduk, dek 60 menit.500 meter 8 menit 3 menit Papan Interpretasi Tempat duduk, Menara pandang Total 60 menit.500 meter 8 menit 3 menit Total Durasi Total Waktu Tempuh Total Keseluruhan : 530 menit : 9 menit : 649 menit ( 0 jam 49 menit)* Total Jarak : 9.50 meter ( 9,5 km ) Keterangan : Ratarata kecepatan berjalan 80m/menit. *) Total waktu dengan berjalan kaki. **) Total waktu dengan berkendaraan. 57

72 58 Gambar 43 Rencana Sirkulasi dan Interpreta

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini.

Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, merupakan penampung air yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten

Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten LATAR BELAKANG SEJARAH BANTEN 1.1 Banten Menjelang Abad XVI Berita atau sumber-sumber sejarah tentang masa sebelum abad XVI sangat sedikit dapat ditemukan.

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banten merupakan salah satu provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten berada dalam tahap pembangunan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Serang merupakan daerah otonomi baru hasil pemekaran, Kab Serang Provinsi Banten. Sebagai ibu kota Provinsi, kehadiran Kota Serang adalah sebuah konsekuensi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PANTAI ANYER BANTEN. a. Luas wilayah dan letak geografis 1. ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia.

BAB III DESKRIPSI PANTAI ANYER BANTEN. a. Luas wilayah dan letak geografis 1. ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. BAB III DESKRIPSI PANTAI ANYER BANTEN A. Keadaan Geografis Pantai Anyer a. Luas wilayah dan letak geografis 1 Kabupaten Serang merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di Propinsi Banten, terletak

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38 Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, yang kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situs Banten Lama merupakan salah satu bagian penting dari Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Situs Banten Lama merupakan salah satu bagian penting dari Kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situs Banten Lama merupakan salah satu bagian penting dari Kawasan Banten Lama, sebagai bukti kejayaan masa lalu kerajaan Banten. Untuk membedakan antara konteks Banten

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis Fisik 5.1.1.1 Analisis Topografi Wilayah Banjarmasin bagian utara memiliki ketinggian permukaan tanah rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Studi ini dilakukan di Kecamatan Kebayoran Baru, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Survei pendahuluan tapak dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 15 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Situ Gintung, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten (Gambar 1). Penelitian

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA Oleh YOHAN M G JARISETOUW FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2005 ii Abstrak Yohan M G Jarisetouw. ANALISA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci